bab ii kajian pustaka 2.1. pendidikan...

46
. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan Kewarganergaraan 2.1.1. Pengertian PKn Mata pelajaran PKn beserta pengembangannya, saat ini dikemas dalam KTSP 2006. Mata pelajaran PKn yang ada dalam KTSP 2006 pada saat ini juga sedang diproses dan ditata ulang terkait dengan fungsinya bagi pembangunan karakter bangsa dimana secara substansial dirancang untuk kepentingan nasional agar dapat diwujudkan sebagai praksis pendidikan yang konsisten dan koheren dengan komitmen kebangsaan Indonesia pada tingkat satuan pendidikan (Balitbang, 2010: 27). Mata pelajaran PKn di masing masing tingkat satuan pendidikan ditata ulang berdasarkan strand/penekanan pembahasannya. Jenjang satuan pendidikan SD/MI menekankan pada aspek etika, SMP/MTs menekankan pada aspek moral, SMA/MA/SMK menekankan pada aspek civics ( Balitbang, 2010 ). Hal ini juga senada dengan pasal 37 UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 yang menyatakan kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat beberapa isi pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran PKn yang dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan tentang maksud PKn yaitu digunakan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Selain itu PKn juga 7

Upload: truongkhuong

Post on 01-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

8

. BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan Kewarganergaraan

2.1.1. Pengertian PKn

Mata pelajaran PKn beserta pengembangannya, saat ini

dikemas dalam KTSP 2006. Mata pelajaran PKn yang ada dalam KTSP 2006

pada saat ini juga sedang diproses dan ditata ulang terkait dengan fungsinya

bagi pembangunan karakter bangsa dimana secara substansial dirancang untuk

kepentingan nasional agar dapat diwujudkan sebagai praksis pendidikan yang

konsisten dan koheren dengan komitmen kebangsaan Indonesia pada tingkat

satuan pendidikan (Balitbang, 2010: 27). Mata pelajaran PKn di masing –

masing tingkat satuan pendidikan ditata ulang berdasarkan strand/penekanan

pembahasannya. Jenjang satuan pendidikan SD/MI menekankan pada aspek

etika, SMP/MTs menekankan pada aspek moral, SMA/MA/SMK menekankan

pada aspek civics ( Balitbang, 2010 ).

Hal ini juga senada dengan pasal 37 UU Sisdiknas No 20

Tahun 2003 yang menyatakan kurikulum pendidikan dasar dan menengah

wajib memuat beberapa isi pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran PKn

yang dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan tentang maksud PKn yaitu

digunakan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki

rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Selain itu PKn juga

7

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

9

bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara

yang cerdas dan baik (to be smart and good citizen). Warga negara yang

dimaksud adalah warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),

ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat

dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air

(Balitbang, 2010 ).

Dari berbagai pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa PKn adalah nama mata pelajaran yang ada dalam kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP) 2006 dimana di dalamnya mencakup aspek

pengetahuan kewarganegaraan, aspek ketrampilan kewarganegaraan, dan

watak atau karakter kewarganegaraan, serta dapat digunakan untuk

membentuk peserta didik/siswa menjadi warga negara yang baik.

2.1.2 Visi dan Misi PKn

Mata pelajaran PKn memiliki visi dan misi yang hendak dicapai.

Visi mata pelajaran PKn adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang

berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character

building) dan pemberdayaan warga negara (BSNP, 2006).

Adapun misi mata pelajaran ini adalah membentuk warga

negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak

dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai

dengan Undang – Undang Dasar 1945 (BSNP, 2006).

8

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

9

9

2.1.3 Tujuan PKn

Mata pelajaran PKn juga memiliki tujuan yang mana dipaparkan

Depdiknas ( Sulasmono : 2008 ), yaitu mengembangkan kompetensi

sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggap isu

kewarganegaraan;

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara tegas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara, serta anti-korupsi;

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter – karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa – bangsa lainnya;

4. Berinteraksi dengan bangsa – bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi.

2.1.4 Kompetensi PKn

PKn juga memiliki berbagai aspek yang menjadi

kompetensinya. Aspek kompetensi dalam PKn meliputi aspek kompetensi

pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), aspek kompetensi

ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), dan aspek kompetensi

watak/karakter kewarganegaraan (civic dispositions) yang mana

kesemuanya saling berkaitan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

10

Aspek kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic

knowledge) menyangkut kemampuan akademik keilmuan yang

dikembangkan dari berbagai teori dan konsep politik, hukum dan moral;

aspek kompetensi ketrampilan kewarganegaraan (civic skills) meliputi

ketrampilan intelektual (intellectual skills) dan ketrampilan berpartisipasi

(participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; serta

aspek kompetensi watak/karakter kewarganegaraan (civic dispositions)

dimana sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan

esensial dalam mata pelajaran PKn (BSNP: 2006).

Dengan adanya aspek kompetensi tersebut, maka mata pelajaran

PKn tidak hanya berpusat pada pengembangan aspek pengetahuan semata,

namun juga mengembangkan aspek ketrampilan dan watak/karakter.

Berawal dari pengembangan pengetahuan, berlanjut ke terciptanya

ketrampilan intelektual dan partisipatif dengan pengetahuan yang dimiliki

kemudian barulah tercipta watak dan karakter. Kompetensi itu dapat

dikemas melalui aktivitas belajar siswa yang mana dirinya sebagai pusat

dalam pelaksanaannya. Karena siswa sebagai pusat dalam aktivitas belajar,

maka dirinya harus diberi hak dan kebebasan serta tanggungjawab untuk

memperoleh pengetahuan juga membentuk watak sesuai dengan tujuan

pembelajarannya.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

11

2.1.5 Ruang Lingkup PKn

Selain aspek kompetensi yang perlu dikembangkan, maka perlu

juga diketahui ruang lingkup atau isi mata pelajaran PKn yaitu yang

mencakup dimensi politik, hukum, dan moral. Ruang lingkup mata

pelajaran PKn meliputi aspek – aspek sebagai berikut:

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,

Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah

Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi

dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan

Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,

Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan –

peraturan daerah, Norma – norma dalam kehidupan bangsa dan negara,

Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan

Internasional.

