bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1...

19
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip- prinsip saja tetap juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didk untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas RI No. 22, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsIPAaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusa melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran 5

Upload: truongkhuong

Post on 05-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA

a. Latar Belakang Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja tetap juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri

dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya

di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan

untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didk untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan

yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP

(Depdiknas RI No. 22, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsIPAaja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik

dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut

menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini

menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan

pembelajaran IPA yang empirik dan faktual.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusa melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran

5

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

6

yang diarahkan pada pengalaman belajar bagi siswa untuk memecahkan masalah

yang dihadapi melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah

secara bijaksana.

b. Tujuan

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,

dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

( Depdiknas: 2011)

c Ruang Lingkup

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik, cahaya,

dan pesawat sederhana.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

7

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

d Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang

standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam

Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minium yang

secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam

pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD

didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,

bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK

dan KD untuk mata pelajaran IPA yang diitujukan bagi bagi siswa kelas VI SD

disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

SK dan KD mata pelajaran IPA Kelas VI Semester 2

No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

8. Memahami pentingnya

penghematan energi

8.1. Mengidentifikasi kegunaan energi listrik

dan berpartisipasi dalam penghematannya

dalam kehidupan sehari-hari

8.2. Membuat suatu karya/model yang menggunakan energi listrik (bel listrik/alarm/model lampu lalu lintas/ kapal terbang/mobil-mobilan/model penerangan rumah)

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Hasil belajar mempunyai peranan

penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat

memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai

tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

8

guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk

keseluruhan kelas maupun individu.

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat

dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat

sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar

merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik hasil

belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada

orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi

mengerti. Menurut Purwanto (1989:3), menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu

yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa

dalam waktu tertentu. Menurut Surahmad (1997:88) berpendapat hasil belajar adalah

hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaktif edukatif yang

diperlihatkan adalah menempatkan tingkah laku.

Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

mengalami aktivitas belajar (Chatarina, dkk, 2004:4). Perolehan aspek-aspek perilaku

tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana

1999:3). Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Secara

keseluruhan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa,

setelah ia menerima pengalaman belajarnya

Benyamin S. Bloom (dalam Anni 2005: 9) mengusulkan hasil belajar

dikelompokkan ke dalam tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu

ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan

hasil belajar berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah

kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),

penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian

(evaluation). Kategori tujuan pembelajaran ranah afektif meliputi penerimaan

(receiving), penanggapan (responding), penilaian (evaluing), pengorganisasian

(organization), dan pembentukan pola hidup (organization by a value complex).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

9

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik

seperti kemampuan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson (Anni

2005: 9) meliputi persepsi (perseption), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided

response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt

response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (creativity).

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk menjadikan ukuran atau kriteria

dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar diperoleh dari aktivitas

pengukuran. Secara sederhana, pengukuran diartikan sebagai kegiatan atau upaya

yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa,

atau benda. Pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk

menyatakan keadaan individu (Allen dan Yen, 1979). Untuk menetapkan angka dalam

pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia

pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa

seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.

Tes adalah salah satu contoh instrumen atau alat pengukuran yang paling

banyak dipergunakan untuk mengetahui kemampuan intelektual seseorang. Tes

adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh

informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan

tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Suryanto Adi,

dkk., 2009).

Penetapan angka kemampuan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan

berbagai cara atau model yang sistematis, baik berhubungan dengan proses belajar

maupun hasil belajar. Model penetapan angka tersebut pada prinsipnya adalah cara

penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi

dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan

indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif,

maupun psikomotor (Balitbang Depdiknas, 2006). Secara umum model penilaian

dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu model tes dan nontes.

1. Tes Tes bisa terdiri atas tes lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan

(menuntut jawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

10

bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk (a) objektif, ada

juga yang disusun dalam bentuk (b) esai atau uraian.

