bab ii kajian pustaka 2.1. pendidikan...
TRANSCRIPT
8
. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pendidikan Kewarganergaraan
2.1.1. Pengertian PKn
Mata pelajaran PKn beserta pengembangannya, saat ini
dikemas dalam KTSP 2006. Mata pelajaran PKn yang ada dalam KTSP 2006
pada saat ini juga sedang diproses dan ditata ulang terkait dengan fungsinya
bagi pembangunan karakter bangsa dimana secara substansial dirancang untuk
kepentingan nasional agar dapat diwujudkan sebagai praksis pendidikan yang
konsisten dan koheren dengan komitmen kebangsaan Indonesia pada tingkat
satuan pendidikan (Balitbang, 2010: 27). Mata pelajaran PKn di masing –
masing tingkat satuan pendidikan ditata ulang berdasarkan strand/penekanan
pembahasannya. Jenjang satuan pendidikan SD/MI menekankan pada aspek
etika, SMP/MTs menekankan pada aspek moral, SMA/MA/SMK menekankan
pada aspek civics ( Balitbang, 2010 ).
Hal ini juga senada dengan pasal 37 UU Sisdiknas No 20
Tahun 2003 yang menyatakan kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat beberapa isi pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran PKn
yang dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan tentang maksud PKn yaitu
digunakan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Selain itu PKn juga
7
9
bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara
yang cerdas dan baik (to be smart and good citizen). Warga negara yang
dimaksud adalah warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),
ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat
dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air
(Balitbang, 2010 ).
Dari berbagai pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa PKn adalah nama mata pelajaran yang ada dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) 2006 dimana di dalamnya mencakup aspek
pengetahuan kewarganegaraan, aspek ketrampilan kewarganegaraan, dan
watak atau karakter kewarganegaraan, serta dapat digunakan untuk
membentuk peserta didik/siswa menjadi warga negara yang baik.
2.1.2 Visi dan Misi PKn
Mata pelajaran PKn memiliki visi dan misi yang hendak dicapai.
Visi mata pelajaran PKn adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang
berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character
building) dan pemberdayaan warga negara (BSNP, 2006).
Adapun misi mata pelajaran ini adalah membentuk warga
negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak
dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai
dengan Undang – Undang Dasar 1945 (BSNP, 2006).
8
9
9
2.1.3 Tujuan PKn
Mata pelajaran PKn juga memiliki tujuan yang mana dipaparkan
Depdiknas ( Sulasmono : 2008 ), yaitu mengembangkan kompetensi
sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggap isu
kewarganegaraan;
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara tegas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta anti-korupsi;
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter – karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa – bangsa lainnya;
4. Berinteraksi dengan bangsa – bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
2.1.4 Kompetensi PKn
PKn juga memiliki berbagai aspek yang menjadi
kompetensinya. Aspek kompetensi dalam PKn meliputi aspek kompetensi
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), aspek kompetensi
ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), dan aspek kompetensi
watak/karakter kewarganegaraan (civic dispositions) yang mana
kesemuanya saling berkaitan.
10
Aspek kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge) menyangkut kemampuan akademik keilmuan yang
dikembangkan dari berbagai teori dan konsep politik, hukum dan moral;
aspek kompetensi ketrampilan kewarganegaraan (civic skills) meliputi
ketrampilan intelektual (intellectual skills) dan ketrampilan berpartisipasi
(participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; serta
aspek kompetensi watak/karakter kewarganegaraan (civic dispositions)
dimana sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan
esensial dalam mata pelajaran PKn (BSNP: 2006).
Dengan adanya aspek kompetensi tersebut, maka mata pelajaran
PKn tidak hanya berpusat pada pengembangan aspek pengetahuan semata,
namun juga mengembangkan aspek ketrampilan dan watak/karakter.
Berawal dari pengembangan pengetahuan, berlanjut ke terciptanya
ketrampilan intelektual dan partisipatif dengan pengetahuan yang dimiliki
kemudian barulah tercipta watak dan karakter. Kompetensi itu dapat
dikemas melalui aktivitas belajar siswa yang mana dirinya sebagai pusat
dalam pelaksanaannya. Karena siswa sebagai pusat dalam aktivitas belajar,
maka dirinya harus diberi hak dan kebebasan serta tanggungjawab untuk
memperoleh pengetahuan juga membentuk watak sesuai dengan tujuan
pembelajarannya.
11
2.1.5 Ruang Lingkup PKn
Selain aspek kompetensi yang perlu dikembangkan, maka perlu
juga diketahui ruang lingkup atau isi mata pelajaran PKn yaitu yang
mencakup dimensi politik, hukum, dan moral. Ruang lingkup mata
pelajaran PKn meliputi aspek – aspek sebagai berikut:
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah
Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi
dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan –
peraturan daerah, Norma – norma dalam kehidupan bangsa dan negara,
Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan
Internasional.
3. Hak asasi manusia, meliputi; Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat,Instrumen nasional dan internasional HAM,
Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warganegara.
12
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan
sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar dan ideologi
negara. Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan
nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari, Pancasila sebagai
ideologi terbuka.
