bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1...

13
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Pembelajaran IPA Menurut Gagne dalam Slameto, (2010:13) memberikan dua definisi belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; dan (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Sumardi Suryabrata, (1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudia menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Menurut Sugihartono, dkk. (2007:74), belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (2002:13), mendefinisikan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, psikomotor. Menurut Sri Anitah (2007:2.19) mengatakan bahwa, Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh. “ Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010:22) menyatakan, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara menyeluruh dengan ditandai adanya kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund dalam Roestiyah (1998: 2) discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental

Upload: dinhlien

Post on 02-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9883/2/T1_262013011_BAB II.pdf · yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. KAJIAN TEORI

2.1.1. Pembelajaran IPA

Menurut Gagne dalam Slameto, (2010:13) memberikan dua definisi

belajar, yakni: (1) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; dan (2) belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Sumardi

Suryabrata, (1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan

dengan sengaja, yang kemudia menimbulkan perubahan, yang keadaannya

berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Kemudian dalam arti

sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan

yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Menurut Sugihartono, dkk. (2007:74), belajar merupakan suatu proses perubahan

tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (2002:13),

mendefinisikan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, psikomotor.

Menurut Sri Anitah (2007:2.19) mengatakan bahwa, Hasil belajar merupakan

perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi

terpadu secara utuh. “ Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010:22) menyatakan,

“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya”. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan,

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

menyeluruh dengan ditandai adanya kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund dalam

Roestiyah (1998: 2) discovery adalah proses mental dimana siswa mampu

mengasimilasikan sesuatu atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9883/2/T1_262013011_BAB II.pdf · yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

12

tersebut antara lain ialah : mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-

golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan

sebagainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya,

sedang yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan

akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau

mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan

instruksi. Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar

teacher learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan

menggunakan discovery learning, ialah suatu cara mengajar yang melibatkan

siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi,

seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri.

Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkat aktivitas siswa dalam

proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut: (a)

Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak

kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa,

(b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual

sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat

membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa, (c) Teknik ini mampu

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan

kemampuannya masing-masing, (d) Mampu mengarahkan cara siswa belajar

sehingga lebih memiliki kemauan yang kuat untuk belajar lebih giat, (e)

Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri

proses penemuan sendiri. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru

hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan. Walaupun demikian

baiknya teknik ini masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan ialah: (a)

Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.

Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya

dengan baik, (b) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang

berhasil, (c) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan

pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik

penemuan, (d) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9883/2/T1_262013011_BAB II.pdf · yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

13

terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan

perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa, (e) Teknik ini

mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.

Tujuan Pembelajaran IPA menurut Bell (1978) mengemukakan beberapa

tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut: a)

Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam

pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam

pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan. b) Melalui pembelajaran

dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun

abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang

diberikan. c) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak

rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang

bermanfaat dalam menemukan. d) Pembelajaran dengan penemuan membantu

siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi,

serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain. e) Terdapat beberapa fakta

yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-

prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna. f) Keterampilan yang

dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah

ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

Standar kompetensi : 3. Memahami daur hidup berbagai jenis makhluk hidup

Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di

lingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk, kupu-kupu, kucing.

2.1.2. Model Pembelajaran Discovery Learning

1. Pengertian dan karakteristik model pembelajaran discoveri learning

Discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses

pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam

bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Strategi

discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses

intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih,

2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9883/2/T1_262013011_BAB II.pdf · yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

14

proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan

prinsip. Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,

penentuan. Proses tersebut disebut cognitive processsedangkan discovery itu

sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the

mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

2. Sintak Discovery Learning

Sebagai suatu model pembelajaran discovery learning memiliki beberapa

langkah-langkah, di antaranya:

a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.Disamping itu guru

dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca

buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan

masalah.Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi

belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi

bahan.

b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-

agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya

dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas

pertanyaan masalah)

c. Data collection (Pengumpulan Data).

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para

siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini

berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya

hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan

(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9883/2/T1_262013011_BAB II.pdf · yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

15

objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan

sebagainya.

d. Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah

data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,

observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,

wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,

ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada

tingkat kepercayaan tertentu

e. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan

alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244).

Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan

baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh

yang ia jumpai dalam kehidupannya.

f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian

atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah,

2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang

mendasari generalisasi

3. Kelebihan dan kelemahan model discovery learning

Kelebihan modeldiscovery learning diantaranya :

a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan

keterampilan dan proses-proses kognitif.

b. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki

dan berhasil.

c. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan

melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9883/2/T1_262013011_BAB II.pdf · yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

16

d. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan

bekerja sama dengan yang lainnya. Berpusat pada siswa dan guru berperan

sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan

e. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah

pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

f. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik

g. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses

belajar yang baru;

h. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, berfikir antuisi dan

merumuskan hipotesis sendiri.

i. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi

lebih terangsang.

j. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa kemungkinan siswa belajar

dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar

k. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Di samping beberapa kelebihan, metode discovery learning juga memiliki

beberapa kelemahan, di antarannya:

a. Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.

b. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir

atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan,

sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

c. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena

membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori

atau pemecahan masalah lainnya.

d. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan

dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama

e. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,

sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara

keseluruhan kurang mendapat perhatian.

