bab ii kajian pustaka a. kajian teori pembelajaran bahasa...

26
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawa Menurut Hamalik (2001: 28) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Mulyana (2008: 35) Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia, yang tetap hidup dan dipergunakan dalam masyarakat Jawa. Sesuai dengan kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa merupakan 1) lambang kebanggaan daerah, 2) lambang identitas daerah, dan 3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah. Pembelajaran bahasa Jawa di SD adalah proses belajar mengajar dengan adanya interaksi dua arah antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Jawa. Bahasa Jawa dalam pembelajarannya di SD dimasukkan ke dalam muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan bahwa dalam era otonomi dengan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), sesuai dengan Pasal 37 Ayat (1) UU Sisdiknas: “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan lokal”. Sedangkan menurut Trianto (2012: 30), muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada, substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. 12

Upload: others

Post on 28-Sep-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawa

Menurut Hamalik (2001: 28) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Menurut

Mulyana (2008: 35) Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang

merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia, yang tetap hidup dan

dipergunakan dalam masyarakat Jawa. Sesuai dengan kedudukannya sebagai

bahasa daerah, bahasa Jawa merupakan 1) lambang kebanggaan daerah, 2) lambang

identitas daerah, dan 3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah.

Pembelajaran bahasa Jawa di SD adalah proses belajar mengajar dengan adanya

interaksi dua arah antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

bahasa Jawa. Bahasa Jawa dalam pembelajarannya di SD dimasukkan ke dalam

muatan lokal (mulok).

Mulyana (2008: 19) menyatakan bahwa dalam era otonomi dengan

Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), sesuai dengan Pasal 37 Ayat (1)

UU Sisdiknas: “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan

lokal”. Sedangkan menurut Trianto (2012: 30), muatan lokal merupakan kegiatan

kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas

dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat

dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada, substansi muatan lokal

ditentukan oleh satuan pendidikan.

12

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

13

Berdasarkan keputusan gubernur Jawa Timur Nomor

188/188/KTSP/013/2005 tentang kurikulum mata pelajaran bahasa Jawa untuk

jenjang pendidikan SD/SDLB/MI dan SMP/SMPLB/MTs Negeri dan Swasta

propinsi Jawa Timur menimbang bahwa dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan di Jawa Timur, terutama dalam upaya penanaman nilai-nilai budi

pekerti dan penguasaan bahasa Jawa bagi SD/SDLB/MI dan SMP/SMPLB/MTs

Negeri dan Swasta propinsi Jawa Timur. Dalam kurikulum muatan lokal mata

pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Sekolah Dasar, ruang lingkup muatan

lokal Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa mencakup komponen kemampuan

berbahasa, kemampuan bersastra, kemampuan berbudaya yang meliputi aspek-

aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

Pembelajaran bahasa Jawa meliputi membaca, menyimak, berbicara,

menulis. Membaca diarahkan pada kemampuan memahami isi bacaan, makna suatu

bacaan ditentukan oleh situasi dan konteks dalam bacaan. Kegiatan menyimak pada

hakikatnya sama dengan kegiatan membaca hanya saja pada menyimak merupakan

pemahaman teks lisan. Kegiatan menulis diarahkan untuk mengembangkan

kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, pesan dan perasaan secara tertulis.

Kegiatan berbicara diarahkan pada kemampuan mengungkapkan gagasan,

pendapat, pesan dan perasaan secara lisan dengan menggunakan bahasa Jawa.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

bahasa Jawa di sekolah dasar adalah mata pelajaran yang termasuk pada muatan

lokal di SD yang mempelajari tentang kebudayaan daerah masyarakat Jawa untuk

penanaman nilai-nilai budi pekerti dan pengusaan bahasa Jawa sebagai bahasa

daerah. Dalam pembelajaran bahasa Jawa SD terdapat materi ajar yakni aksara Jawa

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

14

yang termasuk dalam kebudayaan daerah yang perlu dipelajari. Aksara Jawa

merupakan warisan karya sastra budaya Jawa yang harus dipelajari oleh siswa.

