bab ii kajian pustaka -...

26
Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi Tenaga Pendidik 1. Pengertian Tenaga pendidik Tenaga pendidik adalah tokoh yang paling banyak berinteraksi dengan para peserta didiknya dibandingkan dengan personel lainnya di dalam suatu pembelajaran. Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 menjelaskan bahwa: Tenaga pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Tenaga pendidik dan Dosen mengartikan bahwa: Tenaga pendidik adalah pendidik dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Banyak para ahli yang mengartikan tenaga pendidik diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 8) bahwa: Tenaga pendidik adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, tenaga pendidik harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Adapun A. Samana dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 9) mengemukakan bahwa: Tenaga pengajar (tenaga pendidik) adalah tenaga kependidikan yang tugas utamanya menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik, baik yang 10

Upload: phungkiet

Post on 13-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kompetensi Tenaga Pendidik

1. Pengertian Tenaga pendidik

Tenaga pendidik adalah tokoh yang paling banyak berinteraksi dengan para

peserta didiknya dibandingkan dengan personel lainnya di dalam suatu

pembelajaran. Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2

menjelaskan bahwa:

Tenaga pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada

perguruan tinggi.

Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Tenaga

pendidik dan Dosen mengartikan bahwa:

Tenaga pendidik adalah pendidik dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Banyak para ahli yang mengartikan tenaga pendidik diantaranya seperti

yang dikemukakan oleh Mulyasa dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 8) bahwa:

Tenaga pendidik adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan, dan

identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu,

tenaga pendidik harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang

mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

Adapun A. Samana dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 9) mengemukakan

bahwa:

Tenaga pengajar (tenaga pendidik) adalah tenaga kependidikan yang

tugas utamanya menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik, baik yang

10

11

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

bersifat akademis, semi akademis, maupun yang bersifat keterampilan,

kegiatan mengajar hendaknya berupa semua usaha pembelajaran peserta

didik.

Oemar hamalik dalam Fitri wati jatnika (2012: 10) mengemukakan bahwa

“tenaga pendidik merupakan jabatan profesional yang memerlukan berbagai

keahlian khusus”. Sedangkan Abdul Majid dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 8)

mengemukakan bahwa: “tenaga pendidik adalah orang yang bertugas membantu

murid untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan

potensi yang dimilikinya”.

Dari definisi tenaga pendidik yang dikemukakan oleh beberapa pendapat di

atas maka dapat disimpulkan bahwa tenaga pendidik adalah pendidik yang

dituntut untuk memiliki kompetensi-kompetensi dalam menjalankan tugasnya

sebagai seorang pendidik dalam membantu muridnya untuk mendapatkan

pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

2. Pengertian Kompetensi

Menurut UU No.14 tahun 2005 tentang Tenaga pendidik dan Dosen

pengertian kompetensi adalah “seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pendidik dan

dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.

Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap dan

keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan kata lain,

kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan,

nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam

melaksanakan tugas/pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi

12

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat,

pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk

berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar

kualitas dalam pekerjaan nyata.

Berdasarkan uraian di atas maka kompetensi dapat didefinisikan sebagai

penguasaan terhadap seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap

yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam menjalankan

profesinya.

a. Pengertian Kompetensi Tenaga pendidik

Kegiatan belajar di kelas dilakukan oleh tenaga pendidik dan peserta kursus

dimana tenaga pendidik menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta

kursus. Agar materi dapat tersampaikan dengan optimal, setiap tenaga pendidik

harus memiliki kompetensi. Sehingga tujuan akhir pembelajaran dapat tercapai.

Menurut Sardiman A. M dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 11) bahwa:

“kompetensi tenaga pendidik merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang

tenaga pendidik”.

menurut Stephen P Robbins dalam Fitri Wati (2012:1) mendifinisan

“kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seorang individu untuk mengejakan

berbagai tugas dalam suatu pekerjaan”. Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan

keseluruhan individu terdiri dari dua kelompok faktor, yaitu faktor kemampuan

intelektual dan kemampaun fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan

yang diperlukan untuk melakukan kegiatan. Sedangkan kemampuan fisik adalah

13

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut

stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan.