Sintak model Discovery Learning dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9883/2/T1_262013011_BAB II.pdf · yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

17

Tabel 2.1

Sintak Model Discovery Learning

Langkah-langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Langkah 1

Orientasi siswa

kepada masalah

Guru menyampaikan semua

tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai pada

pembelajaran tersebut.

1. Pada awal pembelajaran,

Siswa dapat memahami

peta konsep tentang daur

hidup hewan.

2. Siswa memahami

peristiwa perubahan yang

dialami makhluk hidup

selama hidupnya.

Langkah 2

Mengorganisasikan

siswa untuk belajar

Guru membimbing siswa

memecahkan masalah yang

belum dapat dipecahkan

oleh siswa serta

mengorganisasikan tugas

belajar

Siswa mengerjakan tugas

kelompok yang diberikan

guru dalam buku pelajaran

dan lembar kerja siswa

(LKS)

Langkah 3

Membimbing

penyelidikan

individu maupun

kelompok

1. Guru mendorong siswa

untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai

permasalahan.

2. Guru mendorong siswa

melaksanakan diskusi

untuk mendapatkan

penjelasan dan

pemecahan masalah.

1. Siswa mengamati objek

yang sesuai dengan

masalah yang ada dalam

buku pelajaran

dan lembar kerja siswa

(LKS).

2. Siswa melakukan diskusi

kelompok.

Langkah 4

Mengembangkan

dan menyajikan

hasil karya

Guru membantu siswa dalam

merrencanakan dan

menyiapkan karya seperti

laporan, model yang

membantu mereka untuk

Siswa menunjukan hasil

diskusi di depan kelas.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9883/2/T1_262013011_BAB II.pdf · yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

18

berbagi tugas dengan

temannya.

Langkah 5

menyediakan alat

bantu siswa

Guru memfasilitasi siswa

untuk memperoleh

pengalaman bermakna dalam

mencapai kompetensi dasar.

Siswa aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

Langkah 6

Menganalisis dan

mengevaluasi

proses pemecahan

masalah

Guru membantu siswa untuk

melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap proses.

Siswa menilai pekerjaanya

sendiri dengan cara

membandingkan dengan

pekerjaan teman yang

benar.

2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan

Hasil Penelitian yang dilakukan penelitian Yusmanah (2012) penggunaan

model discovery dapat meningkatkan keterampilan bertanya pelajaran matematika

kelas VI SD 34 Pontianak Kota. Berdasarkan hasil pengamatan siswa yang

bertanya dengan mengacungkan tangan sebanyak 12 orangn pada siklus

pertama, menjadi sebanyak 30 orang pada siklus kedua. Siswa yang bertanya

dengan tertulis sebanyak 12 orang pada siklus pertama, menjadi sebanyak 33

orang pada siklus kedua. Siswa yang bertanya dengan sesamanya sebanyak

12 orang pada siklus pertama, menjadi 34 orang pada siklus kedua. Siswa

yang bertanya antar kelompok sebanyak 6 orang pada siklus pertama, menjadi

sebanyak 32 orang pada siklus kedua. Siswa yang berani menjawab

pertanyaan sebanyak 15 orang pada siklus pertama, menjadi sebanyak 32

orang pada siklus kedua. Hal ini berarti dengan menggunakan model

discovery keterampilan siswa dalam bertanya dapat meningkat.

Agus Supriyadi (2012) menunjukkan bahwa penerapan model discovery

learning mampu meningkatkan hasil belajar materi bentuk daun dan fungsinya

pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai Ambawang. Hasil

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9883/2/T1_262013011_BAB II.pdf · yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

19

obsevasi diketahui bahwa pada siklus 1 sebagian besar kegiatan telah

dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan-kegiatan pembelajarannya yaitu sebesar

65 % setelah siklus II seluruh pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah dapat

dilaksanakan oleh guru pada pembelajaran bentuk daun dan fungsinya

dengan model discovery learning dapat meningkat menjadi 100 %.

Bedasarkan data penelitian yang berasal dari hasil obsevasi diketahui bahwa

sebagian besar hasil belajar siswa dalam pembelajaran bentuk daun dan

fungsinya dengan model discovery learning pada siswa kelas IV pada

siklus I hanya mampu mencapai 65,55% dari aktivitas positif dan terjadi

peningkatan setelah siklus II menjadi sebesar 75,55%. Rata-rata nilai evaluasi

belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 78,72 dan terjadi peningkatan

setelah adanya perbaikan pembelajaran pada siklus II menjadi 97,76.

Sementara penelitian Prysta Widhiyani (2013) menemukan bahwa melalui

model Discovery Learning dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Siswa Kelas III SDN Sumbersari 02 pada Pembelajaran Matematika Pokok

Bahasan Segitiga dan Segiempat Tahun Pelajaran 2012-2013.Pembelajaran

matematika menggunakan model discovery learning berjalan sesuai rencana yang

telah dirancang dan membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih memahami

materi yang diajarkan. Aktivitas belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar

siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.