2. Bukan tes (nontes). Bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi atau

pengamatan, angket, kuesioner, interviews (wawancara), skala penilaian,

sosiometri, studi kasus, work sample analysis (analisa sampel kerja), task

analysis (analisis tugas), checklists dan rating scales dan portofolio

Model penilaian juga dapat dibedakan menjadi:

1. Tes tertulis

Tes tertulis adalah model penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik

berupa tes objektif dan uraian pada peserta didik di lembaga penyelenggara

pendidikan keterampilan. Ujian tertulis, untuk memperoleh informasi tentang

pengetahuan peserta didik berkenaan dengan tugas/pekerjaan dengan cara

merespon secara tertulis tentang aspek-aspek yang diujikan.

2. Tes kinerja/tindakan

Tes kinerja adalah model penilaian yang menuntut peserta didik

mendemonstrasikan kemahirannya dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan

tertentu, misalnya kemahiran mengidentifikasi kerusakan pada alat-alat yang

diperlukan untuk melakukan kinerja tertentu, bersimulasi, ataupun melakukan

pekerjaan yang sesungguhnya. Tes kinerja dapat dilakukan untuk menilai proses,

produk, serta proses dan produk. Tes kinerja, untuk memperoleh data tentang

kinerja atas bidang keterampilan tertentu yang dipertunjukkan oleh seseorang

peserta didik. Penilai mengajukan sejumlah tugas atau pekerjaan untuk dilakukan

oleh peserta didik dengan cara memperagakan secara psikomotor. Misal seorang

peserta didik disuruh memperagakan cara perambatan panas melalui zat padat.

3. Tes lisan

Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta

didik dengan seorang atau beberapa penguji. Pertanyaan dan jawaban diberikan

secara lisan dan spontan. Ujian lisan, untuk memperoleh data tentang performansi

tertentu, dengan cara berkomunikasi dua arah antara penilai atau guru dengan

peserta didik melalui tanya jawab atau wawancara langsung, berkenaan dengan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

11

pemahaman, perilaku, kinerja, dan tugas tertentu yang berkaitan dengan materi

pelajaran yang telah dipelajari.

4. Observasi

Observasi adalah model penilaian yang dilakukan dengan cara mencatat hasil

pengamatan terhadap objek tertentu. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan

cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan

jenis perilaku yang akan diamati dan situasi yang akan diobservasi, misalnya

dalam kelas, waktu bekerja dalam bengkel/laboratorium. Metode pencatatan,

berapa lama dan berapa kali observasi dilakukan disesuaikan dengan tujuan

observasi. Metode ini digunakan juga untuk memeriksa proses melalui analisis

tugas tentang beroperasinya suatu kegiatan/pekerjaan tertentu maupun produk

yang dihasilkannya. Penilaian atau guru dapat secara langsung mengamati dan

mencatat perilaku yang muncul, dan dapat juga menggunakan lembar observasi

atau daftar ceklis mengenai aspek-aspek tugas atau pekerjaan tertentu yang akan

diamati.

5. Penugasan

Penugasan adalah model penilaian yang menuntut peserta didik menyelesaikan

tugas di luar kegiatan pembelajaran di kelas, laboratorium atau bengkel.

Penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok dan dapat

berupa tugas rumah atau projek. Tugas rumah adalah tugas yang harus

diselesaikan peserta didik di luar kegiatan kelas. Tugas projek adalah tugas yang

melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis

maupun lisan dalam waktu tertentu. Proyek, untuk memperoleh data tentang

kinerja atas suatu tugas/pekerjaan tertentu yang dikerjakan dalam jangka waktu

tertentu, baik melalui pengawasan maupun tanpa pengawasan. Misalnya penilai

mempersiapkan dan merancang suatu tugas/pekerjaan tertentu untuk dikerjakaan

peserta didik kemudian hasil dari pekerjaannya dinilai.

6. Penilaian portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai hasil

karya peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya peserta didik dalam bidang

tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

12

dan kreativitas peserta didik. Portofolio, untuk memperoleh data dengan cara

mengumpulan bukti-bukti fisik yang bersifat pribadi, atau hasil karya dan

pencapaian dijadikan sebagai dasar untuk menilai kinerja seseorang sebelum, dan

setelah mengikuti pendidikan.

