bab ii kajian pustaka a. kajian teori 1. · “bola basket dimainkan oleh tim dengan 5 pemain per...

41
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Permainan Bola Basket a. Pengertian Permainan Bola Basket Permainan. bola basket merupakan permainan beregu, yang masing-masing regu terdiri 5 orang pemain. Tujuan permainan bola basket yaitu untuk mendapatkan skor dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan dan mencegah tim lawan melakukan hla serupa. Hal ini sesuai dengan pendapat Hal Wissel (2000:2) bahwa : Bola basket dimainkan oleh tim dengan 5 pemain per tim. Tujuannya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukkan bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa. Bola dapat diberikan hanya dengan passing (operan) dengan tangan atau dengan mendribllenya (batting, pushing, atau tapping) beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan secara bersamaan.Bola basket merupakan olahraga permainan beregu yang dapat dimainkan baik putra maupun putri. Permainan ini menggunakan bola besar dan dimainkan dengan tangan. Bola boleh dioper, dilempar dan boleh dipantulkan ke lantai di tempat, atau sambil berjalan dan tujuannya adalah memasukkan bola ke dalam keranjang lawan untuk mendapatkan nilai. Pemenangnya adalah regu yang dapat mengumpulkan nilai dengan memasukkan bola ke dalam keranjang yang lebih banyak. Menurut Imam Sodikun (1992:48) bahwa “Teknik dasar bola basket dibagi menjadi : 1) Teknik Melempar dan Menangkap Bola Istilah melempar mengandung pengertian mengoper bola dan menangkap berarti menerima bola. Oleh karena itu kegiatan ini dapat berlangsung silih berganti, maka selalu dilakukan berteman biasanya juga disebut operan. Apabila seseorang memegang bola mak a ia harus siap untuk menerima atau menangkap bola. Operan ini merupakan teknik dasar yang pertama, sebab dengan cara inilah pemain dapat melakukan gerakan mendekati ring (basket) dan seterusnya melakukan tembakan.

Upload: others

Post on 11-Sep-2019

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Permainan Bola Basket

a. Pengertian Permainan Bola Basket

Permainan. bola basket merupakan permainan beregu, yang

masing-masing regu terdiri 5 orang pemain. Tujuan permainan bola basket

yaitu untuk mendapatkan skor dengan memasukkan bola ke dalam

keranjang lawan dan mencegah tim lawan melakukan hla serupa. Hal ini

sesuai dengan pendapat Hal Wissel (2000:2) bahwa :

“Bola basket dimainkan oleh tim dengan 5 pemain per tim.

Tujuannya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukkan

bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa.

Bola dapat diberikan hanya dengan passing (operan) dengan

tangan atau dengan mendribllenya (batting, pushing, atau tapping)

beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan

secara bersamaan.”

Bola basket merupakan olahraga permainan beregu yang dapat

dimainkan baik putra maupun putri. Permainan ini menggunakan bola

besar dan dimainkan dengan tangan. Bola boleh dioper, dilempar dan

boleh dipantulkan ke lantai di tempat, atau sambil berjalan dan tujuannya

adalah memasukkan bola ke dalam keranjang lawan untuk mendapatkan

nilai. Pemenangnya adalah regu yang dapat mengumpulkan nilai dengan

memasukkan bola ke dalam keranjang yang lebih banyak.

Menurut Imam Sodikun (1992:48) bahwa “Teknik dasar bola

basket dibagi menjadi :

1) Teknik Melempar dan Menangkap Bola

Istilah melempar mengandung pengertian mengoper bola dan

menangkap berarti menerima bola. Oleh karena itu kegiatan ini dapat

berlangsung silih berganti, maka selalu dilakukan berteman biasanya

juga disebut operan. Apabila seseorang memegang bola mak a ia harus

siap untuk menerima atau menangkap bola. Operan ini merupakan

teknik dasar yang pertama, sebab dengan cara inilah pemain dapat

melakukan gerakan mendekati ring (basket) dan seterusnya melakukan

tembakan.

9

2) Teknik Menggiring Bola

Menggiring bola adalah salah satu cara yang diperbolehkan

oleh peraturan untuk membawa lari bola ke segala arah. Seorang

pemain boleh membawa bola lebih dari satu langkah, asal bola sambil

dipantulkan , baik dengan bolanya ingin mendekati ring (basket) dan

memasukkannya (menembak). Cara menggiring bola yang dibenarkan

adalah dengan satu tangan saja (kiri/kanan). Untuk kemahirannya

dianjurkan untuk membiasakan keduanya, jadi yang baik hendaknya

seimbang kekuatan menggiring dengan tangan kanan dan kiri.

3) Teknik Menembak

Menembak merupakan sasaran akhir setiap pemain.

Keberhasilan suatu regu dalam permainan selalu ditentukan oleh

keberhasilannya dalam menembak. Untuk dapat berhasil dalam

tembakan perlu dilakukan teknik-teknik yang betul.

4) Teknik Gerakan Berporos

Gerakan berporos (pivot) adalah suatu mengubah arah hadap

badan ke segala arah dengan satu kaki tetap tinggal ditempat sebagai

poros (as). Kaki poros ini tidak boleh terangkat atau bergeser dari

tempatnya.

5) Merayah

Merayah adalah suatu usaha mengambil (menangkap) bola

yang datangnya memantul dan pirebutkan.

b. Pentingnya Penguasaan Teknik Dasar Bola Basket

Teknik dasar permainan bola basket merupakan komponen-

komponen yang fundamental dan harus dikuasai oleh setiap pemain.

Wissel Hal (2000:15) menyatakan bahwa, “Meskipun bola basket adalah

permainan tim, namun penguasaan teknik dasar sangatlah penting sebelum

bermain dalam tim”. Hal senada dikemukakan A.Sarumpaet , Zulfar

Djazet, Parno dan Imam Sodikun (1992:223) bahwa, “Keterampilan bola

basket dapat dicapai sampai tingkat tinggi apabila gerak dasarnya baik.

Oleh karena itu teknik dasar perlu dilakukan dengan cara-cara yang benar

agar keterampilan dapat ditingkatkan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa,

menguasai teknik dasasr bola basket secara individu merupakan

kemampuan yang harus dimiliki setiap pemain bola basket. Penguasaan

teknik dasar bola basket yang baik akan dapt mendukung penampilan

seorang pemain baik secar individu maupun secara tim. Menurut

10

Soebagio Hartoko, “Teknik dasar permainan bola basket terdiri dari : “(1)

operan, (2) menangkap, (3) menembak, (4) menggiring , (5) olah kaki, (6)

gerakan berporos, (7) melompat/meloncat, (8) gerak tipu”(1993:22-25).

Hal senada dikemukakan Wissel Hal bahwa, “Shooting, passing, driblling,

rebounding, defending bergerak dengan bola dan bergerak tanpa bola

adalah teknik dasar yang harus dikuasai”(2000:15).

Berdasar dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik

dasar permainan bola basket terdiri dari dua macam yaitu teknik dasar

tanpa bola dan teknik dasar dengan bola. Kedua teknk tersebut merupakan

komponen-komponen dalam permainan bola basket. Teknik-teknik

tersebut di atas harus dikuasai oleh setiap pemain agar dapat mendukung

penampilannya dalam bertanding. Dengan menguasai macam-macam

teknik dasar permainan bola basket dengan baik memberi peluang untuk

dapat memenangkan pertandingan.

c. Teknik Menembak (shooting)

Menembak merupakan keterampilan yang sangat penting dan

mendasar dalam permainan bola basket. Teknik ini wajib dikuasai dengan

baik, karena suatu tim akan memenangkan suatu pertandingan apabila

mempunyai keterampilan menembak yang baik. Berdasar PERBASI

(2004:23) teknik menembak itu sendiri masih terbagi lagi menjadi

beberapa jenis yaitu :

1) Set shoot

Tembakan ini jarang digunakan dalm permainan biasa. Karena

bila penembak tidak melompat, maka tembakannya akan mudah

dihalangi oleh lawan. Umumnya tembakan ini dilakukan saat lemparan

bebas atau bila memungkinkan untuk menembak tanpa rintangan.

2) Lay up shoot

Lay up adalah salah satu teknik memasukkan bola ke dalam

jaring dalam permainan bola basket. Dilakukandengan men-dribble

bola dari garis tembakan bebas, kemudian melompat dengan satu kaki

bergantian dan pada lompatan kedua dilakukan tembakan ke ring

secara bersamaan. Saat melompat, bola dibawa dengan dua tangan,

setelah itu dilepaskan ke arah ring dengan satu tangan.Sedangkan

tangan lainnya membantu dan melindungi bola.Lay up

11

dilakukandengan memantulkan bola ke bagian atas papan ring terlebih

dahulu ataupun langsung memasukkan bola ke ring.

3) Underhandshoot

Tembakan ini adalah jenis tembakan lay up. Ketika penembak

setelah melompat ke arah, mengangkat lengan dan mengangkat

tangannya ke atas untuk menjauhkan bola dari pemain lawan.

4) Jump shoot

Tembakan ini sulit dihalangi karena di titik tertinggi lompatan

vertikal penembak.

5) Hook shoot

Tembakan hook adalah tembakan lemah dan akurat serta

merupakan gerakan low post yang baik. Bila dilakukan denganbenar

maka tembakan ini sulit dihalangi oleh lawan, karena tangan yang

menembak berada jauh dari pemain bertahan. Bahkan ketika dijaga

oleh lawan yang mempunyai postur tinggi sekalipun. Tembakan hook

selalu diawali dengan pemain memunggungi keranjang. Sama seperti

jump shoot, tembakan ini sangat penting tergantung keseimbangan

tubuh. Untuk melakukan tembakan ini dengan tangan kanan, pemain

berpivot dengan kaki kanan dan melangkah dengan kaki kiri.