Moh. Uzer Usman dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 10) mengemukakan

bahwa: “kompetensi tenaga pendidik merupakan kemampuan tenaga pendidik

dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak”.

Jadi dapat dipahami bahwa kompetensi tenaga pendidik berarti kemampuan untuk

mendidik, membimbing dan melatih peserta didiknya dari segi pengetahuan,

keterampilan dan kepribadiannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa

kompetensi tenaga pendidik adalah kemampuan dasar bagi seorang tenaga

pendidik dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang

direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam menjalankan tugas

dan kewajibannya sebagai seorang tenaga pendidik, sehingga tenaga pendidik

tersebut mampu mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikan.

b. Dimensi Kompetensi Tenaga pendidik

Menurut UU No.14 Tahun 2005 pasal 8 menyatakan tenaga pendidik wajib

memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan

rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Selanjutnya pasal 10 ayat (1) menyatakan kompetensi tenaga pendidik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang

diperoleh melalui pendidikan profesi. Menurut PP No.19 Tahun 2005 Pasal 28,

Ayat 3 dan UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 10, Ayat 1 menyatakan: ”Kompetensi

14

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pendidik sebagai pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta

pendidikan usia dini meliputi: (a) kompetensi pedagogik, (b) kompetensi

kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d) kompetensi sosial”. Agar lebih

jelas, di bawah ini akan dijabarkan satu persatu mengenai ke empat kompetensi

tersebut.

1) Dimensi Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik erat sekali kaitannya dengan penguasaan kelas atau

penguasaan tenaga pendidik terhadap proses pembelajaran, karena kompetensi ini

merupakan kompetensi yang akan digunakan dalam keseharian seorang tenaga

pendidik pada pelaksanaan proses pembelajaran.

Dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “Kemampuan mengelola peserta

didik”. Depdiknas (2004:9) mendefinisikan kompetensi pedagogik ini dengan

“Kompetensi pengelolaan pembelajaran”. Kompetensi ini dapat dinilai dari

kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan

interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan

penilaian dari setiap evaluasi yang diberikan kepada peserta kursus. Dalam

kompetensi pedagogik terdapat tiga kompetensi mendasar yaitu meliputi (1)

kompetensi menyusun rencana pembelajaran, (2) kompetensi melaksanakan

proses belajar mengajar, dan (3) kompetensi melaksanakan penilaian proses

belajar mengajar. Kompetensi menyusun rencana pembelajaran menurut

Depdiknas (2004:9) meliputi:

15

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1. Mampu mendeskripsikan tujuan

2. Mampu memilih materi

3. Mampu mengorganisir materi

4. Mampu menentukan strategi/metode pembelajaran

5. Mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran

6. Mampu menentukan perangkat penilaian

7. Mampu menentukan teknik penilaian, dan

8. Mampu mengalokasikan waktu

B. Harahap dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 13) menyatakan,

kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik dalam

melaksanakan program pengajaran adalah mencakup kemampuan:

1. Memotivasi belajar peserta kursus dari sejak masuk sampai berakhir pelajaran

2. Mengarahkan tujuan pembelajaran

3. Menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan

pelajaran

4. Melakukan pemantapan belajar

5. Menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan benar

6. Melakukan bimbingan dan penyuluhan,

7. Memperbaiki program belajar mengajar, dan

8. Melaksanakan hasil penilaian belajar

Sedangkan kompetensi melakukan penilaian proses belajar mengajar

menurut O.Sutisna dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 13), adalah “penilaian

proses belajar mengajar bertujuan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan

16

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan”. Penilaian

diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau

kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah

ditetapkan.

Tujuan utama melaksanakan proses evaluasi dalam proses belajar mengajar

adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian

tujuan instruksional oleh peserta kursus, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan

dapat diupayakan dan dilaksanakan.

2) Dimensi Kompetensi Kepribadian

Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra

diri dan kepribadian seseorang, selama hal itu dilakukan dengan penuh kesadaran.

Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat

diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan

dari kepribadian seseorang. Apabila nilai kepribadian seseorang naik, maka akan

naik pula kewibawaan orang tersebut. Tentu dasarnya adalah ilmu pengetahuan

dan moral yang dimilikinya.

