bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1....

26
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metode Proses belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan siswa diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru menggunakan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Slameto (1988:84) ”metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertent u”. Menurut Sumantri dan Permana (1999:134) metode merupakan cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang maksimal. Dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara yang digunakan guru pada saat pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sudjana (2008:76) mengemukakan bahwa metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada saat pembelajaran. Dalam pemilihan metode mengajar sebaiknya disesuaikan dengan materi ajar, kebutuhan dan karakteristik siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2.1.2. Metode Investigasi Kelompok Metode investigasi kelompok melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan sub topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok. Pada metode investigasi kelompok, siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa secara heterogen. Para siswa kemudian memilih topik yang akan dipelajari, melakukan investigasi pada subtopik yang telah dipilih secara kooperatif yang berisi penemuan, kemudian melaporkan hasil penemuan mereka. MenurutWinaputra (2001:75): Dalam metode investigasi kelompok terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika

Upload: lenhan

Post on 03-Jul-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

5

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Metode

Proses belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan siswa diharapkan

dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam kegiatan

pembelajaran, guru menggunakan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Slameto (1988:84) ”metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui

untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Menurut Sumantri dan Permana

(1999:134) metode merupakan cara yang ditempuh guru untuk menciptakan

situasi pembelajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses

belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang maksimal. Dapat disimpulkan

bahwa metode merupakan cara yang digunakan guru pada saat pembelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sudjana (2008:76) mengemukakan bahwa metode mengajar ialah cara

yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada saat pembelajaran.

Dalam pemilihan metode mengajar sebaiknya disesuaikan dengan materi ajar,

kebutuhan dan karakteristik siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.1.2. Metode Investigasi Kelompok

Metode investigasi kelompok melibatkan siswa sejak perencanaan, baik

dalam menentukan sub topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui

investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang

baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok. Pada

metode investigasi kelompok, siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok

yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa secara heterogen. Para siswa kemudian memilih

topik yang akan dipelajari, melakukan investigasi pada subtopik yang telah dipilih

secara kooperatif yang berisi penemuan, kemudian melaporkan hasil penemuan

mereka.

MenurutWinaputra (2001:75):

Dalam metode investigasi kelompok terdapat tiga konsep utama, yaitu:

penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

6

kelompok atau the dynamic of the learning group. Penelitian di sini

adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan

memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar

yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang

menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan

berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui

proses saling beragumentasi.

Menurut Slavin (2008:218) dalam investigasi kelompok, para siswa

bekerja melalui enam tahap. Guru tentunya perlu mengadaptasi pedoman-

pedoman ke enam tahapan investigasi kelompok ini sesuai dengan latar belakang,

umur, dan kemampuan para siswa. Enam tahapan dalam pelaksanaan investigasi

kelompok, yaitu:

Tahap 1: Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok.

a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan

mengkategorikan saran-saran.

b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang

telah mereka pilih.

c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus

bersifat heterogen.

d. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi

pengaturan.

Tahap 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari.

Para siswa merencanakan bersama mengenai:

a. Apa yang kita pelajari?

b. Bagaimana kita mempelajarinya?

c. Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)

d. Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini?

Tahap 3: Melaksanakan investigasi.

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat

kesimpulan.

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan

kelompoknya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

7

c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis

semua gagasan.

Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir.

a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.

b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan

bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk

mengkoordinasi rencana-rencana presentasi.

Tahap 5: Mempresentasikan laporan akhir.

a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara

aktif.

c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan

presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh

seluruh anggota kelas.

Tahap 6: Evaluasi.

a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut,

mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektivan

pengalaman-pengalaman mereka.

b. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

c. Penilaian hasil belajar siswa.

Sintak metode investigasi kelompokmenurut Slavin (2008:218), yaitu:

1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok.

Siswa memilih sub topik tertentu dalam bidang permasalahan umum yang

biasanya ditentukan guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan ke dalam

kelompok kecil yang berjumlah 4 sampai 5 siswa.

2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari.

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas, dan tujuan

pembelajaran yang sesuai sub topik yang telah dipilih.

3. Melaksanakan investigasi.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

8

Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat

simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, serta

siswa saling bertukar pikiran.

4. Menyiapkan laporan akhir.

Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.

Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan

bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. Wakil-wakil kelompok

membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasi rencana-rencana

presentasi.

5. Mempresentasikan laporan akhir.

Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk

penyajian, kelompok lain terlibat aktif sebagai pendengar, dan pendengar

memberikan tanggapan.

