bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori efektivitas · kit ipa dalam pembelajaran ipa. tolok ukur...

22
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2. 1.1 Efektivitas Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Contoh jika sebuah tugas dapat di diselesaikan dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan maka cara tersebut adalah cara yang efektif. (Angraeni, 2012: 1). Uraian diatas bisa dijadikan sebagai ukuran efektifitas hasil belajar yang akan dibahas dibawah. Perlu dibatasi tentang efektivitas yang akan dijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan hasil belajar dari ketiga ranah yang harus dicapai dari metode inquiry dan Pemanfaatan KIT IPA dalam pembelajaran IPA. Tolok ukur efektivitas adalah sebagai berikut : 1. Metode ini memiliki tujuan meningkatkan hasil belajar kognitif sehingga mencapai KKM dan memberikan pengaruh atau perbedaan sebelum dan sesudah penelitian. 2. Metode ini bertujuan meningakatkan hasil belajar afektif sesuai dengan target yang ditentukan. 3. Metode ini bertujuan meningkatkan hasil belajar psikomotor sesuai dengan target yang ditentukan. Hal tersebut yang akan menjadi tolok ukur efektivitas dalam penelitian ini. Teori diatas mengenai metode inquiry dan pemanfaatan KIT IPA yang belim jelas akan dijelaskan lebih rinci dibawah secara runtut sesuai dengan kajian-kajian teori yang sesuai.

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori 2. 1.1 Efektivitas

    Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara atau memilih tujuan-tujuan

    yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan

    pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga pengukuran

    keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Contoh jika

    sebuah tugas dapat di diselesaikan dengan pemilihan cara-cara yang sudah

    ditentukan maka cara tersebut adalah cara yang efektif. (Angraeni, 2012: 1).

    Uraian diatas bisa dijadikan sebagai ukuran efektifitas hasil belajar

    yang akan dibahas dibawah. Perlu dibatasi tentang efektivitas yang akan

    dijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan hasil belajar

    dari ketiga ranah yang harus dicapai dari metode inquiry dan Pemanfaatan

    KIT IPA dalam pembelajaran IPA.

    Tolok ukur efektivitas adalah sebagai berikut :

    1. Metode ini memiliki tujuan meningkatkan hasil belajar kognitif

    sehingga mencapai KKM dan memberikan pengaruh atau

    perbedaan sebelum dan sesudah penelitian.

    2. Metode ini bertujuan meningakatkan hasil belajar afektif sesuai

    dengan target yang ditentukan.

    3. Metode ini bertujuan meningkatkan hasil belajar psikomotor sesuai

    dengan target yang ditentukan.

    Hal tersebut yang akan menjadi tolok ukur efektivitas dalam penelitian

    ini. Teori diatas mengenai metode inquiry dan pemanfaatan KIT IPA yang

    belim jelas akan dijelaskan lebih rinci dibawah secara runtut sesuai dengan

    kajian-kajian teori yang sesuai.

  • 7

    2. 1.2 Metode Inquiry 2.1.2.1 Pengertian Metode

    Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang mempunyai cara

    atau jalan yang ditempuh. Menururt T. Raka Joni (dalam Siti, 2009) metode

    merupakan cara kerja yang diterapkan yang sesuai untuk mencapai tujuan

    tetentu. Jadi metode merupakan suatu cara kerja untuk mencapai tujuan yang

    diinginkan.

    2.1.2.2 Pengertian Metode Inquiry Metode Inquiry menurut Nanang dan Cucu dalam (Handayani 2011)

    merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal

    seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara

    sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri

    pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan

    perilaku. Gulo dalam (Trianto 2009) menyatakan bahwa strategi inkuiri

    berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatakan secara ma ksimal

    seluruh kemmpuan siswa untuk mencari, menyelidiki secara sistematis, kritis

    logis, analitis, sehinga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan secara

    secara percaya diri.

    Sanjaya (2011) mengemukakan metode Inquiry adalah rangkaian

    kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis

    dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu

    masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan

    melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Trianto (2009) sasaran utama

    dalam pembelajaran Inquiry adalah:

    1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran

    2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan

    pembelajaran

  • 8

    3. Mengembangkan sikap percayadiri siswa tentang apa yang

    ditemukan dalam proses inquiri.

