bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 mata...

20
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya. Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti “pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Dalam kamus Fowler (1951), natural science didefinisikan sebagai: systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly on observation and induction (yang diartikan bahwa ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai: pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi). Sumber lain menyatakan bahwa natural science didefinisikan sebagai piece of theoretical knowladge atau sejenis pengetahuan teoritis IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi

Upload: donga

Post on 17-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta

isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan

gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan

yang bersifat objektif. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang

bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya.

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata

sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang berarti “saya tahu”. Dalam

bahasa inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti “pengetahuan”.

Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia

dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam

Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Dalam kamus

Fowler (1951), natural science didefinisikan sebagai: systematic and formulated

knowledge dealing with material phenomena and based mainly on observation and

induction (yang diartikan bahwa ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai:

pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam

yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi). Sumber

lain menyatakan bahwa natural science didefinisikan sebagai piece of theoretical

knowladge atau sejenis pengetahuan teoritis

IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA

didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam

yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan

dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi

ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun

berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

7

dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran

matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada

hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan

berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenaranya dan melalui suatu

rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

a) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi

siswa sekolah dasar. Hal tersebut tercermin dari diikutsertakannya mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian

akhir Nasional untuk tingkat sekolah dasar. Darmodjo (1993:3) mengemukakan

bahwa, “ IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta

dan segala isinya”. Sedangkan menurut Iskandar (1997:1), “Ilmu Pengetahuan Alam

adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan dalam

alam”

Berdasarkan pendapat diatas, Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu

bidang studi yang bersifat rasional dan objektif yang digunakan untuk menyelidiki

alam dan gejala-gejalanya. IPA memberikan jawaban atas pertanyaanyang bersifat

mitos tentang alam, seperti terjadinya gerhana matahari, terjadinya pelangi, terjadinya

gunung meletus dll. Pengetahuan-pengetahuan ini dahulunya disebut pengetahuan

yang mitologi sifatnya karena selalu dihubung-hubungkan dengan kehidupan para

dewa. Dengan adanya pengetahuan Alam, pengetahuan yang bersifat mitos tersebut

dapat dijelaskan secara rasional dan objektif.

b) Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam

Berdasarkan penjelasan diatas adapun tujuan dari Ilmu pengetahuan alam yang

akan dicapai. Tentu saja tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan

dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi. Tujuan pembelajaran

IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya,

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

8

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat,

4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan,

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah

satu ciptaan Tuhan, dan

6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

c) Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu

kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan

penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah,

sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif

sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang

sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam

Kurikulum KTSP 2006 adalah:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas.

3. Energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

9

kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan

untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray

a. Pengertian Model Pembelajaran

Trianto (2010:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang

kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel

dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan

pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari

seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan

menurut Sudjana (2004:28) model pembelajaran adalah: “Pembelajaran dapat

diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar

terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga

belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran

adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang pengajar untuk mengarahkan

pebelajar mencapai suatu tujuan melaluicara yang disusun sistematik agar terjadi

interaksi antara pebelajar dengan dan sumber belajar lainnya. Untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan dapat menggunakan metode Cooperative Learning.

b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Slavin (Isjoni, 2011:15) “In cooperative learning methods, students work

together in four member teams to master material initially presented by the teacher”.

Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu

model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil

berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik

lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk

kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

10

Menurut Suprijono (2010:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang

lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih

dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif

dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-

pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk

membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya

menempatkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Roger dan David Johson dalam Suprijono (2010:58), mengatakan bahwa tidak

semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai

hasil yang maksimal, ada lima unsur dalam model pembelajar harus diterapkan. Lima

unsur tersebut adalah:

1. Saling Ketergantungan Positif: Unsur ini menunjukkan bahwa dalam dalam

pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama:

mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. kedua: menjamin semua

anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

2. Tanggung Jawab Perseorangan: Pertanggung jawaban ini muncul jika dilakukan

pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif

adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.

Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang

diperkuat oleh kegiatan belajar bersama artinya, setelah mengikuti kelompok

belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

3. Interaksi Promotif: Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling

ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:

4. Komunikasi Antar Anggota: Komunikasi antar anggota adalah keterampilan

sosial, untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan

peserta didik harus:

5. Pemrosesan Kelompok: Pemrosesan mengandung nilai. Melalui pemrosesan

kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

11

kegiatan dari anggota kelompok. Siapa diantara anggota kelompok yang sangat

membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok

kelompok adalah meningkatkan efektifitas anggota dalam memberikan

konstribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada

dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran Kooperatif

adalah suatu pemecahan masalah yang dilakukan oleh antar anggota kelompok

dimana setiap siswa harus berkomunikasi antar anggota kelompok lainnya.

Pembelajaran ini sangat bermanfaat karena mampu menumbuhkan rasa tanggung

jawab percaya diri bagi siswa.

c. Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray

Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak macam, salah satunya

pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray. Model pembelajaran tipe Two Stay Two

Stray dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Metode ini dapat digunakan dalam

semua mata pelajaran. Dengan sistematika dua tinggal dan dua pergi memudahkan

siswa untuk saling berdiskusi dengan kelompok lainnya. Hal ini dapat menumbuhkan

rasa percaya diri, tanggung jawab dalam menjalankan tugas dan rasa percaya diri

dalam mengemukakan pendapat di depan banyak orang. Menurut Suprijono (2009:7)

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua tamu

diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan

tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya.

Setelah diskusi intrakelompok selesai, dua orang dari masing-masing kelompok

meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Anggota kelompok

yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima

tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya

kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu

kepada semua kelompok. Jika mereka telah selesai melaksanakan tugasnya, mereka

kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

12

siswa yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu

mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.

Sedangkan menurut Lie (dalam Yusritawati, 2009:14) Adapun langkah-

langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray seperti

yang diungkapkan, antara lain:

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya

terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan

kelompok heterogen seperti pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay

Two Stray yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa

untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling mendukung.

2. Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk

dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.

3. Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. Hal ini

bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat

terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

4. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan

kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.

5. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka ke tamu mereka.

6. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

7. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

8. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

Sintak model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray menurut Spencer

Kagan (1990) :

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setip kelompoknya

terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan

kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa

berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang dan 1 siswa

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

13

berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran Two Stay

Two Stray bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk

saling membelajarkan (Peer Teaching) dan saling mendukung.

2. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk

dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.

3. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang.

Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk

dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

4. Setelah selesai, dua orang masing-masing kelompok meninggalkan

kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.

5. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka kepada tamu dan kelompok lain.

6. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk

melaporkan temuan dari kelompok lain.

7. Kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

8. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

Dari uraian di atas, penulis mengkaji bahwa pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray adalah pembelajaran yang bertujuan untuk memecahkan masalah

dengan cara berdiskusi anatar kelompok kemudan dipresentasikan dengan sistem dua

menetap dan dua bertamu. Sintak pembelajaran ini ialah pada kegiatan awal guru

membentuk kelompok, kemudaian guru memberikan soal atau sebuah masalah untuk

didiskusikan oleh murid. Jika waktu yang diberikan sudah habis maka setiap

kelompok harus menyiapkan dua anggotanya untuk bertamu ke kelompok lain dan

dua lagi untuk menetap suapaya menyambut anggota dari kelompok yang akan

memperesentasikan. Kegiatan tersebut dilakukan hingga waktu yang sudah

ditentukan hingga kembali kepada kelompok semula.

Menurut Fatirul (2008) kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Two

Stay Two Stray yaitu dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat

usia siswa. Model ini tidak hanya bekerja sama dengan anggota sekelompok tetapi

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

14

bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang memungkinkan terciptanya

keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih berorientasi pada keaktifan

siswa. Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray ini yaitu jumlah siswa dalam satu kelas tidak boleh ganjil harus berkelipatan

empat dan peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dan kunjungan dari 2 orang

anggota kelompok yang satu ke kelompok lain membutuhkan perhatian khusus dalam

pengelolaan kelas serta dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Selain itu,

guru juga harus membutuhkan banyak persiapan.