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional
dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
Setiap ruang lingkup mata pelajaran PKn memunculkan
beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan dimensinya
masing - masing, namun sesuai dengan semester 1/gasal bagi kelas XI yang
berlangsung di tingkat SMA/MAN dapat terpapar demikian:
No. Dimensi Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Kekuasaan
dan politik
1. Menganalisis budaya
politik di Indonesia
1.1.mendiskripsikan
pengertian budaya politik
2.2.menganalisis tipe-tipe
budaya pilitik yang
berkembang dalam masyarakat indonesia
3.3.mendeskripsikan
13
pentingnya sosialisasi
pengembangan budaya
politik
4.4.menampilkan peran serta
budaya politik partisipan
2. Kekuasaan
dan politik
2. menganalisis budaya
demokrasi menuju
masyarakat madani
2.1.mendiskripsikan
pengertian dan prinsip-
prinsip budaya demokrasi
2.2.Mengidentifikasi ciri –
ciri masyarakat madani
2.3.menganalisis pelaksanaan
demokrasi di Indonesia sejak
oerde lama, oerde baru dan
reformasi
2.4.menampilkan perilaku
budaya demokrasi dalam
kehidupan sehari - hari
3. Kekuasaan
dan politik
3. Menampilkan sikap
keterbukaan dan
keadilan dalam
kehidupan berbangsa
dan bernegara
3.1.mendeskripsikan
pengertian dan pentingnya
keterbukaan dan keadilan
dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara
3.2.menganalisis dampak
penyelengaraan
pemerintahan yang tidak
transparan
3.3.menunjukan sikap
keterbukaan dan keadilan
dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara
(BNSP :2010)
Dari ruang lingkup, dimensi, standar kompetensi, serta
kompetensi dasar yang terpapar di atas ada salah satunya yang dipilih
dalam konteks penelitian ini yaitu ruang lingkup kekuasaan dan politik
yang dijabarkan pada standar kompetensi 2. Menganalisis Budaya
demokrasi menuju Masyarakat Madani 2.2.mengidentifikasi ciri- ciri
masyarakat Madani
14
2.1.6 Rambu- Rambu PKn
Mata pelajaran PKn memiliki rambu – rambu dalam
penyusunannya. Rambu – rambu penyusunannya berpatokan pada
Undang–Undang Pendidikan yang diterapkan di masing – masing satuan
pendidikan, yaitu mengacu pada Undang – Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang sisdiknas, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
tentang standar isi, Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang standar
kompetensi lulusan, Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang
pelaksanaan standar isi dan standar kompetensi lulusan, serta panduan
penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP (2006).
Oleh karena itu, dalam menyusun perencanaan pembelajaran
mata pelajaran PKn harus berpedoman pada hal tersebut di atas serta
disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2.2. Hasil Belajar
2.2.1. Belajar
Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
15
Belajar menurut Arif S. Sadiman dkk ( 2006 ), adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang berlangsung seumur
hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.
Menurut Suryabrata ( 1998) mengemukakan bahwa belajar itu
membawa perubahan, perubahan itu membawa kecakapan baru, dan
perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha.
Jadi, belajar adalah suatu perubahan tingkah laku secara
keseluruhan dan perubahan itu membawa kecakapan baru yang
berlangsung sejak dia masih bayi hinnga ke liang lahat nanti, perubahan
tersebut terjadi karena adanya usaha sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkunganya.
2.2.2. Ciri – ciri Belajar
Dalam Baharudin dan Wahyuni ( 2007 ), ada beberapa ciri- ciri
belajar yakni :
a. Belajar di tandai dengan adanya perubahan tingkah laku ( change
behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari
tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu
menjadi tahu, jadi tidak terampil menjadi terampil menjadi terampil.
Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat
mengetahui ada tidaknya hasil belajar;
b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan
tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap
16
atau tidak tetap atau berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku
tersebut tidak akan terpencang seumur hidup;
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat
proses belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat
potensial;
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk
mengubah tingkah laku.
2.2.3. Prinsip – prinsip belajar
Soekamto dan Winataputra ( Baharudin dan Wahyuni : 2007 ),
di dalam melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu
memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut :
a. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang
lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif;
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampouannya;
c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan
langsung pada setiap langkah yang di lakukan selama proses belajar;
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang di lukukan siswa
akan membuat proses belajar lebih berarti;
e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabial ia di beri tanggung
jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
17
2.2.4. Hasil belajar
Menurut Nana Sudjana ( 2005) hasil belajar adalah kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil
belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses
penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru
tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya
melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat
menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk
keseluruhan kelas maupun individu.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.
Dari sisi siswa , hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental
yang lebih baik bila di bandingkan pada saat sebelum mengajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan
saat terselesikannya bahan pelajaran.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (Ahmad Rohan : 2004)
hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara
lain :
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian.
18
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi
dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Berikut adalah tabel penilaian hasil belajar tiap mapel yang
dicapai dalam tiga ranah antara lain kognitif, afektif dan
psikomotor menurut PP No 19 tahun 2005.
Tabel 1. Penilaian hasil belajar
( PP 19 tahun 2005 , pasal 64 )
No Kel. Mapel kognitif afektif psikomotor
1 Agama & ahklak mulia V V
2 Pendidikan kewarganegaraan &
kepribadian
V V
3 Ilmu pengetahuan & tehnologi Sesuai karakteristik kompetensi yang
di nilai
4 Estetika V V
5 Jasmani, olahraga,& kesehatan V V V
Diklat/Bimtek KTSP 2009,Depdiknas
Dalam mata pelajaran PKn tipe hasil belajar kognitif dan
psikomotor lebih dominan namun hasil belajar afektif juga harus menjadi
bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran Pkn.
19
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan
oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami
belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Menurut Howard Kingsley ( dalam Nana Sudjana : 2005 ), hasil
belajar dibagi menjadi 3 macam yaitu :
a. Ketrampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian
c. Sikap dan cita-cita, yang masing- masing golongan dapat diisi dengan
bahan kurikulum disekolah.
Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil
perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus
pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa
tersebut. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa
hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang
telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu
lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar
turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai
hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta
menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
20
2.3. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM )
Menurut Depdiknas ( dalam Ade Sanjaya : 2011), pengertian
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah salah satu prinsip penilaian
pada kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria,
yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta
didik. kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai
ketuntasan.
