bab ii kajian pustaka a. 1. pengertian geografieprints.uny.ac.id/53709/3/tas bab ii...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kajian Geografi
a) Pengertian Geografi
Menurut Hartshorne (dalam Suharyono: 2005: 3) geografi
merupakan studi tentang diferensiasi areal fenomena yang bertautan di
muka bumi dalam arti pentingnya bagi manusia. Toyne dan Newby
(dalam Suharyono: 2005: 3) menekankan bahwa geografi selalu
berkepentingan pertama-tama dengan lokasi, suatu aspek dalam kegiatan
dan perekonomian manusia yang oleh disiplin-disiplin ilmu lain
cenderung diabaikan atau kurang diperhatikan.
Di Indonesia, pengertian geografi telah dirumuskan pada Seminar
Lokakarya di Semarang pada tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut
pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan
(Suharyono dan Moch. Amien, 1994: 41). Beberapa pengertian mengenai
geografi diatas memunculkan kesimpulan bahwa geografi mengkaji
mengenai hubungan manusia dengan alam serta upaya manusia untuk
menjaga dan melestarkan alam.
b) Pendekatan Geografi
Terdapat tiga pendekatan yang digunakan dalam mengkaji ilmu
geografi menurut Bintarto dan Hadi Sumarno (1991: 21-30), yaitu:
1) Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)
Analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai
sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Ahli geografi akan
bertanya faktor-faktor apa yang menguasai pola penyebaran dan
bagaimana pola tersebut dapat diubah agar persebarannya terjadi
efisien dan lebih wajar. Dengan kata lain dapat diutarakan bahwa
analisa keruangan yang harus diperhatikan adalah pertama,
penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan kedua,
penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan
yang dicanangkan.
2) Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach)
Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan
lingkungan disebut ekologi. Oleh karena itu untuk mempelajari
ekologi, seseorang harus mempelajari organisme hidup seperti
manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungan seperti lithosfer,
hidrosfer, dan atmosfer. Selain dari itu organisme dapat
mengadakan interaksi dengan organisme hidup lain. Manusia
merupakan satu komponen dalam organisme hidup yang penting
dalam proses interaksi, oleh karena itu timbul pengertian ekologi
manusia atau human ecology dimana dipelajari interaksi antar
manusia dan antara manusia dengan lingkungannya.
3) Pendekatan Komplek Wilayah (Regional Complex
Approach)
Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi
disebut analisa komplek wilayah. Pada analisa sedemikian
wilayah-wilayah tertentu didekati atau dihampiri dengan
pengertian areal differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa
interaksi antara wilayah akan berkembang karena pada
hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain, oleh
karena terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah
tersebut. Pada analisa sedemikian diperhatikan pula mengenai
penyebaran fenomena tertentu (analisa keruangan) dan interaksi
antara variabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian
dipelajari kaitannya (analisa ekologi).
Penelitian ini menggunakan pendekatan ekologi atau
kelingkungan dengan menghubungkan interaksi antara manusia terhadap
lingkungannya dan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana,
khususnya pada sumberdaya terbarukan yaitu air. Manusia dalam
pemanfaatan airtanah bebas harus memperhitungkan dampak yang akan
dihasilkan. Selain itu juga memperhatikan cara penanganan terhadap
dampak yang terjadi baik dampak jangka pendek maupun dampak jangka
panjang.
c) Konsep Geografi
Konsep dasar merupakan konsep-konsep yang paling penting
yang menggambarkan struktur suatu ilmu (Suharyono dan Moch
Amien,1994 :21). Konsep geografi yang berhubungan dengan
penelitian ini adalah:
1) Konsep Lokasi
Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang
sejak awal pertumbuhan geografi telah menjadi ciri khusus ilmu
atau pengetahuan geografi, dan merupakan jawaban atas
pertanyaan pertama yaitu, “dimana?” (Suharyono dan Moch.
Amien, 1994: 27).
Secara pokok dapat dibedakan antara pengertian lokasi
absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukkan letak yang
tepat terhadap sistem grid atau kisi-kisi atau koordinat. Untuk
penentuan lokasi absolut di muka bumi dipakai sistem koordinat
garis lintang dan garis bujur yang telah disepakati bersama dan
derajatnya dihitung dari garis ekuator (untuk garis lintang) dan
garis meridian yang melalui Kota Greenwich (meridian nol untuk
garis bujur) (Suharyono dan Moch. Amien, 1994:28).