3. Hak asasi manusia, meliputi; Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban

anggota masyarakat,Instrumen nasional dan internasional HAM,

Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri

sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan

mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,

Persamaan kedudukan warganegara.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

12

5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, Konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan

dasar negara dengan konstitusi.

6. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan

sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat

madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar dan ideologi

negara. Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan

nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari, Pancasila sebagai

ideologi terbuka.

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional

dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Setiap ruang lingkup mata pelajaran PKn memunculkan

beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan dimensinya

masing - masing, namun sesuai dengan semester 1/gasal bagi kelas XI yang

berlangsung di tingkat SMA/MAN dapat terpapar demikian:

No. Dimensi Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Kekuasaan

dan politik

1. Menganalisis budaya

politik di Indonesia

1.1.mendiskripsikan

pengertian budaya politik

2.2.menganalisis tipe-tipe

budaya pilitik yang

berkembang dalam masyarakat indonesia

3.3.mendeskripsikan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

13

pentingnya sosialisasi

pengembangan budaya

politik

4.4.menampilkan peran serta

budaya politik partisipan

2. Kekuasaan

dan politik

2. menganalisis budaya

demokrasi menuju

masyarakat madani

2.1.mendiskripsikan

pengertian dan prinsip-

prinsip budaya demokrasi

2.2.Mengidentifikasi ciri –

ciri masyarakat madani

2.3.menganalisis pelaksanaan

demokrasi di Indonesia sejak

oerde lama, oerde baru dan

reformasi

2.4.menampilkan perilaku

budaya demokrasi dalam

kehidupan sehari - hari

3. Kekuasaan

dan politik

3. Menampilkan sikap

keterbukaan dan

keadilan dalam

kehidupan berbangsa

dan bernegara

3.1.mendeskripsikan

pengertian dan pentingnya

keterbukaan dan keadilan

dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara

3.2.menganalisis dampak

penyelengaraan

pemerintahan yang tidak

transparan

3.3.menunjukan sikap

keterbukaan dan keadilan

dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara

(BNSP :2010)

Dari ruang lingkup, dimensi, standar kompetensi, serta

kompetensi dasar yang terpapar di atas ada salah satunya yang dipilih

dalam konteks penelitian ini yaitu ruang lingkup kekuasaan dan politik

yang dijabarkan pada standar kompetensi 2. Menganalisis Budaya

demokrasi menuju Masyarakat Madani 2.2.mengidentifikasi ciri- ciri

masyarakat Madani

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

14

2.1.6 Rambu- Rambu PKn

Mata pelajaran PKn memiliki rambu – rambu dalam

penyusunannya. Rambu – rambu penyusunannya berpatokan pada

Undang–Undang Pendidikan yang diterapkan di masing – masing satuan

pendidikan, yaitu mengacu pada Undang – Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang sisdiknas, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang standar nasional pendidikan, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006

tentang standar isi, Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang standar

kompetensi lulusan, Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang

pelaksanaan standar isi dan standar kompetensi lulusan, serta panduan

penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP (2006).

Oleh karena itu, dalam menyusun perencanaan pembelajaran

mata pelajaran PKn harus berpedoman pada hal tersebut di atas serta

disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2.2. Hasil Belajar

2.2.1. Belajar

Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

15

Belajar menurut Arif S. Sadiman dkk ( 2006 ), adalah suatu

proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang berlangsung seumur

hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.

Menurut Suryabrata ( 1998) mengemukakan bahwa belajar itu

membawa perubahan, perubahan itu membawa kecakapan baru, dan

perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha.

Jadi, belajar adalah suatu perubahan tingkah laku secara

keseluruhan dan perubahan itu membawa kecakapan baru yang

berlangsung sejak dia masih bayi hinnga ke liang lahat nanti, perubahan

tersebut terjadi karena adanya usaha sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkunganya.

2.2.2. Ciri – ciri Belajar

Dalam Baharudin dan Wahyuni ( 2007 ), ada beberapa ciri- ciri

belajar yakni :

a. Belajar di tandai dengan adanya perubahan tingkah laku ( change

behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari

tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu

menjadi tahu, jadi tidak terampil menjadi terampil menjadi terampil.

Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat

mengetahui ada tidaknya hasil belajar;

b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan

tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

16

atau tidak tetap atau berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku

tersebut tidak akan terpencang seumur hidup;

c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat

proses belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat

potensial;

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang

memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk

mengubah tingkah laku.

2.2.3. Prinsip – prinsip belajar

Soekamto dan Winataputra ( Baharudin dan Wahyuni : 2007 ),

di dalam melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu

memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut :

a. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang

lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif;

b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampouannya;

c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan

langsung pada setiap langkah yang di lakukan selama proses belajar;

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang di lukukan siswa

akan membuat proses belajar lebih berarti;

e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabial ia di beri tanggung

jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

17

2.2.4. Hasil belajar

Menurut Nana Sudjana ( 2005) hasil belajar adalah kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil

belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses

penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru

tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya

melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat

menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk

keseluruhan kelas maupun individu.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan

hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.

Dari sisi siswa , hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental

yang lebih baik bila di bandingkan pada saat sebelum mengajar. Tingkat

perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan

saat terselesikannya bahan pelajaran.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (Ahmad Rohan : 2004)

hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara

lain :

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek

yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penilaian.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

18

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi

dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Berikut adalah tabel penilaian hasil belajar tiap mapel yang

dicapai dalam tiga ranah antara lain kognitif, afektif dan

psikomotor menurut PP No 19 tahun 2005.