Lebih lanjut dikatakan bahwa kriteria ketuntasan minimal menjadi
acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh
karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah
berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan
sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik
dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan
dalam laporan hasil belajar (LBH) sebagai acuan dalam menyikapi hasil
belajar peserta didik.
2.3.1 Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )
Menurut Depdiknas ( dalam Ade Sanjaya : 2011 ), dinyatakan
fungsi dari Kriteria ketuntasan minimal adalah :
a. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik
sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi
dasar dapat diketahui ketercapainnya berdasarkan KKM yang
diterapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap
21
pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan
remedial atau layanan pengayaan.
b. Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti
penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator
ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik.
Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti
penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak
biasa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum
tuntas dan perlu diperbaikan.
c. Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan
evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan disekolah. Evaluasi
keterlaksanaan dari hasil program kurikulum dapat dilihat dari
keberhasilan pencapaian KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk
mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang
mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran
maupun pemenuhan sarana prasarana belajar di sekolah.
d. Merupakan kontrak pendagogik antara pendidik dengan peserta didik
dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan
pencpaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama
antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan dan orang
tua. Pendidikan melakukan upaya pencapaian KKM dengan
memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik
melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan
22
pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesains
pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan
dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran.
Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan
pembeljaaran dan penilaian di sekolah.
e. Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian konpetensi
setiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal
mungkin untuk melampui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan
pencapaian KKM merupakan salah satu tolak ukur kinerja satuan
pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan
pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara
bertanggug jawab dapat menjadi tolak ukur kualitas mutu pendidikan
bagi masyarakat.
2.3.2 Prinsip penetapan KKM
Menurut Depdiknas ( dalam Ade Sanjaya : 2011), ada beberapa
kriteria yang perlu di pertimbangkan dalam penetapan KKM, yakni:
a. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang
dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode
kualitatif dapat dilakukan melalui profesinal judgement oleh pendidik
dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman
pendidik mengajarkan mata pelajaran di sekolah. Sedangkan metode
23
kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai
dengan penetapan criteria yang ditentukan.
b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis
ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan
memperhatikan kompleksitas, daya dukung dan intake peseta didik
untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi.
c. Kriteria ketuntasan minimal setiap kompetensi dasar (KD) merupakan
rata-rata dari indikator yang terdapat dalam kompetensi dasar tersebut.
Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD
tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar
minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD
tersebut.
d. Kriteria ketuntasan minimal setiap standar kompetensi (SK) merupakan
rata-rata KKM kompetensi dasar (KD) yang terdapat dalam SK
tersebut.
e. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari
semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun
pembelajaran dan dicantumkan dalam laporan hasil belajar (LBH atau
rapor).
f. Indikator merupakan acuan/tujuan bagi pendidik untuk membuat soal-
soal ulangan, baik ulangan harian (UH), ulangan tengah semester (UTS)
maupun ulangan akhir semester (UAS). Soal ulangan maupun tugas-
tugas harus mampu mencerminkan atau menampilkan pencapaian
24
indikator yang diujikan. Dengan demikian pendidik tidak perlu
melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan karena semunya memiliki
hasil yang setara.
g. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya
perbedaan nilai ketuntasan minimal
2.3.3 Langkah – langkah penetapan KKM
Depdiknas ( dalam Ade Sanjaya : 2011), menyatakan bahwa
penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran.
adapun langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:
a. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya
dukung dan Intake peserta didik dengan skema sebagai berikut:
Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata
pelajaran.
KKM
INDIKATOR KKM KD
KKM MP KKM SK
25
b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran
disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam
melakkan penilaian.
c. KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua dan dinas pendidikan.
d. KKM dicantumkan dalam LBH pada saat hasil penilaian dilaporkan
kepada orang tua atau wali peserta didik.
2.3.4 Penentuan KKM
Menurut Depdiknas ( dalam Ade Sanjaya : 2011), hal-hal yang
harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah:
1. Tingkat kompleksitas, kesulitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan
standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.
2. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran pada masing-masing sekolah.
3. Tingkat kemampuan (Intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang
bersangkutan.
2.4 Aktivitas Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , aktif adalah giat (
bekerja, berusaha ), sedangkan keaktifan adalah suatu keadaan atau hal
dimana siswa dapat aktif.
26
Menurut Rahardja ( 2002 ) aktivitas adalah kegiatan jasmani dan
rohani manusia yang difungsikan dalam mengerjakan sesuatu untuk
mencapai tujuan tertentu.
Menurut Anton M. Mulyono dalam http://id.shvoong.com/social-
sciences/1961162-aktifitas-belajar/#ixzz1JCD2hGK2, Aktivitas artinya
“kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan
suatu aktifitas.
Aktiviatas adalah kegiatan manusia secara jasmani dan rohani,
yang fisik maupun non fisik yang di fungsikan dalam mengerjakan sesuatu
untuk mencapai tujuan. Pada penelitian ini yang di maksud keaktifan
adalah keaktifan belajar siswa.
Paul B. Diedrich dalam Triyani (2009) membagi kegiatan aktivitas
belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu:
1. Visual activities
misalnya dengan membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi suatu
percobaan;
2. Orall activities
Misalnya bertanya, berpendapat, menyatakan, berdiskusi dan
sebagainya;
3. Listening activities
Misalnya mendengarkan uraian, pidato, percakapan dan sebagainya;
4. Writing activities
27
Misalnya menulis laporan, menyalin bahan dan sebagainya;
5. Drawing activities
Misalnya menggambar, membuat grafik/peta;
6. Motor activities
Misalnya membuat konstruksi, mereparasi, melakukan percobaan,
bermain;
7. Mental activities
Misalnya menanggapi, mengingat, menganalisa, memutuskan;
8. Emotional activities
Misalnya menaruh minat, gembira, berani, gugup dan sebagainya.
