bab ii kajian pustaka 2.1. kerangka teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/ngamirotun bab...

17
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Pembelajaran PKn ( Pendidikan Kewarganegaraan ) Sesuai Silabus KTSP, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta antikorupsi. c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.( Permen No.22 tahun 2006 ) PKn adalah suatu pendidikan yang ingin membina seseorang yang sudah memiliki status kewarganegaraan menjadi warga negara yang baik. Jadi PKn bertujuan meningkatkan kualitas Warga Negara Indonesia (WNI). 9 Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Pembelajaran PKn ( Pendidikan Kewarganegaraan )

Sesuai Silabus KTSP, mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut :

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara, serta antikorupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup

bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi.( Permen No.22 tahun 2006 )

PKn adalah suatu pendidikan yang ingin membina seseorang yang

sudah memiliki status kewarganegaraan menjadi warga negara yang baik.

Jadi PKn bertujuan meningkatkan kualitas Warga Negara Indonesia

(WNI).

9

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

10

Dalam dunia pendidikan, di negara kita mempunyai 12 sasaran bina

aspek yaitu :

a. Pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME

b. Yang berbudi pekerti luhur

c. Yang berkepribadian

d. Berdisiplin

e. Yang bekerja keras

f. Yang tangguh

g. Yang mandiri

h. Yang bertanggung jawab

i. Yang cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani

j. Yang mampu menumbuhkan dan mempertebal rasa cinta tanah air

k. Yang mampu menumbuhkan dan mempertebal semangat kebangsaan

dan kesetiakawanan sosial

l. Yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta sikap dan perilaku

yang inofatif dan kreatif

Menurut Roobiyarto (2007 : 54) Pendidikan Kewarganegaraan tidak

dibatasi oleh lingkup tempat dan waktu. Hanya saja penyampaian

Pendidikan Kewarganegaraan itu disesuaikan dengan profesi yang ingin

dimiliki oleh peserta didik.

Objek studi Pendidikan Kewarganegaraan adalah manusia Indonesia

yaitu Warga Negara Indonesia. Status/kedudukan seseorang membawa

serta peranan seseorang. Disinilah seseorang dituntut dapat senantiasa

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

11

menampilkan dirinya sesuai dengan hakekat manusia. Pangkal tolak untuk

supaya manusia itu dapat sesuai dengan statusnya adalah pengendalian

diri.

Pendidikan kewarganegaraan adalah wahana untuk

mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang

demokratis dan bertanggung jawab ( UURI No 20 th 2003 )

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan dalam rangka “nation and character

building” :

Pertama : Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian

kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven,

yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin

ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-

kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku

demokrasi warganegara.

Kedua : Pendidikan Kewarganegaraan mengembangkan daya nalar

(state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa

merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya

nalar tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan memusatkan perhatiannya pada

pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai

landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.

Ketiga : Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu proses

pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

12

lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan

logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif

dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam

berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik,

dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai

pengalaman langsung (hand of experience).

Keempat: kelas Pendidikan Kewarganegaraan sebagai laboratorium

demokrasi. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, pemahaman sikap dan

perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar

demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran

yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing

democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat

kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar

bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan

secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih

berbasis kelas ( Roobiyarto,2007 : 54 )

2.1.2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pencapaian hasil (tujuan) setelah berusaha dan

derajad keberhasilan yang dicapai dalam suatu tugas. Menurut Winkel (1984

: 64) hasil belajar adalah bukti usaha yang dapat dicapai. Sedangkan

menurut pendapat penulis hasil belajar adalah hasil yang dicapai menurut

kemampuan siswa dalam mengerjakan sesuatu. Dari pendapat-pendapat

tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh

seseorang setelah melakukan usaha atau kegiatan. Untuk mengetahui hasil

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

13

dari usaha dalam pembelajaran perlu diukur secara langsung dengan

menggunakan tes atau evaluasi.

Banyak ahli pendidikan mendefinisikan pengertian belajar. Menurut

Witherington dalam Purwanto (1998 : 84) belajar adalah suatu perubahan di

dalam suatu kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru

daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau

suatu perintah. Sedangkan menurut Purwanto (1998 : 85) belajar adalah

suatu perubahan dalam tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarah

kepada tingkah laku yang lebih baik tetapi juga ada kemungkinan mengarah

kepada tingkah laku yang lebih buruk.

Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman. Sedangkan belajar menurut Winkel (1984 : 162) adalah suatu

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai sikap. Belajar akan mengubah perilaku mental siswa

yang belajar.

Dari definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga

menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Agar

belajar dapat berkualitas dengan baik perubahan itu harus dilahirkan oleh

pengalaman dan oleh interaksi antara orang dengan lingkungannya.

Menurut Benjamin S. Bloom dalam Sudjana (2001 : 22) hasil belajar

meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

14

berkenaan dengan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, sintesis, dan evaluasi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan jawaban

atau reaksi dan penilaian. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan

hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Lebih lanjut menurut Sudjana (2001 : 22) ada dua faktor yang

mempengaruhi hasil belajar. Kedua faktor tersebut adalah :

a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis dan psikologis.

Yang dapat dikategorikan faktor biologis antara lain usia, kematangan,

dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor

psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan

kebiasaan belajar.

b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri siswa. Dapat

diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor

nonmanusia seperti alam benda, hewan, dan lingkungan fisik.

2.1.3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan

lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka

saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam

kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang

kompleks. Jadi hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi

aspek utama dalam pembelajaran kooperatif ( Trianto, 2007:41)

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

15

Menurut Syukur Ghazali (2002:123) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah sejenis cara belajar berkelompok yang

melibatkan empat sampai enam siswa. Di dalam kelompok ini, siswa

bekerja bersama-sama yang lain di bawah pengawasan guru. Di dalam

diskusi tersebut, siswa-siswa dapat mengemukakan pendapatnya dan

seorang siswa yang diangkat sebagai pemimpin kelompok dapat

berinisiatif untuk menyimpulkan hasil diskusi. Guru harus menempatkan

siswa sebagai insan yang secara alami memiliki pengalaman,

pengetahuan, keinginan, dan pikiran yang dapat dimanfaatkan untuk

belajar, baik secara individu maupun kelompok. Model pembelajaran

kooperatif dapat membuat siswa mempunyaui keyakinan bahwa dirinya

mampu belajar juga. Jadi model pembelajaran ini dapat memanfaatkan

potensi siswa seluas-luasnya.

Pada mulanya pembelajaran kooperatif muncul atas teori para ahli,

seperti munculnya Kelas Demokrasi oleh John Dewey pada tahun 1916

dengan konsep bahwa kelas adalah pencerminan masyarakat. Sifat

hubungan antar kelompok sebagai upaya integrasi anta ras yang

merupakan kebijakan pemerintah Amerika Serikat untuk menghilangkan

rasialisme. Perspektif ketiga munculnya Experiential Learning yang

berasumsi bahwa: belajar yang paling baik, yaitu : 1) bila kita terlibat

secara pribadi dalam pengalaman belajarnya. 2) pengetahuan harus

ditemukan anda sendiri agar memiliki arti atau dapat membuat perbedaan

pada perilaku kita, dan 3) komitmen kita terhadap belajar dalam keadaan

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

16

paling tinggi apabila kita bebas menentukan tujuan belajar kita sendiri dan

berusaha secara aktif mencapainya dalam kerangka kerja tertentu.

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Seperti yang diungkapkan Slavin (1998: 110) several forms of cooperative

learning are designed so that students take on specific roles in

accomplishing an overall group task. Mengenai besar kecilnya kelompok

Trianto (2007:41) menyebutkan bahwa kelompok yang dibentuk dalam

pembelajaran kooperatif adalah kelompok kecil yang terdiri 4-6 orang

siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin,

suku/ras, dan dan satu sama lain saling membantu. Lebih lanjut Trianto

menyebutkan bahwa tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk

memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara

aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar.

Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif

(cooperative learning). Slavin (2007:54) menyatakan bahwa untuk

mencapai hasil yang maksimal , lima unsur model pembelajran kooperatif

harus diterapkan yaitu : (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung

jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5)

evaluasi proses kelompok.

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok

tradisional. Perbedaan tersebut dapat kita ketahui dengan melihat pada

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

17

karakteristiknya masing-masing. Menurut Slavin (1998: 12), karakteristik

pembelajaran kooperatif adalah:

a. Tujuan kelompok (group goal)

b. Tanggung jawab individu (individual accountability)

c. Kesempatan yang sama untuk meraih suksesan (equal opportunities

for success)

d. Kompetisi tim (team competition)

e. Spesialisasi tugas (task spesialization)

f. Adaptasi terhadap kebutuhan individual (adaptation to individual

needs).