Tabel 1. Penilaian hasil belajar

( PP 19 tahun 2005 , pasal 64 )

No Kel. Mapel kognitif afektif psikomotor

1 Agama & ahklak mulia V V

2 Pendidikan kewarganegaraan &

kepribadian

V V

3 Ilmu pengetahuan & tehnologi Sesuai karakteristik kompetensi yang

di nilai

4 Estetika V V

5 Jasmani, olahraga,& kesehatan V V V

Diklat/Bimtek KTSP 2009,Depdiknas

Dalam mata pelajaran PKn tipe hasil belajar kognitif dan

psikomotor lebih dominan namun hasil belajar afektif juga harus menjadi

bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran Pkn.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

19

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan

oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu

tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami

belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Menurut Howard Kingsley ( dalam Nana Sudjana : 2005 ), hasil

belajar dibagi menjadi 3 macam yaitu :

a. Ketrampilan dan kebiasaan

b. Pengetahuan dan pengertian

c. Sikap dan cita-cita, yang masing- masing golongan dapat diisi dengan

bahan kurikulum disekolah.

Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil

perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus

pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa

tersebut. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa

hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang

telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu

lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar

turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai

hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta

menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

20

2.3. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM )

Menurut Depdiknas ( dalam Ade Sanjaya : 2011), pengertian

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah salah satu prinsip penilaian

pada kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria,

yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta

didik. kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai

ketuntasan.

Lebih lanjut dikatakan bahwa kriteria ketuntasan minimal menjadi

acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh

karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah

berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan

sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik

dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan

dalam laporan hasil belajar (LBH) sebagai acuan dalam menyikapi hasil

belajar peserta didik.

2.3.1 Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )

Menurut Depdiknas ( dalam Ade Sanjaya : 2011 ), dinyatakan

fungsi dari Kriteria ketuntasan minimal adalah :

a. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik

sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi

dasar dapat diketahui ketercapainnya berdasarkan KKM yang

diterapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

21

pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan

remedial atau layanan pengayaan.

b. Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti

penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator

ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik.

Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti

penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak

biasa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum

tuntas dan perlu diperbaikan.

c. Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan

evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan disekolah. Evaluasi

keterlaksanaan dari hasil program kurikulum dapat dilihat dari

keberhasilan pencapaian KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk

mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang

mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran

maupun pemenuhan sarana prasarana belajar di sekolah.

d. Merupakan kontrak pendagogik antara pendidik dengan peserta didik

dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan

pencpaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama

antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan dan orang

tua. Pendidikan melakukan upaya pencapaian KKM dengan

memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik

melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

22

pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesains

pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan

dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran.

Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan

pembeljaaran dan penilaian di sekolah.

e. Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian konpetensi

setiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal

mungkin untuk melampui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan

pencapaian KKM merupakan salah satu tolak ukur kinerja satuan

pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan

pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara

bertanggug jawab dapat menjadi tolak ukur kualitas mutu pendidikan

bagi masyarakat.

2.3.2 Prinsip penetapan KKM

Menurut Depdiknas ( dalam Ade Sanjaya : 2011), ada beberapa

kriteria yang perlu di pertimbangkan dalam penetapan KKM, yakni:

a. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang

dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode

kualitatif dapat dilakukan melalui profesinal judgement oleh pendidik

dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman

pendidik mengajarkan mata pelajaran di sekolah. Sedangkan metode

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

23

kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai

dengan penetapan criteria yang ditentukan.

b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis

ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan

memperhatikan kompleksitas, daya dukung dan intake peseta didik

untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi.

c. Kriteria ketuntasan minimal setiap kompetensi dasar (KD) merupakan

rata-rata dari indikator yang terdapat dalam kompetensi dasar tersebut.

Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD

tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar

minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD

tersebut.

d. Kriteria ketuntasan minimal setiap standar kompetensi (SK) merupakan

rata-rata KKM kompetensi dasar (KD) yang terdapat dalam SK

tersebut.

e. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari

semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun

pembelajaran dan dicantumkan dalam laporan hasil belajar (LBH atau

rapor).

f. Indikator merupakan acuan/tujuan bagi pendidik untuk membuat soal-

soal ulangan, baik ulangan harian (UH), ulangan tengah semester (UTS)

maupun ulangan akhir semester (UAS). Soal ulangan maupun tugas-

tugas harus mampu mencerminkan atau menampilkan pencapaian

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

24

indikator yang diujikan. Dengan demikian pendidik tidak perlu

melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan karena semunya memiliki

hasil yang setara.

g. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya

perbedaan nilai ketuntasan minimal

2.3.3 Langkah – langkah penetapan KKM

Depdiknas ( dalam Ade Sanjaya : 2011), menyatakan bahwa

penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran.

adapun langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:

a. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan

mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya

dukung dan Intake peserta didik dengan skema sebagai berikut:

Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata

pelajaran.

KKM

INDIKATOR KKM KD

KKM MP KKM SK

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

25

b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran

disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam

melakkan penilaian.

c. KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua dan dinas pendidikan.

d. KKM dicantumkan dalam LBH pada saat hasil penilaian dilaporkan

kepada orang tua atau wali peserta didik.

2.3.4 Penentuan KKM

Menurut Depdiknas ( dalam Ade Sanjaya : 2011), hal-hal yang

harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah:

1. Tingkat kompleksitas, kesulitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan

standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.

2. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan

pembelajaran pada masing-masing sekolah.

3. Tingkat kemampuan (Intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang

bersangkutan.

2.4 Aktivitas Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , aktif adalah giat (

bekerja, berusaha ), sedangkan keaktifan adalah suatu keadaan atau hal

dimana siswa dapat aktif.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

26

Menurut Rahardja ( 2002 ) aktivitas adalah kegiatan jasmani dan

rohani manusia yang difungsikan dalam mengerjakan sesuatu untuk

mencapai tujuan tertentu.

Menurut Anton M. Mulyono dalam http://id.shvoong.com/social-

sciences/1961162-aktifitas-belajar/#ixzz1JCD2hGK2, Aktivitas artinya

“kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau

kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan

suatu aktifitas.

