bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pembelajaran...

38
3 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Tematik Menurut Kemendikbud tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (2013: 7) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui penggunaan tema. Pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik tidak mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah semua mata pelajaran yang ada di sekolah dasar sudah melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat dengan tema. Prastowo (2013:223) pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema, yang dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung dan bermakna bagi peserta didik. Menurut Trianto (2010: 70) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari beberapa mata pelajaran kedalam satu tema tertentu, sehingga peserta didik tidak mempelajari materi pelajaran secara terpisah namun semua mata pelajaran tersebut sudah dilebur menjadi satu dan diikat dengan tema. Tematik terpadu memiliki beberapa tujuan, menurut Kemendikbud tentang Implementasi Kurikulum (2013: 193) tujuan tematik terpadu sebagai berikut: a. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu. b. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.

Upload: lenga

Post on 02-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Tematik

Menurut Kemendikbud tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (2013: 7) pembelajaran tematik terpadu

adalah pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui

penggunaan tema. Pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik tidak

mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah semua mata pelajaran yang ada

di sekolah dasar sudah melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat

dengan tema.

Prastowo (2013:223) pembelajaran tematik terpadu merupakan

pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata

pelajaran ke dalam berbagai tema, yang dapat memberikan pengalaman belajar

secara langsung dan bermakna bagi peserta didik.

Menurut Trianto (2010: 70) pembelajaran tematik adalah pembelajaran

terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta

didik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah

pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari beberapa mata

pelajaran kedalam satu tema tertentu, sehingga peserta didik tidak mempelajari

materi pelajaran secara terpisah namun semua mata pelajaran tersebut sudah

dilebur menjadi satu dan diikat dengan tema.

Tematik terpadu memiliki beberapa tujuan, menurut Kemendikbud tentang

Implementasi Kurikulum (2013: 193) tujuan tematik terpadu sebagai berikut:

a. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.

b. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata

pelajaran dalam tema yang sama.

4

c. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan

berkesan.

d. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan

berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.

e. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi

nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran

yang lain.

f. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan

dalam konteks tema yang jelas.

g. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara

terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3

pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

h. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan

mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Pembelajaran pada jenjang sekolah dasar dan menengah menggunakan

kurikulum 2013 dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik untuk

SD/MI masing-masing kelas disediakan dalam berbagai tema. Tema-tema pada

pembelajaran integrative kurikulum 2013 berkaitan dengan alam dan kehidupan

manusia. Keduanya memberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran

PPKn, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjaskes pada kelas 1

sampai kelas 4. Menurut Permendikbud nomor 67 tahun 2013 Tentang Kerangka

Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, kompetensi

inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu.

Dalam pembelajaran tematik terintegrasi memiliki acuan utama di

dalamnya yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Menurut PP No.32 Tahun

2013 bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai

kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Menurut M Fadillah (2014: 36) kegunaan SKL adalah sebagai

acuan utama dalam pengembangan Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian

Pendidikan, Standar Pendidik, dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan

5

Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan. Standar Kompetensi

Lulusan merupakan hal yang penting dalam pembelajaran tematik terintegratif,

karena SKL merupakan pedoman dalam penilaian penentuan kelulusan peserta

didik. Pada kurikulum 2013 untuk mencapai SKL peserta didik haruslah memiliki

tingkat kemampuan yang dinamakan dengan Kompetensi Inti (KI) yang

merupakan perubahan dari standar kompetensi pada kurikulum sebelumnya

(KTSP) Mulyasa (2013: 174) kompetensi inti merupakan oprasionalisasi Standar

Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik yang

telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang

menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokan ke dalam aspek sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu

jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti Kurikulum 2013 kelas

4 (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013) disajikan melalui tabel 2.1

berikut ini.

Tabel 2.1

Kompetensi Inti Kurikulum 2013 Kelas 4 Semester II

KOMPETENSI INTI

1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya

diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,

membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang

dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatanya, dan benda-benda yang

dijumpainya dirumah, sekolah, dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, logis, dan

sistematis, dalam karya dalam karya yang estetis dalam karya yang

mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia.

Sumber: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013.

Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan

Dasar dan Menengah menyatakan bahwa sasaran pembelajaran mencakup

pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi

untuk setiap satuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran ini tidak hanya ranah

6

kognitif siswa yang akan dinilai namun sikap dan keterampilan siswa juga perlu

dinilai. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki proses psikologis yang

berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai,

menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas

“mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta.

Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba,

menalar, menyaji, dan mencipta”. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan

proses psikologis turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Penilaian

dalam pembelajaran tematik mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar

peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan

penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar yang

dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu.

Pembelajaran tematik untuk kelas 4 semester II terdiri dari 5 tema dan

terdapat 15 subtema. Tema dan subtema secara rinci disajikan melalui tabel 2.2

dihalaman berikut ini.

7

Tabel 2.2

Tema dan Subtema Kelas 4 Semester II

Tema Subtema

5 Pahlawanku

1 Perjuangan Para Pahlawan

2 Pahlawanku Kebanggaanku

3 Sikap Kepahlawanan

6 Indahnya Negeriku

1 Keanekaragaman Hewan dan

Tumbuhan

2 Keindahan Alam Negeriku

3 Indahnya Peninggalan Sejarah

7 Cita-citaku

1 Aku dan Cita-citaku

2 Hebatnya Cita-citaku

3 Giat Berusaha Meraih Cita-cita

8 Tempat Tinggalku

1 Lingkungan Tempat Tinggalku

2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku

3 Aku Bangga dengan Daerah Tempat

Tinggalku

9 Makananku Sehat dan

Bergizi

1 Makananku Sehat dan Bergizi

2 Manfaat Makanan Sehat dan Bergizi

3 Kebiasaan Makanku

Sumber: Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas 4 Tema 8

Tempat Tinggalku.

Berdasarkan tabel 2.2 dalam pembelajaran tematik kelas 4 semester II

terdiri dari 5 tema dan dibagi menjadi beberapa subtema. Dari 5 tema yang ada

akan dipelajari salah satu tema yaitu tema 8 Tempat Tinggalku subtema 2

Keunikan Daerah Tempat Tinggalku. KI dan KD dari Tema 8 Tempat Tinggalku

Subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku disajikan melalui tabel 2.3

dihalaman berikut ini.

