bab ii kajian pustaka 2.1 lele...

11
2.1 Lele Sangkurian Lele merupakan secara komersial oleh m memiliki kulit tubuh y arborescent (alat perna bertahan hidup dilumpu Siripnya terdiri dari lim dubur, dan sirip ekor (G dengan runcing, dan di Patil pada lele Sangk dibandingkan dengan jen Klasifikasi Lele Phyllum : Chordat Subphyllum : Vertebra Klas : Pisces Sub-klas : Teleoste Ordo : Ostariop Sub-ordo : Siluroid Familia : Clariida Genus : Clarias Spesies : Clarias Gamb 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA ng salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibu masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa yang licin, berlendir, tidak bersisik, dan mem apasan tambahan). Alat ini akan membantu ur atau di air yang hanya mengandung sedik ma jenis, yaitu sirip dada, sirip punggung sirip p Gambar 1). Sirip dadanya berbentuk bulat agak m ilengkapi dengan sepasang duri yang biasa dis kuriang tidak begitu kuat dan tidak begitu nis lele lainnya (Sunarma, 2004). menurut Sunarma (2004) adalah: ta ata ei physi dea ae sp. bar 1. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) Sumber : Dokumen Pribadi udidayakan a, Ikan lele miliki organ lele dapat kit oksigen. perut, sirip memanjang sebut patil. u beracun

Upload: dinhanh

Post on 09-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2.1 Lele Sangkuriang

Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan

secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa,

memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik,

arborescent (alat pernapasan tambahan). Alat ini akan membantu lele dapat

bertahan hidup dilumpur atau di air yang hanya mengandung sedikit oksigen.

Siripnya terdiri dari lima jenis, yaitu sirip dada, sirip punggung sirip perut, sirip

dubur, dan sirip ekor (Gambar 1)

dengan runcing, dan dilengkapi dengan sepasang duri yang biasa disebut patil.

Patil pada lele Sangkuriang tidak begitu kuat dan tidak begitu beracun

dibandingkan dengan jenis lel

Klasifikasi Lele menurut Sunarma (2004) adalah:

Phyllum : ChordataSubphyllum : VertebrataKlas : PiscesSub-klas : TeleosteiOrdo : OstariophysiSub-ordo : SiluroideaFamilia : ClariidaeGenus : ClariasSpesies : Clarias

Gambar 1.

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Lele Sangkuriang

Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan

secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa,

memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik, dan memiliki organ

(alat pernapasan tambahan). Alat ini akan membantu lele dapat

bertahan hidup dilumpur atau di air yang hanya mengandung sedikit oksigen.

Siripnya terdiri dari lima jenis, yaitu sirip dada, sirip punggung sirip perut, sirip

(Gambar 1). Sirip dadanya berbentuk bulat agak memanjang

dengan runcing, dan dilengkapi dengan sepasang duri yang biasa disebut patil.

Patil pada lele Sangkuriang tidak begitu kuat dan tidak begitu beracun

dibandingkan dengan jenis lele lainnya (Sunarma, 2004).

Klasifikasi Lele menurut Sunarma (2004) adalah:

: Chordata: Vertebrata

: Teleostei: Ostariophysi: Siluroidea: Clariidae

arias sp.

Gambar 1. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)Sumber : Dokumen Pribadi

Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan

secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa, Ikan lele

dan memiliki organ

(alat pernapasan tambahan). Alat ini akan membantu lele dapat

bertahan hidup dilumpur atau di air yang hanya mengandung sedikit oksigen.

Siripnya terdiri dari lima jenis, yaitu sirip dada, sirip punggung sirip perut, sirip

. Sirip dadanya berbentuk bulat agak memanjang

dengan runcing, dan dilengkapi dengan sepasang duri yang biasa disebut patil.