Materi aksara Jawa termasuk ke dalam aspek membaca dan menulis. Membaca

aksara Jawa diarahkan pada kecepatan dan ketepatan pemahaman isi. Selanjutnya,

menulis aksara Jawa diarahkan untuk mengubah tulisan latin ke tulisan Jawa,

pembelajarannya lebih difokuskan pada bentuk tulisan, kecepatan dan ketepatan

menulis. Penelitian ini memfokuskan untuk mengembangkan produk pada aspek

membaca aksara Jawa.

B. SK dan KD Pembelajaran Bahasa Jawa Kurikulum KTSP

Materi aksara Jawa di sekolah dasar meliputi aspek membaca dan menulis

Materi pembelajaran pada penelitian ini adalah membaca aksara Jawa. Materi

disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran bahasa

Jawa di kelas V sekolah dasar. Membaca aksara Jawa diarahkan pada ketepatan

pemahaman cara membaca tulisan aksara Jawa. Peneliti juga merancang materi

yang mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar dan disesuaikan

dengan karakteristik siswa kelas V sekolah dasar. Materi yang dijabarkan tersebut

terdapat pada standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Jawa

untuk siswa kelas V SD semester 2 , SK dan KD tersebut sebagaimana pada tabel

2.1 berikut.

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kelas V Semester II

No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. 7. Membaca Memahami wacana tulis

sastra dan nonsastra dalam kerangka budaya Jawa.

7.3 Membaca kalimat beraksara Jawa yang menggunakan pasangan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

15

Peneliti merancang media KANCIL untuk pembelajaran bahasa Jawa yang

disesuaikan kurikulum KTSP yang masih dilaksanakan oleh SD yang dijadikan

sebagai subjek uji coba penelitian yang mengacu pada Standar Kompetensi 7.

Membaca Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra dalam kerangka budaya

Jawa dan kompetensi dasar 7.3. Membaca kalimat beraksara Jawa yang

menggunakan pasangan. Berdasarkan kurikulum mulok Bahasa Jawa tersebut,

maka untuk materi aksara Jawa dalam penelitian ini lebih banyak menekankan pada

kalimat-kalimat beraksara Jawa yang menggunakan pasangan dan sandhangan

yang sudah sering digunakan.

C. Materi Pembelajaran Aksara Jawa di SD

Aksara Jawa atau Carakan merupakan huruf Jawa dasar berjumlah 20 yang

belum dilekati sandhangan (masih telanjang) yang disebut dengan aksara Nglegena

(Warih Jatirahayu, 2005: 45). Setiap suku kata mempunyai pendamping berupa

pasangan yang berjumlah 20, yang berfungsi untuk mengikuti suku kata mati atau

tertutup dengan suku kata berikutnya, kecuali suku kata yang tertutup oleh wignyan,

layar, dan cecak. Aksara Jawa juga memiliki huruf kapital yang disebut aksara

Murda yang digunakan untuk menulis gelar, nama orang, nama geografi, dan nama

lembaga.

Namun begitu tidak semua aksara Jawa memiliki aksara Murda. Dalam

aksara Jawa juga terdapat aksara swara (huruf vokal depan), lima aksara rekan dan

pasangan-nya, beberapa sandhangan untuk mengatur vokal, beberapa huruf

khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda tata tulis. Akan tetapi, dalam

penelitian ini pembahasan dibatasi pada materi aksara Jawa nglegena dan

pasangan, serta sandhangan dan juga panyigeg yang sudah digunakan semenjak

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

16

kelas IV. Untuk cara menulis aksara Jawa yaitu dari kiri ke kanan. Oleh karena itu

untuk membaca aksara jawa harus dari kiri ke kanan.

a. Aksara Legena dan Pasangan

Aksara legena merupakan 20 aksara Jawa dasar yang masih telanjang atau

belum diberi sandhangan ataupun tanda lainnya. Aksara ini masing-masing

memiliki pasangan yang berfungsi untuk mengikuti suku kata mati atau tertutup

dengan suku kata berikutnya.

