bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 hasil belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga...

19
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPS 2.1.1.1. Pengertian Hasil Belajar IPS Hasil belajar adalah prilaku sebagai akibat dari proses belajar atau learning out comes. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu proses yang memungkinkan terjadinya proses belajar (Ibnu Hajar, 2003:4). IPS adalah: mata pelajaran atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora (Depdiknas, 2003:128). IPS adalah mata pelajaran yang mulai diajarkan di kelas III terdiri dari pengetahuan sosial yang mencakup pengetahuan tentang lingkungan sosial, ilmu bumi, dan pemerintahan serta yang mencakup pengetahuan tentang proses perkembangan masyarakat Indonesia dari masa lampau hingga sekarang (Depdikbud, 1996:57). Anton Sukarno (2004:17) menyatakan hasil belajar IPS adalah suatu hasil maksimal yang diperoleh siswa dengan usahanya dalam rangka mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat mempelajari program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik maupun lingkungan sosialnya yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik dan psikologi sosial. Berdasarkan uraian tersebut di atas, yang dimaksud dengan hasil belajar IPS adalah suatu penilaian hasil belajar yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora ilmu bumi, geografi, ekonomi, sosiologi, anthropologi, tata negara, dan sejarah serta yang mencakup pengetahuan tentang proses perkembangan masyarakat Indonesia dari masa lampau hingga sekarang yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. 7

Upload: others

Post on 06-Mar-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hasil Belajar IPS

2.1.1.1. Pengertian Hasil Belajar IPS

Hasil belajar adalah prilaku sebagai akibat dari proses belajar atau learning out

comes. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu

proses yang memungkinkan terjadinya proses belajar (Ibnu Hajar, 2003:4). IPS adalah:

mata pelajaran atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya

mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora (Depdiknas, 2003:128). IPS adalah

mata pelajaran yang mulai diajarkan di kelas III terdiri dari pengetahuan sosial yang

mencakup pengetahuan tentang lingkungan sosial, ilmu bumi, dan pemerintahan serta yang

mencakup pengetahuan tentang proses perkembangan masyarakat Indonesia dari masa

lampau hingga sekarang (Depdikbud, 1996:57).

Anton Sukarno (2004:17) menyatakan hasil belajar IPS adalah suatu hasil maksimal

yang diperoleh siswa dengan usahanya dalam rangka mengaktualisasikan dan

mempotensikan diri lewat mempelajari program pendidikan yang merupakan suatu

keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik

maupun lingkungan sosialnya yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti

geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik dan psikologi sosial.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, yang dimaksud dengan hasil belajar IPS adalah

suatu penilaian hasil belajar yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya

mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora ilmu bumi, geografi, ekonomi,

sosiologi, anthropologi, tata negara, dan sejarah serta yang mencakup pengetahuan tentang

proses perkembangan masyarakat Indonesia dari masa lampau hingga sekarang yang

dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan

hasil yang dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.

7

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

8

2.1.1.2 Tujuan Hasil Belajar IPS Tujuan utama pembelajaran adalah menciptakan kondisi agar siswa dapat belajar.

Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang terjadi pada diri siswa. Proses perubahan tersebut terjadi karena adanya interaksi antara kekuatan internal (kesadaran atau kognisi) dan kekuatan eksternal (yang berupa lingkungan, tantangan kesempatan). Proses perubahan tersebut meliputi struktur perceptual kognitif, struktural penilaian moral dan kemauan, dan pola motorik untuk menghadapi kondisi obyektif.

Dari uraian di atas, dinyatakan bahwa tujuan hasil belajar IPS adalah untuk mengetahui perubahan perilaku siswa setelah mengalami proses pembelajaran secara obyektif yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 2.1.1.3 Macam-macam Hasil Belajar IPS Howard Kingsley dalam Depdiknas (2003:34) membagi tiga macam hasil belajar yakni: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, dan sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne dalam Nana Sudjana (2008:137) membagi 5 macam kategori hasil belajar yakni: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, keterampilan motoris.