Konsep lokasi dalam penelitian ini adalah letak sumur
galian di Kelurahan Prenggan, Kecamatan Kotagede, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
2) Konsep Jarak
Konsep Jarak merupakan arti penting dalam kehidupan
sosial ekonomi. Dalam geografi, jarak diukur dengan dua cara
yaitu jarak geometrik (dalam Km) dan jarak waktu (jarak
tempuh). Dalam penelitian ini, konsep jarak yang diperlihatkan
pada jarak antara septitank dan sumur galian di lokasi penelitian.
Jarak septitank dan sumur galian akan mempengaruhi kandungan
airtanah pada sumur galian.
3) Konsep Keterkaitan keruangan
Konsep keterkaitan keruangan merupakan keterkaitan
antara suatu fenomena dengan fenomena lainnya. Dalam
penelitian ini yaitu keterkaitan aktivitas manusia dengan kualitas
airtanah bebas. Pemakaian detergen dan kegiatan ekskresi
ditekankan pada penelitian ini. Kegiatan tersebut akan
mempengaruhi kualitas airtanah bebas di daerah penelitian,
sehingga dapat dilihat airtanah bebas di daerah penelitian masih
layak untuk dikonsumsi atau tidak.
d) Geografi Fisik
Geografi fisik adalah salah satu bagian utama ilmu geografi.
Geografi fisik adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
segala sesuatu yang berkaitan dengan studi tentang proses dan pola
dalam lingkungan alam seperti atmosfer, biosfer, hidrosfer. Geografi
fisik berlawanan dengan geografi manusia.
Sub bagian dari geografi fisik yaitu:
1) Geomorfologi: sebuah studi ilmiah terhadap permukaan Bumi
dan proses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan
dengan landform (bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras,
namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan
terkadang oleh perilaku organisme di tempat mereka hidup.
2) Hidrologi: ilmu geografi yang mempelajari pergerakan,
distribusi, dan kualitas air di seluruh bumi, termasuk siklus air
dan sumber daya air.
3) Glasiologi: ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat fisika dan
kimia dari es dan salju (gletser), pembentukan formasi,
pergerakan dan juga evolusinya.
4) Biogeografi: ilmu yang mempelajari tentang keaneka ragaman
hayati berdasarkan ruang dan waktu.
5) Klimatologi: ilmu yang mempelajari iklim, ilmiah didefinisikan
sebagai kondisi cuaca rata-rata selama periode waktu tertentu,
dan merupakan cabang dari ilmu atmosfer.
6) Meteorologi: ilmu yang mempelajari atmosfer bumi khususnya
untuk keperluan prakiraan cuaca. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani meteoros atau ruang atas (atmosfer), dan logos atau ilmu.
7) Pedologi: ilmu yang mempelajari berbagai aspek geologi tanah.
Di dalamnya ditinjau berbagai hal mengenai pembentukan tanah
(pedogenesis), morfologi tanah (sifat dan ciri fisika dan kimia),
dan klasifikasi tanah.
8) Paleogeografi: Mempelajari dan menganalisis bentuk permukaan
Bumi pada masa lalu dengan bukti fisik dari lapisan Bumi.
9) Geografi pesisir: Mempelajari hubungan dinamis antara daratan
dengan lautan.
10) Oseanografi: ilmu Bumi yang mempelajari samudra atau lautan.
Ilmu ini mencakup berbagai topik seperti organisme laut dan
dinamika ekosistem; arus samudra, gelombang, dan dinamika
cairan geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut, dan
arus berbagai zat kimia dan fisika di dalam lautan dan
perbatasannya.
11) Ilmu kuater: ilmu yang berfokus pada penelitian periode kuarter.
12) Ekologi lanskap: mempelajari pengaruh antara bentang alam
dengan proses ekologi.
13) Geomatik: mempelajari pengumpulan, penyimpanan informasi,
pengolahan, dan penyampaian informasi geografis, atau spasial.
14) Pengelolaan lingkungan: menganalisis aspek-aspek dalam
interaksi antara manusia dengan lingkungan.
Penelitian ini termasuk dalam studi geografi fisik pada fokus
kajian hidrologi karena mempelajari mengenai pergerakan, distribusi,
dan kualitas air di seluruh bumi, termasuk siklus air dan sumber daya
air. Penelitian ini menekankan pada kualitas airtanah bebas yang
dipengaruhi oleh limbah domestik berupa detergen dan tinja.
