bab ii kajian pustaka 2.1 penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai...

33
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini membahas tentang pembangunan pariwisata berbasis partisipasi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Bangsring Underwater, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan perbandingan adalah hasil penelitian yang berkaitan dengan pembangunan pariwisata antara lain: Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Made Heny Urmila Dewi (Fakultas Ekonomi Unviversitas Udayana-Bali), Chafid Fandeli (Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada) dan M. Baiquni (Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada) yang dilakukan pada Agustus 2013 dengan penelitian yang berjudul “Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali.” Tujuan penelitian ini untuk mengkaji keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata dan merumuskan model pengembangan desa wisata yang mengedepankan partisipasi masyarakat local. Maka kaitannya dengan penelitian ini adalah berbentuk partisipasi sama yang melibatkan masyarakat sekitar wisata dan bagaimana cara mengembangkan atau meningkatkan kehidupan masyarakat tersebut akibat dari pembangunan pariwisata. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nur Aini, Hasan Zayadi, dan Saimul Laili (Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Malang) yang dilakukan pada Agustus 2017 dengan penelitian

Upload: trinhkhanh

Post on 29-Jun-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini membahas tentang pembangunan pariwisata berbasis

partisipasi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Bangsring

Underwater, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi. Adapun beberapa

penelitian terdahulu yang dijadikan perbandingan adalah hasil penelitian yang

berkaitan dengan pembangunan pariwisata antara lain:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Made Heny Urmila Dewi

(Fakultas Ekonomi Unviversitas Udayana-Bali), Chafid Fandeli (Fakultas

Kehutanan Universitas Gajah Mada) dan M. Baiquni (Fakultas Geografi

Universitas Gajah Mada) yang dilakukan pada Agustus 2013 dengan penelitian

yang berjudul “Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal

Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali.” Tujuan penelitian ini untuk mengkaji

keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata dan merumuskan

model pengembangan desa wisata yang mengedepankan partisipasi masyarakat

local. Maka kaitannya dengan penelitian ini adalah berbentuk partisipasi sama yang

melibatkan masyarakat sekitar wisata dan bagaimana cara mengembangkan atau

meningkatkan kehidupan masyarakat tersebut akibat dari pembangunan pariwisata.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nur Aini, Hasan Zayadi, dan

Saimul Laili (Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Islam Malang) yang dilakukan pada Agustus 2017 dengan penelitian

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

9

yang berjudul “Studi dan Strategi Pengembangan Produk Ekosistem Bunder

(Bangsring Underwater) di Desa Bangsring Kecamatan Wongsorejo Kabupaten

Banyuwangi”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan strategi dalam

pengembangan produk ekowisata di Bangsring Underwater. Dalam kesimpulan

penelitian dijelaskan bahwa Wisata Bangsring Underwater memiliki produk

ekowisata seperti Snorkling, Diving, Rumah Apung, Klinik Hiu, Marine Education

dan wahana-wahana yang dapat menunjang ekowisata yaitu Kano, Padle, Jetski,

Banana Boat, Speed Boat. Kemudian kaitannya dengan penelitian ini adalah untuk

mengetahui stategi pengembangan yang terjadi di Wisata Bangsring Underwater,

tempat yang sama dengan penelitian ini. Penelitian tersebut juga menjelaskan awal

terbentuknya ekowisata serta faktor internal dan eksternal terhadap wisata yang ada.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Yuni Ratna Sari (Staf Pengajar

Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung) dan Dian Kagunan (Staf Pengajar

Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Lampung) yang dilakukan

pada tahun 2013 dengan penelitian yang berjudul “Model Pengentasan Kemiskinan

Desa Pesisir Melalui Optimasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Wisata Bahari

Berbasis Kearifan Lokal dan Penguatan Kelembagaan Desa dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. Tujuan penelitian ini untuk

menghasilkan model pengentasan kemiskinan melalui kebijakan pengembangan

wilayah ekowisata Teluk Kiluan dengan konsep ecotourism based on community

dan konsep integrated costal zone management sebagai formulasi strategi

pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan menghasilkan model pemberdayaan masyarakat di kawasan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

10

ekowisata pesisir secara secara terpadu dan berkelanjutan melalui pembentukan

forum masyarakat pesisir. Maka kaitannya dengan penelitian ini yaitu memiliki

tujuan yang sama, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat agar lebih sejahtera

melalui pengembangan kawasan wisata. Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan

bahwa partisipasi masyarakat local dalam suatu pembangunan adalah faktor utama

yang dapat mendorong terbentuk dan suksesnya kegiatan-kegiatan dalam suatu

pembangunan tersebut.

Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu diatas merupakan rujukan bagi

peneliti dalam melakukan penelitian, ketiganya memiliki beberapa persamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dan dapat menjadi

bahan referensi atau membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian.

Berikutnya mengenai landasan teori yang akan dapat membantu juga dalam

selesainya penelitian akan di jelaskan dalam konsep-konsep sebagai berikut:

2.2 Konsep Pariwisata

Pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata

yaitu pari dan wisata. Pari berarti berulang-ulang atau berkali-kali, sedangkan

wisata berarti perjalanan atau bepergian. Atas dasar itu “pariwisata” seharusnya

diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain

ke tempat lainnya. (Yoeti, 1996 hal.112)

Secara umum pengertian pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan

oleh individu atau seseorang dengan sementara, perjalanan tersebut dilakukan dari

keberadaan tempat semula ke tempat lainnya dengan rencana tertentu. Pariwisata

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

11

tersebut mempunyai maksut bukan untuk mencari nafkah di tempat yang akan

dikunjunginya, tetapi hanya untuk menikmati perjalanannya dalam bertamasnya

atau rekreasi tersebut.

Pariwisata juga dapat dipandang dari segi lain yaitu sebagai suatu industri

dan turut memberi andil di kehidupan sosial serta ekonomi, hal tersebut terjadi pada

negara-negara maju dan berkembang. Saleh Wahab (1992) juga menjelaskan bahwa

pariwisata sebagai berikut :

“Pariwisata adalah salah satu industri gaya baru yang mampu menyediakan

pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, peningkatan taraf

hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima

wisatawan. Lagi pula pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks meliputi

industriindustri lain dalam arti yang klasik, seperti industri kerajian tangan, dan

industri cenderamata (souvenir), penginapan dan transportasi.”

