bab ii kajian pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/t1... ·...

24
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar a). Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Hasil belajar menurut Murjono (1996 : 178) adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Menurut Nurkancana (1990:11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan seseorang untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Menurut Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

Upload: vuongnhan

Post on 01-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hasil Belajar

a). Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut

Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar

mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,

(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Hasil belajar menurut Murjono (1996

: 178) adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya

sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Menurut Nurkancana

(1990:11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu tindakan atau proses untuk

menentukan nilai keberhasilan seseorang untuk menentukan nilai keberhasilan

belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu.

Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa

yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang

dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar

keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.

Menurut Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari

dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat

sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar

merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Klasifikasi hasil belajar menurut

Bloom dalam Agus Suprijono (2009) secara garis besar membagi menjadi 3

ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

7

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan

belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran di kelas, yaitu menerima suatu

pelajaran untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai dengan menggunakan

alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang hasilnya berupa nilai

kemampuan siswa setelah tes diberikan sebagai perwujudan dari upaya yang telah

dilakukan selama proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa dihitung

berdasarkan evaluasi, pengukuran dan asesmen.

Untuk mengukur hasil belajar siswa dalam sebuah pembelajaran agar

dapat mengetahui apakah materi yang disampaikan sudah mencapai tujuan

pembelajaran, bisa dilakukan dengan menggunakan dua tekhnik yaitu, tes dan non

tes.

1. Tes

Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus

dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas

yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek

tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah

indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu “testum”

yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir,

batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan

untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan

mengukur dan menemukan peserta tes yang memenuhi kriteria tertentu. Menurut

Ebster’s Collegiate (dalam Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian pertanyaan

atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu

atau kelompok (Endang Poerwanti, dkk. 2008).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

8

Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap

butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap

benar (Suryanto Adi, dkk, 2009). Dilihat dari tujuannya dalam bidang pendidikan,

tes dapat dibagi menjadi 7, antara lain sebagai berikut:

a. Tes Kecepatan (Speed Test)

Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes (testi) dalam hal kecepatan

berpikir atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logik) maupun hafalan

dan pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajarinya.

b. Tes Kemampuan (Power Test)

Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes dalam mengungkapkan

kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh

waktu yang disediakan.

c. Tes Hasil Belajar (Achivement Test)

Tes ini dimaksudkan untuk mengases hal yang telah diperoleh dalam

suatu kegiatan seperti Tes Hasil Belajar (THB), tes harian (formatif) dan tes akhir

semester (sumatif). Tes ini bertujuan untuk mengases hasil belajar setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun waktu tertentu.

d. Tes Kemajuan Belajar (Gains/Achivement Test)

Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan. Tes ini

dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal testi sebelum pembelajaran dan

kondisi akhir testi setelah pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi awal testi

digunakan pre-tes dan kondisi akhir post-tes.

e. Tes Diagnostik (Diagnostic Test)

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk mendiagnosis atau

mengidentifikasi kesukaran-kesukaran dalam belajar, mendeteksi faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya kesukaran belajar, dan menetapkan cara mengatasi

kesukaran atau kesulitan belajar tersebut, seperti tes diagnostik matematika, tes

diagnostik IPA.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

9

f. Tes Formatif

Tes formatif adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui

sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai peserta didik dalam suatu

program pembelajaran tertentu seperti tes harian, ulangan harian.

g. Tes Sumatif

Istilah sumatif berasal dari kata sum yang berarti jumlah. Dengan

demikian tes sumatif berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui penguasaan

peserta didik terhadap sekumpulan materi pelajaran (pokok bahasan) yang telah

dipelajari seperti UAN (Ujian Akhir Nasional), THB.

Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

dinamakan dengan alat ukur atau instrumen. Ada instrumen butir-butir soal

apabila cara pengukurannya menggunakan tes, apabila pengukurannya dengan

cara mengamati atau mengobservasi akan menggunakan instrumen lembar

pengamatan atau observasi, pengukuran dengan cara/teknik skala sikap akan

menggunakan instrumen butir-butir pernyataan.