8

Tabel 2.3

Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Tema 8 Tempat Tinggalku

Subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 Semester II

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

PPKn Bahasa Indonesia IPS

1. Menerima,menjalan

kan dan

menghargai ajaran

agama yang

dianutnya.

1.2 Menghargai

kebersamaan

dalam

keberagaman

sebagai

anugerah

Tuhan Yang

Maha Esa di

lingkungan

rumah,

sekolah, dan

masyarakat

sekitar.

1.3 Menerima karunia

Tuhan YME yang

telah menciptakan

manusia dan

lingkungannya

2. Menunjukkan

perilaku jujur,

disiplin, tanggung

jawab, santun,

peduli, dan percaya

diri dalam

berinteraksi dengan

keluarga, teman,

guru, dan

tetangganya.

2.3 Menunjukkan

perilaku sesuai

dengan hak

dan kewajiban

sebagai warga

dalam

kehidupan

sehari-hari di

rumah,

sekolah dan

masyarakat

sekitar

2.3 Menunjukkan

perilaku santun,

toleran dan peduli

dalam melakukan

interaksi sosial

dengan

lingkungan dan

teman sebaya.

3. Memahami

pengetahuan

faktual dengan cara

mengamati dan

menanya

berdasarkan rasa

ingin tahu tentang

dirinya, makhluk

ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan

bendabenda yang

dijumpainya di

rumah, di sekolah

dan tempat

bermain.

3.3 Memahami

manfaat

keberagaman

karakteristik

individu di

rumah, sekolah

dan masyarakat.

3.1 Menggali informasi

dari teks laporan

hasil pengamatan

tentang gaya, gerak,

energi panas, bunyi,

dan cahaya dengan

bantuan guru dan

teman dalam bahasa

Indonesia lisan dan

tulis dengan memilih

dan memilah

kosakata baku.

3.4 Menggali informasi

dari teks cerita

petualangan tentang

lingkungan dan

sumber daya alam

dengan bantuan guru

dan teman dalam

bahasa Indonesia lisan

dan tulis dengan

memilih dan memilah

kosakata baku.

3.5 Memahami

manusia dalam

dinamika interaksi

dengan

lingkungan alam,

sosial, budaya,

dan ekonomi.

Sumber: Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas IV Tema 8

Tempat Tinggalku

9

Dari tabel 2.3 dapat digambarkan pemetaan Kompetensi Dasar (KD)

seperti tergambar dalam gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1

Pemetaan Kompetensi Dasar Tema 8 Tempat Tinggalku Subtema 2

Keunikan Daerah Tempat Tinggalku

Sumber: Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas IV Tema 8 Tempat Tinggalku

PPKn

1.2 Menghargai kebersamaan

dalam keberagaman sebagai

anugerah Tuhan Yang Maha

Esa di lingkungan rumah,

sekolah, dan masyarakat

sekitar.

2.3 Menunjukkan perilaku sesuai

dengan hak dan kewajiban

sebagai warga dalam

kehidupan sehari­hari di rumah

sekolah dan masyarakat sekitar.

3.3 Memahami

manfaatkeberagamankarakteristi

k individu di rumah, sekolah dan

masyarakat.

IPS

1.3 Menerima karunia Tuhan YME

yang telah menciptakan

manusia dan lingkungannya

2.3 Menunjukkan perilaku

santun, toleran dan peduli

dalam melakukan interaksi

sosial dengan lingkungan dan

teman sebaya.

3.5 Memahami manusia dalam

dinamika interaksi

denganlingkungan alam,

sosial, budaya, dan ekonomi.

Sub tema 2

Keunikan Daerah

Tempat Tinggalku

Bahasa Indonesia

3.1 Menggali informasi dari teks

laporan hasil pengamatan

tentang gaya, gerak, energi

panas, bunyi, dan cahaya

dengan bantuan guru dan

teman dalam bahasa

Indonesia lisan dan tulis

dengan memilih dan memilah

kosakata baku.

3.4 Menggali informasi dariteks

cerita petualangantentang

lingkungan dansumber daya

alamdengan bantuan guru dan

teman dalam bahasa Indonesia

lisan dan tulis dengan memilih

danmemilahkosakata baku.

10

2.1.2 Model Pembelajaran Group Investigation Dan Pendekatan Discovery

Learning (MP GI-PDL)

Model Pembelajaran Group Investigation (MP GI)

Slavin (dalam Setyorini, 2014: 8) menyatakan GI adalah sebuah

perencanaan kelas yang secara umum siswa bekerja dalam kelompok kecil dengan

menggunakan kooperatif diskusi kelompok untuk melakukan investigasi terhadap

suatu topik yang akan dipelajari.

Suprijono (2011: 80) mengemukakan bahwa GI merupakan model

pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dalam setiap kelompok untuk

bekerja melakukan investigasi sesuai dengan topik yang dipilih.

Hamdani (2011: 90) mengemukakan bahwa GI merupakan model yang

melibatkan siswa sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara

untuk mempelajari melalui investigasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa GI adalah model pembelajaran kooperatif

yang melibatkan siswa sejak perencanaan kelas secara umum, dimana siswa

bekerja dalam kelompok kecil dengan menggunakan kooperatif diskusi kelompok

yang melibatkan aktivitas siswa dalam menentukan topik maupun cara

mempelajarinya melalui proses investigasi yang menuntut siswa untuk memiliki

kemampuan baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses

kelompok.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri-ciri dari MP GI yang dikemukakan

oleh Slavin (dalam Utami, 2012:8) yaitu sebagai berikut:

1. Membutuhkan kemampuan kelompok

Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat

kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat

mencari informasi dari dalam maupun di luar kelas, kemudian siswa

mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk

mengerjakan lembar kerja.

11

2. Rencana kooperatif

Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang

dibutuhkan, siapa yang melakukan, apa dan bagaimana mereka akan

mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.

3. Peran guru

Guru bertugas sebagai fasilitator dan menyediakan sumber. Guru memutar

diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan

membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.

Kelebihan dari MP GI menurut Setiaji (dalam Utami, 2012:13) yaitu:

1. Siswa menjadi mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan

dipelajari.

2. Siswa mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi.

3. Siswa memiliki kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual

pembelajaran dalam mensintesis dan menganalisis.

4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi.