Sumber gambar (faroidcs : 2012)

Gambar 2.1 Aksara Legena dan Pasangan

b. Sandhangan dan Panyigeg

Sandhangan merupakan penanda yang berfungsi sebagai pengubah bunyi

aksara Jawa. Sandhangan aksara Jawa dibagi menjadi dua golongan yaitu sandhangan

suara/vokal (sandhangan swara) yang meliputi wulu, pepet, suku, taling, taling tarung,

dan sandhangan konsonan penutup suku kata (panyigeg wanda) yang meliputi

wignyan, layar, cecak, dan pangkon.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

17

Tabel 2.2 Sandhangan dan Panyigeg Nama Sandangan Aksara Jawa Keterangan

Wulu Tanda vocal i

Suku Tanda vocal u

Taling Tanda vocal e’

Pepet Tanda vocal e

Taling tarung …

Tanda vocal o

Layar Konsonan r

Wigyan Konsonan h

Cecak Konsonan ng

Pangkon Penghilang vocal

Pengkal Konsonan ya

Cakra Konsonan ra

Cakra keret Konsonan re

Sumber : modifikasi peneliti dari pepak bahasa Jawa

Contoh penulisan kata yang menggunakan sandhangan dan panyigeg

1) Sandhangan Wulu ( )

Sandhangan wulu digunakan untuk melambangkan suara atau vokal

i dalam suatu suku kata, ditulis di atas bagian akhir aksara.

Contoh: basa Jawi

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

18

2) Sandhangan Pepet ( )

Sandhangan pepet digunakan untuk melambangkan suara atau vokal

e, ditulis di atas bagian akhir aksara.

Contoh: meneng

Sandhangan pepet tidak dipakai dalam menulis suku kata re dan le yang bukan sebagai pasangan karena re dan le yang bukan pasangan,

dilambangkan dengan ( ) dan ( ).

Misalnya: rega lemari

3) Sandhangan Suku ( )

Sandhangan suku digunakan untuk melambangkan suara vokal u.

Sandhangan suku ditulis serangkai dengan bagian akhir aksara, dan

apabila yang diberi sandhangan suku itu pasangan ka, ta, dan la,

bentuknya diubah seperti aksara pokok masing-masing, kemudian

dirangkai dengan sandhangan suku.

Misalnya: tuku buku

samak buku

4) Sandhangan Taling ( )

Sadhangan taling digunakan untuk melambangkang suara vokal e`.

Sandhangan taling ditulis di depan aksara.

Misalnya: dhewe

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

19

5) Sandhangan Taling Tarung ( )

Sandhangan taling tarung digunakan untuk melambangkan suara

vokal o. Sandhangan taling tarung ditulis di depan dan di belakang

(mengapit) aksara, sedangkan pada pasangan ditulis mengapit aksara

mati dan pasangan-nya.

Misalnya: soto

6) Sandhangan Wignyan ( )

Sandhangan wignyan digunakan untuk melambangkan konsonan h

sebagai penutup suku kata, ditulis di belakang aksara.

Misalnya: cahya

7) Sandhangan Layar ( )

Sandhangan layar digunakan untuk melambangkan konsonan r

sebagai penutup suku kata. Sandhangan layar ditulis di atas bagian akhir

aksara.

Misalnya: pesisir

8) Sandhangan Cecak ( )

Sandhangan cecak digunakan untuk melambangkan konsonan ng

sebagai penutup suku kata. Sandhangan cecak ditulis di atas bagian akhir

aksara. Apabila digunakan bersama sandhangan wulu (suara vokal i)

maka ditulis di belakang sandhangan wulu.

Apabila digunakan bersama sandhangan pepet (suara vokal e) maka

ditulis di dalam sandangan pepet.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

20

Misalnya: sugeng rawuh

9) Sandhangan Pangkon ( )

Sandhangan pangkon digunakan untuk menyatakan konsonan

mati/penutup dalam suku kata. Sandhangan pangkon ditulis di belakang

aksara yang dimatikan.

Misalnya: penyakit

Sandhangan pangkon juga dapat berfungsi sebagai batas bagian kalimat

atau rincian yang belum selesai.

Misalnya: sawise mulih sekolah, budi lan dudung dolanan bal-balan

10) Sandhangan Pengkal ( )

Sandhangan pengkal digunakan untuk menyatakan konsonan ya.