Dari beberapa jenis aktivitas yang terpapar di atas, maka dalam
kaitannya dengan penelitian ini aktivitas siswa yang dimaksud adalah orall
activities (bertanya, berpendapat, menyatakan, berdiskusi dan sebagainya)
dalam diskusi kelompok maupun diskusi klasikal melalui penerapan
metode diskusi panel dalam pembelajaran PKn. Selain itu di dalamnya ada
visual activities (membaca materi pembelajaran), writting activities
(membuat media presentasi), listening activities (ketika diskusi/mendengar
kelompok yang sedang presentasi), mental activities (menanggapi
presentasi kelompok lain), emotional activities (antusiasme siswa dalam
diskusi kelompok).
Klasifikasi aktivitas belajar dari Diedrich di atas menunjukan
bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi,
aktivitas disini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapat
28
secara langsung di amati tetapi juga meliputi aktivitas rohani. Keadaan
dimana siswa melaksanakan aktivitas belajar inilah yang di sebut
keaktivan belajar. Menurut Moh Uzer Usman ( dalam Triyani : 2009 ),
mengajar adalah membimbing kegiatan siswa sehingga ia mau belajar.
Untuk itu keaktifan siswa sangat di perlukan dalam kegiatan belajar
mengajar. Hal ini disebabkan karena siswa sebagai subjek didik itu sendiri
yang melaksanakan belajar, sehingga siswalah yang seharusnya lebih
banyak aktif, bukan gurunya.
Perbedaan antara belajar aktif dan pasif menurut Bobby De Potter
dan Mike Hernacki seperti dikutip oleh Triyani ( 2009 ) dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. perbedaan belajar aktif dan pasif
Berdasarkan tabel perbedaan tersebut, seorang siswa aktif
dalam belajar jika siswa tersebut dapat belajar dari situasi
apapun, siswa dapat menggunakan apa yang dipelajari sehingga
apa yang dipelajari tidak sia-sia. Selain itu siswa yang aktif
dalam belajar akan melakukan berbagai usaha untuk mencapai
Belajar aktif Belajar pasif
Belajar apa saja dari setiap situasi Tidak melihat adanya potensi belajar
Menggunakan apa saja yang dipelajari untuk mendapatkan manfaat atau
keuntungan
Mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman
belajar
Mengupayakan agar segalanya terlaksana Membiarka segalanya terjadi
bersandar dari kehidupan Menarik diri dari kehidupan
29
tujuannya.Siswa yang aktif tidak akan menarik diri dari
kehidupan karena dari kehidupan tersebut siswa dapat belajar banyak
hal.
2.5 Pembelajaran aktif
2.5.1 Pengertian
Dalam Saptono ( 2010), Active Learning atau pembelajaran aktif,
adalah sebuah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang bertumpu
pada upaya mengaktifkan siswa dalam belajar. Pendekatan semacam ini
tidak terbatasi oleh pembelajaran ( klasikal atau kelompok ), hakikat
materi ( fakta, aturan dan urutan kegiatan di satu pihak, atau konsep, pola,
abstraksi di pihak lain ) maupun model pembelajaran ( model
pembelajaran langsung atau pembelajaran tak langsung ). Pada prinsipnya
pendekatan pembelajaran aktif dapat diterapkan kedalm berbagai variasi di
atas.
Siberman ( 2004 ), menyatakan bahwa pembelajaran aktif adalah
pembelajaran yang menyebabkan murid- murid menggunakan otak
mereka, mempelajari ide-ide/gagasan-gagasan, memecahkan masalah, dan
menerapkan apa yang mereka pelajari.
Chickering dan Gamson ( dalam Saptono : 2010 ), menyatakan
bahwa dalam pembelajaran aktif murid-murid melakukan lebih hanya
mendengar, namun mereka harus membaca, menulis, didkusi, atau terlibat
di dalam memecahkan masalah.
30
Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menyebabkan murid-
murid melakukan lebih hanya mendengar, namun mereka harus membaca,
menulis, diskusi, para murid menggunakan otak mereka dalam
mempelajari ide-ide atau gagasan-gagasan, memecahkan masalah, dan
menerapkan apa yang mereka pelajari.
Lorenzen dalam ( Saptono : 2010 ) menyebut pembelajaran aktif
sebagai metode mendidik siswa yang mengizinkan mereka berpartisipasi
dalam kelas. Metode ini mengeluarkan siswa dari peran sebagai pendengar
dan pembuat catatan yang pasif, dan membolehkan siswa menentukan arah
dan inisiatif selama pembelajaran.
Menurut Bonwell dan Eison dalam ( Saptono : 2010 ) peran siswa
dalam pembelajaran aktif adalah tidak sekedar mendengarkan. Mereka
harus membaca, menulis, mendiskusikan, atau terlibat dalam tugas- tugas
berpikir tinggkat tinggi seperti menganalisa, mensintesa dan mengevaluasi.
Strategi – strategi yang meningkatkan pembelajaran aktif dapat di pahami
sebagai kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan
melakukan sesuatu dan memikirkan apa yang mereka perbuat.
Pembelajan aktif adalah metode yang mengeluarkan siswa dari
peran pendengar dan catatan pasif ke siswa yang aktif berpartisipasi,
menentukan arah dan inisiatif dalam pembelajaran. Tidak hanya
mendengarkan tetapi juga mereka harus membaca, menulis,
mendiskusikan, atau terlibat dalam tugas- tugas berpikir tinggkat tinggi
seperti menganalisa, mensintesa dan mengevaluasi. Pembelajaran aktif
31
dapat di pahami sebagai kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam kegiatan melakukan sesuatu dan memikirkan apa yang mereka
perbuat.