Aktiviatas adalah kegiatan manusia secara jasmani dan rohani,

yang fisik maupun non fisik yang di fungsikan dalam mengerjakan sesuatu

untuk mencapai tujuan. Pada penelitian ini yang di maksud keaktifan

adalah keaktifan belajar siswa.

Paul B. Diedrich dalam Triyani (2009) membagi kegiatan aktivitas

belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu:

1. Visual activities

misalnya dengan membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi suatu

percobaan;

2. Orall activities

Misalnya bertanya, berpendapat, menyatakan, berdiskusi dan

sebagainya;

3. Listening activities

Misalnya mendengarkan uraian, pidato, percakapan dan sebagainya;

4. Writing activities

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

27

Misalnya menulis laporan, menyalin bahan dan sebagainya;

5. Drawing activities

Misalnya menggambar, membuat grafik/peta;

6. Motor activities

Misalnya membuat konstruksi, mereparasi, melakukan percobaan,

bermain;

7. Mental activities

Misalnya menanggapi, mengingat, menganalisa, memutuskan;

8. Emotional activities

Misalnya menaruh minat, gembira, berani, gugup dan sebagainya.

Dari beberapa jenis aktivitas yang terpapar di atas, maka dalam

kaitannya dengan penelitian ini aktivitas siswa yang dimaksud adalah orall

activities (bertanya, berpendapat, menyatakan, berdiskusi dan sebagainya)

dalam diskusi kelompok maupun diskusi klasikal melalui penerapan

metode diskusi panel dalam pembelajaran PKn. Selain itu di dalamnya ada

visual activities (membaca materi pembelajaran), writting activities

(membuat media presentasi), listening activities (ketika diskusi/mendengar

kelompok yang sedang presentasi), mental activities (menanggapi

presentasi kelompok lain), emotional activities (antusiasme siswa dalam

diskusi kelompok).

Klasifikasi aktivitas belajar dari Diedrich di atas menunjukan

bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi,

aktivitas disini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapat

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

28

secara langsung di amati tetapi juga meliputi aktivitas rohani. Keadaan

dimana siswa melaksanakan aktivitas belajar inilah yang di sebut

keaktivan belajar. Menurut Moh Uzer Usman ( dalam Triyani : 2009 ),

mengajar adalah membimbing kegiatan siswa sehingga ia mau belajar.

Untuk itu keaktifan siswa sangat di perlukan dalam kegiatan belajar

mengajar. Hal ini disebabkan karena siswa sebagai subjek didik itu sendiri

yang melaksanakan belajar, sehingga siswalah yang seharusnya lebih

banyak aktif, bukan gurunya.

Perbedaan antara belajar aktif dan pasif menurut Bobby De Potter

dan Mike Hernacki seperti dikutip oleh Triyani ( 2009 ) dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. perbedaan belajar aktif dan pasif

Berdasarkan tabel perbedaan tersebut, seorang siswa aktif

dalam belajar jika siswa tersebut dapat belajar dari situasi

apapun, siswa dapat menggunakan apa yang dipelajari sehingga

apa yang dipelajari tidak sia-sia. Selain itu siswa yang aktif

dalam belajar akan melakukan berbagai usaha untuk mencapai

Belajar aktif Belajar pasif

Belajar apa saja dari setiap situasi Tidak melihat adanya potensi belajar

Menggunakan apa saja yang dipelajari untuk mendapatkan manfaat atau

keuntungan

Mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman

belajar

Mengupayakan agar segalanya terlaksana Membiarka segalanya terjadi

bersandar dari kehidupan Menarik diri dari kehidupan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

29

tujuannya.Siswa yang aktif tidak akan menarik diri dari

kehidupan karena dari kehidupan tersebut siswa dapat belajar banyak

hal.

2.5 Pembelajaran aktif

2.5.1 Pengertian

Dalam Saptono ( 2010), Active Learning atau pembelajaran aktif,

adalah sebuah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang bertumpu

pada upaya mengaktifkan siswa dalam belajar. Pendekatan semacam ini

tidak terbatasi oleh pembelajaran ( klasikal atau kelompok ), hakikat

materi ( fakta, aturan dan urutan kegiatan di satu pihak, atau konsep, pola,

abstraksi di pihak lain ) maupun model pembelajaran ( model

pembelajaran langsung atau pembelajaran tak langsung ). Pada prinsipnya

pendekatan pembelajaran aktif dapat diterapkan kedalm berbagai variasi di

atas.

Siberman ( 2004 ), menyatakan bahwa pembelajaran aktif adalah

pembelajaran yang menyebabkan murid- murid menggunakan otak

mereka, mempelajari ide-ide/gagasan-gagasan, memecahkan masalah, dan

menerapkan apa yang mereka pelajari.

Chickering dan Gamson ( dalam Saptono : 2010 ), menyatakan

bahwa dalam pembelajaran aktif murid-murid melakukan lebih hanya

mendengar, namun mereka harus membaca, menulis, didkusi, atau terlibat

di dalam memecahkan masalah.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

30

Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menyebabkan murid-

murid melakukan lebih hanya mendengar, namun mereka harus membaca,

menulis, diskusi, para murid menggunakan otak mereka dalam

mempelajari ide-ide atau gagasan-gagasan, memecahkan masalah, dan

menerapkan apa yang mereka pelajari.

Lorenzen dalam ( Saptono : 2010 ) menyebut pembelajaran aktif

sebagai metode mendidik siswa yang mengizinkan mereka berpartisipasi

dalam kelas. Metode ini mengeluarkan siswa dari peran sebagai pendengar

dan pembuat catatan yang pasif, dan membolehkan siswa menentukan arah

dan inisiatif selama pembelajaran.

Menurut Bonwell dan Eison dalam ( Saptono : 2010 ) peran siswa

dalam pembelajaran aktif adalah tidak sekedar mendengarkan. Mereka

harus membaca, menulis, mendiskusikan, atau terlibat dalam tugas- tugas

berpikir tinggkat tinggi seperti menganalisa, mensintesa dan mengevaluasi.