Instrumen sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah valid,

artinya instrumen ini adalah instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur. Menurut Arikunto, S dalam Wardani, dkk (2010, 4.30) langkah-langkah

yang harus dilalui dalam menyusun instrumen adalah:

1. Merumuskan tujuan. Contoh tujuan menyusun angket untuk mengumpul-

kan data tentang besarnya minat belajar dengan modul.

2. Membuat kisi-kisi. Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang

perincian SK/KD dan indikator dan jenis instrumen yang akan digunakan

untuk mengukur setiap indikator yang bersangkutan.

3. Membuat butir-butir instrumen. Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan

yang mudah. Bagi penilai pemula, tugas menyusun instrumen merupakan

pekerjaan yang membosankan dan menyebalkan. Sebelum memulai

pekerjaannya, mereka menganggap bahwa menyusun instrumen itu

mudah. Setelah tahu bahwa langkah awal adalah membuat kisi-kisi yang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

10

menuntut kejelian yang luar biasa. Tidak mengherankan kalau banyak di

antara penilai yang merasa kesulitan.

4. Menyunting instrumen. Langkah ini merupakan pekerjaan terakhir dari

penyusunan instrumen. Hal-hal yang dilakukan dalam penyuntingan

instrumen adalah:

a. Mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki penilai atau

pengawas untuk mempermudah pengolahan data.

b. Menuliskan petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya.

c. Membuat pengantar permohonan pengisian bagi angket yang diberikan

kepada orang lain.

Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau matriks

pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau

pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan

tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini dimaksudkan sebagai pedoman merakit atau

menulis soal menjadi perangkat tes. Langkah-langkah untuk menyusun kisi-kisi

soal menurut Wardani, dkk (2010, 3.5-3.6) adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan sampel atau contoh materi yang akan ditulis

Butir soalnya hendaknya dilakukan dengan mengacu pada tujuan

pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.

2. Jenis asesmen yang akan digunakan.

Pemilihan jenis asesmen berhubungan erat dengan jumlah sampel materi

yang dapat diukur, tingkat kognitif yang akan diukur, jumlah peserta tes, serta

jumlah butir soal yang akan dibuat, dan juga sangat terkait dengan tujuan

pembelajaran yang akan di ukur.

3. Jenjang kemampuan berpikir atau perilaku yang ingin dicapai.

Setiap kompetensi mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda

dalam mengembangkan proses berpikir peserta didik. Secara singkat dapat

dikatakan bahwa kumpulan butir soal yang akan digunakan dalam tes, harus dapat

mengukur proses berpikir yang relevan dengan proses berpikir yang

dikembangkan selama proses pembelajaran. Dalam Standar Isi, kemampuan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

11

berpikir yang akan diukur dapat dilihat pada "perilaku yang terdapat pada

rumusan kompetensi dasar atau pada standar kompetensi".

4. Indikator perilaku dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan

soal yang dikehendaki.

Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan

materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar

kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Dalam

hubungan ini kita mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh

Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh Krathwoll

(2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan

(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi

(C6).

5. Sebaran tingkat kesukaran butir soal.

Dalam menentukan sebaran tingkat kesukaran butir soal dalam set soal,

harus mempertimbangkan interpretasi hasil tes mana yang akan dipergunakan,

interpretasi hasil tes lebih kepada ketercapaian tujuan yang telah

ditetapkan dalam pembelajaran.

6. Waktu atau durasi yang disediakan untuk pelaksanaan tes.

Lamanya waktu tes merupakan faktor pembatas yang harus diperhatikan

dalam membuat perencanaan tes. Waktu pelaksanaan tes, disesuaikan dengan

jenis tes yang ditentukan. Jika asesmen formatif yang akan diterapkan kepada

peserta didik, maka asesmen dilaksanakan setelah guru selesai mengajarkan satu

unit pembelajaran, atau diterapkan pada akhir setiap standar kompetensi ataupun

kompetensi dasar pada setiap satuan pembelajaran (RPP), atau dilakukan di

tengah-tengah perjalanan program pengajaran atau tengah semester.