Penggunaan detergen dalam rumah tangga secara terus menerus akan
mempengaruhi kualitas airtanah bebas. Selain itu, letak septitank yang
berdekatan dengan sumur galian akan meningkatkan kandungan bakteri
e-coli pada airtanah. Kandungan zat kimia dan bakteri e-coli yang
berlebih pada airtanah bebas akan berdampak buruk pada tubuh
manusia.
2. Kajian Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian ini adalah Kelurahan Prenggan, Kecamatan
Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bangunan tua yang
masih berdiri di wilayah Kotagede bukanlah kebetulan, melainkan tinggalan
para pendahulu. Kelurahan Prenggan merupakan salah satu wilayah yang
menjadi saksi bisu peradaban masa kerajaan yaitu masuk dalam wilayah
Kerajaan Mataram Islam di abad ke-14. Pada saat itu, Kotagede menjadi pusat
kerajaan Mataram Islam, namun masa Kotagede sebagai pusat kerajaan
Mataram Islam berakhir pada tahun 1613 setelah raja ketiga Mataram Islam
yaitu Sultan Agung (cucu Panembahan Senopati) memindahkan pusat kerajaan
ke Karta (dekat Plered).
Terletak di barat laut Pasar Kotagede, ada yang mengatakan bahwa
Prenggan merupakan daerah bekas kediaman Raden Rangga yang disebut
dengan pa-rangga-an, atau dibaca Prenggan. Raden Rangga merupakan anak
kedua dari Panembahan Senopati (Raja Mataram Islam pertama). Sumber lain
menyebutkan bahwa nama Prenggan, diperkirakan berasal dari nama Pangeran
Pringgolaya. Beliau adalah putra dari Panembahan Senopati. Jadi, pada jaman
dahulu di wilayah ini berdiri dalem Pangeran Pringgolaya.
Kelurahan Prenggan saat ini berkembang menjadi kampung wisata
yang terbagi dalam berbagai macam adat dan budaya Jawa yang kental. Di
Kelurahan Prenggan, terdapat warisan budaya Masjid Perak yang merupakan
masjid utama kedua setelah Masjid Mataram. Di dalam Masjid Perak, terdapat
mimbar tua yang dahulu digunakan saat mengisi khotbah.
3. Konsep Hidrologi
Hidrologi adalah cabang Geografi Fisis yang berurusan dengan air di
bumi, sorotan khusus pada propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan.
Khususnya mempelajari kejadian air di daratan, deskripsi pengaruh bumi
terhadap air, pengaruh fisik air terhadap daratan, dan mempelajari hubungan
air dengan kehidupan di bumi. (Linsley et al, 1949)
Ruang lingkup hidrologi mencakup :
1. Pengukuran, mencatat, dan publikasi data dasar.
2. Deskripsi propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan.
3. Analisa data untuk mengembangkan teori-teori pokok yang ada pada
hidrologi.
4. Aplikasi teori-teori hidrologi untuk memecahkan masalah praktis.
Hidrologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada hubungan
dengan ilmu lain, seperti meteorologi, klimatologi, geologi, agronomi
kehutanan, ilmu tanah, dan hidrolika.
Menurut The International Association of Scientific Hydrology,
hidrologi dapat dibagi menjadi :
1. Potamologi (Potamology), khusus mempelajari aliran permukaan
(surface streams)
2. Limnologi (Limnology), khusus mempelajari air danau
3. Geohidrologi (Geohydrology), khusus mempelajari air yang ada di
bawah permukaan tanah (mempelajari air tanah = groundwater)
4. Kriologi (Cryology), khusus mempelajari es dan salju
5. Hidrometeorologi (Hydrometeorology), khusus mempelajari problema-
problema yang ada diantara hidrologi dan meteorologi.
Hidrologi hutan merupakan suatu ilmu fenomena yang berkaitan
dengan air yang dipengaruhi oleh penutupan hutan. Sesuai dengan batasan
subyek yang ada yaitu hidrologi hutan maka bahasan selanjutnya merupakan
hidrologi terapan dengan lingkup operasionalnya adalah daerah aliran sungai
terutama yang bervegetasi hutan atau yang dapat berfungsi sebagai vegetasi
hutan serta daerah yang dipengaruhi oleh kawasan tersebut.
