manajemen bimbingan manasik bagi calon jamaah haji...
TRANSCRIPT
“MANAJEMEN BIMBINGAN MANASIK BAGI CALON
JAMAAH HAJI PADA KEMENTRIAN AGAMA KOTA
TANGERANG”
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh
Muhamad Iqbal Nugraha
NIM: 1113053000024
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2017M
i
Muhamad Iqbal Nugraha : 1113053000024
Jurusan : Manajemen Dakwah
Manajemen Bimbingan Manasik Bagi Calon Jamaah Haji Pada Kementrian
Agama Kota Tangerang
ABSTRAK
Dalam hali ini pemerintah merupakan pelaksana dan penanggung jawab atas
penyelenggaraan ibadah haji dan merupakan salah satu tugas dari pemerintah yang di
atur sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008. Kementrian Agama Kota
Tangerang adalah sebuah lembaga Kementrian Agama tingkat daerah Kota, yang
melakukan penyelengaraan Ibadah Haji, salah satunya adalah melaksanakan
penyelenggaraan bimbingan manasik kepada para calon jamaah haji. Hal yang
menarik bagi penulis adalah meneliti Manajemen Bimbingan Manasik Bagi Calon
Jamaah Haji pada Kementrian Agama Kota Tangerang. karena manajemen
bimbingan manasik merupakan hal yang sangat penting dalam segi keilmuan yang
harus dimiliki para calon jamaah haji yang pada akhirnya memeberikan pemahaman
bahwa manajemen bimbingan manasik haji merupakan hal yang dibutuhkan dalam
melaksanakan rangkaian kegiatan ibadah haji dan menjadikan jamaah yang mandiri.
Rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana manajemen bimbingan
manasik bagi calon jamaah haji pada Kementrian Agama Kota Tangerang, penelitian
ini digunakan untuk mengetahui secara umum tentang penyelenggaraan bimbingan
manasik haji yang dilakukan oleh Kementrian Agama Kota Tangerang kepada para
calon jamaah haji, dalam upaya membimbing, membina serta kesiapan dan
kemandirian jamaah haji. perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana
pelaksanaan dan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pada
Kementrian Agama Kota Tangerang.
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian ini Kementrian Agama Kota Tangerang melaksanakan
bimbingan manasik haji yang sesuai dengan peraturan pemerintah dan berjalan cukup
baik, dengan melaksanakan tugasnya sesuai dengan Standar Oprasional Prosedur
yang diterbitkan oleh pemerintah, dan sesuai dengan rencana yang dibuat, baik dari
materi, pembimbing, metode, lokasi dan waktu serta media yang digunakan.
Kementrian Agama Kota Tangerang menggunakan 4 fungsi Manajemen dalam
melaksanakan kegiatan Manajemen dan Bimbingan Manasik bagi Calon Jamaah Haji
yang terdiri dari Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing),
Penggerakan/Pelaksanaan (Actuating), dan Pengawasan (Controling).
Kata Kunci : Manajemen, Bimbingan Manasik.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur Ilahi Rabbi penulis haturkan kepada Allah
SWT atas karunia dan nikmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik yang berjudl
“MANAJEMEN BIMBINGAN MANASIK BAGI CALON JAMAAH HAJI
PADA KEMENTRIAN AGAMA KOTA TANGERANG”. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW beserta kepada para
sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Dengan sadar penulis mengakui bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna.
Namun tidaklah mengurangi manfaat skripsi ini, khususnya bagi penulis pribadi
umumnya bagi para pembaca. Penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung penulisan skripsi ini baik moral maupun materil,
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis yakin tanpa dukungan mereka semua, penulisan skripsi ini tidak
mungkin dapat terselesaikan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Drs. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Suparto , M.Ed.,Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum,
iii
Bapak Dr. H. Sunandar, MA. Selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah, dan Bapak Drs. Sugiharto, MA, selaku sekretaris Jurusan
Manajemen Dakwah, yang telah membantu penulis menyelesaikan studi di
Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah.
3. Kedua orang tuaku yang tercinta dan tersayang. Ayahku H.A Suja’I S.Ag dan
Mamahku Hj. Siti Jaozah yang telah membesarkan, mendidik, mencintai dan
menyayangiku dengan penuh kasih dan sayang yang tulus, mendo’akan
anaknya dengan setulus hati demi masa depan dan cita-cita anaknya serta
yang selalu memberikan bantuan baik secara materil maupun moril sehingga
penulis dapat menyelesaikan Studi Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Sihabuddin Noor , selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membantu memberikan arahan untuk memulai menyusun skripsi kepada
penulis.
5. Ibu Dra. Hj. Mastanah, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dan ikhlas
meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan dan
petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
iv
6. Seluruh Dosen Penguji Munaqosyah, Ketua Sidang Munaqosyah, Sekretaris
yang telah menguji skripsi penulis, memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mempersentasikan hasil skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya jurusan Manajemen
Dakwah konsenterasi Manajemen Haji dan Umrah (MHU) serta tanpa
mengurangi rasa hormat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis, semoga ilmu
yang telah diberikan dapat bermanfaat dan penulis dapat mengamalkan
kembali ilmu yang telah diberikan.
8. Para Pegawai Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah melayani peminjaman buku-buku sebagai bahan referensi dalam
penyusunan skripsi.
9. Pegawai Kementrian Kota Tangerang, Bapak Drs. H Dedi Mahfudin M.Si
selaku Kepala Kementrian Agama yang telah mengizinkan saya untuk
melakukan penelitian di Kantor Kemenag Kota Tangerang, Bapak H. Mudini
S.Sos MM selaku Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Bapak. H.
Ison Basuni S.Pd.I selaku staf pembinaan Haji dan Umroh, dan semua staf
Kementrian Agama Kota Tangerang yang baik dalam memberikan data yang
diperlukan.
v
10. Pegawai KUA Kota Tangerang, Bapak H. Anshari S.Ag selaku Kepala KUA
Kota Tangerang yang telah menizinkan saya untuk melakukan penelitian di
Kantor KUA Kota Tangerang, Bapak. Hudzri S.Sy selaku ketua pelaksana
penyelenggaraan bimbingan manasik haji di KUA dan semua staf KUA Kota
Tangerang yang baik dalam memberikan data yang diperlukan.
11. Untuk teman-teman seperjuanganku MHU-2013 (Rahmadi Suqron Zazilah,
Fahrul Fahroji, Fikri, Desy, Laila, syifa fauziyah) dan semuanya yang tidak
bisa saya sebutkan namanya satu persatu.
Dari kalianlah penulis bisa mendapatkan berbagai ilmu, pengalaman, inspirasi
dan kenangan-kenangan yang tidak bisa dilupakan. Kalianlah yang sudah
memberikan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
Penulis berdoa dan berharap, semoga seluruh pengorbanan yang telah
diberikan kalian semua kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT aamiin Ya Rabbal
Alamin. Penulis juga menyadari bahwa karya ini jauh dari kata sempurna dan
sangat sederhana. Namun penulis berharap sekecil apapun makna dari karya
ini, semoga tetap memberikan manfaat. Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Jakarta, September 2017
Penulis
Muhamad Iqbal Nugraha
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….......... ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………. ix
DAFTARLAMPIRAN……………………………………………………………. . x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………..…. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah………………………….…….. 9
1. Batasan Masalah……………………………………….. 9
2. Rumusan Masalah…………………………………….... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………….. 10
1. Tujuan Penelitian………………………...………......... 10
2. Manfaat Penelitian…………………………………….. 10
D. Metodologi Penelitian………………………………………… 10
E. Tinjauan Pustaka………………………………………………. 13
F. Sistematika Penulisan………………………………………….. 15
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen……………………………………... 17
2. Fungsi Manajemen…………………………………………. 20
3. Unsur-unsur Manajemen…………………………………… 22
B. Bimbingan Manasik Haji
1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji……………………….. 24
2. Fungsi Bimbingan Manasik Haji………………………...…. 27
3. Metode dan Bentuk Bimbingan Manasik Haji……………... 28
4. Tujuan Bimbingan Manasik Haji…………………………... 37
5. Unsur-unsur Bimbingan Manasik Haji…………………….. 38
6. Manfaat Bimbingan Manasik Haji……………………….… 40
BAB III. GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN AGAMA
KOTA TANGERANG
vii
A. Sejarah Singkat Kantor Kemenag Kota Tangerang ………...… 42
B. Visi dan Misi dan Motto Kantor Kemenag Kota Tangerang..... 44
1. Visi Kantor Kemenag Kota Tangerang…....................... 44
2. Misi Kantor Kemenag Kota Tangerang…...................... 44
3. Motto Kantor Kemenag Kota Tangerang……………… 44
C. Struktur dan Mekanisme Tata Kelola Kantor Kemenag Kota
Tangerang……………………………………………………… 45
D. Tugas dan Fungsi Kantor Kemenag Kota Tangerang................. 47
E. Tujuan dan Sasaran…………………………………………..... 49
BAB IV. ANALISIS TENTANG MANAJEMEN BIMBINGAN MANASIK
CALON JAMAAH HAJI PADA KANTOR KEMENTRIAN
AGAMA KOTA TANGERANG
A. Manajemen Bimbingan Manasik Haji di Kementrian Agama Kota
Tangerang……………………………………………………… 51
1. Perencanaan ……………………………………………....... 52
2. Pengorganisasian…………………………………….….….. 55
3. Penggerakan/Pelaksanaan………………………………….. 59
4. Pengawasan………………………………………………... 67
5. Evaluasi…………………………………………….………. 68
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Bimbingan Manasik Calon
Jamaah Haji Pada Kementrian Agama Kota Tangerang
1. Faktor Pendukung…………………………………….….. 72
2. Faktor Penghamabat…………………………………….... 74
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 77
B. Saran-saran……………………………………………………... 79
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR WAWANCARA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Bimbingan Skripsi
2. Surat Izin Penelitian
3. Surat Keterangan Penelitian Skripsi
4. Jadwal Bimbingan Manasik Haji Kementrian Agama Kota Tangerang
5. Jadwal Bimbingan Manasik Haji KUA Kecamatan Kota Tangerang
6. Hasil Penelitian Wawancara
7. Hasil Dokumentasi Fto-foto Calon Jamaah Haji Tahun 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haji merupakan perjalanan transformasi spiritual (a spiritual transformation
journey) yang dengannya banyak sekali hamba-hamba Allah menemukan kembali
hakikat kehadirannya dimuka bumi sebagai khalifatullah. Menyadari kesalahan-
kesalahannya yang lalu dan berkomitmen untuk perbaikan dimasa yang akan datang.1
Pelaksanaan ibadah Haji itu hampir semua umat muslim di seluruh negara
melakukannya dan khususnya Negara Indonesia merupakan termasuk Negara paling
banyak umat muslimnya dan para calon jamaah haji juga terhitung banyak dari tahun
ke tahun. Latar belakang penduduk indonesia dalam segi pendidikan, ekonomi dan
budaya yang beragam, dan masih kurang dalam segi pengetahuan dalam hal
pelaksanaan ibadah haji, akan tetapi peminat untuk melaksanakan ibadah haji sangat
antusias, dan melihat di lapangan masih banyak para jamaah yang belum mampu
memahami tata cara ibadah haji yang baik.
Agar misi utama transformasi spiritual itu tercapai, dibutukan serangkaian
persiapan baik sebelum perjalanan, saat di tanah suci dan setelah kembali ke tanah
1 Muhammad Syafii Antonio, Haji dan Umroh Mabrur Itu Mudah dan Indah (Jakarta : Tazkia
Publishing 2015) hal.3-4
2
air. Kita memerlukan pengetahuan yang cukup tentang hukum, syariat, sunnah-
sunnah dan larangan Haji dan Umroh.
Sebagaimana kita ketahui, ibadah haji yang merupakan rukun islam yang
kelima adalah puncak ibadah yang mengintegritaskan antara ibadah badaniah(fisik),
maliyah (harta) dan ruhaniah. Oleh karena itu, setiap jamaah haji yang mendambakan
kemambruran ibadah hajinya perlu menyadari bahwa kesalehan individual dan
kesalehan sosial harus terlefleksi dalam kehidupan sehari-hari sejak persiapan ibadah
haji dan terlebih dalam rangka memlihara kemambruran haji.2
Pelaksanaan Ibadah Haji perlu bimbingan yang bisa membuat para calon
jamaah memahami tata cara Ibadah yang baik dan benar. Karena hal itu adalah hal
yang pokok dalam melaksanakan ibadah haji, dan melihat di lapangan masih banyak
para calon jamaah masih belum memahami dalam pelaksanaan ibadah haji.
Ada sesuatu yang sering terlupakan orang yaitu prosesi pelaksanaan haji itu
sendiri. Dengan arti, apakah haji itu sudah dilaksanakan sesuai dengan tuntunan
Rasul, apakah pelajaran dan etika yang diajarkan dalam pelaksanaan ibadah haji itu
sudah dilaksanakan dengan baik. Sebuah pelajaran yang akan menjadi bekal untuk
kehidupan selanjutnya.
Dalam hal itu, bimbingan manasik yang baik perlu dilakukan bagi calon
jamaah haji untuk bekal pengetahuan dalam memahami cara-cara pelaksanaan ibadah
haji.Sehingga para jamaah haji bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar sesuai
2 Kementrian Agama RI, Direktorat Jendral Penyelengaraan Haji dan Umroh, Dinamika dan
Persfektif Haji Indonesia (Jakarta, 2010) hal.5
3
dengan rukunnya. Maka dari itu dengan pelaksanaan bimbingan manasik yang baik,
dapat memudahkan para calon jamaah.
Khususnya di negara Indonesia yang notabene sudah lanjut usia, maka perlu
adanya bimbingan manasik yang baik.Guna memberikan bekal berupa pengetahuan
seputar ibadah haji kepada para calon jamaah yang akan melaksanakan ibadah haji
sehingga menggapai haji yang mabrur.
Bimbingan jamaah haji bertujuan memberikan bekal pengetahuan tentang
manasik haji, proses perjalanan haji, akhlakul karimah dan adat istiadat/budaya Arab
Saudi agar jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji dengan tertib, dalam
melaksanakan ibadahnya.
Manajemen Pelaksanaan bimbingan manasik harus benar-benar dilakukan
dengan baik dan benar agar supaya para calon jamaah melaksanakan ibadah haji
sesuai dengan syariat yang telah diajarkan Rasulullah saw. Maka dalam hal tersebut
pembekalan pengetahuan bagi calon jamaah haji sangat di perlukan supaya jamaah
haji lebih siap dari segi fisik, mental dan teratur dalam melaksanakan ibadah haji, dan
Jamaah haji Indonesia sangat beragam, kebanyakan dari mereka masih berpendidikan
rendah dan baru pertama kali menunaikan ibadah haji, semua hal itu bisa membuat
kaget para calon jamaah haji3.
3 Departemen Agama RI, Haji Dari Masa ke Masa (Jakarta : Direktorat jendral
Penyelenggaraan Haji dan Umroh, 2012) h. 255-257
4
Ibadah Haji itu sendiri memerlukan bimbingan dan pembinaan dengan baik
khususnya dalam bimbingan manasik,4karena Ibadah haji merupakan salah satu jenis
ibadah mahdloh yang tata cara pelaksanaannya dianggap paling rumit, tidak
sebagaimana ibadah-ibadah mahdloh lainnya. Oleh karenanya disamping niat yang
tulus kepada Allah swt ibadah haji memerlukan seperangkat ilmu pengetahuan yang
memadai, setidaknya pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan ibadah
haji tersebut.
Manajemen dalam penyelenggaraan ibadah Haji perlu adanya perencanaan,
pengorganisasian, Penggerakan/Pelaksanaan, dan pengawasan yang efektif agar
pelaksanaan bimbingan mansik haji berjalan dengan baik dan dalam rangka mencapai
tujuan ibadah haji yang tertib, lancar aman dan nyaman sejak keberangkatan, dalam
perjalanan, selama di arab Saudi sampai dengan kepulangan mereka kembali di tanah
air.
Berbagai permasalahan dalam dunia perhajian begitu komplek dan luas,
sehingga pemerintah dari waktu ke waktu selalu berupaya meningkatkan kualitas
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan terhadap calon jamaah haji dan jamaah haji.
Untuk itu pada pelaksanaan ibadah haji perlu yang namanya bimbingan dengan
menggunakan metode bimbingan yang efektif, guna meningkatkan motivasi untuk
menggapai kualitas Ibadah Haji pada calon Jamaah.
Terutama di negara Indonesia, Jumlah jamaah Haji Indonesia mencapai 200
ribu lebih tiap tahunnya, dengan berbagai latar ekonomi, pendidikan dan budaya
4Kartono, Ahmad, Manajemen Haji dan Umroh, (Jakarta: FDK PRESS, 2016), h. 1.