Kekurangan MP GI yaitu sedikitnya materi yang disampaikan pada satu

kali pertemuan, sulitnya memberikan nilai secara personal, tidak semua topik

cocok dengan MP GI, adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai

yang lebih tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah, penyelesaikan

materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang lebih

lama dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan dapat menyebabkan

materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum

berpengalaman, membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama

untuk dapat menerapkan belajar kooperatif tipe GI dengan baik.

12

Sintaks atau langkah-langkah MP GI menurut Sharan (dalam Hamdani,

2010: 91) yaitu :

1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.

Tahap pengelompokkan siswa yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan

diidentifikasi serta membentuk kelompok investigasi dengan tiap kelompok 4 –

5 orang.

2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

Tahap orientasi siswa kepada masalah. Tahap perencanaan (planning) tugas –

tugas pembelajaran, pada tahap ini siswa bersama–sama merencanakan tentang

tugas yang akan diselidiki.

3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu

materi / tugas yang berbeda dari kelompok lain.

Tahap penyelidikan (investigation) yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi

siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan mengumpulkan informasi,

berdiskusi, mempersatukan ide dan pendapat yang berbeda.

4. Masing – masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara

kooperatif yang bersifat penemuan.

Tahap pengorganisasian (tahap laporan akhir) siswa menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah dari hasil yang didapat.

5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan

kelompok.

Tahap presentasi (presenting) yaitu tahap penyajian laporan akhir kegiatan

pembelajaran dimana dalam tahap ini siswa diharapkan untuk membacakan

hasil diskusinya.

6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya.

Dalam tahap ini kelompok yang tidak presentasi dapat memberikan tanggapan

terhadap hasil pembahasan kepada kelompok yang sedang melakukan

presentasi.

13

7. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.

Tahap evaluasi (evaluating) atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa,

pada tahap ini guru memberikan penjelasan materi dan kesimpulan dari

pembelajaran yang sudah berlangsung.

Sintaks atau langkah-langkah MP GI menurut Slavin (Tukiran, dkk. 2011:

76) yaitu:

1. Mengatur murid ke dalam kelompok dan mengidentifikasi topik.

Pada tahap ini siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dan

melakukan identifikasi topik yang akan dibahas.

2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari .

Pada tahap ini siswa berdiskusi merencanakan tugas tentang topik yang akan

dibahas.

3. Melaksanakan investigasi.

Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi, berdiskusi menyatukan

pendapat yang berbeda.

4. Menyiapkan laporan akhir.

Pada tahap ini siswa menganalisis dan mengevaluasi hasil investigasi yang

didapat.

5. Mempresentasikan laporan akhir.

Pada tahap ini siswa diharapkan untuk membacakan hasil diskusinya setelah

melakukan investigasi.

6. Evaluasi.

Pada tahap ini guru melakukan penilaian proses dan hasil proyek siswa dan

memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.

Sintaks atau langkah-langkah MP GI menurut Hamruni (2012: 225) yaitu:

1. Membentuk kelompok

Pada tahap ini siswa menetapkan jumlah anggota kelompok secara heterogen,

memilih topik yang akan diidentifikasi.

14

2. Melakukan perencanaan

Pada tahap ini siswa melakukan perencanaan tentang topik yang akan dipelajari

secara bersama-sama.

3. Melakukan investigasi

Pada tahap ini siswa melakukan investigasi saling tukar informasi dan ide,

berdiskusi, mengumpulkan informasi.

4. Melakukan organisasi

Pada tahap inisiswa mengatur penulisan dan pelaporan anggota kelompok

merencanakan presentasi laporan, menentukan penyaji, moderator, dan notulis.

5. Melakukan presentasi

Pada tahap ini salah satu wakil kelompok menyajikan, kelompok lain

mengamati, mengajukan pertanyaan atau tanggapan.

6. Melakukan evaluasi

Pada tahap ini siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang

dilakukan dan melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada

pencapaian pemahaman.

Sintaks atau langkah-langkah menggunakan MP GI dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Menyimak tujuan pembelajaran dan tugas kelompok.

2. Membentuk kelompok @ 4 orang.

3. Ketua kelompok mendapat satu tugas.

4. Melakukan investigasi terhadap topik.

5. Menyiapkan laporan akhir dari hasil yang diperoleh.

6. Mempresentasikan laporan.

7. Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya.

8. Menyimak penjelasan singkat dan memberi kesimpulan.

9. Mengerjakan tes.

15

Pendekatan Discovery Learning (PDL)

Hosnan (2014: 281) menyatakan bahwa pembelajaran dengan penemuan,

siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka

sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa

untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan

mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Menurut Hanafiah (2010: 77) penemuan (Discovery Learning) merupakan

suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan

siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,

dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan

keterampilan sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku.

Menurut Mulyasa (Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013: 144)

discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa untuk

menemukan atau menyelidiki sesuatu yang bermakna dalam pembelajaran melalui

pengalaman langsung.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran penemuan (Discovery

Learning) adalah suatu pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat aktif

menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, agar siswa memiliki pengalaman

dalam melakukan percobaan untuk diri mereka sendiri, pembelajaran ini

melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat menemukan

sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan

tingkah laku dalam pembelajaran melalui pengalaman langsung.

Hosnan (2014: 287-288) mengemukakan beberapa kelebihan dari PDL

yakni sebagai berikut:

a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-

keterampilan dan proses-proses kognitif.

b) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh

karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.

c) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.

16

d) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh

kepercayaan bekerja sama dengan yang lain.

e) Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.

f) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.

g) Melatih siswa belajar mandiri.

h) Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan

menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

Hosnan (2014: 288-289) mengemukakan beberapa kekurangan dari

discovery learning yaitu menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah

kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi

fasilitator, motivator, dan pembimbing, kemampuan berpikir rasional siswa ada

yang masih terbatas, dan tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan

cara ini.

Kurniasih & Sani (2014: 68-71) mengemukakan langkah-langkah PDL

yaitu sebagai berikut:

1. Stimulasi/pemberian rangsang

Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan

kebingungan, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat

memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan

belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2. Pernyataan/identifikasi masalah

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi

masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah

satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

3. Pengumpulan data

Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi

yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan

uji coba sendiri untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar

tidaknya hipotesis.