Depdiknas (2003:139) tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari secara garis besar membaginya menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik: (1) Ranah Kognitif berkenaan dengan sikap belajar intelektual mencakup beberapa aspek yakni: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, penilaian, peniruan, manipulasi, ketepatan dan artikulasi; (2) Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari: menerima, menanggapi, menilai, mengelola, menghayati; (3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan: gerakan, reflek, keterampilan gerakan dasar, keharmonisan/ketepatan, gerakan keterampilan kompleks.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar IPS. Namun di antara ranah tersebut yang paling banyak dinilai oleh guru adalah ranah kognitif karena menyangkut kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pembelajaran.

2.1.2 Materi Pembelajaran IPS kelas II SD 2.1.2.1 Silabus Materi IPS

Materi dalam penelitian ini difokuskan pada pencapaian standar kompetensi pemeliharaan dokumen dan koleksi benda berharga. Adapun silabus tentang standar kompetensi tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi IPS kelas II

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

9

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Memahami peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis

1. Memelihara dokumen dan koleksi benda berharga miliknya

2. 2. Menceritakan peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis.

2.1.2.2 Memelihara dokumen dan koleksi benda berharga Gambar 1. Bagan Peta Konsep 1. Pentingnya memelihara dokumen

Dokumen adalah surat yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan seperti akte kelahiran, surat nikah, surat perjanjian, KTP, Kartu Keluarga (KK), raport, Ijazah, surat, album foto dan sebagainya.

Dokumen-dokumen tersebut perlu dirawat supaya tidak mudah rusak dan dapat digunakan kembali. Agar dokumen tidak rusak dapat dilaminating atau dibungkus dengan plastik, stopmap, dan disimpan dalam almari.

Contoh gambar dari dokumen penting adalah sebagai berikut:

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

10

Gambar 2. Akte Kelahiran Gambar 3. Kartu Keluarga

Gambar 4. Kartu Tanda Penduduk (KTP) Gambar 5. Surat Ijin Mengemudi (SIM) Dokumen-dokumen penting tersebut sangat berguna karena memiliki berbagai fungsi

dan kegunaan. Akte Kelahiran berfungsi sebagai bukti lahir. Kartu Kelahiran digunakan untuk keperluan bukti diri ketika mendaftar sekolah, melamar pekerjaan dan sebagainya. Kartu Keluarga (KK) berfungsi sebagai data kependudukan. Kartu Keluarga digunakan sebagai dafatar nama keluarga. KTP difungsikan sebagai data kependudukan digunakan untuk identitas diri, alamat rumah, desa, kecamatan dan kabupaten. SIM berfungsi sebagai identitas diri dan digunakan sebagai tanda terampil mengemudi dan data dokumen lainnya.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

11

Benda-benda koleksi contohnya piala, tas, pensil, buku diare, meja, kursi, sepatu, sandal, baju pengantin jam dinding dan sebagainya. 2. Cara memelihara dokumen Cara memelihara dokumen adalah: a. Bersihkan dokumen dan benda koleksi dari kotoran, terutama debu. b. Simpan dokumen dan benda koleksi di tempat yang kering. Jangan lupa bersihkan dulu

tempat itu. c. Diberi kapur barus supaya tidak ada binatang pengganggu. d. Disimpan dengan rapi dan menarik. e. Dokumen yang ada di map plastik sekali-sekali harus dikeluarkan dulu atau ditukar tempat

supaya tidak melekat.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan atau dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Depdiknas, 2006:48).

Kooperatif (Cooperative) yang berarti new ideas or techniques, merupakan kata sifat dari kooperatif (cooperation) yang berarti pembaharuan. Kooperatif berasal dari kata kerja cooperatve yang berarti make change atau introduce new thing (ideas or techniques) in

oerder to make progress. Pembelajaran, merupakan terjemahan dari learning yang artinya belajar, atau pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang dikemas oleh pebelajar atas dorongan gagasan barunya yang merupakan produk dari learning how to learn

untuk melakukan langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar (Suyanto, 2007:3).