6. Evaluasi.

Guru dan siswa mengkolaborasi dan mengevaluasi tentang pembelajaran

yang telah dilakukan.

Dari sintak di atas, dapat dijabarkan bahwa langkah-langkah implementasi

metode investigasi kelompok sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

a. Guru memberi salam.

b. Guru bersama siswa mengawali pelajaran dengan doa.

c. Guru melakukan absensi.

d. Apersepsi (eksplorasi)

2. Kegiatan Inti

a. Guru menginformasikan tentang topik yang akan dipelajari yaitu sifat-sifat

cahaya. (eksplorasi)

b. Guru memberikan penjelasan singkat tentang sifat-sifat cahaya dengan

memberikan peta konsep kepada siswa. (elaborasi)

c. Guru menjelaskan bahwa siswa akan bekerja bersama-sama dalam

kelompok kecil untuk menyusun penelitian melalui pertanyaaan yang

diajukan masing-masing kelompok. (elaborasi)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

9

d. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil secara heterogen. (elaborasi)

e. Siswa mengajukan beberapa pertanyaan tentang topik sifat-sifat cahaya.

(elaborasi)

Kemungkinan pertanyaan yang dapat dipakai:

1. Mengapa ada bayangan dari suatu benda?

2. Bagaimana arah rambatan cahaya?

3. Mengapa kolam yang airnya jernih tampak dangkal?

4. Bagaimana membuktikan bahwa cahaya putih dapat diuraikan menjadi

berbagai warna?

5. Mengapa kita dapat melihat bayangan kita di cermin?

f. Masing-masing kelompok memilih satu pertanyaan di papan tulis.

(elaborasi)

g. Siswa menyusun rencana penelitian untuk menemukan jawaban tersebut

dan menuliskannya di kertas serta guru membimbing siswa jika

diperlukan. (elaborasi)

h. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mengumpulkan data, melakukan

penelitian, dan menyelesaikan tugas yang mereka rancang sendiri.

(elaborasi)

i. Guru membimbing penelitian masing-masing kelompok. (elaborasi)

j. Siswa berdiskusi membahas hasil penelitian. (elaborasi)

k. Siswa menyusun laporan penelitiannya. (elaborasi)

l. Guru membimbing siswa dalam penyusunan dan pembuatan laporan.

(elaborasi)

m. Siswa membagi tugas untuk melaporkan hasil penelitiannya. (elaborasi)

n. Setiap kelompok melaporkan hasil penelitiannya. (elaborasi)

o. Siswa melakukan tanya jawab dari hasil laporan masing-masing

kelompok. (elaborasi)

p. Siswa dibimbing guru menarik kesimpulan dengan menggabungkan semua

penelitian yang dilakukan masing-masing kelompok. (konfirmasi)

3. Kegiatan akhir

a. Guru memberikan evaluasi. (konfirmasi)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

10

b. Guru menutup pelajaran dengan salam.

MenurutNarudin (2009) keberhasilan dari penerapan pembelajaran dengan

metode Group Investigation dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks,

diantaranya:

1) Pembelajaran berpusat pada siswa.

2) Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan

berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.

3) Siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi.

4) Adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai

dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Menurut Santoso (2011), dalam pemanfaatan metode investigasi kelompok

terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

a. Kelebihan

1. Dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri,

analitis, kritis, kreatif, reflektif, dan produktif.

2. Dapat melatih siswa untuk mengembangkan sikap saling memahami dan

menghormati (demokrasi).

3. Dapat melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi.

4. Dapat menumbuhkan sikap saling bekerjasama antar siswa.

b. Kekurangan

1. Merupakan model paling kompleks dan paling sulit dilakukan dalam

proses belajar mengajar.

2. Dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang relatif lama.

3. Sulit diterapkan apabila siswa tidak memiliki kemampuan berkomunikasi

yan baik.

2.1.3. Metode Demonstrasi

Pada saat kegiatan belajar mengajar, seringkali guru harus menunjukkan

dan memperagakan materi ajar yang memerlukan suatu pergaan. Untuk

melakukan hal tersebut, guru dapat menggunakan metode demonstrasi. Metode

demonstrasi diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami materi ajar

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

11

melalui demonstrasi yang disampaikan di depan kelas. Rahardja (2002:87)

mengemukakan bahwa metode demonstrasi merupakan cara dalam menyajikan

bahan pelajaran dimana guru mempertujukkan atau memperagakan tindakan atau

langkah-langkah proses yang disertai penjelasan, ilustrasi seperlunya dan siswa

mengamati seksama.