5
masing-masing. Oleh karena itu, dengan berbagai cara pemerintah Indonesia dalam
hal ini kementrian agama senantiasa berusaha meningkatkan pelayanan dan
pemenuhan kebutuhan jamaah haji Indonesia dari tahun ke tahun, sekaligus ikut
mendorong partisipasi masyarakat menigkatkan kualitas ibadah hajinya sebagaimana
yang di tentukan dalam syari’at.
Sesuai dengan undang-undang Nomor 13 tahun 2008 tentang
penyelenggaraan ibadah haji, pemerintah merupakan pelaksana dan penanggung
jawab atas penyelenggaraan ibadah haji, untuk hal itu pemerintah secara terus
menerus berupaya melakukan perbaikan penyelegaraan haji, utamanya melalui
pembenahan sistem dalam berbagai aspek, termasuk sistem pelayanan, pembinaan
dan perlindungan.5
Pelaksanaan ibadah Haji salah satu tugas manusia untuk mengelola dan
menata bagaimana ibadah Haji dapat dilakukan dengan baik, sehingga umat islam
yang menunaikan ibadah Haji dapat merasakan kemudahan dan kepuasan dalam
menjalankan ibadah untuk mencapai haji yang mabrur.6 Allah SWT berfirman Dalam
ayat Al-Qur’an surat Ali-Imron : 104, yaitu:
كو عون إل ولت ة يدت ن ننكمت أ يت
ٱلت مرون بتروف ويأ تهعت ن عو ٱل هنكر وينتهوت
ت ولئك هم ٱلوأ
لحون تهفت ١٠٤ ٱل
5Muhamad Ilyas Abdul Ghani, Sejarah Makkah (Medina Munawwara: Al-Rashed Printers,
2003), h. 8. 6Kartono, Ahmad, Manajemen Haji dan Umroh(Jakarta: FDK PRESS, 2016), h. 1.
6
Artinya :Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali-Imron : 104)
Nabi Muhammad SAW bersabda: “yang dimaksud dengan kebajikan ini ialah
mengikuti Al-Qur’an dan sunnahku.” Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih.
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang dari
kalangan umat ini yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut, sekalipun urusan
tersebut memamng diwajibkan pula atas setiap individu dari umat ini.7
Menyinggung Dalam hal pelaksanaan praktik ibadah haji ini memerlukan
suatu cara bimbingan yang baik dan benar agar para calon jamaah dapat melakukan
praktik ibadahnya sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunah. Permasalahan dalam
Manajemen haji mempunyai karakteristik unik karena memadukan kegiatan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan, dimana ketiga kegiatan tersebut terdiri dari
berbagai unsur sebagaimana yang disebutkan di atas, dan dalam proses
peyelenggaraannya melibatkan berbagai instansi dan lembaga di kedua Negara yaitu
Indonesia dan Arab Saudi. Dengan hal itu maka, penanganan ibadah haji harus
dikelola sebaik-baiknya agar pelaksanaannya berjalan dengan lancar dan terarah.
Untuk tercapainya kelancaran dan kemudahan dalam kegiatan praktik ibadah
haji berlangsung, pelaksanaan penyelengaraan haji dilakukan atas prinsip-prinsip
mengedepankan kepentingan jamaah, yaitu memberikan rasa keadilan, dan kepastian,
efisiensi dan efektivitas, transparasi dan akuntabilitas, profesionalitas dan niralaba.
7 http//www.gudangmateri.com/2011/04/tafsir-ali-imron-ayat-104-berdasarkan.html diakses
jam 06:35
7
Prinsip-prinsip tersebut direfleksikan dalam semua kegiatan terkait dengan
penyelengaraan haji, baik dalam bentuk pembinaan, pelayanan maupun
perlindungan.8
Mengenai manajemen pelaksanaan meliputi perencanaan dan kebijakan yang
telah di tetapkan sejak pendaftaran, pembiyaan, penyiapan akomodasi baik
pemondokan maupun katring, penyiapan transportasi haji, pelunasan biaya
penyelenggaraan ibadah haji, pengelompokan, pelaksanaan bimbingan dan manasik.
Kemudian dalam Pelaksanaan Haji dipersiapkan fisik maupun mental yang
baik, tidak hanya memerlukan ilmu manasik haji saja, akan tetapi jamaah perlu
mempersiapkan kesehatan dan pengetahuan tentang perjalanan ibadah haji, baik
dalam perjalanan di pesawat dan perlu mensyiasati ketika di tanah suci makkah.
Maka dari itu pemerintah wajib memberikan bimbingan mengenai hal seperti itu,
demi kelencaran dan kemudahan dalam melaksanakan ibadah haji berlangsung.
Pelaksanaan dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji di tingkat pusat adalah
Menteri Agama RI selaku penanggung jawab secara nasional.Akan tetapi kegiatan
harianya dilaksanakan oleh direktur jendral haji.Dan kemudian pada setiap tahunnya
musim haji dibentuk organisasi panitia pelaksana yang bersifat non permanen. Antara
lain Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) yang ditempatkan disetiap lokasi
penyelenggaraan ibadah haji mulai dari tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota,
embarkasi dan Arab saudi.
8Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Penyelengaraan Ibadah Haji (Jakarta: Direktorat
Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh, 2011), h. 1.
8
Adapun penanggung jawab tingkat propinsi adalah gubernur selaku
kordinator. Kegiatan sehari-harinya dilaksanakan oleh kepala kantor wilayah
Departemen Agama Propinsi selaku staff penyelenggaraan ibadah haji. Sedangkan
penanggung jawab dibidang kabupaten/kota adalah bupati atau walikota selaku
kordinator penyelegaraan ibadah haji. Kegiatan sehari-harinya dilaksanakan oleh
kepala kantor kementrian agama selaku kepala staff penyelegara ibadah haji
kabupaten/kota, dibantu oleh Penyelenggara Bimbingan Urusan Haji (PBUH) pada
Kantor Kementrian Agama Kabupaten/Kota selaku sekertaris Penyelenggara Ibadah
Haji.
Dalam memulai Penyelenggraan Ibadah Haji, yaitu dimulai dari Kemetrian
Agama tingkat kabupaten/kota, karena kemenag kab/kota adalah instansi yang lebih
dekat dengan masyarakat. Dan oleh karena itu, sebagai suatu instansi pemerintah
khususnya kantor kementrian agama Kota tangerang mempunyai tugas pokok untuk
menyelenggarakan ibadah haji.
Salah satu tugas pokok Kantor Kemetrian Agama Kota Tangerang adalah
melaksanakan pembinaan pada calon jamaah dalam bimbingan manasik Haji
berdasarkan amanat yang terkandung dalam UU No 13 Tahun 2008. Untuk
mengetahui bagaimana kualitas Ibadah Haji yang dilakukan dalam setiap pelaksanaan
bimbingan manasik haji, maka pihak penyeleggaraan melakukan perbaikan dalam
pelaksanaan bimbingan manasik, untuk mengetahui apakah bimbingan yang
dilakukan telah berjalan dengan baik. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada
maka penulis akan mengkaji dalam sebuah karya tulis “skripsi” dengan judul
9
:“Manajemen Bimbingan Manasik Bagi Calon Jamaah Haji pada Kementrian
Agama Kota Tangerang.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis membatasi
masalah yang akan dibahas pada Manajemen bimbingan manasik Haji Kantor
Kemetrian Agama Kota Tangerang. Manajemen bimbingan manasik haji bagi calon
jamaah haji, hanya meliputi Bimbingan Manasik Haji.
2. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dalam melakukan penulisan, maka penulis membuat
perumusan masalah agar arah dan tujuan penulisan ini jelas adanya, adapun
perumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana manajemen bimbingan manasik haji Kantor Kemetrian Agama Kota
Tangerang ?
b. Apa Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam manajemen
bimbingan manasik haji bagi calon Jamaah pada Kantor Kemetrian Agama Kota
Tangerang ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
10
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
anatara lain adalah:
a. Untuk mengetahui dan memahami manajemen bimbingan manasik haji Kantor
Kementrian Agama Kota Tangerang.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat calon jamaah dalam
bimbingan manasik haji pada Kantor Kemetrian Agama Kota Tangerang.
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penilitian ini, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat anatara lain :
a. Manfaat akademis adalah dapat memberikan dan memperluas pengetahuan
tentang bagaimana manjemen Haji dan Umroh yang baik dan benar pada
umumnya, dan khususnya dalam seputaran pelaksanaan manajemen bimbingan
manasik haji pada kantor kemetrian Agama kota tangerang pada khususnya.
b. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan kepada
kantor kemetrian agama kota tangerang dalam melakukan bimbingan yang baik,
terhadap calon jamaah haji.
D. Metodelogi Penelitian
1. Metodelogi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kulitatif yaitu dengan
melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriftif, berupa data-data tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Metode penelitian kulitatif
11
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postopositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana penelitian adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sempel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengambilan dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif leih menekankan makna dari pada generalisasi.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah kantor Kementrian Agama Kota Tangerang,
yang merupakan dari sekumpulan orang-orang dari staff dan kasi bidang haji yang
dapat memberikan informasi refresentatif. Dan menjadi objek dari penelitian ini
adalah Penerapan Metode Bimbingan Manasik Haji dalam Meningkatkan Kualitas
Ibadah Haji di Kementrian Agama Kota Tangerang.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis juga menggunakan beberapa teknik untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan penulisan skripsi ini, yaitu
antara lain :
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap gejala-
gejala yang diteliti.Pengamatan mengoptimalkan kemampuan penliti dari segi motif,
12
kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya.9Pengamatan
memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek
penlitian. Pengamatan juga memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan
dan dihayati oleh subjek, sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.
Dan juga memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik
dari pihaknya maupun dari pihak subjek.10
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data atau informasi dengan cara
Tanya jawab sepihak, dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan pada tujuan
penyelidikan. Tujuan wawancara sendiri adalah mengumpulkan data atau informasi
(keadaan, gagasan/pendapat, sika/tanggapan, keterangan dan sebagainya) dari suatu
pihak tertentu.11
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen.Penulis menggunakan data-data dan sumber-sumber yang ada hubungannya
dengan masalah yang dibahas.Data-data ini diperoleh arsip-arsip dan company profil
serta buku-buku yang ada di Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang. Kemudian
9Husein Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial (Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2003), cet ke 4, h. 53. 10
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kulitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2010), h. 175. 11
Arief Subyantoro dan FX Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial (Yogyakarta: CV
Andi Offset, h. 97.
13
data-data tersebut digunakan oleh penulis untuk memaparkan kerangka awal
mengenai objek study yang ditulis.12
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada 15 Mei-Agustus 2017, dan lokasi
penelitian Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang Jl. Ahmad Yani No. 08 Kota
Tangerang.
5. Teknis Analisis Data
Dalam hal ini penulis menggunakan analisis deskriftif yaitu suatu teknik
analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan data yang diperoleh dari
hasil pengamatan kemudian menganalisisnya dengan berpedoman kepada sumber-
sumber yang tertulis. Dan penulis berusaha menggambarkan objek penelitian dengan
apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penulisan skripsi ini, penulis terlebih dahulu membaca
beberapa skripsi sebagai bahan acuan dan perbandingan selanjutnya. Setelah penulis
melakukan kajian kepustakaan, maka akhirnya penulis menemukan beberapa skripsi
yang membahas tentang Ibadah Haji yang memiliki judul hamper sama dengan judul
skripsi yang akan ditulis dalam skripsi ini. Judul-judul skripsi tersebut adalah :
12
Husein Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial, 4th (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2003), h. 73.
14
1. Tirta Wijaya dengan judul. “Manajemen Pembinaan Jamaah Haji pada KBIH
ULUL AL-BAAB TANGERANG”. Skripsi Mahasiswa Jurusan Manajemen
Dakwah. Dalam skripsi ini membahas tentang bagaimana upaya pembinaan
manasik haji pada jamaah haji KBIH ULUL AL-BAAB TANGERANG.
Perbedaan dengan penulisan skripsi ini antara bagaimana memanajemen dalam
upaya memberikan pembinaan terhadap jamaah dalam bimbingan manasik haji
KBIH ULUL AL-BAAB TANGERANG dengan bagaimana memanejemen
bimbingan Manasik haji Kementrian Agama Kota Tangerang upaya
membimbing serta mengawasi bimbingan manasik dari berbagai KUA atas
naungan Kementrian Agama Kota Tangerang.
2. Fahrul Yusuf dengan judul. “Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji Massal
pada Kementrian Agama Kota Jakarta Barat Tahun 2015”. Skripsi mahasiswa
jurusan Manjemen Dakwah. Dalam skripsi ini membahas tentang evaluasi
program bimbingan manasik haji missal di Kantor Kementrian Agama Jakarta
Barat. Perbedaan dengan penulisan skripsi ini antara evaluasi program bimbingan
manasik haji massal pada Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Barat dengan
bagaimana manajemen bimbingan manasik haji Kantor Kementrian Agama Kota
Tangerang dan manajemen bimbingan manasik haji pada Kantor Kemetrian
Agama Kota Tangerang.
3. Yafi’ul Fadilah, “Manjemen SDM pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(KBIH) yayasan pendidikan Islam Al-Azhar”. NIM : 10305022712, jurusan :
Manjemen Dakwah. Skripsi ini berisikan tentang Manjemen SDM pada
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) yaysan pendidikan Islam Al-Azhar.
15
Persamaan : letak persamaan antara skripsi penulis dengan skripsi Yafi’ul
Fadilah sama membahas tentang fungsi manjemen pada lembaga atau KBIH yan
g meliputi : Perencanaan, Penggerakan, Pengorganisasian, dan Pengawasan.
Perbedaan : Adapun letak perbedaannya yaitu dari segi pembahasan, Yafi’ul
Fadilah membahas Manjemen dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) pada
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji sedangkan penulis fokus pada Manejemen
Bimbingan Manasik Haji pada Kementrian Agama Kota Tangerang.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, mak penulis membuat sistematika
penulisan yang terdiri dari lima bab, dengan susunan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metedologi penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas mengenai hal Pengertian manajemen meliputi :
fungsi manajemen, unsur-unsur manajemen,. Bimbingan Manasik Haji yang meliputi
: Pengertian bimbingan, Fungsi Bimbingan manasik haji, Metode bimbingan manasik
Haji, Tujuan bimbingan manasik Haji, Unsur-unsur bimbingan manasik haji, dan
Manfaat Bimbingan Manasik Haji.
16
BAB III : GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA
TANGERANG
Terdiri dari : profil atau gambaran umum kantor kementrian agama kota
tangerang. Yang terdiri dari : sejarah berdirinya, visi dan misi, motto, struktur
organisasi, tujuan dan sasaran, tugas dan fungsi pokok kementrian agama kota
tangerang dalam penyelenggaraan ibadah haji.
BAB IV : ANALISIS PENELITIAN
Terdiri dari ; Manajemen Bimbingan Manasik Haji, faktor pendukung dan
penghambat manajemen bimbingan bagi calon jamaah Haji pada Kantor Kemetrian
Agama Kota Tangerang.
BAB V : PENUTUP
Berisikan kesimpulan, saran-saran dan lampiran yang diperlukan dalam penelitian.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Secara etimologis manajemen dapat dilihat dari beberapa
bahasa, misalnya dari bahasa latin dengan menggunakan kata
“maneggiare”, dalam bahsa Itali menggunakan kata “maneggio” dan
dalam bahasa Inggris menggunakan kata “manage” kemudian
dikembangkan menjadi “management”. Adapun makna dari “manage”
adalah mengurus, mengelola, melaksanakan, mempergunakan, bisa juga
diartikan dengan rumah tangga (house keeping), menunggang kuda (to
train a horse) dan mengatur atau mengawasi (to direct and control).13
Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama,
namun untuk mencapai tujuan secara efektif diperlukan manjemen yang
baik dan benar. Terdapat berbagai pendapat tentang manjemen, walaupun
pada dasarnya mempunyai makna yang kurang lebih sama. Mary Parker
Follet menyatakan bahwa manjemen adalah the art of getting thinghs done
through people, yaitu sebagai suatu seni untuk mendapatkan segala
sesuatu dilakukan melalui orang lain atau manejemen adalah seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Hal ini meminta perhatian
13
H. Mulkanasir, BA, S.Pd.,MM dan Drs. Muhammad Guruh, M.Pd, Ilmu Administrasi
Suatu Pengantar(Jakarta: CV. Grafika Karya Utama, 2012), h. 78
18
pada kenyataan bahwa manajer mencapai tujuan organisasi dengan
mengatur orang lain untuk melakukan pekerjaan yang diperlukan, tanpa
melakukan pekerjaan sendiri.14
Menurut George. R. Terry mendefinisikan manajemen dalam
bukunya Principles of Management yaitu “suatu proses yang membedakan
atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/pelaksanaan dan
pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni demi mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”.15
Sementara itu Stoner J.A., R.E. Freeman dan D.R. Gilbert Jr.,
1995. Memberikan definisi manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.16
Dubrin menyatakan bahwa manjemen mempunyai tiga
pengertian lainnya, yaitu sebgai berikut.
a) Manajemen sebagai displin atau bidang studi
Manajemen merupakan bidang pengetahuan seperti pengetahuan
lainnya yang dapat dipelajari. Kebanyakan eksekutif puncak
menguasai manajemen mempelajari manjemen menghasilkan
retrun on investment yang sangat besar.
