bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1...
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. KAJIAN TEORI
2.1.1. Pembelajaran IPA
Menurut Gagne dalam Slameto, (2010:13) memberikan dua definisi
belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; dan (2) belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Sumardi
Suryabrata, (1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan
dengan sengaja, yang kemudia menimbulkan perubahan, yang keadaannya
berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Kemudian dalam arti
sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan
yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Menurut Sugihartono, dkk. (2007:74), belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (2002:13),
mendefinisikan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, psikomotor.
Menurut Sri Anitah (2007:2.19) mengatakan bahwa, Hasil belajar merupakan
perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi
terpadu secara utuh. “ Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010:22) menyatakan,
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya”. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan,
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
menyeluruh dengan ditandai adanya kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund dalam
Roestiyah (1998: 2) discovery adalah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan sesuatu atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental
12
tersebut antara lain ialah : mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-
golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan
sebagainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya,
sedang yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan
akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
instruksi. Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar
teacher learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan
menggunakan discovery learning, ialah suatu cara mengajar yang melibatkan
siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi,
seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkat aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut: (a)
Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak
kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa,
(b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual
sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat
membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa, (c) Teknik ini mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuannya masing-masing, (d) Mampu mengarahkan cara siswa belajar
sehingga lebih memiliki kemauan yang kuat untuk belajar lebih giat, (e)
Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri
proses penemuan sendiri. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru
hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan. Walaupun demikian
baiknya teknik ini masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan ialah: (a)
Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.
Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya
dengan baik, (b) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang
berhasil, (c) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan
pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik
penemuan, (d) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini
13
terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa, (e) Teknik ini
mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.
Tujuan Pembelajaran IPA menurut Bell (1978) mengemukakan beberapa
tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut: a)
Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam
pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan. b) Melalui pembelajaran
dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun
abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang
diberikan. c) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak
rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan. d) Pembelajaran dengan penemuan membantu
siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi,
serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain. e) Terdapat beberapa fakta
yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-
prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna. f) Keterampilan yang
dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah
ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Standar kompetensi : 3. Memahami daur hidup berbagai jenis makhluk hidup
Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di
lingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk, kupu-kupu, kucing.
2.1.2. Model Pembelajaran Discovery Learning
1. Pengertian dan karakteristik model pembelajaran discoveri learning
Discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Strategi
discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih,
2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan
14
proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan
prinsip. Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,
penentuan. Proses tersebut disebut cognitive processsedangkan discovery itu
sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the
mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
2. Sintak Discovery Learning
Sebagai suatu model pembelajaran discovery learning memiliki beberapa
langkah-langkah, di antaranya:
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.Disamping itu guru
dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah.Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi
bahan.
b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah)
c. Data collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
15
objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah,
2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi
3. Kelebihan dan kelemahan model discovery learning
Kelebihan modeldiscovery learning diantaranya :
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan
keterampilan dan proses-proses kognitif.
b. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki
dan berhasil.
c. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
16
d. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan
bekerja sama dengan yang lainnya. Berpusat pada siswa dan guru berperan
sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan
e. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah
pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
f. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik
g. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru;
h. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, berfikir antuisi dan
merumuskan hipotesis sendiri.
i. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi
lebih terangsang.
j. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa kemungkinan siswa belajar
dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar
k. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Di samping beberapa kelebihan, metode discovery learning juga memiliki
beberapa kelemahan, di antarannya:
a. Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
b. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir
atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan,
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
c. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori
atau pemecahan masalah lainnya.
d. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama
e. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Sintak model Discovery Learning dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:
17
Tabel 2.1
Sintak Model Discovery Learning
Langkah-langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Langkah 1
Orientasi siswa
kepada masalah
Guru menyampaikan semua
tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut.
1. Pada awal pembelajaran,
Siswa dapat memahami
peta konsep tentang daur
hidup hewan.
2. Siswa memahami
peristiwa perubahan yang
dialami makhluk hidup
selama hidupnya.