2.5.2 Karakteristik pembelajaran aktif
Menurut Bonwell (1995) dalam
izaskia.files.wordpress.com/2010/03/makalah-active-learning,
pembelajaran aktif mempunyai karakteristik- karakteristik sebagai berikut:
a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi
oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran
analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas
b. siswa tidak hanya mendengarkan pembelajaran secara pasif tetapi
mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran
c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan
dengan materi pelajaran
d. siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan
melakukan evaluasi,
e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses
pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama,
interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan
positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari
hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam
32
belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk
setiap mahasiswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga,
proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan
tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills. Salah
satu metode yang sesuai dengan pembelajaran aktif adalah metode diskusi
yang akan dibahas dalam uraian berikut ini.
2.6 Metode Diskusi
2.6.1 Pengertian metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran
dimana guru memberikan kesempatan pada siswa di dalam kelompok (+/-
3-7 orang) untuk mengadakan perbincangan secara ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau mencari berbagai
alternatif pemecahan terhadap suatu masalah. Metode diskusi juga dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan dimana sejumlah orang membicarakan
secara bersama – sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik/masalah
berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk itu, Gilstrap dan
Martin (dalam Rahardja, 2002 ).
Jadi, dapat dikatakan bahwa metode diskusi adalah suatu cara yang
dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran dimana sejumlah siswa
secara bersama – sama atau dalam kelompok bertukar pikiran untuk
membicarakan bahan pelajaran sesuai dengan topik yang ada.
33
2.6.2 Jenis- jenis metode diskusi
Rahardja (2002), Metode diskusi juga memiliki beberapa jenis
yaitu diskusi kelas dan diskusi kelompok. Beberapa macam jenis diskusi
kelas yaitu:
1. Whole Group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi, duduk setengah melingkar
dengan di pimpin oleh guru.
2. Brain Storming Group
Setiap siswa di beri kesempatan secara bebas untuk menyumbangkan
ide- ide yang di rasa tepat terhadap persoalan yang di lontarkan guru
atau untuk memberi masukan- masukan, sehingga terbina rasa percaya
diri dan menghormati pendapat teman lain.
3. Kolokium
Guru menyajikan pokok pelajaran tertentu dapat mengundang satu
atau lebih nara sumber, duduk di depan kelas, yang secara langsung
siswa dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan- pertanyaan. Jadi ,
di sini siswa akan memperoleh pengalaman tentang seuatu hal dari
tangan pertama.
Sedangkan macam- macam diskusi kelompok yaitu :
1. Buzz Group
Kelas di bagi menjadi beberapa kelompok keci l ( 3- 7 ) dan
pelaksanaannya diskusi bisa di tengah pelajaran, di ahkir pelajaran
34
dengan maksud untuk memperjelas / menjamkan bahan ajar yang di
sajikan guru.
2. Syndicate Group
Kelas di bagi kelompok kecil ( 3- 5 ) orang , yang tiap kelompok di
tugasi membahas sub- sub topik ( aspek tertentu ) yang berbeda dari
topik yang sama. Pada ahkirnya di adakan diskusi kelas, agar setiap
kelompok melaporkan hasilnya di forum kelas untuk di tarik
kesimpulan dari satu topik itu .
3. Symposium
Beberapa siswa ( kelompok ) membahas tentang berbagai aspek dari
satu pokok tertentu dan membacakan di muka kelas secara singkat (
10- 15 ) kemudian disanggah oleh kelompok penyanggah dan juga
dari siswa- siswa yang lain. Hasilnya biasa di rumuskan oleh tim
perumus.
4. Informal Debate
Kelas di bagi dua kelompok yang sama besar, sama pandainya untuk
memberdebatkan problem tertentu.
5. Fish Bowl
Sekelompok siswa sebagai inti, duduk secara melingkar
mendiskusikan suatu pokok tertentu, dan siswa- siswa lain melingkari
kelompok inti itu untuk mendengarkan, dan bila ingin mengemukakan
pendapat maka ia duduk pada kursi yang di sediakan oleh kelompok
inti tersebut.
35
6. Panel
Di bawakan oleh 3-6 siswa yang di anggap ahli yang di pimpin oleh
seorang moderator membahas mengenai masalah tertentu yang telah
di persiapkan, biasanya untuk membahas masalah- masalah yang
kontrovesial.
Ada beberapa jenis metode diskusi yang dapat digunakan dalam
pembelajaran, salah satunya dalam konteks penelitian ini adalah metode
diskusi kelompok jenis Panel yang akan di bahas sebagai berikut.
2.7 Metode diskusi kelompok jenis panel
2.7.1 Pengertian Diskusi Panel
Diskusi panel merupakan salah satu bentuk diskusi yang sudah
direncanakan tentang suatu topik didepan para pendengar. Diskusi panel
dibawakan oleh 3 - 6 orang yang dianggap ahli yang dipimpin oleh
seorang moderator. Diskusi panel juga merupakan forum pertukaran
pikiran yang dilakukan oleh sekelompok orang dihadapan sekelompok
siswa mengenai suatu masalah tertentu yang telah dipersiapkannya.