    2.1.2.3 Macam-macam Metode Inquiry Menurut Nanang dan Cucu dalam (Handayani 2011), metode Inquiry

    dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan

    guru kepada siswanya. Ketiga jenis metode itu adalah:

    1. Inquiry terbimbing

    Metode inquiry terbimbing merupakan metode dimana guru

    membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan

    awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif

    dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Dengan

    pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan

    petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep

    pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang

    relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara

    individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu

    kesimpulan secara mandiri.

    2. Inquiry bebas

    Pada metode ini, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri

    masalah yang akan dimiliki, menemukan dan menyelesaikan masalah

    secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang akan

    diperlukan.

    3. Inquiry bebas yang dimodifikasi

    Dalam metode ini, guru membatasi bimbingan agar siswa berupaya

    terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa menemukan

    sendiri jawaban. Namun, apabila siswa tidak dapat menyelesaikan

  • 9

    masalahnya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung yaitu

    dengan cara memberikan contoh-contoh yang relevan.

    2.1.2.4 Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Metode Inquiry Menurut Sanjaya (2011), secara umum proses pembelajaran dengan

    menggunakan metode inquiry dapat mengikuti langkah-langkah sebagai

    berikut:

    1. Orientasi

    Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau

    iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini mengondisikan

    agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.

    Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah:

    a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan

    dapat dicapai oleh siswa.

    b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh

    siswa untuk mencapai tujuan.

    c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

    2. Merumuskan masalah

    Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa

    siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.. Teka-teki

    dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong

    untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah

    yang sangat penting dalam pembelajaran inquiry, oleh karena itu

    melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang

    sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui

    proses berpikir

    3. Merumuskan Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan

    yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

  • 10

    kebenarannya. Salah satu cara adalah mendorong anak untuk

    mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk

    dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan

    berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan

    yang dikaji.

    4. Mengumpulkan Data

    Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang

    dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode

    inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat

    penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data

    bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan

    tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan

    potensi berpikirnya. Biasanya tahap ini diisi dengan melakukan

    percobaan.

    5. Menguji Hipotesis

    Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap

    diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh

    berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti

    mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran

    jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan

    tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

    dipertanggungjawabkan.

    6. Merumuskan Kesimpulan

    Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan

    temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk

    mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu

    menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode inquiri

    merupakan sebuah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yang

  • 11

    mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan

    luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat

    menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan

    keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi hasil

    menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan metode ini

    siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa

    memecahkan masalah sendiri. Metode ini bertujuan untuk melatih

    kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan

    memecahkan masalah secara ilmiah. Seperti langkah-langkah

    pembelajaran inquiri yang dikemukan oleh para ahli diatas, mulai dari

    orientasi, kemudian siswa melakukan verifikasi dan ekperimentasi, siswa

    mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan

    menyimpulkan.. Inquiri adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa,

    maka peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator.

    Menurut uraian diatas terdapat langkah-langkah metode inquiry yang

    akan dijadikan acuan sebagai langkah-langkah dalam proses

    pembalajaran. Langkah-langkah yang digunakan haruslah sesuai dengan

    pembelajaran di SD sehingga dapat diperjelas supaya siswa mengetahui.

    Sehingga langkah-lagkah metode inquiry adalah sebagai berikut:

    1. Tahap orientasi berisi siswa mendengarkan tentang informasi awal

    y ang disampaikan guru.

    2. Tahap merumuskan masalah berisi siswa membuat pertanyaan

    tentang hal yang akan dicobakan yang belum dimengerti.

    3. Tahap merumuskan hipotesis berisi siswa meramal atau menduga

    jawaban dari pertanyaan yang mereka buat dalam tahap

    merumuskan merumuskan maslah.

    4. Tahap mengumpulkan data berisi siswa melakuakan percobaan

    berdasar langkah kerja jang diterangkan oleh guru.