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem atau proses pembelajaran yang mendesain cara-cara baru dalam penerapan strategi belajar, dan pengevaluasian secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diharapkan (Suyanto, 2007:3). Pembelajaran Kooperatif mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

12

(Depdiknas, 2003:41). Pembelajaran Kooperatif adalah suatu pembelajaran yang memperkenal sesuatu yang baru (Swidarto, 2008:13). Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang bersifat pembaharuan dengan membuat berbagai kreasi baru agar dapat menarik siswa dalam belajar.

Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered, artinya pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (I Wayan Santyasa, 2005:14). Kooperatif adalah pembaharuan pendidikan yang mengaktifkan siswa untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan menciptakan pembelajaran student centered (Swidarto, 2008:14).

Berdasarkan uraian tersebut di atas yang dimaksud pembelajaran Kooperatif adalah suatu sistem atau proses pembelajaran yang bersifat pembaharuan dengan membuat berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien serta berpusat pada siswa (student centered).

2.1.3.2 Ciri-ciri pembelajaran

Menurut Sukardjo dan Das Salirawati ciri-ciri pembelajaran yang Kooperatif antara lain: 1. Pembelajaran Kooperatif dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. 2. Pembelajaran Kooperatif dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam

belajar. 3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa. 4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang aman dan menyenangkan. 5. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara pisik maupun

psikologis (Sukardjo dan Das Salirawati, 2006:23). Ciri-ciri pembelajaran Kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Menghargai otonomi dan inisiatif siswa. 2. Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan

berpikir kritis.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

13

3. Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, mengananalisis, memprediksi, dan mengkreasi dalam mengerjakan tugas.

4. Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.

5. Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan sebelum sharing pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.

6. Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya maupun dengan siswa yang lain.

7. Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut mereka untuk berpikir kritis dan berdiskusi antar temannya.

8. Mengelaborasi respon awal siswa. 9. Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan kontradiksi

terhadap hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi. 10. Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan mengerjakan

tugas-tugas. 11. Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran yang

beragam (I Wayan Santyasa, 2005:18). Berdasarkan uraian tersebut di atas, pembelajaran Kooperatif memiliki dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran Kooperatif memiliki ciri-ciri: pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan, menumbuhkan perhatian dan motivasi, menarik dan menantang bagi siswa, menyenangkan, menghargai otonomi dan inisiatif siswa, menumbuhkan keterampilan berpikir kritis, menyertakan respon siswa, menyediakan peluang berdiskusi, menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran yang beragam.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

14

2.1.3.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan rangkaian kegiatan guru dalam

rangka membuat siswa belajar. Oleh karena itu pembelajaran perlu didukung oleh sejumlah komponen yang terorganisir seperti tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah “suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran tersebut”( Omar Hamalik, 1996: 28).

Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah baik kuantitas maupun kualitas. Sasaran tujuan pembelajaran adalah hasil belajar (Muhammad Surya, 2003:123).

Tujuan pembelajaran inovatiaf mendasarkan diri pada tiga fokus belajar, yaitu: (1) proses, (2) tranfer belajar, dan (3) bagaimana belajar. Fokus yang pertama proses, mendasarkan diri pada nilai sebagai dasar untuk mempersepsi apa yang terjadi apabila siswa diasumsikan belajar. Nilai tersebut didasari oleh asumsi, bahwa dalam belajar, sesungguhnya siswa berkembang secara alamiah. Oleh sebab itu, paradigma pembelajaran hendaknya mengembalikan siswa ke fitrahnya sebagai manusia dibandingkan hanya menganggap mereka belajar hanya dari apa yang dipresentasikan oleh guru. Implikasi nilai tersebut melahirkan komitmen untuk beralih dari konsep pendidikan berpusat pada kurikulum menuju pendidikan berpusat pada siswa. Dalam pendidikan berpusat pada siswa, tujuan belajar lebih berfokus pada upaya bagaimana membantu para siswa melakaukan revolusi kognitif. Model pembelajaran perubahan konseptual dalam pembelajaran merupakan alternatif strategi pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang fokus pada proses adalah suatu nilai utama pembelajaran kooperatif (Muhammad Surya, 2003:126).