Menurut pendapat tersebut oleh para ahli, berikut penulis juga

memberikan kesimpulan mengenai pengertian dari pariwisata yaitu kegiatan

perjalanan dan dilakukan oleh seseorang untuk sementara waktu dimulai dari

tempat tinggal ketempat lainnya yang mempunyai obyek serta daya tarik dalam

wisata agar dapat menikmati kegiatan tersebut, bertujuan untuk rekreasi yang akan

mendapatkan kepuasan tertentu dan semata-mata untuk menghibur diri

(refreshing). Sedangkan yang dimaksut dengan wisatawan adalah seseorang yang

sedang melakukan perjalanan tersebut.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

12

Undang-Undang RepublikoIndonesiaodalam Pasal 1 Nomor 10 Tahun

2009 tentangoiKepariwisataan juga menjelaskan pengertian pariwisata yakni

sebagai berikut :

“Keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat

multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan

dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, dan

Pemerintah Daerah, dan pengusaha”.

Pariwisata juga memiliki tujuan seperti yang telah dijelaskan pada

Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 4 Nomor 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan, tujuan tersebut untuk:

A. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

B. Meningkatkan kesejahteraan rakyat

C. Menghapus kemiskinan

D. Mengatasi pengangguran

E. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya

F. Memajukan kebudayaan

G. Mengangkat citra bangsa

H. Memupuk rasa cinta tanah air

I. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa

J. Mempererat persahabatan antar bangsa”.

Tiga kreteria yang dapat menentukan suatu objek wisata yang dapat

diminati oleh para wisatawan menurut Yoeti, 1982 hal.164 yaitu:

“Pertama, Something To See adalah objek wisata tersebut harus

mempunyai sesuatu yang biasa dilihat atau dijadikan tontonan oleh

pengunjung wisata. Dengan kata lain objek tersebut harus

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

13

mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat

dari wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Kedua,

Something To Do adalah agar wisatawan bisa melakukan sesuatu

yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax,

berupa fasilitas rekreasi baik arena bermain atau tempat makan,

terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu

membuat wisatawan lebih betah tinggal di sana. Ketiga, Something

To Buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada

umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut, sehingga

bisa dijadikan sebagai ole-ole”.

2.3 Pembangunan Pariwisata

A. Pengertian Pembangunan Pariwisata

Pembangunan adalah perubahan kearah yang lebih baik atau lebih maju

dari kondisi sebelumnya. Pembangunan dapat diartikan juga sebagai gagasan untuk

mewujudkan sesuatu yang di cita-citakan. Dimana gagasan tersebut lahir dalam

bentuk usaha untuk mengarahkan dan melaksanakan pembinaan, pengembangan,

serta pembangunan bangsa. (Yoeti, 1982:164)

Dalam pembangunan pariwisata ada beberapa hal yang dapat

diperhatikan, yaitu:

1. Wisatawan (Tourist)

Harus diketahui karakteristik dari wisatawan, dari Negara mana mereka

datang, usia, hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanannya.

2. Transportasi

Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia

untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju.

3. Atraksi/ objek wisata

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

14

Bagaimana objek wisata dan atraksi yang dapat dijual, apakah memenuhi

tiga syarat seperti apa yang dilihat, apa yang dilakukan dan apa yang dapat

dibeli di daerah tujuan wisata yang dikunjungi.

4. Fasilitas pelayanan

Fasilitas apa saja yang tersedai di daerah tujuan wisata tersebut, bagaimana

akomodasi atau fasilitas perhotelan yang ada, restoran, pelayanan umum

seperti Bank / money changers, telepon di daerah tujuan wisata yang akan

dikunjungi wisatawan.

5. Informasi dan promosi

Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflets /

brosur disebarkan sehingga calon wisatwan mengetahui tiap paket wisata

dan wisatawan cepat mengambil keputusan.

Dalam dunia pariwisata, objek wisata alam, buatan, maupun budaya tidak

hanya akan menarik wisatawan domestik saja tetapi juga wisatawan mancanegara.

Pengembangan pariwisata sangat diperlukan bila ingin menjadikan wisata tersebut

menjadi lebih diminati wisatawan dan lebih ramai dari sebelumnya. Pembangunan

tersebut dapat dilakukan dengan obyek wisata dan fasilitas-fasilitas yang ada di

kawasan objek wisata tersebut. Hal tersebut dapat membuat wisatawan nyaman

dalam kegiatan wisatanya dan servise yang baik akan membuat wisatawan lain

untuk berkunjung kembali juga mendatangkan wisatawan lebih banyak. Semakin

terkenalnya wisata akan membuat wisatawan luas untuk berkunjung dan

mengakibatkan perekonomian juga bertambah.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

15

Berdasarkan definisi-definisi di atas, JJ.Spilane (1993 hal.135) juga

menjelaskan bahwa pembangunan pariwisata dapat dilihat dari sudut pelaksanaan

yang secara teknis operasional, berikut penjelasan tersebut :

a) Binaan produk wisata adalah bentuk usaha secara berlanjut guna meningkatkan

kualitas dan pelayanaannya dari berbagai unsur dalam produk-produk wisata

tersebut.

b) Pemasaranan adalah suatu kegiatan yang paling penting agar pembeli

mendapatkan keuntungan secara maksimal dengan resiko sekecil-kecilnya.

Sunaryo (2013:217-129) juga mendeskripsikah bahwa pembangunan

pariwisata dapat dikenal dari strategi perencanaan pembangunannya yang

mempunyai orientasi pada pemberdayaan masyarakat dan mengedepankan peran

atau partisipasi masyarakat tersebut sebagai subjek pembangunan kepariwisataan

agar dapat meningkatkan mutu hidup serta kesejahteraan sosial, ekonomi, dan

budaya.

