bab ii kajian pustaka a. kajian teori pembelajaran bahasa...
TRANSCRIPT
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Jawa
Menurut Hamalik (2001: 28) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Menurut
Mulyana (2008: 35) Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang
merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia, yang tetap hidup dan
dipergunakan dalam masyarakat Jawa. Sesuai dengan kedudukannya sebagai
bahasa daerah, bahasa Jawa merupakan 1) lambang kebanggaan daerah, 2) lambang
identitas daerah, dan 3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah.
Pembelajaran bahasa Jawa di SD adalah proses belajar mengajar dengan adanya
interaksi dua arah antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
bahasa Jawa. Bahasa Jawa dalam pembelajarannya di SD dimasukkan ke dalam
muatan lokal (mulok).
Mulyana (2008: 19) menyatakan bahwa dalam era otonomi dengan
Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), sesuai dengan Pasal 37 Ayat (1)
UU Sisdiknas: “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan
lokal”. Sedangkan menurut Trianto (2012: 30), muatan lokal merupakan kegiatan
kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas
dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada, substansi muatan lokal
ditentukan oleh satuan pendidikan.
12
13
Berdasarkan keputusan gubernur Jawa Timur Nomor
188/188/KTSP/013/2005 tentang kurikulum mata pelajaran bahasa Jawa untuk
jenjang pendidikan SD/SDLB/MI dan SMP/SMPLB/MTs Negeri dan Swasta
propinsi Jawa Timur menimbang bahwa dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan di Jawa Timur, terutama dalam upaya penanaman nilai-nilai budi
pekerti dan penguasaan bahasa Jawa bagi SD/SDLB/MI dan SMP/SMPLB/MTs
Negeri dan Swasta propinsi Jawa Timur. Dalam kurikulum muatan lokal mata
pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Sekolah Dasar, ruang lingkup muatan
lokal Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa mencakup komponen kemampuan
berbahasa, kemampuan bersastra, kemampuan berbudaya yang meliputi aspek-
aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Pembelajaran bahasa Jawa meliputi membaca, menyimak, berbicara,
menulis. Membaca diarahkan pada kemampuan memahami isi bacaan, makna suatu
bacaan ditentukan oleh situasi dan konteks dalam bacaan. Kegiatan menyimak pada
hakikatnya sama dengan kegiatan membaca hanya saja pada menyimak merupakan
pemahaman teks lisan. Kegiatan menulis diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, pesan dan perasaan secara tertulis.
Kegiatan berbicara diarahkan pada kemampuan mengungkapkan gagasan,
pendapat, pesan dan perasaan secara lisan dengan menggunakan bahasa Jawa.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
bahasa Jawa di sekolah dasar adalah mata pelajaran yang termasuk pada muatan
lokal di SD yang mempelajari tentang kebudayaan daerah masyarakat Jawa untuk
penanaman nilai-nilai budi pekerti dan pengusaan bahasa Jawa sebagai bahasa
daerah. Dalam pembelajaran bahasa Jawa SD terdapat materi ajar yakni aksara Jawa
14
yang termasuk dalam kebudayaan daerah yang perlu dipelajari. Aksara Jawa
merupakan warisan karya sastra budaya Jawa yang harus dipelajari oleh siswa.
Materi aksara Jawa termasuk ke dalam aspek membaca dan menulis. Membaca
aksara Jawa diarahkan pada kecepatan dan ketepatan pemahaman isi. Selanjutnya,
menulis aksara Jawa diarahkan untuk mengubah tulisan latin ke tulisan Jawa,
pembelajarannya lebih difokuskan pada bentuk tulisan, kecepatan dan ketepatan
menulis. Penelitian ini memfokuskan untuk mengembangkan produk pada aspek
membaca aksara Jawa.