7. Jumlah butir soal.

Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali tes tergantung pada

beberapa hal, antara lain tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ragam soal yang

akan digunakan, proses berpikir yang ingin diukur, dan sebaran tingkat kesukaran

dalam set tes tersebut. Contoh format kisi-kisi soal untuk penilaian proses

pembelajaran dalam tabel ini.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

12

Tabel 2.1

Format Kisi-Kisi Soal

Sekolah : Jumlah soal :

Kelas : Bentuk soal/tes :

Mapel : Pengajar/guru :

Waktu : …. Menit

Catatan : Bentuk soal objektif, jika tujuan pembelajaran mengukur proses

berfikir rendah dan sedang, dan bentuk uraian, jika tujuan pembelajaran

mengukur proses berfikir tinggi (analisis, evaluasi dan kreasi). Ditentukan juga

oleh jumlah soal yang akan diujikan.

Kompeten

si Dasar/

Pokok

Bahasan

/ Proses Berfikir

Tingkat Kesukaran

Soal

Bentuk

Indikator

Sub

Pokok

Bahasan

C

1

C

2

C

3

C

4

C

5

C

6

Rend

ah

Seda

ng

Ting

gi

Instrumen

Catatan :

Kolom proses berfikir dan tingkat kesukaran soal diisi dengan

jumlah soal

Hasil dari pengukuran tersebut dipergunakan sebagai dasar penilaian atau

evaluasi. Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Stufflebeam

(Fernandes 1984) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran,

pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil

keputusan dalam menentukan alternatif keputusan (judgement alternative).

Sedangkan Tyler seperti dikutip oleh Mardapi, D. (2004) menyatakan bahwa

evaluasi merupakan proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah

tercapai. Menurut Wardani, dkk (2010, 2.8) bahwa evaluasi itu merupakan proses

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

13

untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara

membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria

sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan

sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran.

Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan

seperti KKM, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata

unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas

kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak

disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria

(PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran

dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut

dengan Penilaian Acuan Norma/ Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007

tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria ketuntasan

minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh

satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok

mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas

ambang kompetensi.

2. Non Tes

Tekhnik nontes sangat penting dalam mengases peserta didik pada

ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan tekhnik tes yang lebih menekankan

pada aspek kognitif. Ada beberapa macam tekhnik non tes, yaitu: unjuk kerja

(performance), penugasan (proyek), tugas individu, tugas kelompok, laporan,

ujian praktik dan portofolio.

Dari keterangan di atas, penulis memutuskan dalam mengukur hasil

belajar siswa dengan menggunakan tekhnik tes, yaitu tes formatif yang

dilaksanakan dalam setiap akhir pertemuan atau akhir pelajaran.

b). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

14

Menurut Slameto (2003) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:

1). Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu

(Intern), yang meliputi :

a. Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan

penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan

mempengaruhi hasil prestasi belajar.

b. Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta

perhatian ingatan berfikir.

c. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan

jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta

mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya

kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk

mengahsilkan sesuatu akan hilang.

2). Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor Ekstern, yang

meliputi:

a. Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama

dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil

tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar.

b. Faktor Sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan

guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.

c. Faktor Masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat sekitar

dapat mempengaruhi prsetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa

adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan

mendorong untuk lebih giat belajar.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar diatas dapat dikaji bahwa

belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Aktivitas belajar individu

memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga lancar, kadang

mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit mencerna mata pelajaran.

Dalam keadaan dimana anak didik/siswa dapat belajar sebagaimana mestinya,

itulah yang disebut belajar.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

15

2.1.2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

a. Pengertian

Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran

kooperatif secara ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling

mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya. Menurut Slavin (2009:103)

pembelajaran kooperatif adalah suatu solusi terhadap masalah meniadakan

kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa

dari latar belakang etnik yang berbeda. Metode-metode kooperatif secara khusus

menggunakan kekuatan dari sekolah yang menghapuskan perbedaan-perbedaan

para siswa dari latar belakang ras etnik yang berbeda untuk meningkatkan

hubungan antar kelompok.

Anita Lie (2008:7) menyatakan bahwa suasana belajar kooperatif

menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan

penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh

dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa. Pembelajaran kooperatif

merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan

siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-

kelompok kecil. Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar

dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada

teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur,

siswa yang pandai membantu yang lebih lemah.