Langkah 2
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Guru membimbing siswa
memecahkan masalah yang
belum dapat dipecahkan
oleh siswa serta
mengorganisasikan tugas
belajar
Siswa mengerjakan tugas
kelompok yang diberikan
guru dalam buku pelajaran
dan lembar kerja siswa
(LKS)
Langkah 3
Membimbing
penyelidikan
individu maupun
kelompok
1. Guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai
permasalahan.
2. Guru mendorong siswa
melaksanakan diskusi
untuk mendapatkan
penjelasan dan
pemecahan masalah.
1. Siswa mengamati objek
yang sesuai dengan
masalah yang ada dalam
buku pelajaran
dan lembar kerja siswa
(LKS).
2. Siswa melakukan diskusi
kelompok.
Langkah 4
Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya
Guru membantu siswa dalam
merrencanakan dan
menyiapkan karya seperti
laporan, model yang
membantu mereka untuk
Siswa menunjukan hasil
diskusi di depan kelas.
18
berbagi tugas dengan
temannya.
Langkah 5
menyediakan alat
bantu siswa
Guru memfasilitasi siswa
untuk memperoleh
pengalaman bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar.
Siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Langkah 6
Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap proses.
Siswa menilai pekerjaanya
sendiri dengan cara
membandingkan dengan
pekerjaan teman yang
benar.
2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan
Hasil Penelitian yang dilakukan penelitian Yusmanah (2012) penggunaan
model discovery dapat meningkatkan keterampilan bertanya pelajaran matematika
kelas VI SD 34 Pontianak Kota. Berdasarkan hasil pengamatan siswa yang
bertanya dengan mengacungkan tangan sebanyak 12 orangn pada siklus
pertama, menjadi sebanyak 30 orang pada siklus kedua. Siswa yang bertanya
dengan tertulis sebanyak 12 orang pada siklus pertama, menjadi sebanyak 33
orang pada siklus kedua. Siswa yang bertanya dengan sesamanya sebanyak
12 orang pada siklus pertama, menjadi 34 orang pada siklus kedua. Siswa
yang bertanya antar kelompok sebanyak 6 orang pada siklus pertama, menjadi
sebanyak 32 orang pada siklus kedua. Siswa yang berani menjawab
pertanyaan sebanyak 15 orang pada siklus pertama, menjadi sebanyak 32
orang pada siklus kedua. Hal ini berarti dengan menggunakan model
discovery keterampilan siswa dalam bertanya dapat meningkat.
Agus Supriyadi (2012) menunjukkan bahwa penerapan model discovery
learning mampu meningkatkan hasil belajar materi bentuk daun dan fungsinya
pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai Ambawang. Hasil
19
obsevasi diketahui bahwa pada siklus 1 sebagian besar kegiatan telah
dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan-kegiatan pembelajarannya yaitu sebesar
65 % setelah siklus II seluruh pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah dapat
dilaksanakan oleh guru pada pembelajaran bentuk daun dan fungsinya
dengan model discovery learning dapat meningkat menjadi 100 %.
Bedasarkan data penelitian yang berasal dari hasil obsevasi diketahui bahwa
sebagian besar hasil belajar siswa dalam pembelajaran bentuk daun dan
fungsinya dengan model discovery learning pada siswa kelas IV pada
siklus I hanya mampu mencapai 65,55% dari aktivitas positif dan terjadi
peningkatan setelah siklus II menjadi sebesar 75,55%. Rata-rata nilai evaluasi
belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 78,72 dan terjadi peningkatan
setelah adanya perbaikan pembelajaran pada siklus II menjadi 97,76.
Sementara penelitian Prysta Widhiyani (2013) menemukan bahwa melalui
model Discovery Learning dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa Kelas III SDN Sumbersari 02 pada Pembelajaran Matematika Pokok
Bahasan Segitiga dan Segiempat Tahun Pelajaran 2012-2013.Pembelajaran
matematika menggunakan model discovery learning berjalan sesuai rencana yang
telah dirancang dan membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih memahami
materi yang diajarkan. Aktivitas belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar
siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.
Asnahwati (2013) menunjukan bahwa penggunaan model discovery
learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA
kelas III SD Bruder Melati Pontianak.Terdapat peningkatan pemahaman dan
hasil belajar siswa pada materi cuaca dengan menggunakan model
pembelajaran discovery. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan nilai dari siklus
-1 dengan rata-rata 6,0 dan pada pelaksanaan tindakan siklus -2 meningkat
menjadi 8,17.