B. SK dan KD Pembelajaran Bahasa Jawa Kurikulum KTSP
Materi aksara Jawa di sekolah dasar meliputi aspek membaca dan menulis
Materi pembelajaran pada penelitian ini adalah membaca aksara Jawa. Materi
disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran bahasa
Jawa di kelas V sekolah dasar. Membaca aksara Jawa diarahkan pada ketepatan
pemahaman cara membaca tulisan aksara Jawa. Peneliti juga merancang materi
yang mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar dan disesuaikan
dengan karakteristik siswa kelas V sekolah dasar. Materi yang dijabarkan tersebut
terdapat pada standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Jawa
untuk siswa kelas V SD semester 2 , SK dan KD tersebut sebagaimana pada tabel
2.1 berikut.
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas V Semester II
No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
7. 7. Membaca Memahami wacana tulis
sastra dan nonsastra dalam kerangka budaya Jawa.
7.3 Membaca kalimat beraksara Jawa yang menggunakan pasangan.
15
Peneliti merancang media KANCIL untuk pembelajaran bahasa Jawa yang
disesuaikan kurikulum KTSP yang masih dilaksanakan oleh SD yang dijadikan
sebagai subjek uji coba penelitian yang mengacu pada Standar Kompetensi 7.
Membaca Memahami wacana lisan sastra dan nonsastra dalam kerangka budaya
Jawa dan kompetensi dasar 7.3. Membaca kalimat beraksara Jawa yang
menggunakan pasangan. Berdasarkan kurikulum mulok Bahasa Jawa tersebut,
maka untuk materi aksara Jawa dalam penelitian ini lebih banyak menekankan pada
kalimat-kalimat beraksara Jawa yang menggunakan pasangan dan sandhangan
yang sudah sering digunakan.
C. Materi Pembelajaran Aksara Jawa di SD
Aksara Jawa atau Carakan merupakan huruf Jawa dasar berjumlah 20 yang
belum dilekati sandhangan (masih telanjang) yang disebut dengan aksara Nglegena
(Warih Jatirahayu, 2005: 45). Setiap suku kata mempunyai pendamping berupa
pasangan yang berjumlah 20, yang berfungsi untuk mengikuti suku kata mati atau
tertutup dengan suku kata berikutnya, kecuali suku kata yang tertutup oleh wignyan,
layar, dan cecak. Aksara Jawa juga memiliki huruf kapital yang disebut aksara
Murda yang digunakan untuk menulis gelar, nama orang, nama geografi, dan nama
lembaga.
Namun begitu tidak semua aksara Jawa memiliki aksara Murda. Dalam
aksara Jawa juga terdapat aksara swara (huruf vokal depan), lima aksara rekan dan
pasangan-nya, beberapa sandhangan untuk mengatur vokal, beberapa huruf
khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda tata tulis. Akan tetapi, dalam
penelitian ini pembahasan dibatasi pada materi aksara Jawa nglegena dan
pasangan, serta sandhangan dan juga panyigeg yang sudah digunakan semenjak
16
kelas IV. Untuk cara menulis aksara Jawa yaitu dari kiri ke kanan. Oleh karena itu
untuk membaca aksara jawa harus dari kiri ke kanan.
a. Aksara Legena dan Pasangan
Aksara legena merupakan 20 aksara Jawa dasar yang masih telanjang atau
belum diberi sandhangan ataupun tanda lainnya. Aksara ini masing-masing
memiliki pasangan yang berfungsi untuk mengikuti suku kata mati atau tertutup
dengan suku kata berikutnya.
Sumber gambar (faroidcs : 2012)
Gambar 2.1 Aksara Legena dan Pasangan
b. Sandhangan dan Panyigeg
Sandhangan merupakan penanda yang berfungsi sebagai pengubah bunyi
aksara Jawa. Sandhangan aksara Jawa dibagi menjadi dua golongan yaitu sandhangan
suara/vokal (sandhangan swara) yang meliputi wulu, pepet, suku, taling, taling tarung,
dan sandhangan konsonan penutup suku kata (panyigeg wanda) yang meliputi
wignyan, layar, cecak, dan pangkon.