17

4. Pengolahan data

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang

telah diperoleh siswa melalui wawancara, observasi dan sebagainya.

5. Pembuktian

Pada tahap ini siswa melalakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan

dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

6. Menarik kesimpulan

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua

kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi

atau pembuktian.

Langkah-langkah PDL menurut Syah (2013) yaitu sebagai berikut:

1. Memberi stimulus

Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, atau

gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang

akan dibahas.

2. Mengidentifikasi masalah

Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan

apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan

pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.

3. Mengumpulkan data

Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan

mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan

solusi pemecahan masalah yang dihadapi.

4. Mengolah data

Pada tahap ini peserta didik melakukan pengolahan data dari hasil informasi

yang didapat sehingga dalam kegiatan ini melatih keterampilan berfikir

peserta didik.

18

5. Memferifikasi/pembuktian

Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran hasil

pengolahan data yang telah diperoleh.

6. Menyimpulkan

Pada kegiatan ini peserta didik membuat hasil kesimpulan dari informasi

yang telah didapat dan dari hasil pembuktian.

Langkah-langkah PDL menurut Mulyasa (Guru dalam Implementasi

Kurikulum 2013: 144) yaitu sebagai berikut:

1. Stimulus

Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, gambar,

dan cerita sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dibahas, sehingga

peserta didik mendapat pengalaman belajar melalui kegiatan membaca,

mengamati situasi atau melihat gambar.

2. Identifikasi Masalah

Pada tahap ini, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja

yang dihadapi dalam pembelajaran, mereka diberikan pengalaman untuk

menanya, mengamati, mencari informasi, dan mencoba merumuskan

masalah.

3. Pengumpulan Data

Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan

mengumpulkan data untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

4. Pengolahan Data

Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan

mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk

diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih

keterampilan berfikir logis.

5. Verifikasi

Tahap ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran hasil

pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada

19

teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau

media.

6. Generalisasi

Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil

simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga

kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan peserta didik.

Langkah-langkah menggunakan PDL dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Menyimak bacaan.

2. Merumuskan masalah.

3. Mengajukan hipotesis.

4. Mengumpulkan data dari berbagai sumber yang didapat.

5. Mengolah data dari hasil pengumpulan data.

6. Membuktikan hipotesis.

7. Menarik kesimpulan.

Kesimpulan langkah-langkah MP GI-PDL sebagai berikut:

1. Menyimak bacaan.

2. Menyimak tujuan pembelajaran dan tugas kelompok.

3. Membentuk kelompok @ 4orang.

4. Ketua kelompok mendapat satu tugas.

5. Merumuskan masalah.

6. Melakukan investigasi terhadap topik.

7. Mengolah data dari hasil pengumpulan data.

8. Membuktikan dari hasil pengolahan data yang diperoleh.

9. Menarik kesimpulan.

10. Menyiapkan laporan akhir dari hasil diskusi yang diperoleh.

11. Mempresentasikan laporan.

12. Kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil pembahasannya.

13. Membuat kesimpulan.

14. Mengerjakan evaluasi.

20

2.1.3 Model Pembelajaran Konvensional

Menurut Abdul Majid (Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum

2013: 184) model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran dalam

konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, yang sifatnya berpusat pada guru

sehingga dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi

belajar.

Ujang Sukandi (Kholik, 2011) mendefenisikan bahwa model pembelajaran

konvensional merupakan pembelajaran yang lazim atau sudah biasa diterapkan

dalam kegiatan sehari-hari oleh guru yang banyak mengajarkan tentang konsep-

konsep bukan kompetensi, agar siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk

melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak

mendengarkan.

Iwayan Sukra (2011) mengungkapkan bahwa model pembelajaran

konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru dimana hampir

seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru dan siswa hanya menerima

informasi dari guru.

Pembelajaran konvensional masih dilaksanakan atas asumsi bahwa suatu

pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa. Dalam

pengajaran secara konvensional selama ini lebih ditekankan pada tugas guru untuk

memberikan intruksi atau ceramah selama proses pembelajaran berlangsung,

sementara itu siswa hanya menerima pembelajaran secara pasif.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional

merupakan pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan,

yang sifatnya berpusat pada guru sehingga dalam pelaksanaannya kurang

memperhatikan keseluruhan situasi belajar, dimana guru lebih banyak

memberikan informasi tentang suatu materi yang mengajarkan pada konsep-

konsep bukan kompetensi yang bertujuan agar siswa mengetahui sesuatu bukan

mampu untuk melakukan sesuatu, sehingga siswa hanya sebagai penerima

informasi saat pembelajaran. Pembelajaran konvensional ini sudah lazim dan

biasa diterapkan dalam kegiatan sehari-hari dikelas oleh guru.

21

Ada beberapa hal yang menjadi ciri-ciri dari pembelajaran konvensional

antara lain :

1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima

pengetahuan dariguru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari

informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.

2. Belajar secara individual.

3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.

4. Perilaku dibangun atas kebiasaan.

5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final.

6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.

8. Interaksi di antara siswa kurang.

9. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

Kelebihan yang dimiliki pembelajaran konvensional menurut Djamarah

(2010:97) antara lain :

1. Menyampaikan informasi secara cepat.

2. Membangkitkan minat akan pencarian informasi.

3. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.

4. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.

Kelemahan yang dimiliki pembelajaran konvensional antara lain :

1. Tidak semua siswa dapat maksimal dengan model belajar hanya

mendengarkan ceramah.

2. Siswa pasif dalam model pembelajaran ini karena siswa hanya

mendengarkan ceramah guru.

3. Lebih menekankan pada hasil dibandingkan dengan proses.

4. Materi yang diperoleh mudah terlupakan.

22

Sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran konvensional menurut

Yaza (2011) yaitu sebagai berikut :

1. Menyampaikan tujuan.

Guru menyampaikan isi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada akhir

pelajaran yang telah dilaksanakan.

2. Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa secara tahap demi

tahap dengan metode ceramah.

3. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.

Guru mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan.

4. Memberikan kesempatan latihan lanjutan.

Guru memberikan tugas tambahan kepada siswa untuk dikerjakan di rumah.

Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran konvensional menurut

Sujarwo (2010) yaitu sebagai berikut :

1. Guru memberikan informasi atau mendiskusikan bersama siswa dari materi

pelajaran yang disampaikan.