7. Penilaian diri

Penilaian diri merupakan model penilaian dengan cara meminta peserta didik

untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya. Penilaian diri untuk

memperoleh data tentang kelebihan dan kekurangan yang dimiliki peserta didik

dan bersumber dari peserta didik sendiri. Dalam penilaian diri peserta didik

menyampaikan sendiri secara jujur apa yang telah dikuasai dan yang belum

dikuasai setelah atau sebelum mengikuti pembelajaran. Bentuk penilaian diri

adalah laporan tentang keadaan diri peserta didik yang disusun sendiri oleh

peserta didik. Misal laporan tentang keterampilan yang telah dikuasai dan yang

belum dalam membuat tusuk rantai pada pelajaran keterampilan.

8. Penilaian antar teman

Penilaian antar teman merupakan model penilaian dengan cara meminta peserta

didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya. Model penilaian

antar teman dilakukan dengan melalukan observasi terhadap temannya sendiri.

Instrumen observasi, skala penilaian, dan daftar ceklist yang digunakan berisikan

aspek-aspek kemampuan atau kelebihan dan kesulitan atau kekurangan

temannya dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Misal peserta didik diberikan

tugas untuk menilai kinerja temannya dalam merawat tanaman hias dengan

menyiraminya mempergunakan skala penilaian.

Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui model atau cara

pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap atau penilaian

portofolio. Dengan demikian, Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah besarnya skor siswa yang diperoleh dari skor tes, pengamatan, diskusi, dan

laporan.

Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

dinamakan dengan alat ukur atau instrumen. Ada instrumen butir-butir soal apabila

cara pengukurannya menggunakan tes, apabila pengukurannya dengan cara

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

13

mengamati atau mengobservasi akan menggunakan instrumen lembar pengamatan

atau observasi, pengukuran dengan cara/model skala sikap akan menggunakan

instrumen butir-butir pernyataan.

Instrumen sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian

tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah valid,

artinya instrumen ini adalah instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur.

Menurut Arikunto, S. dalam Wardani Naniek Sulistya dkk, (2010, 4.30)

langkah-langkah yang harus dilalui dalam menyusun instrumen adalah:

1. Merumuskan tujuan. Contoh tujuan menyusun angket untuk mengumpulkan data

tentang besarnya minat belajar dengan modul.

2. Membuat kisi-kisi. Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian

SK/KD dan indikator dan jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengukur

setiap indikator yang bersangkutan.

3. Membuat butir-butir instrumen. Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan yang

mudah. Bagi penilai pemula, tugas menyusun instrumen merupakan pekerjaan

yang membosankan dan menyebalkan. Sebelum memulai pekerjaannya, mereka

menganggap bahwa menyusun instrumen itu mudah. Setelah tahu bahwa langkah

awal adalah membuat kisi-kisi yang menuntut kejelian yang luar biasa. Tidak

mengherankan kalau banyak di antara penilai yang merasa kesulitan.

4. Menyunting instrumen Langkah ini merupakan pekerjaan terakhir dari

penyusunan instrumen. Hal-hal yang dilakukan dalam penyuntingan instrumen

adalah:

a. Mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki penilai atau

pengawas untuk mempermudah pengolahan data.

b. Menuliskan petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya.

c. Membuat pengantar permohonan pengisian bagi angket yang diberikan kepada

orang lain.

Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau matriks

pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

14

pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan

tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini dimaksudkan sebagai pedoman merakit atau

menulis soal menjadi perangkat tes. Langkah-langkah untuk menyusun kisi-kisi soal

menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2010, 3.5-3.6) adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan sampel atau contoh materi yang akan ditulis butir soalnya hendaknya

dilakukan dengan mengacu pada tujuan pembelajaran atau kompetensi yang

ingin dicapai.

2. Jenis asesmen yang akan digunakan. Pemilihan jenis asesmen berhubungan

erat dengan jumlah sampel materi yang dapat diukur, tingkat kognitif yang akan

diukur, jumlah peserta tes, serta jumlah butir soal yang akan dibuat, dan juga

sangat terkait dengan tujuan pembelajaran yang akan di ukur.