17
Tabel 2.2 Sandhangan dan Panyigeg Nama Sandangan Aksara Jawa Keterangan
Wulu Tanda vocal i
Suku Tanda vocal u
Taling Tanda vocal e’
Pepet Tanda vocal e
Taling tarung …
Tanda vocal o
Layar Konsonan r
Wigyan Konsonan h
Cecak Konsonan ng
Pangkon Penghilang vocal
Pengkal Konsonan ya
Cakra Konsonan ra
Cakra keret Konsonan re
Sumber : modifikasi peneliti dari pepak bahasa Jawa
Contoh penulisan kata yang menggunakan sandhangan dan panyigeg
1) Sandhangan Wulu ( )
Sandhangan wulu digunakan untuk melambangkan suara atau vokal
i dalam suatu suku kata, ditulis di atas bagian akhir aksara.
Contoh: basa Jawi
18
2) Sandhangan Pepet ( )
Sandhangan pepet digunakan untuk melambangkan suara atau vokal
e, ditulis di atas bagian akhir aksara.
Contoh: meneng
Sandhangan pepet tidak dipakai dalam menulis suku kata re dan le yang bukan sebagai pasangan karena re dan le yang bukan pasangan,
dilambangkan dengan ( ) dan ( ).
Misalnya: rega lemari
3) Sandhangan Suku ( )
Sandhangan suku digunakan untuk melambangkan suara vokal u.
Sandhangan suku ditulis serangkai dengan bagian akhir aksara, dan
apabila yang diberi sandhangan suku itu pasangan ka, ta, dan la,
bentuknya diubah seperti aksara pokok masing-masing, kemudian
dirangkai dengan sandhangan suku.
Misalnya: tuku buku
samak buku
4) Sandhangan Taling ( )
Sadhangan taling digunakan untuk melambangkang suara vokal e`.
Sandhangan taling ditulis di depan aksara.
Misalnya: dhewe
19
5) Sandhangan Taling Tarung ( )
Sandhangan taling tarung digunakan untuk melambangkan suara
vokal o. Sandhangan taling tarung ditulis di depan dan di belakang
(mengapit) aksara, sedangkan pada pasangan ditulis mengapit aksara
mati dan pasangan-nya.
Misalnya: soto
6) Sandhangan Wignyan ( )
Sandhangan wignyan digunakan untuk melambangkan konsonan h
sebagai penutup suku kata, ditulis di belakang aksara.
Misalnya: cahya
7) Sandhangan Layar ( )
Sandhangan layar digunakan untuk melambangkan konsonan r
sebagai penutup suku kata. Sandhangan layar ditulis di atas bagian akhir
aksara.
Misalnya: pesisir
8) Sandhangan Cecak ( )
Sandhangan cecak digunakan untuk melambangkan konsonan ng
sebagai penutup suku kata. Sandhangan cecak ditulis di atas bagian akhir
aksara. Apabila digunakan bersama sandhangan wulu (suara vokal i)
maka ditulis di belakang sandhangan wulu.
Apabila digunakan bersama sandhangan pepet (suara vokal e) maka
ditulis di dalam sandangan pepet.
20
Misalnya: sugeng rawuh
9) Sandhangan Pangkon ( )
Sandhangan pangkon digunakan untuk menyatakan konsonan
mati/penutup dalam suku kata. Sandhangan pangkon ditulis di belakang
aksara yang dimatikan.
Misalnya: penyakit
Sandhangan pangkon juga dapat berfungsi sebagai batas bagian kalimat
atau rincian yang belum selesai.
Misalnya: sawise mulih sekolah, budi lan dudung dolanan bal-balan
10) Sandhangan Pengkal ( )
Sandhangan pengkal digunakan untuk menyatakan konsonan ya.
Sandhangan pangkon ditulis di belakang aksara yang dimatikan.
Misalnya : tyas
11) Sandhangan Cakra ( )
Sandhangan cakra digunakan untuk menyatakan konsonan ra.