Kemudian ia mengangkat lutut kanan ke atas dan melepaskan bola

dengan mengebaskan pergelangannya.

6) Dunking

Tembakan dunking dulunya dianggap suatu atraksi yang

dilakukan pemain-pemain tinggi. Saat ini, tembakan tersebut sudah

umum. Keuntunganny adalah tembakan ini dilakukan tanpa lompatan

jauh sehingga sulit dihalangi. Tembakan dunk adalah gerakan

mengagumkan dan dapat mengobarkan semangat tim serta

menjatuhkan mental lawan dengan cepat. Dunking dapat dilakukan

dengan satu tangan atau dua, dari depan atau belakang.

Menembak atau shooting adalah keahlian yang sangat

penting dalam permainan bola basket, teknik dasar seperti operan,

menggiring, bertahan, rebounding adalah teknik yang harus dikuasai.

Namun untuk membuat angka harus mampu melakukan tembakan

d. Lay Up Shoot Bola Basket

1) Pengertian Lay Up Shoot Bola Basket

Menembak atau shooting merupakan teknik dasar bola basket

yang sangat penting. Nilai atau angka tercipta dalam permainan bola

basket melalui tembakan-tembakan yang tepat dan akurat pada ring

lawan. Dalam melakukan tembakan permainan bola basket dapat

dilakukan dengan beberapa macam, di antaranya tembakan lay up.

12

Dibandingkan dengan jenis tembakan lainnya, tembakan lay up

memiliki prosentase yang lebih besar dapat masuk ke dalam ring

lawan. Seperti dikemukakan John Oliver (2007: 13) bahwa:

Meskipun banyak pemain banyak pemain bola basket terus

mencoba melakukan tembakan tiga angka, statistik

mengungkapkan bahwa para penembak tiga angka terbaik pun

hanya 40 hingga 45 persen dari semua usaha lemparan tiga

angka mereka. Persentase tembakan tertinggi adalah tembakan

dalam, seperti lay up yang dilakukan oleh seorang pemain

penyerang yang berada dalam jarak sekitar satu meter dari ring

basket. Para pemain bola basket yang melakukan sebagian

tembakan mereka dari posisi yang dekat dengan ring basket

biasanya memiliki ketepatan tembakan paling tinggi

(persentase bola masuk) 55 hingga 60 persen berhasil dari

semua usaha tembakan mereka.

Pendapat tersebut menunjukkan, tembakan lay up memiliki

peluang yang besar untuk masuk ke dalam ring basket lawan. Hal ini

karena tembakan lay up dilakukan sedekat mungkin dengan ring

basket. Berkaitan dengan tembakan lay up Imam Sodikun (1992: 103)

menyatakan, “Tembakan lay up adalah jenis tembakan yang efektif,

sebab dilakukan pada jarak yang sedekat-dekatnya dengan ring

basket”.Menurut Hal Wissel (2000: 61) berpendapat, “Tembakan lay

up dilakukan dekat dengan ring setelah menangkap bola atau

menggiring bola”. Hal senada dikemukakan Agus Mukholid (2004:

44) bahwa, “Lay up atau melangkah melayang adalah melangkah yang

dilakukan dengan melayang mendekati basket (keranjang), biasanya

setelah lay up dilanjutkan dengan tembakan ke arah basket (keranjang

dengan tanaga yang sedikit, sehingga seolah-olah bola itu diletakkan

ke dalam basket (keranjang)”.

Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan,

tembakan lay up merupakan tembakan yang dilakukan dengan

melayang untuk mencapai ring sedekat mungkin agar lebih mudah

memasukkan bola ke dalam ring basket. Dengan kata lain, lay up shoot

13

adalah tembakan melayang, karena sebelum melakukan tembakan,

pemain melakukan langkah panjang, langkah pendek sebagai persiapan

untuk melompat dan melakukan tembakan sedekat mungkin dengan

ring basket. Rangkaian gerakan dari lay up shoot inilah seolah-olah

melayang, sehingga lay up shoot dikatakan tembakan melayang. Untuk

dapat melakukan tembakan lay up dengan baik, maka harus menguasai

teknik tembakan lay up.

2) Teknik Lay Up Shoot Bola Basket

Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya

perbaikan dan pengembangan unsur teknik untuk mencapai

tujuannya.Teknik dikatakan baik apabila ditinjau dari segi anatomis,

fisiologis, mekanika, biomekanika dan mental terpenuhi

persyaratannya secara baik, dapat diterapkan dalam praktek dan

memberikan sumbangan terhadap pencapaian prestasi maksimal.

Lay up shoot dapat dilakukan dengan baik, jika seorang pemain

bola basket menguasai teknik lay up shoot dengan baik dan benar.

Imam Sadikun (1992: 104) menyatakan, “Teknik tembakan lay up ada

dua cara, yaitu (1) melalui operan dan (2) menggiring bola”.Hal senada

dikemukakan Agus Mukholid (2004: 44) bahwa, “Gerakan melangkah

pada lay up shoot dapat dilakukan dari menerima bola atau gerakan

menggiring bola”.

Prinsip teknik tembakan lay up ada dua cara yaitu, melalui

operan dan diawali dengan menggiring bola. Tembakan lay up melalui

operan yaitu, operan dilakukan oleh teman seregunya secara tepat

(bola setinggidada), pemain berusaha menjemput bola sambil

melompat dan pada saat melayang inilah bola ditangkap. Setelah itu

menumpu dengan kaki yang lain lagi untuk melompat sambil

membawa bola untuk ditembakkan.

Tembakan lay up yang diawali dengan menggiring bola yaitu,

pemain menggiring bola sendiri menuju ke ring basket. Setelah dekat

dengan basket, kemudian melakukan tembakan lay up tergantung pada

14

perkiraan dan keterampilan masing-masing pemain. Menangkap bola

dari menggiring bola tersebut dilakukan dari pantulan bola dari lantai

sambil melayang (melompat), melangkah, melompat untuk menembak

seperti pada gerakan lay up yang dilakukan dengan operan dari teman

seregunya. Perbedaannya hanyalah pada saat menerima bola dari diri

sendiri saat menggiring bola.

Teknik tembakan lay up pada prinsipnya dilakukan melalui

operan teman seregunya atau diawali dari menggiring bola (dribbling).

Hal terpenting dan harus diperhatikan saat akanmelakukan tembakan

lay up harus tepat menangkap bola, melakukan langkah lay up dan

menembakkan bola ke dalam ring basket. Arma Abdoellah (1981:

103) menyatakan, “Yang perlu diperhatikan dalam tembakan lay up

adalah (1) saat menerima bola, (2) saat melangkah, (3) saat

melepaskan bola”. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi

gambar rangkaian gerakan lay up shoot sebagai berikut:

Gambar 1. Rangkaian Gerakan Lay Up Shoot

(Sumber: A. Sarumpaet dkk., 1992: 234)

3) Pelanggaran yang Sering Terjadi Dalam Lay Up Shoot

Lay up adalah bentuk keterampilan yang menuntut skill yang

tinggi. Bagi siswa sekolah, tembakan lay up merupakan salah satu

teknik tembakan bola basket yang sulit untuk dikuasai.

15

Menurut Hal Wissel (2000: 62-63) pelanggaran yang sering

terjadi dalam lay up shoot yaitu:

(1) Pada saat mengambil ancang-ancang menggunakan

lompatan jauh (imbang ke depan atau ke samping)

ketimbang melompat tinggi.

(2) Sebelum melakukan tembakan memutar bola ke arah dalam

dan sehingga gampang dihalangi atau dicuri lawan.

(3) Kehilangan perlindungan dan kontrol pada bola karena

terlalu cepat menarik tangan penyeimbang pada bola.

(4) Tembakan berputar dari samping menghasilkan gerakan

bola yang memutar menjauhi ring.

(5) Bola memantul rendah pada papan dan keluar.Dengan

sedikit sentuhan dengan tangan, tembakan jatuh rendah.

(6) Setelah melakukan lay up tidak siap merebutnya kembali

atau gagal melakukan rebound.

Lay up shoot dapat dilakukan dengan baik, jika pelanggaran-

pelanggaran seperti di atas dapat dihindari. Kesalahan dari gerakan lay

up shoot akan merugikan, karena bola akan menjadi hak lawan. Usaha

untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran dalam gerakan lay up

shoot. Hal Wissel (2000: 63) menyarankan hal-hal sebagai berikut

(1) Jaga posisi kepala tegak dan fokuskan pada target. Jalan

beberapa langkah sebelum memulai (take off) sehingga

dapat cepat menekuk lutut take off dan memeperoleh

momentum gaya angkat. Sewaktu take off angkat lutut yang

satu lagi lurus bersamaan dengan melompat bola ke dalam

keranjang. Kombinasi dari mengangkat lutut ke atas dan

gerakkan tangan akan mendorong tubuh melompat lebih

tinggi.

(2) Angkat bola lurus ke atas ketika menembak.

(3) Jaga tangan penyeimbang pada bola sampai melepasnya.

(4) Tembak dengan tangan yang berada di belakang bola agar

diperoleh spin dan selanjutnya masukkan bola ke dalam

keranjang.

(5) Tembakan bola lebih tinggi dari papan sehingga bola

terpantul masuk ke dalam keranjang. Walaupun tidak tepat

tetapi ada kemungkinan bola akan masuk

(6) Mendarat di tempat yang sama–posisi kaki dengan lutut

dibengkokkan dan siap melakukan rebound.

Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam

gerakan lay up shoot harus segera dibetulkan dan diberi contoh

16

gerakan lay up yang benar. Kesalahan yang dibiarkan akan membentuk

pola gerak yang salah, sehingga kualitas lay up shoot yang dihasilkan

tidak sesuai yang diharapkan.