Sementara itu Arends dalam (Trianto, 2007:47) menuliskan ciri-

ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajar.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis kelamin yang beragam.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

Sejalan dengan pemikiran di atas Ibrahim (2000:11) menuliskan

langkah- langkah model pembelajaran kooperatif secara umum

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

18

Tabel : 1 Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

1. Menyampaikan tujuan dan memotifasi siswa

2. Menyajikan informasi 3. Mengorganisasi sisa ke dalam

kelompok-keompok belajar 4. Membimbing kelompok

bekerja dan belajar 5. Evaluasi 6. Memberikan penghargaan

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai padapelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Guru membimbing kelompok-kelmpok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Pembelajaran kooperatif memiliki efek yang berarti terhadap

penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama ,starta

sosial kemampuan, dan ketidakmampuan. (Ibrahim, (2000:9).

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda

latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain

atas tugas-tugas bersama, dan melalui penghargaan kooperatif, belajar

untuk menghargai satu sama lain. Kemampuan sosial berkembang secara

signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat

sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan kerja sama dan

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

19

kolaborasi, dan juga keterampilan-keterampilan tanya jawab ( Ibrahim,

2000:9).

Pembelajaran kooperatif dapat membantu mempromosikan sikap

positif tentang lingkungan dan hal yang lain, meningkatkan daya kritis dan

pemikiran kreatif, serta membantu mengangkat harga diri secara positif

dan penghargaan karena keteladanan. Salah satu manfaat pembelajaran

kooperatif di samping mencapai menguasai materi pelajaran adalah

menjadi pendukung interaksi terhadap teman di sekolah.

Pembelajaran model kooperatif sudah membuktikan efektifitas

dalam meningkatkan motivasi belajar dan pengakuan diri, artibut langsung

untuk sukses atau gagal, pengembangan perasaan ke arah positif terhadap

teman sekelas dan capaian terus meningkat pada test pengertian,

pemikiran, dan pemecahan masalah. Pola belajar kelompok dengan cara

kooperatif selain dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu

dan motivasi, juga merupakan pengembangan nilai sosial bangsa

Indonesia. Apabila individu bekerja sama untuk mencapai tujuan, saling

ketergantungan secara timbal balik akan lebih bermakna dan lebih

termotivasi untuk bekrja sama, di mana kadang-kadang harus menolong

anggota secara khusus. Hal terebut menumbuhkan rasa kekamian dan

mencegah keakuan . Sikap toleransi dan kerja sama dapat kembangkan

dengan melatih siswa untuk bekerja sama sesuai dengan prinsip pada

pembelajaraan kooperatif (cooperative learning).

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

20

Sementara itu Marjoko (2008:65) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model

pembelajaran yang mengintegrasikan keteramplan sosial yang bermuatan

akademis untuk sampai kepada pengalaman individual dan kelompok,

saling membantu, berdiskusi, berargumentasi, dan saling mengisi untuk

memperoleh pengalaman bersama. Di sini selain terdapat tugas kelompok

juga ada tugas individual. Anggota kelompok saling membantu satu

dengan yang lain untuk melengkapi tugas individual.

Untuk mencapai efektivitas model coopertive learning di kelas

Kirshenbaun dalam Slavin (1994:56) menyebutkan beberapa elemen yang

perlu diperhatikan yaitu, “Positive interdepence, face to face interaction,

individual accauntability, interpersonal and small group processing”.

Sedangkan Johnson & Johnson (1987:125) mengemukakan bahwa

kesuksesan atau keberhasilan dalam mengimplementasikan coopertive

learning guru harus menciptakan kondisi sebagai berikut :

1. Positive interdependence, in which students recognize that: “we are all in this together, sink or swim”.

2. Individual accountability, in which every students is accountable for both learning the assigned material and helping other group members learn.

3. face to face interaction among students, includes oral summarizing and elaborating the material being learned.