  • 12

    5. Tahap menguji hipotesis berisi siswa menghubungkan hasil

    mengumpulkan data dengan hipotesis yang mereka buat.

    6. Tahap menyimpulkan berisi siswa memberikan kesimpulan dari

    semua kegiatan yang dilkukan termasuk hasil yang diperoleh dari

    percobaan.

    Selain tahap dalam inquiry yang harus diperjelas walaupun inquiry

    merupakan metode yang berpusat pada siswa jenis metode yang digunakan

    juga harus inquiry terbimbing karena siswa SD belum bisa jika diberikan

    kepercayaan dan kebebasan untuk melakukan tahap-tahap inquiry secara

    mandiri.

    2.1.2.5 Keunggulan dan Kelemahan Inquiry Menurut Sanjaya (2011) metode inquiry memiliki beberapa

    keunggulan dan juga kelemahan, adapun keunggulannya seperti:

    a Inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

    psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini

    dianggap lebih bermakna.

    b Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar

    mereka.

    c Merpakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi

    belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah

    laku berkat adanya pengalaman.

    d Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata –

    rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan

    terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

    Sedangkan kelemahan metode inquiry yaitu:

    a Kesulitan mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

    b Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan

    kebiasaan siswa dalam belajar.

  • 13

    c Kadang – kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu

    yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu

    yang telah ditentukan.

    d Selama kriteria keberhasilan belajar ditntukan oleh kemampuan siswa

    menguasai materi pelajaran, maka metode inquiry akan sulit

    diimplementasikan oleh setiap guru.

    Uraian diatas merupakan keunggulan dan kelemahan dari metode inquiry.

    Jika dilihat dari kelemahannya memang begitu banyak kelemahan yang mengacu

    pada pngelolaan kelas. Namun dari segi kelebihan inquiry cukup banyak

    diantaranya pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara

    seimbang. Metode inquiry memang mempunyai kelemahan tetapi dengan inquiry

    terbimbing kelemahan tersebut dapat diminimalisir.

    2.1.3 KIT IPA 1. Arti, jenis dan fungsi KIT IPA

    Menurut Trisnoherawati (2004) KIT IPA adalah nama alat-alat

    IPA yang digunakan untuk percobaan dalam pembelajaran IPA di

    Sekolah Dasar.

    Jenis KIT IPA antara lain :

    a. KIT IPA untuk siswa yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok

    siswa untuk percobaan

    b. KIT IPA untuk Guru yang dibutuhkan oleh guru untuk peragaan

    c. KIT IPA, daftar nama benda-benda dan bahan-bahan dari

    lingkungan yang diperlukan untuk percobaan tertentu.

    2. Macam-macam peraga di dalam KIT IPA

    Peraga KIT IPA bermacam-macam sesuai dengan fungsinya dalam

    pembelajaran IPA. KIT IPA yang ada di SD antara lain :

    a. Makhluk hidup

    b. Makhluk hidup yang berkembang biak

  • 14

    c. Pemeliharaan dan pengembangbiakan makhluk hidup

    d. Populasi

    e. Alat indera

    f. Magnet

    g. Listrik

    h. Organ tubuh

    i. Cahaya

    j. Tata surya

    k. Bentuk gerakan bumi

    3. Kegunaan KIT IPA

    KIT IPA merupakan media pembelajaran yang memiliki kegunaan

    sebagai berikut :

    a. Untuk meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran IPA di

    SD

    b. Untuk penekana metode –metode pembelajaran interaktif

    c. Untuk mengembangkan program pengembangan sumber daya

    manusia

    d. Untuk memenuhi tujuan pembangunan masyarakat, ekonomi,

    dan teknik di Indonesia

    4. Persyaratan KIT IPA

    Setiap KIT IPA harus memenuhi persaratan sebagai berikut :

    a. Petunjuk pengamatan terhadap percobaan

    b. Ringkasan hasil pengamatan dari hasil apa yang diamati siswa

    atau hasil pembahasan dengan siswa sebelumnya

    c. Kesimpulan ditemukan oleh siswa

    d. Informasi pentiny yang diberikan guru tentang topic tertentu

    e. Gambar-gambar yang membantu menjelaskan suatu masalah

  • 15

    5. Peranan KIT IPA di Sekolah Dasar

    Peranan KIT IPA dalam pembelajaran di Sekolah Dasar memiliki

    peranan sebagai berikut.