2. Ring Sesungguhnya

Drs. Nuril Ahmadi ( 2007 : 9-10 ) menjelaskan ring sesungguhnya

adalah ketinggian ring basket standard, yang diukur dari bibir ring ke tanah

dengan ketinggian 3.05 m, diameter ring basket 0.45 m

3. Ring Modifikasi

Latihan lay up bola basket dapat dilakukan dengan memodifikasi alat,

dalam penelitian ini yang dimodifikasi adalah ketinggian ring. Modifikasi

alat yang dimaksud yaitu menggunakan ring dengan ukuran tinggi ring yang

bertahap mulai dari 240cm, 260cm, 280cm dan dengan ketinggian ring yang

sesungguhnya, Sukintaka ( ) maka ketinggian awal ring ditentukan 2,4 meter

dengan ring sesungguhnya 3,05 meter maka setiap peningkatan ketinggian

ring yaitu 20 cm.

2. Belajar Gerak

Di dalam belajar gerak proses seperti pada belajar pada umunya.

Namun proses yang terjadi pada belajar gerak ini memiliki karakteristik yang

berbeda, dimana dalam belajar terlihat suatu proses yaitu, terjadinya

perubahan dalam perilaku motorik sebagai hasil dari belajar yang lebih baik

dari sebelum belajar. Proses belajar gerak melalui beberapa tahapan. Menurut

Fitts & Posner (1967) yang dikutip Sugiyanto (2004:44) “Proses belajar gerak

keterampilan terjadi dalam 3 fase belajar yaitu (1) fase kognitif, (2) fase

asosiatif, (3) fase otonom”.

Dalam pelaksanaannya proses belajar gerak, ada beberapa hukum-

hukum belajar motorik yang harus dipahami dan dimengerti oleh seorang

guru. Hukum-hukum belajar motorik tersebut akan berpengaruh terhadap

keberhasilan proses belajar mengajar keterampilan. Menurut Thorndike yang

dikutip Sugiyanto & Agus Kristiyanto,“Hukum-hukum belajar gerak

17

dibedakan menjadi 3 yaitu (1) hukum kesiapan (2) hukum pembelajaran,dan

(3) hukum pengaruh”.(1998 : 2-3)

Hukum kesiapan (law ofreadness) menurut tahap kesiapan, dimana

dalam pelaksanaan belajar keterampilan siswa harus betul-betul siap untuk

menerimanya. Lebih lanjut Sugiyanto & Agus Kristiyanto (1998:2)

menyatakan “Hukum kesiapan menyatakan bahwa belajar akan berlangsung

sangat efektif jika pelaku berada dalam suatu kesiapan untuk memberikan

respon”.

Hukum pembelajaran (low exercise) merupakan tahap pengulangan

gerak yang dipelajari, mengulang-ulang respon tertentu sampai beberapa kali

akan memperkuat koneksi antara stimulus dan respon. Sugiyanto & agus

Kristiyanto (1998:3) menyatakan, “Hukum pembelajaran mengandung dua hal

yaitu (1) low of use yang menyatakan bahwa hubungan stimulus respon

melemah kalau pembelajaran dihentikan”.

Hukum pengaruh (low of effect) menyatakan, penguatan atau

melemahnya suatu koneksi merupakan akibat dari proses yang dilakukan.

Hubungan stimulus respon menguat bila muncul respon disertai oleh keadaan

menyenangkan atau memuaskan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran

hendaknya materi pembelajaran yang disajikan dapat mendatangkan

kesenangan hingga mampu melakukan secara berulang-ulang sehingga akan

memberi pengaruh yang lebih terhadap hasil belajar.

a. Proses Belajar Lay up

Proses mempelajari gerakan teknik dasar lay up diperlukan jangka

waktu tertentu. Belajar lay up pada dasarnya merupakan suatu proses.

Untuk dapat berubah dari tidak bisa, dari kurang bisa, dari kurang

terampil, memerlukan suatu proses yang disebut sebagai proses belajar.

Dalam prosesnya, belajar gerak teknik dasar lay up melalui

beberapa tahap atau fase pada prinsipnya sama dengan fase dalam proses

belajar gerak keterampilan lainnya. Menurut Fitts and Posner dalam Davis

(1967) yang dikutip Sugiyanto (2000:44) fase-fase tersebut adalah fase

kognitif, fase asosiatif, dan fase otonom.

18

Pada fase kognitif, siswa belajarr tentang apa yang akan dilakukan.

Didalam belajar lay upmula-mula siswa harus mengerti tentang gerakan

lay up. menurut Abdul Rohman (2010:16 ) Latihan lay updapat dilakukan

dua tahap yaitu :

1) Latihan langkah, pada bagian latihan ini tidak menggunakan bola. Cara

melakukan latihan ini adalah sebagai berikut :

a) Menolak dengan salah satu kaki, misalnya dengan kaki kiri

b) Langkah kaki kanan, kemudian kaki kiri lagi

c) Lakukan berulang-ulang

Setelah lancar latihan tersebut kemudian lakukan latihan di atas

dengan berlari. Dengan cara sebagai berikut :

a) Untuk langkah pertama harus panjang, badan condong kedepan

dan untuk melatih langkah pertama itu dapat dipergunakan

rintangan supaya merasakan saat melayang.

b) Langkah kedua pendek dilanjutkan dengan melakukan tolakan ke

atas setinggi mungkin sambi meluruskan tangan ke atas.

c) Mendarat dengan kedua kaki mengeper.

2) latihan langkah dilanjutkan dengan tembakan lay up dengan

menggunakan bola. Cara ini dapat dilakukan dengan gerakan sebagai

berikut :

a) Berlari kemudian melangkah, pada waktu badan melayang ambil

bola dari tangan kawan yang telah disediakan.

b) Lakukan dua irama langkah, langkah yang terakhir pendek dan

langsung menolak keatas setinggi-tingginya.

c) Luruskan lengan yang memegang bola, lepaskan bola kepapan

pantul tepat pada garis tegak lurus di atas ring, pandangan ke papan

pantul.

d) Kalau bola tepat mengenai garis yang tegak lurus dengan tidak

terlalu keras, maka bola akan masuk ke keranjang.

e) Mendarat dengan dua kaki.

3. Latihan

a. Pengertian Latihan

Untuk menjelaskan apa sebenarnya latihan itu, akan dikemukakan

beberapa definisi latihan. Menurut Joseph Nosseck (1982:12) menyatakan

bahwa, “Latihan adalah suatu proses penyempurnaan olahraga yang diatur

dengan prinsip-prinsip yang bersifat ilmiah, khususnya prinsip-prinsip

paedagogis. Proses ini yang direncanakan dan sistematis, meningkatkan

kesiapan untuk tampil dari seorang olahragawan atau olahragawati”.

19

Definisi lain dikemukakan oleh Suharno HP. yang memberikan

batasan sebagai berikut, “Latihan adalah suatu proses mempersiapkan

organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi maksimal

dengan diberi beban-beban fisik dan mental yang teratur, terarah,

meningkat dan berulang-ulang waktunya”(1993:7). Sedangkan menurut

Harsono (1988:101) mengemukakan bahwa, “Training adalah proses yang

sistematis dari kerja atau latihan secara berulang-ulang dengan menambah

jumlah beban latihan atau pekerjaannya”.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa latihan

harus direncanakan dengan baik, berkesinambungan, tersusun dan terarah

pada tujuan yang akan dicapai. Yang dimaksud terencana dan

berkesinambungan adalah terencana menurut jadwal, pola dan system

tertentu dari yang mudah ke yang sukar atau dari yang sederhana ke yang

komplek.

Pelaksanaan latihan dengan penambahan beban harus diprhatikan

pada kemampuan individu agar dapat meningkatkan kemampuan individu

secara optimal. Latihan dapt meningkatkan prestasi atlet apabila dalam

pelaksanaannya memperhitungkan penambahan-penambahan kemampuan

secara bertahap yang disesuaikan dengan kemampuan individu dalam

menanggapi rangsang yang diberikan.

Dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-

pengulangan yang konstan maka gerakan-gerakan yang semula dianggap

sukar atau sulit dilakukan lama-kelamaan akan merupakan gerakan yang

otomatis dan reflektif yang semakin kurang membutuhkan konsentrasi

pusat-pusat saraf daripada sebelum melakukan latihan-latihan. Dengan

demikian maka hal ini akan mengurangi jumlah tenaga yang dikeluarkan,

sebab gerakan-gerakan tambahan yang tidak diperlukan dapat diabaikan.

20

b. Aspek- Aspek Latihan

Tujuan latihan adalah membantu atlet atau siswa meningkatkan

keterampilan dan prestasi semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan

dari latihan tersebut selain melakukan latihan secara sistematis dan

pengulangan secara konstan ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan.

Lebih lanjut aspek-aspek latihan menurut Harsono (1988:100)

1) Latihan Fisik

Kondisi fisik sangat penting dan diperlukan karena bisa

mempengaruhi dapat dan tidaknya mengikuti suatu latihan. Tanpa

kondisi fisik yang baik tidak akan dapat mengikuti latihan dengan

baik. Komponen fisik yang perlu diperhatikan adalah daya tahan,

kekuatan kelentukan (fleksibilitas), power, kecepatan (speed). Daya

tahan kardiovaskuler dan kelincahan (agility). Dalam bola basket

latihan fisik juga sangat diperlukan.

2) Latihan Teknik

Yang dimaksud latihan teknik adalah latihan untuk

mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan untuk mampu

melakukan salah satu cabang olahraga yang dilakukan. Latihan teknik

dimaksudkan untuk membentuk dan memperkembangkan kebiasaan-

kebiasaan motorik. Kesempurnaan teknik dasar setiap gerakan adalah

penting karena akan menentukan gerak keseluruhan. Oleh karena itu

teknik dasar harus dilatih dan dikuasai dengan sempurna.