14
Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006) h.8-9 15
http://studimanajemen.blogspot.com/2012/08/fungsi-manajemen-menurut-george -
terry.html. diakses jam 09:35 tanggal 08-09-2017 16
Dian Wijayanto, SPi, MM, MSE. Pengantar Manajemen,(Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Utama,2012) h.1
19
b) Manajemen sebagai orang
Manajemen juga mengindikasikan manjer secara kolektif dalam
suatu organisasi, yaitu individu yang menjalankan manajemen.
c) Manajemen sebagai karier
Banyak organisasi yang merekrut lulusan perguruan tinggi dengan
menawarkan peluang karier dalam manjemen. Serangkai pekerjaan
secara progresif mangarahkan pada tangung jawab yang lebih
besar apabila calon menunjukan kompetensi manajerial.17
Atmodiwiro S. mengemukakan manjemen adalah
proses bekerja sama antara individu dan kelompok serta
sumber daya lainya dalam mencapai tujuan organisasi adalah
sebagai aktivitas manajemen. Dengan kata lain, aktivitas
manjerial hanya ditemukan dalam wadah sebuah organisasi
baik organisasi swasta atau pemerintah.18
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah proses pengelolaan sumber daya organisasi dengan
memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien.19
17
Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006) h,10 18
Atmodiwirjo, S. Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2005), cet 1,
h.6 19
Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006) h.8-10
20
2. Fungsi-fungsi Manajemen
Menurut George R. Terry, yang merumuskan fungsi-fungsi dari pada
manjemen yang disingkat menjadi POAC, yakni sebagai berikut.20
a. Planning (perencanaan)
Planning dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan
penemuan secara matang dalam hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang
akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan adalah tentang apa yang akan dicapai, yang kemudian
memberikan pedoman, garis besar apa yang akan dituju. Perencanaan
merupakan suatu perumusan dari persoalan-persoalan tentang apa dan
bagaimana sesuatu pekejaan hendak untuk tindakan-tindakan kemudian.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1) Organisasi sebagai alat dari manajemen
Ialah organisasi sebagai wadah atau tempat manajemen sehingga
memberikan bentuk bagian manajemen yang memungkinkan
manajemen dapat bergerak dan manjemen dapat dikaitkan.
2) Organisasi sebagai fungsi manajemen
Ialah organisasi dalam arti dinamis (bergerak), yaitu organisasi
memberikan kemungkinan tempat manajemen bergerak dalam
20
Maringan Masry Simbolan, Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2004), h.36
21
batasan-batasan tertentu. Dengan kata lain, dinamis berarti, bahwa
organisasi itu bergerak dengan mengadakan pembagian pekerjaan.
Jadi dari definisi diatas menyimpulkan bahwa pengorganisasian adalah
proses yang meliputi bagaimana strategi yang sudah dirumuskan pada
saat tahap perencanaan digambarkan pada sebuah struktur organisasi
yang tangguh, sesuai, dan lingkungannya yang kondusif.
c. Actuating (Penggerakan/Pelaksanaan)
Pengerakan adalah suatu fungsi pembimbing dan pemeberian pimpinan serta
pergerakan orang-orang agar orang-orang atau kelompok orang-orang itu suka
dan mau bekerja.
d. Controlling (Pengendalian/Pengawasan)
Menurut Mc. Farland pengawasan adalah suatu proses dimana
pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan,
kebijakan yang telah ditentukan.21
Melihat kompleksitas masalah yang ada dalam pelaksanaan haji
diperlukan adanya sistem manajemen yang dapat menjalankan fungsi
merencana, mengorganisasi, mengarahkan, mengkordinasi, dan mengawasi
pelaksanaan kegiatan haji, demi terlaksananya pelaksanaan ibadah haji dengan
aman, lancar, tertib, teratur, dan ekonomis. Manajemen haji lebih dititik
beratkan pada sektor jasa pelayanan dengan memberikan kepuasan yang
prima kepada jamaah haji.
21
Abdul Rasyid Shaleh, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2006), h.61
22
Secara garis besar manjemen haji menghadapi enam tugas utama, yaitu:
a. Melakukan hubungan kenegaraan dalam tataran diplomatik dengan tujuan
yaitu Arab Saudi
b. Menyusun rencana dan program untuk mencapai tujuan dan misi
pelaksanaan haji secara keseluruhan
c. Menanggung dampak dan tanggung jawab social dalam keseluruhan aspek
pelaksanaan haji
d. Menyelenggarakan oprasional haji dengan aman, selamat, tertib, teratur,
dan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat
e. Mengakomodasi perbedaan aliran keagamaan (madzhab) yang dianut
masyarakat dan besarnya jumlah jamaah haji dengan porsi yang terbatas
f. Pelestarian nilai-nilai haji dalam kaitannya dengan hubungan social
kemasyarkatan.22
Keenam tugas ini dilakukan secara simultan dalam satu siklus yang
berkelanjutan setiap tahunnya, dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan dan
bertindak manajerial yang seragam, untuk mengupayakan pelayanan yang
optimal.
3. Unsur-unsur Manajemen
Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur terpenting
sehingga berhasil atau gagalnya suatu manajemen tergantung pada
kemampuan manajer untuk mendorong dan menggerakan orang-orang kearah
tujuan yang akan dicapai.
22
Hanan Alatif dan Nizam Ahmad, Manajemen Haji (Jakarta: Nizam Press, 2004), h.18-19
23
Sebagaimana telah disinggung diatas bahwa manjemen selalu
dikaitkan dengan usaha bersama sekelompok manusia dengan menggunakan
unsur-unsur yang diperlukan. Adapun unsur-unsur tersebut terdiri dari 6
(enam) macam : man, money, material, machine, method, market (manusia,
uang, barang, mesin, metode, pasar) yang dirumuskan menjadi 6 M.23
a. Man (manusia), faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur
terpenting sehingga berhasil atau gaglnya suatu manjaemen tergantung
pada kemampuan manajemen seorang manajer untung mendorong
menggerakan orang-orang kearah tujuan yang akan dicapai. Manusia
lah yang menjadi pelaku dalam proses kegiatan tersebut. Posisi
sumberdaya manusia mutlak, tidak akan ada manajemen tanpa adanya
manusia sebab manusia yang merencanakan, malakukan,
menggunakan, dan merasakan hasil dari pada manajemen itu sendiri.24
b. Money (uang), untuk melakukan aktivitas-aktivitas diperlukan uang
seperti, pembelian bahan-bahan mentah, upah gaji pegawai,
pembayaran utang dan sebagainya. Jadi, uang sangat diperlukan dalam
pelaksanaan manajemen guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Material (bahan-bahan) dalam proses pelaksanaan kegiatan manusia
menggunakan material, dalam oprasional guna menghasilkan barang
23
Zaini Muchtaron, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996).
h.42-43 24
Hamzah Yakub, Menuju Keberhasilan Manajemen dan Kepemimpinan, (Bandung:
Diponegoro, 1984), cet. Ke-1, h.31
24
atau jasa untuk dijual, material ini sangat penting karena dunia usaha
tanpa materi tidak mudah mencapai tujuan yang dikehendaki.
d. Machine (mesin) peranan mesin dalam pekerjaan menyingkat waktu
bekerja untuk menghasilkan sesuatu sehingga keuntungan lebih
banyak.
e. Method (cara-cara kerja) yaitu cara melaksanakan sesuatu pekerjaan
dalam rangka mencapai pekerjaan yang ditetapkan, cara kerja yang
tepat amat menentukan kelancaran jalannya roda manjemen.
f. Market (pasar), merupakan tempat yang hendak dimasukan barang
atau jasa perusahaan untuk menghasilkan uang dari penjualan. Pasar
merupakan tempat yang penting yang hendak dimasukan barang atau
jasa perusahaan agar hasil-hasil produksi sampai ketangan
konsumen.25
B. Bimbingan Manasik Haji
1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji
Menurut W.S Winkel, bimbingan berarti pemberian bantuan kepada
sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam
mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Dengan
adanya bantuan ini seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang
dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah
yang akan dihadapinya kelak –ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang
25
M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), cet.
Ke-1 h.15
25
memberikan bantuan menganggap orang lain mampu menuntun dirinya
sendiri meskipun, meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan
dikembangkan melalui bimbingan.26
Menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti petunjuk (penjelasan)
cara mengerjakan dan sebagainya sesuatu pemimpin.27
Dalam Kamus Besar
BahasaIndonesia, manasik haji berarti: (1) Hal-hal yang berhubungan dengan
ibadah haji seperti ihram, thawaf, sa’i, wukuf; (2) Peragaan pelaksanaan
ibadah haji sesuai dengan rukun-rukunnya (biasanya menggunakan ka’bah
tiruan dan sebagainya); sebelum berangkat ke tanah suci, jemaah calon haji
melaksanakan manasik haji di pemondokan.28
Sedangkan menurut H.M Arifin mengemukakan bahwa” bimbingan
yaitu usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami
kesulitan baik lahiriah mapun batiniah yang mencakup kehidupan di masa
kini dan masa yang akan datang, bantuan tersebut berupa pertolongan di
bidang mental spiritual, dengan maksud agar orang yang bersangkutan
mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya
sendiri, melalui dorongan dari kekuatan iman, dan taqwa kepada tuhan
yang Maha Esa”.29
26
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 8-9 27
Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Besar Bahsa Indonesia “bombing”, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996) ed. Ke-2 cet. Ke-9, h.133 28
Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
ed. Ketiga, cet- keempat, (Jakarta:Balai Pustaka, 2007), h.709 29
H.M. Arifin M. Ed, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden
Terayyon Press, 1982) cet. Ke-5 h.1
26
Definisi yang dikemukakan dalam “jear book of education”, bahwa
bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya
sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar
memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.30
Dari beberapa pendapat di atas, penulis bisa menyimpulkan bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberiikan secara sistematis kepada
sesorang atau masyarakat agar mereka mampu mengembangkan
kemampuannya dalam mengatasi dan menyelesaikan berbagai
permasalahan, sehingga mereka bisa menetukan jalan hidupnya tanpa
bergantung kepada orang lain. Dalam hal bimbingan manasik ini berate
keterlibatan langsung pembimbing dengan calon jamaah dalam
melaksanakan praktek haji secara bersama-sama.
Sedangkan pengertian haji menurut bahasa berarti menyengaja. Dalam
bahasa Arab haji bisa dibaca dengan hajjatu hijj, meskipun pada dasarnya kata
haji sering dibaca hijj. Jika dibaca hajj, haji berarti keterikatan kemampuan
dengan gerakan-gerakan khusus. Jika dibaca hijj, haji berarti gerakan-gerakan
khusus. Jadi, rajul mahjuj berarti laki-laki yang menyengaja. Hanya saja, kata
hajj atau hijj kemudian biasa diartikan sebagai sengaja pergi ke makkah
untuk melangsungkan manasik haji.31
30
Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, (guidance &
counseling), (Bandung: CV. Ilmu, tth) cet. Ke-24, h.25 31
Ablah Muhammad Al-Kahlawi, Rujukan Utama Haji & Umrah Untuk Wanita, (Jakarta: Zaman, 2015), H. 124
27
Adapun haji menurut istilah syara’ adalah sengaja mengunjungi
Makkah (ka’bah) untuk mengerjakan ibadah yang terdiri atas thawaf, sa’i,
wukuf, dan ibadah-ibadah lain untuk memenuhi perintah Allah serta
mengharapkan keridaan-Nya.32
Dalam kata lain, haji secara syara’ berarti
mengunjungi baitullah dengan sifat yang tertentu, di waktu yang tertentu,
disertai dengan perbuatan-perbuatan yang tertentu pula.33
Dari berbagai definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa bimbingan
manasik haji adalah upaya pembekalan, pembinaan dan pengarahan oleh
pembimbing kepada calon jemaah haji dengan bersama-sama agar jemaah
dapat melaksanakan ibadah haji sesuai dengan syarat, rukun,wajib haji yang
dilakukan oleh Rasulullah Saw.
2. Fungsi Bimbingan Manasik Haji
Menurut A. latif Hasan fungsi bimbingan manasik adalah:
a. Agar calon jamaah haji mampu memehami semua informasi
tentang pelaksanaan haji, tuntunan perjalanan, petunjuk kesehatan,
dan mampu mengamalkannya pada saat pelaksanaan ibadah haji
ditanah suci.
b. Agar jamaah haji dapat mandiri dalam melaksanakan ibadah haji
baik secara pribadi maupun dalam regu atau rombongan
32
Tata Sukayat, Manajemen Haji, Umrah Dan Wisata Agama, h. 4 33
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Haji, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2010), H. 2
28
c. Agar para jamaah haji mempunyai kesiapan mennaikan ibadah haji
baik mental, fisik, kesehatan, maupun petunjuk ibadah yang lain.34
3. Metode dan Bentuk Bimbingan Manasik Haji
a. Metode Bimbingan
Metode bimbingan merupakan salah satu cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan yang digunakan, di
dalam bimbingan biasa dikatakan sebagai suatu cara tertentu yang
digunakan dalam proses bimbingan. Secara umum ada dua metode
dalam bimbingan, yaitu pertama, metode bimbingan individual dan
kedua, metode bimbingan kelompok. Metode bimbingan kelompok
dikenal juga dengan bimbingan (grup guidance) sedangkan metode
bimbingan individual dikenal dengan individual konseling.35
1) Metode bimbingan individual, metode ini upaya pemberian
secara individual dan langsung terhadap muka(berkomunikasi)
sedangkan antara pembimbing dengan klien.
2) Metode bimbingan kelompok, bimbingan yang digunakan
melalui kegiatan bersama (kelompok), seperti kegiatan diskusi,
ceramah, seminar dan sebgainya. Hal ini bisa dilakukan untuk
menumbuhkan atau mengembangkan potensi-potensi social
klien atau bimbingan yang diberikan bagi klien yang
mengalami kesulitan dalam melakukan kontak social dalam
34
A. Latif Hasan dan Nidjam Ahmad, Manajemen Haji, 2010, h.18 35
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden
Terayon Press, 1998), cet Ke-6, h.43
29
masyarakat. Maka melalui bimbingan kelompok secara
terhadap kliendiberikan peluan untuk berinteraksi dan bergaul
dalam kelompoknya.36
b. Bentuk-bentuk Bimbingan
Bentuk-bentuk bimbingan dapat dilihat dari segi bidangnya,
menurut HM. Arifin diantarnya:
1) Bimbingan dan penyuluhan bidang vocational Guidance,
yaitu bimbingan dalam memilih lapangan pekerja atau
jabatan/profesi.
2) Bimbingan dan penyuluhan bidang Mental Health
Guidance, yaitu suatu bimbingan yang bertujuan untuk
menghilangkan factor-faktor yang menimbulkan gangguan
jiwa klien, sehingga ia akan memperoleh ketenangan hidup
ruhaniah yang sewajarnya seperti yang diharapkan.37
c. Metode Bimbingan Manasik Haji
Bimbingan manasik haji memiliki bentuk dan metode,
didalam bentuk bimbingan manasik haji, terbagi dalam dua system
yaitu bentuk kelompok dan bentuk massal.38
Sedangkan metode
bimbingan manasik haji ada tujuh metode yang dapat digunakan.
Sebelumnya penulis akan menjelaskan tentang bentuk bimingan
36
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008)h.125 37
M. Arifin, Poko-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979), h. 46 38
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta 2011,
Tuntunan Praktis Manasik Haji dan Umroh, (2011), h.7
30
manasik terlebih dahulu, bentuk bimbingan manasik haji yang
pertama yaitu:
1. Bentuk Kelompok
Bimbingan kelompok pada dasarnya sifat dan
masalahnya sama dengan bimbingan perorangan hanya saja
disampaikan kepada kelompok baik dalam kelompok kecil
maupun kelompok yang lebih besar yang beranggotakan
kelompok bimbingan yang berjumlah 45 (empat puluh
lima) orang (rombongan). Setiap kelompok dibagi menjadi
4 regu, dan masing-masing beranggotakan 11 (sebelas)
orang termasuk keta regunya. Dilaksanakan oleh KUA atau
kecamatan, dilaksanakan di tempat yang cukup memadai
seperti masjid berkoordinasi dengan kantor kementrian
agama kab/kota. Dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali, dengan
tujuan membimbing calon jamaah haji secara efektif,
terutama tentang pengetahuan tentang manasik haji.39
Metode yang digunakan dalam bentuk
kelompok ini bermacam-macam seperti metode
ceramah, metode tutorial, metode simulasi, metode
bermain peran, metode study kasus, metode pragaan
39
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta, Pola
Bimbingan Calon Jamaah Haji, (2007), h.39
31
dan terakhir metode diskusi. Untuk memperjelas
metode ini maka akan dijelaskan satu persatu.
a. Metode Ceramah
Metode ceramah dapat digunakan pada pembelajaran
bimbingan secara missal dan materi bersifat informative.
