bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1. hakekat...

20
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Model Pembelajaran Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan oleh guru di kelas pada kegiatan pembelajaran. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Strategi pembelajaran Kemp (Rusman, 2010: 132) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dicapai secara efektif dan efisien. Dick dan Carey (Rusman, 2010: 132) starategi pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa. Starategi dapat juga dikatakan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai secara optimal. Pendekatan pembelajaran menurut Roy Kellen (Rusman, 2010: 132) dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Ada dua pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menurunkan starategi pembelajaran berlangsung. Berpusat pada siswa menurunkan starategi pembelajaran inkuiri dan diskoveri serta pembelajaran induktif. Metode menurut Rusman (2010: 132) adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan starategi. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran

Upload: phamthu

Post on 29-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hakekat Model Pembelajaran

Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran merupakan pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun

tutorial. Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari

awal sampai akhir yang disajikan oleh guru di kelas pada kegiatan pembelajaran.

Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Strategi pembelajaran Kemp (Rusman, 2010: 132) adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dicapai

secara efektif dan efisien. Dick dan Carey (Rusman, 2010: 132) starategi

pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang

digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik

atau siswa. Starategi dapat juga dikatakan rencana pembelajaran yang telah disusun

dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat

tercapai secara optimal.

Pendekatan pembelajaran menurut Roy Kellen (Rusman, 2010: 132) dapat

diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.

Ada dua pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menurunkan starategi

pembelajaran berlangsung. Berpusat pada siswa menurunkan starategi pembelajaran

inkuiri dan diskoveri serta pembelajaran induktif.

Metode menurut Rusman (2010: 132) adalah cara yang dapat digunakan

untuk melaksanakan starategi. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,

langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan

pembelajaran. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode

pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

7

yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran dapat

dilaksanakan secaranyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.

Skripsi Setyaningsih (2011: 7) teknik merupakan cara kongkret yang dipakai

saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun

dalam pembelajaran metode yang sama yang digunakan guru dalam proses

pembelajaran. Satu metode dapat dilaksanakan melalui berbagai teknik pembelajaran

dalam menyampaikan materi pembelajaran pada siswa.

Rusman (2010: 132) model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun

berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model

pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis,

sosiologis, dan analisis system teori-teori lain yang mendukung Joyce dan Weil

(Rusman, 2010: 133).

Setiap modelpembelajaran memiliki cara belajar yang berbeda-beda

tergantung guru dalam memgelolaan kelas untuk menciptakan suasana belajar yang

nyaman. Misalnya, model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement

division (STAD) memerlukan lingkungan belajar yang nyamanuntuk dikelola seperti

tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan untuk siswa berkerja kelompok.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa perlu berkomunikasi satu sama

lain dalam tugas kelompok.

2.1.2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Slavin (Taniredja, Faridli, dkk. 2011: 55) mengemukakan bahwa (cooperative

learning ) adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kooperatif sehingga

dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran yang dilakukan

secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok kecil untuk

memahami materi yang diberikan oleh guru. Sebagai wadah siswa bekerja sama

dalam memecahkan suatu masalah melalaui interaksi sosial dengan teman sebaya

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

8

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam

tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran

berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja

kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang

bersifat kooperatif sehingga kemungkinan terjadi interaksi yang terbuka dan hubungan

yang bersifat interdependensi efektif antara anggota kelompok menurut Sugand (

Taniredja, Faridli, dkk. 2011: 56).

Menurut Lie, A. (Taniredja, Faridli, dkk. 2011:56) bahwa model pembelajaran

kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur

dasar pembelajaran yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang

dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model kooperatif dengan benar-benar

akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk memcapai tujuan pembelajaran.

Menurut Depdiknas (Taniredja, Faridli, dkk. 2005:14) model kooperatif mempunyai

ciri-ciri antara lain :

1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara

kooperatif.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah.

3. Jika dalam kelompok terdapat suku,ras, budaya dan jenis kelamin maka tiap

kelompok diusahakan siswa di gabung dalam suku, ras, budaya dan jenis

kelamin.