Dari kekurangan diatas penulis mengkaji, jika pada proses pembelajaran

kooperatif Two Stay Two Stray guru sudah menyiapkan kelompok heterogen sebelum

mengajar. Dalam pemilihan kelompok guru harus mempertimbangkan dari jenis

kelamin, kemampuan akademis, agar pembagian kelompok merata. Berdasrkan jenis

kelamin setiap kelompok harus ada anggota perempuan. Berdasarkan kemampuan

akademis setiap kelompok terdapat satu atau dua anggota kelompok yang mempunyai

kemampuan akademis tinggi. Kemudian soal diskusi sebaiknya tidak ditulis di papan

tulis, akan lebih baik dan efisien jika guru sudah membawanya dari rumah, sehingga

saat di kelas guru hanya memberikan perintah kemudian membagikannya.

2.1.3 Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Sejak lahir, manusia telah melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan

dan mengembangkan dirinya. Pandangan seseorang akan mempengaruhi hubungan

dengan belajar. Menurut Slameto (2010:2) mengemukakan belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya

Menurut Ghufron (2012:27) belajar adalah tingkah laku manusia yang tampak

tidak dapat diukur namun dapat diterangkan melibatkan proses mental yang meliputi

motivasi, kehendak, keyakinan, dan lain sebagainya. Berdasarkan urain tersebut maka

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

15

belajar dapat diartikan sebagai suatu usaha pada anak didik berdasrkan tingkah laku

secara perlahan-lahan atau betapa guna memperoleh pengetahuan dan ketrampilan

sehingga menghasilkan pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Berikut ini 8 Jenis Belajar Menurut Gagne (1985) dalam Udin S. Winataputra. 2008.:

1. Belajar Isyarat (Signal Learning)

Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena

adanya tanda atau isyarat, misalnya berhenti berbicara ketika mendapat isyarat

telunjuk menyilang mulut sebagai tanda tidak boleh ribut, atau berhenti mengendarai

sepeda motor di perempatan jalan pada saat tanda lampu merah menyala.

2. Belajar Stimulus-Respon (Stimulus-Response Learning)

Belajar stimulus-respon terjadi pada diri individu karena ada rangsangan dari luar,

misalnya menendang bola ketika ada bola di depan kaki, berbaris rapi karena ada

komando, berlari karena mendengar suara anjing menggonggong di belakang.

3. Belajar Rangkaian (Chaining Learning)

Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus respon yang

telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan perilaku yang segera atau spontan

seperti konsep merah-putih, panas-dingin, ibu-bapak, kaya-miskin, dan lain-lain.

4. Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning)

Belajar asosiasi verbal terjadi bila individu telah mengetahui sebutan bentuk dan

dapat menangkap makna yang bersifat verbal, misalnya perahu itu seperti badan titik,

kereta api itu seperti keluang/sikaki seribu, atau wajahnya seperti bulan kesiangan.

5. Belajar Membedakan (Discrimination Learning)

Belajar membedakan/diskriminasi terjadi bila individu berhadapan dengan benda,

suasana, atau pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-hal yang

jumlahnya banyak, misalnya membedakan jenis tumbuhan atas dasar urat daunnya,

suku bangsa menurut tempat tinggalnya, dan negara menurut tingkat kemajuannya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

16

6. Belajar Konsep (Concept Learning)

Belajar konsep terjadi bila individu mengalami berbagai fakta atau data yang

kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang abstrak, misalnya

binatang, tumbuhan, manusia termasuk makhluk hidup, negara-negara yang maju

termasuk developed-countries, aturan-aturan yang mengatur hubungan antar-negara

termasuk hukum internasional.

7. Belajar Hukum atau Aturan (Rule Learning)

Belajar hukum/atauran terjadi bila individu menggunakan beberapa rangkaian

peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau yang diberikan sebelumnya dan

menerapkannya atau menarik kesimpulan dari data tersebut menjadi suatu aturan,

misalnya ditemukan bahwa benda memuai bila terkena panas, iklim suatu tempat

dipengaruhi oleh tempat kedudukan geografi dan astronomi di muka bumi, harga

dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan.

8. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)

Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai

konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya mengapa harga

bahan bakar minyak naik, mengapa minat masuk perguruan tinggi menurun. Proses

pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain saling berkaitan.

Hasil belajar menurut Sukmadinata (2009:102) merupakan realisasi atau

pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki

seseorang. Suprijono (2010:7) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan

perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

Dari beberapa pendapat ahli tentang hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah perwujudan dari kecakapan atau potensi seseorang berupa perubahan

perilaku yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotoris.