Biasanya untuk membahas masalah-masalah yang kontroversial (
Roestiyah, N.K : 1989)
2.7.2 Tujuan diskusi panel
Menurut Roestiyah, N.K (1989 ), tujuan dari diskusi panel yaitu:
a. Memberikan rangsangan cara berfikir secara masal dengan memberikan
berbagai perspektif dari berbagai sudut pandang
36
b. Di harapkan siswa dapat berfikir secara luas dan mampu meninjau
setiap persoalan dari berbagai segi, agar pendapatnya tidak sempit
2.7.3 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan diskusi panel
Menurt Roestiyah, N.K ( 1989 ) hal- hal yang perlu diperhatikan
waktu melaksanakan diskusi panel :
a. Dalam diskusi panel, para penelis di pimpin oleh seorang moderator,
sedang diskusi itu didengar oleh orang banyak jadi ada dua (2)
kelompok:
1. Kelompok ahli / panelis
2. Kelompok pendengar
b. Masalah yang ditentukan untuk diskusi harus actual dan relevan
c. Moderator bertugas memperkenalkan kepada para pendengar setiap
peserta panel, dan mengemukakan persoalan yang akan di bahas, serta
nanti dapat menyimpulkan hasil pembicaraan, tidak perlu mencapai
keputusan atau kesatuan pendapat
2.7.4 Langkah-langkah melaksanakan diskusi panel
Dalam Depdiknas (2008), Agar penggunaan diskusi panel berhasil
dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi
diantaranya :
37
1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat
umum maupun tujuan khusus
2. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai yaitu menggunakan diskusi panel
3. Menetapkan masalah yang akan dibahas
4. Mempersiapakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tehnis
pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala
fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, penyaji atau
panelis dan notulen.
b. Pelaksanaan diskusi panel
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi
adalah :
1. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi
kelancaran diskusi
2. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya
menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi
sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan yaitu dengan
menggunakan diskusi panel
3. Membagi siswa kedalam kelompok untuk melakukan diskusi
kelompok
4. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah
ditetapkan.
38
5. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi
untuk mengeluarkan pendapat, gagasan dan ide-idenya
6. Mengedalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang di
bahas. Hal ini sangat penting, sebaba tanpa pengendalian biasanya
arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
c. Menutup diskusi
Ahkir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi
hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai
dengan hasil diskusi
2. Me-review jalanya diskusi dengan meminta pendapat dari
seluruh pserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
2.7.5 Tugas para pelaku dalam diskusi panel
Dalam http://my.opera.com/sebayu/blog/diskusi-panel, tugas-
tugas para pelaku dalam diskusi panel dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Tugas peserta
1. Mengikuti jalannya diskusi dari awal hingga ahkir dan terbagi
menjadi tim affirmatif dan opsisi yang termasuk panelis
2. Mengajukan usul, pendapat atau komentar
3. Meminta panelis untuk memberikan pembuktian, contoh maupun
perbandingan
b. Tugas Notula / penulis
39
7. menulis jumlah peserta dan segala kegiatan dalam diskusi
8. di perbolehkan untuk menyanggah
9. di perpolehkan untuk menyetujui dan tidak menyetujui
10. membuat makalh tentang permasalahan yang di diskusikan
c. Tugas penyaji / panelis
1. menyajikan materi diskusi
2. berperan sebagai pembicara dalam diskusi
3. mengutarakan makalah yang di sampaikan
4. menjawab pertanyaan dari peserta dan penyanggah
d . Tugas moderator
1. membuka diskusi
2. membacakan riwayat kehidupan panelis
3. mempersilahkan panelis untuk bicara
4. mengatur dan memimpin jalanya diskusi
5. membacakan kesimpulan diskusi
e. Tugas dari penyanggah
a. Menyanggah usulan dari tim affirmatif
b. Menyanggah pembicaraan dari panelis
c. Meneliti kata-kata dalam makalah
d. Menyanggah hal- hal yang di anggap penting
2.8 Kelemahan dan kelebihan diskusi panel
40
Menurut Roestyah N.K ( 1989 ), dalam diskusi panel ini terdapat
kelemahan dan kelebihan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
2.8.1 Kelemahan diskusi panel
1. Diskusi panel menjadi tidak menarik apabila semua peserta waswas
untuk menyampaikan pandangan secara terus terang dan semua peserta
merasa sungkan untuk berbeda pandangan.
2. Suasana dalam diskusi panel akan menjadi pincang atau tidak seimbang
apabila ada peserta yang jauh lebih tangkas dalam menyampaikan
daripada yang lainnya.
3. Ada kalanya moderator terpaksa harus berusaha membuat
kesimpulannya sendiri dan menyampaikannya dalam diskusi itu.
4. Harus memilih moderator yang berani dan mampu turun tangan untuk
menyelamatkan diskusi agar jangan sampai pincang atau berat sebelah.
5. Ada kemungkinan terjadinya “pencemaran nama baik” dalam diskusi
panel.
6. Memungkinkan panelis berbicara terlalu banyak.
7. Tidak memberi kesempatan peserta untuk berbicara.
2.8.2 Kelebihan diskusi panel
Adapun kelebihan dari Diskusi Panel yaitu :
1. Memberikan kesempatan kepada pendengar untuk mengikuti berbagai
pandangan sekaligus.
41
2. Biasanya dalam diskusi panel timbul pro dan kontra pandangan,
semakin sengit pro dan kontra, maka diskusi akan semakin menarik
untuk diikuti.
3. Dalam diskusi panel, kelompok yang melakukan diskusi akan berhati-
hati dalam mengajukan pandangan atau mengemukakan pendapat,
karena menyadari akan dapat langsung digugat atau dibantah.
4. Peserta yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang lebih
dalam hal yang didiskusikan dapat menyampaikan pandangan.
5. Membangkitkan pikiran
2.8.3 Cara mengatasi kelemahan diskusi panel
Adapun cara untuk mengatasi kelemahan dari diskusi panel, yaitu :
1. Para Peserta harus memiliki pengetahuan luas dan punya keberanian
untuk menyampaikan pendapat.