4. Penghargaan lebih pada kelompok dari pada perorangan.

Beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran kooperatif maka dapat

disimpulkan pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berkelompok

yang terdiri dari 4-6 orang untuk penguasaan materi pembelajaran setiap siswa dalam

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

9

kelompok bertanggung jawab secara bersama dengan cara berdiskusi, saling bertukar

pendapat, pengetahuan dan pengalaman.

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme.

Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu

pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan

mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan

yang ada dan merevisinya bila perlu. Pandangan konstruktivisme Bartlett (Mark K.

Smith, 2009: 88)

Dari pandangan konstruktivisme dan menurut ahli di atas keberhasilan belajar

bukan hanya bergantung lingkungan atau kondisi belajar melainkan juga pada

pengetahuan awal siswa yang terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.

Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa,

namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata.

2.1.2.1 Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif

Menurut Riger dan David johnson (Rusman, 2010: 212) ada lima unsur dasar

dalam pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut :

1. prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam

pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada

usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan

kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan

kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka

melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi

dari anggota kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participacion communication), yaitu melatih siswa

untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

10

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok

untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar

selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang

menerapkan sistem kompetisi, dimana sistem keberhasilan individu diorentasikan

pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif adalah

menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh

keberhasilan kelompoknya Slavin (Taniredja, Faridli,dkk. 2011: 60).

Menurut Depdiknas (Taniredja, Faridli,dkk. 2011: 60) tujuan pertama

pembelajaran kooperatif adalah untuk menigkatkan hasil belajar akademik, dengan

meningkatkan kenerja siswa. Sedangkan tujuan kedua untuk memberi peluang

kepada siswa untuk menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai

perbedaan dan latar belajar. Tujuan yang ketiga untuk mengembangkan keterampilan

sosial siswa.

Berikut ada beberapa poin yang termasuk dalam Tujuan pembelajaran:

1. Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas

akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa

dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

2. Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya

yang mempunyai berbagai macam latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial, yaitu untuk mengembangkan keterampilan

sosial siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat

orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan

bekerja dalam kelompok.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-

tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting dimana guru mengajarkan kepada siswa

keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Penerimaan terhadap keragaman dan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

11

pengembangan keterampilan sosial, karena semuanya itu sangat penting dimiliki oleh

siswa, seperti yang kita ketahui masih banyak anak-anak maupun orang dewasa saat

ini masih kurang dalam melaksanakan keterampilan sosial.

2.1.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Belajar kooperatif tipe student teams-achievement division (STAD) bukanlah

sesuatu yang baru dalam proses pembelajaran. Sebagai guru dan mungkin siswa, kita

pernah menggunakannya atau mengalaminya. Dalam belajar kooperatif tipe student

teams-achievement division (STAD) siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang

terdiri dari 4-6 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan

guru.Kooperatif tipe student teams-achievement division (STAD) yang dikembangkan

oleh Slavin ini merupakan salah satu tipe Kooperatif yang menekankan pada aktivitas

dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal Isjoni (Taniredja,

Faridli, dkk. 2011: 64).

Menurut Slavin (Taniredja, Faridli, dkk. 2011: 64) kooperatif tipe STAD

merupakan salah satu model pembelajaran Kooperatif yang paling sederhana, dan

merupakan model pembelajaran yang paling baik untuk pemulaan bagi para guru

yang baru menggunakan pendekatan Kooperatif. Di samping itu metode ini juga

sangat mudah diadaptasi dapat digunakan pada mata pelajaran Matematika, Sains,

ilmu pengetahuan sosial, bahasa inggris, teknik, dan banyak subjek lainnya, tingkat

sekolah menengah sampai perguruan tinggi Sharan (Taniredja, Faridli,dkk. 2011: 64).

Rusman (2010: 213) dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dibagi

menjadi kelompok beranggotakan 4-6 orang yang beragam kemampuan, jenis

kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam

kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai

pembelajaran tersebut.

Pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement division (STAD)

dalam pandangan konstruktivisme. Pembelajaran ini siswa lebih mudah dan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

12

memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan teman dan

bertukar pendapat. Dalam belajar bersama kelompok-kelompok kemampuan, jenis

kelamin, suku/ras satu sama lain saling membantu tampa membedakan tujuan untuk

memberi kesepatan kepada siswa untuk berpendapat dan mencapai ketuntasan dari

materi yang disampaikan oleh guru.

Selama kegiatan belajar mengajar model pembelajaran kooperatif tipe student

teams-achievement division (STAD) siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama

kegiatan belajar . Dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan

penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar

terlaksana dengan baik, guru memberi materi yang di ajarkan kepada siswa, lembar

kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang diberikan pada siswa. Selama

bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok untuk mencapai ketuntasan materi

yang disampaikan oleh guru dan saling membantu diantara teman-teman sekelompok

untuk mencapai ketuntasan.

2.1.3.1 Langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran STAD

adalah sebagai berikut :

1. Siswa dibagi menjadi kelompok beranggota empat orang yang beragam

kemampuan jenis kelamin dan sukunya.

2. Guru memberikan pelajaran yang akan dilaksanakan siswa.

3. Siswa-siswa di dalam kelompok itu memastikan bahwa semua anggota

kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.

4. Semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut. Mereka

tidak dapat membantu satu sama lain.

5. Nilai-nilai hasil kuis siswa dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri

yang sebelumnya.

6. Nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan

yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka

yang sebelumnya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

13

7. Nilai-nilai dijumlahkan untuk mendapatkan nilai kelompok.

8. Kelompok yang bisa mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat

atau hadiah-hadiah lainnya Sharan (Taniredja, Faridli,dkk. 2011: 64).

2.1.3.2 Penerapan Kooperatif tipe (STAD) terdiri atas 5 komponen utama yaitu :

1. Presentasi kelas/awal pembelajaran

Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan

memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan

dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi

prasarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang

akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

Pada tahap ini perlu ditekankan :

a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan

dipelajari siswa dalam kelompok.

b. Menekankan bahwa belajar adalah memahami makna, dan bukanhafalan.

c. Memberi umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman

siswa.

d. Member penjelasan mengapa mengapa jawaban itu benar atau

salah.Beralihkepada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami

permasalahan yang ada.

2. Tim

Tim yang terdiri dari empat atau lima siswa mewakili seluruh bagian dari kelas

dalam hal kerja akademik, jenis klamin, ras dan etnisitas. Pada tahap ini setiap

siswa diberi lembar tugas yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa

saling berbagi tugas. Guru sebagai fasilitator dan motivator. Hasil kerja kelompok

dikumpulkan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

14

3. Kuis/ Tahap Tas Individu

Diadakan pada akhir pertemuan untuk mengetahui yang dipelajari individu,

selama mereka bekerja kelompok. Siswa tidak boleh saling membantu dalam

mengerjakan kuis.

4. Tahap pemberian penghargaan

Tahap pemberian penghargaan.Tim akanmendapatkan penghargaan sertifikat

atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai

kriteria tertentu.

2.1.4 Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya menurut Slameto

(2003: 2)

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditinjau dari

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah

laku, keterampilan, kecakapan merupakan aspek-aspek lain yang ada pada individu

yang belajar Sudjana(1989: 5).

Menururt Gagne (Agus Suprijono,2009:2) mendefinisikan bahwa belajar

adalah perubahan disposisi atau kemampuan melalui aktivitas. Travers dalam Agus

Suprijono (2009: 2) belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,

keterampilan, dan sikap belajar. Belajar sejak manusia lahir sampai akhir hayat

Buharuddin (2007:11).

Berbagai pengertian tentang belajar maka penulis menyimpulkan belajar

merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan

tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

15

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2003, 54-70) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

adalah faktor intern dan faktor ekstern.

2.1.5.1 Faktor-faktor Internal terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Faktor Jasmaniah

Ada dua faktor yaitu kesehatan dan cacat tubuh. Faktor kesehatan adalah

sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-

bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat,

kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan cacat tubuh

adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna

mengenai tubuh/badan. Cacat tubuh bisa berupa buta, lumpuh dan

sebagainya.