Sandhangan cakra ditulis di bawah aksara yang dimatikan.
Misalnya : cakra
21
12) Sandhangan Cakra Keret ( )
Sandhangan cakra digunakan untuk menyatakan konsonan ra.
Sandhangan cakra ditulis di bawah aksara yang dimatikan.
Misalnya : tresna
D. Desain Pengembangan Media KANCIL
Media ini terinspirasi dari ketertarikan siswa terhadap buku bacaan
khususnya komik untuk dijadikannya sebagai media pembelajaran. Tetapi siswa
jarang sekali membaca komik yang mempunyai nilai edukasi, sehingga media
KANCIL berupa komik ini dirancang untuk siswa agar membaca sambil belajar
dan komik ini mengandung nilai karakter yang baik. Kelebihan komik adalah
dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa dan penguasaan kota kata
yang lebih banyak.
Komik ini dapat dikatakan sebagai media pembelajaran yang memiliki
unsur pembelajaran, jadi komik ini tidak hanya memiliki aspek menghibur
tetapi juga ada aspek edukasi. Nilai edukasi yang terkandung dalam komik ini
adalah cara menjaga kesehatan tubuh. Pembuatan media KANCIL didesain
dengan konsep yang menarik agar anak lebih berminat membacanya dengan
tujuan siswa dapat memperoleh informasi terhadap materi pembelajaran bahasa
Jawa sehinga pada akhirnya siswa mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Media KANCIL ini dibuat oleh peneliti dengan cara mengadopsi gambar dari
sebuah video kartun anak dan mengadaptasi gambar tersebut menjadi rangkaian
gambar berurutan yang mengungkapkan karakter serta menulis sendiri suatu
cerita dalam urutan yang erat hubungannya dengan gambar dengan
menggunakan aplikasi comic life dan corel draw X5. Kemudian dikembangkan
22
menjadi media komik yang memiliki karakteristik tersendiri dari media
KANCIL yang ditandai dengan adanya tulisan aksara jawa dan bahasa jawa yang
penyajiannya mengandung unsur visual dan cerita, serta ekpresi yang
divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga
membuat pembaca untuk terus membaca hingga akhir cerita.
Komik yang ditampilkan dengan ciri khas budaya jawa tanpa
meninggalkan sisi edukasi akan memberikan daya tarik yang berbeda bagi
siswa yang membacanya. Media KANCIL yang dikembangkan dikemas berupa
gambar, panel, dan balon-balon kata percakapan yang dikombinasi dalam satu
kesatuan yang utuh. Gambar yang sederhana ditambah kata-kata dalam bahasa
sehari-hari membuat komik berpotensi sebagai sarana yang lebih informatif
sehingga materi dapat disampaikan dengan lebih mudah dan menarik. Komik
ini tidak menggunakan kata-kata kotor tetapi menggunakan kata-kata yang
mengandung pesan-pesan pengetahuan. Selain itu, komik yang dikembangkan
ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari aksara
Jawa.
Adapun desain pengembangan media KANCIL adalah sebagai berikut:
a. Alat dan bahan yang digunakan yaitu komputer/laptop, microsoft word
2013, aplikasi comic life, aplikasi pallawa, corel draw X5, video kartun
tom’s animation, kertas A5, dan print laser.
b. Cara membuat media KANCIL yakni :
1) Pengambilan gambar dengan cara print screen video kartun animasi
dengan cara tekan tombol prt sc sysrq
23
2) Menyusun dialog percakapan untuk dirangkai menjadi suatu cerita
yang bertuliskan huruf aksara jawa dan bahasa jawa pada Microsoft
Word 2013 dengan bantuan font Hanacaraka dan aplikasi Pallawa.
3) Menyusun rangkaian gambar yang telah diadopsi dari sebuah video
kartun animasi kedalam aplikasi comic life life.