Sumantri(1999:154) menjelaskan:

Metode demonstrasi digunakan guru untuk memperagakan atau

menunjukan suatu prosedur yang harus dilakukan peserta didik yang

tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata saja. Metode demostrasi

diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan

mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda

tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun

dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru. Metode demonstrasi

biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang harus

dilakukan, misalnya proses mengatur sesuatu, proses mengerjakan dan

menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu,

membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau

melihat kebenaran sesuatu.

Dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan suatu metode mengajar

yang digunakan guru untuk menunjukkan proses terjadinya sesuatu.

Sintak pelaksanaan metode demonstrasi menurut Rahardja (2002:90),

yaitu:

1. Persiapan

a. Guru mengkaji kesesuaian kesesuaian metode dengan tujuan yang akan

dicapai.

b. Memilih, memilah peralatan yang akan dipakai.

c. Mencoba peralatan terlebih dahulu.

d. Memperkirakan waktu yang akan diperlukan.

2. Pelaksanaan

a. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai dengan demonstrasi tersebut.

b. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti demonstrasi dengan menjelaskan

prosedur atau cara kerja peralatan yang dipakainya.

c. Memperagakan suatu proses atau prosedur yang disertai penjelasan,

ilustrasi, pertanyaan-pertanyaan yang diikuti oleh seluruh siswa secara

seksama.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

12

3. Tindak Lanjut

a. Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan, menanyakan terhadap

suatu proses atau urutan langkah-langkah yang baru saja selesai

didemonstrasikan.

b. Siswa diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan ulang, bila belum

tepat atau salah guru dapat memperagakan ulang.

c. Guru mengadakan evaluasi.

d. Guru memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk lebih memperjelas

terhadap bahan yang baru saja didemonstrasikan.

Langkah-langkah metode demonstrasi sesuai sintak dapat diuraikan

sebagai berikut:

A. Kegiatan Awal

a. Guru memberi salam.

b. Guru dan siswa mengawali pelajaran dengan doa.

c. Guru melakukan absensi.

d. Apersepsi. (eksplorasi)

B. Kegiatan Inti

a. Guru menginformasikan tentang topik yang akan dipelajari yaitu sifat-sifat

cahaya. (eksplorasi)

b. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai. (eksplorasi)

c. Guru menjelaskan prosedur peralatan yang digunakan. (eksplorasi)

d. Guru memberikan penjelasan tentang sifat cahaya dapat merambat lurus.

(elaborasi)

e. Guru mendemonstrasikan percobaan yang membuktikankan bahwa cahaya

merambat lurus. (elaborasi)

f. Siswa menyebutkan contoh peristiwa yang menunjukkan bahwa sifat

cahaya merambat lurus. (elaborasi)

g. Guru memberikan penjelasan tentang sifat cahaya dapat menembus benda

bening. (eksplorasi)

h. Guru mendemonstrasikan percobaan yang membuktikankan bahwa cahaya

menembus benda bening. (elaborasi)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

13

i. Siswa menyebutkan contoh peristiwa yang menunjukkan bahwa sifat

cahaya menembus benda bening. (elaborasi)

j. Guru memberikan penjelasan tentang sifat cahaya dapat dibiaskan.

(eksplorasi)

k. Guru mendemonstrasikan percobaan yang membuktikankan bahwa cahaya

dapat dibiaskan. (elaborasi)

l. Siswa menyebutkan contoh peristiwa yang menunjukkan bahwa sifat

cahaya dapat dibiaskan. (elaborasi)

m. Guru memberikan penjelasan tentang sifat cahaya dapat dipantulkan.

(eksplorasi)

n. Guru mendemonstrasikan percobaan yang membuktikankan bahwa cahaya

dapat dipantulkan. (elaborasi)

o. Siswa menyebutkan contoh peristiwa yang menunjukkan bahwa sifat

cahaya dapat diuraikan. (elaborasi)

p. Siswa berdiskusi dengan teman sebangku dan menayakan hal yang belum

dimengerti kepada guru. (elaborasi)

q. Siswa diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan ulang dan guru

membimbingnya. (elaborasi)

r. Siswa menuliskan hasil analisisnya tentang sifat-sifat cahaya yang telah

didemonstrasikan. (elaborasi)

C. Kegiatan akhir

a. Guru memberikan evaluasi. (konfirmasi)

b. Guru menutup pelajaran dengan doa.