3. Jenjang kemampuan berpikir atau perilaku yang ingin dicapai. Setiap kompetensi

mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda dalam mengembangkan

proses berpikir peserta didik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kumpulan

butir soal yang akan digunakan dalam tes, harus dapat mengukur proses berpikir

yang relevan dengan proses berpikir yang dikembangkan selama proses

pembelajaran. Dalam Standar Isi, kemampuan berpikir yang akan diukur dapat

dilihat pada "perilaku yang terdapat pada rumusan kompetensi dasar atau pada

standar kompetensi".

4. Indikator perilaku dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal

yang dikehendaki. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus

memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi

dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat

dan jelas. Dalam hubungan ini kita mengenal ranah kognitif yang dikembangkan

oleh Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh

Krathwoll (2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif

adalah ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi

(C5), dan kreasi (C6).

5. Sebaran tingkat kesukaran butir soal. Dalam menentukan sebaran tingkat

kesukaran butir soal dalam set soal, harus mempertimbangkan interpretasi hasil

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

15

tes mana yang akan dipergunakan, interpretasi hasil tes lebih kepada

ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran.

6. Waktu atau durasi yang disediakan untuk pelaksanaan tes. Lamanya waktu tes

merupakan faktor pembatas yang harus diperhatikan dalam membuat

perencanaan tes. Waktu pelaksanaan tes, disesuaikan dengan jenis tes yang

ditentukan. Jika asesmen formatif yang akan diterapkan kepada peserta didik,

maka asesmen dilaksanakan setelah guru selesai mengajarkan satu unit

pembelajaran, atau diterapkan pada akhir setiap standar kompetensi ataupun

kompetensi dasar pada setiap satuan pembelajaran (RPP), atau dilakukan di

tengah-tengah perjalanan program pengajaran atau tengah semester.

7. Jumlah butir soal. Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali tes

tergantung pada beberapa hal, antara lain tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai, ragam soal yang akan digunakan, proses berpikir yang ingin diukur, dan

sebaran tingkat kesukaran dalam set tes tersebut.

8. Contoh format kisi-kisi soal untuk penilaian proses pembelajaran dalam tabel ini.

Format Kisi-Kisi Soal IPA Kelas VI

Sekolah : SDN Tumbrep 02 Jumlah soal : 10

Kelas : VI Bentuk soal/tes : Isian

Mapel : IPA Pengajar/guru : Dalimin

Waktu : 20 menit Pengembang : Dalimin

Catatan : Bentuk soal objektif, jika tujuan pembelajaran mengukur proses berfikir

rendah dan sedang, dan bentuk uraian, jika tujuan pembelajaran mengukur proses

berfikir tinggi (analisis, evaluasi dan kreasi). Ditentukan juga oleh jumlah soal yang

akan diujikan.

Kompetensi

Dasar/

Pokok

Bahasan/ Proses Berfikir Tingkat Kesukaran Soal Bentuk

Indikator

Sub Pokok

Bahasan

C

1

C

2

C

3

C

4

C

5

C

6 Rendah

Sed

ang Tinggi

Instrumen

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

16

8.1

Catatan :

Kolom proses berfikir dan tingkat kesukaran soal diisi dengan jumlah

soal

Hasil dari pengukuran tersebut dipergunakan sebagai dasar penilaian atau

evaluasi. Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Stufflebeam

(Fernandes 1984) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran,

pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil

keputusan dalam menentukan alternatif keputusan (judgement alternative).

Sedangkan Tyler seperti dikutip oleh Mardapi, D. (2004) menyatakan bahwa

evaluasi merupakan proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah

tercapai. Wardani Naniek Sulistya dkk, (2010, 2.8) mengartikannya, bahwa

evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas

hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut

dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil

pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau

ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses atau

kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM, atau batas keberhasilan,

dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai

patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan

sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan

atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah

kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan

bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/ Penilaian Acuan Relatif

(PAN/PAR).

Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007

tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria ketuntasan

minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan

pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

17

pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang

kompetensi.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

a. Pengertian

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,

1997). Model mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al sebagai metode

kooperatif learning. Model ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca,

menulis, mendengarkan, dan berbicara. Dalam model ini siswa bekerja sama

dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak

kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan

berkomunikasi.

Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran kooperatif dimana

siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang dengan

memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota

bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan

dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung

jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang

lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus

bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, A.,

1994).