4) Mengatur kesesuaian panel dengan gambar dan balon kata
5) Mendesain komik menjadi suatu rangkaian cerita yang berurutan
dengan adanya tulisan huruf aksara Jawa dan bahasa Jawa ke dalam
aplikasi comic life.
6) Merubah format file pada aplikasi comic life menjadi bentuk JPG.
7) Mendesain cover depan dan belakang menggunakan corel draw X5.
24
E. Penggunaan Media KANCIL
Media KANCIL digunakan untuk siswa kelas V SD. Media tersebut
digunakan pada pembelajaran bahasa Jawa materi pokok aksara Jawa.
Dengan media KANCIL siswa dapat berlatih membaca tulisan aksara Jawa
yang disertai dengan bahasa Jawa dan dapat menyampaikan gasasan pokok
cerita yang ada pada media KANCIL. Dalam proses pembelajaran media
KANCIL peneliti membuat langkah-langkah penggunaan media adalah
sebagai berikut :
1. Guru melakukan apersepsi pembelajaran kepada peserta didik tentang
materi aksara Jawa
2. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran
yang akan dipelajari dalam pembelajaran bahasa Jawa materi aksara
Jawa
3. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok belajar.
4. Siswa mendengarkan guru penjelasan dari penggunaan media KANCIL
5. Siswa membaca dan menyimak media KANCIL dengan bimbingan
guru.
6. Siswa membaca media KANCIL secara mandiri dengan adanya
panduan cara membaca yang terdapat pada halaman belakang komik
yang dilampirkan aksara Jawa.
7. Siswa mencari informasi tentang alur, latar, tokoh, dan perwatakan dari
cerita yang ada pada media KANCIL.
8. Siswa mempraktikan secara berkelompok untuk memperankan tokoh
dan perwatakannya sesuai dengan alur cerita pada media KANCIL.
25
9. Siswa mengkomunikasikan gagasan pokok dari cerita yang ada pada
media KANCIL.
10. Siswa mempresentasikan hasil karya siswa berupa gagasan pokok
cerita pada media KANCIL berupa tulisan aksara Jawa.
F. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut
Asyhar (2012:8) media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu
yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara
terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar kondusif dimana penerimanya
dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif. Menurut Sadiman
(2010:6) media pembelajaran perantantara atau pengantar pesan dari pengirim
pesan ke penerima pesan. Menurut Sabri (2005:112) media pembelajaran
adalah benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan
beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan
pembelajaran. Menurut Sutikno (2013:48) media pembelajaran didefinisikan
sebagai sesuatu yang membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi
yang berlangsung antara pendidik dengan siswa.
Sedangkan menurut Gagne (dalam Sadiman, 2010:6), media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya
untuk belajar. Selain itu media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Maka dapat disimpulkan bahwa
media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa untuk belajar.
26
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen dari sistem pengajaran
yang menjadi faktor dominan untuk menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar. Media pembelajaran digunakan untuk mempermudah guru dalam
menyampaikan materi pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi
pelajaran. Selain itu media pembelajaran juga membantu agar kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung antara guru dan siswa lebih variatif sehingga
menimbulkan minat siswa serta memberi rangsangan untuk belajar.
Pengunaan media pembelajaran pada proses belajar mengajar bertujuan
untuk materi yang bersifat abstrak mudah dipahami siswa dan
tidak terjadi multitafsir pada siswa. Kesalahan konsep pengetahuan oleh
pimikiran siswa akan berkurang apabila guru dapat memanfaatkan media
dengan baik.
1. Manfaat dan Fungsi Media
Menurut Arsyad (2010:25-27) menyimpulkan pendapat dari beberapa
ahli bahwa manfaat dari penggunaan media pembelajaran adalah sebagi
berikut:
a. Dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b. Dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara
siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar
sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c. Dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
27
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat,
dan lingkungannya misalnya karyawisata, kunjungan– kunjungan ke
museum atau kebun binatang.