Rahardja (2002:88) menjelaskan kelebihan dan kekurangan metode

demonstrasi sebagai berikut:

1. Kelebihan metode demonstrasi

a. Dapat memperjelas pemahaman siswa dengan mengamati peragaan dari

guru.

b. Dapat memperkecil kemungkinan terjadinya pemahaman yang salah

terhadap bahan pelajaran dibandingkan dengan mendengarkan ceramah

dari guru.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

14

c. Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dengan secara langsung

mengamati peragaan dalam demonstrasi.

d. Dapat mempermudah pemusatan perhatian siswa, karena secara khusus

dituntut mengamati secara seksama.

e. Mendorong keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan terhadap hal-

hal yang belum diketahui selama kegiatan demonstrasi berjalan.

2. Kekurangan metode demonstrasi

a. Memerlukan waktu yang cukup lama.

b. Memerlukan persiapan yang matang, teliti, dan cermat.

c. Memerlukan peralatan yang memadahi siswa tidak salah persepsi.

d. Belum tentu semua siswa dapat mendemonstrasikan ulang setelah

menyaksikan peragaan guru.

e. Tidak semua bahan pelajaran dari berbagai bidang studi tepat

didemonstrasikan.

2.1.4. Pembelajaran

Pada kegiatan pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa. Guru

bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar dan berfungsi untuk

membelajarkan siswa. Siswa bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan

isi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, pada saat kegiatan

pembelajaran akan terjadi proses transfer ilmu dari guru ke siswa. Joni dalam

Rahardja (2002:1) mengemukakan bahwa hakekat belajar mengajar meliputi:

1. Peristiwa belajar mengajar terjadi apabila subjek didik secara aktif berinteraksi

dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru.

2. Proses belajar mengajar yang efektif memerlukan strategi dan media atau

teknologi pendidikan yang tepat.

3. Program belajar mengajar dirancang dan diimplementasikan sebagai suatu

sistem.

4. Proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang didalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Moedjiono dalam Rahardja (2002:2) mengemukakan komponen-

komponen kegiatan belajar mengajar, yaitu:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

15

1. Siswa, yaitu seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan

penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Guru, yaitu seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar

mengajar, katalisator kegiatan belajar mengajar, dan peranan lainnya yang

memungkinkan belangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

3. Tujuan, yaitu pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi

pada siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Perubahan perilaku

tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik, dan afektif.

4. Isi pelajaran, yaitu segala informasi fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan

untuk mencapai tujuan.

5. Metode, yaitu cara teratur unutk memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mendapatkan informasi dari orang lain, di mana informasi tersebut dibituhkan

mereka untuk mencapai tujuan.

6. Media, yaitu bahan pembelajaran dengan atau tanpa perlatan yang digunakan

untuk menyajikan informasi kepada para siswa agar mereka dapat mencapai

tujuan.

7. Evaluasi, yaitu cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan

hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar

mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen kegiatan

belajar mengajar.

Menurut Moedjiono dalam Rahardja (2002:3) bahwa ketujuh komponen

kegiatan balajar mengajar saling berinteraksi satu dengan yang lain dan berawal

serta bermuara pada tujuan. Ketujuh komponen tersebut saling mempengaruhi,

sehingga kegiatan belajar mengajar merupakan satu sistem.

Rahardja (2002:31) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses

belajar mengajar, sebagai berikut:

1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal

meliputi:

a. Faktor fisiologis, yaitu faktor yang ada pada diri setiap siswa yang

berhubungan dengan keadaan atau kondisi fisik dari siswa.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

16

Faktor fisiologis yang pertama yaitu pendengaran, meliputi

kejelasan pendengaran dan diskriminasi (kemampuan seseorang untuk

membedakan mana suara rendah dan mana suara tinggi). Faktor fisiologis

yang kedua yaitu penglihatan, meliputi intensitas penglihatan, jarak

penglihatan, kemampuan membedakan warna, ketelitian penglihatan.

Sedangkan faktor fisiologis yang ketiga yaitu kondisi fisiologis, misalnya

kesegaran jasmani, gizi, dan ketelitian.

b. Faktor psikologis, yaitu faktor yang ada pada diri setiap siswa yang

berhubungan dengan keadaan kejiwaan dari setiap siswa yang

bersangkutan.