Yang dimaksud metode ceramah adalah pemaparan
penjelasan dan penuturan secara lisan oleh pembimbing
dihadapkan peserta pelatihan. Dalam pelaksanaan
pemaparan dapat dilengkapi dengan alat bantu pembelajaran
seperti proyektor, film slide. Jenis tempat dan proses
pembelajaran secara metode pembelajaran akan menentukan
pencapaian tujuan pembelajaran yang efektif.40
Metode ceramah ini dapat digunakan apabila :
1) Pesertanya berjumlah banyak
2) Bermaksud menyampaikan dan memaparkan materi
yang telah tersedia dan telah dipersiapkan sebelumnya
3) Digunakan apabila metode lain tidak mungkin
dilakukan mengingat materi dan peserta yang banyak.
b. Metode Tutorial
Metode tutorial merupakan istilah teknis pembelajaran yang
diartikan sebagai bimbingan dan bantuan belajar. Metode tutorial
40
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta, Modul
Pembelajaran Manasik Haji, (2006) h.23
32
merupakan kerangka procedural pembelajaran yang menitik
beratkan pada pemberian bimbingan dan bantuan belajar oleh
pembimbing atau peserta sendiri agar satu sama lain saling
member rangsangan belajar, sehingga pembelajaran menjadi
dinamis dan demokratis. Tutor bukanlah sebagai guru tetapi
sebagai teman belajar. Topik bahasan seyogyanya bersifat
problematic, diambil dari materi pelaksanaan ibadah haji dan
umroh, agar mengundang pemikiran dan diskusi yang digali dari
buku-buku bimbingan mansik haji. Di dalam pelaksanaannya
yaitu:
1) Pendahuluan sekenario
2) Kegiatan ini yaitu tanya jawab untuk menggali pendapat
peserta diskusi, simulasi dan kerja kelompok
3) Penutup, menyimpulkan pokok-pokok masalah.41
c. Metode Simulasi
Metode simulasi digunakan apabila situasi sebenernya tidak bisa
dihadirkan. Maka dicptakan situasi tiruan yang dapat mendekati
keadaaan sebenarnya. Peserta berada di situasi tiruan tersebut dan
diharapkan dapat memahami situasi secara lebih baik sehingga
pada gilirannya nanti apabila melaksanakan dalam situasi
41
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta, Modul
Pembelajaran Manasik Haji, (2006) h.24
33
sebenarnya calon haji dapat melaksanakan kegiatan ibadahnya
dengan baik.
Alasan menggunakan metode simulasi, yaitu 42
:
1) Teknik ini berguna dalam meningkatkan motivasi peserta
dalam pembelajaran.
2) Memberi kesempatan untuk mempelajari masalah dengan
metode yang sistemik.
3) Menyajikan kesempatan untuk mempelajari keterampilan
tertentu dalam konteks kenyataan yang sebenarnya atau
disimulasikan.
4) Melibatkan peserta untuk membuat berbagai keputusan dan
melibatkan dirinya pada sederetan kegiatan.
5) Peserta mempunyai kesempatan untuk mengembangkan
rasa empati, rasa tanggung jawab dan keberanian untuk
mengambil resiko.
d. Metode Bermain Peran
Metode bermain peran berarti pembelajaran berarti
memainkan satu peran tertentu sehingga bermain itu harus berbuat,
bertindak dan berbicara seperti peran yang dimainkannya,
misalnya yang diperankan calon haji sedang melakukan thawaf,
42
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta, Modul
Pembelajaran Manasik Haji, (2006) h.25-26
34
sa’i atau lontar jumroh. Bermain peran sangat mirip dengan
simulasi dengan demikian bahwa main peran adalah simulasi
tiruan dari perilaku orang yang diperankan43
. Tujuan bermain
peran menumbuhkan kesadaran dan kepekaan serta positif,
sehingga mampu memahami dan menghayati berbagai masalah
yang akan dihadapi dalam pelaksanaan manasik haji di Arab
Saudi.
e. Metode Study Kasus
Study kasus bukan untuk menjawab masalah secara cepat
dan tepat, akan tetapi lebih bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilan dan menggambarkan penerapan
konsep dan teknik pemecahan masalah serta pengambilan
keputusan, yang mungkin timbul dalam proses perjalanan haji.
Pemecahan masalah dalam study kasus ini lebih menekankan pada
alasan logika yang dipergunakan dalam pemecahan masalah,
misalnya tentang pengunaan toilet di pesawat terbang, jamaah
yang tersesat jalan, kehilangan uang atau barang, jamaah yang
sakit dan wafat, kebakaran di pondokan.44
f. Metode Pragaan
43
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta, Modul
Pembelajaran Manasik Haji, (2006) h.27 44
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta, Modul
Pembelajaran Manasik Haji, (2006) h.40
35
Metode pragaan atau pengelaran dalam bimbingan calon
haji dilaksanakan melalui: spanduk, poster, panel, maket ka’bah
mini, mas’a dan jamarah yang ditempatkan pada tempat-tempat
strategis yang mudah dilihat oleh calon haji. Metode peragaan atau
pagelaran dalam bimbingan calon jamaah haji dapat digunakan
untuk menyampaikan berbagai pesan dan pengetahuan, yang
bersifat”tontonan sebagai tuntunan”.45
g. Metode Praktek
Merupakan tindak lanjut metode sebelumnya sekaligus
sebagai alat ukur sejauh mana calon haji memahami materi
bimbingan yang telah disampaikan, praktek dilakukan dengan cara
pembimbing menunjukan beberapa calon haji untuk berperan
melakukan amalan-amalan ibadah tertentu, calon haji melihat
sambil mendengarkan petunjuk-petunjuk pembimbing.46
h. Metode Diskusi
Dengan diskusi diharapkan peserta mampu mengungkapkan
pikiran-pikirannya dan menumbuhkan kebersamaan. Bentuk
diskusi ada 2 (dua) macam.
45
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta,
Desain Pola Pembinaan Jamaah Haji, (2007) h.66 46
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta,
Desain Pola Pembinaan Jamaah Haji, (2007) h.67
36
1) Diskusi panel yaitu diskusi yang dilakukan dalam
kelompok besar, dipandu oleh moderator dengan materi
yang disajikan oleh panelis.
2) Diskusi kelompok yaitu diskusi yang dilaksanakan dalam
kelompok kecil yang dipandu oelh seorang ketua yang
ditunjuk oleh peserta dan didampingi oleh narasumber47
.
2. Bentuk Massal
Metode yang digunakan dalam bentuk missal ini tidak berbeda dengan
bentuk kelompok yang di dalamnya terdapat metode ceramah dan diskusi
atau tanya jawab.
a. Metode Ceramah
Dalam bentuk massal ini digunakan pada bimbingan manasik haji,
akhlakul karimah, kesehatan dan penerbangan. Diharapkan pesan-
pesan atau materi pelajaran yang disusun dan disiapkan dengan
cara lebih mudah mencapai sasaran, dapat mendukung adanya jam
pelajaran yang sangat singkat, hendaknya penceramah
mengunakan alat bantu yang tersedia, karena penceramah yang
mengandalkan penyampaian secara lisan saja akan mengakibatkan
kebosanan bagi calon haji, untuk itu perlu umpan balik mengenai
penjelasan isi ceramah.48
47
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta,
Desain Pola Pembinaan Jamaah Haji, (2007) h.68 48
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta,
Desain Pola Pembinaan Jamaah Haji, (2007) h.69
37
b. Metode diskusi
Seperti halnya dalam kelompok metode diskusi ini diharapkan para
calon haji mampu mengungkapkan pikiran-pikirannya dan
menumbuhkan kea rah kebersamaan.
4. Tujuan Bimbingan Manasik Haji
Untuk mengetahui tujuan manasik haji, kementrian agama RI telah
menjelaskan fungsi bimbingan manasik haji ke dalam buku desain pola
bimbingan manasik haji, di dalam bukunya tujuan manasik haji yaitu
dapat melaksanakan tat cara ibadah haji dengan sesuai tuntunan ajaran
agama islam. 49
Tujuan selanjutnya adalah untuk membentuk sosok calon jamaah
haji yang memiliki pengetahuan manasik haji dan tata cara
pelaksanaannya dalam praktik, mengetahui hak dan kewajiban sehingga
dapat menunaikan ibadah haji sesuai dengan ketentuan ajaran agama
islam.50
Tujuan terakhir adalah supaya jamaah yang niat berangkat
menunaikan ibadah haji merasa aman, tertib dan sah. Aman dalam arti
jamaah tidak merasa khawatir terhadap dirinya dan harta bendanya. Tertib
dalam arti melaksanakan dan memnuhi syarat, rukun dan wajib sesuai
49
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta,
Desain Pola Pembinaan Jamaah Haji, (2007) h.26
50
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta,
Desain Pola Pembinaan Jamaah Haji, (2006) h.35
38
tuntunan agama. Sah dalam arti tidak ada kekurangan dalam menjalankan
ibadah dan manasik.51
5. Unsur-unsur Bimbingan Manasik Haji
Untuk mencapai tujuan bimbingan, dalam hal ini manasik haji harus ada
beberapa unsur-unsur yang terkait dimana antara satu unsur dengan unsur
yang lain tidak dapat dipisahkan. Unsur-unsur tersebut antara lain:
a. Subjek (Narasumber)
Subjek yaitu orang yang memberikan bimbingan kepada seseorang.
Pelaksanaannya baik perorangan, organisasi, maupun badan lain.
Seorang pembimbing mempunyai serta bertanggung jawab terhadap
orang yang dibimbing.
Seorang pembimbing atas konselor dalam hal ini adalah
pembimbing haji harus mempunyai persyarata. Diantaranya adalah:
pertama, kemampuan professional (keahlian). Kedua, sifat kepribadian
yang (berakhlakul karimah). Ketiga, kemampuan kemasyarakatan
(ukhuwah islimiyah). Keempat, taqwa kepada Allah SWT.52
b. Objek (Jamaah)
Jamaah adalah kata bahasa arab yang artinya “kompak” atau
“bersama-sama”, singkatan shalat berjamaah berarti shalat yang
51
Latif Hasan dan Nidjam Ahmad, Manajemen Haji, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003) h.19 52
Thohari Musnawar, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: UII Press, 1992),
h.42
39
dikerjakan secara bersama-sama dibawa pemimpin seorang imam.
Jamaah juga berarti sekelompok manusia yang terkait oleh sikap,
pendirian, keyakinan, dan tugas serta tujuan yang sama. Sedangkan
pengertian jamaah haji yaitu; Warga Negara Indonesia beragama islam
dengan persyaratan yang ditetapkan.53
c. Metode
Metode adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh
narasumber agar proses bimbingan pada jamaah tercapai sesuai dengan
tujuan, metode ini sangat penting dilakukan agar proses bimbingan
tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat jamaah jenuh
dengan mudah dapat diterima oleh jamaah.
d. Media
Media merupakan suatu wadah atau sarana dalam menyampaikan
suatu informasi dari pengirim kepada penerima. Media adalah segala
bentuk saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian
informasi.54
e. Tujuan
Tujuan dari bimbingan manasik haji yaitu membekali jamaah haji
dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan masalah haji, agar para jamaah
dapat melaksanakan seluruh kegiatan ibadah haji seuai mampu
53
Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji, (Pusat Kesehatan Haji kementrian
Kesehatan RI: 2010), h.9 54
Latuheru, Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini, (Jakarta:
Depdikbud, 1998) h.11
40
melaksanakan seluruh kegiatan ibadah haji sesuai dengan tuntunan
Rasulullah SAW, dan diharapakan para jamaah haji mampu
melaksanakan seluruh kegiatan ibadah haji ditanah suci secara mandiri
dan memperoleh haji mabrur.
f. Efek (Pengaruh)
Adapun pengaruh dari bimbingan manasik haji ini adalah teori
yang diberikan selama ditanah air dapat dipraktekan secara benar ketika
pelaksanaan ibadah haji ditanah suci da memperoleh haji mabrur dengan
perubahan sikap yang lebih baik dari sebelumnya.
6. Manfaat Bimbingan Manasik Haji
a. Menambah pengetahuan calon haji tentang makna ibadah haji serta
rangkaian kegiatan selama beribadah haji.
b. Memberikan gambaran kondisi yang akan dihadapi selama
melaksanakan ibadah haji. Hal ini karena kondisi dan medan yang akan
dihadapi selama menjalankan ibadah haji, tentu berbeda dengan yang
kita hadapi sehari-hari.
c. Meningkatkan kepercayaan diri dan keyakinan sebelum proses
pelaksanaan ibadah haji berlangsung.55
55
M. Ali Hasan, Tuntunan Haji, (Jakarta: PT. Raji Grafindo Persada, 2001), h.35
41
BAB III
GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA
TANGERANG
A. Sejarah dan Perkembangannya
Kementrian Agama Kantor Kota Tangerang dibentuk berdasarkan
KMA No. 250/IX/1994 dan keberadaannya diresmikan oleh
Walikotamadya Tangerang Drs H. Zakaria Machmud pada bulan
September 1994. Selanjutnya, atas nama Kepala Kantor Wilayah
Separtemen Agama Provinsi Jawa Barat, Walikota Tangerang melantik
Kepala Kantor Departemen Agama Kotamadya tanerang yang pertama,
yaitu Drs. H. Suroh M. Si.56
Berikut nama-nama kepala kantor departemen/kementrian agama
Kota Tangerang dari masa-kemasa;57
1. Drs. H. M. Suroh, M. Si Masa Bhakti 1994-1998
2. Drs. H. M. Atoullah Ahmad, MA Masa Bhakti 1998-1999
3. Drs. H. Babun Abdullah Masa Bhakti 1999-2002
4. Drs. KH. Saeful Millah, MM, M.BA Masa Bhakti 2002-2003
5. Drs. H. Iskandar Bunyamin, MM Masa Bhakti 2003-2006
6. Drs.H. Zaenal, MM Masa Bhakti 2006-2013
7. Drs. H. A. nawawi, M. Si Masa Bhakti 2013-2015
56
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang 57
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
42
8. Drs. H. Dedi Mahfudin, M. Si Masa Bhakti 2015- sekarang
Pada awal berikutnya, Kementria Agama Kantor Kota Tangerang
berkantor (sementara) dirumah dinas Kepala Kantor Departemen Agama
Kabupaten Tangerang, yang beralamat di jalan Ahmad Yani No. 8 Kota
Tangerang selama kurang lebih satu tahun, karena mengalami renovasi,
maka Departemen Agama Kota Tangerang pada tahun 1995 menempati
kantor (sementara) dijalan Sukasari. Setelah itu selesai renovasi, maka
pindah kembali kejalan A. Yani No. 8 pada tahun 2005 kantor di jalan A.
yani mengalami rehab total karena aktivitas kantor pindah kerumah dinas
Sekda Kota Tangerang Jl. Nyimas melati, Kota Tangerang.
Selanjutnya pada tahun 2013 Kementrian Agama Kantor Kota
Tangerang berpindah ke Jl. Printis Kemerdekaan II Cikokol menempati
kantor lama Kementrian Agama Kantor Kabupaten Tangerang yang telah
berpindah ke Tigaraksa.58
Kementrian Agama Kota Tangerang yang beralamat di Jl. A. Yani
No. 8 masih tetap ditempati oleh seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
Umroh, BAZDA Kota Tangerang, Sekertariat Dharma Wanita, Kelompok
kerja pengawas, kelompok kerja penyuluh dan sekertariat IGRA Kota
58
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
43
Tangerang, hal ini mengingat terbatasnya luas tanah dan fasilitas ruang
kerja pada kantor yang beralamat di Jl. Perintis Kemerdekaan II Cikokol.59
B. Visi, Misi, dan Motto
1. Visi
Terwujudnya Masyarakat Kota Tangerang yang taat beragama,
Berakhlakul Karimah, Rukun, Cerdas, Mandiri, dan Sejahtera Lahir
Batin.60
2. Misi
a. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa
b. Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan pada
madrasah sekolah umum dan pondok pesantren, TPQ/TKQ, MDT
dan majelis taklim.
c. Mewujudkan keluarga sakinah.
d. Meningkatkan pelayanan ibadah haji.
e. Memberdayakan lembaga keagamaan.
f. Memperkokoh kehidupan beragama dengan mengedepankan asas
kerukunan antar umat beragama, intern umat beragama.61
59
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang 60
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang 61
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
44
3. Motto
Melayani dengan pesona dan senyum dalam kerang kalmia (5) nilai
budaya kerja, yaitu; Integritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung
Jawab, dan Keteladanan.62
C. Struktur Organisasi
Struktur organisasi sangat penting dan sangat berperan. Hal ini agar
suatu kegiatan dengan lainnya lebih terarah dan tidak saling berbenturan.