Patil pada lele Sangkuriang tidak begitu kuat dan tidak begitu beracun

7

7

Lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang

balik (back cross) antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan

generasi keenam (F6), kemudian menghasilkan jantan dan betina F2-6. Jantan F2-6

selanjutnya dikawinkan dengan betina generasi kedua (F2) sehingga menghasilkan

Lele Sangkuriang. Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi yang berasal dari

keturunan kedua Lele Dumbo yang diintroduksi dari Afrika ke Indonesia tahun

1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai

Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi (Khairuman dan Amri,

2008).

Ikan lele pada umumnya adalah ikan yang hidup diperairan umum dan

merupakan ikan yang bernilai ekonomis serta disukai oleh masyarakat. Ikan Lele

bersifat nocturnal, yaitu aktif mencari makanan pada malam hari. Ikan lele

memliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki

kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan

kandungan gizinya cukup tinggi (Suyanto, 2007).

Habitat ikan lele adalah semua perairan tawar, disungai yang airnya tidak

terlalu deras, atau diperairan tenang seperti danau, waduk, telaga, rawa, serta

genangan-genangan kecil seperti kolam (Suyanto, 2007). Lele termasuk dalam

golongan omnivor, tetapi memiliki kecenderungan lebih menyukai hewan

(cenderung karnivora). Ikan ini termasuk jenis yang cenderung berperilaku

sebagai predator atau suka memangsa, terutama terhadap ikan yang lebih kecil.

Secara fisik antara ikan Lele Dumbo dan Sangkuriang tidak berbeda,

namun dari segi makan ikan lele Sangkuriang lebih rakus dan pertumbuhannya

juga lebih cepat jika dibandingkan dengan Lele Dumbo dengan perawatan yang

sama (BBPBAT, 2005). Berikut adalah data mengenai ikan lele Sangkuriang dan

lele dumbo (Tabel 1).

8

8

Tabel 1. Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang dengan Ikan Lele Dumbo

pada umur 5-26 hari

Parameter Lele Sangkuriang Lele DumboKematangan gonad pertama (bulan) 8-9 4-5Fekunditas (butir) 40.000-60.000 20.000-30.000Derajat penetasan telur (%) >90 >80Konversi pakan pada pembesaran 0,8-1 >1Sumber : BBPBAT (2005)

Sumber air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan lele Sangkuriang

dapat berasal dari aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam),

ataupun air hujan yang dikondisikan terlebih dahulu. Berikut adalah data

mengenai kualitas air optimal untuk ikan lele pada beberapa penelitian (Tabel 2).

Tabel 2. Kualitas Air Optimal untuk Pertumbuhan Lele pada Beberapa

Penelitian

Parameter Nilai Satuan Sumber Suhu 22-23 oC BBPBAT (2005)Oksigen terlarut >0,3

>0,1Mg/LMg/L

Rahman et al (1992)BBPBAT (2005)

pH 6,5-8,56-9

Boyd (1990)Wedmeyer (2001)

Amonia (NH3) 0,05-0,2<0,1

Mg/LMg/L

Wedmeyer (2001)Rahman et al (1992)

Alkalinitas 50-5005-100

Mg/L CaCO3

Mg/L CaCO3

Wedmeyer (2001)Boyd (1990)

Sumber : Widiyantara 2009

Selain kualitas air, pakan juga merupakan faktor eksternal yang

mendukung pertumbuhan ikan lele. Menurut Halver dan Hardy (2002), ikan

Channel catfish tumbuh maksimal pada pemberian pakan dengan kadar protein

24%-26% protein pakan dengan cara memberi pakan sebanyak pakan yang harus

diberikan. Jika pemberian pakan lebih sedikit, maka diperlukan pakan dengan

kadar protein yang lebih tinggi. Berikut adalah daftar kebutuhan nutrisi ikan lele

untuk pertumbuhan (Tabel 3).