Agar terlaksana dengan baik strategi ini dilengkapi dengan LKS yang

berisi tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Selama bekerja dalam

kelompok, setiap anggota kelompok berkesempatan untuk mengemukakan

pendapatnya dan memberikan respon terhadap pendapat temannya.

Menurut Slavin (2009:103) bahwa ada empat prinsip pembelajaran

kooperatif jika kita ingin menerapkannya, yaitu:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

16

1. Terjadinya saling ketergantungan secara positif (positive interdependence).

Siswa berkelompok, saling bekerja sama dan mereka menyadari bahwa

mereka saling membutuhkan satu sama lain.

2. Terbentuknya tanggung jawab personal (individual accountability).

Setiap anggota kelompok merasa bertanggung jawab untuk belajar dan

mengemukakan pendapatnya sebagai sumbang saran dalarn kelompok.

3. Terjadinya keseimbangan dan keputusan bersama dalam kelompok (equal

participation).

Dalam kelompok tidak hanya seorang atau orang tertentu saja yang

berperan, melainkan ada keseimbangan antarpersonal dalam kelompok. Interaksi

menyeluruh (simultaneous interaction).

Setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing secara

proporsional dan secara simultan mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan.

Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada

pembelajaran IPA. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama

dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun

dalarn kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 siswa, dengan kemampuan yang

heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan

siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar

dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik,

memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi

lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai

ketuntasan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

17

Perlu ditekankan kepada siswa bahwa mereka belum boleh mengakhiri

diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya menyelesaikan

seluruh tugas. Siswa diminta menjelaskan jawabannya di Lembar Diskusi Siswa

(LDS). Apabila seorang siswa memiliki pertanyaan, teman satu kelompok diminta

untuk menjelaskan, sebelum menanyakan jawabannya kepada guru. Pada saat

siswa sedang bekerja dalam kelompok, guru berkeliling di antara anggota

kelompok, memberikan pujian dan mengamati bagaimana kelompok bekerja.

Pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa menverbalisasi gagasan-gagasan

dan dapat mendorong munculnya refleksi yang mengarah pada konsep-konsep

secara aktif.

Pada saatnya, kepada siswa diberikan evaluasi dengan waktu yang cukup

untuk menyelesaikan tes yang diberikan. Diusahakan agar siswa tidak

bekerjasama pada saat mengikuti evaluasi, pada saat ini mereka harus

menunjukkan apa yang mereka pelajari sebagai individu.

Menurut Johnson (1994), terdapat lima unsur penting dalam belajar

kooperatif, yaitu seperti berikut ini:

1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa

Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja

sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak

akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa

bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil

terhadap suksesnya kelompok.

2. Interaksi antar siswa yang semakin meningkat

Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini, terjadi

dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota

kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah

karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

18

kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan

mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar

kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang

dipelajari bersama.

3. Tanggung jawab individual

Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa

tanggung jawab siswa dalam hal membantu siswa yang membutuhkan bantuan

dan bahwa siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja

teman sekelompoknya.

4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil

Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang

diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan

siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota

kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan

khusus.

5. Proses kelompok

Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses

kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan

mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Bila dicermati, cooperative learning adalah suatu model pembelajaran

yang memungkinkan siswa dapat belajar bersama dengan tanggung jawab pada

diri sendiri maupun pada kelompok dengan berinteraksi secara langsung serta

mempunyai peluang sukses bersama.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

19

diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan

dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada

siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-

kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat

pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk

memecahkan masalah.

2.1.3. Metode Numbered Head Together (NHT)

a. Pengertian

Salah satu metode pembelajaran cooperative yang cukup banyak

diterapkan di sekolah-sekolah adalah Numbered Head Together (NHT), tidak

hanya itu saja, NHT juga banyak sekali digunakan sebagai penelitian tindakan

kelas (PTK). Apa dan bagaimana NHT itu? Bagaimana menerapkan dan apa saja

keunggulannya?

Numbered Head Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih

mengedepankan kepada aktifitas siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan

informasi dari berbagai sumber dan akhirnya dipresentasikan di depan kelas

(Tryana, 2008). NHT pertama kali dikenalkan oleh Kagan, dkk (1993).