Selain itu, struktur organisasi juga diperlukan agar kerja dipembagian
tugas yang seimbang dan objektif yaitu memberikan tugas sesuai dengan
kedudukan dan kemampuan masing-masing anggotanya. Struktur
organisasi yang baik yaitu menempatkan petugas yang tepat dan memiliki
kompetensi. Hal ini dilakukan agar semua kegiatan lebih terarah, teratur
dan terkontrol sehingga apabila terjadi persoalan dapat diselesaikan
sendini mungkin. Adapun struktur organisasi Kantor Kementrian Agama
Kota Tangerang dan seksi penyelenggaraan haji dan umroh Kantor
Kemenrian Agama Kota Tangerang sebagai berikut:
62
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
45
Gambar 3. 1
Struktur Organisasi Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
KEPALA KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA
TANGERANG
KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA
Seksi Pendidikan Madrasah
Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok
Pesantren
Seksi Pendidikan Agama Islam
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Seksi Peny, Haji dan Umroh
Seksi Bimbingan Masyarakat Islam
Penyelenggara
Syariah
46
Gambar 3. 2
Struktur Organisasi Seksi Penyelengaraan Haji dan Umroh
Kementrian Agama Kota Tangerang.63
63
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
Drs. H. MUDINI, MM NIP. 196101011991031001
SISTEM INFORMASI HAJI
PENDAFTARAN DAN DOKUMEN
PEMBINAAN HAJI DAN UMROH
MARTYRILLAH, S.Pd,I NIP.197312252009101002
SOFWAT AMINI, A.Md
PENGELOLA KEUANGAN
AKOMODASI TRANSPORTASI &
PERL. HAJI
KEPALA KANTOR
Drs. H. DEDI MAHFUDIN, M. Si NIP. 196609271993031005
KEPALA SEKSI P.H.U
Hj.HURYATIL LAILI, S.HI NIP.198010132006042026
UCI SANUSI, MM NIP.197007022002121001
H.BASUNI,S.Pd.I NIP.196008151993031001
Hj.RISA RISYANI, S.Ag NIP.196610151989032002
DEWI WAHYUNI,A.Md NIP.197206022005012003
NINNA NADRA,SE NIP.197202102006042028
Hj. UMMU ATIKAH NIP.196003051982032002
Hj.SULHA,S.Ag
47
D. Tugas dan Fungsi
Seksi penyelenggaraan Haji dan Umroh sebagai pelaksana sebagian
tugas dan fungsi Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang mempunyai
tugas dan fungsi sebagai berikut:64
1. Tugas
Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umroh mempunyai tugas sebagai
berikut. “Merencanakan dan melaksanakan pemberian pembinaan,
pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat di bidang
penyelenggara Haji serta mengawasi, mengevaluasi, dan melaporkan
pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan teknis kepala Kantor
Kementrian Agama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Fungsi
a. Menetapkan dan merumuskan visi, misi, tujuan, sasaran, program,
dan rencana Kerja Seksi Penyelenggara Haji dan Umroh.
b. Melakukan pembagian tugas, mengerahkan, membimbing dan
mengkoordinasi pelaksanaan tugas Seksi Penyelenggara Haji dan
Umroh.
c. Melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait.
d. Melakukan penyelesaian masalah yang timbul di lingkungan Seksi
Penyelenggara Haji dan Umroh.
64
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
48
e. Melakukan usaha pengembangan dan peningkatan system teknis
pelaksanaan tugas dengan aturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
Seperti yang dikemukakan oleh H. Basuni “Bimbingan yang
diberikan oleh Kementrian Agama Kota Tangerang mempunyai
standarisasi yang telah ditetapkan oleh dirjen penyelenggaraan haji dan
umroh, yaitu pembimbing, banyaknya bimbingan dan materi
bimbingan. Kami hanya menjalankannya saja”.
Standar Oprasional Prosedur Bimbingan Manasik Haji antara lain :
1) Pendataan jumlah jamaah haji kecamatan
2) Pembentukan panitia pelaksana
3) Pembuatan dan distribusi undangan manasik haji
4) Pendaftaran peserta manasik haji
5) Pelaksanaan manasik haji
6) Pembuatan mahram
7) Penyerahan surat mahrom
8) Pelaporan kegiatan bimbingan manasik haji
9) Penyimpanan dan persiapan data calon jamaah haji yang
mengikuti bimbingan mansik haji.
49
E. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
a. Mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji dan umroh yang optimal.
b. Mendata calon jamaah yang telah melakukan setoran haji.
c. Membina para pengurus KBIH agar lebih profesional.
d. Membimbing, melayani, dan melindungi calon jamaah haji dalam
melaksanakan haji dan umroh.
2. Sasaran
a. Melakukan verivikasi data KBIH dalam proses akreditasi KBIH.
b. Mangadakan pembinaan calon jamaah haji ditingkat Kecamatan Kota
Tangerang.
c. Memverifikasi jumlah calon jamaah haji yang akan mendapat
bimbingan manasik.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, Seksi
penyelenggaran Haji dan umroh membuat kebijakan dan program.
Kebijakan yang diambil meliputi:65
1. Menyiapkan tenaga kerja yang tepat dan terampil.
2. Menyiapkan bimbingan yang berkualitas.
3. Menyiapkan tenaga pembimbing manasik haji.
Program dan kegiatan yang dibuat yaitu:
65
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
50
1. Peningkatan kualitas penyelenggaraan haji dan umroh.
2. Mendata calon jamaah haji.
3. Peningkatan kualitas SDM.
4. Peningkatan bimbingan manasik pada KUA dan KBIH.
51
BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN BIMBINGAN MANASIK HAJI KEMENTRIAN
AGAMA KOTA TANGERANG
A. Manajemen Bimbingan Manasik Haji Kementrian Agama Kota
Tangerang
Pelaksanaan dalam penyelenggaraan program bimbingan manasik
haji massal yang dilakukan oleh Kementrian Agama Kota Tangerang, baik
dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/pelaksanaan dan
pengawasan agar suatu tujuan bimbingan manasik dapat berjalan dengan
baik dan maksimal sesuai yang diharapkan.
Dalam mencapai tujuan yang diinginkan, maka pihak Kementrian
Agama Kota Tangerang perlu adanya upaya bimbingan yang terarah dan
terpadu. Oleh karena itu, diperlukan sebuah manajemen yang baik dan
benar dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan manasik pada calon
jamaahnya. Dimana manajemen inilah yang akan mengatur seluruh proses
kegiatan bimbingan manasik, dari mulai perencanaan, pengorganisasian
sampai dengan pengawasan/pengontrolan.
Bimbingan manasik haji merupakan program yang dilakukan oleh
Kementrian Agama Kota Tangerang. Program ini bertujuan untuk
mendidik dan membina para calon jamaah haji agar mampu melaksanakan
tata cara ibadah haji dengan baik dan benar sesuai tuntunan syariat islam.
52
Tujuan terakhir pihak Kementrian Agama Kota Tangerang adalah
supaya jamaah yang berniat berangkat menunaikan Ibadah Haji merasa
aman, tertib, dan sah. Aman dalam arti jamaah tidak merasa khwatir
terhadap dirinya dan harta bendanya. Tertib dalam arti melaksanakan dan
memenuhi syarat, rukun, dan wajib sesuai tuntunan agama. Sah dalam arti
tidak ada kekurangan dalam menjalankan ibadah manasik. Maka untuk
merealisasikan pogram bimbingan manasik, perlu diterapkan manajemen
yang baik.66
Dimana dalam manajemen terdapat fungsi manajemen yang menurut
pendapat George R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu: 67
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, pihak Kementrian Agama Kota Tangerang
mendapatkan undangan dari KANWIL Provinsi Banten untuk
melakukan rapat mengenai penyelenggaraan bimbingan manasik
kemudian melakukan pembentukan kepanitian dan melaksanakan
rapat internal setelah itu baru memulai kinerjanya melakukan
Penetapan tujuan (decree objectives) yang dinginkan harus
dirumuskan dengan sejelas-jelasnya.68
Menurut H. Basuni “adapun
tujuan dari bimbingan manasik haji adalah untuk memfasilitasi dan
mengajarkan bimbingan manasik kepada calon jamaah haji agar yang
bertujuan untuk mendidik para calon jamaah haji agar dapat
66
Latif Hasan dan Nidjam Ahmad, Manajemen Haji. (Jakarta : Zikrul Hakim, 2003) h.19 67
Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakatra, PT. Raja Grafindo, 2006) h.12 68
Wawancara pribai dengan bapak Drs.H.Dedi Mahfudin M.Si
53
melaksanakan tata cara ibadah haji dengan benar sesuai tuntunan
syariat islam.
Kemudian pada kementrian agama kota tangerang ini hanya
pelaksana dari Kanwil Provinsi Banten dan sebelum pelaksanaan
bimbingan manasik pihak Kementrian Agama Kota Tangerang
mengundang Kepala KUA dan KBIH Kota Tangerang guna
melaksanakan rapat mengenai pelaksanaan program bimbingan
manasik dengan melakukan hal itu agar pelaksanaan program
bimbingan manasik bisa berjalan dengan baik dan terarah dan juga
memiliki tujuan untuk mecetak jamaah yang bisa memaknai dan
memahami tentang ilmu manasik haji dengan baik dan benar, dan
dinyatakan baik dari lembaga/kemanag kota tangerang pada
bimbingan manasik haji, maka para jamaah mampu mengajarkan
kepada para jamaah lainnya dan menjadi jamaah haji yang mandiri.
Adapun tujuan dari seorang Pembina Haji dan Umroh di
lemaga/kemenag kota tangerang yaitu dapat tertib, terprogram,
terorganisir dan tertata dalam bimbingan haji dan umroh.
Menurut H. Basuni “Adapun program bimbingan manasik haji
yaitu : program pembelajaran yang berupa materi-materi tertulis
yang berkaitan dengan materi tentang fikih haji dan praktek
manasik haji. Dan untuk menentukan pemateri yang mengisi
program ini dilakukan berdasarkan pendidikannya, keahliannya,
pengalaman dan mempunyai sertifikat pembimbing dibidang ilmu
54
agama pada khususnya dalam bidang mengenai tentang ibadah Haji
dan khususnya dalam manasik haji kemudian mengenai
pembimbing ditentukan oleh Pembina Haji dan Umrah dan kepala
PHU Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang.69
Kemudian Kementrian Agama Kota Tangerang melakukan
Penjadwalan bimbingan manasik terhadap KUA Kota Tangerang
untuk mempermudah dalam pelaksanaan bimbingan manasik,
karena penjadwalan merupakan hal yang cukup penting dalam
setiap kegiatan, yang dalam hal ini merupakan kegiatan bimbingan
manasik. Penjadwalan ini berguna baik dalam penentuan lokasi
maupun waktu yang dipergunakan yang dirasa tepat.
Menurut H. Mudini “Bimbingan Manasik dilaksanakan di
Masjid Agung Al-Ittihad Kota Tangerang. Lokasi Masjid Agung
Al-Ittihad Kota Tangerang yang beralamat di Jl. Ki Samaun No. 1,
Sukasari Tangerang. Pemilihan tempat di Masjid Al-Ittihad selain
bisa menampung jamaah yang banyak, lokasi tersebut juga sangat
strategis bisa diakses oleh jamaah dari berbagai kecamatan di Kota
Tangerang dan sarana prasarananya memadai. pelatihan ini
dilaksanakan mulai pukul 08:00 - 12:30 WIB.
Selanjutnya hal yang dlakukan oleh pihak Kementrian Agama
Kota Tangerang penganggaran dana maka dari itu, dalam setiap
kegiatan anggaran merupakan yang tidak boleh dilupakan.
69
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mudini dan H. Ison Basuni
55
Karenanya peyusunan anggaran harus dilakukan pada saat
perencanaan, agar dalam pelaksanannya seorang pembina sudah
mengetahui pos-pos pengeluaran yang nantinya akan terjadi,
sehingga apabila anggaran yang nantinya diterima atau dikeluarkan
tidak kurang atau tidak melebihi anggaran yang ditetapkan
sebelumnya. Asal sumber pendanaan program ini berasal dari
pemerintah langsung, untuk setiap perorangan jamaah dikenakaan
biaya mansaik sekitar Rp 3.500.000, kurang lebih yang di kelola
oleh KBIH, dan di Kemang Kota Tangerang sendiri setiap jamaah
di minta infaq sebesar Rp. 75.000, selebihnya asal pendanaan
kementrian agama kota tangerang yaitu bersumber dari
Penyelenggaraan Anggaran Oprasional Haji yang disalurkan
melalui KANWIL/Kementrian Agama tinggkat Provinsi Banten. 70
2. Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Pada tahap ini, pihak Kementrian Agama Kota Tangerang
melakukan pengorganisasian, karena Pengorganisasian merupakan
penentuan, pengelompokan, dan pengaturan berbagai kegiatan yang
dianggap perlu untuk menunjukan hubungan kewenangan setiap
individu. Pada tahap ini, panitia khusus bimbingan manasik
melakukan briefing, diberikan pengarahan ketua panitia. Kemudian
pembagian tugas setiap anggota panitia bimbingan manasik haji.
Adapun langkah-langkah pengorganisasian adalah sebagai berikut :
70
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mudini
56
a. Menerapakan tujuan organisasi yang dicapai
Seorang pembina melakukan pengoranisasian, menurut H.
Basuni “maka harus terlebih dahulu mengetahui tujuan organisasi
yang dipimpinnya yang dalam hal ini dengan tujuan memberikan
sumbangsih nilai positif bagi anggota (narasumber) bimbingan
manasik haji maupun kepada peserta dan memberi kontribusi nilai-
nilai islami dan berakhlakul karimah dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan manasik haji sehingga baik anggota (narasumber) dan
pesertanya bisa mengerti dan bahkan mampu mempraktekan ilmu
manasik haji dengan baik dan benar”. Maka inilah penerapan yang
dilakukan oleh Kementrian Agama Kota Tangerang dalam tujuan
organisasinya dan dilaksanakan sesuai dengan apa yang
diharapakan.
b. Penentuan Kegiatan-kegiatan
Pada langkah ini seorang kepala PHU harus mengetahui,
merumuskan, dan menspesifikasikan kegiatan-kegiatan dalam
bimbingan manasik haji. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh
Kementrian Agama Kota Tangerang hanya sebatas mengajarkan
bimbingan manasik dengan kompetensi yang ditentukan oleh
KANWIL/Kementrian Agama Provinsi Banten dan diajarkan oleh
narasumber kepada para jamaahnya sampai jamaah tersebut benar-
benar memahami dan bisa mengerti tentang bimbingan manasik
haji.
57
Kemudian wewenang terhadap narasumber dan peserta jamaah
pada kantor Kementrian Agama Kota Tangerang, dalam
pelaksanaanya menetapkan 10 pertemuan, rinciannya sebanyak 8
kali manasik digelar di KUA Kecamatan dan 2 kali ditinggkat
kabupaten/kota untuk pemantapan para calon jamaah haji dalam
manasik.71
Langkah-langkah Kementrian Agama Kota Tangerang dalam
bimbingan manasik haji terdiri dari.
1) Pelaksanaan Kebijakan Bimbingan Manasik Kantor
Kementrian Agama Kota Tangerang
2) Perencanaan dalam Bimbingan Manasik Haji
3) Standar Minimum atas Penugasan Materi dalam Bimbingan
Manasik Haji
4) Pertemuan Tatap Muka dalam Bimbingan Manasik Haji
Menurut H. Mudini “langkah pertama untuk
pelaksanaan bimbingan manasik haji yaitu mengundang
para kepala KUA dan KBIH untuk melakukan
rapat/pertemuan dengan para kepala KUA dan KBIH selama
tiga kali pertemuan, untuk melaksanakan rapat agar bisa
saling berkoordinasi dan memantapkan persiapan manasik
yang akan dilaksanakan di masing-masing lembaga KUA
dan KBIH yang berada di Kota Tangerang.