4. Konsep Airtanah
Airtanah adalah air yang terdapat dibawah permukaan yang menempati
zona jenuh air dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar daripada
tekanan udara (Todd, 1980). Zona jenuh air adalah zona airtanah yang berada
pada lapisan dekat permukaan tanah, dibawah tekanan hidrostatik seperti
gambar 1.
Gambar 1. Distribusi Air Bawah Permukaan Tanah (Soetrisno, 1999)
Berdasarkan gambar tersebut, penyebaran vertikal air bawah
permukaan dapat dibagi menjadi zona tak-jenuh (zone of aeration) dan jenuh.
Zona tidak jenuh terdiri dari ruang antara yang sebagian terisi oleh air dan
sebagian terisi oleh udara, sementara ruang antara pada zona jenuh seluruhnya
terisi oleh air.
5. Kualitas Air
Kualitas air yaitu sifat-sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen lain di dalam air (PP No. 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air). Kualitas airtanah terkadang berbeda dengan
air permukaan, sebab pada saat infiltrasi air mengalami kontak dengan tanah
dan melarutkan mineral-mineral yang terdapat di dalam tanah, sehingga terjadi
perubahan kualitas air. Kadar oksigen (O2) air yang masuk mengalami
Zona Kapiler
Permukaan tanah
Air Pori
Air Volume
Muka Airtanah
Airtanah
(Groundwater)
Zo
na T
ak J
enuh
(Unsatu
rate
d z
one
)
Zo
na J
enuh
(Satu
rate
d z
one
)
Air B
aw
ah T
anah
(subsurfa
ce w
ate
r)
penurunan dan digantikan oleh karbon dioksida (CO2) yang berasal dari
aktifitas biologis pada proses dekomposisi bahan organik yang terdapat pada
lapisan tanah atas (top soil).
Effendi (2003: 48), menyatakan bahwa airtanah yang berada pada
lapisan deposit pasir memiliki kandungan karbon dioksida tinggi dan
kandungan bahan terlarut (Total Dissolved Solid/TDS) rendah, dan airtanah
yang berada pada lapisan deposit kapur (limestone) memiliki kadar karbon
dioksida rendah karena karbon dioksida bereaksi dengan kapur, namun
memiliki TDS yang tinggi. Pada umumnya airtanah memiliki kandungan besi
relatif tinggi, jika airtanah mengalami kontak dengan udara dan mengalami
oksigenasi, ion ferri pada ferri hidroksida [Fe(OH)3] akan teroksidasi menjadi
ion ferro, dan selanjutnya mengendap serta membentuk warna kemerahan pada
air.
Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Bersih berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990
No. PARAMETER Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan Keterangan
A. FISIKA
1 Bau - - Tidak berbau
2 Jumlah zat padat
terlarut (TDS) mg/L 1.500 -
3 Kekeruhan Skala NTU 25
4 Rasa - - Tidak Berasa
5 Suhu o C Suhu udara ± 3o C
6 Warna Skala TCU 50
B. KIMIA
1 Air raksa mg/L 0,001
2 Arsen mg/L 0,05
3 Besi mg/L 1
4 Fluorida mg/L 1,5
5 Kadnium mg/L 0,005
6 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500
7 Klorida mg/L 600
8 Kromium, Valensi 6 mg/L 0,05
9 Mangan mg/L 0,5
10 Nitrat, sebagai N mg/L 10
11 Nitrit, sebagai N mg/L 1
12 pH - 6,5 – 9,0 Merupakan batas
minimum dan
maksimum, khusus
air hujan pH
minimum 5,5
13 Selenium mg/L 0,01
14 Seng mg/L 15
15 Sianida mg/L 0,1
16 Sulfat mg/L 400
17 Timbal mg/L 0,05
Kimia Organik
1 Aldrin dan Dieldrin mg/L 0,0007
2 Benzena mg/L 0,01
3 Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001
4 Chlordane (total
isomer) mg/L 0,007
5 Coloroform mg/L 0,03
6 2,4 D mg/L 0,1
No. PARAMETER Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan Keterangan
7 DDT mg/L 0,03
8 Detergen mg/L 0,5
9 1,2 Discloroethane mg/L 0,01
10 1,1 Discloroethene mg/L 0,0003
11 Heptaclor dan
heptaclor epoxide mg/L 0,003
12 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
13 Gamma-HCH
(Lindane) mg/L 0,004
14 Methoxychlor mg/L 0,1
15 Pentachlorophanol mg/L 0,01
16 Pestisida Total mg/L 0,1
17 2,4,6 urichlorophenol mg/L 0,01
18 Zat organik (KMnO4) mg/L 10
C. Mikro biologik
Total koliform (MPN) Jumlah per
100 ml 50 Bukan air perpipaan
Jumlah per
100 ml 10 Air perpipaan
D. Radio Aktivitas
1 Aktivitas Alpha (Gross
Alpha Activity) Bq/L 0,1
2 Aktivitas Beta (Gross
Beta Activity) Bq/L 1
Keterangan :
mg = miligram
ml = mililiter
L = liter
Bq = Bequerel
NTU = Nephelometrik Turbidity Units
TCU = True Colour Units
Logam berat merupakan logam terlarut
Tidak semua parameter yang ada diatas akan digunakan dalam
penelitian ini, hanya parameter yang berkaitan dengan penelitian yang akan
diujikan dalam laboratorium yang kemudian hasilnya di komparasikan atau di
cocokkan dengan peraturan yang ada. Hasil komparasi antara hasil
laboratorium dan peraturan yang ada akan menunjukkan kesimpulan mengenai
kandungan detergen dan bakteri e-coli serta kondisi kualitas airtanah bebas di
daerah penelitian. Dengan demikian dapat terlihat apakah airtanah di daerah
penelitian masih layak di konsumsi atau tidak.