3) Latihan Mental

Perkembangan mental atlet atau siswa tidak kalah pentingnya

dari perkembangan kedua faktor diatas, sebab meskipun

perkembangan fisik dan teknik sudah sempurna tetapi mentalnya tidak

berkembang, prestasi yang optimal tidak akan tercapai. Latihan mental

adalah latihan yang menekankan pada perkembangan kedewasaan,

perkembangan emosional dan impulsif.

c. Prinsip-Prinsip Latihan

Tujuan dari latihan olahraga prestasi yaitu mencapai prestasi yang

semaksimal mungkin. Untuk mencapai prestasi yang tinggi harus

dilakukan latihan secara sistematis dan terprogram. Tujuan latihan dapat

tercapai secara maksimal jika dalam latihan diterapkan prinsip-prinsip

latihan yang baik dan tepat. Adapun tujuan prinsip latihan menurut

Sudjarwo (1993:21) yaitu, “Agar pemberian dosis latihan dapat

dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”. Sedangkan yang

21

dimaksud dengan prinsip latihan menurut Nosseck bahwa, “Prinsip latihan

merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan

terorganisir dengan baik. Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal,

hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan

tepat”(1982:14).

Prinsip latihan pada dasarnya merupakan pedoman yang digunakan

dalam latihan yang terorganisir secara baik dan teratur agar tujuan latihan

dapat tercapai. Jika dalam latihan berpedoman prinsip latihan yang baik,

maka sangatlah penting agar pemberian dosis latihan tepat. Pemberian

dosis latihan yang tepat dalam latihan, maka tujuan latihan akan tercapai

sesuai yang diharapkan. Menurut A.Hamidsyan Noer (1996: 8-11) prinsip-

prinsip latihan dalam olahraga meliputi : “(1) Latihan yang dilakukan

hendaknya diulang-ulang, (2) Latihan yang diberikan harus cukup berat,

(3) Latihan yang diberikan harus cukup meningkat, (4) Latihan harus

dilakukan secara teratur dan, (5) Kemampuan berprestasi”.

Tujuan umum latihan pada prinsipnya sangat luas. Namun hal yang

utama dari latihan olahraga prestasi yaitu, untuk meningkatkan

keterampilan dan mencapai prestasi setinggi mungkin dari atlit yang

berlatih.

Hasil latihan dapat dicapai secara maksimal maka harus

berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar.Prinsip-prinsip latihan

tersebut hendaknya diterapkan dalam pelaksanaan pelatihan.Setiap prinsip

latihan tersebut memiliki penekanan secara khusus, oleh karenanya harus

dipahami dan dikuasai dengan baik.Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip

latihan tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

1) Latihan Harus Diulang-Ulang

Mengulang-ulang terhadap bentuk gerakan yang dipelajari

adalah sangat penting untuk menguasai teknik suatu cabang olahraga

atau meningkatkan kemampuan fisik.Pengulangan gerakan hendaknya

dilakukan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya.Hal ini dimaksudkan

untuk mempermahir teknik yang dipelajari menuju otomatisasi

22

gerakan yang efektif dan efisien.Seperti dikemukakan Sudjarwo (1993:

44) bahwa, “Latihan teknik yang dilakukan secara berulang-ulang

bertujuan untuk mengotomatisasikan gerakan sesuai dengan teknik

yang dikehendaki.Pada hakekatnya pengembangan teknik merupakan

bagian dari usaha meningkatkan keterampilan menuju gerakan cermat,

efisien dan efektif”.

Suatu teknik cabang olahraga yang dipelajari jika dilakukan

secara berulang-ulang, agar gerakan tersebut akan menjadi gerakan

otomatis dan reflektif. Dengan gerakan yang otomatis maka dapat

melakukan gerakan dengan cepat dan tenaga yang dikerahkan lebih

efisien. Suharno HP. (1993: 22) menyatakan, “Penguasaan skill secara

otomatis dan benar tidak hanya dipelajari secara teoritis, melainkan

masih dituntut latihan praktik di lapangan secara berulang-ulang dan

terus menerus, sehingga jumlah ulangan gerak sampai ribuan kali”.

2) Latihan yang Diberikan Harus Cukup Berat

Latihan yang diberikan harus cukup berat maksudnya yaitu,

latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang semakin

berat atau prinsip overload. Dengan pemberian beban latihan yang

cukup berat akan merangsang tubuh untuk dapat beradaptasi dengan

lingkungannya. Pemberian beban latihan yang cukup berat ini harus

berpedoman pada prinsip beban lebih (overload principle), dimana

melalui rangsangan (stimulasi) maksimal atau hampir maksimal

dengan latihan yang kian hari kian meningkat dan kian bertambah

berat maka perubahan-perubahan dalam tubuh akan dapat

tercapai.Andi Suhendro (2007: 3.7) menyatakan, “Seorang atlet tidak

akan meningkat prestasinya apabila dalam latihan mengabaikan prinsip

beban lebih”.Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95) berpendapat:

Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik

dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban

lebih. Kalau beban latihan terlalu ringan, artinya di bawah

kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa

23

sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia

mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa,

pengulangan latihan yang konstan dan dilakukan berulang kali harus

diikuti dengan penambahan beban latihan.Salah satu hal yang harus

tetap diperhatikan dalam peningkatan beban latihan harus tetap berada

di atas ambang rangsang latihan.

3) Latihan Harus Cukup Meningkat

Pemberian beban latihan harus dilakukan secara bertahap yang

kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan

efektivitas kemampuan fisik atau teknik. Peningkatan beban latihan

hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan atlet serta

ditingkatkan setahap demi setahap. Bila suatu latihan yang diberikan

terlalu cepat dengan pemberian beban latihan yang ditingkatkan secara

cepat pula maka akan dapat menyebabkan terjadinya kelainan-kelainan

dalam tubuh. Seperti dikemukakan Russel Pate., Clenaghan

&Rotella(1993: 318) bahwa “Terlalu cepat tekanan peningkatan

latihan dapat menyebabkan kelelahan dan menggangu penampilan”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam meningkatkan

beban latihan harus direncanakan dengan tepat dan disesuaikan dengan

kemampuan atlet. Beban latihan yang terlalu berat dan diberikan dalam

waktu yang cepat pula akan mengakibatkan tubuh mengalami

kelelahan yang berlebihan. Hal ini disebabkan tubuh belum mampu

untuk menerima pembebanan yang ditingkatkan secara cepat dan dapat

menyebabkan terjadinya gejala-gejala overtraining.

4) Latihan Harus Dilakukan secara Teratur

Latihan yang dilakukan secara teratur dan kontinyu akan

membawa tubuh untuk dapat segera menyesuaikan diri dengan alam

sekitarnya secara teratur pula. Latihan yang teratur dilakukan sekali

dalam seminggu bertujuan untuk memelihara kondisi fisik. Bila

24

dilakukan sedikitnya tiga kali dalam seminggu atau lebih akan dapat

diharapkan meningkatnya prestasi yang cukup.

Pelaksanaan latihan dapat dilakukan secara teratur, maka harus

didukung program latihan yang tepat.Hal ini karena masa-masa puncak

prestasi seseorang selalu berubah-ubah. Russel, Pate., Clenaghan &

Rotella (1993: 319) menyatakan, “Hanya sedikit olahragawan yang

dapat mempertahankan tingkat penampilan puncaknya lebih dari

beberapa minggu, dengan demikian jadwal latihan dan pertandingan

perlu disusun sedemikian rupa sehingga penampilan puncak dapat

dicapai pada waktu yang diharapkan”.

5) Kemampuan Berprestasi

Prestasi yang tinggi merupakan tujuan dari latihan olahraga

prestasi. Prestasi yang tinggi dapat dicapai tidak terlepas dari

dukungan beberapa faktor. A. Hamid Syah Noer (1995: 11)

menyatakan “Kemampuan berprestasi di samping ditentukan oleh

faktor latihan juga ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, bakat dan

kemauan”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, faktor

yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi di antaranya usia, jenis

kelamin,bakat dan kemauan. Perlu disadari bahwa prestasi yang akan

dicapai seseorang mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, tetapi

batas-batas kemampuan itu sangat relatif. Jika pada suatu saat setelah

menjalani latihan-latihan, atlet merasa tidak ada kemajuan, hendaklah

disadari bahwa prestasi yang dicapai sudah hampir mendekati puncak.

Prestasi yang hampir mencapai puncak memang sangat lambat

kemajuannya.

d. Komponen-Komponen Latihan

Setiap pelatihan olahraga akan mengarah kepada sejumlah

perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, kejiwaan dan

25

keterampilan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu

yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume),

beban dan kecepatannya intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas).

Semua komponen dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model

yang sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang

olahraga yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan

tujuan latihan secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan

dalam mencapai tujuan penampilannya yang telah direncanakan. Cabang

olahraga yang banyak menentukan keterampilan yang tinggi termasuk bola

basket, maka kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan.

Menurut Andi Suhendro (2007: 3.17) bahwa, “Komponen-komponen

penting yang harus diperhatikan dalam suatu latihan meliputi: (1) volume

latihan, (2) intensitas latihan, (3) density atau kekerapan latihan dan, (4)

kompleksitas latihan”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, komponen-komponen

latihan yang harus diperhatikan terdiri dari volume latihan, intensitas

latihan, density latihan dan kompleksitas latihan.Komponen-komponen

latihan tersebut berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.Oleh

karena itu, komponen-komponen latihan tersebut harus diterapkan dengan

baik dan benar agar tujuan latihan dapat tercapai secara maksimal. Untuk

lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat

sebagai berikut:

1) Volume Latihan

Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang

sangat penting untuk mendapatkan teknik yang tinggi dan pencapaian

fisik yang lebih baik. Menurut Bompa (1990: 2) volume diartikan

“Sebagai jumlah kerja yang dilakukan selama satu kali latihan atau

selama fase latihan”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (2007:

3.17) bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan

26

jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat

ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang

ditempuh”. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP. (1993: 32) adalah

“Ulangan gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran".

