bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
10
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kompetensi Tenaga Pendidik
1. Pengertian Tenaga pendidik
Tenaga pendidik adalah tokoh yang paling banyak berinteraksi dengan para
peserta didiknya dibandingkan dengan personel lainnya di dalam suatu
pembelajaran. Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2
menjelaskan bahwa:
Tenaga pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Tenaga
pendidik dan Dosen mengartikan bahwa:
Tenaga pendidik adalah pendidik dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Banyak para ahli yang mengartikan tenaga pendidik diantaranya seperti
yang dikemukakan oleh Mulyasa dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 8) bahwa:
Tenaga pendidik adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan, dan
identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu,
tenaga pendidik harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Adapun A. Samana dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 9) mengemukakan
bahwa:
Tenaga pengajar (tenaga pendidik) adalah tenaga kependidikan yang
tugas utamanya menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik, baik yang
10
11
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
bersifat akademis, semi akademis, maupun yang bersifat keterampilan,
kegiatan mengajar hendaknya berupa semua usaha pembelajaran peserta
didik.
Oemar hamalik dalam Fitri wati jatnika (2012: 10) mengemukakan bahwa
“tenaga pendidik merupakan jabatan profesional yang memerlukan berbagai
keahlian khusus”. Sedangkan Abdul Majid dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 8)
mengemukakan bahwa: “tenaga pendidik adalah orang yang bertugas membantu
murid untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya”.
Dari definisi tenaga pendidik yang dikemukakan oleh beberapa pendapat di
atas maka dapat disimpulkan bahwa tenaga pendidik adalah pendidik yang
dituntut untuk memiliki kompetensi-kompetensi dalam menjalankan tugasnya
sebagai seorang pendidik dalam membantu muridnya untuk mendapatkan
pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
2. Pengertian Kompetensi
Menurut UU No.14 tahun 2005 tentang Tenaga pendidik dan Dosen
pengertian kompetensi adalah “seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pendidik dan
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.
Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap dan
keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan kata lain,
kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam
melaksanakan tugas/pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi
12
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat,
pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk
berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar
kualitas dalam pekerjaan nyata.
Berdasarkan uraian di atas maka kompetensi dapat didefinisikan sebagai
penguasaan terhadap seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam menjalankan
profesinya.
a. Pengertian Kompetensi Tenaga pendidik
Kegiatan belajar di kelas dilakukan oleh tenaga pendidik dan peserta kursus
dimana tenaga pendidik menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta
kursus. Agar materi dapat tersampaikan dengan optimal, setiap tenaga pendidik
harus memiliki kompetensi. Sehingga tujuan akhir pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Sardiman A. M dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 11) bahwa:
“kompetensi tenaga pendidik merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang
tenaga pendidik”.
menurut Stephen P Robbins dalam Fitri Wati (2012:1) mendifinisan
“kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seorang individu untuk mengejakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan”. Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan
keseluruhan individu terdiri dari dua kelompok faktor, yaitu faktor kemampuan
intelektual dan kemampaun fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan
yang diperlukan untuk melakukan kegiatan. Sedangkan kemampuan fisik adalah
13
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut
stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan.
Moh. Uzer Usman dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 10) mengemukakan
bahwa: “kompetensi tenaga pendidik merupakan kemampuan tenaga pendidik
dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak”.
Jadi dapat dipahami bahwa kompetensi tenaga pendidik berarti kemampuan untuk
mendidik, membimbing dan melatih peserta didiknya dari segi pengetahuan,
keterampilan dan kepribadiannya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
kompetensi tenaga pendidik adalah kemampuan dasar bagi seorang tenaga
pendidik dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya sebagai seorang tenaga pendidik, sehingga tenaga pendidik
tersebut mampu mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikan.
b. Dimensi Kompetensi Tenaga pendidik
Menurut UU No.14 Tahun 2005 pasal 8 menyatakan tenaga pendidik wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Selanjutnya pasal 10 ayat (1) menyatakan kompetensi tenaga pendidik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Menurut PP No.19 Tahun 2005 Pasal 28,
Ayat 3 dan UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 10, Ayat 1 menyatakan: ”Kompetensi
14
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
pendidik sebagai pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan usia dini meliputi: (a) kompetensi pedagogik, (b) kompetensi
kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d) kompetensi sosial”. Agar lebih
jelas, di bawah ini akan dijabarkan satu persatu mengenai ke empat kompetensi
tersebut.