B. Prinsip-Prinsip Pembangunan Pariwisata.

Menurut (Douglass dalam Fandeli, 2000) dalam pembangunan pariwisata

yang terutama pada kawasan alam harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai

berikut :

a. Pembangunan wisata alam harus sesuai dengan rencana tata ruang.

b. Menyesuaikan antara potensi alam dengan tujuan pembangunannya.

c. Pembangunan tersebut sedapat mungkin mempunyai fungsi ganda, dalam

artian dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan tidak meninggalkan

aspek konservasinya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

16

d. Sejauh mungkin tetap mengalokasikan areal untuk tidak dikembangkan.

e. Kriteria pembangunan wisata alam tersebut dapat dibagi menjadi empat

pembangunan yaitu pembangunan intensif, ekstensif, dilindungi, dan zonasi.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994, terdapat prinsip-

prinsip pembangunan wisata alam dan kriteria-kriteria pembangunan yang

dioperasionalisasikan dalam pembangunan pariwisata alam dapat diarahkan pada:

a. Pembangunan wisata alam mempunyai usaha dilaksanakan pada sebagian kecil

areal blok pemanfaatan dan tetap memperhatikan pada aspek kelestarian

lingkungan.

b. Pengusahaan/pembangunan wisata alam tidak dibenarkan melakukan

perubahan mendasar pada bentang alam dan keaslian habitat.

c. Pembangunan sarana dan prasarana pariwisata harus didasarkan pada

indentitas local.

d. Kegiatan pembangunan pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat

dalam rangka pemberdayaan ekonomi.

e. Pembangunan pariwisata harus mampu membuka lapangan kerja dan

kesempatan usaha bagi masyarakat lokal.

C. Dampak Pembangunan Pariwisata

Pembangunan pariwisata dapat menimbulkan dampak positif dan dampak

negatif yang akan ditimbulkannya. Menurut Spillane (1994 halaman 51-60)

dampak positif dari pembangunan pariwisata adalah sebagai berikut:

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

17

1. Dapat menciptakan lapangan kerja

Pada dasarnya pariwisata merupakan suatu industri yang padat karya

dimana tenaga kerja diganti dengan modal atau peralatan. Semua sektor dalam

industri akomodasi relatif lebih padat karya dibandingkan dengan industri

pengolahan. Maka negara tertarik pada sektor pariwisata sebagai sumber

penciptaan pekerjaan. Pariwisata merupakan sumber pokok dari pekerjaan pada

tingkat regional.

2. Sumber devisa asing

Dengan semakin besarnya andil jasa-jasa dalam perdagangan internasional,

maka semakin banyak pula perhatian pada pariwisata sebagai sumber pokok dari

devisa baik secara positif maupun negative dalam neraca pembayaran.

3. Distribusi pembangunan secara spiritual

Pariwisata secara wajar akan mendistribusikan pembangunan dari pusat

industri ke arah wilayah desa yang belum berkembang. Wilayah kecil lebih

cenderung tergantung pada pariwisata dari pada wilayah besar karena wilayah besar

cenderung mempunyai perekonomian dengan diversifikasi tinggi.

Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya

pembangunan pariwisata adalah:

1. Pariwisata dan vulnerability ekonomi

Dibeberapa negara, pariwisata merupakan andil signifikan dari pendapatan

yang diciptakan, namun di negara kecil dengan perekonomian terbuka pariwisata

menjadi sumber yang bersifat rentan atau mudah terluka (vulnerability), terutama

jika Negara tersebut sangat bergantung terhadap satu pasar asing.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

18

2. Kebocoran pendapatan dari industri pariwisata

Kebocoran pendapatan telah membuat banyak kasus, pendapatan

mengalami kebocoran yang sangat luas dan besar khususnya pada proyek

pariwisata berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian lokal. Kebocoran

tersebut antara lain: barang barang impor, khususnya makanan dan minuman; biaya

devisa asing dari impor untuk pembangunan fasilitas pariwisata; pembayaran

transfer dari keuntungan oleh perusahaan asing yang memiliki hotel dan fasilitas

pariwisata lain; pembayaran transfer dari gaji pekerja asing; biaya manajemen dan

royalties kepada bisnis franchise; pembayaran kepada perusahaan penerbangan

asing, perusahaan atau biro perjalanan umum, dan agen-agen perjalanan.

3. Polarisasi spasial dari industri pariwisata

Perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk menerima sumber daya

modal yang besar dari kelompok besar perbankan atau lembaga keuangan lain.

Sedangkan perusahaan kecil harus tergantung pada pinjaman atau subsidi dari

pemerintah dan tabungan pribadi atau keluarga sebagai sumber modal. Hal ini

menunjukkan hambatan pokok pada perluasan bisnis antara perusahaan kecil dan

perusahaan besar.

4. Sifat pekerjaan dalam industri pariwisata.

Menurut beberapa kesan (stereo types) pekerjaan di sektor pariwisata

meliki gaji rendah, pekerja musiman, tidak mempunyai serikat buruh, hanya bekerja

pada sebagian waktu (part time). Banyak pekerjaan dalam sektor pariwisata yang

bersifat musiman. Akibatnya pekerjaan dapat berakibat negatif khususnya kalau

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

19

pariwisata memusnahkan dasar kegiatan lain seperti kegiatan pertanian dalam

masyarakat desa.

5. Dampak industri pariwisata terhadap alokasi sumber daya ekonomi

Hal ini menyebabkan kenaikan harga tanah, dimana kenaikan harga tanah

tersebut menimbulkan kesulitan bagi penghuni lokal yang tidak bekerja di sektor

pariwisata yang ingin membangun rumah.

Perkembangan pariwisata juga dapat menjadi sumber konflik dengan

perkembangan industri atau pertanian karena tiap kegiatan ekonomis harus bersaing

untuk mendapatkan tempat atau lokasi yang optimal, sumber air yang terbatas, dan

mungkin tenaga kerja yang terbatas.

6. Dampak industri pariwisata terhadap lingkungan

Perkembangan wisata dapat menimbulkan problem-problem terhadap

lingkungan seperti polusi udara dan air, kekurangan air, keramaian lalu lintas, dan

kerusakan dari pemandangan alam yang tradisional.