Pada tahap ini guru memberi informasi kepada siswa tentang materi yang

akan dipelajari atau yang akan dibahas.

2. Guru memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu oleh siswa.

Pada tahap ini guru memberikan latihan soal kepada siswa untuk mengecek

pemahaman siswa setelah mengikuti pelajaran.

3. Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara beberapa siswa

disuruh mengerjakan di papan tulis.

Pada tahap ini guru bersama siswa membahas latihan soal yang telah

dikerjakan.

4. Guru memberi tugas kepada siswa sebagai pekerjaan rumah.

Pada tahap ini guru memberikan tugas tambahan kepada siswa setelah

selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.

23

Adapun sintaks dari model pembelajaran konvensional menurut Djamarah

(2010: 99) yaitu sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini guru menciptakan kondisi belajar siswa sebelum melakukan

pembelajaran, seperti menyiapkan peralatan tulis, buku dan sikap siswa

sebelum belajar dimulai.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini guru menyajikan pelajaran dengan ceramah dalam

menyampaikan materi pelajaran dan memberikan kesempatan siswa untuk

bertanya.

3. Evaluasi/tindak lanjut

Pada tahap ini guru mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa

melalui tes tertulis.

Sintaks atau langkah-langkah menggunakan model pembelajaran

konvensional dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Guru memberi motivasi.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

3. Guru menyajikan materi dengan ceramah.

4. Ada kesempatan bagi siswa untuk bertanya jawab.

5. Guru memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu oleh siswa.

6. Guru bersama siswa membahas latihan soal dan beberapa siswa diminta

menjawab soal di papan tulis.

7. Guru mengadakan tes tertulis.

8. Guru memberi tugas PR kepada siswa.

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu proses yang dilakukan guru pada akhir

kegiatan pembelajaran atau akhir program untuk menentukan angka hasil belajar

peserta didik. Hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi hasil

pengukuran penguasaan bidang/materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes

24

dan nontes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian

kompetensi hasil belajar seperti yang dikehendaki dalam standar proses dan

dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012: 109. Dalam Asesmen

Pembelajaran SD 2012).

Taksomoni dalam domain kognitif menurut Benyamin S.Bloom,1956

diklasifikasikan menjadi kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis, mengevaluasi, dan membuat. Taksonomi dalam domain afektif

menurut David Krathwohl meliputi menerima stimulus, partisipasi, menilai,

organisasi, dan karakterisasi. Sedangkan taksonomi domain psikomotorik menurut

Norman E. Grounlund dan R.W. de Maclay terdiri dari persepsi, kesiapan,

response terpimpin, mekanisme, response kompleks.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah hasil pengukuran aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan

menggunakan teknik tes dan non tes. Pengukuran hasil belajar dengan

menggunakan aspek kognitif dapat diukur melalui teknik tes, sedangkan

pengukuran proses belajar dapat diukur melalui aspek afektif, dan psikomotorik.

Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran.

Pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk

memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga

hasil pengukuran akan selalu berupa angka (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012:

47). Penetapan angka dalam pengukuran memerlukan alat ukur atau instrumen.

Bentuk-bentuk instrumen adalah tes, lembar observasi, wawancara, skala sikap

dan angket. Dalam melaksanakan pengukuran dapat digunakan butir-butir soal

apabila cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila

pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat

menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan

teknik skala sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan.

Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah valid,

25

maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur.

Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012: 50) asesmen adalah proses

pengambilan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar

peserta didik. Dalam buku Panduan Penilaian Berbasis Kelas (Depdiknas, 2006)

fungsi asesmen pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Menggambarkan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik,

b. Membantu peserta didik memilih program atau jurusan, atau untuk

mengembangkan kepribadian,

c. Menemukan kesulitan belajar dan mengembangkan prestasi peserta didik

serta sebagai alat diagnosis bagi guru,

d. Sebagai upaya guru untuk menemukan kelemahan proses pembelajaran

yang dilakukan ataupun yang sedang berlangsung,

e. Sebagai control bagi guru dan semua stake holder pendidikan tentang

gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.

Asesmen pembelajaran berfungsi untuk memberikan masukan atau

informasi secara komprehensif tentang hasil belajar siswa mulai dari proses

pembelajaran hingga hasil akhir pembelajaran, dengan menggunakan berbagai

cara asesmen sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dicapai peserta didik.

Penilaian adalah metode yang biasa digunakan untuk menentukan mutu unjuk

kerja individu dalam pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan

karakteristik seorang atau karakteristik sesuatu penafsiran data hasil pengukuran.

Adapun jenis-jenis asesmen pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a. Asesmen formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir

pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan

kompetensi yang telah dicapai peserta didik.

b. Asesmen sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan

program tertentu (catur wulan, semester atau tahun ajaran), seperti ulangan

umum bersama, ujian nasional.

26

c. Asesmen diagnostik, yaitu penialain yang dilakukan untuk melihat

kelemahan peserta didik dan faktor-faktor yang diduga menjadi

penyebabnya.

d. Asesmen penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan untuk

menempatkan peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan

kemampuannya.

e. Asesmen seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk memilih orang

yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu.

Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip asesmen

pembelajaran adalah patokan yang harus dipedomani ketika melakukan asesmen

proses dan hasil belajar. Ada beberapa prinsip dasar asesmen pembelajaran yang

harus dipedomani menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012: 65-67) adalah

sebagai berikut:

1. Komprehensif (menyeluruh)

Asesmen terhadap hasil belajar peserta didik harus dilaksanakan secara

menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh domain aspek

kognitif, afektif atau nilai dan keterampilan, psikomotorik.

2. Berorientasi pada kompetensi

Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan, penilaian harus

terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan

pada penguasaan materi (pengetahuan). Sehingga penilaian harus

dilakukan secara berkesinambungan, terencana, bertahap, dan terus

menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta

didik dalam kurun waktu tertentu.

3. Terbuka, adil dan objektif

Penilaian hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan

(stake holders) baik langsung maupun tidak langsung, sehingga keputusan

tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan,

tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua

pihak.

27

4. Berkesinambungan

Penilaian harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan

dari waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan

siswa, sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui

penilaian.

5. Bermakna

Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang

prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan,

minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang

telah ditetapkan.