Asnahwati (2013) menunjukan bahwa penggunaan model discovery

learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA

kelas III SD Bruder Melati Pontianak.Terdapat peningkatan pemahaman dan

hasil belajar siswa pada materi cuaca dengan menggunakan model

pembelajaran discovery. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan nilai dari siklus

-1 dengan rata-rata 6,0 dan pada pelaksanaan tindakan siklus -2 meningkat

menjadi 8,17.

Prysta Widhiyani (2013) menemukan bahwa melalui model Discovery

Learning dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas III

SDN Sumbersari 02 pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Segitiga

dan Segiempat Tahun Pelajaran 2012-2013.Pembelajaran matematika

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9883/2/T1_262013011_BAB II.pdf · yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

20

menggunakan model discovery learning berjalan sesuai rencana yang telah

dirancang dan membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih memahami materi

yang diajarkan. Aktivitas belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa

dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.

Demikian halnya dengan penelitian Agus Supriyadi (2012) menunjukkan

bahwa penerapan modeldiscovery learning mampu meningkatkan hasil belajar

materi bentuk daun dan fungsinya pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri

03 Sungai Ambawang. Hasil obsevasi diketahui bahwa pada siklus 1

sebagian besar kegiatan telah dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan-kegiatan

pembelajarannya yaitu sebesar 65 % setelah siklus II seluruh pelaksanaan

kegiatan pembelajaran telah dapat dilaksanakan oleh guru pada pembelajaran

bentuk daun dan fungsinya dengan model discovery learning dapat

meningkat menjadi 100 %. Bedasarkan data penelitian yang berasal dari

hasil obsevasi diketahui bahwa sebagian besar hasil belajar siswa dalam

pembelajaran bentuk daun dan fungsinya dengan model discovery learning

pada siswa kelas IV pada siklus I hanya mampu mencapai 65,55% dari

aktivitas positif dan terjadi peningkatan setelah siklus II menjadi sebesar

75,55%. Rata-rata nilai evaluasi belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 78,72

dan terjadi peningkatan setelah adanya perbaikan pembelajaran pada siklus

II menjadi 97,76.

.

2.3. Kerangka Pikir

Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar khususnya pada

pembelajaran IPA dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi

siswa. Keberhasilan pembelajaran IPA dapat diukur dari kemampuan siswa dalam

memahami materi pelajaran Siswa dikatakan paham apabila indicator

pembelajaran tercapai. Cara belajar siswa juga harus disesuaikan dengan materi

pelajaran dan tujuan pengajarannya.Cara belajar yang baik memungkinkan siswa

untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengenal masalah-

masalah yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam memahami

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9883/2/T1_262013011_BAB II.pdf · yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

21

konsep pada pembelajaran IPA dan untuk mengetahui usaha dalam mengatasinya.

Adapun kerangka pemikiran yang ditunjukkan untuk mengarahkan jalannya

penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan maka

kerangka berfikir di atas dilukiskan dalam sebuah gambar agar peneliti

mempunyai gambaran yang jelas dalam melaksanakan penelitian.

Model discovery learning adalah model pembelajaran yang terjadi dimana

siswa tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan

siswa mengorganisasi sendiri.Model ini lebih menekankan pada ditemukannya

konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang direkayasa

oleh guru. Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan

sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar

secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan

mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini

ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student

oriented. Yusmanah (2012) meyakini bahwa dengan menggunakan model

discovery keterampilan siswa dalam bertanya dapat meningkat. Kerangka pikir

PTK ini dapat dicermati dari bagan berikut :

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9883/2/T1_262013011_BAB II.pdf · yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

22

Gambar 2.1

Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model

Discovery Learning Berbantuan Alat Peraga

Pembelajaran IPA melalui Model

discovery materi daur hidup hewan

Orientasi siswa kepada masalah

Membimbing penyelidikan individu

maupun kelompok

Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya

Mengorganisasikan siswa untuk

belajar

Memfasilitasi siswa

Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan

masalah

Hasil Belajar < KKM 70

TES FORMATIF SKOR TES

HASIL BELAJAR

UNJUK KERJA

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9883/2/T1_262013011_BAB II.pdf · yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

23

2.4 Hipotesis Tindakan

Pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning

dalam rangka meningkatkan keterampilan bertanya dan kompetensi hasil

belajar dilakukan dengan langkah-langkah: a. Stimulation

(stimulasi/pemberian rangsangan), b. Problem statement (pernyataan/

identifikasi masalah), c. Data collection (Pengumpulan Data)., d. Data

Processing (Pengolahan Data), e. Verification (Pembuktian), f.

Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).

Melalui model discovery learning pada pembelajaran siswa

mampu memahami materi dengan baik dan diduga meningkatkan

keterampilan bertanya dan hasil belajar siswa materi daur hidup hewan

kelas IV SD Muhammadiyah Kalikalong tahun pelajaran 2015/2016 pada

kategori tinggi.