Pembelajaran kooperatif jigsaw didasari oleh pemikiran filosofis “Getting

Better Together” yang bararti untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam

belajar hendaknya dilakukan secara bersama-sama. Dalam bukunya Muhammad

Nur (1999) juga dijelaskan bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

18

konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut

dengan temanya. Model kooperatif tipe jigsaw adalah suatu strategi belajar yang

menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi

beberapa bagian dan materi. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh

siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Hizyam

Zaini,dkk,2007). Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini memandang bahwa

keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh oleh guru,

melainkan bisa juga di pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman.

Jadi keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh

kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan

secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.

Jigsaw merupakan model pertukaran kelompok dengan kelompok namun ada

perbedaan penting yakni setiap siswa mengajarkan sesuatu pada siswa yang lain.

Tiap siswa mempelajari satu bagaian materi pelajaran , yang bila digabungkan

dengan materi yang dipelajari siswa lain membentuk pengetahuan atau

keterampilan yang padu.

b. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menurut Arends (1997) keunggulan kooperatif tipe jigsaw adalah:

1. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan

juga pembelajaran orang lain.

2. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus

siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya

yang lain.

3. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan

kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan

siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.

Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu

kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang

ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan

tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan

kepada anggota kelompok asal.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

19

Para anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda, tetapi mempunyai topik

yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang

topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka, kemudian siswa-siswa itu

kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang

lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Guru harus mengetahui latar belakang siswa agar tercipta suasana yang baik

bagi setiap angota kelompok. Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi

para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.

Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada

kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah

mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok ahli harus

mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di

kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada

kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap

anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus

memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan

untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.

Gambaran secara umum model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini

adalah dalam pembelajaran berbagai materi diberikan kepada siswa dalam bentuk

teks, dan setiap siswa dalam kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari satu

bagian materi. Anggota kelompok yang berbeda dan memiliki materi yang sama

berkumpul membentuk kelompok yang disebut dengan kelompok ahli, untuk belajar

dan saling membantu mempelajari materi tersebut. Setelah mereka berdiskusi

dalam kelompok ahli, kemudian mereka kembali ke kelompok awal yaitu kelompok

asal mereka dan menjelaskan semua yang telah mereka diskusikan atau pelajari

dalam diskusi kelompok ahli.

c. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw

Langkah-langkah penerapan model jigsaw menurut Arends (1997) antara lain

adalah :

1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap

kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

20

ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan

dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap

siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut.

Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam

kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa

mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun

rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok

asal. Kelompok ini disebut kelompok jigsaw. Misal suatu kelas dengan jumlah 40

siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan

pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 20 siswa

akan terdapat 4 kelompok ahli yang beranggotakan 5 siswa dan 4 kelompok asal

yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke

kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam

kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada

kelompok ahli maupun kelompok asal.

2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,

selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan

pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang

telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi

pembelajaran yang telah didiskusikan.

3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar

ke skor kuis berikutnya.

Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi

pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar

materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta

cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penjelasan dari langkah-

langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di atas adalah :

1. Persiapan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

21

Membuat bahan ajar

Bahan ajar pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dirancang sedemikian rupa untuk

pembelajaran secara berkelompok sebelum menyajikan materi pembelajaran dibuat

lembar ahli yang akan dipelajari oleh peserta didik dalam kelompok kooperatif.

2. Tahap pembelajaran

Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA

untuk mengetahui pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa maka dapat

ditempuh dengan tahapan-tahapan berikut ini :

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa.

b) Guru menjelaskan pada siswa bahwa akan menerapkan model pembelajaran

kooperatif jigsaw, para siswa harus mengetahui dengan tepat tat aturan

penerapan model pembeljaran kooperatif tipe jigsaw ini.

c) Guru membentuk kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 siswa yang

heterogen yang disebut dengan kelompk asal.

d) Guru melakukan pembagian materi yang harus dipelajari pada masing-masing

siswa dalam kelompok asal (A1, A2,A3,A4 ; B1, B2, B3, B3, dst)

e) Guru meminta siswa yang memiliki materi yang sama untuk membentuk

kelompok yang disebut dengan kelompok ahli. Posisi tempat duduk harus diatur

sehingga siswa dapat saling bertatap muka.