Pengertian seri atau set, menurut M. Sajoto (1995: 34) adalah, “Suatu

rangkaian kegiatan dari satu repetisi”.

Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari

semua cabang olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga

pada cabang olahraga yang menuntut kesempurnaan teknik atau

keterampilan taktik.Hanya jumlah pengulangan latihan yang tinggi

yang dapat menjamin akumulasi jumlah keterampilan yang diperlukan

untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif.Perbaikan penampilan

seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan jumlah satuan

latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan.

Menurut Bompa (1990: 4) dalam latihan harus diperhitungkan

dan dipertimbangkan dua jenis volume “(1) Volume relatif dan, (2)

Volume absolut”. Volume relatif diartikan sebagai jumlah total waktu

yang dipakai dalam latihan oleh sekelompok atlet sewaktu melakukan

latihan yang khusus atau tahap latihan. Volume relatif jarang memiliki

nilai untuk masing-masing individu, selama pelatih tahu waktu

keseluruhan latihannya. Sedangkan volume absolut merupakan ukuran

jumlah kerja yang dilakukan setiap atlet persatuan waktu dan biasanya

dalam satuan menit.

2) Intensitas Latihan

Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat

penting untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang

dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang

dilakukan dalam satuan waktu akan lebih tinggi pula intensitasnya.

Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang

dilakukan dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari

27

beban kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat diantara tiap

ulangannya. Suharno HP. (1993: 31) menyatakan, “Intensitas adalah

takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi

atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun

pertandingan”.

Hasil latihan dapat dicapai secara optimal, maka intensitas

latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Intensitas suatu latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka

pengaruh latihan yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama

sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan terlalu tinggi dapat

menimbulkan cidera.

3) Densitas Latihan

Menurut Andi Suhendro (1999 : 3.24) bahwa, “Density

merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan

yang dilakukan”.Dengan demikian densitas berkaitan dengan suatu

hubungan yang dinyatakan dalam waktu antara kerja dan pemulihan.

Densitas yang mencukupi akan menjamin efisiensi latihan,

menghindarkan atlet dari kelelahan yang berlebihan. Densitas yang

seimbang akan mengarah kepada pencapaian rasio optimal antara

rangsangan latihan dan pemulihan.

Istirahat interval yang direncanakan diantara dua rangsangan,

bergantung langsung pada intensitasnya dan lamanya setiap

rangsangan yang diberikan.Rangsangan di atas tingkat intensitas

submaksimal menuntut interval istirahat yang relatif lama, dengan

maksud untuk memudahkan pemulihan seseorang dalam menghadapi

rangsangan berikutnya.Sebaliknya rangsangan pada intensitas rendah

membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, karena tuntutan

terhadap organismenya pun juga rendah. Seperti yang dikemukakan

oleh Suharno HP ( 1993 : 33 ) menyatakan, “ intensitas untuk latihan

28

daya ledak adalah 40% - 60% dari kemampuan maksimal, set 4-6,

recovery antar set 2 -3 menit “.

4) Kompleksitas Latihan

Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang

dilaksanakan dalam latihan.Kompleksitas dari suatu keterampilan

membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab penting dalam

menambah intensitas latihan. Keterampilan teknik yang rumit atau

sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan

menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama

tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah.

Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang

kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki

koordinasi yang baik dan yang jelek.Seperti dikemukakan Astrand dan

Rodahl dalam Bompa (1990: 28) bahwa, “Semakin sulit bentuk latihan

semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi

mekanismenya”.

Komponen-komponen latihan yang telah disebutkan di atas

harus dipahami dan diperhatikan dalam pelaksanaan latihan.Untuk

memperoleh hasil latihan yang optimal, komponen-komponen latihan

tersebut haru diterapkan dengan baik dan benar.

(a) Alat Bantu Latihan

Keluhan umum para guru Penjasorkes dalam melaksanakan

pembelajaran Penjasorkes karena keterbatasan alat. Untuk

mengatasi keterbatasan alat pembelajaran Penjasorkes, maka dapat

menggunakan alat bantu. Berkaitan dengan alat bantu Sriyono

Brotosuryo, Sunardi & M. Furqon H. (1994: 294) menyatakan,

“Alat bantu yaitu alat-alat yang digunakan oleh guru sebagai

sarana untuk membantu pelaksanaan kegiatan mengajar”. Menurut

H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto & Sutijan (1998: 37)

bahwa, “Alat bantu belajar atau pembelajaran adalah semua alat

29

yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud

untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber

(guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa)”.

Berdasarkan pengertian alat bantu yang dikemukakan dua

ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, alat bantu yaitu, semua alat

dalam kegiatan pembelajaran yang berfungsi untuk membantu

menyampaikan materi pelajaran. Alat bantu ini dapat

menggunakan berbagai benda yang berkaitan dengan materi

pelajaran yang disampaikan. Sriyono Brotosuryo, Sunardi & M.

Furqon H. (1994: 294) menyatakan:

Jenis dan alat bantu mengajar yang dikembangkan di

Indonesia antara lain:

(1) Bahan-bahan cetakan atau bacaan

(2) Alat bantu mengajar/audio (dengar)

(3) Alat bantu tanpa proyeksi

(4) Alat bantu dengan proyeksi

(5) Lingkungan dan sumber-sumber masyarakat

(6) Kumpulan benda-benda.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, alat bantu

pembelajaran mencakup enam macam yaitu, bahan-bahan cetakan

atau bacaan, alat bantu audio (dengar), alat bantu tanpa proyeksi,

alat bantu dengan proyeksi, lingkungan dan sumber-sumber

masyarakat dan kumpulan benda-benda. Dari enam macam alat

bantu tersebut, seorang guru dapat memilihnya sesuai dengan

kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran.

Alat bantu pembelajaran sangat berperan penting untuk

mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Sriyanto

(2010) dalam blog sport-nya dikatakan, “Yang dimaksud alat bantu

pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam

menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih

sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan

30

meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran”.

Sedangkan M. Sobry Sutikno (2009: 106-107) menyatakan:

Ada beberapa fungsi penggunaan alat dalam proses

pembelajaran di antaranya:

(1) Menarik perhatian siswa

(2) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam

proses pembelajaran.

(3) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat

verbalitis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan)

(4) Mengatasi keterbatasan ruang

(5) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif

(6) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan

(7) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar

(8) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari

sesuatu atau menimbulkan gairah belajar

(9) Melayani gaya belajar siswa beraneka ragam.

(10) Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa

dalam kegiatan pembelajaran.

Alat bantu pembelajaran memiliki fungsi yang sangat luas

dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan alat bantu

pembelajaran yang baik dan tepat, maka akan mendukung

pencapaian hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, seorang

guru penjas harus mampu memanfaatkan berbagai macam alat

bantu pembelajaran, agar materi pembelajaran dapat diterima oleh

siswa secara optimal. Rusli Lutan & Adang Suherman (2000: 46)

menyatakan, “Terbuka kesempatan guru pendidikan jasmani untuk

membuat sendiri alat-alat sesuai dengan kebutuhan guna

menyampaikan bahan pelajaran”.

Pembelajaran lay up shoot bola basket dengan modifikasi

ring dilakukan dengan cara yang mudah kemudian secara bertahap

ditingkatkan ke gerakan yang lebih sulit dan kompleks. Karena

dalam memodifikasi pembelajaran pendidikan jasmani dapat

dilakukan dari berbagai aspek. Menurut H.J.S. Husdarta

(2009:180) bahwa, “ Komponen – komponen penting dalam

pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan yang dapat

31

dimodifikasi meliputi : “(1) Ukuran, berat, bentuk peralatan yang

dipergunakan, (2) Lapangan permainan, (3) Waktu bermain atau

lamanya permainan, (4) Peraturan permainan, dan (5) Jumlah

pemain”.

Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran lay up shoot

bola basket dengan memodifikasi ring basket termasuk modifikasi

ukuran, berat, atau bentuk peralatan yang dipergunakan. Ditinjau

dari modifikasi pembelajaran, modifikasi ring basket termasuk

modifikasi lingkungan belajar.Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan

Adang Suherman (2000:4) menyatakan modifikasi lingkungan

pembelajaran ini menyangkut banyak aspek. Hal ini didasarkan

pada keadaan kondisi lingkungan yang digunakan dalam proses

belajar mengajar keterampilan. Modifikasi kondisi lingkungan

pembelajaran meliputi : “(1) peralatan, (2) penataan ruang gerak

dalam berlatih, (3) jumlah siswa yang terlibat dan, (4) organisasi

atau formasi berlatih” .

Modifikasi ring basket yang dimaksud yaitu, menata ring

basket lebih rendah dari ketinggian yang sebenarnya. Dari

ketingian ring basket sebenarnya 3.05 meter dari lantai diturunkan

lebih rendah menurut kebutuhan. Misalnya ring basket dibuat

dengan ketinggian awal 2.40 meter kemudian ditambah 20cm

menjadi 2.60 meter, bertambah 20cm menjadi 2.80 meter

kemudian kembali pada ring dengan ketinggian standart yaitu 3.05

meter. Hal ini karena, ketinggian ring basket 3.05 meter siswa

merasa sulit untuk melakukan lay up shoot. Sehingga diturunkan

20cm dari ketinggian standart ring, diharapkan siswa lebih mudah

melakukan lay up shoot.