Fokus yang kedua transfer belajar, mendasarkan diri pada premis siswa dapat dapat dipetik dari premis tersebut, bahwa meaningful learning harus diyakini memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan rote learning, dan deep understanding lebih baik dibandingkan senseless memorization. Konsep belajar bermakna terjadi apabila ada kemampuan mentransfer apa yang dipelajari ke dalam situasi baru.

Fokus yang ketiga bagimana belajar (how to learn) memiliki nilai yang lebih penting dibandingkan dengan apa yang dipelajari (what to learn). Alternatif pencapaian learning how

to learn, adalah dengan memberdayakan keterampilan berpikir siswa. Dalam hal ini,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

15

diperlukan fasilitas belajar untuk ketarampilan berpikir. Belajar berbasis keterampilan berpikir merupakan dasar untuk mencapai tujuan belajar bagaimana belajar.

Desain pembelajaran yang konsisten dengan tujuan belajar yang disasar tersebut tentunya diupayakan pula untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Paradigma tentang hasil belajar yang berasal dari tujuan belajar kekinian tersebut hendaknya bergeser dari no learning dan rote learning menuju constructivistic learning. No learning, miskin dengan retensi, transfer, dan hasil belajar. Siswa tidak menyediakan perhatian terhadap informasi relevan yang diterimanya. Rote learning, hanya mampu mengingat informasi-informasi penting dari pelajaran, tetapi tidak bisa menampilkan unjuk kerja dalam menerapkan informasi tersebut dalam memecahkan masalah-masalah baru. Siswa hanya mampu menambah informasi dalam memori. Dalam pembelajaran Kooperatif dapat menampilkan unjuk kerja retensi dan transfer. Siswa mencoba membuat gagasan tentang informasi yang diterima, mencoba mengembangkan model mental dengan mengaitkan hubungan sebab akibat, dan menggunakan proses-proses kognitif dalam belajar. Proses-proses kognitif utama meliputi penyediaan perhatian terhadap informasi-informasi yang relevan dengan selecting, mengorganisasi infromasi informasi tersebut dalam representasi yang koheren melalui proses organizing, dan mengintegrasikan representasi-representasi tersebut dengan pengetahuan yang telah ada di benaknya melalui proses integrating. Hasil-hasil belajar tersebut secara teoretik menjamin siswa untuk memperoleh keterampilan penerapan pengetahuan secara bermakna (Suyanto, 2005:9).

Pembelajaran Kooperatif yaitu: (1) meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik; (2) Pembelajaran Kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. (3) Pembelajaran Kooperatif dapat memberikan wawasan siswa kapada siswa untuk menerima berbagai perbedaan baik ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. (4) Pembelajaran Kooperatif dapat mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi (Dasuki, 2007:10).

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Kooperatif adalah membantu meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan berbagai tugas baik akademik maupun non akademik, membantu mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi, meningkatkan semangat dan motivasi siswa, meningkatkan ekspresi siswa dan pengalamannya secara kuantitas maupun kualitas setelah dilaksanakannya pembelajaran tersebut. 2.1.4 TGT (Teams Games Tournament)

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

16

TGT atau dalam Bahasa Indonesia Tim-Permainan-Turnamen. Siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh poin untuk skor tim mereka. Permainan disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk mengetes pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyampaian pelajaran di kelas atau pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan dan tugas-tugas kelompok. Permainan dapat dimainkan pada meja turnamen, yang diisi oleh wakil-wakil kelompok berbeda namun memiliki tingkat kemampuan yang sama. Permainan pada TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen ini memungkinkan semua siswa dari semua tingkat untuk menyumbangkan poin bagi peningkatan skor kelompoknya jika mereka berusaha secara maksimal. Turnamen ini dapat berperan sebagai reviu materi pelajaran.

Berdasarkan kesamaan dan perbedaan masing-masing tipe, pada pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) mengakomodasi usaha-usaha setiap individu anggota kelompok, tapi juga tetap memberikan penilaian terhadap usaha-usaha kerja kelompok. Tipe TGT ini juga mempunyai kelebihan karena pembelajaran disusun dalam bentuk permainan (games) yang dikemas dalam sebuah turnamen (tournament), sehingga menjadi sebuah pembelajaran yang menarik. Dengan pembelajaran yang menarik tersebut diharapakan siswa lebih tertarik dalam pembelajaran sehingga berimbas pada hasil belajar siswa.