Parameter yang digunakan diantaranya adalah:
Tabel 2. Parameter yang Digunakan
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
Fisika
1 Bau - Tak Berbau
2 TDS mg/l 1500
3 Kekeruhan NTU 25
4 Rasa - Tak Berasa
5 Suhu 0C Suhu udara ±30C
6 Warna TCU 50
7 pH - 6,5 – 9,0
Kimia
8 Besi (Fe) mg/l 1,0
9 Deterjen mg/l 0,5
10 Mangan (Mn) mg/l 0,5
11 Nitrat (NO3-N) mg/l 10
12 Nitrit (NO2-N) mg/l 1,0
Biologi
13 Total Koliform Jumlah per 100ml 50 (Bukan Air Perpiaan)
Jumlah per 100ml 10 (Air Perpipaan)
Berdasarkan baku mutunya air dapat digolongkan menjadi 5, yaitu:
a) Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b) Golongan B, yaitu air bersih yang baik untuk air minum, rumah tangga,
dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai
untuk golongan A.
c) Golongan C, yaitu air yang baik untuk keperluan perikanan dan
peternakan, dan dapat dipergunakan untuk keperluan lainnya tetapi
tidak sesuai untuk keperluan tersebut pada golongan A dan B.
d) Golongan D, yaitu air yang baik untuk keperluan pertanian dan dapat
dipergunakan untuk perkantoran, industri, listrik tenaga air, dan untuk
keperluan lainnya, tetapi tidak sesuai untuk keperluan A, B, dan C.
e) Golongan E, yaitu air yang tidak sesuai untuk keperluan tersebut dalam
golongan A, B, C, dan D.
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup pada pasal 8, ditetapkan klasifikasi dan kriteria mutu air adalah sebagai
berikut :
a) Kelas 1,Yaitu air yang dapat digunakan sebagai bahan baku air minum
atau peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu air yang sama.
b) Kelas 2, Air yang dapat digunakan sebagai prasarana/sarana rekreasi
air, budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pertanian.
c) Kelas 3, Air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar,
peternakan, dan pertanian.
Kelas 4, Air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman atau
pertanian.
6. Parameter Kualitas Air
Effendi (2003: 50-128) menyakan bahwa kualitas airtanah dapat dinilai
berdasarkan parameter fisika, kimia, dan biologi.
a) Parameter fisika meliputi cahaya, suhu, kecerahan dan kekeruhan,
warna, konduktivitas, padatan total, padatan terlarut, padatan
tersuspensi, dan salinitas.
b) Parameter kimia dikelompokkan sebagai berikut :
1) Gas, terdiri atas CO2, N, NH3, H2S, dan metana.
2) Elemen atau unsur, terdiri atas aluminium (Al), zinc (Zn), tembaga
(Cu), kobalt (Co), karbon (C), fosfat (P), nitrogen (N), sulfat (SO4),
klor (Cl), fluor (F), iodin (I), boron (B), dan silikon (Si). Elemen-
elemen tersebut terdapat sebagai ion atau senyawa organik dan
anorganik kompleks.
3) Bahan organik terlarut, berupa gula, asam lemak, asam humus,
tanin, vitamin, asam amino, peptida, protein, pigmen tumbuhan,
urea, dsb.