Syaiful Sagala dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 14) mengemukakan

bahwa :

Dilihat dari aspek psikologi kompetensi kepribadian tenaga pendidik

menunjukkan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian (1)

mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan

norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku; (2) dewasa yang berarti

mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki

etos kerja sebagai tenaga pendidik; (3) arif dan bijaksana yaitu tampilannya

bermanfaat bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat dengan

menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak; (4) berwibawa

yaitu perilaku tenaga pendidik yang disegani sehingga berpengaruh positif

terhadap peserta didik; dan (5) memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku

17

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religius,

jujur, ikhlas, dan suka menolong.

Sedangkan kompetensi pribadi tenaga pendidik secara lebih khusus lagi

adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu

menilai diri pribadi.

Berdasarkan uraian di atas, kompetensi personal dalam penelitian ini dapat

diartikan sebagai kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan

berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik, dari seorang tenaga pendidik.

3) Dimensi Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan tenaga pendidik sebagai

makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial

tenaga pendidik berperilaku santun, mampu berkomunikasi den berinteraksi

dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap

orang lain.

Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

kompetensi sosial adalah “Kemampuan tenaga pendidik untuk berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama tenaga

pendidik, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Surya (2003:138)

mengemukakan “kompetensi sosial adalah kompetensi yang diperlukan oleh

seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain”. Kompetensi

sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan

tanggung jawab sosial.

Sedangkan menurut Syaiful Sagala merujuk pada pendapat Slamet PH

dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 14), kompetensi sosial terdiri dari :

18

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1. Memahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan mengelola

konflik dan benturan

2. Melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan sejawat, pengelola

dan pihak-pihak terkait lainnya

3. Membangun kerja tim yang kompak, cerdas, dinamis, dan lincah

4. Melaksanakan komunikasi secara efektif dan menyenangkan dengan seluruh

warga sekolah, orang tua peserta didik, dengan kesadaran sepenuhnya bahwa

masing-masing memiliki peran dan tanggung jawab terhadap kemajuan

pembelajaran

5. Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan perubahan

lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya

6. Memiliki kemampuan mendudukkan dirinya dalam sistem nilai yang berlaku

di masyarakat sekitarnya

7. Melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik.

Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial tenaga pendidik dalam

penelitian ini dapat diartikan sebagai kemampuan tenaga pendidik dalam

berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama tenaga

pendidik, orangtua/wali peserta didik serta masyarakat sekitar.

Sementara itu, untuk mengukur kompetensi sosial dalam penelitian ini akan

digunakan beberapa indikator yang meliputi (1) interaksi tenaga pendidik dengan

peserta kursus, (2) interaksi tenaga pendidik dengan pengelola, (3) interaksi

tenaga pendidik dengan rekan kerja, (4) interaksi tenaga pendidik dengan orang

tua peserta kursus, dan (5) interaksi tenaga pendidik dengan masyarakat

19

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

4) Dimensi Kompetensi Profesional

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

kompetensi profesional adalah “kemampuan menguasai materi pelajaran secara

luas dan mendalam.

Menurut Buchari Alma dalam Fitri wati jatnika (2012: 17) mengemukakan

bahwa:

Kemampuan profesional adalah kemampuan penguasaan materi

secara luas dan mendalam, serta metode dan teknik mengajar yang sesuai

dengan yang dipahami peserta didik, mudah ditangkap, tidak menimbulkan

kesulitan dan keraguan.

Surya dalam Risna Ayu Meilawati (2009: 16) menjelaskan “kompetensi

profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan

dirinya sebagai tenaga pendidik professional”. Kompetensi profesional meliputi

kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus

diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab dalam tugasnya dan rasa

kebersamaan dengan rekan tenaga pendidik yang lainnya. Tenaga pendidik yang

profesional diyakini mampu memotivasi peserta kursus untuk mengoptimalkan

potensinya dalam kerangka pencapaian standar pendidikan yang ditetapkan

Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional tenaga pendidik dalam

penelitian ini dapat diartikan sebagai kemampuan tenaga pendidik dalam

menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam.

B. Persepsi Peserta Kursus

1. Pengertian Persepsi

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap

individu dalam memahami informasi tentang lingkungannya melalui panca

20

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

inderanya. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan

bahwa persepsi itu merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi.