2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model TGT

Model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement (penguatan). Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Sehingga model pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa yang tentunya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

17

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja- meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing - masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor - skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (geams), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok ( team

recognition).

2.1.3.2 Karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe TGT

Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Siswa Bekerja Dalam Kelompok-Kelompok Kecil

Siswa ditempatkan dalam kelompok - kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

18

membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan. 2. Permainan (Games Tournament)

Dalam permainan ini, setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing - masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta. Setiap siswa di meja turnamen diusahakan homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu - kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja, permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan. Posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Permainan dapat dilakukan berkali - kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

19

diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya. 3. Penghargaan Kelompok

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk menghitung rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing - masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata - rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Penentuan poin yang diperoleh oleh masing - masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh, seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 1. Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh

Top Scorer (skor tertingi) 40

High Middle Scorer (skor tinggi) 30

Low Middle Scorer (skor rendah) 20

Low Scorer (skor terendah) 10

Tabel 2. Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain

Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh

Top scorer (skor tinggi) 60

Middle scorer (skor sedang) 40

Low scorer (skor rendah) 20

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh (Yasa, 2008), yaitu:

4. Mengajar (Teach)

Mempresentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. 5. Belajar Kelompok (Team Study)

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

20

Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS atau alat peraga. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab. 6. Permainan (Games Tournament)

Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. 7. Penghargaan kelompok (Team Recognition)

Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rata-rata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rata-rata poin sebagai berikut.

Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria ( Rata-Rata Poin Kelompok ) Predikat

30 sampai 39 Tim Kurang baik

40 sampai 44 Tim Baik

45 sampai 49 Tim Baik Sekali

50 ke atas Tim Istimewa

(Sumber Slavin, 1995 ) 2.1.3.4 Langkah-langkah Pembelajaran TGT

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif mode TGT sebagai berikut: 1. Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan lima

orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen meliputi karakteristik kecerdasan,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

21

kemampuan awal matematika, motivasi belajar, jenis kelamin, atupun latar belakang etnis yang berbeda.

2. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran

berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan peresentasi adalah

untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa.

3. Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok. Mereka

boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling bergantian

menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok

atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut

untuk mengisi lembar jawaban tetapi juga untuk mempelajari konsepnya. Anggota

kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari materi sampai

semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut.

4. Siswa memainkan pertandingan-pertandingan akademik dalam tournament mingguan dan

teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Pertandingan individual ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaaan siswa terhadap suatu konsep dengan

cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang

dimiliki sebelumnya.

5. Hasil pertandingan selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan

diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja

sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok.

6. Setelah itu guru memberikan pernghargaan kepada kelompok yang terbaik prestasinya

atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah,

sertifikat, dan lain-lain.

Gagasan utama dibalik model TGT adalah untuk memotivasi para siswa untuk

mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang

disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh

penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang

diberikan. Mereka harus mendorong teman meraka untuk melakukan yang terbaik dan

menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga dan

menyenangkan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

22

Dari penjelasan model pembelajaran kooperatif di atas, maka dapat disusun langkah-

langkah pembelajaran kooperatif seperti disajikan dalam bentuk tabel berikut ini.

Tabel 4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Tahapan Kegiatan Guru

Tahap-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Tahap-2 Menyajikan informasi Tahap-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Tahap-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Tahap-5 Evaluasi Tahap-6 Memberikan penghargaan

• Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

• Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan atau teks.

• Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan efisien.

• Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

• Guru melakukan evaluasi (berbentuk games) untuk mengetahui hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari

• Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ahli berkenaan dengan topik peningkatan hasil belajar IPS dengan penerapan model pembelajaran TGT, yang dapat dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini antara lain oleh: Sri Watono (2002) dan Rustam (2005).