Dalam penelitian ini hasil belajar digunakan sebagai patokan yang dipakai

peneliti dalam melihat penguasaan belajar siswa telah diadakan kegiatan belajar

mengajar. Adapun cara untuk melihat hasil belajar siswa adalah dengan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

17

menggunakan tes, karena dengan tes merupakan salah satu alat evaluasi yang paling

mudah untuk melihat pencapaian belajar siswa.

Penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah, suatu proses dimana seseorang

mengalami suatu perubahan dari yang belum tahu menjadi tahu. Dalam proses

tersebut seseorang bias memperolehnya dari sumber belajar lainnya, seseorang bias

mendapatkannya dari lingkungan, media elektronik, media cetak dll. Ketika orang

sudah memperolehnya, berarti orang tersebut mampu dikatakan telah mencapai

tujuan dari belajar.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman pengalaman belajarnya. Sejalan dengan itu Howard Kingsley

dalam Sudjana (2005:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan

dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan cita-cita.

Sedangkan menurut Bloom dan Kratwohl (dalam Usman 1994:29) hasil

belajar merupakan perubahan tingkah laku yang secara umum dapat dikelompokkan

ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Bloom dalam Usman 1994:29 membagi ranah Kognitif menjadi enam bagian,

yaitu (1) Pengetahuan, yang mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat

materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sulit,

(2) pemahaman, yang mengacu pada kemampuan memahami makna materi, (3)

penerapan, yang mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi

yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan atau

prinsip, (4) analisis, yang mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam

komponen-komponennya. (5) sintesis, yang mengacu pada kemampuan memadukan

konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau

bentuk baru dan (6) evaluasi, yang mengacu pada kemampuan memberikan

pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

Selain ranah kognitif, menurut Davies dalam Dimyati 2009:205) ranah afektif

berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai-nilai, perasaan dan emosi.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

18

Sumiati (2007:215) menjelaskan bahwa tingkatan afektif ada lima dari sederhana

menjadi yang kompleks. Kelima tingkatan tersebut yaitu (1) Kemauan menerima, (2)

Kemauan menanggapi, (3) berkeyakinan, (4) penerapan karya dan (5) ketekunan dan

ketelitian.

Hasil belajar yang berikutnya dalam ranah psikomotor. Menurut Davies dalam

Dimayati, 2009: 207), ranah psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik,

manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan kordinasi badan. Sejalan dengan

pendapat tersebut, Sudjana (1987: 54) menjelaskan bahwa hasil belajar dalam ranah

psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan-keterampilan (skill) dan kemampuan

bertindak individu.

c. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (Rusman,

2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:

Faktor Internal :

1. Faktor Fisiologis, Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang

prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat

jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik

dalam menerima materi pelajaran.

2. Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada

dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini

turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi

intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya

nalar peserta didik.

Faktor Eksternal:

1. Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil belajar.

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada

tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat

berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

19

yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk

bernafas lega.

2. Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang

keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana

untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor

instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.

Sedangkan menurut Menurut Sunarto (2009) faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar antara lain:

1. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang

yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Diantara faktor-faktor

intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang antara lain:

Kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, motivasi

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut.

Yang termasuk faktor-faktor ekstern antara lain: keadaan lingkungan

keluarga, keadaan lingkungan sekolah, keadaan lingkungan masyarakat

2.1.4 Hubungan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Dengan Hasil

Belajar

Banyak model pembelajaran kooperatif yang sering digunakan, Jigsaw, STAD

(Student Teams Achievement Division), Problem Solving, Picture and Picture dan

masih banyak lagi metode yang bias digunakan. Dalam kesempatan ini peneliti

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Alasan

pertama mpeneliti menggunakan metode ini ialah metode ini mampu digunakan

dalam semua mata pelajaran di sekolah dasar.

Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dilakukan dengan kegiatan

diskusi dan diakhiri dengan presentasi antar kelompok dengan mengirimkan dua

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

20

anggota kelompok bertamu ke kelompok lainnya. Hal ini menimbulkan kerjasama

antar anggota kelompok, sehingga pembelajaran di kelas menjadi aktif karena siswa

mendiskusikan soal yang diberikan oleh guru. Selain itu penggunaan metode

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat menumbuhkan rasa percaya

diri bagi siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray akan lebih baik jika

digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Karena dalam kegiatannya

siswa diminta untuk mengamati, mencatat dan mempresentasikan hasil yang didapat.