H.J.S. Husdarta (2009 : 179 ) menyatakan alasan utama

perlunya dimodifikasi adalah :

32

1) Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil,

kematangan fisik dan mental anak belum selengkap

orang dewasa.

2) Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani selama

ini kurang efektif, hanya bersifat lateral dan monoton.

3) Fasilitas pembelajaran pendidikan jasmani yang ada

sekarang hampir semuanya untuk orang dewasa .

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa memodifikasi

pembelajaran keterampilan sangat penting bagi anak – anak

(siswa). Karena dalam membelajarkan keterampilan yang suli bagi

anak – anak (siswa) harus dilakukan dari cara yang mudah. Untuk

selanjutnya ditingkatkan ke gerakan yang sulit dan kompleks.

Sugiyanto (1996:31) menyatakan, “Pertimbangan menentukan

urutan materi belajar

keterampilan didasarkan pada, (1) tingkat kesulitan

gerakan, (2) tingkat kompleksitas gerakan, (3) intensitas

penggunaan daya fisik dan, (4) kemungkinan menimbulkan

transfer positif “.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran lay

up shoot bola basket dengan modifikasi ring basket merupakan

cara belajar keterampilan yang dilakukan dari cara yang mudah,

kemudian pembelajaran ditingkatkan secara bertahap ke tingkat

yang lebih sulit atau kompleks. Hal ini dimaksudkan agar siswa

memiliki keterampilan awal yang memadai. Jika pada akhirnya

ditingkatkan pada keterampilan yang lebih sulit atau kompleks

siswa akan lebih mudah dan cepat beradaptasi.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, tidak ada ketentuan

khusus bahwa alat bantu yang digunakan harus alat yang lazim

digunakan dalam kegiatan olahraga sebenarnya. Oleh karena itu,

seorang guru Penjasorkes dituntut inovasi dan kreativitasnya untuk

menciptakan atau menggunakan alat bantu karena keterbatasan

sarana pembelajaran Penjasorkes.

33

4. Otot Penunjang Lay Up Shoot

Kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan

gerak atau bentuk suatu benda (Russel, Bounce, Robert, 1984 : 181). Cara

otot berkontraksi untuk menghasilkan kekuatan sangat dipengaruhi oleh

kemampuan otot yang akan menentukan macam gerakan dan gerakan yang

dihasilkannya (Russel, dkk, 1984 : 150). Kekuatan otot adalah kekuatan

maksimum yang digunakan dengan satu kontraksi maksimal (Russel, dkk,

1984 : 150).

Dari keterangan diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa

kekuatan adalah penyebab adanya gerakan ketrampilan. Dalam hal ini

adalah kekuatan otot tungkai terhadap hasil lay up dalam permainan bola

basket adalah merupakan fungsi kekuatan yang dimaksud.

Dalam gerakan lay up shoot kekuatan otot tungkai merupakan

komponen yang dominan. Karena semakin besar kekuatan otot tungkai

maka semakin besar pula tolakan atau daya ledak kaki untuk melompat

kearah ring basket.

Lengan merupakanorgan tubuh yang berperan langsungmelakukan

lay up shoot. Lengan adalah organ tubuh yang panjangnya dari akromeon

sampai ke ujung jari tengah. Pada bagian lengan atas terdapat tulang

lengan atas (tulang humerus) dengan sekumpulan otot, diantaranya

Musculus Bichep brachili, Musculus Brachialis, Musculus Corabobra

brachialis, Mosculus Trichep Brachi, Musculus fleksor digitilongus,

Musculus Brachio radialis, Misculus Bisep brachineoput longus. Lengan

atas ini bagian atas berhubungan dengan bahu dengan dihubungkan oleh

sendi bahu (Articulasio Humeri) dan pada bagian bawah berhubungan

dengan lengan bawah yang dihubungkan oleh sendi siku (Articulasio

Cubiti). Pada lengan bawah ada dua tulang yaitu tulang hasta (tulang

radius) dan tulang pengumpil (tulang ulna), pada bagian bawah tulang ini

berhubungan dengan telapak tangan dengan dihubungkan oleh sendi

pergelangan tangan (Articulasio Radiocarpalia).Otot-otot yang terdapat

34

pada lengan bawah antara lain Musculus Brachialis, Musculus

Ekstensorcarpi, Musculus Radius longus, Musculus Digitorum kommunis

dan Musculus Fleksor radialis.(google search : otot penunjang lay up

shoot)

Tubuh manusia terdiri dari bermacam-macam otot, dimana dalam

suatu gerakan otot-otot tersebut saling mendukung antara otot yang satu

dengan yang lainnya. Karena tanpa saling keterkaitan otot-otot tersebut

tidak dapat mencapai hasil yang maksimal. Namun walaupun begitu ada

bagian otot yang dominan saat melakukan gerakan.

Dalam gerakan lay up shoot kita juga harus memperhatikan otot-

otot yang mendukung saat melakukan gerakan tersebut. namun juga

melihat kualitas dari sistem otot tersebut. Karena kualitas dari sistem otot

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti : jenis serabut, ukuran, kapasitas

sistem penyediaan tenaga, aliran darah serta ada tidaknya faktor-faktor

penghambat. Menurut Sugiyanto (1993:19) faktor-faktor yang dapat

mengganggu kerja otot adalah : sistem saraf, suhu keasaman (pH) darah,

kadar elektrolit darah, bahan-bahan kimia sisa metabolisme, serta

gangguan pada sistem penyediaan tenaga.

Menurut Harsono (1988:176), kekuatan adalah kemampuan dari

otot untuk dapat mengatasi tekanan atau beban dalam aktivitas. Wilmore

(1992:14) mengatakan bahwa kekuatan adalah kemampuan maksimum

untuk mengerakan atau melawan suatu daya. Kekuatan juga diartikan

sebagai komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam

mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu

bekerja(Sajoto,1995:8).

Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa kekuatan atau kekuatan

adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang dalam

mengerahkan tenaga secara maksimal untuk melakukan kontraksi atau

gerakan.

Faktor-faktor penentu kekuatan adalah sebagai berikut : 1) Besar

kecilnya melintas otot, 2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam

35

melawan beban, semakin banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan

semakin bertambah, 3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, semakin

besar skelet semakin besar kekuatannya (Suharno, 1993:28)

Pada pembahasan mengenai lay up shoot, telah diterangkan bahwa

pola gerak lengan untuk melakukan lay up shootada tahapan yang sesuai

dengan analisa pola gerak tersebut, maka kesimpulannya otot-otot lengan

yang bekerja antara lain:

1. Untuk mengggerakan extensor siku, yaitu saat melakukan sanggahan

atau topangan yaitu otot triceps

2. Untuk menggerakan lengan kedepan pada saat ayunan kedepan yaitu

otot teres major, sub scapularis, latisimusdorsi dan pectoralis major

3. Untuk menggerakan lengan sebagai pendorong saat melakukan

gerakan lanjutan, yaitu otot latisimusdorsi, pectoralis major, teres

major dan triceps

Seorang olahragawan apabila ingin memperoleh kekuatan untuk

mencapai hasil prestasi yang diinginkan maka dituntut untuk melakukan

latihan guna meningkatkan kekuatan. Program latihan peningkatan

kekuatan otot paling efektif adalah program latihan memakai beban atau

weight training program (M. Sajoto, 1988:42).

Sebab dengan latihan berbeban maka akan dapat tercapainya

pengembangan kekuatan otot secara maksimum. Disamping itu kita bisa

menentukan dengan mudah otot yang akan dikembangkan kekuatannya

sesuai dengan cabang olahraga yang dikehendaki.

Latihan berbeban mempunyai dua dasar fisiologis untuk

meningkatkan kekuatan secara maksimum. M. Sajoto (1988) menyatakan :

36

Pertama bahwa semua program latihan harus berdasar SAID, yaitu

Spesific Adaptation to Imposed Demand. Prinsip tersebut

mengatakan bahwa latihan hendaknya khusus sesuai dengan

sasaran yang diinginkan. Bila harus meningkatkan kekuatan otot

maka program harus memenuhi syarat untuk itu. Sedangkan yang

kedua, bahwa latihan haruslah diberikan berdasarkan prinsip

overload. Prinsip ini menjamin agar tubuh mendapat tekanan

dengan besarnya beban makin meningkat, yang diberikan secara

bertahap dalam jangka waktu tertentu. Pada dasarnya yang perlu

diperhatikan dalam menyusun program latihan berbeban, yaitu

menuju hal yang khusus untuk cabang olahraga yang ditentukan,

dan hendaknya latihan dapat merangsang betul pada gerakan

cabang olahraga tersebut. (hlm.114)

Kekuatan (strength) adalah komponen kondisi fisik seseorang

tentang kemampuannya dalam menggunakan otot untuk menerima beban

sewaktu kerja tertentu. Oleh karena itu kekuatan memegang peranan

penting dalam melindugi seseorang dari kemungkinan cidera yang cukup

parah. Dengan kekuatan seseorang dapat berlari dengan cepat, melempar

jauh, mendorong dengan kuat, menendang dengan kuat, memukul lebih

keras, demikian pula dapat membantu memperkuat sendi-sendi.

Kekuatan otot lengan adalah upaya maksimal seseorang dalam

melakukan aktifitas gerak yang melibatkan otot-otot yang terdapat pada

lengan secara maksimal. (M. Sajoto 1992:12)

Dalam permainan bola basket, lay up shoot memerlukan peranan

penting dari kekuatan otot lengan yaitu untuk mendorong, melempar, atau

memasukkan bola kedalan ring untuk memperoleh poin. Adapun bentuk

tes dan pengukuran kekuatan otot lengan yaitu dengan menggunakan alat

yaitu pull push. Cara menggunakannya yaitu posisi tangan memegang alat

didepan dada, lengan membentuk sudut. Lengan bagian atas lurus dengan

bahu sedangkan lengan bagian bawah lurus bengan alat. Kemudian tarik

alat tersebut sekuat tenaga, sehingga alat tersebut menunjukkan berapa

besar kekuatan otot lengan seseorang.