Seperti yang telah diuraikan diatas, pembangunan pariwisata akan

menimbulkan dampak positif dan negative meskipun sebenarnya pembangunan

dibangun dengan tujuan untuk perbaikan. Oleh karena itu, perubahan ke arah yang

lebih baik itu memerlukan pengerahan segala budi daya manusia untuk

mewujudkan keinginan yang di cita-citakan. Dengan sendirinya pembangunan

merupakan suatu proses dalam rangka menciptakan budaya baru dan kehidupan

masyarakat untuk lebih sejahtera. Pembangunan tidak akan berhenti atau dihentikan

karena manusia hidup selalu dipenuhi oleh keinginan untuk perubahan. Inti

pembangunan bukan hanya merubah struktur fisik atau material, tetapi juga

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

20

menyangkut kehidupan dan sikap masyarakat. Oleh karena itu pembangunan

pariwisata juga seharusnya memikirkan faktor positif dan negatif dari ligkungan

maupun wisatawan yang ada.

2.4 Partisipasi

A. Konsep Partisipasi

Partisipasi adalah kesediaan seorang untuk melancarkan suatuoprogram

atau kegiatan sesuai kenginan dan kemampuannya, serta tidak mengesampingkan

yang lainnya demi keberhadilan kegiatan tersebut. Keterlibatan seorang tersebut

akan berpengaruh banyak terhadap berhasilnya suatu program atau kegiatan,

dengan partisipasi seseorang akan dapat mengemukakan suara atau

menyumbangkan peran baik dalam perencanaan atau dalam pelaksanaannya dan

bahkan dalam evaluasi atau hasil dari kegiatan itu sendiri. Partisipasi dapat terjadi

antara sesama anggota masyarakat atau masyarakat dengan pemerintah. Partisipasi

merupakan juga suatu permulaan dari adanya pemberdayaan yang akan mampu

mengembangkan menjadi masyarakat yang mandiri (Ndraha, 1987 hal.102)

Dalam suatuopembangunan, partisipasi masyarakat adalah faktor paling

penting untuk tercapainya suatu tujuan yang di inginkan. Dengan demikian,

partisipasi tersebut merupakan suatu keterlibatan seseorang didalam setiap

pembangunan yang ada. Jadi partisipasi disebabkan karena adanya interaksi sosial

antara seseorang dengan masyarakat lain.

Partisipasi memiliki peran penting menurut Alfitri, (2011 hal.137) yang

Pertama yaitu partisipasi masyarakat dapat dilbatkan dalam identifikasi suatu

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

21

masalah, anggota masyarakat bersama perencananya dapat mengidentifikasi

persoalan-persoalan, seperti peluang, potensi dan hambatannya. Kedua, adanya

masyarakat dilibatkan dalam proses saat perencanaannya, masyarakat dilibatkan

dalam kegiatan-kegiatan seperti penyusuanan rencana dan strategi-strategi melalui

identifikasi masalah tersebut. Ketiga, dalam saat terlaksananya kegiatan

pembangunan. Keempat adalah evaluasi, masyarakat dilibatkan pada saat penilaian

hasil pembangunan yang telah dilakukan. Kelima adalah mitigasi, masyarakat

terlibat dalam mengukur serta mengurangi dampak negatif pembangunan tersebut.

dan yang Keenam adalah monitoring, proses pembangunan yang dilakukan dapat

berlangsung atau berkelanjutan.

Yang dimaksut pembangunan berkelanjutan menurut Bappenas (2014)

dapat diartikan sebagai berikut: (1) Pembangunan dapat menjaga keberlanjutan

kehidupan sosial masyarakat, (2) Pembangunan dapat menjaga peningkatan

kesejahteraan ekonomi masyarakat, (3) Pembangunan dapat menjaga kualitas

lingkungan hidup masyarakat yang didukung oleh tata kelola dan menjaga

pelaksanaan pembangunan yang dapat kualitas hidup meningkat untuk generasi ke

generasi berikutnya.

Jadi maksut dari pengertian partisipasi tersebut merupakan keikutsertaan

masyarakat terhadap suatu program atau pembangunan dalam kelompok sosial.

Dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan adanya perubahan oleh

karena itu maka keterlibatan masyarakat sangat diperlukan agar dapat

menghasilkan tujuan seperti yang di cita-citakan.

B. Bentuk-bentuk Partisipasi

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

22

Dalam partisipasi ada beragam bentuk-bentuk kegiatan partisipasi, yang

mana menurut Dusseldrop (dalam Aprilia Theresia, 2014) mengidentifikasi

beragam bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan setiap warga

masyarakat dapat berupa:

1. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat

2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok

3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkan

partisipasi masyarakat yang lain

4. Menggerakkan sumber daya masyarakat

5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan

6. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakat

Menurut Huraerah, (2011 hal.116) terdapat bentuk-bentuk partisipasi

sebagai berikut:

1. Partisipasi dalam pikiran, dapat berupa kegiatan saat pertemuan atau rapat.

2. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk

perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain dan

sebagainya.

3. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk

perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain yang bisaanya

berupa uang, makanan, dan sebagainya.

4. Partisipasi ketrampilan dan kemahiran, yang diberikan orang untuk

mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri.

5. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

23

Dengan begitu adanya bentuk-bentuk kegiatan partisiasi untuk melakukan

atau melibatkan diri dalam kegiatan untuk meningkatkan mutu hidup masyarakat,

seperti sumbangan pada saat pengambilan keputusan, mengimpletasikan,

pemanfaatan bahkan evaluasi, dapat berupa sumbangan berupa anggaran dana

(harta), tenaga, pikiran dan keahliannya. Hal tersebut agar lebih tertera dan terarah

dalam organisasi-organisasi maupun kelompok kerja. Karena dalam melibatkan diri

dengan kegiatan organisasi maupun kelompok kerja masyarakat akan mendapatkan

hasil-hasil yang akan dicapai bersamadari kegiatan tersebut.