Sehingga siswa akan lebih aktif dalam melakukan diskusi dengan anggota kelompok.

Dengan perintah yang diberikan oleh guru, siswa menjalankan langkah demi langkah,

hingga pada akhirnya peningkatan hasil belajar akan tercapi melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Indra Heri Gunawan 2011 dengan judul

“Pengaruh Penggunaan Metode Two Stay Two Stray Pada Pembelajaran Matematika

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 5 SD Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga

Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Matematika. Hal itu terbukti dengan adanya peningkatan

hasil belajar siswa. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan untuk pembelajaran dengan menggunakan metode Two Stay Two

Stray. Berdasarkan uji t-tes diketahui F hitung levene test sebesar 0,527 dengan

probabilitas 0,472 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki

variance sama atau dengan kata lain kedua kelas tersebut homogen. Dengan demikian

analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Nilai t

adalah 3,7017 dengan probabilitas signifikasi 0,04 < 0,05 dan perbedaan rata-ratanya

berkisar antara 3.37644 sampai 17,28110 dengan perbedaan rata-rata 10,34524. Dari

hasil uji t-test disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan metode Two Stay Two

Stray (TSTS) dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa kelas V

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

21

SD Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester II tahun ajaran 2011/2012. Saran

yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah perlu pemilihan metode yang

tepat dalam proses pembelajaran dengan menyesuaikan materi ajar.

Kirniati pada tahun 2012 melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan

Metode Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Aktivitas dan

Hasil Belajar dalam Pembelajaran Ikhtisar dan Laporan Keuangan Siklus Akuntansi

Perusahaan Jasa di SMA Negeri 2 Salatiga”. Untuk mencapai tujuan dilakukan

penelitian tindakan kelas dalam dua siklus, dan tindakan penelitian dinyatakan

berhasil jika aktivitas siswa mencapai skor ≥ 75 dar indikator aktivitas yang meliputi

perhatian, bertanya, menjawab, dan menanggapi, sedangkan hasil belajar rata-rata

mencapai nilai ≥ 75 dan individu mencapai skor ≥ 71. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Two Stay Two Stray ternyata dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pembelajaran ikhtisar dan laporan keuangan

siklus akuntansi perusahaan jasa. Hal ini ditunjukkan dari meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar sebagai berikut: Aktivitas belajar sebelum tindakan : 15,63% siswa aktif

dan 9,37% siswa sangat aktif, 34,37% siswa cukup aktif dan 40,63% siswa tidak

aktif. Pada siklus 1 meningkat menjadi 0% siswa dikategorikan kurang aktif, 9,37%

siswa dikategorikan cukup aktif, 52,25% siswa dikategorikan aktif, dan 34,38% siswa

dikategorikan sangat aktif dan pada siklus ke dua 0% siswa dikategorikan kurang

aktif dan cukup aktif, 53,12% siswa dikategorikan aktif, dan 46,88% siswa

dikategorikan aktif. Hasil belajar sebelum tindakan 25% siswa tuntas dan 75% siswa

tidak tuntas, meningkat pada sikus 1, 71,87% siswa tuntas dan 28,13% siswa tidak

tuntas dan siklus 2 terdapat 96,88% siswa tuntas dan 3,12% siswa tidak tuntas.

Rendra Pramana 2011 melakukan eksperimen dengan judul Efektivitas

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Terhadap Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan Gender Kelas V SD pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Sifat-Sifat

Cahaya Gugus Among Siswa Temanggung Semester 2 Tahun 2011/2012

Pembelajaran kooperatif, metode Two Stay Two Stray, hasil belajar IPA, gender.

Penelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui ada atau tidak ada perbedaan hasil belajar

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

22

IPA antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Two

Stay Two Stray lebih baik dari pada kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran

dengan model pembelajaran konvensional; (2) Mengetahui ada atau tidak ada

perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa

perempuan; (3) Mengetahui pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray efektif

atau tidak efektif terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD pada

pelajaran IPA pokok pokok bahasan sifat-sifat cahaya gugus Among Siswa

Temanggung semester 2 tahun 2011/2012. Hasil dari Analisis of Varians (ANOVA)

setelah memenuhi uji prasyarat parametris (normalitas dan homogenitas), dengan

bantuan program penghitungan statistik SPSS 16.0 for Windows. terdapat perbedaan

nilai hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dan secara statistik hasil belajar

tersebut signifikan. Ada perbedaan hasil belajar antara kelompok laki-laki dengan

kelompok perempuan, tetapi secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan.

Selain itu secara signifikan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray tidak

efektif terhadap hasil belajar berdasarkan gender siswa kelas V SD pada pelajaran

IPA pokok bahasan sifat sifat cahaya Gugus Among Siswa Temanggung semester 2

tahun 2011/2012.

Dari penelitian yang dilakukan, 2 dari 3 penelitian yang dilakukan oleh Indra

Heri Gunawan 2011, Kirniati pada tahun 2012, menunjukkan peningkatan hasil

belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray tanpa membedakan gender. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rendra

Pramana 2011 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray berdasarkan gender juga terdapat peningkatan namun hanya laki-laki saja. Hal

ini menunjukan bahwa pengguna model kooperatif tipe Two Stay Two Stray akan

meningkatkan hasil belajar bagi siswa

2.3 Kerangka Pikir

Dalam meningkatkan hasil belajar siswa guru mempunyai peranan yang sangat

penting. Guru dituntut tidak hanya sebagai sumber ilmu, tetapi guru juga berperan

sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Artinya, saat kegiatan pembelajaran

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

23

siswa tidak duduk mendengarkan dan mengerjakan soal yang diberikan guru, tetapi

siswa berperan aktif dalam mencari, menemukan dan mengemukakan ilmu yang

didapatnya melalui fasilistas yang diberikan oleh guru.

Untuk mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), guru harus peka dan

mengerti kondisi siswa dikelas. Membuat kondisi kelas kondusif juga diperlukan agar

kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik. Dengan metode dan media

pembelajaran yang tepat, akan memudahkan guru dalam menyampaikan materi.

Sehingga siswa tertarik dan meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran yang

diterangkan oleh guru.

Dalam hal ini, metode Two Stay Two Stray dapat memudahkan guru untuk

menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan berkesan bagi murid.

Siswa dikondisikan untuk mencari pengetahuan tentang materi melalui diskusi

kelompok dengan temannya, setelah itu siswa bertukar pendapat antar kelompok satu

ddengan kelompok lainnya. Hal ini dapat memberikan kesan antar sisswa satu dengan

siswa lainnya. Sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal. Agar

dalam pembelajaran siswa tidak hanya bermain tanpa memahami perintah dari guru,

maka kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

24

Gambar 1

Alur Kerangka Pikir

Kondisi awal Guru cenderung dianggap

sebagai gudang ilmu, guru

bertindak otoriter, guru

mendominasi kelas. Siswa

hanya duduk diam dan

mendengarkan guru berbicara.

Penerapan model

pembelajaran Kooperatif Two

Stay Two Stray

Hasil belajar siswa meningkat

Pemantapan model

pembelajaran kooperatif

tipe Two Stay Two Stray

1. Management waktu

dalam mengajar harus

diperhatikan, 2.

Penerapan sintak model

Kooperatif tipe Two Stay

Two Stray, 3. Menegur

beberapa siswa yang

ramai saat diskusi, agar

tidak mengganggu teman. Hasil belajar siswa meningkat

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8068/2/T1_292010263_BAB II.pdf · bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya

25

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, dan kerangka pikir, maka dapat

dirumuskan hipotesis tindakan yaitu.

1. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 semester

2 SDN Ledok 02 Salatiga Kecamatan Argomulyo pada tahun ajaran

2013/2014.

2. Penerapan langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray

dimana Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok, Guru

memberikan sub bahasan kepada setiap kelompok, Siswa berdiskusi

dengan anggota kelompok, Siswa meninggalkan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi, masing-masing kelompok mendengarkan

presentasi kelompok lainnya yang diduga dapat meningkatkan hasil

belajar IPA pada siswa kelas 5 pada semester 2 SDN Ledok 02 Salatiga

Kecamatan Argomulyo pada tahun ajaran 2013/2014.