Menurut Daryanto (2010:5) media harus bermanfaat sebagai berikut.
a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
b. Mengatasi keterbatasan ruang,waktu,tenaga, dan daya indera
c. Menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung antara
peserta didik dan sumber belajar.
d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai bakat dan kemampuan
visual, auditori, dan kinestiknya.
e. Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman,
dan menimbulkan persepsi yang sama.
f. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi,
yaitu guru (komunikator), bahan pembelajaran, media
pembelajaran, peserta didik (komunikan), dan tujuan pembelajaran.
Jadi , media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran)
sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan
peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
28
Sedangkan menurut Syafi’i (2010:50) menyatakan bahwa media
bermanfaat untuk berupa hal sebagai berikut.
a. Membangkitkan perhatian siswa.
b. Memperjelas informasi yang disampaikan.
c. Menstimulasi ingatan tentang konsep.
d. Memotivasi siswa untuk mengikuti materi pembelajaran.
e. Menyajikan bimbingan belajar.
f. Membangkitkan performansi siswa yang relevan dengan materi.
g. Memberikan masukan performansi siswa yang benar.
h. Mendorong ingatan, mentransfer pengetahuan ketrampilan, dan
sikap yang sedang dipelajari.
Menurut Levie & Lentz (dalam Arsyad 2010:50) media
pembelajaran mempunyai empat fungsi yaitu:
a. Fungsi atensi yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran.
b. Fungsi afektif yaitu fungsi yang dapat dilihat dari tingkat
kesenangan siswa saat belajar.
c. Fungsi kognitif yaitu untuk memahami dan mengingat informasi.
d. Fungsi kompensatoris yaitu untuk mengorganisasikan informasi dan
mengingatnya kembali.
29
Menurut Sutikno (2013:50) menyebutkan ada beberapa fungsi
penggunaan media dalam proses pembelajaran, diantaranya sebagai
berikut.
a. Membantu mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran.
b. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis.
c. Mengatasi keterbatasan ruang.
d. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif.
e. Waktu pembelajaran dapat dikondisikan.
f. Menghilangkan kebosanan siswa.
g. Meningkatkan motivasi siswa dalam memperlajari sesuatu.
h. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam.
i. Meningkatkan kadar keaktifan atau keterlibatan.
Menurut Musfiqon (2011:35) fungsi media pembelajaran adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran.
b. Meningkatakan gairah belajar siswa.
c. Meningkatkan minat dan motivasi belajar.
d. Menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan.
e. Mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam.
f. Mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran.
g. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
30
Berdasarkan uraian diatas dapat simpulkan bahwa banyak sekali
manfaat dan fungsi dari media. Salah satu manfaat dan fungsi yang cukup
penting bahwa media pembelajaran sangat berguna untuk memfasilitasi
siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa mempunyai pengalaman
belajar yang bermakna untuk siswa dengan memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dari suatu media untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
2. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Menurut Asyhar (2012:44-45) pada dasarnya media dapat
dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu media visual, media audio, media
audio visual, dan multimedia.
Berikut ini penjelasan keempat jenis media pembelajaran tersebut.
a. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan
indera penglihatan semata-mata dari peserta didik. Dengan media ini
pengalaman belajar yang dialami peserta didik sangat tergantung pada
kemampuan penglihatannya.
b. Media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan hanya melibatkan pendengaran peserta didik.
Pengalaman belajar yang didapatkan adalah dengan mengandalkan
indera kemampuan pendengaran.
c. Media audio-visual, yaitu jenis media yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus
dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat
31
disampaikan melalui media ini berupa pesan verbal dan nonverbal
dengan mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran.
d. Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan
peralatan secara secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran multimedia melibatkan indera penglihatan
dan pendengaran melalui media teks, visual diam, visual gerak, dan audio
serta media interaktif berbasis computer dan teknologi dan informasi.
Sedangkan menurut Gagne (dalam Daryanto 2010:17) media
diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok yaitu benda yang didemontrasikan,
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan
mesin belajar.