37

a). Pengertian Power

Power sangat diperlukan dalam cabang – cabang olahraga,

seperti halnya pada latihan lay up shoot bola basket. Otot merupakan

bagian komponen tubuh yang sangat dominan karena adanya otot,

tulang, persendian, ligament serta tendon sehingga gerakan dapat

terjadi melalui gerakan tarikan otot serta jumlah serabut yang

diaktifkan.Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang

didalamnya melibatkan kerja otot secara maksimal.dengan kata lain

power adalah gabungan dari 2 unsur yaitu kekuatan dan kecepatan

menurut Sudjarwo (1995 : 27) explosive power merupakan kemampuan

otot (segerombolan otot) untuk melawan beban atau tahanan dengan

kecepatan tinggi dalam satu gerakan.

Berdasarkan pergertian power dapat disimpulkan bahwa otot

merupakan kemampuan seseorang untuk mengatasi beban dengan

mengarahakan kekuatan otot secara maksimal dalam waktu yang

sesingkat mungkin. Dapat dirumuskan bahwa pengertian otot lengan

adalah kemampuan otot atau sekelompok otot lengan untuk

mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat –

singkatnya.

b). Otot-Otot Penunjang / Power Otot Lengan

Lengan merupakan bagian tubuh yang dominan dalam permaian bola

basket.Keberadaan lengan, ditinjau dari anatomi \ lengan merupakan

anggota gerak atas.Sebagai anggota gerak atas lengan terdiri dari seluruh

lengan, mulai dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan. Menuru Hasan

Doewes (1993:22) bahwa "rangka daripada anggota gerak atas dibagi

menjadi 3 bagian besar: (1) sceleton brachii, (2) sceleton ante brachii, (3)

sceleton mani."

Tulang-tulang pada lengan tersebut dilapisi berbagai macam

otot. Berkaitan dengan otot, menurut dr. Dwi Hatmisasi A, dkk(2007 :

52) menyatakan, "Sebuah otot adalah kumpulan dari benang – benang

38

panjang yang dibuat dari sel – sel dan dikelompokkan.Dalam gerakan

shooting bola basket, otot-otot lengan sangat berperan penting untuk

menghasilkalay up shoot yang maksimal untuk dapat masuk ke target

sasaran.Adapun otot-otot yang terdapat pada lengan menurut Evelyn

Pearce (1999:112) yaitu: "otot deltoid, otot trisep, otot brakhioradialis,

otot extensor karpi radialis longus, otot extensor digitorum, otot

extensor dan abduktor ibu jari, ototankonecus, otot extensor

karpiulnaris, otot extensor retinakulum".

Dalam gerakan lay up shootbola basket, otot-otot lengan

mempunyai peran penting untuk menghasilkanlay up shootyang

maksimal, efektif dan efisien.Dalam gerakan lay up shoot, otot-otot

lengan harus dikerahkan sebaik mungkin pada teknik yang benar.

Lengan mengerahkan otot-otot lengan secara tepat pada teknik yang

benar, maka akandiperoleh lay up shootyang memuaskan.

c). Latihan Untuk Meningkatkan Power.

Untuk meningkatkan kemampuan fisiologis kekuatan otot

haruslah melalui suatu bentuk latihan yang terprogram secara intensif

dan teratur.Maka seorang atlet bolabasket agar dapat mencapai prestasi

yang maksimal maka harus selalu membina dan mengembangkan

bentuk – bentuk latihan yang sesuai. Dalam mencapai prestasi lay up

shootini perlu ada latihan – latihan kekuatan otot lengan, karena

dengan kuatnya otot lengan pengarunya sangat besar terhadap

keberhasilanlay up shoot .

Suharno HP (1993 : 38) ciri – ciri latihan daya ledak adalah :

1 Meningkatkan beban relatif ringan (berat badan atau tambahan

beban luar).

2 Gerakan latihan dinamis.

3 Gerakan-gerakan merupakan suatu gerakan yang singkat dan

selaras.

Kunci dalam latihan ini adalah mula – mula dipusatkan pada

pembentukan kekuatan kemudian setelah masa tertentu beralih menitik

beratkan pada kecepatan.Hal imi dikarenakan dalam latihan power

39

harus menggabungkan antara latihan kekuatan dan latihan kecepatan,

faktor tersebut tetap harus dikombinasikan agar memperoleh hasil

yang maksimal.Oleh karena itu sebelum latihan untuk daya ledak, atlet

harus sudah memiliki suatau tingkatan kekuatan otot yang baik.

5. Latihan Lay Up Shoot

a. Latihan Bola Basket

Penentuan metode latihan merupakan salah satu faktor yang

penting untuk mencapai tujuan proses pelatihan. Sehingga seorang guru

atau pelatih harus mampu menerapkan metode latihan yang tepat sehingga

proses latihan dapat berjalan secara efektif dan memeberikan hasil latihan

yang optimal. Menurut Yoyo Bahagia & Adang Suherman (1999/2000:1)

Bahwa,

Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan

materi pelajaran dengan cara meruntuhkannya dalam proses aktivitas

belajar yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara

ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa

dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkatannya yang tadinya

lebih rendah menjadi memiliki tingkat yang lebih tinggi.

Maka dari itu untuk mencapai tujuan proses latihan terutama untuk

keterampilan gerak perlu ditempuh pendekatan-pendekatan yang berdasar

pada karakteristik suatu keterampilan gerak yang akan dipelajari. Melalui

pendekatan-pendekatan yang disesuaikan dengan jenis keterampilan gerak

yang dipelajari, suatu keterampilan tersebut akan dapat dikuasai dengan

baik.

b. Hakekat Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot Dengan Modifikasi Ring

Latihan lay up dengan modifikasi ring yaitu cara latihan lay up

menggunakan ketinggian ring bertahap, yaitu dengan menurunkan

ketinggian ring yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Hal ini sesuai

dengan pendapat Marta Dinata (2006:12) bahwa :

40

“Semua bentuk latihan akan direncanakan dari yang paling

sederhana meningkat kepada yang agak susah dan seterusnya.

Apabila kamu belum menguasai bentuk yang sederhana dengan

betul, jangan terlalu berkeinginan untuk meningkat kepada yang

lebih susah, karena gerakan yang salah pada permulaan apabila

tidak dapat dibetulkan akan lebih sulit dirapikan di kemudian hari,

dan apabila sudah melakukan gerakan yang mudah dengan betul,

kemudian dipersilahkan untuk melanjutkan ke gerakan yang lebih

susah.”

Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Sugiyanto dan Sudjarwo

(1992:284) bahwa: “Hendaknya pengaturan materi belajar yang

dipraktekkan dimulai dari yang mudah ke yang lebih sukar, atau dari

sederhana ke yang lebih kompleks”.

Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa latihan lay up dengan

modifikasi ring bertahap merupakan modifikasi pembelajaran atau latihan

yang diklasifikasikan ke dalam peralatan yang disesuaikan dengan

lingkungan yaitu tingat kemampuan dan postur tubuh siswa. Menurut

yoyo Bahagia & Adang Suherman (1999/2000:7) bahwa,

Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilakukan dari

beberapa macam cara menurut kebutuhan. Seorang guru Penjas harus

kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran.Setiap kesulitan

yang dihadapi siswa harus segera dicarikan solusi yang tepat agar

diperoleh hasil belajar yang optimal. Demikian halnya dalam

pembelajaran lay up shoot bola basket, jika siswa merasa sulit melakukan

lay up shoot karena ring basket yang cukup tinggi maka dapat

dimodifikasi dengan cara ring basket diturunkan. Jika pada ring basket

yang rendah siswa mampu melakukan lay up shoot, selanjutnya

ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan program latihan yang telah

dijadwalkan.

c. Pelaksanaan Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot Dengan Modifikasi

Ring

Dalam pelaksanaan latihan tekhnik dasar lay up shoot ini Guru

dapat mengurangi atau menambah kompleksitas dan kesulitan tugas ajar

41

dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan

skill itu, misalnya berat-ringannya, besar-kecilnya, tinggi-rendahnya,

panjang-pendeknya peralatan yang akan digunakan.

Menurut Nosseck (1982:49) bahwa : “Periode stabilitas atau

adaptasi organisme terhadap rentetan beban yang lebih tinggi selesai

dalam waktu yang berbeda, paling tidak satu atau dua minggu”.Dari

Sampel yang akan diteliti dan sudah diobservasi terlebih dahulu tinggi

maksimal siswa adalah 178 cm dengan tinggi raihan 25 cm. Agar semua

siswa dapat melakukan teknik dasar lay up sesuai dengan pola gerak dasar

menurut Sukintaka maka ketinggian awal ring ditentukan 2,4 meter

dengan ring sesungguhnya 3,05 meter maka setiap peningkatan ketinggian

ring yaitu 20 cm.

Gambar 2 : ilustrasi ketinggian ring Teknik Dasar Lay Up Shoot

Dengan Modifikasi Ring

42

Untuk peningkatan beban latihan disesuaikan dengan lamanya

waktu latihan. Dimana dalam penelitian ini program latihan dilaksanakan

3 kali per minggu dan selama 6 minggu. M.Sajoto (1995:35) Berpendapat

bahwa “para pelatih dewasa ini pada umunya setuju untuk menjalankan

program latihan 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi kelelahan yang

kronis. Adapun latihan yang diperlukan selama 6 minggu atau lebih”.

Untuk mengetahui beban awal latihan lay up dilakukan try out dengan

melakukan lay up semaksimal mungkin. Bompa O.Tudor (1983:108)

berpendapat bahwa “Setelah diketahui rata-rata kemampuan maksimal tes

lay up, kemudian diambil 50% dari kemampuan maksimal sebagai beban

awal latihan”.