2.5 Partisipasi Masyarakat

A. Konsep Partisipasi Masyarakat

Masyarakat adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dengan

individu lainnya atau kelompok secara berkelanjutan, yang membuat relasi sosial

dan berpola. Aprilia Theresia tahun 2014 juga menjelaskan mengenai partisipasi

masyarakat yaitu didalam pembangunan partisipasi mencakup saat pengambilan

suatu keputusan mengenai program pembangunan yang ada. Pada umumnya

partisipasi masyarakat adalah peran masyarakat saat pemantauan sampai dengan

evaluasi, untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan

kegiatan serta perilaku. Adanya pemanfaatan juga merupakan suatu partisipasi

masyarakat seperti menggunakan hasil pembangunan.

Jadi menurut pengertian diatas, partisipasi masyarakat adalah peran

masyarakat ketika pengambilan keputusan dalam perencanaan, pengorganisasi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

24

serta pembangunan program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas atau mutu

hidup masyarakat dari suatu pembangunan.

B. Tahapan Partisipasi

Tahapan dalam partisipasi terbagi menjadi 6 (enam). Taliziduhu Ndraha

menjelaskan bentuk-bentuk dalam tahapan partisipasi tersebut, yaitu:

a. Partisipasi melalui kontak dengan pihak lain sebagai salah satu titik awal

perubahan sosial.

b. Partisipasi dalam menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik

menerima dengan lapang atau dengan syarat.

c. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk dalam pengambilan

keputusan.

d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.

e. Partisipasi dalam menerima, memelihara, dan mengembangkanhasil dari

pembangunan.

f. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam

menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan

sejauh mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dalam tahap partisipasi tersebut Priasukmana dan Mulyadin (2001) dalam

pembangunan desa wisata juga menjabarkan bentuk tahapan dalam pelaksanaan

desa wisata, partisipasi masyarakat pada setiap tahapan pengembangan di desa

wisata seperti pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 : Tahap dalam Partisipasi dan Indikatornya.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

25

No. Tahapi

Partisipasii

Indikator

1. Perencanaan Observasi

Penyusunan rencana berdasarkan batasan

Penyusunan dana serta sumber dana

Perencanaan sumber daya manusia

2. Pelaksanaani

pembangunan

Pembangunan prasarana

Pelaksanaan saat pembangunan

3. Pengolahan Merekrut sumber daya manusia baru

Mengorganisasikan

Promosi-promosi

4. Evaluasi Diteliti guna untuk pengembangan

Laporan hasil

Sumber: Info Sosial Ekonomi Vol.2 No.1 (2001) pp.37-44

Berdasarkan tabel 2.1 telah dapat diketahui tahap partisipasi dalam

perencanaan dapat dimulai dari observasi untuk mengidentifikasi masalah dan

potensi yang ada, kemudian berlanjut dengan sosialisasi atau pertemuan untuk

mengetahui sebuah perencanaan dan berkonsultasi dengan pihak-pihak yang dapat

mengikuti jumlah anggaran. Tahap perencanaan dalam melaksanakan

pembangunan tersebut berupa peran atau keterlibatan warga dalam kegiatan seperti

perbaikan strukttur, menyumbang dana, memberikan tenaganya, dan lain

sebagainya, kemudian berlanjut dengan pelatihan-pelatihan mengenai

kepariwisataan. Partisipasi tahap pengelolaan dalam perekrutan sumber daya

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

26

manusia dapat berupa pemungut retribusi tiket masuk wisata, tukang parkir,

penjaga dan lainnya, partisipasi untuk mewujudkan potensi pariwisata, mendukung

dan mempromosikan pariwisata. Yang terakhir berupa tahap evaluasi dalam

partisipasi dapat berupa ikut menjaga dan mengawasi kegiatan kepariwisataan,

mengevaluasi penyelengaraan kepariwisataan, dapat terlibat dalam penelitian dan

pengembangan serta memberi laporan evaluasi untuk pembangunan pariwisata

berikutnya.

C. Manfaat Partisipasi

Partisipasi berbasis masyarakat menurut Suansri (2003) dalam sunaryo

(2013:143) menjelaskan bahwa partisipasi dapat memberikan manfaat-manfaat

yang meliputi 5 (lima) dimensi yang merupakan aspek utama dalam pembangunan

adalah sebagai berikut:

a. Dimensi Ekonomi yaitu menimbulkan dana untuk mengembangkan

komunitas, menciptakan lapangan pekerjaan disektor kepariwisataan,

mengembangnkan pendapatan warga sekitar wisata

b. Dimensi Sosial yaitu dengan semakin meningkatkan mutu hidup,

meningkanya kebangaan komunitas, peran untuk gender meningkat dan adil

antara laki-laki dan perempuan, faktor usia seperti muda dan tua, bahkan

memperkuat sistem organisasi.

c. Dimensi Budaya yaitu berupa mendorong warga agar dapat menghormati

perbedaan nilai budaya, membantu pertukaran budaya semakin berkembang,

kebudayaan setempat semakin berkembang akibat nilai budaya yang

tertempel erat.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

27

d. Dimensi Lingkungan yaitu lingkungan menjadi terjaga, pengelolahan sampah

menjadi lebih baik, keperdulian mengenai konservasi dan preservasi

lingkungan menjadi meningkat.

e. Dimensi Politik yaitu penduduk lokal akan meningkatkan partisipasi mereka,

kekuasaan komunitas menjadi lebih luas dan membuat masyarakat mengerti

akan hak-hak dalam mengelola sumberdaya alam.

Maka dalam pembangunan suatu tentang kepariwisataan yang berbasis

masyarakat adalah hal penting dan terus harus didorong agar distribusi

keuntungannya tersebut dapat masyarakat hasilkan secara langsung.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud sebagai

suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi adanya tiga faktor utama yang

mendukungnya, yaitu (1) kemauan, (2) kemampuan, dan (3) kesempatan bagi

masyarakat untuk berpartisipasi (Slamet, 1992 dalam Sumardjo dan Saharudin,

2003).

Menurut Sahidu (1998:147) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat kemauan masyarakat untuk berpartisipasi adalah motif, harapan, needs,

rewards dan penguasaan informasi. Faktor yang memberikan kesempatan

masyarakat untuk berpartisipasi adalah pengaturan dan pelayanan, kelembagaan,

struktur dan stratifikasi sosial, budaya lokal, kepemimpinan, sarana dan prasarana.