6. Terpadu, sistematis dan menggunakan acuan kriteria

Komponen yang tidak dipisahkan dari kegiatan pembelajaran dan

dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-

langkah yang baku serta mendasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi

yang ditetapkan.

7. Mendidik dan akuntabel

Asessmen mendidik artinya proses hasil belajar harus mampu memberikan

sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik

sehingga memberikan umpan balik dan motivasi untuk lebih giat belajar.

Pelaksanaan asessmen dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi

teknik, prosedur maupun hasilnya.

Adapun prinsip penilaian menurut Pemendiknas No 66 tahun 2013 yaitu

sebagai berikut:

1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi

faktor subjektivitas penilai.

2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,

menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pelaporannya.

28

4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak

internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan

hasilnya.

6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Prinsip penilaian menurut Pemendiknas No 66 tahun 2013 mempunyai

peranan yang sama dalam kegiatan pembelajaran. Dari pendapat prinsip yang

pertama dan kedua ada yang berbeda tetapi prinsip tersebut mempunyai kegunaan

sebagai patokan yang harus dipedomani dalam menilai proses dan hasil siswa saat

kegiatan pembelajaran.

Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai

suatu tujuan pendidikan. Untuk mengukur hasil belajar siswa digunakanlah alat

penilaian hasil belajar. Teknik yang digunakan dalam asesmen pembelajaran

untuk mengukur hasil belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan non tes

antara lain:

1. Tes

Tes merupakan pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap

butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap

benar (Suryanto Adi, dkk. Dalam Asesmen Pembelajaran SD 2012). Adapun

komponen atau kelengkapan sebuah tes yaitu lembar atau buku yang memuat

butir-butir soal tes, lembar jawaban tes, kunci jawaban tes, dan pedoman

penilaian. Dengan demikian hasil pengukuran dengan menggunakan tes termasuk

kategori data kuantitatif. Sebagai alat asesmen hasil belajar, tes mempunyai

fungsi, yaitu untuk:

a) Mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat

pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu.

29

b) Menentukan kedudukan atau perangkat peserta didik dalam kelompok,

tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran

tertentu.

Ditinjau dari tujuannya dalam pendidikan, maka tes dapat dibagi menjadi:

1) Tes Kecepatan (Speed Test)

Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes dalam hal kecepatan

berpikir atau keterampilan, baik bersifat spontanitas maupun hafalan dan

pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajari.

2) Tes Kemampuan (Power Test)

Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes dalam mengungkapkan

kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara

ketat oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang diases berupa

kognitif atau psikomotorik.

3) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)

Tes ini dimaksudkan untuk mengases hal yang telah diperoleh dalam

suatu kegiatan seperti Tes Hasil Belajar (THB), tes harian (formatif) dan

tes akhir semester (sumatif). Tes ini bertujuan untuk mengases hasil

belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun

waktu tertentu.

4) Tes Kemajuan Belajar (Gains/Achievement Test)

Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan. Tes ini

dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal testi sebelum pembelajaran

dan kondisi akhir testi setelah pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi

awal testi digunakan pre-tes dan kondisi akhir testi digunakan post-tes.

5) Tes Diagnostik (Diagnostic Test)

Tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa

sehingga kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian

perlakuan yang tepat.

30

6) Tes Formatif

Tes formatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah

terbentuk setelah mengetahui suatu program tertentu. Tes formatif dapat

disamakan dengan ulangan harian.

7) Tes Sumatif

Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok

program. Tes sumatif dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasa

dilaksanakan pada skhir semester dan tengah semester.

Pada penelitian ini tes berdasarkan segi kegunaan untuk mengukur

kemampuan siswa maka digunakan tes formatif.

Berdasarkan cara mengerjakannya tes dibagi menjadi 3 yaitu sebagai

berikut.

1) Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal

maupun jawabannya.

2) Tes Lisan

Dalam tes lisan pertanyaan maupun jawaban semuanya dalam bentuk

lisan. Hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi

pelengkap dari instrumen penilaian.

3) Tes Unjuk Kerja

Pada tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator

pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

Berdasarkan cara mengerjakannya penelitian ini menggunakan tes tertulis

sebagai penilaian hasil belajar.

Menurut Endang Poerwanti, (2008: 4-5) jenis tes berdasarkan bentuk

jawabannya, dibedakan menjadi tiga yaitu:

a) Tes essay (Essay-type test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan

gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara

mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

31

b) Tes jawaban pendek

Tes bisa digolongkan ke dalam tes jawaban pendek jika peserta tes

diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk essay, tetapi

memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata –

kata pendek, kata-kata lepas, maupun angka-angka.

c) Tes objektif

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan

untuk menjawab tes telah tersedia. Macam-macam tes objektif antara lain

tes benar salah, tes pilihan ganda, tes menjodohkan, tes isian singkat.

Dari penjelasan mengenai macam-macam tes, dalam penelitian ini

digunakan tes formatif untuk mengukur kemampuan siswa. Tes dilakukan secara

tertulis dengan bentuk tes objektif berupa pilihan ganda.

2. Nontes

Teknik non tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki

jawaban benar atau salah. Instrumen non tes bisa berbentuk kuisioner atau

inventori. Kuisioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, peserta didik

diminta menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori

merupakan instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan peserta didik,

misalnya potensi peserta didik. Teknik non tes sangat penting dalam mengakses

siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih

menekankan aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes yaitu :

a) Unjuk kerja

Suatu penilaian/ pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktivitas

peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau

interaksinya seperti berbicara, berpidato, membaca puisi dan berdiskusi

b) Penugasan

Penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan

(investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu. Penyelidikan ini

dilakukan secara bertahap yakni perencanaan, pengumpulan data,

pengolahan data dan penyajian data.

32

c) Tugas individu

Penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang

dilakukan secara individu. Tugas ini dapat diberikan pada waktu pembuatan

kliping, makalah dan lain sejenisnya.

d) Tugas kelompok

Tugas ini dikerjakan secara berkelompok. Bentuk instrumen yang

digunakan salah satunya adalah tertulis dengan menjawab uraian secara

bebas dengan tingkat berfikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.

e) Laporan

Penilaian yang berbentuk laporan atas tugas atau pekerjaan yang diberikan

seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum dan laporan

Pemantapan Praktik Lapangan (PPL).

f) Response atau ujian praktik

Suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan

praktikumnya seperti mata kuliah PPL.

g) Portofolio

Penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang

menunjuk perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode

tertentu.

Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara

pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap atau penilaian

portofolio. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran dinamakan dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas

instrumen butir–butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan

menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau

mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi,

pengukuran dengan teknik skala sikap dapat menggunakan instrumen butir – butir

pernyataan.

Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012) mengartikan bahwa

evaluasi merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil

33

pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut

dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil

pembelajaran dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat pula

ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut dapat berupa proses

atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM atau batas

keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok atau

berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang

telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan

penilaian. Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK),

sedangkan kriteria yang ditentukan setelah kegaiatan pengukuran dilakukan dan

didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan penilaian

Acuan Norma/Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

Evaluasi dalam pembelajaran ada dua yakni evaluasi proses belajar

dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi proses belajar adalah evaluasi atau penilaian

yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan

evaluasi hasil belajar adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk memantau

proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi

yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan.

Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa yang dinyatakan

dalam skor dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Skor hasil belajar

diperoleh dari kegiatan proses belajar dan hasil tes yang telah dilakukan.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yaitu

Vita Satriyana (2012) dalam penelitian ini berjudul “Efektivitas Penggunaan

Metode Investigasi Kelompok dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 SD Imbas

Gugus Imam Bonjol Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil

penelitian mendapatkan hasil uji t 0,039 dan hasil signifikasi < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan efektivitas yang signifikan antara penggunaan

metode investigasi kelompok dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran

34

IPA di kelas 5 SD Imbas Gugus Imam Bonjol Salatiga semester II tahun ajaran

2011/2012. Rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yakni 32,04

dan 25,08. Sehingga kelebihan dari penelitian ini yaitu terjadinya perbedaan rata-

rata hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelemahan dalam

penelitian ini adalah perlunya penguasaan kelas yang baik oleh guru agar

pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan kondusif, serta waktu pembelajaran

memerlukan waktu yang cukup lama sehingga diperlukan manajemen waktu yang

baik oleh guru. Solusi perlu ditingkatkan sistem penguasaan kelas, dapat

dilakukan dengan metode lainnya.

Penelitian lain dilakukan oleh Yuli Astutik (2012) yang berjudul

“Efektivitas Penggunaan Metode Discovery Terhadap Hasil Belajar Kognitif,

Afektif, dan Psikomotor Siswa pada Pelajaran IPA Kelas 5 Sekolah Dasar Gugus

Pangeran Diponegoro Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun

Pelajaran 2011/2012”. Diketahui bahwa rata-rata nilai post-test untuk kelas

eksperimen sebesar 81,20 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 70,31 dengan

probabilitas signifikasi ranah kognitif 0,001< 0,05 serta rata rata skor angket

untuk kelas eksperimen sebesar 20,67 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 15,92

dengan probabilitas signifikasi ranah afektif 0,000 < 0,05, maka terdapat

perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran dengan menggunakan metode

discovery dengan metode konvensional. Serta hasil deskriptif data ranah

psikomotor diperoleh hasil penilaian unjuk kerja lebih besar dari 34 dengan skor

rata-rata sebesar 48. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode

discovery efektif terhadap hasil belajar hasil belajar kognitif, afektif, dan

psikomotor siswa pada pelajaran IPA kelas 5 Sekolah Dasar Gugus Pangeran

Diponegoro Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran

2011/2012. Kelebihan dari penelitian ini yaitu dengan metode discovery learning

terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari pada menggunakan metode

konvensional. Kelemahan dalam penelitian ini yaitu guru kesulitan memantau

siswa dalam melakukan penilaian afektif dan psikomorik karena banyaknya

jumlah siswa yang harus diamati. Solusinya guru harus menyiapkan strategi untuk

35

dapat mementau siswa ketika pembelajaran agar penilaian yang dilakukan dapat

berjalan dengan baik.

Penelitian yang lain dilakukan oleh Vierwinto (2012) yang berjudul

“Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas 4 SD Negeri

Gendongan 03”. Hasil analisis uji t untuk selisih data pretest-posttest kedua

kelompok sampel bahwa nilai t hitung 2,283 dan nilai t tabel 1,992, sedangkan

signifikansinya sebesar 0,026. Sedangkan berdasarkan analisis uji t untuk posttest

kedua kelompok sampel dengan nilai t hitung 2,079 dan nilai t tabel 1,992, dan

nilai signifikansinya sebesar 0,000. Nilai t hitung positif yaitu 2,283 dan 2,079,

berarti rata-rata nilai posttest pada group kelas eksperimen lebih tinggi dari pada

rata-rata posttest kelas kontrol. Dilihat dari nilai rata-rata posttest yaitu dengan

nilai rata-rata hasil belajar untuk kelas eksperimen sebesar 68,7, sedangkan untuk

kelas kontrol rata-rata nilai hasil belajar sebesar 61,3. Kelebihan dalam penelitian

ini yaitu terdapat pengaruh positif terhadap penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation. Kelemahan perlu adanya pengawasan dari

guru agar motivasi siswa tumbuh berkembang saat mereka berdiskusi kelompok.

Solusi guru perlu memantau saat proses pembelajaran sehingga siswa yang

mengalami kesulitan belajar akan mudah memecahkan masalahnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fransiskus Redi (2012) dalam

penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran

Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata

Pelajaran Matematika Kelas 3 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Nilai rata-rata posttest hasil

belajar kelas eksperimen 74,8571, dan kelas kontrol 62,9333. Hal tersebut

menunjukkan ada perbedaan hasil belajar yang sangat signifikan antara kelas

eksperimen dengan kelas kontrol, artinya bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen

lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil Uji t-test (independent samples t-test)

nilai posttest diketahui bahwa nilai t equal variances assumed adalah 5,627 dan

tingkat signifikansi (Sig. 2-tailed) 0,000. Berdasarkan hasil nilai posttest uji t dan

tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka ada pengaruh yang sangat signifikan.

36

Kelebihan dalam penelitian ini yaitu terjadinya peningkatan hasil belajar siswa

dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing (guided

discovery). Kelemahan dalam penelitian ini adalah perlunya penguasaan kelas

yang baik oleh guru agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan kondusif,

serta waktu pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama sehingga

diperlukan manajemen waktu yang baik oleh guru. Solusi perlu ditingkatkan

sistem penguasaan kelas, dapat dilakukan dengan metode lainnya.