Berdasarkan uraian di atas maka latihan dilaksanakan selama 18

kali pertemuan selama 6 minggu dengan 3 kali perminggunya. Dalam

peningkatan ketinggian ring sebagai berikut : 240cm, 260cm, 280cm,

305cm dengan disesuaikan pada program latihan yang meliputi repetisi,

set serta waktu istirahat.

d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot

Dengan Modifikasi Ring

Berdasarkan modifikasi ketinggian ring basket tersebut

pembelajaran ini dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya.

Kelebihan pembelajaranlay up shoot dengan modifikasi ring basket antara

lain :

1. Siswa menjadi lebih senang dan sangat tertarik karena ring basket yang

cukup rendah, sehingga merasa lebih mudah untuk melakukan lay up

shoot.

2. Peluang bola masuk ke dalam ring basket lebih besar.

3. Kesulitan siswa dalam melakukan lay up shoot dapat teratasi.

4. Secara tidak langsung siswa mampu beradaptasi melakukan lay up

shoot pada ketinggian ring sebenarnya, karena ring basket dinaikkan

secara bertahap.

43

Kelemahan pembelajaran lay up shoot bola basket dengan

modifikasi ring basket antara lain :

1. Karena ring basket cukup rendah, sehingga teknik lay up shoot

menjadi kurang diperhatikan.

2. Teknik lay up shoot yang kurang diperhatikanakan berakibat pola

gerakan teknik dasar lay up shoot yang kurang benar.

Pada penelitian ini, latihan yang dimaksudkan adalah tinggi

rendahnya ring, dijelaskan sebagai berikut : pada awal ketinggian 2,4

meter. Hal ini didasarkan pada pola gerakan teknik dan disesuaikan

dengan kondisi siswa yaitu tinggi maksimal yang dibutuhkan siswa untuk

melakukan gerakan teknik dasar, dengan maksud dalam pemodifikasian

alat tanpa merubah teknik dan mekanisme gerakan lay up shoot, baik itu

saat menerima bola, saat melangkah, saat melepas bola, sehingga siswa

benar-benar menguasai teknik dasar lay up shoot.

e. Hakekat Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot Dengan Menggunakan

Ring Sesungguhnya

Latihan lay up menggunakan alat sesungguhnya, yang dimaksud

adalah latihan lay up menggunakan ring yang sesungguhnya. Merupakan

bentuk belajar yang menuntut anak untuk melakukan secara berulang-

ulang tapa memperhatikan kondisi anak yaitu baik kondisi tahap belajar

anak maupun postur tubuh.

Dalam belajar keterampilan secara keseluruhan banyak guru atau

pelatih yang menerapkan metode ini dengan tidak mengabaikan metode

bagian. Hal ini dikarenakan metode keseluruhan mempunyai berbagai

keuntungan. Seperti dikemukakan Harsono (1988:142) bahwa, “Ada

pelatih yang pada permulaan yang lebih suka dngan whole-method

meskipun tetap tidak mengabaikan metode bagian bila mana atlet

menemui kesulitan dalam melakukan suatu teknik bagian tertentu. Metode

keseluruhan juga mempunyai keuntungan terutama dalam memberikan

44

informasi dan konsep secara jelas, bermakna (meaningful), dan logis

mengenai keseluruhan teknik atau keterampilan”.

f. Pelaksanaan Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot Dengan Ring

Sesungguhnya

Ditinjau dari pelaksanaannya, latihan lay up menggunakan

ketinggian ring tetap yaitu 3,05 meter, termasuk metode latihan secara

keseluruhan. Dimana anak dituntut melakukan lay up secara berulang

meskipun baru pertama kali mengenal atau belum menguasai teknik

tersebut.

Gambar 3 : ilustrasi ketinggian Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot

Dengan Ring Sesungguhnya

Seperti dikemukakan Sugiyanto (2000:67) metode keseluruhan

merupakan cara mempraktekkan seluruh rangkaian gerakan yang

dipelajari. Menurut Thomas yang dikutip oleh Harsono (1988:142) bahwa

“Apabila keterampilan olahraga yang diajarkan itu sifatnya sederahana dan

45

mudah dimengerti maka keterampilan tersebut sebaiknya diajarkan secara

keseluruhan, dan setiap teknik bagian hanya dilatih secara khusus apabila

siswa atau obyek selalu membuat kesalahan pada teknik bagian tersebut”.

g. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Teknik Dasar Lay Up Shoot

Dengan Ring Sesungguhnya

Perlu disadari bahwa setiap bentuk pembelajaran tentu memiliki

kelebihan dan kelemahan. Demikian halnya pembelajaran lay up shoot

bola basket dengan ketinggian ring sesungguhnya juga memiliki kelebihan

dan kelemahan. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran lay up shoot

dengan tinggi ring sesungguhnya dapat diidentifikasi kelebihan dan

kelemahannya. Kelebihan pembelajaran lay up shoot dengan tinggi ring

sesungguhnya antara lain :

1. Siswa akan lebih cepat beradaptasi terhadap tinggi ring basket

sesungguhnya atau standart.

2. Siswa akan terbiasa dengan ketinggian ring basket, sehingga akan

meningkatkan kepekaannya melakukan lay up shoot.

3. Dengan kemampuan beradaptasi dan kepekaan terhadap gerakan,

siswa dapat melakukan lay up shoot menjadi lebih baik.

Kelemahan pembelajaran lay up shoot dengan ring sesungguhnya

antara lain :

1. Orientasi siswa lebih cenderung pada kekuatan lengan agar bola

sampai pada ring basket sehingga ketepatan langkah kurang

diperhatikan.

2. Karena jarak ring sesungguhnya lebih tinggi maka diperlukan

konsentrasi yang lebih besar agar lay up shoot tetap pada teknik yang

benar.

3. Peluang masuk bola kecil

46

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, dapat

diajukan kerangka pemikiran dalam penelitian sebagai berikut :

1. Pengaruh Penggunaan Ring Sesungguhnya Dan Modifikasi Terhadap

Kemampuan Teknik Dasar Lay Up Shoot

Latihan lay up shoot dengan menggunakan ring sesungguhnya dan

modifikasi memiliki karakteristik yang berbeda. Masing – masing latihan

mempunyai penekanan yang berbeda. Pembelajaran lay up shoot dengan

ketinggian ring sesungguhnya (3.05 meter ) menekankan pada penguasaan

teknik lay up shoot yang baik dan benar. Dalam hal ini siswa secara terus

menerus mengulang teknik lay up shoot yang benar. Dengan pengulangan

teknik lay up shoot yang secara terus menerus diharapkan menjadi kebiasaan

atau keterampilan yang lebih baik. Di sisi lain latihan ini tidak memperhatikan

kondisi siswa, baik secara fisik ataupun siswa baru mengenal teknik lay up

shoot dalam permainan bola basket.

Pada latihan lay up shoot dengan menggunakan ring modifikasi

merupakan cara belajar dimana ring yang digunakan dimodifikasi

ketinggiannya, yaitu teknik lay up shoot yang dilakukan dengan menyesuaikan

ring yang dapat diturun naikan. Dalam pelaksanaan latihan ini siswa dituntut

melakukan teknik gerakan lay up shoot secara berulang – ulang dengan

menggunakan ring yang dapat dinaikkan sedikit demi sedikit. Mulai dari ring

dengan ketinggian 2.4 meter, 2.6 meter, 2.8 meter sampai pada akhirnya pada

mencapai ketinggian ring normal ( 3.05 meter). Dari latihan ini diharapkan

siswa dapat terbiasa dengan baik tanpa merasa bahwa ketinggian ring sudah

mencapai ketinggian ring yang sesungguhnya.

Berdasarkan masing – masing latihan di atas menunjukkan bahwa

masing – masing mempunyai penekanan dalam proses latihan. Perbedaan

perlakuan yang diberikan dalam latihan ini akan menimbulkan respon yang

47

berbeda pula terhadap hasil latihan, dalam hal ini kemampuan teknik dasar lay

up shootdalam permainan bola basket.

2. Latihan Lay up Shoot Dengan Menggunakan Ring Modifikasi Memiliki

Pengaruh Lebih Baik Terhadap Peningkatan Kemampuan Lay Up Shoot

Dalam Permainan Bola Basket

Ditinjau dari masing – masing latihan di atas, menunjukkan bahwa

latihan lay up shoot dengan menggunakan ring modifikasi memiliki pengaruh

yang lebih baik terhadap kemampuan lay up shoot dalam permaian bola

basket. Hal ini dikarenakan latihan menggunakan ring modifikasi membuat

siswa untuk terbiasa dalam melakukan gerakan teknik lay up shoot. Selain itu

siswa akan merasa senang dan motivasi tinggi, karena dengan ketinggian ring

yang dinaikkan secara bertahap bola akan mudah dimasukkan ke dalam ring.

Jadi pengulangan gerakan lay up shoot dan modifikasi ketinggian ring yang

dipakai akan memberi pengaruh yang besar dalam latihan ketrampilan,

sehingga dapat mempercepat teknik dasar lay up shoot dalam permainan bola

basket.

48

C. HIPOTESIS

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diuraikan hipotesis sebagai

berikut:

1. Ada pengaruh penggunaan ring sesungguhnya dan modifikasi terhadap

kemampuan teknik dasar lay up shoot pada siswa putra ekstrakurikuler bola

basket SMA N 2 Boyolali tahun ajaran 2013 / 2014.

2. Latihan menggunakan ring modifikasi lebih baik pengaruhnya terhadap

kemampuan teknik dasar lay up shoot pada siswa putra ekstrakurikuler bola

basket SMA N 2 Boyolali tahun ajaran 2013 / 2014.