Sedangkan faktor yang mendorong adalah pendidikan, modal dan pengalaman yang

dimiliki.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

28

Tiga prinsip dasar dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat desa agar

ikut serta dalam pembangunan dapat dilakukan dengan cara:

a. Learning process (learning by doing); Proses kegiatan dengan melakukan

aktivitas proyek dan sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan

keinginan masyarakat.

b. Institusional development; Melakukan kegiatan melalui pengembangan

pranata sosial yang sudah ada dalam masyarakat. Karena institusi atau pranata

sosial masyarakat merupakan daya tamping dan daya dukung sosial.

c. Participatory; Cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan

untuk dapat menggali need yang ada dalam masyarakat (Marzali, 2003 dalam

Sahidu, 1998).

Jim Ife & Frank Teoriero tahun 2008 hal.309 juga menjelaskan dalam

teori partisipasi dalam kegiatan untuk pengembangan masyarakat harus didorong

pengakuan masyarakat tersebut dan peningkatan hak serta kewajiban untuk ikut

berperan dalam partisipasi. Kondisi yang mendorong partispasi tersebut adalah :

1. Seseorang yang akan ikut serta dalam partisipasi jika mereka menyadari isu

dan kegiatan itu penting untuknya.

2. Seseorang harus berfikir bahwa dengan aksinya akan berdampak perubahan.

3. Setiap bentuk dari partisipasi seharusnya diakui bahkan dihargai

4. Seorang harus dapat dalam partisipasi, bahkan didukung dalam partisipasi.

5. Struktur serta prosesnya tidak boleh membuat masyarakat kurang percaya diri

dantidak mampu berfikir secara cepat akan merasa terkucilkan.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

29

Dengan begitu, partisipasi masyarakat tersebut adalah sebuah wujud dari

sadar dan pedulinya juga tanggung jawab masyarakat serta pentingnya

pembangunan itu bertujuan untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat, karena

masyarakat menjadi salah satu kunci kesejahteraan sosial. Karena bila tidak

terdapat partisipasi masyarakat maka dalam setiap program tidak akan

menghasilkan atau mencapai hasil yang di inginkan secara maksimal. Oleh karena

itu kesadaran untuk merasa dilibatkan dapat membuat suatu perubahan menjadi

lebih baik.

2.6 KESEJAHTERAAN

A. Konsep Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sebagai suatu unsur penting dalam kegiatan

pembangunan nasional yang komprehensif dan juga sebagai pencerminan filsafat

serta kebutuhan masyarakat yang mengalami perubahan dan perkembangan secara

cepat. Masalah yang dihadapi pekerja anak merupakan salah satu permasalahan

kesejahteraan sosial yang terjadi di berbagai wilayah di negara kita ini, sehingga

diperlukan adanya system pelayanan sosial yang lebih teratur. Sejak saat itu

tanggungjawab pemerintah semakin meningkat bagi kesejahteraan sosial warga

masyarakatnya. Definisi kesejahteraan sosial menurut Soeharto (2006:3) adalah

“Kesejahteraan sosial juga termasuk sebagai suatu proses atau usaha terencana yang

dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-

badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui pemberian

pelayanan sosial dan tunjangan sosial.”

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

30

Definisi di atas dapat diambil keputusan bahwa keadaan sosial yang

sejahtera adalah pada saat tiap-tiap individu merasakan situasi terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan hidupnya secara fisik, psikis, dan sosial untuk dapat

melakukan perannya dalam masyarakat sesuai dengan tugas perkembangannya.

Tujuannya untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam kebutuhan

pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan juga relasi-relasi sosial

maupun lingkungannya.

B. Kesejahteraan Keluarga

Undang-Undang nomor 52 tahun 2009, keluarga sejahtera adalah keluarga

yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi

kebutuhan hidup material dan spiritual yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan

antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Tingkat kesejahteraan keluarga berdasarkan tahapan menurut Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yaitu didasarkan atas:

a. Tahapa Keluarga Pra Sejahtera ( KPS ) yaitu keluarga yang tidak dapat

memenuhi salah satu dari enam indikator Keluarga Sejahtera I atau KS I

seperti indikator “kebutuhan dasar keluarga”.

b. Tahap Keluarga Sejahtera I ( KSI ) yaitu keluarga dapat memenuhi 6

indikator tahapan KS I tetapi tidak mampu memenuhi salah satu dari delapan

indikator Keluarga Sejahtera II atau indikator “kebutuhan psikologis”

keluarga.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

31

c. Tahap Keluarga Sejahtera II yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6

indikator tahapan KS I dan 8 indikator KS II tetapi tidak mampu memenuhi

salah satu dari lima indikator Keluarga Sejahtera III atau indikator

“kebutuhan pengembangan” dari keluarga.

d. Tahap Keluarga Sejahtera III yaitu keluarga mampu memenuhi 6 indikator

tahapan KS I, 8 indikator KS II, dan 5 indikator KS III, tetapi tidak mampu

memenuhi salah satu dari dua indikator Keluarga Sejahtera III plus atau

indikator “aktualisasi diri” keluarga.

e. Tahap Keluarga Sejahtera III Plus yaitu keluarga yang mampu memenuhi

seluruh dari 6 indikator tahap KS I, 8 indikator KS II, 5 indikator KS III, serta

2 indikator tahapan KS III plus.

C. Indikator Tahapan Keluarga Sejahtera

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

terdapat 4 (empat) Indikator tahapan keluarga sejahtera, yaitu:

a. 6 (enam) indikator tahapan keluarga sejahtera I atau indikator “kebutuhan dasar

keluarga” dari 21 indikator keluarga sejahtera adalah sebagai berikut :

1. Anggota keluarga pada umumnya dapat makan dua kali sehari bahkan lebih.

Pengertian makan tersebut yaitu dapat makan sesuai kebiasaan masyarakat

ditempat mereka, seperti dapat memakan nasi bagi mereka terbiasa makan

nasi sebagai makanan pokok atau seperti makan sagu bagi mereka yang

biasa makan sagu dan sebagainya.