Prysta Widhiyani (2013) menemukan bahwa melalui model Discovery
Learning dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas III
SDN Sumbersari 02 pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Segitiga
dan Segiempat Tahun Pelajaran 2012-2013.Pembelajaran matematika
20
menggunakan model discovery learning berjalan sesuai rencana yang telah
dirancang dan membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih memahami materi
yang diajarkan. Aktivitas belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa
dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.
Demikian halnya dengan penelitian Agus Supriyadi (2012) menunjukkan
bahwa penerapan modeldiscovery learning mampu meningkatkan hasil belajar
materi bentuk daun dan fungsinya pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri
03 Sungai Ambawang. Hasil obsevasi diketahui bahwa pada siklus 1
sebagian besar kegiatan telah dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan-kegiatan
pembelajarannya yaitu sebesar 65 % setelah siklus II seluruh pelaksanaan
kegiatan pembelajaran telah dapat dilaksanakan oleh guru pada pembelajaran
bentuk daun dan fungsinya dengan model discovery learning dapat
meningkat menjadi 100 %. Bedasarkan data penelitian yang berasal dari
hasil obsevasi diketahui bahwa sebagian besar hasil belajar siswa dalam
pembelajaran bentuk daun dan fungsinya dengan model discovery learning
pada siswa kelas IV pada siklus I hanya mampu mencapai 65,55% dari
aktivitas positif dan terjadi peningkatan setelah siklus II menjadi sebesar
75,55%. Rata-rata nilai evaluasi belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 78,72
dan terjadi peningkatan setelah adanya perbaikan pembelajaran pada siklus
II menjadi 97,76.
.
2.3. Kerangka Pikir
Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar khususnya pada
pembelajaran IPA dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi
siswa. Keberhasilan pembelajaran IPA dapat diukur dari kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran Siswa dikatakan paham apabila indicator
pembelajaran tercapai. Cara belajar siswa juga harus disesuaikan dengan materi
pelajaran dan tujuan pengajarannya.Cara belajar yang baik memungkinkan siswa
untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengenal masalah-
masalah yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam memahami
21
konsep pada pembelajaran IPA dan untuk mengetahui usaha dalam mengatasinya.
Adapun kerangka pemikiran yang ditunjukkan untuk mengarahkan jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan maka
kerangka berfikir di atas dilukiskan dalam sebuah gambar agar peneliti
mempunyai gambaran yang jelas dalam melaksanakan penelitian.
Model discovery learning adalah model pembelajaran yang terjadi dimana
siswa tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
siswa mengorganisasi sendiri.Model ini lebih menekankan pada ditemukannya
konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang direkayasa
oleh guru. Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan
sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini
ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student
oriented. Yusmanah (2012) meyakini bahwa dengan menggunakan model
discovery keterampilan siswa dalam bertanya dapat meningkat. Kerangka pikir
PTK ini dapat dicermati dari bagan berikut :
22
Gambar 2.1
Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model
Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga
Pembelajaran IPA melalui Model
discovery materi daur hidup hewan
Orientasi siswa kepada masalah
Membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok
Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
Mengorganisasikan siswa untuk
belajar
Memfasilitasi siswa
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah
Hasil Belajar < KKM 70
TES FORMATIF SKOR TES
HASIL BELAJAR
UNJUK KERJA
23
2.4 Hipotesis Tindakan
Pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning
dalam rangka meningkatkan keterampilan bertanya dan kompetensi hasil
belajar dilakukan dengan langkah-langkah: a. Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan), b. Problem statement (pernyataan/
identifikasi masalah), c. Data collection (Pengumpulan Data)., d. Data
Processing (Pengolahan Data), e. Verification (Pembuktian), f.
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).
Melalui model discovery learning pada pembelajaran siswa
mampu memahami materi dengan baik dan diduga meningkatkan
keterampilan bertanya dan hasil belajar siswa materi daur hidup hewan
kelas IV SD Muhammadiyah Kalikalong tahun pelajaran 2015/2016 pada
kategori tinggi.