Strategi – strategi yang meningkatkan pembelajaran aktif dapat di pahami

sebagai kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan

melakukan sesuatu dan memikirkan apa yang mereka perbuat.

Pembelajan aktif adalah metode yang mengeluarkan siswa dari

peran pendengar dan catatan pasif ke siswa yang aktif berpartisipasi,

menentukan arah dan inisiatif dalam pembelajaran. Tidak hanya

mendengarkan tetapi juga mereka harus membaca, menulis,

mendiskusikan, atau terlibat dalam tugas- tugas berpikir tinggkat tinggi

seperti menganalisa, mensintesa dan mengevaluasi. Pembelajaran aktif

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

31

dapat di pahami sebagai kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa

dalam kegiatan melakukan sesuatu dan memikirkan apa yang mereka

perbuat.

2.5.2 Karakteristik pembelajaran aktif

Menurut Bonwell (1995) dalam

izaskia.files.wordpress.com/2010/03/makalah-active-learning,

pembelajaran aktif mempunyai karakteristik- karakteristik sebagai berikut:

a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi

oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran

analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas

b. siswa tidak hanya mendengarkan pembelajaran secara pasif tetapi

mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran

c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan

dengan materi pelajaran

d. siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan

melakukan evaluasi,

e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses

pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama,

interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan

positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari

hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

32

belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses

pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk

setiap mahasiswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga,

proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan

tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills. Salah

satu metode yang sesuai dengan pembelajaran aktif adalah metode diskusi

yang akan dibahas dalam uraian berikut ini.

2.6 Metode Diskusi

2.6.1 Pengertian metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran

dimana guru memberikan kesempatan pada siswa di dalam kelompok (+/-

3-7 orang) untuk mengadakan perbincangan secara ilmiah guna

mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau mencari berbagai

alternatif pemecahan terhadap suatu masalah. Metode diskusi juga dapat

diartikan sebagai suatu kegiatan dimana sejumlah orang membicarakan

secara bersama – sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik/masalah

berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk itu, Gilstrap dan

Martin (dalam Rahardja, 2002 ).

Jadi, dapat dikatakan bahwa metode diskusi adalah suatu cara yang

dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran dimana sejumlah siswa

secara bersama – sama atau dalam kelompok bertukar pikiran untuk

membicarakan bahan pelajaran sesuai dengan topik yang ada.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

33

2.6.2 Jenis- jenis metode diskusi

Rahardja (2002), Metode diskusi juga memiliki beberapa jenis

yaitu diskusi kelas dan diskusi kelompok. Beberapa macam jenis diskusi

kelas yaitu:

1. Whole Group

Kelas merupakan satu kelompok diskusi, duduk setengah melingkar

dengan di pimpin oleh guru.

2. Brain Storming Group

Setiap siswa di beri kesempatan secara bebas untuk menyumbangkan

ide- ide yang di rasa tepat terhadap persoalan yang di lontarkan guru

atau untuk memberi masukan- masukan, sehingga terbina rasa percaya

diri dan menghormati pendapat teman lain.

3. Kolokium

Guru menyajikan pokok pelajaran tertentu dapat mengundang satu

atau lebih nara sumber, duduk di depan kelas, yang secara langsung

siswa dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan- pertanyaan. Jadi ,

di sini siswa akan memperoleh pengalaman tentang seuatu hal dari

tangan pertama.

Sedangkan macam- macam diskusi kelompok yaitu :

1. Buzz Group

Kelas di bagi menjadi beberapa kelompok keci l ( 3- 7 ) dan

pelaksanaannya diskusi bisa di tengah pelajaran, di ahkir pelajaran

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

34

dengan maksud untuk memperjelas / menjamkan bahan ajar yang di

sajikan guru.

2. Syndicate Group

Kelas di bagi kelompok kecil ( 3- 5 ) orang , yang tiap kelompok di

tugasi membahas sub- sub topik ( aspek tertentu ) yang berbeda dari

topik yang sama. Pada ahkirnya di adakan diskusi kelas, agar setiap

kelompok melaporkan hasilnya di forum kelas untuk di tarik

kesimpulan dari satu topik itu .

3. Symposium

Beberapa siswa ( kelompok ) membahas tentang berbagai aspek dari

satu pokok tertentu dan membacakan di muka kelas secara singkat (

10- 15 ) kemudian disanggah oleh kelompok penyanggah dan juga

dari siswa- siswa yang lain. Hasilnya biasa di rumuskan oleh tim

perumus.

4. Informal Debate

Kelas di bagi dua kelompok yang sama besar, sama pandainya untuk

memberdebatkan problem tertentu.

5. Fish Bowl

Sekelompok siswa sebagai inti, duduk secara melingkar

mendiskusikan suatu pokok tertentu, dan siswa- siswa lain melingkari

kelompok inti itu untuk mendengarkan, dan bila ingin mengemukakan

pendapat maka ia duduk pada kursi yang di sediakan oleh kelompok

inti tersebut.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

35

6. Panel

Di bawakan oleh 3-6 siswa yang di anggap ahli yang di pimpin oleh

seorang moderator membahas mengenai masalah tertentu yang telah

di persiapkan, biasanya untuk membahas masalah- masalah yang

kontrovesial.

Ada beberapa jenis metode diskusi yang dapat digunakan dalam

pembelajaran, salah satunya dalam konteks penelitian ini adalah metode

diskusi kelompok jenis Panel yang akan di bahas sebagai berikut.

2.7 Metode diskusi kelompok jenis panel

2.7.1 Pengertian Diskusi Panel

Diskusi panel merupakan salah satu bentuk diskusi yang sudah

direncanakan tentang suatu topik didepan para pendengar. Diskusi panel

dibawakan oleh 3 - 6 orang yang dianggap ahli yang dipimpin oleh

seorang moderator. Diskusi panel juga merupakan forum pertukaran

pikiran yang dilakukan oleh sekelompok orang dihadapan sekelompok

siswa mengenai suatu masalah tertentu yang telah dipersiapkannya.