    a. KIT Murid untuk percobaan yang dilaksanakan oelah siswa

    sendairi dalam kelompok kecil

    b. KIT Guru untuk peragaan dan percobaan yang umumnya

    dilakukan oleh guru dan siswa

    c. Buku panduan IPA untuk percobaan –percobaanyang dirakit

    sendiri dengan mengunakan barang atau bahan yang ditemukan

    di lingkungan tempat tinggal siswa.

    Uraian diatas menyatakan bahwa KIT IPA merupakan seperangkat

    alat-alat IPA yang digunakan untuk percobaan dalam pelajaran IPA di

    sekolah dasar, yang fungsinya adalah untuk menciptakan pembelajaran IPA

    yang lebih nyata, bermakna, interaktif dan dapat mencapai tujuan

    pembelajaran yang dimaksud.

    Penelitian ini mengambil KIT IPA dalam pokok bahasan cahaya.

    Pokok bahasan ini akan membahas sifat-sifat cahaya. Alat yang digunakan

    dalam pokok bahasan ini antara lain:

    1. Perangkat sifat cahaya merambat lurus.

    Alat yang dipakai adalah kardus, korek api, lilin, gunting dan

    pelubang.

    2. Perangkat sifat cahaya menembus benda bening.

    Alat yang dipakai adalah lampu senter, potongan triplek, gelas

    bening, plastik mika bening, selang plastik, kertas karton, batu dan

    kertas HVS.

    3. Perangkat sifat cahaya dapat dipantulkan.

    Alat yang dipakai adalah lampu senter, cermin datar, macam-

    macam cermin dari datar.

    4. Perangkat sifat cahaya dapat dibiaskan.

  • 16

    Alat yang dipakai adalah gelas bening yang berisi air bening dan

    air Teh, senter, kertas yang dilubangi,dan pensil.

    5. Perangkat cahaya dapat diuraikan.

    Alat yang dipakai adalah baskom, air, cermin datar, dan kertas

    HVS.

    Uraian tentang alt-alat KIT IPA diatas merupakan alat yang akan

    dipakai dalam percobaan ini.

    2.1.4 IPA Menurut Addullah dalam (Kriswanti 2011) IPA merupakan pengetahuan

    teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus ,yaitu melakukan

    observasi dan demikian seterusnya kait mengait antara cara yang satu dengan

    yang lainnya.

    Pembelajaran IPA menurut Iskandar dalam (Handayani 2010) didefinisikan

    sebagai sebagai: (1) mengamati apa yang terjadi, (2) mencoba memahami apa

    yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa

    yang akan terjadi, dan (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi

    untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Dengan demikian pengajaran IPA

    di kelas IV SD sudah membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu

    anak didik secara ilmiah.

    Secara umum, Prinsip Pembelajaran IPA Di SD adalah sebagai berikut:

    1. Prinsip Motivasi : motivasi adalah daya dorong seseorang untuk

    melakukan sesuatu kegiatan.

    2. Prinsip Latar : pada hakekatnya siswa telah memiliki pengetahuan

    awal. Sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari suatu

    kekosongan.

    3. Prinsip Menemukan : pada dasarnya siswa memiliki rasa ingin tahu

    yang besar sehingga potensial untuk mencari guna menemukan

    sesuatu.

  • 17

    4. Prinsip Belajar Sambil Melakukan (learning by doing) : Pengalaman

    yang diperoleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak

    mudah terlupakan.

    5. Prinsip Belajar sambil Bermain : bermain merupakan kegiatan yang

    dapat menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan, sehingga

    akan dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses

    pembelajaran.

    6. Prinsip Hubungan Sosial : dalam beberapa hal kegiatan belajar akan

    lebih berhasil jika dikerjakan secara berkelompok karena siswa tahu

    kekurangan dan kelebihannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya

    interaksi dan kerja sama dengan orang lain.