2. Perlu adanya persiapan yang cukup masak.
3. Memilih moderator yang cakap, yang dapat menguasai segala aspek
dan persoalan yang dibicarakan.
2.9 Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )
2.9.1 Pengertian
Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian
tindakan ( action research ), dan penelitian tindakan ini bagian dari
penelitian pada umumnya. Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan
42
yang di lakukan menurut metode ilmiah dan atau teknologi baru,
membuktikan kebenaran atau ketidak benaran hipotesis sehingga dapat di
rumuskan terori dan atau gejala social. Penelitian juga bisa diartikan
kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan metodelogi
tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat untuk
selanjutnya data tersebut dianalisis untuk di cari kesimpulanya. Kunandar (
2009 )
Menurut kurt Lewin ( Kunandar : 2009 ), penelitian tindakan
adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap
yaitu,perencanaan, tindakan,pengamatan, dan refleksi.
Ebbut ( Kunandar : 2009 ), penelitian tindakan adalah kajian
sistematik dari upaya perbaikan pelakasanaan praktik pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan- tindakan dalam
pembelajaran, berdasarkan reflaksi mereka mengenai hasil dari tindakan-
tindakan tersebut.
Penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan
pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan
tindakan – tindakan dengan rangkaian langkah yang terdiri atas empat
tahap yaitu, perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi.
Kunandar ( 2009 ), dalam penelitian tindakan kelas ada tiga unsur- unsur
yaitu:
43
1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui
metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data- data dan dianalisis
untuk menyelesaikan suatu masalah
2. Tindakan adalah aktifitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses belajar
mengajar
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Menurut David Hopkins ( dalam Kunandar : 2009 ) PTK adalah:
“a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (
in- cluding educational ) situation in order to improve the rationality and
justice of : ( a) their own social or educatial practices; (b) their
understanding of these practices; and (c) the situations in which practices
are carried out.”
Dari definisi diatas, dalam konteks pendidikan , PTK mengandung
pengertian bahwa PTK adalah sebuah kegiatan bentuk refleksi diri yang
dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan
untuk memperbaiki rasionalitas dan keaddilan tentang : (a) praktik- praktik
kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik- praktik
tersebut, dan (c) situasi di mana praktik- praktik tersebut di laksanakan.
Sedangkan menurut Rapoport ( dalam Kunandar : 2009 ) PTK
adalah penelitian untuk membatu seseorang dalam mengatasi secara
praktis persoalan yang di hadapi dalam situasi darurat dan membatu
44
pencapaian tujuan ilmu social dengan kerja sama dalam kerangka etika
yang disepakati bersama.
Penelitian tindakan kelas ( PTK ) adalah penelitian tindaklan yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.
Penelitian tindakan kelas ( PTK ) termasuk penelitian kualitatif meskipun
data yang di kumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, diamana uarainya
bersifat deskriptif dalam bentuk kata- kata, peeliti merupakan instrument
utama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk.
perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsunnya
suatu tindakan Rochiati ( dalam Kunandar : 2009 ).
Penelitian tindakan kelas harus dilakukan dikelas yang sehari- hari
di ajar, bukan kelas yang di ajar oleh guru lain meskipun masih dalam satu
sekolah. Hal ini desebabakan PTK adalah suatu penelitian yang berbasis
kepada kelas. Penelitian dapat dilakukan secra mandiri, tetapi alangkah
baiknya kalau dilaksanakan secara kolaboratif, baik dengan teman sejawat,
kepala sekolah, pengawas, widyaiswara, dosen dan pihak lain yang relevan
dengan PTK. Hasil PTK dapat memperbaiki mutu proses belajar mengajar
( PBM ) di sekolah, siswa dan guru. Melalui PTK guru dapat
mengemabangkan model- model mengajar yang bervariasi, penglolaan
kelas yang dinamis dan kondusif, serta pengggunaan media dan sumber
belajar yang tepat dan memadai. Dengan menerapkan hasil- hasil PTK
secara berkesinambungan di harapkan PBM di sekolah ( kelas ) tidak
45
kering dan membosankan serta menyenagkan bagi siswa ( kunandar :
2009).
2.9.2 Jenis-jenis penelitian
Zainal Aqib ( 2007 ), menurut tinjauan nya penelitian dapat dibagi sebagai
berikut :
1. Menurut tujuanya, antara lain :
a. Penelitian eksploratif yaitu yang dilakukan oleh penelitiuntuk
mengetahui sesuatu dengan cara menggali atau mengeksplor;
b. Penelitian deskriptif yaitu dilakukan oleh penelitian untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang fenomena yang diteliti,
misalnya kondisi sesuatu atau krjadian atau factor-faktor terjadinya
sesuatu;
c. Penelitian eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui akibat dari adanya perlakuan yang dengan se3ngaja
dikenakan pada subyek;
d. Penelitian evaluasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui keterlaksanaan suatu kebijakan. Jika ada hambatan,
dapat diketahui apa hambatan tersebut kemudian dapat menentukan
cara-cara dalam rangka mengatasi hambata tersebut
2. Menurut model penelitiannya, dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
46
a. Penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
mengambarkan data dalam bentuk angka-angka yang sifatnya
kuantitatif, sehingga dapat digunakan untuk meramalkan kondisi
yang lebih luas yaitu populasi, dan masa yang akan datang;
b. Penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan secara cermat,
mendalam dan rinci sehingga dapat mengumpulkan data yang
lengkap dan menghasilkan informasi yang menunjukkan kualitas
tertentu.
3. Menurut keberadaan atau tersedianya data, dapat dibedakan menjadi :
a. Penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan untuk
memunculkan perlakuan atau treatment, jadi data dalam penelitian
eksperimen belum tersedia sebelum perlakuan dilkukan.
b. Penelitian non eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap
data yang sudah ada atau tersedia tanpa ditimbulkan oleh adanya
perlakuan atau treatment.