Menurut Sudjana (2011: 3-4) jenis media adalah sebagai berikut :
a. Media grafis (dua dimensi), seperti gambar, foto, grafik, bagan atau
diagram, poster, kartun, dan lainnya.
b. Media tiga dimensi, yaitu dalm bentuk model padat, misalnya model
penampang, model susun, model kerja, dan sebagainya.
c. Media proyeksi seperti slide, film, penggunaan OHP, dan lainnya.
d. Penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran.
Sedangkan menurut Haryono (2014:51) berdasarkan rancangannya,
media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan memiliki dua jenis yakni mulai dari
yang sederhana (langsung dapat dimanfaatkan yang ada di lingkungan) sampai
dengan yang kompleks atau canggih yang adalah sebagai berikut.
32
a. Media yang dirancang (by design), yakni media dan sumber belajar yang secara
khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen system pembelajaran
untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
b. Media yang dimanfaatkan (by utilization), yakni media dan sumber belajar
yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya
dapat ditemukan, diterapkan, dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
3. Kriteria dan Prinsip Media Pembelajaran
. Media pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk membantu
meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar. Agar pemilihan media tepat
sasaran, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang menjadi dasar
pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran. Kriteria pemilihan media
harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan
keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya
(karakteristik) media yang bersangkutan. Dalam hubungan ini Dick dan Carey
(dalam Sadiman, dkk. 2008:86) menyebutkan bahwa disamping kesesuaian
dengan tujuan perilaku dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu:
a. Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak
terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.
b. Ketersediaan dana, tenaga dan fasilitasnya.
c. Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang
bersangkutan untuk waktu yang lama.
d. Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.
33
Sedangkan Menurut Arsyad (2010:75) kriteria media pembelajaran yang
baik yang perlu diperhatikan dalam proses pemilihan media anatar lain adalah
sebagai berikut:
a. Sesuai dengan tujuan yang dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan
instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada satu
atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang isinya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan
simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan
keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya.
c. Praktis, luwes, dan bertahan. Kriteria ini menuntun para guru memilih media
yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru.
d. Berkualitas baik. Kriteria media secara teknis harus berkualitas baik.
e. Ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar. Media yang terlalu besar sulit
digunakan dalam suatu kelas yang berukuran terbatas dan dapat menyebabkan
kegiatan pembelajaran kurang kondusif.
Menurut Sudjana (2011:67) mengemukakan bahwa dalam memilih dan
menggunakan media pembelajaran hendaknya memperhatikan sejumlah prinsip-
prinsip, diantaranya yakni sebagai berikut.
a. Menentukan jenis media yang tepat.
b. Menetapkan atau mempertimbangkan subyek dengan tepat.
c. Menyajikan media dengan tepat.
d. Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat, dan situasi
yang tepat.
34
Menurur Asyhar (2012:82) prinsip pemilihan media adalah sebagai berikut:
a. Kesesuaian b. Kejelasan sajian c. Kemudahan akses d. Keterjangkauan e. Ketersediaan f. Kualitas
Menurut Musfiqon (2011:116) prinsip pemilihan media adalah sebagai berikut. a. Prinsip efektifitas dan efesiensi b. Prinsip relevansi c. Prinsip produktifitas
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk
membuat media perlu memperhatikan kriteria dan prinsip pemilihan media
sehingga media yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sesuai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efesien serta dapat meningkatkan ketertarikan
siswa dalam belajar dan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.
G. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nurhasanah, 2014) tentang
Pengembangan Media KIJANK (Komik Indonesia, Jawa, dan Aksara Jawa)
Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas 5 Sekolah Dasar. Dalam jurnal
menyimpulkan bahwa penggunaan media KIJANK dapat membantu siswa
dalam belajar membaca aksara Jawa. Hal ini dibuktikan oleh hasil validasi
beberapa ahli antara lain, validasi ahli media sebesar 84,6%, validasi ahli materi
sebesar 94%, dan validasi ahli bidang studi sebesar 98%. Sementara hasil uji
coba kelompok kecil menunjukkan presentase 89% sedangkan hasil uji coba
kelompok besar menunjukkan presentase 94,5%.