2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah,

bekerja/sekolah dan bepergian.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

32

Pengertian pakaian yang berbeda adalah setiap anggota keluarga memiliki

pakaian yang tidak hanya satu pasang, sehingga dalam kegiatan hidup yang

berseda setiap harinya tidak terpaksa harus memakai pekaian yang sama.

3. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding yang

baik.

Pengertian rumah yang ditempati keluarga ini adalah keadaan rumah tinggal

keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding dalam kondisi yang layak

ditempati, baik dari segi perlindungan maupun dari segi kesehatan.

4. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.

Pengertian sarana kesehatan adalah sarana kesehatan modern, seperti

Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek,

Posyandu, Poliklinik, Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan obat-

obatan yang diproduksi secara modern dan telah mendapat izin peredaran

dari instansi yang berwenang (Departemen Kesehatan atau Badan POM).

5. Bila pasangan subur ingin ber KB dapat pergi ke sarana layanan kontrasepsi.

Pengertian sarana pelayanan kontrasepsi adalah sarana atau tempat

pelayanan KB, seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu,

Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik, Dokter Swasta, dan

sebagainya yang dapat memberikan layanan Keluarga Berencana dengan

alat modern, seperti IUD, MOP, Kondom, dan lainnya. Sesuai kepada

pasangan usia subur yang membutuhkan.

6. Semua anak usia 7 sampai 15 tahun di keluarga dalam kondisi bersekolah.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

33

Pengertian semua anak usia 7 sampai 15 tahun adalah anak-anak yang

berusia 7 sampai 15 tahun dari keluarga sedang duduk di bangku sekolah

(wajib belajar 9 tahun).

b. 8 (delapan) indikator keluarga sejahtera II (KS II) atau indikator “kebutuhan

psikologis” keluarga, dari 21 indikator keluarga sejahtera adalah sebagai berikut

:

1. Anggota keluarga pada umumnya dapat melaksanakan ibadah sesuai

dengan agama dan kepercayaannya.

Pengertiannya seperti kegiatan keluarga dalam melaksanakan ibadah dapat

sesuai dengan ajaran-ajaran agama atau kepercayaannya.

2. Dalam waktu seminggu setidaknya seluruh anggota keluarga dapat makan

daging, ikan atau telur.

Pengertian makan daging/ ikan/ telur adalah makan daging atau ikan atau

telur, sebagai lauk pada waktu makan untuk melengkapi keperluan gizi

protein. Indikator ini tidak berlaku untuk keluarga vegetarian.

3. Anggota-anggota keluarga dapat memperoleh setidaknya satu stel pakaian

baru dalam setahun.

Pengertian pakaian baru adalah pakaian layak pakai (baru/ bekas) yang

merupakan tambahan yang telah dimiliki baik dari membeli tau dari

pemberian pihak lain, yaitu jenis pakaian yang lazim dipakai sehari-hari

oleh masyarakat setempat.

4. Lantai rumah mempunyai luas paling kurang 8 m2 untuk setiap anggota

keluarga (penghuni rumah).

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

34

Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 adalah keseluruhan luas lantai rumah,

baik tingkat atas maupun tingkat bawah, termasuk bagian dapur, kamar

mandi, paviliun, garasi dan gudang yang apabila dibagi dengan jumlah

penghuni rumah diperoleh luas ruang tidak kurang dari 8 m2.

5. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat

melaksanakan tugas/ fungsi masing-masing.

Pengertian keadaan sehat adalah kondisi kesehatan seseorang dalam

keluarga yang berada dalam batas-batas normal, sehingga yang

bersangkutan tidak harus dirawat di rumah sakit, atau tidak terpaksa harus

tinggal di rumah, atau tidak terpaksa absen bekerja/ ke sekolah selama

jangka waktu lebih dari 4 hari. Dengan demikian anggota keluarga tersebut

dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kedudukan masing-

masing didalam keluarga.

6. Terdapat salah satu orang atau lebih dari anggota keluarga tersebut yang

bekerja, yang memperoleh penghasilan.

Pengertiannya yaitu didalam keluarga setidaknya terdapat salah satu

anggota dari keluarga yang sudah dewasa dan memperoleh penghasilan

berupa uang atau barang dari pekerjaanya, sumber penghasilan yang

dipandang layak oleh masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan minimal

sehari-hari secara terus menerus.

7. Seluruhya dari anggota keluarga berumur 10 sampai 60 tahun dapat

membaca tulisan latin.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

35

Pengertiannya yaitu seluruh anggota keluarga yang berumur 10 sampai 60

tahun dapat membaca huruf latin dan dapat memahami arti dari kalimat

dalam tulisan tersebut. Dalam indikator ini dapat tidak berlaku jika terdapat

keluarga yang tidak memiliki anggota berumur 10 sampai 60 tahun.

8. Pasangan subur yang memiliki anak dua bahkan lebih menggunakan alat

atau obat kontrasepsi.

Pengertiannya yaitu keluarga yang masih memiliki status pasangan usia

subur dengan jumlah anak dua atau lebih mengikuti program KB dengan

menggunakan salah satu alat kontrasepsi modern, seperti IUD, kondom dan

lain sebagainya.

c. 5 (lima) indikator keluarga sejahtera III atau indikator “kebutuhan

pengembangan” dari 21 indikator keluarga sejahtera adalah sebagai berikut :

1. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.

Pengertian keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama adalah

upaya keluarga untuk meningkatkan pengetahuan agama mereka masing-

masing. Misalnya mendengarkan pengajian, mendatangkan guru mengaji

atau guru agama bagi anak-anak, sekolah madrasah bagi anak-anak yang

beragama Islam atau sekolah minggu bagi anak-anak yang beragama

Kristen.

2. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang.

Pengertian sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau

barang adalah sebagian penghasilan keluarga yang disisihkan untuk

ditabung baik berupa uang maupun berupa barang (misalnya dibelikan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

36

hewan ternak, sawah, tanah, barang perhiasan, rumah sewaan dan

sebagainya). Tabungan berupa barang, apabila diuangkan minimal senilai

Rp. 500.000,-

3. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali

dimanfaatkan untuk berkomunikasi.