4. Appropriate use of collaborative skills. 5. Processing of how well the learning groups are functioning

Dari penjelasan beberapa pendapat di atas ternyata tidak semua

pembelajaran kelompok bisa dianggap model pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran konvesional dikenal pula belajar kelompok,

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

21

meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok

belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvesional seperti yang

ditulis oleh Tianto (2008: 43). Perhatikan tabel berikut:

Tabel 2. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Konvensional

Kelompok Belajar

Kooperatif Kelompok Belajar

Konvensional Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelalajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlu-kan bantuan dari siapa yang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedang kan anggota kelompok lainnya hanya enak-enak saja diatas keberhasilan temannya yang di anggap “pemborong”

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlu-kan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Kelompok belajar yang homogen

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memim- pin bagi para anggota kelompok

Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

22

Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah suatu pembelajaran yang membimbing siswa dalam

sebuah kelompok kecil dan terstruktur, yang dalam kelompok tersebut

siswa dapat saling membantu, saling kerja sama, dan berdiskusi untuk

menyelesaikan masalah.

Selain meningkatkan penguasaan materi, pembelajaran

kooperatif baik untuk perkembangan sosial anak, karena pembelajarn

kooperatif dirancang supaya siswa menjalankan peran–peran khusus dalam

menyelesaikan tugas kelompok. Keberhasilan pembelajaran kooperatif

tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok,

keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai tujuan yang positif

dalam belajar kelompok.

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS)

Strategi Think-Pair-Share tumbuh dari penelitian pembelajaran

kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas

Maryland pada tahun 1985. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh

resitasi dan diskusi perlu dilakukan di dalam seluruh kelompok, sehingga

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

23

dianggap lebih efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas

(Ibrahim, 2000:26).

Menurut Lie (2002:57), “Think-Pair-Share adalah pembelajaran

yang memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama

dengan orang lain.” Keunggulan dari model pembelajaran ini adalah

optimalisasi partisipasi siswa.

Ibrahim, dkk (2000:26) mengemukakan bahwa, “Think-Pair-Share

memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa

waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu

sama lain dalam kelompok diskusi.” Andaikan guru baru saja

menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu

tugas, atau suatu situasi penuh teka-teki telah dikemukakan. Untuk proses

selanjutnya, tentu saja guru menginginkan agar siswa dapat memikirkannya

secara lebih mendalam berkenaan dengan yang telah dijelaskan atau

dialami. Guru memilih untuk menggunakan strategi Think-Pair-Share

sebagai ganti tanya jawab seluruh kelas.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran Think-Pair-

Share ini, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibrahim, dkk (2000:26)

sebagai berikut:

Tahap-1 : Thingking (berfikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang

berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk

memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk

beberapa saat.

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

24

Tahap-2 : Piring (berpasangan) Guru meminta siswa berpasangan dengan

siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya

pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat

berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau

berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi.

Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap-3 : Shareing (berbagi). Pada tahap akhir, guru meminta kepada

pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang

telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara

bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai

sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk

melaporkan.

2.1. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir penelitian ini dapat peneliti uraikan sebagai berikut.

Kondisi awal sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas, telah diperoleh

gambaran bahwa hasil belajar PKn siswa masih rendah. Rendahnya hasil

belajar siswa dalam pembelajaran diduga karena kurang optimalnya

Gambar 1. Model Pembelajaran TPS

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.ump.ac.id/7309/3/NGAMIROTUN BAB II.pdf · kendali mutu, tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi

25

penerapan pendekatan dalam pembelajaran di kelas. Agar hasil belajar siswa

meningkat, maka dilakukan tindakan oleh guru dengan menerapkan

pendekatan kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share). Tindakan yang akan

dilakukan melalui tiga siklus.

Berikut ini kerangka berpikir yang akan ditempuh dalam penelitian.

2.3. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat

dikemukakan rumusan hipotesis tindakan sebagai berikut. : Penerapan

pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dapat meningkatkan

hasil belajar siswa tentang menghargai dan menaati keputusan bersama pada

siswa Kelas VI SD Negeri Kalisabuk 01 Cilacap Tahun Pelajaran 2009 / 2010

Hasil

Hasil

belajar siswa meningkat

Siswa aktif

Kondisi Awal

Tindakan

Hasil

Belajar siswa rendah

Siswa pasif

1. Mencari informasi

tentang proses pengambilan keputusan dari berbagai sumber secara kelompok

2. Menyajikan

masalah berkaitan dengan menghargai dan menaati keputusan bersama

3. Siswa secara berpasangan menemukan jalan keluar terhadap masalah yang disajikan

PTK

“Peningkatan Hasil belajar Siswa Melalui

pembelajaran kooperatif tipe TPS

Gambar 2. Kerangka Berpikir

Upaya Peningkatan Hasil..., Ngamirotun, FKIP UMP 2010