71
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mudini
58
KUA yang berada di Kota Tangerang secara
administratif berjumlah 13 KUA. Antara lain: KUA
Tangerang, KUA Jatiuwung, KUA Batu Ceper, KUA
Benda, KUA Cipondoh, KUA Ciledug, KUA Karawaci,
KUA Priuk, KUA Cibodas, KUA Neglasari, KUA Pinang,
KUA Karang Tengah, dan KUA Larangan. Semuanya KUA
yang ada di Kota Tangerang telah melaksanakan bimbingan
manasik sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Dalam meningkatkan bimbingan manasik haji,
pemerintah Kota Tangerang merangkul dan bekerja sama
dengan beberapa KBIH untuk memberikan pemahamahan
tambahan mengenai ilmu manasik haji selain bimbingan haji
yang diberikan oleh pemerintah, yakni tingkat KUA
Kecamatan dan tingkat Kabupaten/Kota.
Tercatat sebanyak 26 KBIH yang ada di Kota
Tangerang yang telah dimiliki izin dan terdaftar di
Kementrian Agama Kota Tangerang melaksanakan
bimbingan manasik haji sesuai dengan arahan Kementrian
Agama Kota Tangerang.
Calon jamaah haji yang akan berangkat tahun ini
disarankan oleh Kementrian Agama Kota Tangerang
sebagaimana yang dikemukakan oleh H. Mudini “Calon
jamaah diarahkan agar mengikuti dan bergabung dengan
59
KBIH terdekat yang ada di Kota Tangerang” diharapkan
bagi calon jamaah haji mendapatkan pemahaman tentang
ilmu manasiknya. Selain itu juga bergabungnya dengan
KBIH mempererat persaudaraan antar jamaah Kota
Tangerang, dan agar memudahkan para jamaah sekaligus
memudahkan pelaksanaan haji di Arab Saudi.72
3. Tahap Penggerakan (pelaksanaan)
Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini
pihak Kementrian Agama Kota Tangerang melaksanakan program
bimbingan manasik haji setelah tahap perencanaan yang matang
dengan dibentuknya panitia khusus program bimbingan manasik haji ,
serta mengkoordinasiakan dengan semua pihak yang bertanggung
jawab selama proses bimbingan manasik haji berlangsung. Karena ini
merupakan program bimbingan manasik haji, maka pada
pelaksanaannya bukan hanya pihak penyelenggara saja yang terlibat,
akan tetapi juga para narasumber dan peserta bimbingan manasik.
Dimana tentunya narasumber dilibatkan dalam proses pentransferan
ilmu yang dalam hal ini adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
manasik haji, sedangkan untuk peserta bimbingan manasik merupakan
penerima penstransferan tersebut.
Menurut H. Basuni “Bimbingan manasik haji merupakan
bagian dari pembinaan yang dianggap perlu dilakukan oleh pemerintah
72
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mudini dan H. Basuni
60
agar para calon jamaah haji yang akan berangkat mengetahui dan
paham akan proses ibadah haji”. Selain itu juga para calon jamaah haji
diharapkan mandiri ketika berlangsungnya prosesi haji dilaksanakan.
Adapun pelaksanaan yang diterapkan pada program bimbingan
manasik (BIMSIK) haji ini sebagai berikut :
1) Metode
a. Ceramah
b. Simulasi
c. Diskusi
d. Praktek
2) Materi Bimbingan
a. Kebijakan pemerintah tentang penyelenggaraan ibadah haji
tahun 2017
b. Bimbingan perjalanan haji
c. Keselamatan penerbangan
d. Bimbingan teknik pelayanan kesehatan haji
e. Tugas dan fungsi ketua regu, ketua rombongan, dan
perkrnalan petugas kloter (TPHI, TPIHI, dan TKHI)
f. Hikmah haji, pelestarian haji mabrur dan praktikum manasik
haji
Poin-poin di atas menjelaskan tentang metode sekaligus
materi manasik haji yang dilaksanakan di Kementrian Agama
61
Kota Tangerang. Dengan dierikan metode dan materi
bimbingan manasik tersebut jamaah haji lebih jelas mengetahui
metode dan materi manasik yang akan diberikan Pembina Haji.
Adapun materi bimbingan manasik haji yang diberikan
ditingkat Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan adalah
seagai berikut :
Tabel 4.1
Tabel Materi Bimbingan Manasik Haji di Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan
Pertemuan Materi
1 Bimbingan Perjalanan Ibadah Haji
a) Persiapan sebelum berangkat ke Asrama Haji (Asrama
Haji Transit)
b) Kegiatan di Asrama Haji (Embarkasi/Debarkasi)
c) Kegiatan selama di Pesawat
d) Kegiatan di Bandara Arab Saudi (Madinah/Jeddah)
pada saat kedatangan dan pemulangan
e) Kegiatan dalam perjalanan menuju pemondokan
f) Kegiatan di pemondokan Makkah/Madinah
g) Kegiatan di Arafah, Muzdalifah dan Mina
h) Kegiatan ziarah di Makkah dan Madinah
62
2 Bimbingan Kesehatan Haji
a) Pelayanan kesehatan terhadap jamaah haji di Tanah Air
dan Arab Saudi
b) Jenis obat-obatan yang boleh dibawa ke Tanah Suci
c) Penanganan dini terhadap jamaah haji
Pembentukan Karu/Karom
a) Penjelasan umum dan pembentukan Karu/Karom
Bimbingan Manasik Ibadah Haji dan Adab Berhaji
a) Pembimbingan manasik haji
Pengertian Haji/Umroh, Syarat, rukun, dan
wajib haji.
Jenis pelaksanaan haji (Ifrad, Tamattu dan
Qiran)
Pelaksanaan haji bagi wanita
b) Etika dan akhlakul karimah selama pelaksanaan ibadah
haji
c) Pengertian haji Ifrod, Tamattu, Qiran
d) Macam-macam Dam
e) Pelaksanaan shalat Arba’in
63
3 Bimbingan Pelaksanaan Ibadah Haji/Umroh
a) Berpakaian dan Shalat Sunat Ihram
b) Niat dan bacaan Talbiyah
c) Thawaf
d) Sa’i
e) Tahallul
4 Bimbingan Pelaksanaan Ibadah Umrah
a) Praktik memakai pakaian Ihram
b) Parktik niat dan Shalat sunnah Ihram
c) Praktik Thawaf
d) Praktik Sa’i
e) Praktik Tahallul
5 Bimbingan Pelaksanaan Ibadah Haji/Manasik Haji
a) Ihram/Miqot
b) Wukuf di Arafah
c) Mabit di Muzdalifah
d) Mabit di Mina
e) Melontar Jamarat
f) Thawaf Ifadoh, sa’i
g) Tahallul Awal dan Tahallul Tsani
64
6 Bimbingan Pelaksanaan Ibadah Haji/Manasik Haji
a) Praktik memakai Ihram
b) Praktik niat dan shalat sunat Ihram
c) Praktik Wukuf, Mabit, di Muzdalifah dan Mina
d) Praktik melempar Jamarat
e) Praktik Thawaf Ifadhah
f) Praktik Tahallul/Memotong Rambut
7 Ibadah dan Kegiatan Selama di Pesawat
a) Bersuci (Wudhu/Tayamum di pesawat)
b) Shalat di pesawat
c) Makan, minum dan istirahat di pesawat
d) Membaca Al-Qur’an, Dzikir dan Do,a
e) Tata cara menggunakan fasilitas di peswat
f) Menjaga keselamatan penerbangan
65
Sumber diolah dari Kementrian Agama Kota Tangerang
Tabel di atas menjelaskan tentang pelaksanaan sekaligus materi
bimbingan manasik haji diangkat Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan. Dengan adanya pelaksanaan bimbingan tersebut, para calon
8 Adat Istiadat Masyarakat Arab Saudi dan Hikmah
Ibadah Haji
a) Budaya dan karakter masyarakat Arab Saudi
b) Perilaku jamaah haji Arab Saudi
c) Nilai dan cirri-ciri haji mabrur
d) Haji mabrur dan ksolehan social
Hak dan Kewajiban Jamaah
Hak
a) Hak memperoleh bimbingan manasik
b) Akomodasi dan konsumsi di Tanah Air dan Arab Saudi
c) Gelang identitas
d) Living cost
e) Pelayanan kesehatan
Kewajiban
a) Mematuhi tata tertib dan aturan-aturan tentang
penyelenggaraan haji
b) Menjaga nama baik bangsa dan Negara selama di Arab
Saudi
66
jamaah haji memperoleh pengetahuan dan bimbingan manasik bisa
terarah dan tepat sasaran serta jamaah lebih bisa mengetahui materi yang
akan disampaikan oleh Pembina haji di Kantor Urusan Agama
Kecamatan masing-masing.
Dari segi kualitas tempat, menurut H. Basuni dan H.Mudini
“untuk tahun sekarang kami menggunakan tempat Masjid Agung Al-
Ittihad Kota Tangerang sebagai tempat pelaksanaannya bimbingan
manasik haji. Karena memiliki aula yang lumayan luas, bisa menampung
para calon jamaah haji dan memiliki miniatur Ka’bah, dengan adanya itu
para calon jamaah bisa lebih mudah memahami.” Sebelumya kami
mengunakan tempat manasik di Masjid Raya Al-Adzom Kota Tangerang,
akan tetapi dari segi pengeras suara di Masjid Raya Al-Adzom dianggap
kurang baik, sehingga jamaah kurang merasa nyaman.”73
Ketika penulis observasi dan datang melihat langsung tempat
kegiatan manasik tersebut memang benar yang dikatakan oleh bapak H.
Basuni selaku Staf pembinaan Haji dan Umroh Kota Tangerang, Masjid
Agung Al-Ittihad Kota Tangerang memiliki tempat aula yang luas
mempunyai miniatur ka’bah, infokus yang sudah disediakan oleh
Pembina dan mempunyai pengeras suara yang cukup bagus.
73
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mudini dan H. Basuni
67
4. Tahap Pengawasan (Controling)
Pengawasan merupakan proses penentuan yang harus
diselesaiakan yaitu pelaksanaan dan penilaian pelaksanaan, bila perlu
melakukan tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai
dengan rencana.
Pengawasan yang dilakukan pada program bimbingan manasik
haji ini dilakukan langsung oleh tim panitia khusus dari lembaga
Kementrian Agama Kota Tangerang sebagai pihak penyelenggara
ibadah Haji ini mengawasi pelaksanaan bimbingan manasik yang
dilakukan oleh pihak lemabga KUA dan KBIH. Dalam tahapan
evaluasi kinerja belajar mngajar yang sudah di ajarkan maka lembaga
Kemantrian Agama Kota Tangerang ini mengevalusai sekaligus
memantapkan secara klasikal atau individu, dan spontanitas, dari awal
hingga akhir materi yang sudah dipelajari. Dengan cara Tanya jawab
antar pemateri dan calon jamaah haji dan melakukan ilmu manasik
haji dengan cara praktik langsung di lapangan.
Maka ketika para calon jamaah haji yang sudah mempelajari
teknik dan metode pembelajaran bimbingan manasik haji ini diuji
kelayakannya calon jamaah haji bisa atau tidak paham dan lulus atau
tidaknya dalam mempelajari materi bimbingan manasik haji dan juga
hal tersebut bisa menjadi tolak ukur bagi para pengajar di Kementrian
Agama ini sudah benar-benar berhasil menjalankannya baik dan benar
sesuai prosedur dan rencana yang telah ditentukan.
68
5. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi bimbingan manasik dilakukan pada saat:
1) Hari kedua setelah materi yang hari pertama disampaikan dan
langsung dipraktekan di depan para calon jamaah sekaligus
mengevalusai, diantaranya tata cara memakai ihrom, thawaf,
sai, melontar jamarat, dan tahalul.74
2) Setiap bimbingan manasik itu di terangkan hikmah dari ibadah
haji dan dalam manasik perlu yang namanya praktek karena
kalau Cuma teori saja calon jamaah kurang terlalu memahami
dan dengan bisa membantu para calon jamaah yang lanjut usia.
3) Pihak Kementrian Agama Kota Tangerang melakukan evalusai
setelah kepulangan jamaah haji guna mengetahui perubahan
para calon jamaah setelah pergi haji dan sekaligus
mengingatkan para jamaah agar menjaga akhalknya.
4) Pihak Kementrian Agama Kota Tangerang melihat dari
berbagai titik dan keadaan pelaksanaan bimbingan manasik
yang di lakukan oleh KUA maupun KBIH setelah itu di
rapatkan oleh panitia dan melaporkan kepada kepala kemudian
di bahas oleh kepala PHU dan para panitia pelaksana.
Adapun analisis yang dapat penulis kemukakan
terhadap pelaksanaan manjemen yang dilakukan lembaga
Pelaksana Kementrian Agama Kota Tangerang, berdasarkan
74
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mudini dan H. Basuni
69
data temuan yang penulis kumpulkan bahwa penerapan fungsi
manajemen sudah cukup baik. Terbukti dengan diadaknnya
beberapa langkah atau kegiatan yang dapat mendukung
keberhasilan program bimbingan manasik (BIMSIK) ini.
Hal yang dapat dilihat dari pelaksanaan fungsi manajemen
yang mulai dari:
1. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan Kementrian Agama Kota
Tangerang meliputi : a) Penetapan tujuan yang pada hal ini jamaah
benar-benar di bina dengan sebenar-benarnya agar jamaah setelah
selesai dari pelatihan ini mampu mengaaplikasikannya dengan baik
dan benar, di waktu pelaksanaan haji maupun di luar pelaksanaan
ibadah haji. b) pemrograman, perencanaan pada pemrograman yang
dilakukan meliputi : penentuan kegiatan yang dilakukan yaitu
kegiatan bimbingan secara teori dan praktek, dan untuk penentuan
pembimbing/pemateri yang telah ditentukan oleh Kementrian
Agama Kota Tangerang. c) penjadwalan, dalam penjadwalan yang
dilakukan Kemenag Kota Tangerang menetapkanlokasi dan
pembentukan jadwal pada inti pembahsaan materi bimbingan
manasik dan ketika dilihat dari segi tempat dan waktu pelaksanaan
penjadwalan ini sudah cukup tepat, dalam sarana prasarana
tempatpun sudah memadai, akan tetapi masih terdapat
70
kekurangannya yaitu dari pihak jamaah yang terkadang lambat
datang dan masih kurangnya menyadari bahwa pentingnya
pelatihan manasik, bahkan masih ada jamaah yang tidak hadir
dalam pelatihan manasik ini. d) anggaran, pemasukan anggaran
yang diterima dari jamaah dialokasikan untuk kepentingan
bimbingan jamaah berjumlah sebesar Rp. 75.000,- untuk tambahan
konsumsi, pemateri, rihlah ilmiyah dan lain-lain. Penulis rasa hal
tersebut sudah cukup tepat dalam pengalokasian dana yang
dikeluarkan, karena Kementrian Agama Kota Tangernag sudah
terbantu oleh dan dari Penyelengaraan Anggaran Oprasional Haji
(PAOH).75
2. Pengorganisasian
Dalam pelaksanaan program ini yang telah dilakukan
penyelanggra penulis melihat sudah cukup baik dalam
penyelenggaraan haji, terutama dalam menentukan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh masing-masing bidangnya dan menjalin
koordinasi terhadap lembaga lain sudah cukup baik seperti lembaga
KUA dan KBIH yang membantu dalam pelaksanaan bimbingan
manasik ini.
Kemudian dalam hal ini Kementrian agama RI sebagai
penyelenggara pusat, dan pada kemetrian agama kota tangerang
sebagai penyelenggaran bimbingan secara massal, dan pada setiap
75
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mudini dan H. Basuni
71
wilayah kota tangerang terdapat beberapa KUA dan KBIH yang
menjadi rujukan para calon jamaah haji yang diamanhkan atau di
tugaskan oleh kementrian agama kota tangerang untuk melakukan
bimbingan keppada para calon jamaah haji.
3. Penggerakan (pelaksanaan)
Penggerakan yang telah dilakukan oleh penyelenggara
bimbingan manasik haji sudah sesuai dengan perencanaan yang sudah
dibentuk dan ditetapkan, hal tersebut terlihat dengan menetapkan dan
membentuk pokok bahasan materi yang akan dikuti para calon jamaah
haji serta metode yang akan diberlakukan dalam pelaksanaan proses
pengajaran yang bersifat membina.