Sandhangan pangkon ditulis di belakang aksara yang dimatikan.

Misalnya : tyas

11) Sandhangan Cakra ( )

Sandhangan cakra digunakan untuk menyatakan konsonan ra.

Sandhangan cakra ditulis di bawah aksara yang dimatikan.

Misalnya : cakra

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

21

12) Sandhangan Cakra Keret ( )

Sandhangan cakra digunakan untuk menyatakan konsonan ra.

Sandhangan cakra ditulis di bawah aksara yang dimatikan.

Misalnya : tresna

D. Desain Pengembangan Media KANCIL

Media ini terinspirasi dari ketertarikan siswa terhadap buku bacaan

khususnya komik untuk dijadikannya sebagai media pembelajaran. Tetapi siswa

jarang sekali membaca komik yang mempunyai nilai edukasi, sehingga media

KANCIL berupa komik ini dirancang untuk siswa agar membaca sambil belajar

dan komik ini mengandung nilai karakter yang baik. Kelebihan komik adalah

dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa dan penguasaan kota kata

yang lebih banyak.

Komik ini dapat dikatakan sebagai media pembelajaran yang memiliki

unsur pembelajaran, jadi komik ini tidak hanya memiliki aspek menghibur

tetapi juga ada aspek edukasi. Nilai edukasi yang terkandung dalam komik ini

adalah cara menjaga kesehatan tubuh. Pembuatan media KANCIL didesain

dengan konsep yang menarik agar anak lebih berminat membacanya dengan

tujuan siswa dapat memperoleh informasi terhadap materi pembelajaran bahasa

Jawa sehinga pada akhirnya siswa mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Media KANCIL ini dibuat oleh peneliti dengan cara mengadopsi gambar dari

sebuah video kartun anak dan mengadaptasi gambar tersebut menjadi rangkaian

gambar berurutan yang mengungkapkan karakter serta menulis sendiri suatu

cerita dalam urutan yang erat hubungannya dengan gambar dengan

menggunakan aplikasi comic life dan corel draw X5. Kemudian dikembangkan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

22

menjadi media komik yang memiliki karakteristik tersendiri dari media

KANCIL yang ditandai dengan adanya tulisan aksara jawa dan bahasa jawa yang

penyajiannya mengandung unsur visual dan cerita, serta ekpresi yang

divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga

membuat pembaca untuk terus membaca hingga akhir cerita.

Komik yang ditampilkan dengan ciri khas budaya jawa tanpa

meninggalkan sisi edukasi akan memberikan daya tarik yang berbeda bagi

siswa yang membacanya. Media KANCIL yang dikembangkan dikemas berupa

gambar, panel, dan balon-balon kata percakapan yang dikombinasi dalam satu

kesatuan yang utuh. Gambar yang sederhana ditambah kata-kata dalam bahasa

sehari-hari membuat komik berpotensi sebagai sarana yang lebih informatif

sehingga materi dapat disampaikan dengan lebih mudah dan menarik. Komik

ini tidak menggunakan kata-kata kotor tetapi menggunakan kata-kata yang

mengandung pesan-pesan pengetahuan. Selain itu, komik yang dikembangkan

ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari aksara

Jawa.

Adapun desain pengembangan media KANCIL adalah sebagai berikut:

a. Alat dan bahan yang digunakan yaitu komputer/laptop, microsoft word

2013, aplikasi comic life, aplikasi pallawa, corel draw X5, video kartun

tom’s animation, kertas A5, dan print laser.

b. Cara membuat media KANCIL yakni :

1) Pengambilan gambar dengan cara print screen video kartun animasi

dengan cara tekan tombol prt sc sysrq

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

23

2) Menyusun dialog percakapan untuk dirangkai menjadi suatu cerita

yang bertuliskan huruf aksara jawa dan bahasa jawa pada Microsoft

Word 2013 dengan bantuan font Hanacaraka dan aplikasi Pallawa.

3) Menyusun rangkaian gambar yang telah diadopsi dari sebuah video

kartun animasi kedalam aplikasi comic life life.