    Dari prinsip-prinsip tersebut di atas disimpulkan bahwa IPA

    merupakan ilmu yang menuntut pembelajarnya untuk dapat mempelajari IPA

    tidak sekedar mengerti konsep tapi juga mengetahui dan memahami

    bagaimana sesuatu terjadi dan didapatkan. Pembelajaran di SD sebaiknya IPA

    diciptakan dalam suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga

    mereka akan terlibat aktif dalam pembelajaran dan memahami secara

    langsung konsep yang di ajarkan guru. Sebagai guru baiknya kita menerapkan

    pembelajaran yang aktif dalam bentuk praktik supaya siswa meemahami

    dengan baik karena melakukan secara langsung sealain itu juga harus

    menyajikan kegiatan pembelajaran yang bervariasi sehingga tidak membuat

    siswa jenuh.

    2.1.5 Hasil Belajar 2.1.5.1 Pengertian Hasil Belajar

    Menurut Oemar Hamalik dalam (Handayani 2011) hasil belajar adalah

    bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang

  • 18

    tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,dari tidak mengerti menjadi

    mengerti.

    Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010), hasil belajar merupakan hal yang

    dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

    siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

    bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental

    tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

    Menurut Sudjana (1987) tipe hasil belajar ada tiga yaitu bidang kognitif

    (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai)

    dan bidang psikomotor (kemampuan / ketrampilan bertindak / berprilaku)

    Bidang-bidang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

    1. Bidang kognitif

    Bidang kognitif meliputi tipe hasil belajar pengetahuan, tipe

    hasil belajar pemahaman, tipe hasil belajar penerpaan. Hasil belajar

    kognitif biasanya di ukur dengan tes dan hasilnya berupa nilai.

    2. Bidang afektif

    Bidang afektif meliputi rekasi yang berupa perasaan

    ketertarikan yaitu sikap menyukai sesuatu yang biasanya itu

    membuat mereka lebih meresa senang. Optimisme yaitu tentang

    kesiapan, merasa bisa menyelesaikan sesuatu, bisa mengukur bahwa

    diri bisa melakukannya, merasa bahwa sesuatu itu mudah, dan

    percaya jika dia bisa mendapatkan sesuatu yang baik. Perubahan

    karakter atau sikap yaitu tentang tertib dalam melakukan sesuatu baik

    yang di perintahkan secara langsung maupun tidak.

    3. Bidang psikomotor

    Bidang psikomotor meliputi kemampuan di bidang fisik

    sebagai contoh yaitu, melakukan percobaan terhadap sesuatu yang

    didalamnya ada proses mengamati, melakukan, mencoba, membuat

    dan terampil dalam melakukan sesuatu. Kerjasama bisa meliputi

  • 19

    berkomunikasi dengan baik, cekatan dalam melakukan hal bersama

    dan saling .

    Dari uraian diatas hasil belajar merupakan tingkat perkembangan

    mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang

    dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil

    belajar biasanya dinyatakan dalam tiga bidang yaitu kognitif, afekif dan

    psikomotor. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah

    menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan

    penting dalam proses pembelajaran. Pemerolehan hasil belajar akan

    memberikan sesuatu yang lebih dari yang belum tahu menjadi tahu, tidak

    bisa menjadi bisa kemudian akan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang

    lain. Hasil belajar disekolah salah satunya bisa dilihat dari hasil secara

    kognitif, afektif san psikomotor.

    Hasil belajar dalam bidang kognitif siswa bisa diukur dengan standar

    KKM sekolah. SD N Bringin 01 sebagai subjek penelitian menerapkan

    KKM IPA adalah 7,00.

    Hasil belajar afektif siswa bisa diukur menurut sikap siswa. Siswa

    dalam pembelajaran IPA bisa diamati hasil belajar afektifnya dengan

    menilai ketertarikan terhadap pembelajaran IPA dengan metode Inquiry

    dengan pemanfaatan KIT IPA, optimisme terhadap pembelajaran IPA

    dengan metode Inquiry dengan pemanfaatan KIT IPA dan sikap terhadap

    pembelajaran IPA secara keseluruhan.