2. Faktor psikologis

Faktor psikologis, ada tujuh faktor yang tergolong ke faktor psikologis yang

mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah inteligensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Pertama faktor inteligensi adalah

kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan

menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat. Kedua faktor perhatian

menurut Gazali (Slameto,2003: 56).

3. Faktor kelelahan

Faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor jasmani dan

faktor rahani. Faktor kelelahan jasmani adalah terlihat dengan lemah

lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.

Sedangkan faktor rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

16

2.1.5.2 Faktor ekstern yang berasal dari luar diri siswa, yaitu:

1. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga : cara orang tua

mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi keluarga. Pertama cara orang tua mendidik anaknya besar

pengaruh bagi anaknya hal ini jelas dipertegakan oleh Sutjipto

Wirowidjo(Slameto,2003: 61) bahawa keluarga adalah lembaga pendidik

pertama dan utama. Kedua relasi antaranggota keluarga adalah relasi orang

tua dengan anaknya. Ketiga suasana rumah sebagai situasi atau kejadian-

kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan

belajar. Keempat keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan

belajar anak. Kelima pengertian orang tua anak belajar perlu dorongan dan

perhatian orang tua. Keenam latar belakang kebudayaan tingkat pendidikan

atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode pembelajaran,

metode pembelajaran adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui dalam

mengajar. Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan

kepada siswa. Relasi guru dengan siswa proses belajar mengajar yang terjadi

antara guru dengan siswa mempengaruhi belajar siswa.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ektern juga mempengaruhi terhadap belajar

siswa. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkat terhadap

perkembangan pribadinya. Tetapi jangan terlalu banyak karena dapat

mempengaruhi belajar siswa. Media sepeti TV dan radio dapat mempengaruhi

belajar anak, orang tua lebih membingan anak untuk belajar. Teman bergaul

lebih cepat masuk dalam jiwa, jika teman bergaul yang baik maka belajar

siswa akan baik, sebaliknya jika teman bergaul yang kurang baik akan

mengakibatkan belajar siswa yang jahat.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

17

2.1.6 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Agus Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut

Gagne (Agus Suprijono, 2009: 6) hasil belajar berupa :

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tulisan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi

kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip

keilmuan.

3. Sterategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam pemecahan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujut otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai

sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2009: 6) hasil belajar adalah mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Lindgren (Agus Suprijono,

2009 : 7) hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.

Dari pendapat para ahli tentang hasil belajar maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu

aspek potensi kemanusian saja. Melainkan yang telah dicapai sebagai tanda atau

simbol keberhasilan dari usaha belajar (hasil aktivitas belajar) yang menghasilkan

perubahan, pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

18

2.1.7 Pengertian Pembelajaran IPA

Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis (1991: 3) IPA adalah dari

segi istilah yang digunakan IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam “Ilmu artinya suatu

pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang benar

menurut tokoh ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional masuk akal

atau logis diterima oleh akal sehatsedangkan objektif artinya sesuai dengan objek,

sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui

pancaindera.

Menurut tokoh IPA Nash (Hendro Darmojo dan Jenny, 1991: 3) dalam

bukunya The Nature of Natural Sciences, mengatakan bahwa Sciences is a way of

looking the wold. Disini Nash menyatakan bahwa IPA itu suatu cara atau metode

untuk mengamati alam. Selanjutnya Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA

mengamati dunia ini bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara

satu fenomena dengan fenomena yang lain sehingga keseluruhannya membentuk

suatu perpektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu. Sedangkan menurut ahli

pendidikan IPA, Carin dan Sund (Hendro Darmojo dan Jenny, 1991: 4) dalam bukunya

Teaching Modern Science mereka mengatakandalam kalimat pertama Carin dan Sund

menganggap bahwa IPA merupakan suatu sistem of knowing atau sistem untuk

mengetahui alam. Dalam kalimat kedua IPA dianggap suatu kumpulan pengetahuan

yang berfungsi untuk memperjelas apa yang diperoleh.