1) Dimensi Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik erat sekali kaitannya dengan penguasaan kelas atau
penguasaan tenaga pendidik terhadap proses pembelajaran, karena kompetensi ini
merupakan kompetensi yang akan digunakan dalam keseharian seorang tenaga
pendidik pada pelaksanaan proses pembelajaran.
Dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “Kemampuan mengelola peserta
didik”. Depdiknas (2004:9) mendefinisikan kompetensi pedagogik ini dengan
“Kompetensi pengelolaan pembelajaran”. Kompetensi ini dapat dinilai dari
kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan
penilaian dari setiap evaluasi yang diberikan kepada peserta kursus. Dalam
kompetensi pedagogik terdapat tiga kompetensi mendasar yaitu meliputi (1)
kompetensi menyusun rencana pembelajaran, (2) kompetensi melaksanakan
proses belajar mengajar, dan (3) kompetensi melaksanakan penilaian proses
belajar mengajar. Kompetensi menyusun rencana pembelajaran menurut
Depdiknas (2004:9) meliputi:
15
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
1. Mampu mendeskripsikan tujuan
2. Mampu memilih materi
3. Mampu mengorganisir materi
4. Mampu menentukan strategi/metode pembelajaran
5. Mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran
6. Mampu menentukan perangkat penilaian
7. Mampu menentukan teknik penilaian, dan
8. Mampu mengalokasikan waktu
B. Harahap dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 13) menyatakan,
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik dalam
melaksanakan program pengajaran adalah mencakup kemampuan:
1. Memotivasi belajar peserta kursus dari sejak masuk sampai berakhir pelajaran
2. Mengarahkan tujuan pembelajaran
3. Menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan
pelajaran
4. Melakukan pemantapan belajar
5. Menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan benar
6. Melakukan bimbingan dan penyuluhan,
7. Memperbaiki program belajar mengajar, dan
8. Melaksanakan hasil penilaian belajar
Sedangkan kompetensi melakukan penilaian proses belajar mengajar
menurut O.Sutisna dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 13), adalah “penilaian
proses belajar mengajar bertujuan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan
16
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan”. Penilaian
diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau
kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah
ditetapkan.
Tujuan utama melaksanakan proses evaluasi dalam proses belajar mengajar
adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian
tujuan instruksional oleh peserta kursus, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan
dapat diupayakan dan dilaksanakan.
2) Dimensi Kompetensi Kepribadian
Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra
diri dan kepribadian seseorang, selama hal itu dilakukan dengan penuh kesadaran.
Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat
diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan
dari kepribadian seseorang. Apabila nilai kepribadian seseorang naik, maka akan
naik pula kewibawaan orang tersebut. Tentu dasarnya adalah ilmu pengetahuan
dan moral yang dimilikinya.
Syaiful Sagala dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 14) mengemukakan
bahwa :
Dilihat dari aspek psikologi kompetensi kepribadian tenaga pendidik
menunjukkan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian (1)
mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan
norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku; (2) dewasa yang berarti
mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki
etos kerja sebagai tenaga pendidik; (3) arif dan bijaksana yaitu tampilannya
bermanfaat bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat dengan
menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak; (4) berwibawa
yaitu perilaku tenaga pendidik yang disegani sehingga berpengaruh positif
terhadap peserta didik; dan (5) memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku
17
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religius,
jujur, ikhlas, dan suka menolong.
Sedangkan kompetensi pribadi tenaga pendidik secara lebih khusus lagi
adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu
menilai diri pribadi.
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi personal dalam penelitian ini dapat
diartikan sebagai kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan
berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik, dari seorang tenaga pendidik.
3) Dimensi Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan tenaga pendidik sebagai
makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial
tenaga pendidik berperilaku santun, mampu berkomunikasi den berinteraksi
dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap
orang lain.
Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
kompetensi sosial adalah “Kemampuan tenaga pendidik untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama tenaga
pendidik, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Surya (2003:138)
mengemukakan “kompetensi sosial adalah kompetensi yang diperlukan oleh
seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain”. Kompetensi
sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan
tanggung jawab sosial.
Sedangkan menurut Syaiful Sagala merujuk pada pendapat Slamet PH
dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 14), kompetensi sosial terdiri dari :
18
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
1. Memahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan mengelola
konflik dan benturan
2. Melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan sejawat, pengelola
dan pihak-pihak terkait lainnya
3. Membangun kerja tim yang kompak, cerdas, dinamis, dan lincah
4. Melaksanakan komunikasi secara efektif dan menyenangkan dengan seluruh
warga sekolah, orang tua peserta didik, dengan kesadaran sepenuhnya bahwa
masing-masing memiliki peran dan tanggung jawab terhadap kemajuan
pembelajaran
5. Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan perubahan
lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya
6. Memiliki kemampuan mendudukkan dirinya dalam sistem nilai yang berlaku
di masyarakat sekitarnya
7. Melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial tenaga pendidik dalam
penelitian ini dapat diartikan sebagai kemampuan tenaga pendidik dalam
berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama tenaga
pendidik, orangtua/wali peserta didik serta masyarakat sekitar.