2.9.3 Karakteristik PTK
Kunandar (2009), PTK memiliki beberapa karakteristik sebagai
berikut :
1. On –the job problem oriented ,masalah yang diteliti adalah masalah riil
atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam
kewenangan atau tanggung jawab peniliti
2. Problem- solving oriented ( berorientasi pada peecahan masalah)
3. Improvement-oriented ( beroriantasi pada peningkatan mutu)
47
4. Cyclic ( siklus ), konsep tindakan ( action ) dalam PTK di terapkan
melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang(cyclical ).
Siklus PTK terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan tindakan,
melakukan tindakan, pemgamatan atau observasi dan analisis atau
refleksi.
5. Action oriented , dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (
treatment ) tertentu untuk memperbaiki PBM dikelas.
6. Pengkajian terhadap dampak tindakan.
7. Specifics contextual, aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan yang di
hadapi guru dalam PBM di kelas.
8. Partisipatory ( collaborative ), PTK dilaksanakan secara kolaboratif
dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. Dalam
pelaksanan tindakan didalam kelas, maka kerjasama (kolaborasi) antara
guru dengan peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui
kerjasama, guru dan peneliti secara bersama menggali dan mengkaji
permasalahan nyata yang dihadapi guru dan peserta didik. Dalam PTK,
kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing
mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan
saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerjasama (kolaborasi)
sangat menentukan keberhasilan PTK, terutama dalam mendiagnosis
masalah, melaksakan penelitian (melaksanakan tindakan, observasi,
evaluasi dan refleksi), menganalisis data, menetukan hasil, dan
menyusun laporan akhir. Pada penelitian ini yang menjadi kolaborator
48
adalah bapak Arif Kriswahyudi, s.pd selaku pengampu mata pelajaran
Pendidikan Kerwarganegaraan.
9. Peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi
10. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus
dimana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan ( planning ),
tindakan (action ), pengamatan ( observation ), dan refleksi ( reflection
), dan selanjutnya di ulang kembali dalam benerapa siklus.
2.9.4 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (Kunandar : 2009 ), penelitian
tindaklan kelas dilakukan melalaui proses yang dinamis dan
komplementari yang terdiri dari empat “ momentum “ esensial yaitu :
1. Penyusunan Rencana
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara
kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi.
2. Tindakan
Tindakan yang dimaksud disni adalah tindakan yang dilakukan secara
sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan
bijaksana.
3. Obsevasi
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan
terkait.
4. Refleksi
49
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis
seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha
memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam
tindakan strategis.
Dari ke empat tahap diatas bahwa dalam penelitian tindakan kelas
(PTK ) terdiri dari beberapa tahapan yakni pertama perencanaan, dalam
petrencanaan ini hendaknya di susun berdasarkan hasil pengamatan awal
yang reflektif. Kedua yakni tindakan, di dalam tindakan peneliti biasanya
mengumpulkan bukti tentang tindakan mereka agar dapat menilainya
dengan sepenuh hati, untuk mempersiapkan evaluasi sebelum bertindak
mereka memikirkan jenis bukti yang akan di perlukan untuk mengevaluasi
tindakanya yang kritis. Hal yang dilakukan adalah tindakan yang telah di
rencanakan. Ketiga adalah observasi, observasi dalam PTK adalah
kegiatan pengumpulan data yang berupa proses perubahan kinerja PBM.
Ke empat adalah refleksi, di dalam refleksi dilakukan penyimpulan apakah
masalah itu selesai teratasi atau tidak. Jika teratasi, berapa persen yang
teratasi dan berapa persen yang belum. Jika ada yang belum teratasi,
apakah perlu di lanjutkan ke siklus berikutnya atau tidak. Jadi dalam
refleksi akan di tentukan apakah penelitian itu berhenti disitu atau
diteruskan.
50
2.10 Tujuan dan manfaat penelitian
Menurut Suhardjono (2007), secara rinci mengemukakan tujuan
penelitian tindakan kelas sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu isi, masukan proses, serta hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainya mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam kelas
3. Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan
4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah
sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan ( sustainable )
Menurut Mohammad Asrori ( 2007 ), menyebutkan manfaat dari
penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :
1. Membantu guru memperbaiki kualitas pembelajaranya
2. Menigkatkan profesionalisme guru
3. Menigkatkan rasa percaya diri guru
4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan.
51
2.11 kerangka pikir
Tindakan perbaikan
Saat guru Pkn mengajar dengan metode ceramah kebanyakan siswa
tidak aktif mengikuti PBM yang sedang berlangsung karena siswa merasa
jenuh, sehingga saat tes nilai siswa kebanyakan tidak tuntas rata-rata hasil
belajarsekitar 52,94 siswa belum bisa mencapai KKM yang telah
ditentukan yaitu 70.
Sehubungan kondisi tersebut guru mencoba melakukan tindakan
perbaikan melalui PTK yaitu menerapkan metode diskusi panel dalam
pembelajaran. Melalui penerapan metode ini aktiviats siswa di harapkan
dapat meningkat sampai 80% dan rata-rata hasil belajar mencapai 80.
Kegiatan pembelajaran
dengan mengggunakan
metode ceramah
Siswa pasif dan hasil belajar
rendah
Tindakan perbaikan
Menggunakan Diskusi Panel
Siswa aktif dan hasil belajar
meningkat
52
2.12 Hipotesis
Bedasarkan uraian dan kajian teori di atas, maka yang menjadi
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Penerapan metode Diskusi Panel dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
siswa kelas XI Bahasa semester 1 Tahun ajaran 2010- 2011 SMA N 1
PABELAN.