Biasanya untuk membahas masalah-masalah yang kontroversial (

Roestiyah, N.K : 1989)

2.7.2 Tujuan diskusi panel

Menurut Roestiyah, N.K (1989 ), tujuan dari diskusi panel yaitu:

a. Memberikan rangsangan cara berfikir secara masal dengan memberikan

berbagai perspektif dari berbagai sudut pandang

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

36

b. Di harapkan siswa dapat berfikir secara luas dan mampu meninjau

setiap persoalan dari berbagai segi, agar pendapatnya tidak sempit

2.7.3 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan diskusi panel

Menurt Roestiyah, N.K ( 1989 ) hal- hal yang perlu diperhatikan

waktu melaksanakan diskusi panel :

a. Dalam diskusi panel, para penelis di pimpin oleh seorang moderator,

sedang diskusi itu didengar oleh orang banyak jadi ada dua (2)

kelompok:

1. Kelompok ahli / panelis

2. Kelompok pendengar

b. Masalah yang ditentukan untuk diskusi harus actual dan relevan

c. Moderator bertugas memperkenalkan kepada para pendengar setiap

peserta panel, dan mengemukakan persoalan yang akan di bahas, serta

nanti dapat menyimpulkan hasil pembicaraan, tidak perlu mencapai

keputusan atau kesatuan pendapat

2.7.4 Langkah-langkah melaksanakan diskusi panel

Dalam Depdiknas (2008), Agar penggunaan diskusi panel berhasil

dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Langkah persiapan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi

diantaranya :

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

37

1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat

umum maupun tujuan khusus

2. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai yaitu menggunakan diskusi panel

3. Menetapkan masalah yang akan dibahas

4. Mempersiapakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tehnis

pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala

fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, penyaji atau

panelis dan notulen.

b. Pelaksanaan diskusi panel

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi

adalah :

1. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi

kelancaran diskusi

2. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya

menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi

sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan yaitu dengan

menggunakan diskusi panel

3. Membagi siswa kedalam kelompok untuk melakukan diskusi

kelompok

4. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah

ditetapkan.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

38

5. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi

untuk mengeluarkan pendapat, gagasan dan ide-idenya

6. Mengedalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang di

bahas. Hal ini sangat penting, sebaba tanpa pengendalian biasanya

arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

c. Menutup diskusi

Ahkir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi

hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai

dengan hasil diskusi

2. Me-review jalanya diskusi dengan meminta pendapat dari

seluruh pserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

2.7.5 Tugas para pelaku dalam diskusi panel

Dalam http://my.opera.com/sebayu/blog/diskusi-panel, tugas-

tugas para pelaku dalam diskusi panel dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Tugas peserta

1. Mengikuti jalannya diskusi dari awal hingga ahkir dan terbagi

menjadi tim affirmatif dan opsisi yang termasuk panelis

2. Mengajukan usul, pendapat atau komentar

3. Meminta panelis untuk memberikan pembuktian, contoh maupun

perbandingan

b. Tugas Notula / penulis

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

39

7. menulis jumlah peserta dan segala kegiatan dalam diskusi

8. di perbolehkan untuk menyanggah

9. di perpolehkan untuk menyetujui dan tidak menyetujui

10. membuat makalh tentang permasalahan yang di diskusikan

c. Tugas penyaji / panelis

1. menyajikan materi diskusi

2. berperan sebagai pembicara dalam diskusi

3. mengutarakan makalah yang di sampaikan

4. menjawab pertanyaan dari peserta dan penyanggah

d . Tugas moderator

1. membuka diskusi

2. membacakan riwayat kehidupan panelis

3. mempersilahkan panelis untuk bicara

4. mengatur dan memimpin jalanya diskusi

5. membacakan kesimpulan diskusi

e. Tugas dari penyanggah

a. Menyanggah usulan dari tim affirmatif

b. Menyanggah pembicaraan dari panelis

c. Meneliti kata-kata dalam makalah

d. Menyanggah hal- hal yang di anggap penting

2.8 Kelemahan dan kelebihan diskusi panel

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

40

Menurut Roestyah N.K ( 1989 ), dalam diskusi panel ini terdapat

kelemahan dan kelebihan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.8.1 Kelemahan diskusi panel

1. Diskusi panel menjadi tidak menarik apabila semua peserta waswas

untuk menyampaikan pandangan secara terus terang dan semua peserta

merasa sungkan untuk berbeda pandangan.

2. Suasana dalam diskusi panel akan menjadi pincang atau tidak seimbang

apabila ada peserta yang jauh lebih tangkas dalam menyampaikan

daripada yang lainnya.

3. Ada kalanya moderator terpaksa harus berusaha membuat

kesimpulannya sendiri dan menyampaikannya dalam diskusi itu.

4. Harus memilih moderator yang berani dan mampu turun tangan untuk

menyelamatkan diskusi agar jangan sampai pincang atau berat sebelah.

5. Ada kemungkinan terjadinya “pencemaran nama baik” dalam diskusi

panel.

6. Memungkinkan panelis berbicara terlalu banyak.

7. Tidak memberi kesempatan peserta untuk berbicara.

2.8.2 Kelebihan diskusi panel

Adapun kelebihan dari Diskusi Panel yaitu :

1. Memberikan kesempatan kepada pendengar untuk mengikuti berbagai

pandangan sekaligus.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

41

2. Biasanya dalam diskusi panel timbul pro dan kontra pandangan,

semakin sengit pro dan kontra, maka diskusi akan semakin menarik

untuk diikuti.

3. Dalam diskusi panel, kelompok yang melakukan diskusi akan berhati-

hati dalam mengajukan pandangan atau mengemukakan pendapat,

karena menyadari akan dapat langsung digugat atau dibantah.

4. Peserta yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang lebih

dalam hal yang didiskusikan dapat menyampaikan pandangan.

5. Membangkitkan pikiran

2.8.3 Cara mengatasi kelemahan diskusi panel

Adapun cara untuk mengatasi kelemahan dari diskusi panel, yaitu :

1. Para Peserta harus memiliki pengetahuan luas dan punya keberanian

untuk menyampaikan pendapat.