4. Pengawasan
Pengawasan yang dilakukan oleh pihak Kemenag Kota
Tangerang atau penyelenggara program bimbingan manasik, setelah
penulis melihat dan dari temuan data sudah cukup efektif sesuai
dengan tujuan sebuah pengawasan, khususnya dari sebuah
pengawasaan program yang berkaitan dalam proses kegiatan belajar
mengajar, pengawasan tersebut juga langsung diawasi oleh
narasumber, staf Pembinaan Haji dan Umroh dan kepala PHU.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan oleh kemnag kota tangerang terutama
dalam bimbingan manasik penulis rasa sudah cukup efektif karena
yang dilakukan kemenag itu mengevaluasi bukan hanya para panitia
72
penyelenggara saja, akan tetapi para calon jamaah pun pasca haji ada
evaluasi guna melihat kualitas jamaah setelah ibadah haji.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelatihan Jamaah Haji pada
Kementrian Agama Kota Tangerang
1. Faktor Pendukung
Dari segi pelaksanaan bimbingan manasik dari kementrian Agama
Kota Tangerang.
a. Kemenag kota tangerang Terbantu oleh para lembaga KUA
dan KBIH untuk mendorong agar mengikuti manasik agar
calon jamaah lebih memahami tata cara Ibaah Haji.
Dalam hal ini kementrian Agama Kota Tangerang sangat
terbantu dalam pelaksanaan manasik haji dan bisa membuat
para calon jamaah bisa lebih banyak mengikuti bimbingan
manasik dan disamping itu para calon jamaah Haji bisa mampu
melakukan manasik dengan mandiri.
b. Dari segi tempatnya bisa terjangkau oleh calon jamaah Haji
sehingga para calon jamaah tidak kejauhan untuk
melkasanakan bimbingan manasik. Dalam hal ini sangat
penting untuk lembaga penyelenggara khususnya pada
Kementrian Agama Kota Tangerang harus bisa membuat
pelayanan para calon jama’ah dengan sebaik-baiknya karena
73
dengan segi tempat juga bisa mempengaruhi para calon jamaah
Haji.
c. Akses kendaraannya mudah terjangkau oleh para calon jamaah
Haji Kota Tangerang.
d. Sarana prasarana nya yang mendukung atau memadai sehingga
para jamaah bisa lebih memahami bimbingan manasik dan bisa
melihat gambaran di Arab Saudi.
Dari segi sarana dalam menjalankan tugas sebagai
penyelenggara Ibadah Haji yakni melaksanakan bimbingan manasik
Kementrian Agama Kota Tangerang dilakukan sebanyak tiga kali
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pelaksanaan tersebut bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan
kepada para calon jamaah haji yang akan berangkat untuk
dilaksanakan dan dipatuhi.
Pelaksanaan bimbingan manasik massal dilaksanakan di
Masjid Agung Al-Ittihad Kota Tangerang. Pemilihan lokasi tersebut
dikarenakan memiliki aula Masjid yang cukup luas sehingga bisa
menmpung para calon jamaah dan lokasi yang strategis.
Prasarana dalam menunjang kegiatan, alat dan media yang
digunakan saat bimbingan manasik haji yaitu: Pengeras suara, Laptop,
Infocus, Buku bimbingan manasik haji dan miniatur Ka’bah.
74
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam bimbingan manasik pada Kemenag Kota
Tangerang dilihat dari fungsi manajemen atau dari segi perencanaan
yaitu:
a. Dari segi pendanaan itu seharusnya lebih awal dari pemerintah
agar supaya melakukan kegiatan tersebut bisa dilakukan
dengan baik dan terealisasikan dengan lebih terarah dan tepat
waktu.76
b. Dari segi latar belakang jamaah yang lanjut usia dan
berpendidikan rendah sehingga bimbingan manasik yang di
lakukan pembimbing harus benar-benar membimbing para
calon jamaahnya, untuk pembinaannya dilakukan secara
bertahap dan di ulang ulang karena masih banyak jamaah
kesulitan dalam menghafal do’a-do’a Manasik.
c. Adapun para calon jamaah dari segi bahasa ada yang tidak
mengerti bahasa Indonesia, maka dari itu terkadang jamaah
belum paham apa yang disampaikan narasumber.
d. Keterlambatan buku panduan yang di alokasikan ke KUA,
sebaiknya dari awal pendaftaran calon jamaah harus langsung
diberikan buku bimbingan agar para calon jamaah bisa
mempersiapkan dari jauh hari dalam mempersiapkan mareri
yang akan di laksanakan.
76
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Basuni
75
Dalam permasalahan ini kemenag mengatasi hambatan-
hambatan tersebut dengan cara mengevalusai permasalahan-
permasalahn tersebut dari mulai dari pendaftaran, pelaksanaan
Bimbingan Manasik, keberangkatan dan kepulangan jamaah agar
supaya Kementrian Agama Kota Tangerang mampu melihat
kualitas para jamaah pasca haji dan melihat kekurangnya dari segi
pelaksanaan bimbingan manasik (BIMSIK), dengan itu bisa
memperbaiki dan melakukan pendekatan emosional dengan calon
jamaah dengan lebih maksimal dalam bimbingan manasik haji.
Dalam penulisan ini penulis melihat dari berbagai referensi skripsi lain
dilihat dari persamaan dan perbedaannya.
No Judul Skripsi Persamaan Perbedaan
1 Tirta Wijaya dengan judul.
“Manajemen Pembinaan Jamaah
Haji pada KBIH ULUL AL-BAAB
TANGERANG”. k haji pada
jamaah haji KBIH ULUL AL-
BAAB TANGERANG.
Sama membahas
mengenai tentang
manajemen
bimbingan manasik.
Membahas
manajemennya
hanya dalam segi
pembinaan.
Akan tetapi penulis
memebahas
pelaksanaan dari
segi pembentukan
panitia,pelaksanaan
sampai kepulangan
jamaah
2 Fahrul Yusuf dengan judul.
“Evaluasi Program Bimbingan
Manasik Haji Massal pada
Kementrian Agama Kota Jakarta
Barat Tahun 2015”.
Sama membahas
bimbingan manasik. Membahas setelah
pelaksanaannya
saja.
Akan tetapi penulis
memebahas
pelaksanaan dari
dari segi
pembentukan
76
panitia, pelaksanaan
sampai kepulangan
jamaah
3
Yafi’ul Fadilah, “Manjemen SDM
pada Kelompok Bimbingan Ibadah
Haji (KBIH) yayasan pendidikan
Islam Al-Azhar”.
Letak persamaan
antara skripsi
penulis dengan
skripsi Yafi’ul
Fadilah sama
membahas tentang
fungsi manjemen
pada lembaga atau
KBIH.
meliputi :
Perencanaan,
Penggerakan,
Pengorganisasian,
dan Pengawasan.
Adapun letak
perbedaannya yaitu
dari segi
pembahasan,
membahas
Manjemen dari segi
Sumber Daya
Manusia (SDM)
pada Kelompok
Bimbingan Ibadah
Haji.
Sedangkan penulis
fokus pada
Manejemen
Bimbingan Manasik
Haji pada
Kementrian Agama
Kota Tangerang.
4
Aldi Cahya Ramadhan “Metode
Bimbingan Jamaah Haji Pada
Yayasan Ar Risalah ciracas Jakarta
Timur”
Sama-sama
membahas
mengenai
bimbingan jamaah
Haji
Hanya membahsa
metode bimbingan
jamaah saja.
Akan tetapi penulis
memebahas
pelaksanaan dari
dari segi
pembentukan
panitia, pelaksanaan
sampai kepulangan
jamaah
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan penelitian dan pembahasan yang telah
penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya melakukan pengamatan
rangkaian manajemen bimbingan manasik haji pada Kementrian Agama
Kota Tangerang. Maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Setiap program kegiatan dan acara yang diadakan oleh Kementrian
Agama Kota Tangerang sudah direncanakan sebelumnya. Setiap
kegiatan yang akan dilaksanakan telah sesuai dengan perencanaan
yang telah dibentuk dan ditentukan, meliputi : penetapan tujuan,
Programming, Penjadwalan, dan Penganggaran. pengorganisasian itu
merupakan suatu penentuan, pengelompokan, dan pengaturan berbagai
kegiatan yang memang dianggap perlu untuk menunjukan hubungan
kewenangan setiap individu. Dan langkah-langkah pengorganisasian
ialah sebagai berikut: Menerapkan tujuan organisasi yang ingin
dicapai, penentuan kegiatan, dan pendelegasian wewenang.
Dalam hal pelaksanaan yang diterapkan pada program bimbingan
manasik haji adalah sebagai berikut:
1) Metode yang diterpakan pada Kementrian Agama Kota
Tangerang yaitu: Ceramah, Tanya jawab, Diskusi, dan praktek.
78
2) Materi Bimbingan pada Kementrian Agama Kota Tangerang
memeberikan : Materi dasar dan Materi inti.
Pengawasan yang dilakukan pada program bimbingan
manasik haji ini dilakukan langsung oleh narasumber, dan
lembaga Kementrian Agama Kota Tangerang yaitu oleh kepala
PHU dan Pembina Haji dan Umroh sebagai pihak
penyelenggara ibadah haji. Dalam tahapan evaluasi kinerja
belajar mengajar yang telah diajarkan maka Kementrian
Agama Kota Tangerang ini mengevaluasi dari awal hingga
akhir materi yang telah dipelajari dan dilakukan secara
individual, dan spontanitas. Dengan cara Tanya jawab antara
narasumber dan calon jamaah haji dan melakukan ilmu
manasik haji dengan cara praktik langsung di lapangan.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor pendukung dari Kemenag Kota Tangerang sudah baik
dalam hal; Penetapan tujuan kepada para calon jamaah haji dalam
bimbingan manasik sudah efektif dan efisien, terbantu oleh lembaga
KUA dan dalam bimbingan manasik haji Kemanag Kota Tangerang
narasumber yang professional dan berpengalaman, yang tak lepas
memberikan bimbingan dan pembinaan secara teori dan parktek
kepada jamaah sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dimulai dari
proses pelaksanaan bimbingan manasik haji serta ketika pelaksanaan
79
di Makkah dan Madinah. Kemudian dari segi prasaran dan sarana
lengkap.
Faktor penghambat dalam pelakasanaan bimbingan manasik
pada Kemenag Kota Tangerang adalah keterlambatan angaran dana
dari KANWIL Provinsi Banten, keterlambatan buku panduaan yang di
alokasikan kepada lembaga KUA dan dilihat dari Dari segi jamaah
yang lanjut usia dan berpendidikan rendah, sehingga Penyampaiain
materi dilakukan secara bertahap dan di ulang ulang karena masih
banyak jamaah kesulitan dalam menghafal do’a-do’a Manasik, ada
juga yang tidak mengerti bahasa Indonesia, maka dari itu terkadang
jama’ah belum paham apa yang disampaikan narasumber.
B. Saran-saran
1. Tetap menjaga terus hubungan kerjasama yang baik antara Kementrian
Agama Kota Tangerang dengan KUA dan lembaga KBIH. Dan selalu
saling memberikan masukan yan baik dan tepat antara ketiga lembaga
tersebut.
2. Selalu memberikan bimbingan maksimal dan pelayanan yang prima
untuk tahun-tahun selanjutnya.
3. Untuk lebih meningkatkan lagi pendekatan emosional antara calon
jamaah dan panitia sehingga ketika bimbingan manasik dapat berjalan
dengan baik begitupun para calon jamaah bisa lebih santai dan dapat
mudah memahami materi-materi yang telah diberikan.
80
4. Untuk terus menerus memberikan sosialisasi kapada para calon jamaah
yang mendaftarkan dirinya untuk memilih lembaga bimbingan
manasik haji yang tepat dan baik melalui pamflet, brosur, dan
mengadakan seminar maupun melalui media elektronik.
DAFTAR PUSTAKA
Alatif, Hanan dan Nizam, Ahmad. Manajemen Haji (Jakarta: Nizam Press, 2004)
Ali Hasan, M. Tuntunan Haji, (Jakarta: PT. Raji Grafindo Persada, 2001)
Anwar Prabu Mangkunegara, A.A. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) cet. Ke-1
Arief Subyantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial (Yogyakarta :
CV. Andi Offset.
Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1998), cet Ke-6
Arifin, M. Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979)
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta
Pola Bimbingan Calon Jamaah Haji, (2007)
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta,
Modul Pembelajaran Manasik Haji, (2006).
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta,
Desain Pola Pembinaan Jamaah Haji, (2007)
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta,
Modul Pembelajaran Manasik Haji, (2006)
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta
2011, Tuntunan Praktis Manasik Haji dan Umroh, (2011)
Departemen Agama RI, Haji Dari Masa ke Masa (Jakarta : Direktorat jendral
Penyelenggaraan Haji dan Umroh, 2012)
Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Besar Bahsa Indonesia “bombing”,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1996) ed. Ke-2 cet. Ke-9
Djumhur dan Surya, Moh. Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, (guidance &
counseling), (Bandung: CV. Ilmu, tth) cet. Ke-24
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005)
Hamalik, Oamar. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manjemen Pelatihan
Ketetanaga Kerjaan Pendekatan Terpadu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004)
Husein Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial (Jakarta : PT.
Bumi Aksara, 2003), cet ke 4.
Husein Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial (Jakarta : PT.
Bumi Aksara, 2003), cet ke 4.
Kartono, Ahmad, Manajemen Haji dan Umroh, (Jakarta: FDK PRESS, 2016).
Kementrian Agama RI, Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh, 2012), cet ke 2.
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Penyelengaraan Ibadah Haji, (Jakarta:
Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh, 2011).
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Penyelengaraan Ibadah Haji, (Jakarta:
Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh, 2011).
Latif Hasan. A dan Nidjam Ahmad, Manajemen Haji. (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003) cet
ke-2
Latuheru, Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini, (Jakarta:
Depdikbud, 1998)
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kulitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2010).
Lutfi, M. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008)
Manulang M., Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), cet. Ke-1
Masry Simbolan Maringan, Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2004).
Muchtaron, Zaini. Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press,
1996).
Muhamad Ilyas Abdul Ghani, Sejarah Makkah, (Medina Munawwara: Al-Rashed
Printers, 2003).
Mulkanasir, dan Guruh Muhammad, Ilmu Administrasi Suatu Pengantar(Jakarta: CV.
Grafika Karya Utama, 2012).
Musnawar, Thohari. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: UII Press,
1992)
Notatmojo, Soekidjo Pengembagan Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT. Rieneka Cipta,
2004)
Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji, (Pusat Kesehatan Haji
kementrian Kesehatan RI: 2010)
Rasyid Shaleh, Abdul. Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2006),
Syafii Antonio Muhammad, Haji dan Umroh Mabrur Itu Mudah dan Indah (Jakarta :
Tazkia Publishing 2015), cet ke 1
Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
ed. Ketiga, cet- keempat, (Jakarta:Balai Pustaka, 2007).
Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006).
Wijayanto Dian, Pengantar Manajemen,(Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama,2012).
Yakub, Hamzah, Menuju Keberhasilan Manajemen dan Kepemimpinan, (Bandung:
Diponegoro, 1984).
WAWANCARA
Wawancara pribadi dengan Bpk. Drs. H. Dedi Mahfudin, Kepala Kementrian Agama
Kota Tangerang (Tangerang : 15 September 2017)
Wawancara pribadi dengan Bpk. Drs. H. Mudini MM, Kepala Seksi Haji Kementrian
Agama Kota Tangerang (Tangerang : 16 Agustus 2017)
Wawancara pribadi dengan Bpk.. H.Ison Basuni, Staf Pembinaan Haji dan Umroh
Kementrian Agama Kota Tangerang (Tangerang : 16 Agustus 2017)
Wawancara pribadi dengan Bpk. Hudzri S.Sy, Ketua Panitia Pelaksana Bimbingan
Manasik Haji KUA Kota Tangerang (Tangerang : 14 September 2017)
Wawancara pribadi dengan Bpk. Adih, Calon Jamaah Haji Kota Tangerang (Tangerang :
22 Agustus 2017)
Wawancara pribadi dengan Bpk. Edi Wantoro, Calon Jamaah Haji Kota Tangerang
(Tangerang : 22 Agustus 2017)
Wawancara pribadi dengan Ibu. Hatim, Calon Jamaah Haji Kota Tangerang (Tangerang
: 22 Agustus 2017)
LAMPIRAN
Hasil Wawancara
Hari/Tgl : Jum’at, 15 September 2017
Narasumber : Drs H. Dedi Mahfudin M.Si
Jabatan : Kepala Kemntrian Agama Kota Tangerang
Tempat : Kementrian Agama Kota Tangerang
1) Bagaimana proses perencanaan sebelum melaksanakan bimbimbang manasik ?
Jawab: Memebentuk panitia, mengadakan rapat-rapat persiapan dan melakukan
koordinasi kepada lembaga yang menyelenggarakan bimbingan manasik
2) Bagaimana proses pengorganisasian bimbingan manasik yang dilakukan kemenag kota
tangerang?
Jawab: Setelah melakukan pembentukkan panitia dan rapat persiapan kami melakukan
koordinasi terhadap lembaga KBIH dan KUA di Kota Tangerang agar bisa
terkontrol dan supaya para lembaga yang mempunyai jamaah bisa mengikuti
bimbingan di tingkat kota/kabupaten tangerang
3) Bagaimana proses pengawasan bimbingan manasik yang dilakukan kemang kota
tangerang?