Sementara itu, untuk mengukur kompetensi sosial dalam penelitian ini akan
digunakan beberapa indikator yang meliputi (1) interaksi tenaga pendidik dengan
peserta kursus, (2) interaksi tenaga pendidik dengan pengelola, (3) interaksi
tenaga pendidik dengan rekan kerja, (4) interaksi tenaga pendidik dengan orang
tua peserta kursus, dan (5) interaksi tenaga pendidik dengan masyarakat
19
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
4) Dimensi Kompetensi Profesional
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi profesional adalah “kemampuan menguasai materi pelajaran secara
luas dan mendalam.
Menurut Buchari Alma dalam Fitri wati jatnika (2012: 17) mengemukakan
bahwa:
Kemampuan profesional adalah kemampuan penguasaan materi
secara luas dan mendalam, serta metode dan teknik mengajar yang sesuai
dengan yang dipahami peserta didik, mudah ditangkap, tidak menimbulkan
kesulitan dan keraguan.
Surya dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 16) menjelaskan “kompetensi
profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan
dirinya sebagai tenaga pendidik professional”. Kompetensi profesional meliputi
kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus
diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab dalam tugasnya dan rasa
kebersamaan dengan rekan tenaga pendidik yang lainnya. Tenaga pendidik yang
profesional diyakini mampu memotivasi peserta kursus untuk mengoptimalkan
potensinya dalam kerangka pencapaian standar pendidikan yang ditetapkan
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional tenaga pendidik dalam
penelitian ini dapat diartikan sebagai kemampuan tenaga pendidik dalam
menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam.
B. Persepsi Peserta Kursus
1. Pengertian Persepsi
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap
individu dalam memahami informasi tentang lingkungannya melalui panca
20
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
inderanya. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan
bahwa persepsi itu merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi.
Slameto (2003:102) mengemukakan pengertian persepsi yaitu:
Proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kepada otak
manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan
dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman.
Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat (2007:51) mengungkapkan bahwa
“persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Adapun
Ahmad Fauzi (2004:37) mengatakn bahwa “persepsi adalah menafsirkan stimulus
yang telah ada di dalam otak”.
2. Pengertian Persepsi Peserta Kursus Terhadap Tenaga Pendidik
Persepsi peserta kursus terhadap tenaga pendidik adalah suatu proses
pengamatan, pemaknaan, dan penafsiran yang dilakukan oleh peserta kursus
terhadap tenaga pendidiknya, sehingga peserta kursus tersebut dapat menyadari,
menanggapi, memperoleh kesan dan pandangan serta memberi arti terhadap
tenaga pendidik tersebut.
3. Prinsip-Prinsip Dasar Persepsi
Berikut ini beberapa prinsip dasar tentang persepsi yang dikemukakan oleh
Slameto (2003:103) antara lain:
1. Persepsi Itu Relatif Bukannya Absolut
Manusia sebagai mahkluk yang penuh keterbatasan, tidak mampu menyerap
segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya.
21
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
2. Persepsi Itu Selektif
Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak
rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa
rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa
yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu
mempunyai kecenderungan.
3. Persepsi Itu Mempunyai Tatanan
Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan
menerimanya dalam bentuk hubungan–hubungan atau kelompok-kelompok. Jika
rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga
hubungan itu menjadi jelas.
4. Persepsi Dipengaruhi oleh Harapan dan Kesiapan (Penerima Rangsangan)
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang
akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan
ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasi.
5. Persepsi Seseorang atau Kelompok Dapat Jauh Berbeda dengan Persepsi
Orang atau Kelompok Lain Sekalipun Situasinya Sama.
Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan
individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan
dalam motivasi.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Ahmad Fauzi (2004:43) mengemukakan perbedaan persepsi dapat disebabkan
oleh hal-hal di bawah ini:
22
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
1. Perhatian, perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya,
menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.
2. Set, yaitu harapan seseorang tentang rangsang yang akan timbul.
3. Kebutuhan, kebutuhan menetap maupun sesaat seseorang akan
mempengaruhi persepsi seseorang.
4. Sistem nilai, sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat atau golongan
berpengaruh pula terhadap persepsi.