Metode NHT adalah bagian dari model pembelajaran cooperative

structural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa

bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari struktur kelas

tradisional seperti mengacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk

oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini

menimbulkan kegaduhan dalam kelas karena siswa saling berebut dalam

mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan (Tryana, 2008).

Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung

melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta

berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam

pembelajaran. Lalu seperti apa langkah-langkah dalam penerapan NHT?

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

20

Sintaks NHT dijelaskan sebagai berikut:

1. Penomoran

Penomoran adalah hal utama dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi

siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotkan 3-5 orang dan

memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor

berbeda sesuai dengan jumlah siswa dalam kelompok.

2. Pengajuan pertanyaan.

Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi

pembelajaran yang memang sedang dipelajari, dalam membuat pertanyaan

usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik sehingga bersifat umum dan dengan

tingkat kesulitan bervariasi pula.

3. Berpikir bersama

Setelah mendapat pertanyaan dari guru siswa berpikir bersama untuk

menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya

sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.

4. Pemberian jawaban

Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa

dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan

jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok

yang harus menjawab pertanyaan tersebut selanjutrnya siswa yang nomornya

disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk

menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban

tersebut.

b. Manfaat Pembelajaran dengan Model Numbered Head Together (NHT)

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT

terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam

Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :

a. Nilai kerja sama antar siswa lebih teruji

b. Kreativitas siswa termotivasi dan wawasan siswa menjadi

berkembang

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

21

c. Memotivasi siswa yang berkemampuan lemah untuk memahami

materi dengan bekerja secara antusias dalam kelompok

d. Meningkatkan kepercayaan diri

e. Meningkatkan prestasi

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagaimana

dijelaskan oleh Hill dalam Tryana (2008) bahwa model NHT dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan

siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap

kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa

percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan

keterampilan untuk masa depan.

Kelebihan model Cooperative Learning tipe Numbered Heads together:

1. Setiap siswa menjadi siap semua.

2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

4. Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok

Kelemahan model Cooperative Learning tipe Numbered Heads together:

1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2.1.4. Media Gambar

a. Pengertian media gambar

Menurut Hamalik (1986:43) berpendapat bahwa “ Gambar adalah segala

sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan

perasaan atau pikiran”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:

329) “ Gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya.”

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

22

Menurut Sadiman, Dkk (2003: 28-29): Media grafis visual sebagaimana

halnya media yang lain. Media grafis untuk menyalurkan pesan dari sumber ke

penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang

akan disampikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-

simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampian pesan dapat

berhasil dan efisien.

Selain fungsi umum tersebut, secara khusus gambar berfungsi pula untuk

menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta

yang mungkin cepat akan dilupakan atau diabaikan tidak digambarkan. Gambar

termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari segi biayanya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah segala sesuatu yang

diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi dengan maksud untuk

mempermudah dalam penyampaian pesan sehingga penyampaian pesan dapat

berhasil dengan baik dan efisien.

b. Fungsi media gambar

Menurut Mc. Luhan dalam Sadiman (1984) mengemukakan fungsi media

gambar memiliki 4 fungsi, diantaranya:

1. Sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang

lebih aktif.

2. Bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar.

3. Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak sehingga

dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme.

4. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik serta mempertinggi

keinginan peserta didik untuk belajar.

c. Prinsip penggunaan media gambar

Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran akan

memberi kontribusi terhadap efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

23

Berbagai hasil penelitian pada intinya menyatakan bahwa berbagai macam media

pembelajaran memberikan bantuan sangat besar kepada peserta didik dalam

proses pembelajaran. Namun demikian peran tenaga pengajar itu sendiri juga

menentukan terhadap efektivitas penggunaan media dalam pembelajaran. Peran

tersebut tercermin dari kemampuannya dalam memilih media yang digunakan.

Hamalik (1994) menjelaskan bahwa penggunaan media pembelajaran

dalam proses pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:

1. Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk semua tujuan. Suatu

media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin

tidak cocok untuk pembelajaran yang lain.

2. Media adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Hal ini berarti

bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar guru saja, tetapi

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran.

Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen lain dalam

perancangan pembelajaran. Tanpa alat bantu mengajar mungkin

pembelajaran tetap dapat berlangsung, tetapi tanpa media itu tidak akan

terjadi.

3. Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk

memudahkan belajar peserta didik. Kemudahan belajar peserta didik

haruslah dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media.

4. Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan

hanya sekedar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan mempunyai

tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang berlangsung.

5. Pemilihan media hendaknya objektif, yaitu didasarkan pada tujuan

pembelajaran, tidak didasarkan pada kesenangan pribadi tenaga pengajar.

6. Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan peserta

didik. Penggunaan multi media tidak berarti menggunakan media yang

banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan

media yang lain untuk tujuan yang lain pula.

7. Kebaikan dan kekurangan media tidak tergantung pada kekonkritan dan

keabstrakannya saja. Media yang konkrit wujudnya, mungkin sukar untuk

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

24

dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrak dapat pula

memberikan pengertian yang tepat.

d. Prinsip pembuatan media gambar

Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada

setia kegiatan belajar mengajar adaalah bahwa media digunakan dan diarahkan

untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami ateri pelajaran.

Dengan demikian, penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan

siswa. Hal ini perlu ditekankan sebab sering media dipersiapkan hanya dilihat dari

sudut kepentingan guru. Contohnya, oleh karena guru kurang menguasai bahan

pelajaran yang akan diajarkan, maka guru persiapkan media OHP (Over Head

Proyektor), dan oleh sebab OHP digunakan untuk kepentingan guru, maka

transparansi tidak didesain dengan menggunakan prinsip-prinsip media

pembelajaran, melainkan seluruh pesan yang ingin disampaikan dituliskan pada

transparan hingga menyerupai koran.

Kejadian lain yang sering terjadi adalah ketika guru menggunakan media

film atau melakukan karyawisata. Oleh karena media digunakan tidak diarahkan

untuk mempermudah belajar, maka aik film maupun karyawisata sering hanya

dijadikan sebagai media hiburan saja.

Menurut Sadiman (2003) mengemukakan agar media pembelajaran benar-

benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang

harus diperhatikan, diantaranya:

1. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata

dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi

benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

25

2. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.

Sesuai dengan materi pembelajaran. Media yang akan digunakan harus

sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran. Contohnya untuk

membelajarkan siswa memahami pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia,

maka guru perlu mempersiapkan semacam grafik yang mencerminkan

pertumbuhan itu.

3. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi

siswa.

Siswa yang memiliki kemampuan mendengarkan yang kurang baik, akan

sulit memahami pelajaran manakala digunakan media yang bersifat auditif.

Demikian juga sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan penglihatan yang

kurang. Akan sulit menangkap bahan pemebelajaran yang disajikan melalui media

visual. Setiap siswa memiliki kemampuan dan gaya yang berbeda. Guru perlu

memerhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut.

4. Media yang akan diguanakan harus memerhatikan efektivitas dan efisiensi.

Media yang memerlukan peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk

mencapai tujuan tertentu. Demikian juga media yang sangat sederhana belum

tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yag dirancang guru perlu memerhatiakan

efektivitas penggunanya.

5. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam

mengoperasikannya.

Sering media yang kompleks terurama media-media mutakhir seperti

media computer, LCD, dan media elektronik lainnya memerlukan kemampuan

khusus dlam mengoperasikannya. Media secanggih apapun tidak akan bisa

menolong tanpa kemampuan teknis mengoperasikan dan memanfaatkan media

yang akan digunakan. Hal ini perlu ditekankan, sebab sering guru melakukan

kesalahan-kesalahan yang prinsip dalam menggunakan media pembelajaran yang

pada akhirnya penggunaan media bukan menambah kemudahan siswa belajar,

malah sebaliknya mempersulit siswa.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

26

2.1.5. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan kajian (pembelajaran) yang pokok-

pokoknya berkaitan langsung dengan organisasi dan perkembangan masyarakat.

Seperti yang disimpulkan Tjipto Sumandi (2009) dalam standar penilaian buku

pelajaran pengetahuan sosial bahwa pengetahuan sosial merupakan kajian yang

selalu berkenaan dengan kehidupan nyata di masyarakat, yaitu kegiatan usaha

yang dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain,

pengetahuan ssosial merupakan usaha mempelajari, menelaah, dan mengkaji

kehidupan sosial menusia di muka bumi ini. Oleh karena itu pengetahuan sosial

merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajarkan sejak tingkat sekolah dasar

hingga perguruan tinggi.