    Hasil belajar psikomotor siswa bisa dinilai dari aktifitas siswa dalam

    pembelajaran IPA dalam metode Inquiry dengan pemanfaatan KIT IPA,

    meliputi malakukan tiap tahap psikomotor dalam Inquiry dengan baik,

    keaktifan dalam diskusi, serta kerjasama dengan siswa lain dalam

    kelompok.

  • 20

    2.1.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Slameto (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor

    tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

    a. Faktor-faktor intern

    Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor

    intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah , faktor

    psikologis dan faktor kelelahan.

    b. Faktor-faktor ekstern

    Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor

    ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

    Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil belajar, dan

    untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan, maka siswa

    harus memperhatikan faktor-faktor intern dan ekstern dan berkebiasaan

    belajar yang baik. Penelitian ini menggunakan metode inquiry dan

    pemanfaatan KIT IPA dengan tujuan factor dari dalam siswa secara

    psikoligis dapat menambah optimisme belajar siswa, dan tujuan yang

    dilihat dari factor luar yaitu dapat memberikan metode pembelajaran di

    sekolah yang baik.

    2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Suatu penelitian yang akan dibuat, perlu memperhatikan penelitian lain

    yang digunakan sebagai bahan kajian yang relavan. Adapun penelitian-

    penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian yang dilakukan dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Himmah (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Metode

    Inquiri Guna Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Pada Pembelajaran

    IPA Di SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester I

    Tahun Ajaran 2009/2010”, menyimpulkan bahwa didalam penelitiannya ada

  • 21

    peningkatan ketuntasan prestasi belajar siswa yang terjadi secara bertahap,

    dimana pada kondisi awal hanya terdapat 3 siswa (10.71 %) yang telah tuntas

    dalam belajarnya, pada Siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 20

    siswa (78,57 %) yang telah tuntas, dan pada Siklus II ketuntasan belajar siswa

    menjadi 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inquiri

    dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Pada Pembelajaran IPA Di

    SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester I Tahun

    Ajaran 2009/2010. Didalam penelitiannya jumlah siswa kelas IV ada 28 siswa,

    13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

    Supatmi (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan

    Hasil Belajar IPA dengan Pendekatan Inquiry pada Siswa Kelas IV SD N

    Sekaran 01 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun Pelajaran

    2009/2011”. Menyimpulkan bahwa :

    1. Pendekatan Inquiry dapat meningkatkan keaktifan dalam mengikuti

    pelajaran IPA siswa kelas IV SD N Sekaran 01 dengan skor rata-rata

    keaktifan siswa mencapai 2.65, kemudian siklus II mencapai 3.03, dan

    siklus III mencapai 3,08.

    2. Pendekatan Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD

    N Sekaran 01 Semarang pada mata pelajaran IPA dengan skor pada siklus

    I mencapai 58, 3 % , Siklus II : 83 % , Siklus III : 91, 6 %.

    Wikaningrum (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya

    peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa menggunakan metode inquiry

    pembelajaran IPA dengan materi pokok pesawat sederhana di SD Negeri 3

    kaloran tahun pelajaran 2009/2010” Menghasilkan kesimpulan sebagai berikut

    1. Pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry dapat meningkatkan

    hasil belajar dalam meteri pokok pesawat sederhana. Hal ini dapat diihat

    dari hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2. Rata-rata

    nilai siswa saat kondisi awal adalah 64,48. Saat siklus 1 nilai rata-rata

    meningkat sebanyak 71,53 dan siklus 2 rata-rata nilai siswa menjadi

  • 22

    78,46 dan perbandingan ketuntasan siswa dari siklus 1 dan siklus II

    adalah sebanyak 39 %

    2. Penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA sangat berpengaruh

    bagi hasil belajar siswa dan nilai siswa sudah memenuhi KKM.