Slameto (2003:102) mengemukakan pengertian persepsi yaitu:

Proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kepada otak

manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan

dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera

penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman.

Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat (2007:51) mengungkapkan bahwa

“persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan

yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Adapun

Ahmad Fauzi (2004:37) mengatakn bahwa “persepsi adalah menafsirkan stimulus

yang telah ada di dalam otak”.

2. Pengertian Persepsi Peserta Kursus Terhadap Tenaga Pendidik

Persepsi peserta kursus terhadap tenaga pendidik adalah suatu proses

pengamatan, pemaknaan, dan penafsiran yang dilakukan oleh peserta kursus

terhadap tenaga pendidiknya, sehingga peserta kursus tersebut dapat menyadari,

menanggapi, memperoleh kesan dan pandangan serta memberi arti terhadap

tenaga pendidik tersebut.

3. Prinsip-Prinsip Dasar Persepsi

Berikut ini beberapa prinsip dasar tentang persepsi yang dikemukakan oleh

Slameto (2003:103) antara lain:

1. Persepsi Itu Relatif Bukannya Absolut

Manusia sebagai mahkluk yang penuh keterbatasan, tidak mampu menyerap

segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya.

21

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

2. Persepsi Itu Selektif

Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak

rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa

rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa

yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu

mempunyai kecenderungan.

3. Persepsi Itu Mempunyai Tatanan

Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan

menerimanya dalam bentuk hubungan–hubungan atau kelompok-kelompok. Jika

rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga

hubungan itu menjadi jelas.

4. Persepsi Dipengaruhi oleh Harapan dan Kesiapan (Penerima Rangsangan)

Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang

akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan

ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasi.

5. Persepsi Seseorang atau Kelompok Dapat Jauh Berbeda dengan Persepsi

Orang atau Kelompok Lain Sekalipun Situasinya Sama.

Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan

individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan

dalam motivasi.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Ahmad Fauzi (2004:43) mengemukakan perbedaan persepsi dapat disebabkan

oleh hal-hal di bawah ini:

22

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1. Perhatian, perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya,

menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.

2. Set, yaitu harapan seseorang tentang rangsang yang akan timbul.

3. Kebutuhan, kebutuhan menetap maupun sesaat seseorang akan

mempengaruhi persepsi seseorang.

4. Sistem nilai, sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat atau golongan

berpengaruh pula terhadap persepsi.

5. Ciri kepribadian, peserta kursus yang pemalu dan penakut, akan

mempersepsikan tenaga pendidiknya sebagai tokoh yang menakutkan dan

perlu dihindari. Sedangkan peserta kursus yang mempunyai kepercayaan diri

menganggap tenaga pendidiknya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul

seperti orang lain pada umumnya.

6. Gangguan kejiwaan, gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan

persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat

individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja.

Sedangkan Krech dan Crutchfield (dalam Jalaludin Rakhmat, 2007:51)

mengatakan bahwa ada 2 (dua) faktor yang sangat menentukan terjadinya proses

persepsi yaitu:

1. Faktor Struktural, yaitu faktor-faktor yang berasal dari stimulus fisik dan

efek-efek syaraf yang bekerja dalam sistem syaraf.

2. Faktor Fungsional, yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutuhan,

suasana hati, pengalaman masa lalu, nilai serta daya ingat.

23

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Di

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah:

hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Adapun belajar

menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu proses perubahan

yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata

dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto (2003: 4) pengertian belajar

dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

M. Ngalim Purwanto (2003: 85), mengemukakan bahwa:

Belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar

menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:

perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas. Maka

peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pengalaman atau

latihan. Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam sejarah kehidupan manusia

karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan

kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada

orang yang bersangkutan. Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang

24

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar peserta kursus yang

bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara:

a. Penilaian formatif

Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari

umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan

untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sedang atau yang sudah

dilaksanakan.

b. Penilaian Sumatif

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data

atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar terhadap materi

pembelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.

2. Jenis-jenis Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah

psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar. Yang

dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah

laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi

sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa.

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah

mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar)

dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur. Sebuah situs yang

membahas Taksonomi Bloom mengemukakan mengenai teori Bloom yang

menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah.

Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

25

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Proses kegiatan belajar mengajar melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat

tingkat keberhasilan peserta kursus dalam menerima hasil pembelajaran atau

ketercapaian peserta kursus dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain,

prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian peserta kursus dalam

penguasaan ketiga ranah tersebut. Untuk lebih spesifiknya, peneliti akan akan

menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang

terdapat dalam teori Bloom berikut:

a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan

keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6

tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa

Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan

Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).

1) Pengetahuan (Knowledge)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat

peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi,

prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan juga diartikan sebagai

kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah dipelajari dan

disimpan dalam ingatan.

2) Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk

menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pemahaman

26

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami

gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk

menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau

problem yang konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang memiliki

kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus,

teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja.

4) Analisis (Analysis)

Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu

kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau

organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis,

seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan

membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang

lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu

mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah

skenario yang rumit.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu

kesatuan atau pola baru. Sintesis satu tingkat di atas analisa.

Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau

pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu

27

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan

solusi yang dibutuhkan.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu

pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan

pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.

Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian

terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria

yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas

atau manfaatnya.

b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan

aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara

penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau

kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan

pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek:

1) Penerimaan (Receiving/Attending)

Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang

dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku

pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.

2) Tanggapan (Responding)

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di

lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam

memberikan tanggapan.

28

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

3) Penghargaan (Valuing)

Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk

memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai

dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak

atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang

sesuai dengan konsisten dengan sikap batin.

4) Pengorganisasian (Organization)

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di

antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu

sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-

nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai

mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak

begitu penting.

5) Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or

Value Complex)

Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya

sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Karakterisasinya

mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan

sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan

menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya

sendiri.

29

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,

berenang, dan mengoperasikan mesin. Alisuf Sabri dalam buku Psikologi

Pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut motorik karena

keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian,

sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang

memiliki keterampilan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan

tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-

gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik

ini ialah adanya kemampuan Automatisme, yaitu gerak-gerik yang terjadi

berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa

harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu

dilakukan. Keterampilan motorik lainnya yang kaitannya dengan pendidikan

agama ialah keterampilan membaca dan menulis huruf Arab, keterampilan

membaca dan melagukan ayat-ayat Al-Qur.an, keterampilan melaksanakan

gerakan-gerakan shalat. Semua jenis keterampilan tersebut diperoleh

melalui proses belajar dengan prosedur latihan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap peserta kursus, karena melalui belajar

mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya. Dengan demikian

belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri individu sebagai hasil

pengalamannya di lingkungan. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar dapat kita bedakan menjadi dua macam:

30

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

a. Faktor Internal (faktor dari dalam peserta kursus), yakni keadaan atau

kondisi jasmani dan rohani peserta kursus, meliputi dua aspek yakni:

1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang

menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,

dapat mempengaruhi semangat dan intensitas peserta kursus dalam

mengikuti proses pembelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah

dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang

dipelajarinya pun kurang atau tidak membekas.

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran peserta

kursus. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah peserta kursus yang

pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi peserta kursus

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan

psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan

persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh

lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam

hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran

organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan .menara

pengontrol. hampir seluruh aktifitas manusia. Tingkat kecerdasan atau

31

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

intelegensi (IQ) peserta kursus tak dapat diragukan lagi, sangat

menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta kursus Ini bermakna,

semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang peserta kursus maka

semakin besar peluangnya untuk memperoleh sukses.

b) Sikap peserta kursus

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency)

dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang,dan

sebagainya, baik secara positif maupun negative. Sikap merupakan

faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini

sikap yang akan menunjang proses pembelajaran ialah sikap positif

(menerima) terhadap materi pembelajaran, terhadap tenaga pendidik

dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti: kondisi

kelas, peserta kursus lainnya, sarana prasarana dan sebagainya.

c) Bakat peserta kursus

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

Dengan denikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam

arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu

sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat

mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang yang berintelegensi

sangat cerdas (superior) atau cerdas luar bisa (very superior) disebut

juga sebagai gifted, yakni orang berbakat intelektual.