Hakikat IPA dapat dipandang dari segi proses, produk dan pengembangan

sikap yang merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya

produk saja, akan tetapi juga mencakup pengetahaun seperti keterampilan

keingintahuan, keteguhan hati, dan juga keterampilan dalam hal melakukan

penyelidikan ilmiah. Para ilmuwan IPA dalam mempelajari gejala alam, menggunakan

proses dan sikap ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan,

eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional. Sedang sikap ilmiah misalnya objektif

dan jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh. Dengan menggunakan proses

dan sikap ilmiah itu saintis memperoleh penemuan-penemuan atau produk yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

19

berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori. Hendro Darmojo dan Jenny (1991: 7)

menyatakan bahwa IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip,

hukum-hukum, dan teori IPA. Jadi pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen,

yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah.

Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau

berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga merupakan kegiatan atau proses aktif

menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat

direnungkan. IPA menggunakan apa yang telah diketahui sebagai batu loncatan untuk

memahami apa yang belum diketahui. Suatu masalah IPA yang telah dirumuskan dan

kemudian berhasil dipecahkan akan memungkinkan IPA untuk berkembang secara

dinamis. Akibatnya kumpulan pengetahuan sebagai produk juga bertambah. Biologi

sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam memfokuskan pembahasan pada

masalah-masalah biologi di alam sekitar melalui proses dan sikap ilmiah.

Sebagai cabang IPA, maka dalam pembelajaran biologi berpatokan pada

pembelajaran IPA seperti yang tertuang dalam kurikulum 1994,yaitu pembelajaran

yang berorientasi pada hakikat IPA yang meliputi produk, proses, dan sikap ilmiah

melalui keterampilan proses. Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran

IPA lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses sehingga siswa

menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah di pihak

siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun produk pendidikan.

Pembelajaran IPA selama ini lebih banyak menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja.

Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dikembangkan strategi pembelajaran IPA

yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk

menemukan dan menerapkan ide-ide mereka.

Dari pendapat para ahli IPA di atas (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam adalah

pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis olah

manusia yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan

manusia. Pembelajaran IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

20

meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh

rahasia yang tak habis-habisnya. Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka

kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah.

2.1.7.1 Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA di SD

John S. Richardson (Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis, 991: 12)

mengajar dan belajar adalah suatu proses yang tidak dapat dipisahkan. Suatu

pengajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar yang

harmoni ada tujuh prinsip dalam belajar dan mengajar agar suatu pelajaran IPA dapat

berhasil.

1. Prinsip keterlibatan siswa secara aktif, merupakan bagian yang esensial dari

proses mengajar IPA.

2. Prinsip belajar bersinambungan, proses belajar selalu dimulai dari apa-apa yang

telah dimiliki siswa.

3. Prinsip motivasi, sebagai suatu dorongan yang menyebabkan seorang mau

berbuat sesuatu.

4. Prinsip multi saluran, suatu kenyataan bahwa daya penerimaan masing-masing

siswa tidak sama.

5. Prinsip penemuan, bahwa untuk memahami sesuatu konsep atau symbol,-simbol,

siswa tidak diberi tahu oleh guru, tetapi guru memberi peluang agar siswa dapat

memperoleh sendiri pengetahuan itu melalui pengalamannya.

6. Prinsip totalitas, bertolak dari suatu paham bahwa bahwa siswa belajar dengan

segenap kemampuan yang ia miliki sebagai makhluk hidup, yaitu pancainderanya,

perasaan dan pikirannya.

7. Prinsip perbedaan individu, tidak dimaksudkan untuk membeda-bedakan siswa,

tetapi bertolak pada suatu kenyataan bahwa setiap siswa perbedaan yang satu

terhadap yang lain.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

21

2.1.7.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Skripsi Praminah (2011: 20) Standar isi IPA SD/MI pada kurikulum tingkat

satuan pendidikan menjelaskan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematik, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA juga diharapkan dapat menjadi

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, secara

prospek pengemangan lebih lanjut dalam penerapannya didalam kehidupan sehari-

hari. Proses belajar menemukan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan mengalami alam sekitar secara

ilmiah. Pendidikan IPA diharapkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam

tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengetahuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-maslah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan

IPA perlu dilakukan secara bijakana agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Di

tingkat SD/MI diharapkan ada penerapan pembelajaran. Salingtemas (sains,

lingkungan, teknologi. Dan masyarakat) yang diharapkan pada pengalaman belajar

untuk merangcang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan

kompetensi belajar ilmiah secara bijaksana.