    3. Keaktifan siswa mengalami penngkatan dalam mengikuti pembelajaran

    IPA dengan menggunakan metode inkuiri. Pada pembelajaran siklus I

    masih ada beberapa siswa yang belum aktifdalam mengikuti proses

    pembelajaran, sedangkan dalam siklus II sudah meningkat sebagian besar

    siswa aktif dalam proses pembelajaran.

    Handayani (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh

    Pemanfaatan Metode Inquiri Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD

    Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Semester 2

    Tahun Pelajaran 2010/2011”. Menghasilkan kesimpulan bahwa Berdasarkan

    hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan bahwa

    pemanfaatan metode inquiri dalam pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Siwal

    01 pada materi Cahaya dan sifat-sifatnya dapat mempengaruhi prestasi belajar

    siswa. Pembelajaran dengan metode inquiri ini lebih efektif daripada dengan

    menggunakan metode konvensional. Prestasi siswa kelas eksperimen pada

    keadaan awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,40. Nilai ini diperoleh dari

    hasil pretest. Setelah dilakukan treatmen, dan siswa diberi postes, rata-rata kelas

    menjadi 76,20. Sehingga terjadi peningkatan prestasi. Hal ini membuktikan

    bahwa pemanfaatan metode inquiri dalam pembelajaran dapat mempengaruhi

    prestasi belajar siswa.

    Trisnoherawati (2010) dalam tesisnya “Pengaruh pengngunaan KIT

    IPA dalam Pembelajaran IPA terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SD

    N Tombokrejo I dan SD N Tombok rejo II kecamatan Purworejo Kota

    Pasuruan”. Menghasilkan kesimpulan dari sebuah table berikut bahwa KIT IPA

    dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa.

  • 23

    Penelitian yang tersebut diatas menunjukkan sebuah hasil dari penelitian

    yang mengungkap tentang metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA dalam

    pembelajaran, walaupun berbeda akan tetapi masih berhubungan dengan

    penelitian ini. Sehingga penelitian di atas mendukung penelitian ini. Pada

    penelitian ini menekankan penggunaan metode Inquiri dengan KIT IPA dapat

    mempengaruhi hasil belajar siswa.

    2.3. Kerangka Berfikir Efektifitas adalah pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan

    yang telah ditentukan. Tolok ukur efektifitas dari metode inquiry dan

    pemanfaatan KIT IPA terhadap hasil belajar adalah sebagai berikut :

    1. Metode ini memiliki tujuan meningkatkan hasil belajar kognitif

    sehingga mencapai KKM dan memberikan pengaruh atau

    perbedaan sebelum dan sesudah penelitian.

    2. Metode ini bertujuan meningakatkan hasil belajar afektif sesuai

    dengan target yang ditentukan.

    3. Metode ini bertujuan meningkatkan hasil belajar psikomotor

    sesuai dengan target yang ditentukan.

    Metode Inquiry merupakan sebuah metode pembelajaran yang

    berpusat pada siswa yang mampu menciptakan sisw terampil dan

    berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga

  • 24

    dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan

    keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi hasil

    menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Selain itu metode inquiry

    bertujuan juga untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan

    fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah mulai dari orientasi,

    kemudian siswa melakukan verifikasi dan ekperimentasi, siswa

    mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan

    menyimpulkan, dan tidak lupa sedikit bimbingan dari guru karena siswa SD

    belum bisa melakukan tahap-tahap inquiry secara mandiri.

    Metode Inquiry diselaraskan dengan pembelajaran IPA. IPA merupakan

    ilmu yang menuntut pembelajarnya untuk dapat mempelajari IPA tidak

    sekedar mengerti konsep tapi juga mengetahui dan memahami bagaimana

    sesuatu terjadi dan didapatkan. Pembelajaran di SD sebaiknya IPA diciptakan

    dalam suasana pembelajaran yang membuat siswa terlibat aktif dalam

    pembelajaran dan memahami secara langsung konsep yang di ajarkan guru

    dan tidak lupa selalu dibuat menyenangkan. Sebagai guru baiknya kita

    menerapkan pemblajaran yang aktif dalam bentuk praktik supaya siswa

    memahami dengan baik karena melakukan secara langsung juga tidak

    membuat siswa jenuh. Inquiry merupakan salah satu motode yang sesuai,

    namun inquiry juga mempunyai kelemahan yaitu tentang aktifitas kelas yang

    tidak terkontrol. Kelemahan tersbut dapat diminimalisir dengan menggunakan

    inquiry model terbimbing supaya metode inquiri dapat efektif terhadap hasil

    pembelajaran yang akan dicapai.