32

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

d) Minat peserta kursus

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat

mempengaruhi kualits pencapaian hasil belajar peserta kursus dalam

bidang-bidang studi tertentu.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri peserta kursus), terdiri dari faktor

lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:

1) Faktor-faktor Lingkungan

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial.

Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti:

keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat

letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik

berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan

mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta kursus.

2) Faktor-faktor Instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik,

sarana/alat pembelajaran, media pengajaran, pendidik dan kurikulum/

serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi

proses dan hasil belajar peserta kursus.

D. Kerangka Berpikir

Salah satu indikator keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah

dapat ditandai dengan prestasi belajar peserta kursus yang memuaskan dan

33

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

mencapai apa yang diharapkan. Prestasi belajar merupakan taraf kemampuan

aktual yang bersifat terukur yang dituangkan dalam bentuk nilai perolehan peserta

kursus yang diperoleh setelah diadakannya ujian.

Prestasi belajar adalah hasil atau efek yang diharapkan di dalam pendidikan.

Tetapi sebenarnya prestasi belajar tergantung kepada kualitas proses

pembelajaran. Pengertian prestasi belajar sebagaimana tercantum dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2001:895), “prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh tenaga pendidik”.

Menurut Nana Sudjana (1987:49) yang dimaksud dengan prestasi belajar

adalah :”merupakan keseluruhan pola perilaku baik yang bersifat kognitif, afektif,

maupun psikomotor, yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar

mengajar”. Sedangkan Muhibbin Syah (2002:141) menjelaskan bahwa ”prestasi

belajar merupakan hasil interaksi dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses

belajar secara keseluruhan.”

Kemudian Nasrun Harahap dalam Saiful Bakri Djamarah (1994:21)

memberikan batasan bahwa ”prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang

perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan

pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam

kurikulum.”

Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

peserta kursus adalah suatu penilaian dari seseorang tenaga pendidik terhadap

peserta kursusnya mengenai pola perilaku yang baik yang bersifat kognitif, afektif

34

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

maupun psikomotor setelah mengikuti proses belajar mengajar yang sesuai

dengan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Namun pada kenyataannya

pencapaian prestasi belajar peserta kursus yang maksimal tidak selalu berhasil

dengan tujuan yang telah ditetapkan. Banyak faktor yang menjadi kendala bagi

peserta kursus maupun bagi praktisi pendidikan lainnya.

Menurut Mulyono Abdurahman (2003:13) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan eksternal,

penyebab utama kesulitan belajar (learning disabilities) yaitu adanya

disfungsi fisiologis, sedangkan penyebab utama problema belajar (learning

problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi

pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak

membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan

yang tidak tepat.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tenaga pendidik memiliki peranan

yang sangat besar dalam pencapaian prestasi belajar. Tenaga pendidik sebagai

pendidik professional dan merupakan unsur yang paling dominan dalam

mewujudkan pendidikan yang berkualitas dituntut untuk memiliki kompetensi-

kompetensi agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Tugas utama tenaga

pendidik adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, sehingga peserta didiknya

mampu mendapatkan pengetahuan agar dapat mengembangkan potensi yang

dimilikinya.

Kompetensi tenaga pendidik ini merupakan suatu hal yang mutlak yang harus

dimiliki oleh seorang tenaga pendidik, dan kompetensi tenaga pendidik tersebut

35

Nenden Lifiani, 2012 Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit Di Wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

tidak serta merta didapatkan begitu saja, tapi harus ada usaha yang keras untuk

memperolehnya. Pada akhirnya kompetensi tenaga pendidik ini merupakan tolak

ukur untuk menentukan kualitas tenaga pendidik tersebut.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahn yang

dipertanyakan. Hipotesa yang dimaksud mestinya menjadi landasan logis dan

memberi arah kepada proses pengumpulan data serta proses penyelidikan itu

sendiri. Suharsimi Arikunto (2002:64) mengungkapkan bahwa : ”Hipotesis

merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Maka dari itu hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Terdapat hubungan antara persepsi peserta kursus mengenai kompetensi tenaga

pendidik dengan prestasi belajar peserta kursus pada lembaga kursus menjahit di

wilayah Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat”.