2.3 Kerangka Berpikir

Kegiatan pembelajaran dapat berhasil jika dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain model pembelajaran. Pada kenyataannya dalam kegiatan

pembelajaran masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran

konvensional. Pembelajaran yang berlangsung di kelas adalah pembelajaran yang

berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan

menyampaikan materi melalui metode ceramah. Guru belum mendesain

pembelajaran dengan baik. Guru tidak peduli bahwa siswa nampak jenuh dalam

pembelajaran. Guru menggunakan ceramah dalam pelajaran matematika. Guru

tidak mengungkap potensi yang dimiliki siswa. Guru tidak memberi kesempatan

siswa untuk menunjukkan kemampuan siswa. Keadaan ini akan diperbaiki

dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat

dengan memperbaiki pembelajaran menggunakan MP GI-PDL.

GI merupakan model pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk

kooperatif diskusi kelompok, yang terdiri dari beberapa kelompok kecil untuk

melakukan investigasi suatu topik yang akan dipecahkan bersama kelompok.

Model pembelajaran ini menekankan pada kemampuan peserta didik untuk

melakukan investigasi terhadap suatu topik yang akan dipecahkan, sedangkan

PDL merupakan suatu proses pembelajaran yang penyampaian materinya

disajikan secara tidak lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif untuk

menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya.

Melalui belajar penemuan, siswa dilatih belajar secara mandiri dan mencoba

memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.

37

MP GI-PDL mempunyai langkah-langkah antara lain menerima stimulus,

menyimak tujuan pembelajaran dan tugas kelompok, membentuk kelompok @ 4

orang, ketua kelompok mendapat satu tugas tentang keunikan budaya Indonesia,

merumuskan masalah tentang keunikan budaya Indonesia, melakukan investigasi

terhadap keunikan budaya Indonesia, mengolah data dari hasil pengumpulan data,

membuktikan dari hasil pengolahan data yang diperoleh, menarik kesimpulan,

menyiapkan laporan akhir dari hasil diskusi yang diperoleh, mempresentasikan

laporan, kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil pembahasannya,

membuat kesimpulan, mengerjakan evaluasi. Dari hasil gabungan kedua langkah-

langkah tersebut dapat dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan

inti, kegiatan akhir. Dari gabungan kedua langkah tersebut dapat diringkas agar

lebih mudah lagi diterapkan di SD ketika mengajar antara lain membentuk

kelompok @ 4 orang, merumuskan masalah tentang keunikan budaya Indonesia,

melakukan investigasi terhadap keunikan budaya Indonesia, menarik kesimpulan

hasil investigasi keunikan budaya Indonesia, mempresentasikan hasil investigasi

keunikan budaya Indonesia, mengerjakan tes materi keunikan budaya Indonesia.

Dalam kegiatan pembelajaran siswa dominan lebih aktif dalam mengikuti

pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam membimbing

siswa untuk melakukan investigasi. Pengukuran hasil belajar menggunakan MP

GI-PDL meliputi penilaian skor proses dan skor hasil belajar. Pada penilaiaan

proses menggunakan teknik non tes, sedangkan untuk mengetahui hasil belajarnya

dapat dilihat melalui aspek kognitif menggunakan teknik tes.

Pembelajaran dengan model konvensional terkesan monoton karena dalam

pembelajaran hanya dibatasi dengan metode ceramah dan tanya jawab saja.

Pembelajaran yang berlangsung melibatkan hanya berpusat kepada guru karena

siswa hanya mendengarkan informasi atau penjelasan dari guru sehingga siswa

pasif dalam mengikuti pembelajaran. Langkah-langkah dalam pembelajaran

konvensional antara lain memberi motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai, ada kesempatan bagi siswa untuk bertanya jawab, menyajikan

materi dengan ceramah, memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu

oleh siswa, guru bersama siswa membahas latihan soal dan beberapa siswa

38

diminta menjawab soal di papan tulis, guru mengadakan tes tertulis memberi

tugas PR kepada siswa. Dari beberapa langkah tersebut dapat disimpulkan lagi

untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran antara lain menyajikan materi

keunikan budaya Indonesia, tanya jawab materi keunikan budaya Indonesia,

latihan soal keunikan budaya Indonesia, pembahasan soal keunikan budaya

Indonesia, dan tes keunikan budaya Indonesia. Dari langkah tersebut siswa hanya

berperan untuk melakukan tanya jawab, mengerjakan latihan soal, melakukan

pembahasan soal dan mengerjakan tes. Dalam pembelajaran ini guru lebih

berperan aktif disetiap kegiatan pembelajaran. Evaluasi hasil belajarnya hanya

pada hasil tes saja tanpa ada penilaian proses belajar siswa. Secara lebih rinci

penjelasan kerangka berfikir disajikan pada gambar 2.2 berikut ini:

39

Gambar 2.2

Skema Efektivitas MP GI-PDL Terhadap Hasil Belajar Tematik Tema 8

Subtema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku

Pembelajaran Sub Tema 2

Keunikan Daerah Tempat Tinggalku

Model Pembelajaran

Konvensional

Model Pembelajaran Group Investigation

dan pendekatan Discovery Learning

1. Menyajikan materi keunikan

budaya Indonesia.

1. Membentuk kelompok @ 4

orang.

2. Tanya jawab materi keunikan

budaya Indonesia.

1. .

2.

Skor

Non

Tes

Skor proses belajar

Skor tes

Hasil belajar

Hasil belajar

2. Merumuskan masalah

tentang keunikan budaya

Indonesia.

3. Melakukan investigasi

terhadap keunikan budaya

Indonesia.

4. Menarik kesimpulan hasil

investigasi keunikan budaya

Indonesia.

5. Mempresentasikan hasil

investigasi keunikan budaya

Indonesia.

5.

6. Mengerjakan tes materi

keunikan budaya Indonesia.

Skor Tes

Skor hasil belajar

3. Latihan soal keunikan budaya

Indonesia.

.

4. Pembahasan soal keunikan

budaya Indonesia.

5. Tes keunikan budaya

Indonesia.

40

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu diduga terdapat

efektivitas MP GI-PDL terhadap hasil belajar tematik siswa kelas 4 SDN Dukuh

02 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016.