5. Ciri kepribadian, peserta kursus yang pemalu dan penakut, akan
mempersepsikan tenaga pendidiknya sebagai tokoh yang menakutkan dan
perlu dihindari. Sedangkan peserta kursus yang mempunyai kepercayaan diri
menganggap tenaga pendidiknya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul
seperti orang lain pada umumnya.
6. Gangguan kejiwaan, gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan
persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat
individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja.
Sedangkan Krech dan Crutchfield (dalam Jalaludin Rakhmat, 2007:51)
mengatakan bahwa ada 2 (dua) faktor yang sangat menentukan terjadinya proses
persepsi yaitu:
1. Faktor Struktural, yaitu faktor-faktor yang berasal dari stimulus fisik dan
efek-efek syaraf yang bekerja dalam sistem syaraf.
2. Faktor Fungsional, yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutuhan,
suasana hati, pengalaman masa lalu, nilai serta daya ingat.
23
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
C. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah:
hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Adapun belajar
menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata
dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto (2003: 4) pengertian belajar
dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
M. Ngalim Purwanto (2003: 85), mengemukakan bahwa:
Belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas. Maka
peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pengalaman atau
latihan. Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam sejarah kehidupan manusia
karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada
orang yang bersangkutan. Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang
24
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar peserta kursus yang
bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara:
a. Penilaian formatif
Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari
umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sedang atau yang sudah
dilaksanakan.
b. Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data
atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar terhadap materi
pembelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.
2. Jenis-jenis Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar. Yang
dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah
laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi
sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah
mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar)
dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur. Sebuah situs yang
membahas Taksonomi Bloom mengemukakan mengenai teori Bloom yang
menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah.
Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
25
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Proses kegiatan belajar mengajar melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat
tingkat keberhasilan peserta kursus dalam menerima hasil pembelajaran atau
ketercapaian peserta kursus dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain,
prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian peserta kursus dalam
penguasaan ketiga ranah tersebut. Untuk lebih spesifiknya, peneliti akan akan
menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang
terdapat dalam teori Bloom berikut:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6
tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa
Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan
Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).
1) Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi,
prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan juga diartikan sebagai
kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan.
2) Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pemahaman
26
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami
gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau
problem yang konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang memiliki
kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus,
teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja.
4) Analisis (Analysis)
Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis,
seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang
lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yang rumit.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu
kesatuan atau pola baru. Sintesis satu tingkat di atas analisa.
Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau
pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu
27
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan
solusi yang dibutuhkan.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria
yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas
atau manfaatnya.
b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau
kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan
pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek:
1) Penerimaan (Receiving/Attending)
Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang
dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku
pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.
2) Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan.
28
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
3) Penghargaan (Valuing)
Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak
atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang
sesuai dengan konsisten dengan sikap batin.
4) Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di
antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-
nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai
mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak
begitu penting.
5) Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or
Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya
sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Karakterisasinya
mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan
sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan
menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya
sendiri.
29
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin. Alisuf Sabri dalam buku Psikologi
Pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut motorik karena
keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian,
sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang
memiliki keterampilan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan
tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-
gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik
ini ialah adanya kemampuan Automatisme, yaitu gerak-gerik yang terjadi
berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa
harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu
dilakukan. Keterampilan motorik lainnya yang kaitannya dengan pendidikan
agama ialah keterampilan membaca dan menulis huruf Arab, keterampilan
membaca dan melagukan ayat-ayat Al-Qur.an, keterampilan melaksanakan
gerakan-gerakan shalat. Semua jenis keterampilan tersebut diperoleh
melalui proses belajar dengan prosedur latihan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap peserta kursus, karena melalui belajar
mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya. Dengan demikian
belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri individu sebagai hasil
pengalamannya di lingkungan. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar dapat kita bedakan menjadi dua macam:
30
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
a. Faktor Internal (faktor dari dalam peserta kursus), yakni keadaan atau
kondisi jasmani dan rohani peserta kursus, meliputi dua aspek yakni:
1) Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas peserta kursus dalam
mengikuti proses pembelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah
dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak membekas.
2) Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran peserta
kursus. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah peserta kursus yang
pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi peserta kursus
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan
persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh
lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran
organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan .menara
pengontrol. hampir seluruh aktifitas manusia. Tingkat kecerdasan atau
31
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
intelegensi (IQ) peserta kursus tak dapat diragukan lagi, sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta kursus Ini bermakna,
semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang peserta kursus maka
semakin besar peluangnya untuk memperoleh sukses.
b) Sikap peserta kursus
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency)
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang,dan
sebagainya, baik secara positif maupun negative. Sikap merupakan
faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini
sikap yang akan menunjang proses pembelajaran ialah sikap positif
(menerima) terhadap materi pembelajaran, terhadap tenaga pendidik
dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti: kondisi
kelas, peserta kursus lainnya, sarana prasarana dan sebagainya.
c) Bakat peserta kursus
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan denikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam
arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu
sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat
mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang yang berintelegensi
sangat cerdas (superior) atau cerdas luar bisa (very superior) disebut
juga sebagai gifted, yakni orang berbakat intelektual.
32
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
d) Minat peserta kursus
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi kualits pencapaian hasil belajar peserta kursus dalam
bidang-bidang studi tertentu.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri peserta kursus), terdiri dari faktor
lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:
1) Faktor-faktor Lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial.
Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti:
keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat
letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik
berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta kursus.
2) Faktor-faktor Instrumental
Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik,
sarana/alat pembelajaran, media pengajaran, pendidik dan kurikulum/
serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi
proses dan hasil belajar peserta kursus.
D. Kerangka Berpikir
Salah satu indikator keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah
dapat ditandai dengan prestasi belajar peserta kursus yang memuaskan dan
33
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
mencapai apa yang diharapkan. Prestasi belajar merupakan taraf kemampuan
aktual yang bersifat terukur yang dituangkan dalam bentuk nilai perolehan peserta
kursus yang diperoleh setelah diadakannya ujian.
Prestasi belajar adalah hasil atau efek yang diharapkan di dalam pendidikan.
Tetapi sebenarnya prestasi belajar tergantung kepada kualitas proses
pembelajaran. Pengertian prestasi belajar sebagaimana tercantum dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2001:895), “prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh tenaga pendidik”.
Menurut Nana Sudjana (1987:49) yang dimaksud dengan prestasi belajar
adalah :”merupakan keseluruhan pola perilaku baik yang bersifat kognitif, afektif,
maupun psikomotor, yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar
mengajar”. Sedangkan Muhibbin Syah (2002:141) menjelaskan bahwa ”prestasi
belajar merupakan hasil interaksi dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses
belajar secara keseluruhan.”
Kemudian Nasrun Harahap dalam Saiful Bakri Djamarah (1994:21)
memberikan batasan bahwa ”prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang
perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam
kurikulum.”
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
peserta kursus adalah suatu penilaian dari seseorang tenaga pendidik terhadap
peserta kursusnya mengenai pola perilaku yang baik yang bersifat kognitif, afektif
34
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
maupun psikomotor setelah mengikuti proses belajar mengajar yang sesuai
dengan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Namun pada kenyataannya
pencapaian prestasi belajar peserta kursus yang maksimal tidak selalu berhasil
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Banyak faktor yang menjadi kendala bagi
peserta kursus maupun bagi praktisi pendidikan lainnya.
Menurut Mulyono Abdurahman (2003:13) menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan eksternal,
penyebab utama kesulitan belajar (learning disabilities) yaitu adanya
disfungsi fisiologis, sedangkan penyebab utama problema belajar (learning
problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi
pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan
yang tidak tepat.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tenaga pendidik memiliki peranan
yang sangat besar dalam pencapaian prestasi belajar. Tenaga pendidik sebagai
pendidik professional dan merupakan unsur yang paling dominan dalam
mewujudkan pendidikan yang berkualitas dituntut untuk memiliki kompetensi-
kompetensi agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Tugas utama tenaga
pendidik adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, sehingga peserta didiknya
mampu mendapatkan pengetahuan agar dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
Kompetensi tenaga pendidik ini merupakan suatu hal yang mutlak yang harus
dimiliki oleh seorang tenaga pendidik, dan kompetensi tenaga pendidik tersebut
35
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
tidak serta merta didapatkan begitu saja, tapi harus ada usaha yang keras untuk
memperolehnya. Pada akhirnya kompetensi tenaga pendidik ini merupakan tolak
ukur untuk menentukan kualitas tenaga pendidik tersebut.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahn yang
dipertanyakan. Hipotesa yang dimaksud mestinya menjadi landasan logis dan
memberi arah kepada proses pengumpulan data serta proses penyelidikan itu
sendiri. Suharsimi Arikunto (2002:64) mengungkapkan bahwa : ”Hipotesis
merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Maka dari itu hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Terdapat hubungan antara persepsi peserta kursus mengenai kompetensi tenaga
pendidik dengan prestasi belajar peserta kursus pada lembaga kursus menjahit di
wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat”.