Penelitian Sri Wartono (2002) yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar IPS Siswa dalam Kompetensi Dasar Perkembangan Teknologi melalui Penerapan TGT di Kelas IV SDN 2 Pringtulis Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010, menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran TGT mampu meningkatkan prestasi belajar IPS siswa dalam materi perkembangan teknologi. Hal ini terlihat pada hasil pembelajaran

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

23

siklus I dan siklus II. Pada kegiatan prasiklus siswa yang memperoleh nilai berkategori baik sekali sejumlah satu siswa atau sebesar 2.38%, siswa yang memperoleh nilai berkategori cukup baik dan baik sejumlah 17 siswa atau sebesar 40.47%, sedangkan siswa dengan niai berkategori kurang baik 24 siswa atau sebesar 57.33%. Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai baik sekali sebanyak 23 siswa atau 57.76%, dan siswa yang memperoleh nilai kurang baik sebanyak 17 siswa atau 40.46%. Sedangkan pada silkus II siswa yang memperoleh nilai yang baik sekali sebanyak 6 siswa atau sebesar 14.28%, siswa dengan nilai cukup baik dan baik sebanyak 25 siswa atau sebesar 59.57%, dan siswa dengan nilai kurang baik sebanyak 11 siswa atau sebesar 26.18%. Dengan demikian kenaikan nilai yang diperoleh siswa dari prasiklus ke siklus I sebesar 0.22%, dan dari siklus I ke siklus II sebesar 0.32%.

Penelitian yang dilakukan Rustam (2005) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar

PKn dalam materi pentingnya harga diri melalui penerapan metode pembelajaran TGT bagi

siswa kelas III SD Negeri 2 Gondosari Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012, menyimpulkan bahwa TGT dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas III SD Negeri 2

Gondosari Gebog Kudus. Hal itu terbukti dari hasil penilaian pembelajaran siklus I diperoleh hasil nilai rata-rata 52.60, kemudian pada pembelajaran siklus II nilai rata-rata kelas meningkat sebanyak 20.16 menjadi 72.76 dengan demikian hasil belajar PKn siswa kelas IV meningkat setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif TGT.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

24

2.3 Kerangka Pikir Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori di atas maka disusun sebuah

kerangka pikir yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu kondisi awal, tindakan dan kondisi akhir. Pada kondisi awal hasil belajar IPS siswa kelas II SD Negeri 2 Undaan Tengah

Kudus dalam standar kompetensi pemeliharaan dokumen dan koleksi benda berharga masih rendah. Tindakan yang dilakukan guru yakni menerapkan metode pembelajaran TGT. Dalam melaksanakan tindakan dilakukan melalui siklus berkelanjutan yakni siklus I, Siklus II dan Siklus III. Tujuan dilaksanakannya siklus berkelanjutan ini adalah untuk memantau kemajuan/peningkatan penguasaan materi pentingnya harga diri dari masing-masing siklus.

Kondisi akhir yang diharapkan setelah dilakukan tindakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif TGT terjadi peningkatan penguasaan materi IPS dalam Kompetensi Dasar pemeliharaan dokumen dan koleksi benda berharga siswa kelas II SD Negeri 2 Undaan Tengah Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013.

Adapun alur kerangka pikir tersebut disajikan di bawah ini

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif TGT

Guru melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT

Di duga melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa dalam materi pemeliharaan dokumen dan koleksi benda berharga

Siklus I menggunakan model TGT dalam materi pemeliharaan dokumen dan koleksi benda berharga rendah .

Siklus II menggunakan model TGT dalam materi pemeliharaan dokumen dan koleksi benda berharga.

Hasil belajar IPS rendah dalam kompetensi dasar pemeliharaan dokumen dan koleksi benda berharga rendah

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar ... · berbagai kreasi baru sehingga terjadi perubahan prilaku dalam belajar sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan

25

Gambar 6. Skema Kerangka Pikir

2.1.3 Hipotesis Tindakan Penelitian

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: "Diduga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar IPS dalam materi pemeliharaan dokumen dan koleksi benda berharga bagi siswa kelas 2 SD Negeri Undaan Tengah Kudus Tahun Pelajaran 2012/2013.