f) Setelah selesai diskusi, guru meminta siswa yang bekerja dalam kelompok ahli

untuk kembali ke kelompok awal masing-masing yaitu kelompok asal.

g) Masing-masing siswa bergantian mengajarkan teman dalam kelompok asal

tentang materi pelajaran yang dipelajari atau didiskusikan dalam kelompok ahli

tadi.

h) Siswa bersama guru menyamakan persepsi dan merangkum materi yang telah

dipelajari pada pertemuan tersebut.

i) Guru mengadakan kuis secara individual.

j) Guru memberikan penghargaan pada kelompokyang mendapatkan skor kuis

tertinggi yang berupa pujian dan tepuk tangan dari semua siswa.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

22

2.1.4 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan

Ibdi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

Siswa Kelas III di SDN Petaonan 2 Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan tahun

pelajaran 2007/2008.” Dari hasil analisis data statistik diperoleh nilai t kerja sebesar

7,714 lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel sebesar 2,048 (taraf signifikasi

5%). dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa pembelajaran kooperatif lebih

baik dan efektif diterapkan pada mata pelajaran Pkn dibandingkan dengan

pembelajaran secara konvensional. Di samping itu jelaslah bahwa ada perbedaan

prestasi belajar siswa kelas III SDN Pataonan 2 antara yang diajar dengan

konvensional dan kooperatif.

Guru bangkit (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh

Pembelajaran Kooperatif Terhadap Motivasi Belajar Siswa” memperoleh kesimpulan

t-hitung > t-tabel yaitu t-hitung sebesar 18,546 sedangkan t-tabel sebesar 2,67 pada

taraf signifikansi 0.000 dengan demikian Model pembelajaran kooperatif ini cocok

diterapkan di sekolah dasar. Sebab, pembelajaran ini mengutamakan adanya

kerjasama dalam suatu kelompok. Antara satu individu dengan individu lainnya

saling tergantung. Siswa dapat terlibat secara aktif dan dapat merasa puas atas apa

yang telah dikerjakan.

2.1.5 Kerangka Berpikir

Segala aktivitas memerlukan motivasi agar apa yang dikerjakan mencapai tujuan

yang diinginkan. Demikan juga dalam proses pembelajaran di sekolah, setiap siswa

diharapkan mempunyai motivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar dalam

semua mata pelajaran. Hal ini bertujuan untuk mencapai kompetensi dasar yang

ditetapkan oleh kurikulum yang berlaku.

Model pembelajaran kooperatif jigsaw adalah model pembelajaran yang

memfokuskan hampir semua kegiatan pembelajaran pada siswa. Siswa dituntut untuk

bisa bertanggung jawab atas apa yang dipelajarinya bersama teman-temannya dalam

satu kelompok. Siswa dituntut untuk aktif mengikuti proses pembelajaran dan mengerti

materi yang akan dipelajari. Pembelajaran ini membagi siswa dalam 1 kelas menjadi

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2165/3/T1_262010850_BAB II… · untuk melanjutkan pendidikan ke SMP ... diitujukan bagi bagi

23

kelompok asal dan kelompok ahli,melakukan diskusi, presentasi,kuis, kemudian

pemberian penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan skor tertinggi. Dengan

model pembelajaran seperti ini diharapkan dapat termotivasi untuk mengikuti

pembelajaran IPA, sehingga tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai. Uraian diatas

dapat digambarkan dengan bagan di bawah ini :

Gambar.2.1

Gambar Alur Pikir Model Pembelajaran Jigsaw dan Peningkatan Hasil Belajar

2.1.6 Hipotesis Tindakan

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar bagi siswa Kelas VI SD Negeri Tumbrep 02 Kecamatan

Bandar Kabupaten Batang Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. Pada materi

penghematan energi listrik.

Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam

Pembelajaran IPA

1. Pembentukan 4 kelompok

asal

2. Penomeran

3. Pembagian materi

4. Diskusi kelompok ahli (

terdiri dari 4 kelompok ahli)

5. Presentasi kelompok asal

6. Kuis

1.

1. .

Hasil Belajar

meningkatkan hasil belajar IPA