2. Perlu adanya persiapan yang cukup masak.

3. Memilih moderator yang cakap, yang dapat menguasai segala aspek

dan persoalan yang dibicarakan.

2.9 Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )

2.9.1 Pengertian

Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian

tindakan ( action research ), dan penelitian tindakan ini bagian dari

penelitian pada umumnya. Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

42

yang di lakukan menurut metode ilmiah dan atau teknologi baru,

membuktikan kebenaran atau ketidak benaran hipotesis sehingga dapat di

rumuskan terori dan atau gejala social. Penelitian juga bisa diartikan

kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan metodelogi

tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat untuk

selanjutnya data tersebut dianalisis untuk di cari kesimpulanya. Kunandar (

2009 )

Menurut kurt Lewin ( Kunandar : 2009 ), penelitian tindakan

adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap

yaitu,perencanaan, tindakan,pengamatan, dan refleksi.

Ebbut ( Kunandar : 2009 ), penelitian tindakan adalah kajian

sistematik dari upaya perbaikan pelakasanaan praktik pendidikan oleh

sekelompok guru dengan melakukan tindakan- tindakan dalam

pembelajaran, berdasarkan reflaksi mereka mengenai hasil dari tindakan-

tindakan tersebut.

Penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan

pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan

tindakan – tindakan dengan rangkaian langkah yang terdiri atas empat

tahap yaitu, perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi.

Kunandar ( 2009 ), dalam penelitian tindakan kelas ada tiga unsur- unsur

yaitu:

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

43

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui

metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data- data dan dianalisis

untuk menyelesaikan suatu masalah

2. Tindakan adalah aktifitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk

memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses belajar

mengajar

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama

menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Menurut David Hopkins ( dalam Kunandar : 2009 ) PTK adalah:

“a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (

in- cluding educational ) situation in order to improve the rationality and

justice of : ( a) their own social or educatial practices; (b) their

understanding of these practices; and (c) the situations in which practices

are carried out.”

Dari definisi diatas, dalam konteks pendidikan , PTK mengandung

pengertian bahwa PTK adalah sebuah kegiatan bentuk refleksi diri yang

dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan

untuk memperbaiki rasionalitas dan keaddilan tentang : (a) praktik- praktik

kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik- praktik

tersebut, dan (c) situasi di mana praktik- praktik tersebut di laksanakan.

Sedangkan menurut Rapoport ( dalam Kunandar : 2009 ) PTK

adalah penelitian untuk membatu seseorang dalam mengatasi secara

praktis persoalan yang di hadapi dalam situasi darurat dan membatu

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

44

pencapaian tujuan ilmu social dengan kerja sama dalam kerangka etika

yang disepakati bersama.

Penelitian tindakan kelas ( PTK ) adalah penelitian tindaklan yang

dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.

Penelitian tindakan kelas ( PTK ) termasuk penelitian kualitatif meskipun

data yang di kumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, diamana uarainya

bersifat deskriptif dalam bentuk kata- kata, peeliti merupakan instrument

utama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk.

perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsunnya

suatu tindakan Rochiati ( dalam Kunandar : 2009 ).

Penelitian tindakan kelas harus dilakukan dikelas yang sehari- hari

di ajar, bukan kelas yang di ajar oleh guru lain meskipun masih dalam satu

sekolah. Hal ini desebabakan PTK adalah suatu penelitian yang berbasis

kepada kelas. Penelitian dapat dilakukan secra mandiri, tetapi alangkah

baiknya kalau dilaksanakan secara kolaboratif, baik dengan teman sejawat,

kepala sekolah, pengawas, widyaiswara, dosen dan pihak lain yang relevan

dengan PTK. Hasil PTK dapat memperbaiki mutu proses belajar mengajar

( PBM ) di sekolah, siswa dan guru. Melalui PTK guru dapat

mengemabangkan model- model mengajar yang bervariasi, penglolaan

kelas yang dinamis dan kondusif, serta pengggunaan media dan sumber

belajar yang tepat dan memadai. Dengan menerapkan hasil- hasil PTK

secara berkesinambungan di harapkan PBM di sekolah ( kelas ) tidak

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

45

kering dan membosankan serta menyenagkan bagi siswa ( kunandar :

2009).

2.9.2 Jenis-jenis penelitian

Zainal Aqib ( 2007 ), menurut tinjauan nya penelitian dapat dibagi sebagai

berikut :

1. Menurut tujuanya, antara lain :

a. Penelitian eksploratif yaitu yang dilakukan oleh penelitiuntuk

mengetahui sesuatu dengan cara menggali atau mengeksplor;

b. Penelitian deskriptif yaitu dilakukan oleh penelitian untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang fenomena yang diteliti,

misalnya kondisi sesuatu atau krjadian atau factor-faktor terjadinya

sesuatu;

c. Penelitian eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui akibat dari adanya perlakuan yang dengan se3ngaja

dikenakan pada subyek;

d. Penelitian evaluasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui keterlaksanaan suatu kebijakan. Jika ada hambatan,

dapat diketahui apa hambatan tersebut kemudian dapat menentukan

cara-cara dalam rangka mengatasi hambata tersebut

2. Menurut model penelitiannya, dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

46

a. Penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

mengambarkan data dalam bentuk angka-angka yang sifatnya

kuantitatif, sehingga dapat digunakan untuk meramalkan kondisi

yang lebih luas yaitu populasi, dan masa yang akan datang;

b. Penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan secara cermat,

mendalam dan rinci sehingga dapat mengumpulkan data yang

lengkap dan menghasilkan informasi yang menunjukkan kualitas

tertentu.

3. Menurut keberadaan atau tersedianya data, dapat dibedakan menjadi :

a. Penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan untuk

memunculkan perlakuan atau treatment, jadi data dalam penelitian

eksperimen belum tersedia sebelum perlakuan dilkukan.

b. Penelitian non eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap

data yang sudah ada atau tersedia tanpa ditimbulkan oleh adanya

perlakuan atau treatment.