Jawab: Pengawasan dilakukan oleh tim panitia evaluasi dan ada tim khusus yang
mengontrol terhadap lembaga KBIH dan KUA agar bisa mengetahui
bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan oleh lembaga tersebut.
4) Apa visi-misi pelaksanaan bimbingan manasik haji?
Jawab : Visi ; terciptanya calon jamaah yang mandiri misi; yang mampu menjalankan
ibadah hajinya sesuai syariat islam
5) Apa saja kebijakan yang dilakukan kemenag kota tangerang terkait penyelenggaraan
bimbibngan manasik?
Jawab: Pertama Merespon perintah mentri agama, Dirjen Haji dan Kanwil yang di
tingkat provinsi untuk melakukan penyelenggraan bimbingan manasik dengan
sebaik-baiknya agar calon jamaah haji pada khususnya di kota tangerang
menjadi jamaah yang mandiri. Kedua Mengawasi penyelenggaraan di KBIH dan
KUA di Kota Tangerang
6) Berapa lama Kemenag Kota Tangerang menyelenggarakan bimbingan manasik haji?
Jawab: 10 kali pertemuan diantaranya di tingkat kecamatan 8 kali dan 2 kali di tingkat
Kota/Kabupaten
7) Darimanakah asal pendanaan bimbingan manasik haji?
Jawab: Berasal dari APBN/BPIH
8) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan bimbingan manasik?
Jawab: Pendukunya: interal yaitu para pegawai di kementrian agama kota tangerang
sendiri dan eksternal yaitu para kiyai, ustadz para kelompok bimbingan yang
mendukung dalam proses pelaksanaan bimbingan manasik. Penghambatnya: dari
anggaran yang terbagi-bagi dan untuk honor pemateri yang tidak sesuai dengan
apa yang dilakukan oleh pemateri dan para panitia yang tidak enak terhadap
pemateri khususnya kepada kiyai yang biasa tidak di atur kalau dalam
berceramah tetapi disini diatur materinya dan jamnya. Dari segi sarana dan
khususnya untuk infokus yang harus minjem dan untuk itu anggarannya tidak
ada untuk menyewa dan membeli, alat pengeras suara yang tidak memadai, dan
alat peraga yang kurang.
9) Bagaimana sistem evaluasi dari proses penyelenggaraan program bimbingan manasik
haji?
Jawab: Melihat berbagai titik dan keadaan dirapatkan oleh para panitia kemudian
melaporkan kepada saya selaku kepala kemenag kota tangerang selanjutnya
kita bahas dengan kepala PHU dan para panitia.
Hari/Tgl : Rabu, 16 Agustus 2017
Narasumber : H.Mudini, S.Sos MM
Jabatan : Kepala PHU Kota Tangerang
Tempat :Kantor PHU
1) Bagaimana proses perencanaan sebelum melaksanakan bimbiangan manasik ?
Jawab: Rapat persiapan panitia, dengan Kanwil provinsi banten, kemudian mengundang
para Kepala KUA,melakukan rapat dengan kepala KUA sebanyak 3 kali, terkait
manasik di kecamatan
2) Bagaimana proses pengorganisasian bimbingan manasik yang dilakukan kemenag kota
tangerang?
Jawab: Melakukan koordinasi dengan kepala KUA dan KBIH
3) Ada berapa jumlah KUA dan KBIH yang berada di Kota Tangerang?
Jawab: Ada 13 KUA dan 26 KBIH yang tercatat.
4) Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan manasik yang dilakukan kemenag kota
tangerang?
Jawab: Sebelum melakuakn pelaksanaan bimingan manasik narasumber mengucapkan
talbiyah dan di ucap ulang oleh para calon jamaah, kemudian menyampaikan
materi sesuai dengan kurikulum yang sudah ditentukan, dan menyampaikan
materinya dengan metode ceramah, simulasi Tanya jawab, diskusi dan praktek.
5) Bagaimana proses pengawasan bimbingan manasik yang dilakukan kemang kota
tangerang?
Jawab: Langsung di awasi oleh tim panitia dari kemenag yang telah dibentuk, dan para
narasumber.
6) Apa visi-misi pelaksanaan bimbingan manasik haji?
Jawab: Visi ; terciptanya calon jamaah yang mandiri. dan Misi ; yang mampu
menjalankan ibadah hajinya sesuai syariat islam.
7) Apakah ada standar kualifikasi bagi pembimbing manasik haji di Kementrian Agama
Kota Tangerang?
Jawab: Sudah bersetrtifikat, berprengalaman dalam berhaji, keilmuan di bidang ibadah
haji.
8) Berapa lama Kemenag Kota Tangerang menyelenggarakan bimbingan manasik haji?
Jawab: 2 kali pertemuan
9) Kapan saja waktu pelaksanaan bimbingan manasik?
Jawab: Sabtu dan Minggu
10) Dimana pelaksanaan bimbingan manasik haji dilakukan?
Jawab: Dilaksanakan di Masjid Al-I’tihad
11) Darimanakah asal pendanaan bimbingan manasik haji?
Jawab: Penyelenggara Anggaran Oprasional Haji
12) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan bimbingan manasik?
Jawab: Pengahambat: kurang respon dari jamaah dan telat hadir dan terkadang
narasumber tidak hadir, kemudian dari latar belakang pendidikan, jamaah
tidak bisa bahasa Indonesia. Pendukung:kendaraan lancer, jarak tempat tidak
terlalu jauh, sarana prasarana cukup menunjang.
Hari/Tgl : Rabu, 16 Agustus 2017
Narasumber : H.Basuni, S.Pd. I
Jabatan : Staf Pembinaan PHU Kementrian Agama Kota Tangerang
Tempat :Kantor PHU
1) Bagaimana proses perencanaan sebelum melaksanakan bimbiangan manasik ?
Jawab: Mengumpulkan Seluruh kepala KUA dan KBIH Kota Tangerang, dan memberi
arahan terkait bimbingan manasik
2) Apa Tugas bapak sebagai staf pembinaan PHU
Jawab: Menginformasikan dan mengarahkan kepada lembaga KBIH dan KUA, dan para
jamaaah
3) Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan manasik yang dilakukan kemenag kota
tangerang?
Jawab: Sebelaum melakuakn pelaksanaan bimingan manasik narasumber mengucapkan
talbiyah dan di ucap ulang oleh para calon jamaah, kemudian menyampaikan
materi sesuai dengan kurikulum yang sudah ditentukan, dan menyampaikan
materinya dengan metode ceramah, simulasi Tanya jawab, diskusi dan praktek.
4) Bagaimana proses pengawasan bimbingan manasik yang dilakukan kemang kota
tangerang?
Jawab: Langsung di awasi oleh saya dan tim panitia dari kemenag yang telah dibentuk,
dan para narasumber.
5) Apa visi-misi pelaksanaan bimbingan manasik haji?
Jawab: Visi ; terciptanya calon jamaah yang mandiri Misi; yang mampu menjalankan
ibadah hajinya sesuai syariat islam.
6) Apakah ada standar kualifikasi bagi pembimbing manasik haji di Kementrian Agama
Kota Tangerang?
Jawab: Sudah bersetrtifikat, berprengalaman dalam berhaji, keilmuan di bidang ibadah
haji.
7) Berapa lama Kemenag Kota Tangerang menyelenggarakan bimbingan manasik haji?
Jawab: 2 kali pertemuan
8) Kapan saja waktu pelaksanaan bimbingan manasik?
Jawab: Sabtu dan Minggu
9) Dimana pelaksanaan bimbingan manasik haji dilakukan?
Jawab: Bertempat di masjid Al-I’tihad
10) Darimanakah asal pendanaan bimbingan manasik haji?
Jawab: Penyelenggara Anggaran Oprasional Haji
11) Berapa jumlah calon jamaah haji di Kementrian Kota Tangerang tahun 2017 ?
Jawab: 1788 calon jamaah
12) Berapa Anggaran yang di lembaga KBIH dan KUA?
Jawab: Untuk di KBIH itu sebesar Rp 3.500.000 dan di Kementrian Agama/KUA
Rp 75. 000 per jamaah.
13) Bagaimana sistem evaluasi dari proses penyelenggaraan program bimbingan manasik
haji?
Jawab: Pertama dilakukan adalah melakukan rapat dengan panitia, kedua mealporkan
kepada kepala dan yang ketiga itu baru dibahas oleh kepala PHU dan para
panitia. Setelah pasca kepulaangan juga ada evaluasi terhadap jamaah tujuannya
untuk mengetahui perubahan para jamaah setelah pergi haji.
14) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan bimbingan manasik?
Jawab: Pengahambat: kurang respon dari jamaah dan telat hadir dan terkadang
narasumber tidak hadir, kemudian dari latar belakang pendidikan, jamaah
tidak bisa bahasa Indonesia. Pendukung:kendaraan lancer, jarak tempat tidak
terlalu jauh, sarana prasarana cukup menunjang.
Hari/Tgl : Kamis, 14 September 2017
Narasumber : Bapak Hudzri
Jabatan : Penghulu dan Ketua Panitia Penyelenggaraan Bimbingan Manasik
Haji.
Tempat : Kantor KUA Kecamatan Kota Tangerang
1) Sejak kapan KUA Kecamatan Kota Tangerang menyelenggarakan program bimbingan
manasik haji regular?
Jawab: Sejak tahun 2010 dan di tahun 2017 pada bulan Mei, tanggal 17-2017
2) Bagaimana proses perencanaan dalam menyelenggarakan program bimbingan manasik
haji?
Jawab: Melakukan rapat internal panitia, membuat surat panggilan untuk jamaah,
menentukan narasumber bimbingan manasik.
3) Apakah ada panitia khusus yang dibentuk dalam menyelenggarakan program bimbingan
manasik haji?
Jawab: iya tentu ada.
4) Bagaiamana standar oprasional prosedur pelaksanaan bimbingan manasik di KUA
Kecamatan Kota Tangerang?
Jawab: Melayani jamaah semaksimal mungkin, harus melaksanakaan 8 kali pertemuan
dan harus sesuai materi yang ditentukan oleh kemenag kota tangerang.
5) Apakah penyelenggaraan program bimbingan manasik haji di KUA ini sudah sesuai
dengan standar oprasional prosedur yang ditetapkan Kementrian Agama RI?
Jawab: Sudah sesuai
6) Apakah ada standar kualifikasi bagi pembimbing manasik haji di KUA Kecamatan Kota
Tangerang?
Jawab: Narasumber yang berpengalaman dan diutamakan narasumber itu yang baru
pulang haji, dan harus bersertifikat.
7) Apa silabus atau kurikulum yang digunakan dalam program bimbingan manasik haji di
KUA Kecematan Kota Tangerang?
Jawab: Sesuai dengan yang ditentukan oleh kemenag kota tangerang.
8) Apakah sarana prasarana di KUA Kecamatan Kota Tangerang dapat meningkatkan
efektifitas proses bimbingan manasik haji?
Jawab: Sarana prasaran yang kurang memadai, dan belum efektif
9) Bagaimana proses pengawasan penyelenggaraan program bimbingan manasik haji?
Jawab: Langusng oleh tim panitia, dan membuat kuisoner
10) Bagaimana sistem evaluasi dari proses penyelenggaraan program bimbingan manasik
haji?
Jawab: Setelah melakukan pelaksanaan bimbingan manasik yang 8 pertemuan selasai.
11) Bagaimana peran KUA/pemimbing dalam membimbing calon jamaah haji?
Jawab: Melayani jamaah dengan baik.
12) Metode apa saja yang dilakukan program bimbingan manasik ini dalam proses
pelaksanaannya?
Jawab: Ceramah, Simulasi, Diskusi, Tanya jawab dan Praktek
13) Apa saja aktifitas rutin yang diterapkan oleh narasumber bimbingan manasik ini pada
calon jamaah?
Jawab: Mengucapkan lafadz talbiyah
14) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan bimbingan manasik?
Jawab: Pendukung: semangat jamaah, dalam melaksanakan bimbingan dan narasumber
yang profesional. Penghambat: waktu penentuan pelaksanaaan mempet, dari
sarana prasarana yaitu kurangnya alat peraga, buku bimbingan yang terlambat
datang, dan anggaran yang terlamabt turunnya.
Responden Calon Jamaah
Nama : Ibu Hatim
Hari/tgl : Selasa, 22 Agustus 2017
Alamat : Sukabakti Kecamatan Tangerang
1) Apa alasan anda mengikuti bimbingan manasik?
Jawab: Agar mempermudah pelaksanaan ibadah haji nanti ketika di makkah
2) Apa yang anda ketahui tentang bimbingan manasik?
Jawab: Cara memakai ihrom, cara thawaf, sai dan lainnya yang mengenai ibadah haji
3) Menurut anda apakah sosialisasi yang dilakukan lembaga kementrian agama terkait
pelaksanaan bimbingan manasik sudah cukup?
Jawab: Iya sudah cukup baik
4) Apa pengertian haji menurut anda?
Jawab: Menunaikan rukun islam yang ke lima
5) Dari pengertian haji yang anda kemukakan, apakah semua kegiatan yang ada pada
program bimbingan manasik ini sudah baik untuk mewakili pengertian tersebut ?
Jawab: Iya sudah efektif
6) Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang anda alami selama bimbingan
manasik?
Jawab: Tidak ada hambatan, pendukunya tempatnya dekat.
7) Apa saja kegiatan yang dilakukan selama bimbingan berlansung?
Jawab: Melakukian thawaf, sai’ lontar jamarah dan lainya mengenai tata cara ibadah haji
8) Bagaimana menurut anda menejemen/pengelolaan pelaksanaan bimbingan manasik yang
dilakukan kementrian agama kota tangerang sudah baik?
Jawab: Iya sudah cukup baik.
Nama : Bapak Adih
Hari/tgl : Selasa, 22 Agustus 2017
Alamat : Sukabakti Kecamatan Tangerang
1) Apa alasan anda mengikuti bimbingan manasik?
Jawab: Agar lebih tahu tentang ibadah haji
2) Apa yang anda ketahui tentang bimbingan manasik?
Jawab: Tata cara shalat disana, cara berpergian dari rumah, tat cara perjalanan ibadah
haji lainnya dn lainnya yang mengenai ibadah haji
3) Menurut anda apakah sosialisasi yang dilakukan lembaga kementrian agama terkait
pelaksanaan bimbingan manasik sudah cukup?
Jawab: Iya sudah cukup baik
4) Apa pengertian haji menurut anda?
Jawab: Menjauhi larangan Allah SWT dan melaksanakan perintahnya khusunya dalam
melaksanakan ibadah haji
5) Dari pengertian haji yang anda kemukakan, apakah semua kegiatan yang ada pada
program bimbingan manasik ini sudah baik untuk mewakili pengertian tersebut ?
Jawab: Iya sudah baik
6) Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang anda alami selama bimbingan
manasik?
Jawab: Tidak ada hambatan, pendukunya tempatnya dekat.
7) Apa saja kegiatan yang dilakukan selama bimbingan berlansung?
Jawab: Melakukan thawaf, sai’ lontar jamarah dan lainya mengenai tata cara ibadah haji
8) Bagaimana menurut anda menejemen/pengelolaan pelaksanaan bimbingan manasik yang
dilakukan kementrian agama kota tangerang sudah baik?
Jawab: Iya sudah cukup baik
Nama : Bapak Edi Wantoro
Hari/tgl : Selasa, 22 Agustus 2017
Alamat : Batuceper Kota Tangerang
1) Apa alasan anda mengikuti bimbingan manasik?
Jawab: Agar lebih mengetahui tata cara pelaksanaan ibadah haji
2) Apa yang anda ketahui tentang bimbingan manasik?
Jawab: Ilmu-ilmu manasiknya bisa tahu, tata cara pelaksanaan yang sunnah dan yang
wajib mengenai ibadah haji dan bisa membedaknnya.
3) Menurut anda apakah sosialisasi yang dilakukan lembaga kementrian agama terkait
pelaksanaan bimbingan manasik sudah cukup?
Jawab: Iya sudah cukup baik
4) Apa pengertian haji menurut anda?
Jawab: Rukun islam yang ke lima yang wajib dilaksankan bila mampu
5) Dari pengertian haji yang anda kemukakan, apakah semua kegiatan yang ada pada
program bimbingan manasik ini sudah baik untuk mewakili pengertian tersebut ?
Jawab: Iya sudah baik
6) Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang anda alami selama bimbingan
manasik?
Jawab: Tidak ada hambatan.pendukunya narasumbernya berpengalaman
7) Apa saja kegiatan yang dilakukan selama bimbingan berlangsung?
Jawab: Melakukian thawaf, sai’ lontar jamarah dan lainya mengenai tata cara ibadah haji