4) Mengatur kesesuaian panel dengan gambar dan balon kata

5) Mendesain komik menjadi suatu rangkaian cerita yang berurutan

dengan adanya tulisan huruf aksara Jawa dan bahasa Jawa ke dalam

aplikasi comic life.

6) Merubah format file pada aplikasi comic life menjadi bentuk JPG.

7) Mendesain cover depan dan belakang menggunakan corel draw X5.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

24

E. Penggunaan Media KANCIL

Media KANCIL digunakan untuk siswa kelas V SD. Media tersebut

digunakan pada pembelajaran bahasa Jawa materi pokok aksara Jawa.

Dengan media KANCIL siswa dapat berlatih membaca tulisan aksara Jawa

yang disertai dengan bahasa Jawa dan dapat menyampaikan gasasan pokok

cerita yang ada pada media KANCIL. Dalam proses pembelajaran media

KANCIL peneliti membuat langkah-langkah penggunaan media adalah

sebagai berikut :

1. Guru melakukan apersepsi pembelajaran kepada peserta didik tentang

materi aksara Jawa

2. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran

yang akan dipelajari dalam pembelajaran bahasa Jawa materi aksara

Jawa

3. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok belajar.

4. Siswa mendengarkan guru penjelasan dari penggunaan media KANCIL

5. Siswa membaca dan menyimak media KANCIL dengan bimbingan

guru.

6. Siswa membaca media KANCIL secara mandiri dengan adanya

panduan cara membaca yang terdapat pada halaman belakang komik

yang dilampirkan aksara Jawa.

7. Siswa mencari informasi tentang alur, latar, tokoh, dan perwatakan dari

cerita yang ada pada media KANCIL.

8. Siswa mempraktikan secara berkelompok untuk memperankan tokoh

dan perwatakannya sesuai dengan alur cerita pada media KANCIL.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

25

9. Siswa mengkomunikasikan gagasan pokok dari cerita yang ada pada

media KANCIL.

10. Siswa mempresentasikan hasil karya siswa berupa gagasan pokok

cerita pada media KANCIL berupa tulisan aksara Jawa.

F. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut

Asyhar (2012:8) media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu

yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara

terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar kondusif dimana penerimanya

dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif. Menurut Sadiman

(2010:6) media pembelajaran perantantara atau pengantar pesan dari pengirim

pesan ke penerima pesan. Menurut Sabri (2005:112) media pembelajaran

adalah benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan

beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan

pembelajaran. Menurut Sutikno (2013:48) media pembelajaran didefinisikan

sebagai sesuatu yang membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi

yang berlangsung antara pendidik dengan siswa.

Sedangkan menurut Gagne (dalam Sadiman, 2010:6), media adalah

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya

untuk belajar. Selain itu media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan

pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Maka dapat disimpulkan bahwa

media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan

guna merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa untuk belajar.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

26

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen dari sistem pengajaran

yang menjadi faktor dominan untuk menunjang berhasilnya proses belajar

mengajar. Media pembelajaran digunakan untuk mempermudah guru dalam

menyampaikan materi pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi

pelajaran. Selain itu media pembelajaran juga membantu agar kegiatan belajar

mengajar yang berlangsung antara guru dan siswa lebih variatif sehingga

menimbulkan minat siswa serta memberi rangsangan untuk belajar.

Pengunaan media pembelajaran pada proses belajar mengajar bertujuan

untuk materi yang bersifat abstrak mudah dipahami siswa dan

tidak terjadi multitafsir pada siswa. Kesalahan konsep pengetahuan oleh

pimikiran siswa akan berkurang apabila guru dapat memanfaatkan media

dengan baik.

1. Manfaat dan Fungsi Media

Menurut Arsyad (2010:25-27) menyimpulkan pendapat dari beberapa

ahli bahwa manfaat dari penggunaan media pembelajaran adalah sebagi

berikut:

a. Dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat

memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

b. Dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat

menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara

siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar

sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

c. Dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

27

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada

siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat,

dan lingkungannya misalnya karyawisata, kunjungan– kunjungan ke

museum atau kebun binatang.

Menurut Daryanto (2010:5) media harus bermanfaat sebagai berikut.