Pengertian kebiasaan keluarga makan bersama adalah kebiasaan seluruh

anggota keluarga untuk makan bersama sama, sehingga waktu sebelum atau

sesudah makan dapat digunakan untuk komunikasi membahas persoalan

yang dihadapi dalam satu minggu atau untuk berkomunikasi atau

bermusyawarah antar seluruh anggota keluarga .

4. Salah satu anggota keluarga mengikuti kegiatan masyarakat ditempat

tinggal mereka berada.

Pengertian yaitu keikutsertaan seluruh atau sebagian dari anggota kelurga

dalam kegiatan masyarakat disekitarnya yang bersifat sosial

kemasyarakatan, seperti gotong royong, ronda malam, rapat RT, arisan,

pengajian, kegiatan PKK, kegiatan kesenian, olah raga dan sebagainya.

5. Keluarga dapat memperoleh informasi-informasi dari surat kabar, majalah,

radio, tv atau internet.

Pengertian yaitu tersedianya kesempatan bagi anggota keluarga untuk dapat

memperoleh informasi baik secara lokal sampai dengan international, dapat

melalui media cetak seperti surat kabar, majalah dan bulletin atau media

elektronik seperti radio, televisi dan internet. Media massa tersebut tidak

harus dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga yang bersangkutan, tetapi

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

37

dapat juga dipinjam atau dimiliki oleh orang atau keluarga lain, ataupun

yang menjadi milik umum juga milik bersama.

d. 2 (dua) indikator kelaurga sejahtera III plus atau indikator “aktualisasi diri” dari

21 indikator keluarga adalah sebagai berikut :

1. Keluarga tersebut dengan suka rela memberilan sumbangan untuk kegiatan-

kegiatan sosial, dapat berupa materiil dan sebagainya.

Pengertiannya yaitu keluarga memiliki jiwa sosial yang tinggi dan memberi

sumbangan berupa materiil secara teratur (pada waktu tertentu) dengan suka

rela, berupa uang ataupun barang, untuk kepentingan warga (contohnya

untuk anak yatim piatu, bangunan untuk ibadah, untuk membantu kegiatan

ditingkat dusun dan contoh lainnya) tetapi tidak termasuk atau diluar dari

sumbangan wajib.

2. Terdapat anggota dari keluarga yang aktif dalam pengurus organisasi sosial

atau isntitusi masyaarakat.

Pengertiannya adalah memiliki jiwa sosialisasi yang besar dan

memberikkan bantuan tenaganya, pikirannya juga moralnya dengan terus

menerus yang berguna bagi kepentingan sosial masyarakat sebagai

pengurus dalam organisasi atau kepanitiaan, contohnya pengurus pada

yayasaan, kelompok adat, agama, RT atau RW dan sebagainya

Dengan demikian, kesejahteraan itu merupakan suatu kondisi kehidupan

manusia untuk mencapai standart hidup yang dapat terpenuhi. Oleh karena itu,

kesejahteraan tersebut sangatlah penting untuk kehidupan bermasyarakat di suatu

daerah apabila dikelola dengan baik dan benar.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

38

2.7 Pekerja Sosial

A. Konsep

Pekerjaan sosial yang dikutip Dwi Heru Sukoco (1995:7) dari Charles

Zastrow (1982) adalah pekerjaan sosial merupakan kehiatan professional untuk

membantu individu-individu, kelompok dan masyaraat guna meningkatkan dan

memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan kondisi

masyarakat yang memungkinkan mereka dalam mencapai tujuan.

Dari penjelasan tersebut maka seorang pekerja sosial harus dapat

menciptakan kondisi masyarakat dengan baik dan teratur dalam menjaga setiap

keberfungsian elemennya. Dapat menciptakan kondisi masyarakat yang kondusif

dengan relasi yang ada didalamnya agar dapat memberikan keterikatan di antara

para pemegang peran tersebut.

B. Fungsi Pekerja Sosial

Pekerja sosial mempunyai fungsi-fungsi dalam kegiatannya dan berikut

adalah fungsi dari pekerja sosial :

1. Membantu orang meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara

efektif untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan memecahkan

masalah-masalah sosial yang mereka alami.

2. Mengkaitkan orang dengan sistem-sistem sumber

3. Memberikan fasilitas interaksi dengan sistem-sistem sumber

4. Mempengaruhi kebijakan sosial

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

39

5. Memeratakan atau menyalurkan sumber-sumber material.

C. Peranan Pekerja Sosial

1. Sebagai pemercepat perubahan (enabler)

Sebagai enabler, seorang pekerja sosial membantu individu-individu,

kelompok-kelompok dan masyarakat dalam mengakses Sistem sumber

yang ada, mengidentifikasi masalah dan mengembangkan kapasitasnya

agar dapat mengatasi masalah untuk pemenuhan kebutuhannya.

2. Peran sebagai perantara (broken)

Peran sebagai perantara yaitu menghubungkan individu-individu,

kelompok-kelompok dan masyarakat dengan lembaga pemberi pelayanan

masyarakat dalam hal ini; Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat,

serta Pemerintah, agar dapat memberikan pelayanan kepada individu-

individu, kelompok-kelompok dan masyarakat yang membutuhkan

bantuan atau layanan masyarakat.

3. Pendidikan (educator)

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker

diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan

baik dan benar serta mudah diterima oleh individu-individu, kelompok-

kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran perubahan.

4. Tenaga ahli (expert)

Dalam kaitannya sebagai tenaga ahli, pekerja sosial dapat memberikan

masukan, saran, dan dukungan informasi dalam berbagai area (individu-

individu, kelompok-kelompok dan masyarakat).

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/42481/3/bab 2.pdfdiartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang, dari tempat lain ke tempat lainnya

40

5. Fasilitator

Pekerja sosial sebagai fasilitator, dalam peran ini berkaitan dengan

menstimulasi atau mendukung pengembangan masyarakat. Peran ini

dilakukan untuk mempermudah proses perubahan individu-individu,

kelompok-kelompok dan masyarakat, menjadi katalis untuk bertindak dan

menolong sepanjang proses pengembangan dengan menyediakan waktu,

pemikiran dan sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses tersebut.