Dalam standar kompetensi IPA menurut depdiknas (Skripsi Praminah (2011:

20) mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Esa berdasarkan

kebenaran keindahan dan keteraturan alam ciptaannyanya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahamam konsep-konsep IPA yang

bermamfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

22

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecah

masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek

sebagai berikut :

1. Makhluk hidup dan proses hidup, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas

3. Engrgi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

sebelumnya sudah diteliti oleh beberapa orang. Penelitian yang relevan dilakukan oleh

Seno (2011) upaya meningkatkan prestasi belajar IPA melalui model pembelajaran

STAD bagi siswa kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati

pada semester 1 tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan penelitian pengaruh

penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan

mampu meningkatkan aktifitas siawa dalam belajar.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

23

Praminah (2011) upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui model

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe STAD tentang pemeliharaan

panca indra bagi siswa kelas IV SD Kepohkencono 01 semester 1 tahun 2011/2012.

Penelitian pembelajaran IPA melalui metode kooperatif tipe STAD dapat mengikatkan

hasil belajar siswa kelas IV SD Kepohkencono 01 semester 1 tahun pelajaran

2011/2012.

Harni (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement division (STAD) terhadap

hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA. Dalam penelitian menyatakan

bahwa dalam pembelajaran IPA diperlukan penggunaan model pembelajaran dan

strategi pembelajaran yang sesuai, dan melibatkan siswa dalam kelompok secara aktif

dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini dari beberapa hasil penelitian yang

mengunakan model pembelajaran kooperatif membawa dampak yang positif pada

proses pembelajaran.

Pada penelitian diatas menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaranmembawa dampak yang positif serta dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

dimana melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe student teams-achievement division (STAD) terhadap hasil belajar

siswa kelas IV semester II pada mata pelajaran IPA di SD Negeri Dukuh 02 Salatiga

pada pokok bahasan sumber daya alam.

2.3 Kerangka Berpikir

Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar di

kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang selama

proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa yang masih rendah.

Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat

mempelajari materi dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajran.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

24

Penerapan model pembelajaran tipe STAD lebih mendorong kemandirian,

keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam hal ini siswa lebih banyak

berperan selama kegiatan pembelajaran berlansung, melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan

hasil belajar siswa.

Kerangka berfikir untuk penelitian ini terdapat dalam skema sebagai berikut :

Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan antara kelas kontrol dan

kelas eksperimen dimana kelas kontrol menggunakan metode konvensional yang

sudah biasa digunakan dalam kelas sedangkan kelas eksperimen menggunaakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam alat ukur hasil evaluasi antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.

Kelas

kontrol

Uji beda hasil postestapakah adapengaruh

yangsignifikandenganpenggunaanmodelPembelajarankooperatif

Hasil pre testtidak bolehadaperbedaanyangsignifikan

Pembelajaranmenggunakanmodel

pembelajaran kooperatif STADPostesPretes

Kelaseksperimen

Pembelajaranmenggunakanmetode

konvensional

PostesPretes

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/991/3/T1_292008285_BAB II.pdf · 7 yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode,

25

2.4 Hipotesis

Pengunaan model pembelajaran yang konvensional dalam proses

pembelajaran terdapat hasil belajar siswa rendah. Hal ini berarti jika pembelajaran

yang berpusat pada guru tidak melibatkan siswa maka hasil belajar siswa rendah.

Sebaliknya apabila penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang

melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, siswa lebih aktif maka hasil belajar

siswa akan meningkat/tinggi. Maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

”Ada pengaruh penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams-Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar IPA kelas IV di SD Negeri

Dukuh 02 Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012”