4) Bahan anorganik tersuspensi meliputi koloid lumpur dan partikel
tanah.
5) Bahan organik tersuspensi diantaranya fitoplankton, zooplankton,
jamur/fungi, bakteri, dan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang telah
mati.
c) Parameter biologi, banyaknya bakteri e-coli dalam air dapat digunakan
sebagai bahan dalam penilaian kualitas air.
Pencemaran air secara umum dapat dinilai berdasarkan pada indikator
pH atau konsentrasi ion hidrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen),
kebutuhan oksigen biologi (Biochemychal Oxygen Demand), dan kebutuhan
oksigen kimiawi (Chemycal Oxygen Demand), serta NH3N. Air disebut
tercemar pada saat kondisi air teganggu oleh kontaminan anthropogenik dan
pada saat tidak bisa mendukung kehidupan manusia seperti air minum, atau
mengalami pergeseran yang ditandai dengan kemampuannya untuk
mendukung komunitas penyusun biotik seperti ikan.
7. Limbah Domestik
Limbah oleh Notoatmojo (2007) didefinisikan sebagai air buangan atau
air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah
tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya.
Undang–undang No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup mendefinisikan limbah sebagai sisa atau buangan dari suatu
usaha dan atau kegiatan manusia.
Limbah berdasarkan pada wujudnya dapat dikelompokkan sebagai
limbah padat, cair, dan gas. Limbah gas, merupakan jenis limbah yang
berbentuk gas, antara lain: Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO),
SO2, HCL, NO2, dan lain-lain. Limbah cair, adalah jenis limbah yang memiliki
cirri fisik berupa zat cair misalnya: Air Hujan, Rembesan AC, Air cucian, air
sabun, minyak goreng buangan, dan lain-lain. Limbah padat merupakan jenis
limbah yang berbentuk padat, contohnya adalah bungkus jajanan, plastik, ban
bekas, dan lain-lain
Limbah juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, menjadi:
a) Limbah industri; limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri.
b) Limbah pertanian; limbah yang ditimbulkan karena kegiatan pertanian
c) Limbah pertambangan; adalah limbah yang asalnya dari kegiatan
pertambangan
d) Limbah domestik; Yakni limbah yang berasal dari rumah tangga, pasar,
restoran dan kegiatan penduduk yang lainnya.
Berdasarkan senyawa yang dominan terkandung didalamnya, limbah
dibagi lagi menjadi dua jenis, yakni limbah organik dan limbah anorganik.
Limbah organik, merupakan limbah yang bisa dengan mudah diuraikan
(mudah membusuk), limbah anorganik, adalah jenis limbah yang sangat sulit
atau bahkan tidak bisa untuk di uraikan (tidak bisa membusuk), limbah
anorganik tidak mengandung unsur karbon.
Limbah B3 merupakan jenis limbah yang sangat berbahaya, suatu
limbah dapat dikatakan sebagai limbah B3 jika mengandung bahan yang
berbahaya dan atau beracun karena sifat dan konsentrasinya bisa mencemari
lingkungan dan membahayakan kehidupan manusia dan lingkungan. Limbah
B3 dikelompokkan menjadi limbah beracun, mudah terbakar, mudah meledak,
bersifat korosif, bersifat reaktif, dapat menyebebkan infeksi, dan lain
sebagainya.
Limbah harus dikelola dengan baik agar tidak mencemari lingkungan,
pengelolaan limbah sesuai dengan Pasal 1 butir d Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No 37 Tahun 1996 tentang Prosedur Impor,
adalah rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan,
pengolahan limbah serta penimbunan hasil pengelolaan. Pengelolaan limbah
dimaksudkan untuk melindungi sumber air supaya tidak tercemar, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Pembuangan limbah cair yang telah diatur dalam Keputusan Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-
03/MENKLH/II/1991. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 juga telah
mengatur kualitas limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan (misal: industri)
dan akan dibuang ke lingkungan (udara dan perairan) harus sesuai dengan baku
mutu lingkungan hidup. Baku mutu limbah cair tersebut ditetapkan oleh
gubernur dengan memperhitungkan beban maksimum yang dapat diterima air
pada sumber air. Baku mutu air dan baku mutu limbah cair yang telah
ditetapkan oleh gubernur melalui Peraturan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2010, dimaksudkan untuk melindungi peruntukan
air di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Meskipun telah diatur dalam Peraturan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2010, namun pada kenyataannya limbah rumah
tangga biasanya langsung dibuang ke septic tank atau selokan yang nantinya
akan mengalir menuju sungai. Limbah ini mengandung bahan-bahan yang
dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air, masalah kesehatan, serta
kerusakan lingkungan.