9

9

Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi Ikan Lele untuk Tumbuh Optimal dari

Beberapa Penelitian

Parameter Nilai Sumber KeteranganProtein 25%-55% Webster dan Lim (2002) Umur 2-3 mingguLemak 3%-6% Webster dan Lim (2002)Karbohidrat 10%-20% Mokoginta (2000)Sumber : Halver dan Hardy (2002)

2.2 Limbah Ikan Tongkol dan Tepung Ikan

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan

tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai

ekonomis. Upaya pemerintah untuk mengatasi limbah masih sulit dicapai.

Penerapan program zero waste memberikan harapan cerah, namun hingga kini

masih perlu kerja keras untuk mencapai kondisi tersebut. Limbah yang

dihasilkan dari kegiatan perikanan masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20-30 persen.

Alam memiliki kemampuan untuk mengatasi limbah. Berbagai siklus yang

terdapat di alam mampu mengatasi limbah. Meningkatnya konsentrasi limbah

yang terlalu cepat akan menyebabkan siklus yang ada tidak mampu bekerja secara

baik. Pada konsentrasi tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif

terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan

penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh

limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Limbah ikan tongkol hasil pemindangan yang terdapat di Pasar Caringin

Bandung perhari dapat mencapai 20 kg (komunikasi pribadi), jika tidak

dimanfaatkan limbah ini maka akan menumpuk yang akan mengakibatkan

masalah lingkungan, maka dari itu perlu adanya penanganan limbah dengan cara

memanfaatkannya sebagai tepung ikan yang di formulasikan pada pakan. Limbah

hasil pemindangan ikan tongkol diantaranya daging sisa pemotongan, jeroan,

tulang kepala, tulang badan, dan sirip. Hasil analisis limbah ikan tongkol

menunjukkan bahwa kandungan nutrisi limbah tongkol memiliki kandungan yang

baik untuk formulasi pakan.

10

10

Tepung ikan adalah salah satu bahan campuran makanan dan merupakan

sumber protein dalam pakan buatan yang dapat digunakan secara efisien dan

merupakan bahan utama untuk pakan ikan. Selain mempunyai kualitas dan

kandungan protein yang tinggi, tepung ikan juga mengandung vitamin B

kompleks seperti B12, Riboflavin, niacin, asam pantoneat, choline dan juga

mengandung mineral seperti kalsium, fospor, besi, dan tembaga (Djajasewaka,

1985). Perbandingan kandungan nutrisi limbah ikan tongkol dan tepung ikan

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Limbah Ikan Tongkol dan Tepung Ikan

Bahan PakanKandungan Gizi (%)

Air Abu Protein Lemak Serat Kasar

BTN Energi Bruto

Tepung Limbah Ikan Tongkol

21.55 30.37 40.61 12.64 0.23 15.79 2951

Tepung Ikan 5.73 37.36 39.63 10.76 0.87 11.38 2963Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia

Makanan Ternak Fakultas Peternakan Unpad 2013

2.3 Kebutuhan Protein

Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang

merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu

sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,

oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting

dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus (Handajani dan

Widodo, 2010). Fungsi protein adalah sebagai zat pembangun, memperbaiki

kerusakan atau penyusutan jaringan (perbaikan dan pemeliharaan jaringan), dan

membangun jaringan baru (pertumbuhan dan pembentukan protein), protein dapat

dikatabolisasi menjadi sumber energi atau sebagai substrat penyusun jaringan

karbohidrat dan lemak. Selain itu, protein diperlukan dalam tubuh untuk penyusun

hormon, enzim dan substansi biologis penting lainnya seperti antibodi dan

hemoglobin.

Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida,

lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain

11

11

itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam

biokimia. Protein ditemukan oleh Jons Jakob Berzelius pada tahun 1838.

Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus

fungsional karboksil (-COOH) dan amina (-NH2), dalam biokimia seringkali

pengertiannya dipersempit : keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang

sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam

dan gugus amina memberikan sifat basa. Asam amino dalam bentuk larutan

bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa

pada larutan asam. Hal ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion.

Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari

karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai

penyusun protein.

Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat

gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu

gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang

membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya (Gambar 2).

Gambar 2. Struktur asam aminoSumber : www. wikipedia.com

Pakan ikan merupakan nutrient untuk pertumbuhan dan pemeliharaan

tubuh dalam proses kehidupannya, untuk tujuan tersebut banyak faktor yang

mempengaruhinya, misalnya jumlah dan jenis asam amino esensial, kandungan

protein yang dibutuhkan, kandungan energi pakan dan faktor fisiologis ikan. Ikan

harus memperoleh asam-asam amino (baik asam amino esensial maupun asam

amino nonesensial) dari protein makanannya yang secara terus menerus

diperlukan bagi pertumbuhan sel dan pembentukan jaringan tubuhnya. Ikan dapat

tumbuh normal apabila komposisi asam amino dalam ransum (pakan) tidak jauh

berbeda dengan komposisi asam amino dalam tubuhnya.

12

12

Halver (1972) mengemukakan, asam amino yang terdapat dalam jumlah

paling rendah akan bersifat limiting amino acid. Maka dari itu, cara dalam

mengurangi limiting amino acid tersebut, disarankan agar meningkatkan kadar

protein pakan atau menambah asam amino sintetik. Kekurangan asam amino

dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan, oleh karena itu asam amino harus

selalu tersedia dalam pakan. Secara umum ikan memanfaatkan sepuluh asam

amino esensial yang sama untuk pertumbuhan yaitu: arginin, histidin, isouleusin

(mempertahankan keseimbangan dalam tubuh), leusin (menstabilkan dalam

darah), penyembuhan tulang, metionin (pembentuk asam) amino sistein, lisin

(menghambat virus dan mencegah infeksi), fenilalanin (mengontrol seks), treonin,

valin (berfungsi untuk sistem syaraf dan pencernaan) dan triptopan (Khairuman

dan Amri, 2002).

Komposisi asam amino bergantung dari sumber protein yang digunakan

tidak sama semua sumber makanan menghasilkan protein yang mengandung asam

amino esensial secara lengkap (NRC, 1982). Umumnya protein hewani

mempunyai kandungan asam amino yang lebih baik dan lengkap serta mudah

dicerna daripada protein nabati (Halver, 1989), sedangkan Lovell (1988)

menyatakan bahwa penggunaan dua atau lebih sumber protein dalam ransum

akan lebih baik daripada satu sumber. Selain itu, dengan kadar protein tinggi,

asam amino akan terkonsentrasi lebih banyak melebihi dari yang dibutuhkan

untuk sintetis protein (Lovell, 1988). Protein juga dapat dimanfaatkan sebagai

sumber energi jika kebutuhan energi dari lemak dan karbohidrat tidak memenuhi.

Penyusunan formulasi pakan perlu diperhatikan protein sebagai unsur

yang penting, karena diketahui asam amino menentukan proses perumbuhan.

Dengan demikian dapat diramalkan pemberian protein yang sesuai dalam pakan

akan mendorong pertumbuhan yang baik. Mengingat harga protein yang lebih

mahal dari lemak dan karbohidrat maka jumlah protein yang diberikan seoptimal

mungkin dan harus disesuaikan dengan kebutuhan ikan tersebut.

Daya serap ikan terhadap protein bergantung pada sumber protein, ukuran

partikel dan keberadaan nonprotein dalam pakan. Protein dalam pakan dengan

nilai biologis yang tinggi akan mempengaruhi penimbunan protein tubuh lebih

13

13

besar dibandingkan protein yang bernilai biologis rendah. Peningkatan kelebihan

energi dari pakan yang dikonsumsi akan menyebabkan terjadinya penimbunan

lemak tubuh. Atas dasar inilah maka pemberian protein pada pakan ikan harus

efisien protein tinggi. Secara umum pemanfaatan protein oleh ikan akanmenurun

seiring dengan pertambahan ukuran dan umur. Salah satu contoh tingkat

pemanfaatan protein oleh ikan salmon saat baru menetas adalah 45-50%, saat

juvenile 40% dan setelah dewasa sebesar 35% (Halver, 1989).