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

b. Mengatasi keterbatasan ruang,waktu,tenaga, dan daya indera

c. Menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung antara

peserta didik dan sumber belajar.

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai bakat dan kemampuan

visual, auditori, dan kinestiknya.

e. Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman,

dan menimbulkan persepsi yang sama.

f. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi,

yaitu guru (komunikator), bahan pembelajaran, media

pembelajaran, peserta didik (komunikan), dan tujuan pembelajaran.

Jadi , media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran)

sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan

peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

28

Sedangkan menurut Syafi’i (2010:50) menyatakan bahwa media

bermanfaat untuk berupa hal sebagai berikut.

a. Membangkitkan perhatian siswa.

b. Memperjelas informasi yang disampaikan.

c. Menstimulasi ingatan tentang konsep.

d. Memotivasi siswa untuk mengikuti materi pembelajaran.

e. Menyajikan bimbingan belajar.

f. Membangkitkan performansi siswa yang relevan dengan materi.

g. Memberikan masukan performansi siswa yang benar.

h. Mendorong ingatan, mentransfer pengetahuan ketrampilan, dan

sikap yang sedang dipelajari.

Menurut Levie & Lentz (dalam Arsyad 2010:50) media

pembelajaran mempunyai empat fungsi yaitu:

a. Fungsi atensi yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

berkonsentrasi kepada isi pelajaran.

b. Fungsi afektif yaitu fungsi yang dapat dilihat dari tingkat

kesenangan siswa saat belajar.

c. Fungsi kognitif yaitu untuk memahami dan mengingat informasi.

d. Fungsi kompensatoris yaitu untuk mengorganisasikan informasi dan

mengingatnya kembali.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

29

Menurut Sutikno (2013:50) menyebutkan ada beberapa fungsi

penggunaan media dalam proses pembelajaran, diantaranya sebagai

berikut.

a. Membantu mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran.

b. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis.

c. Mengatasi keterbatasan ruang.

d. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif.

e. Waktu pembelajaran dapat dikondisikan.

f. Menghilangkan kebosanan siswa.

g. Meningkatkan motivasi siswa dalam memperlajari sesuatu.

h. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam.

i. Meningkatkan kadar keaktifan atau keterlibatan.

Menurut Musfiqon (2011:35) fungsi media pembelajaran adalah

sebagai berikut:

a. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran.

b. Meningkatakan gairah belajar siswa.

c. Meningkatkan minat dan motivasi belajar.

d. Menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan.

e. Mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam.

f. Mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran.

g. Meningkatkan kualitas pembelajaran.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

30

Berdasarkan uraian diatas dapat simpulkan bahwa banyak sekali

manfaat dan fungsi dari media. Salah satu manfaat dan fungsi yang cukup

penting bahwa media pembelajaran sangat berguna untuk memfasilitasi

siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa mempunyai pengalaman

belajar yang bermakna untuk siswa dengan memahami dan mengingat

informasi atau pesan yang terkandung dari suatu media untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

2. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran

Menurut Asyhar (2012:44-45) pada dasarnya media dapat

dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu media visual, media audio, media

audio visual, dan multimedia.

Berikut ini penjelasan keempat jenis media pembelajaran tersebut.

a. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan

indera penglihatan semata-mata dari peserta didik. Dengan media ini

pengalaman belajar yang dialami peserta didik sangat tergantung pada

kemampuan penglihatannya.

b. Media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam proses

pembelajaran dengan hanya melibatkan pendengaran peserta didik.

Pengalaman belajar yang didapatkan adalah dengan mengandalkan

indera kemampuan pendengaran.

c. Media audio-visual, yaitu jenis media yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus

dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

31

disampaikan melalui media ini berupa pesan verbal dan nonverbal

dengan mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran.

d. Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan

peralatan secara secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan

pembelajaran. Pembelajaran multimedia melibatkan indera penglihatan

dan pendengaran melalui media teks, visual diam, visual gerak, dan audio

serta media interaktif berbasis computer dan teknologi dan informasi.