8. Deterjen
Deterjen merupakan suatu produk teknologi yang strategis dan banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pencuci pakaian, dan jumlah
pemakaian deterjen ini semakin lama semakin meningkat. Deterjen yang ada
pada saat ini lebih baik dibanding dengan produk terdahulu karena mempunyai
daya cuci yang lebih baik.
Deterjen pada umumnya bersifat surfaktan anionik yang berasal dari
derifat minyak nabati atau minyak bumi (Chantraine F et all, 2009). Setelah
perang dunia II dikembangkan deterjen sintetik dengan menggunakan ABS
(Alkyl Benzene Sulfonate) sebagai gugus utama pembentuk surfaktant yang
sukar terurai oleh bakteri (non-biodegradable), oleh karena itu sejak tahun 1965
diganti dengan LAS (Linear Alkyl Benzene Sulfonate).
Widiyani (2010) menyatakan bahwa bahan-bahan yang umum
terkandung pada deterjen adalah :
a) Surfaktant (surface active agent), surfaktant ini merupakan zat aktif
permukaan yang mempunyai ujung berbeda, yaitu hydrophile (suka air)
dan hydrophobe (suka lemak). Bahan ini berfungsi sebagai penurun
tegangan permukaanair, sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada pakaian. Surfaktant terbagi menjadi 4 jenis, yaitu jenis
anionik (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linear Alkyl Benzene
Sulfonate/LAS,Alpha Olein Sulfonate/AOS), kationik (Garam
Ammonium), non ionik(Nonyl Phenol Polyethoxyle), dan amphoterik
(Acyl Ethyenediamines).
b) Builder (pembentuk), builder ini berfungsi untuk meningkatkan
efisiensi daya pencuci dari surfaktan dengan cara menonaktifkan
mineral penyebab kesadahan air. Bahan ini dapat berupa phosphate
(Sodium Tri Poly Phosphates/STTP), asetat (Nitril Tri Acetate/NTA,
Ethylene Diamine Tetra Acetate/EDTA), silikat, dan sitrat.
c) Filler (pengisi), merupakan bahan tambahan pada deterjen untuk
menambah kuantitas, memadatkan, dan memantapkan, sehingga dapat
menurunkan harga.
d) Additives atau suplemen/tambahan untuk membuat produk deterjen
lebih menarik, misalnua pewangi, pelarut, pemutih, dan sebaginya.
Deterjen pada awalnya dikenal sebagai bahan pembersih pakaian,
namun saat sekarang pemakaiannya meluas dalam berbagai bentuk personal
cleanning product (shampo, sabun pencuci tanngan), laundry sebagai pencuci
pakaian, dishwashing product sebagai pencuci alat-alat rumah tangga,
hosehold cleaner sebagai pembersih lantai, bahan-bahan porselen, plastik,
metal, dan gelas (Arifin, 2008)
Bahan-bahan kimia yang terkandung dalam deterjen dapat berdampak
negatif pada kesehatan dan lingkungan. Deterjen anionik memiliki daya cuci
yang tinggi dan sering ditambahkan zat aditif seperti golongan ammonium
kuartener (Alkyldimethylbenzyl-ammonium Cloride, Diethanolamine/ DEA,
Chlorinated Trisodium phosphate/chlorinated TSP, dan lainnya. Golongan
ammonium kuartener ini dapat membentuk senyawa nitrosamine yang
diketahui bersifat karsinogenik, dan dapat menyebabkan kanker (Widiyani,
2010).
Pembuangan limbah deterjen yang mengandung polutan organik tinggi
ke sungai atau tanah tanpa melalui pengolahan (treatment), akan berpengaruh
terhadap kualitas air. Deterjen memiliki kemampuan melarutkan bahan dan
bersifat karsinogen, keberadaan deterjen dalam air minum akan menimbulkan
bau dan rasa yang tidak enak. Pencemaran limbah deterjen juga mengakibatkan
timbulnya bau busuk yang berasal dari gas NH3 dan H2S hasil proses
penguraianbahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.