Beberapa penelitian tentang kebutuhan protein pakan yang optimal telah

dilakukan, channel catfih dan ikan sejenisnya membutuhkan 24-40% protein

(NRC, 1977), sedangkan menurut Cho et al. (1985) kebutuhan protein optimal

Channel catfish dan sejenisnya berkisar antara 22-36%. Menurut NRC (1977),

kebutuhan protein pakan ikan bagi ikan juga bergantung pada suhu media

pemeliharaan Channel catfish yang dipelihara pada media dengan 24,4oC

membutuhkan kadar protein optimal sebesar 35% sedangkan pada suhu 26,7oC

membutuhkan kada ptotien optimal sebesar 36%. Lebih lanjut Garling and Wilson

(1976) dalam NRC (1982) melaporkan bahwa kadar protein optimum untuk

Channel catfish) dan sejenisnya adalah 32-40% dengan energi yang dapat dicerna

(digestible energy) berkisar antara 250 Kkal/100 gram pada rasio energi sampai

350 Kkal/100 gram pakan pada rasio energi protein 8,75 rincian lebih lanjut dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kebutuhan Protein Pakan untuk Pertumbuhan Optimal

(Channel catfish) dan Sejenisnya dalam Berbagai Penelitian.

Kebuutuhan Protein (%) Sumber 32-40 Garling Wilson (1976)35-40 (fry to fingerling)

NRC (1977, NRC 1982)28-32 ( adult and brood fish)25-36 Wilson dan Robin (1982)22-36 Cho et al (1985)40 (fingerilng) Pandian (987)Keterangan: NRC (1982)

14

14

2.4 Sistem Pencernaan Ikan

Kemampuan ikan untuk mencerna pakan buatan sangat tergantung pada

pakan yang diberikan, kondisi lingkungan, dan kandungan enzim yang dimiliki.

Pencernaan merupakan suatu proses hidrolisis bahan pakan menjadi komponen

yang lebih sederhana dan berlangsung secara terus-menerus. Selama proses

pencernaan, karbohidrat akan diubah menjadi asam lemak dan gliserol (Afrianto

dan Liviawaty, 2005).

Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kecepatan proses pencernaan

makanan di dalam tubuh ikan. Kondisi lingkungan menunjang, kemampuan ikan

untuk mencerna pakan berada dalam kondisi optimal.

Sistem pencernaan ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan

dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri atas mulut, kerongkongan,

esofagus, lambung, usus, dan anus sedangkan kelenjar pencernaan terdiri atas hati,

dan kantong empedu. Saluran pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi

sebagai kelenjar pencernaan (Mudjiman, 2001).

Komponen pakan yang sudah dicerna mudah diserap oleh tubuh untuk

diedarkan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Komponen pakan yang

belum sempurna proses perombakannya akan dibuang atau dikeluarkan kembali

oleh tubuh ikan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Banyaknya sari-sari pakan yang

diserap tubuh dapat memacu pertumbuhan ikan tersebut.

2.5 Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel

secara mitosis. Pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran

panjang atau berat dalam suatu waktu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam antara lain keturunan, seks ,

umur, parasit dan penyakit. Sedangkan faktor luar adalah pakan dan suhu perairan

(Effendie, 1997).

Wiadnya et al. (2000) mengatakan kondisi eksternal pakan, yang formulanya

belum mengandung sumber nutrien lengkap bagi ikan akan mempengaruhi

pertumbuhan ikan. Pertumbuhan terjadi karena terdapat kelebihan energi yang

15

15

berasal dari pakan setelah dikurangi dengan energi hasil metabolisme dan energi

yang terkandung dalam feses (Zonneveld et al., 1991).

Pakan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan.