    KIT IPA merupakan seperangkat alat-alat IPA yang digunakan untuk

    percobaan dalam pelajaran IPA di sekolah dasar, yang fungsinya adalah untuk

    menciptakan pembelajaran IPA yang lebih bermakna interaktif dan dapat

    mencapai tujuan pembelajaran yang dimaksud. KIT IPA bertujuan membantu

    siswa supaya lebih dalam memahami apa yang terjadi secara langsung dan

    mereka alami.

  • 25

    Metode Inquiry dalam pelaksanaan mata pelajaran IPA dengan media

    KIT IPA diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan kajian

    penelitian yang telah ada. Hasil belajar merupakan pemerolehan yang didapat

    seteleh melakukan usaha dalam belajar atau bisa juga dikatakan sebuah

    perkembangan mental. Hasil belajar dapat dilihat dari tiga ranah yaitu

    kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu

    intern dan ekstern. Supaya mendapat hasil belajar yang baik siswa harus

    memperhatikan faktor-faktor intern dan ekstern . Faktor intern yang

    digunakan dengan faktor psikologis siswa yang harus membuat siswa

    nyaman, bersemangat dan menyukai hal yang dilkukan, sementara faktor

    ekstern yang penulis ambil untuk meningkatkan hasil belajar yang ada

    hubungannya dengan sekolah. Jadi di sekolah didesain sebuah pembelajaran

    khususnya dalam mata pelajaran IPA supaya hasil belajar kognitif, afektif dan

    psikomotor siswa meningkat.

    Berdasarkan uraian diatas, maka pelaksanaan pembelajaran IPA dengan

    menerapkan model pembelajaran Inquiry dan pemanfaatan media KIT IPA

    pada dasarnya adalah untuk mengetahui keefektifan seperti yang telah di

    uraiakan diatas tentang penerapan metode Inquiri terhadap hasil belajar

    kognitif, afektif dan psikomotor IPA pada siswa kelas V SD N Bringin 01

    Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

  • 26

    Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

    2.4. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan suatu hipotesis.

    Menurut Sugiyono (2009:64) mengemukakan Hipotesis merupakan jawaban

    sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

    penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan

    Hipotesis akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa uji

    statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun

    hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

    Kognitif (Siswa dapat mencapai target nilai yang

    ditentukan)

    METODE INQUIRY 1. Orientasi

    2. Merumuskan masalah

    3. Merumuskan Hipotesis

    4. Mengumpulkan data

    5. Menguji hipotesis

    6. Merumuskan kesimpulan

    KIT IPA

    a. Interaktif

    b. Media yang nyata

    Hasil belajar

    Afektif (ketertarikan,

    optimisme dan sikap sesuai target)

    Psikomotor (melakukan percobaan,

    menyimpulkan dan kerjasama sesuai target)

  • 27

    1. Metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA efektif tehadap hasil belajar

    kognitif siswa kelas V SD.

    Efektivitasnya diukur dengan:

    a. Hasil µ1 > µ2

    b. Ho : µ2 = µ1 ( Tidak ada perbedaan hasil rata-rata

    posttest dengan hasil rata-rata hasil pretest ).

    Ha : µ2 ≠ µ1 ( Ada perbedaan hasil nilai rata-rata

    posttest tidak sama dengan hasil nilai rata-rata pretest ).

    2. Metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA efektif terhadap hasil belajar

    afektif siswa kelas V SD dengan hasil angket ≥ 13 (kategori baik).

    3. Metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA efektif terhadap hasil belajar

    psikomotor siswa kelas V SD dengan hasil penilaian unjuk kerja ≥ 43

    (kategori baik).

    Keterangan:

    µ1 : rata-rata nilai pretest

    µ2 : rata-rata nilai posttest