Jenis deterjen kationik merupakan jenis deterjen yang memiliki sifat
racun yang paling tinggi jika masuk dalam tubuh manusia dibanding
denganjenis deterjen yang lain. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam
deterjen dapat membentuk chlorbenzene, pada proses clorinasi pengolahan air
minum, senyawa ini bersifat racun dan berbahaya juga terhadap kesehatan
manusia.
9. pH (Potentimetric Hidrogen)
pH atau kandungan ion hidrogen adalah nilai untuk menyatakan derajat
keasaman atau kebasaan suatu larutan atau zat cair, yang diukur dengan skala
logaritmik dengan nilai 0,0 sebagai ukuran paling asam dan 14 sebagai ukuran
paling basa. pH merupakan salah satu indikator untuk menilai pencemaran air
secara umum, air yang normal pHnya berada pada kisaran 6,5 hingga 7,5 pada
suhu 250C, pH kurang dari angka normal dinyatakan sebagai bersifat asam dan
yang melebihi angka normal dinyatakan sebagai bersifat basa, dan sebagian
besar biota hidup pada pH antara 7 hingga 8,5 (Efendi, 2003)
B. Penelitian yang Relevan
1. Peneliti Melisa Rosalin, 2009
Judul
Pengaruh Penyebaran Airlindi dari TPA Sampah terhadap
Kualitas Airtanah Bebas di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan
Kabupaten Bantul DIY
Tujuan Mengetahui pengaruh air lindi terhadap kualitas airtanah,
mengetahui persebaran airtanah bebas tercemar airlindi
Metode Survey langsung di lapangan untuk pengambilan data ketinggian
muka airtanah dan juga analisis untuk sampel kualitas airtanah
Hasil Peta sebaran kualitas airtanah
2. Peneliti Erland Yoga Nugraha (2007)
Judul Pengaruh Limbah Domestik Terhadap Kualitas Airtanah Bebas
Di Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta,
Tujuan
1) mengetahui kualitas air tanah di Kecamatan Jetis, 2)
mengetahui agihan keruangan unsur detergen, nitrat (NO3), nitrit
(NO2), ammonia (NH3), BOD, COD dan bakteri coli sebagai
indikator limbah domestik 3) mengetahui pengaruh limbah
domestik terhadap kualitas airtanah bebas di daerah penelitian
Metode
metode stratified random sampling dengan memilih sumur yang
termasuk dalam kelas DHL tinggi sebagai indikator awal dan
metode sistematik menggunakan grid/kotak yang berukuran 200
m x 200 m pada peta administrasi
Hasil
airtanah di daerah penelitian belum tercemar sehingga masih
layak dikonsumsi. Secara kimia nilai BOD di daerah penelitian
telah melewati baku mutu air minum. Sedangkan COD, amoniak,
nitrat, dan nitrit belum melewati batas, secara biologis sebagian
besar telah tercemar oleh bakteri koli. Nilai DHL yang tinggi,
tingkat kepadatan penduduk, arah aliran airtanah dan kedalaman
muka airtanah tidak selalu menggambarkan besarnya pencemaran
airtanah bebas.
3. Peneliti Hadi Wiyono (2011)
Judul
Kualitas Air Telaga Palang Paning Sebagai Bahan Baku Air
Minum di Kecamatan Mandor Kabupaten Landak Provinsi
Kalimantan Barat
Tujuan Mengetahui kelayakan kualitas air telaga sebagai bahan aku air
minum menurut PP RI No. 82 Tahun 2001 golongan B
Metode Metode yang digunakan adalah metode analisis laboratorium
Hasil
Kesesuaian air telaga: hampir semua parameter memenuhi
standar, beberapa yang tidak memenuhi standar yaitu pH 6,2 dan
Oksigen terlarut 5,2.
C. Kerangka Pemikiran
Suatu penelitian tidak akan lepas dari kerangka alur pikir, karena alur
pikir menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan apa yang akan diteliti,
permasalahan yang ada, manfaat yang akan diperoleh, tujuan dan metode, serta
hasil dari penelitian tersebut. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini
disajikan pada Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir
KELURAHAN PRENGGAN, KECAMATAN KOTAGEDE,
KOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Sumur Gali
Limbah Domestik :
1. Detergen
2. Tinja
Airtanah Bebas
Uji:
1. Parameter fisika
2. Parameter kimia
3. Parameter biologi
Hasil Uji Laboratorium
Permenkes RI
No.416/Menkes/Per/IX/1990
Kelayakan Kualitas Airtanah Bebas di Kelurahan Prenggan,
Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta untuk Konsumsi Penduduk
Penduduk