Sedangkan menurut Gagne (dalam Daryanto 2010:17) media

diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok yaitu benda yang didemontrasikan,

komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan

mesin belajar.

Menurut Sudjana (2011: 3-4) jenis media adalah sebagai berikut :

a. Media grafis (dua dimensi), seperti gambar, foto, grafik, bagan atau

diagram, poster, kartun, dan lainnya.

b. Media tiga dimensi, yaitu dalm bentuk model padat, misalnya model

penampang, model susun, model kerja, dan sebagainya.

c. Media proyeksi seperti slide, film, penggunaan OHP, dan lainnya.

d. Penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran.

Sedangkan menurut Haryono (2014:51) berdasarkan rancangannya,

media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan memiliki dua jenis yakni mulai dari

yang sederhana (langsung dapat dimanfaatkan yang ada di lingkungan) sampai

dengan yang kompleks atau canggih yang adalah sebagai berikut.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

32

a. Media yang dirancang (by design), yakni media dan sumber belajar yang secara

khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen system pembelajaran

untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

b. Media yang dimanfaatkan (by utilization), yakni media dan sumber belajar

yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya

dapat ditemukan, diterapkan, dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

3. Kriteria dan Prinsip Media Pembelajaran

. Media pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk membantu

meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar. Agar pemilihan media tepat

sasaran, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang menjadi dasar

pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran. Kriteria pemilihan media

harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan

keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya

(karakteristik) media yang bersangkutan. Dalam hubungan ini Dick dan Carey

(dalam Sadiman, dkk. 2008:86) menyebutkan bahwa disamping kesesuaian

dengan tujuan perilaku dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu:

a. Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak

terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.

b. Ketersediaan dana, tenaga dan fasilitasnya.

c. Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang

bersangkutan untuk waktu yang lama.

d. Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

33

Sedangkan Menurut Arsyad (2010:75) kriteria media pembelajaran yang

baik yang perlu diperhatikan dalam proses pemilihan media anatar lain adalah

sebagai berikut:

a. Sesuai dengan tujuan yang dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan

instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada satu

atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang isinya fakta, konsep, prinsip, atau

generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan

simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan

keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya.

c. Praktis, luwes, dan bertahan. Kriteria ini menuntun para guru memilih media

yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru.

d. Berkualitas baik. Kriteria media secara teknis harus berkualitas baik.

e. Ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar. Media yang terlalu besar sulit

digunakan dalam suatu kelas yang berukuran terbatas dan dapat menyebabkan

kegiatan pembelajaran kurang kondusif.

Menurut Sudjana (2011:67) mengemukakan bahwa dalam memilih dan

menggunakan media pembelajaran hendaknya memperhatikan sejumlah prinsip-

prinsip, diantaranya yakni sebagai berikut.

a. Menentukan jenis media yang tepat.

b. Menetapkan atau mempertimbangkan subyek dengan tepat.

c. Menyajikan media dengan tepat.

d. Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat, dan situasi

yang tepat.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

34

Menurur Asyhar (2012:82) prinsip pemilihan media adalah sebagai berikut:

a. Kesesuaian b. Kejelasan sajian c. Kemudahan akses d. Keterjangkauan e. Ketersediaan f. Kualitas

Menurut Musfiqon (2011:116) prinsip pemilihan media adalah sebagai berikut. a. Prinsip efektifitas dan efesiensi b. Prinsip relevansi c. Prinsip produktifitas

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk

membuat media perlu memperhatikan kriteria dan prinsip pemilihan media

sehingga media yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sesuai tujuan

pembelajaran secara efektif dan efesien serta dapat meningkatkan ketertarikan

siswa dalam belajar dan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.

G. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nurhasanah, 2014) tentang

Pengembangan Media KIJANK (Komik Indonesia, Jawa, dan Aksara Jawa)

Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas 5 Sekolah Dasar. Dalam jurnal

menyimpulkan bahwa penggunaan media KIJANK dapat membantu siswa

dalam belajar membaca aksara Jawa. Hal ini dibuktikan oleh hasil validasi

beberapa ahli antara lain, validasi ahli media sebesar 84,6%, validasi ahli materi

sebesar 94%, dan validasi ahli bidang studi sebesar 98%. Sementara hasil uji

coba kelompok kecil menunjukkan presentase 89% sedangkan hasil uji coba

kelompok besar menunjukkan presentase 94,5%.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

35

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ummi Azizah, 2015) tentang

Pengembangan Kartu Carawa Dalam Pembelajaran Bahasa Jawa Materi Aksara

Jawa untuk Siswa SD/MI. Dalam skripsi menyimpulkan bahwa media kartu

carawa yang dikembangkan mempunyai kualitas baik menurut penilaian ahli

media dengan skor 33 dan persentase keidealan sebesar 82,5%, sangat baik

menurut ahli materi dengan skor 59 dan persentase keidealan sebesar 90,77 %,

sangat baik menurut peer reviewer dengan skor rata-rata 94 dan persentase

keidealan sebesar 89,52% dan sangat baik menurut guru bahasa Jawa dengan

skor rata-rata 96 dan persentase keidealan sebesar 91.43 %. Sedangkan

berdasarkan respon siswa diperoleh kualitas baik dengan skor rata-rata 33,07

dan persentase keidealan sebesar 82,83%. Sedangkan penelitian yang akan

dilakukan oleh (Sylvia Anggraini Kusuma Wardani, 2016) tentang

“Pengembangan media KANCIL (Komik Anak Cerdas Inovatif dan Lebih

Kreatif) untuk Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas V SD”.

Adapun hasil dari penelitian yang terdahulu memiliki persamaan dan

perbedaan dengan yang akan dilakukan oleh penulis. Persamaan dari ketiga

penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan yakni penelitian R&D

(Research and Development) dan sama-sama menghasilkan sebuah produk

untuk pembelajaran bahasa Jawa materi aksara Jawa. Perbedaan dari kedua

penelitian ini adalah pada materi yang dikembangkan dalam media yaitu pada

penelitian terdahulu peneliti mengembangkan materi dalam media KIJANK dan

Kartu Carawa yakni membaca kalimat berhuruf Jawa yang menggunakan

sandhangan panyigeg wanda yang meliputi wignyan, layar, cecek dan pangku,

sedangkan penelitian yang sekarang peneliti mengembangkan materi dalam

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

36

media KANCIL membaca kalimat beraksara Jawa yang menggunakan

pasangan. Selain itu perbedaan lain juga terletak pada bentuk yang

dikembangkan. Apabila dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu

media KIJANK dikemas dalam bentuk komik yang memiliki dua bahasa dan

satu tulisan yaitu bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan aksara Jawa, media Kartu

Carawa dikemas dalam bentuk kartu yang terdiri dari 30 kartu berwarna hijau

(kartu bergambar) dan 30 kartu berwarna merah (kartu bertuliskan aksara Jawa.

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti media KANCIL dikemas

dalam bentuk komik yang hanya memiliki satu bahasa dan satu tulisan yakni

bahasa Jawa dan aksara Jawa.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawaeprints.umm.ac.id/47303/3/jiptummpp-gdl-sylviaangg-45592-3-babii.p… · muatan lokal (mulok). Mulyana (2008: 19) menyatakan

37

H. Kerangka Pikir

Gambar. 2.2 Kerangka Pikir

Kondisi Lapang

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa dalam pembelajaran bahasa Jawa media pembelajaran yang umumnya digunakan oleh guru adalah media gambar dan lingkungan sekitar

Perencanaan desain produk pengembangan media KANCIL.

Melakukan uji coba produk pada kelompok kecil dan kelompok .besar

Kondisi Ideal

Adanya media yang inovatif, kreatif dan menarik perhatian siswa dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Validitas produk yang dilakukan oleh ahli media, ahli materi, dan ahli pembelajaran.

Respon siswa dan efektifitas media KANCIL pada proses pembelajaran bahasa jawa.

Analisis efektifitas siswa dalam memanfaatkan media dalam proses pembelajaran dan respon siswa terhadap media KANCIL

pada hasil uji coba produk.

Terwujudnya media pembelajaran KANCIL yang menarik dan didesain untuk mempelajari materi tentang aksara jawa.