Dikemukakan juga oleh Tjipto Sumandi (2009) bahwa tujuan

pembelajaran pengetahuan sosial:

a. Mengembangkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi,

sejarah, kewarganegaraan melalui pendekatan paedagogis dan

psikologis.

b. Mengembangkan kemampuan berpikir dan kreatif, inkuiri, memecahkan

masalah, dan keterampilan sosial.

c. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan kompetensi dalam

masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.

Dari uraian diatas dapat dikatan bahwa pengetahuan sosial berfungsi untuk

mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa agar dapat

menganalisa keadaan sosial masyarakatnya yang direfleksikan dalam kehidupan

masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

27

Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Semester II

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial

Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan

tokoh pejuang dan

masyarakat dalam

mempersiapkan dan

mempertahankan

kemerdekaan Indonesia.

2.1 Mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang

pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan

dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan kemerdekaan.

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam

mempertahankan kemerdekaan.

2.2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan Media

Gambar dalam Pembelajaran IPS

Upaya yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa

adalah memiliki model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi

yang akan diajarkan. Sebagai contoh, penerapan pembelajaran kooperatif NHT

dengan menggunakan media berupa gambar dalam mata pelajaran IPS. Jadi,

dengan adanya penerapan model dan media pembelajaran yang tepat diharapkan

agar siswa lebih berkonsentrasi dan aktif kembali terhadap kegiatan belajar baik

secara individu maupun dalam kelompok sehingga peningkatan hasil belajar pun

dapat tercapai secara maksimal.

2.3. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Jumiyati, Universitas Terbuka

dengan judul Penerapan Model NHT Dalam Pembelajaran IPS Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas V SDN Kedondong 3 Kec. Gajah

Kab. Demak yang menyimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

28

tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran

IPS pokok Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan.

Dapat dilihat dari kondisi awal atau pra siklus siswa yang nilainya diatas

KKM terdapat 16 siswa (67%). Siklus I menerapkan model NHT terjadi

peningkatan signifikan yaitu terdapat 18 siswa yang di atas KKM (75%) dan 9

siswa (25%) yang belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian siklus II

terjadi peningkatan yaitu 21 (87%) siswa yang sudah memenuhi KKM dan 3

(13%) yang belum memenuhi KKM.

2.4. Kerangka Berpikir

Dalam meningkatkan hasil belajar siswa, adanya variasi model

pembelajaran dan pemanfaatan media sangat besar pengaruhnya dalam proses

belajar mengajar. Oleh karena itu, dimungkinkan dengan adanya variasi model

pembelajaran dan pemanfaatan media yang maksimal hasil belajar siswa akan

meningkat lebih baik dibanding dengan proses belajar mengajar yang monoton.

Penelitian ini mengarah pada mata pelajaran IPS. Pada awalnya guru

hanya menggunakan cara mengajar yang klasikal (ceramah) dan tidak

memanfaatkan media pembelajaran yang ada, maka salah satu akibat yang terjadi

adalah hasil belajar siswa masih rendah. Dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe NHT dan pemanfaatan media gambar diharapkan akan

meningkatkan hasil belajar siswa.

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Guru mengajar secara

klasikal (ceramah) dan

belum memanfaatkan

media yang ada

Hasil belajar siswa

masih rendah

Guru mengajar dengan

menggunakan model

pembelajaran tipe NHT

dan memanfaatkan media

gambar

Terjadinya

perubahan hasil

belajar yang

dialami siswa yang

meningkat

Siswa

Kelas V

TINDAKAN

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/913/3/T1... · alat penilaian yang disusun oleh guru berupa tes yang ... perincian SK/KD dan indikator

29

2.5. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,

2002:62). Maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah Penggunaan Pembelajaran

Kooperatif tipe NHT dan pemanfaatan media gambar pada mata pelajaran IPS,

hasil belajar siswa kelas V SDN Sumogawe 03 dapat meningkat.