Menurut Mudjiman (2001) pakan yang baik yaitu pakan yang mengandung nutrisi

yang dibutuhkan ikan. Ketersediaan pakan yang cukup dan berkualitas

mendukung keberhasilan budidaya. Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai

dengan kebutuhan ikan. Apabila jumlah pakan terlalu sedikit akan menimbulkan

kompetisi dalam mendapatkan pakan. Tetapi apabila jumlah pakan terlau banyak,

pakan menjadi tidak efisien dan terdapat sisa pakan yang dapat menyebabkan

terganggunya kualitas air (Effendie, 1997).

2.6 Rasio Konversi Pemberian Pakan

Pertumbuhan ditentukan dengan besarnya energi dalam pakan yang dapat

diserap oleh tubuh. Kemampuan ikan dalam memanfaatkan energi dalam pakan

berbeda, tergantung pada jenis, umur, dan ukuran beratnya. Ikan kecil

memerlukan energi lebih tinggi dibandingkan ikan dewasa (Djajasewaka, 1985).

Rasio konversi pemberian pakan yaitu perbandingan antara berat pakan

yang diberikan dengan bobot tubuh yang dihasilkan. Rasio konversi pemberian

pakan berhubungan dengan kualitas pakan. Semakin rendah nilai konversi pakan

menunjukkan pertumbuhan semakin meningkat (Djarijah, 1995).

2.7 Kualitas Air

Air adalah salah satu elemen yang sangat erat hubungannya dalam

kegiatan akuakultur. Boyd (1982) mendefinisikan kualitas air sebagai kelayakan

suatu perairan untuk menunjang kehidupa dan pertumbuhan organisme akuatik,

yang nilainya dinyatakan dalam kisaran tertentu. Kualitas air yang baik dapat

mempengaruhi komoditas perikanan yang sedang dibudidayakan. Berikut ini

adalah parameter fisika dan kimia air yang berpengaruh terhadap kehidupan dan

pertumbuhan ikan diantaranya suhu, oksigen terlarut (DO), pH dan TAN (total

amonia nitrogen).

16

16

Suhu memiliki peran dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Proses

makanan akan berlangsung dengan baik pada keadaan suhu yang hangat dan

sebaliknya akan terganggu pada suhu rendah (Zoneveld, et al., 1991). Perubahan

suhu dapat berpengaruh terhadap seluruh komponen yang berada didalamnya..

Peningkatan suhu menurut Effendi (2003) dapat menyebabkan terjadinya

dekomposisi bahan organik oleh mikroba.

Oksigen terlarut adalah jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut dalam air.

Kadar oksigen terlarut sangat berhubungan dengan peningkatan suhu. Menurut

Effendi (2003) peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi

oksigen sekitar 10%. Kandungan oksigen terlarut sangat mempengaruhi

kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

organism akuatik tergantung pada spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan,

aktifitas dan suhu air (Boyd, 1982).

Derajat keasaman (pH) merupakan parameter aktivitas ion hidrogen (H) dalam

suatu larutan yang dinyatakan dengan asam atau basa. Keasaman air sangat

berpengaruh dalam kehidupan ikan. Besarnya konsentrasi pH suatu perairan

adalah besarnya konsentrasi ion hidrogen yang terdapat di dalam perairan. Batas

toleransi organisme perairan terhadap derajat keasaman (pH) bervariasi

tergantung pada suhu, kelarutan oksigen dan adanya anion dan kation serta

organisme (Pescod, 1973)

Amonia di perairan ada dua bentuk yaitu berbentuk ion yang bersifat tidak

racun (NH4) dan dalam bentuk racun (NH3) (Zoneveld, et al., 1991). Amonia

bebas tidak dapat terionisasi sedangkan amonium dapat terionisasi. Menurut Boyd

(1982) ammonia dapat dihasilkan dari proses eksresi ikan dan dekomposisi

mikrobial dari komponen, nitrogen ammonia sebaiknya < 1mg/L.