35
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ummi Azizah, 2015) tentang
Pengembangan Kartu Carawa Dalam Pembelajaran Bahasa Jawa Materi Aksara
Jawa untuk Siswa SD/MI. Dalam skripsi menyimpulkan bahwa media kartu
carawa yang dikembangkan mempunyai kualitas baik menurut penilaian ahli
media dengan skor 33 dan persentase keidealan sebesar 82,5%, sangat baik
menurut ahli materi dengan skor 59 dan persentase keidealan sebesar 90,77 %,
sangat baik menurut peer reviewer dengan skor rata-rata 94 dan persentase
keidealan sebesar 89,52% dan sangat baik menurut guru bahasa Jawa dengan
skor rata-rata 96 dan persentase keidealan sebesar 91.43 %. Sedangkan
berdasarkan respon siswa diperoleh kualitas baik dengan skor rata-rata 33,07
dan persentase keidealan sebesar 82,83%. Sedangkan penelitian yang akan
dilakukan oleh (Sylvia Anggraini Kusuma Wardani, 2016) tentang
“Pengembangan media KANCIL (Komik Anak Cerdas Inovatif dan Lebih
Kreatif) untuk Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas V SD”.
Adapun hasil dari penelitian yang terdahulu memiliki persamaan dan
perbedaan dengan yang akan dilakukan oleh penulis. Persamaan dari ketiga
penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan yakni penelitian R&D
(Research and Development) dan sama-sama menghasilkan sebuah produk
untuk pembelajaran bahasa Jawa materi aksara Jawa. Perbedaan dari kedua
penelitian ini adalah pada materi yang dikembangkan dalam media yaitu pada
penelitian terdahulu peneliti mengembangkan materi dalam media KIJANK dan
Kartu Carawa yakni membaca kalimat berhuruf Jawa yang menggunakan
sandhangan panyigeg wanda yang meliputi wignyan, layar, cecek dan pangku,
sedangkan penelitian yang sekarang peneliti mengembangkan materi dalam
36
media KANCIL membaca kalimat beraksara Jawa yang menggunakan
pasangan. Selain itu perbedaan lain juga terletak pada bentuk yang
dikembangkan. Apabila dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
media KIJANK dikemas dalam bentuk komik yang memiliki dua bahasa dan
satu tulisan yaitu bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan aksara Jawa, media Kartu
Carawa dikemas dalam bentuk kartu yang terdiri dari 30 kartu berwarna hijau
(kartu bergambar) dan 30 kartu berwarna merah (kartu bertuliskan aksara Jawa.
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti media KANCIL dikemas
dalam bentuk komik yang hanya memiliki satu bahasa dan satu tulisan yakni
bahasa Jawa dan aksara Jawa.
37
H. Kerangka Pikir
Gambar. 2.2 Kerangka Pikir
Kondisi Lapang
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa dalam pembelajaran bahasa Jawa media pembelajaran yang umumnya digunakan oleh guru adalah media gambar dan lingkungan sekitar
Perencanaan desain produk pengembangan media KANCIL.
Melakukan uji coba produk pada kelompok kecil dan kelompok .besar
Kondisi Ideal
Adanya media yang inovatif, kreatif dan menarik perhatian siswa dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Validitas produk yang dilakukan oleh ahli media, ahli materi, dan ahli pembelajaran.
Respon siswa dan efektifitas media KANCIL pada proses pembelajaran bahasa jawa.
Analisis efektifitas siswa dalam memanfaatkan media dalam proses pembelajaran dan respon siswa terhadap media KANCIL
pada hasil uji coba produk.
Terwujudnya media pembelajaran KANCIL yang menarik dan didesain untuk mempelajari materi tentang aksara jawa.