2.9.3 Karakteristik PTK

Kunandar (2009), PTK memiliki beberapa karakteristik sebagai

berikut :

1. On –the job problem oriented ,masalah yang diteliti adalah masalah riil

atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam

kewenangan atau tanggung jawab peniliti

2. Problem- solving oriented ( berorientasi pada peecahan masalah)

3. Improvement-oriented ( beroriantasi pada peningkatan mutu)

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

47

4. Cyclic ( siklus ), konsep tindakan ( action ) dalam PTK di terapkan

melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang(cyclical ).

Siklus PTK terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan tindakan,

melakukan tindakan, pemgamatan atau observasi dan analisis atau

refleksi.

5. Action oriented , dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (

treatment ) tertentu untuk memperbaiki PBM dikelas.

6. Pengkajian terhadap dampak tindakan.

7. Specifics contextual, aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan yang di

hadapi guru dalam PBM di kelas.

8. Partisipatory ( collaborative ), PTK dilaksanakan secara kolaboratif

dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. Dalam

pelaksanan tindakan didalam kelas, maka kerjasama (kolaborasi) antara

guru dengan peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui

kerjasama, guru dan peneliti secara bersama menggali dan mengkaji

permasalahan nyata yang dihadapi guru dan peserta didik. Dalam PTK,

kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing

mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan

saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerjasama (kolaborasi)

sangat menentukan keberhasilan PTK, terutama dalam mendiagnosis

masalah, melaksakan penelitian (melaksanakan tindakan, observasi,

evaluasi dan refleksi), menganalisis data, menetukan hasil, dan

menyusun laporan akhir. Pada penelitian ini yang menjadi kolaborator

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

48

adalah bapak Arif Kriswahyudi, s.pd selaku pengampu mata pelajaran

Pendidikan Kerwarganegaraan.

9. Peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi

10. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus

dimana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan ( planning ),

tindakan (action ), pengamatan ( observation ), dan refleksi ( reflection

), dan selanjutnya di ulang kembali dalam benerapa siklus.

2.9.4 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Kemmis dan Mc Taggart (Kunandar : 2009 ), penelitian

tindaklan kelas dilakukan melalaui proses yang dinamis dan

komplementari yang terdiri dari empat “ momentum “ esensial yaitu :

1. Penyusunan Rencana

Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara

kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi.

2. Tindakan

Tindakan yang dimaksud disni adalah tindakan yang dilakukan secara

sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan

bijaksana.

3. Obsevasi

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan

terkait.

4. Refleksi

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

49

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis

seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha

memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam

tindakan strategis.

Dari ke empat tahap diatas bahwa dalam penelitian tindakan kelas

(PTK ) terdiri dari beberapa tahapan yakni pertama perencanaan, dalam

petrencanaan ini hendaknya di susun berdasarkan hasil pengamatan awal

yang reflektif. Kedua yakni tindakan, di dalam tindakan peneliti biasanya

mengumpulkan bukti tentang tindakan mereka agar dapat menilainya

dengan sepenuh hati, untuk mempersiapkan evaluasi sebelum bertindak

mereka memikirkan jenis bukti yang akan di perlukan untuk mengevaluasi

tindakanya yang kritis. Hal yang dilakukan adalah tindakan yang telah di

rencanakan. Ketiga adalah observasi, observasi dalam PTK adalah

kegiatan pengumpulan data yang berupa proses perubahan kinerja PBM.

Ke empat adalah refleksi, di dalam refleksi dilakukan penyimpulan apakah

masalah itu selesai teratasi atau tidak. Jika teratasi, berapa persen yang

teratasi dan berapa persen yang belum. Jika ada yang belum teratasi,

apakah perlu di lanjutkan ke siklus berikutnya atau tidak. Jadi dalam

refleksi akan di tentukan apakah penelitian itu berhenti disitu atau

diteruskan.

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

50

2.10 Tujuan dan manfaat penelitian

Menurut Suhardjono (2007), secara rinci mengemukakan tujuan

penelitian tindakan kelas sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu isi, masukan proses, serta hasil pendidikan dan

pembelajaran di sekolah

2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainya mengatasi masalah

pembelajaran dan pendidikan di dalam kelas

3. Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan

4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah

sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu

pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan ( sustainable )

Menurut Mohammad Asrori ( 2007 ), menyebutkan manfaat dari

penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :

1. Membantu guru memperbaiki kualitas pembelajaranya

2. Menigkatkan profesionalisme guru

3. Menigkatkan rasa percaya diri guru

4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

ketrampilan.

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

51

2.11 kerangka pikir

Tindakan perbaikan

Saat guru Pkn mengajar dengan metode ceramah kebanyakan siswa

tidak aktif mengikuti PBM yang sedang berlangsung karena siswa merasa

jenuh, sehingga saat tes nilai siswa kebanyakan tidak tuntas rata-rata hasil

belajarsekitar 52,94 siswa belum bisa mencapai KKM yang telah

ditentukan yaitu 70.

Sehubungan kondisi tersebut guru mencoba melakukan tindakan

perbaikan melalui PTK yaitu menerapkan metode diskusi panel dalam

pembelajaran. Melalui penerapan metode ini aktiviats siswa di harapkan

dapat meningkat sampai 80% dan rata-rata hasil belajar mencapai 80.

Kegiatan pembelajaran

dengan mengggunakan

metode ceramah

Siswa pasif dan hasil belajar

rendah

Tindakan perbaikan

Menggunakan Diskusi Panel

Siswa aktif dan hasil belajar

meningkat

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/477/3/T1_172007006_BAB II.… · Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2.Norma, hukum

52

2.12 Hipotesis

Bedasarkan uraian dan kajian teori di atas, maka yang menjadi

hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Penerapan metode Diskusi Panel dapat meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

siswa kelas XI Bahasa semester 1 Tahun ajaran 2010- 2011 SMA N 1

PABELAN.