Faktor psikologis yang pertama adalah kecerdasan atau bakat yang

menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam mengikuti kegiatan belajar

tertentu. Faktor psikologis yang kedua adalah motivasi, yaitu keadaan

dalam diri seseorang yang mendorong melakukan suatu kegiatan untuk

mencapai tujuan. Faktor psikologis yang ketiga adalah perhatian, yaitu

pemusatan energi psikis yang dilakukan secara sadar terhadap sesuatu

obyek atau materi pelajaran. Faktor psikologis yang keempat adalah

berpikir, yaitu kegiatan mental berupa pelukisan gagasan berdasarkan

pengetahuan yang ada dengan memperhitungkan hubungan sebab akibat,

dirangkaikan secara logis dan rasional. Faktor psikologis yang terakhir

adalah ingatan, yaitu suatu kegiatan kognitif yang memungkinkan

seseorang menyadari bahwa pengetahuan yang dimilikinya bersumber dari

masa lampau.

2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor eksternal

meliputi:

a. Faktor lingkungan belajar

Kondisi lingkungan belajar siswa akan berpengaruh terhadap

berlangsungnya proses belajar mengajar. Faktor lingkungan belajar yang

pertama yaitu faktor lingkungan dalam sekolah (lingkungan alam) yang

meliputi lingkungan fisik (gedung, instalasi, sarana prasarana belajar,

pertamanan, air, sampah), dan lingkungan sosial (suasana hubungan antara

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

17

siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan sebagainya). Sedangkan

faktor lingkungan belajar di luar sekolah meliputi lingkungan alam di luar

sekolah (topografi, flora-fauna, dan jenis mata pencaharian penduduk di

sekitar sekolah), lingkungan fisik (bangunan, gedung, perkantoran,

perumahan rakyat, jalur transportasi, dan sebagainya), lingkungan sosial

(struktur sosial, adat istiadat budaya setempat, kegotongroyongan, rasa

simpati, dan kekeluargaan terhadap warga belajar).

b. Faktor sistem instruksional

Aspek-aspek sistem instruksional yang dapat memepngaruhi proses

belajar mengajar, yaitu:

1) Kurikulum

Struktur kurikulum dalam kurikulum inti akan menentukan

pemilihan strategi belajar mengajar suatu mata pelajaran, sebab dalam

struktur tersebut dapat diketahui kedudukan dan peranan tiap mata

pelajaran dalam pembentukan kompetensi baik itu pribadi, akademik

atau profesional dan sosial.

2) Bahan belajar

Bahan belajar yang disajikan akan mempengaruhi dalam memilih

jenis strategi yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan bahan belajar

mempunyai ciri khas atau sifat-sifat tersendiri.

3) Metode penyajian

Pemilihan dan penggunaan metode penyajian berkaitan erat dengan

pemilihan strategi belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar

yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pengajaran.

2.1.5. Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran untuk

sekolah dasar yang ada pada kurikulum. Menurut Samatowa (2010:2)

pengetahuan diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui oleh manusia.

Sedangkan pengetahuan alam merupakan pengetahuan tentang alam semesta dan

isinya. Ilmu Pengetahuan Alam dalam arti sempit diartikan sebagai disiplin ilmu

dari physical sciences dan life sciences. Iskandar (1997:2) menjelaskan bahwa

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

18

secara harfiah IPA merupakan ilmu tentang alam yang mempelajari peristiwa-

peristiwa yang terjadi di alam.

Menurut Darmojo dalam Samatowa (2010:2) secara singkat IPA diartikan

sebagai pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan

segala isinya. Conant dalam Samatowa (2010:1) mendefinisikan IPA sebagai

suatu deretan konsep dan skema konseptual yang berhubungan satu sama lain,

yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, yang berguna untuk

diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Menurut Samatowa (2010:3) IPA

membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun sistematis yang didasarkan

pada hasil percobaan dan pengamatan manusia.Selanjutnya Samatowa (2010:3)

menyimpulkan bahwa IPA adalah pengetahuan yang mempunyai objek dan

menggunakan metode ilmiah.

Pada Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dijelaskan

bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-

masalah yang dapat diidentifikasikan.Penerapan IPA perlu dilakukan secara

bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD/MI menurutPeraturan Pendidikan

Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar

(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), sebagai berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat

dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

19

2.1.6. Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA perlu diberikan kepada siswa sekolah dasar agar siswa

dapat berpikir kritis, bersikap ilmiah, dan memahami alam ini. Hal ini akan

berguna bagi kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Peraturan Pendidikan

Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar

(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dijelaskan bahwa “pembelajaran IPA sebaiknya

dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya

sebagai aspek penting kecakapan hidup”. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD

lebih menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah, daripada

perolehan pengetahuan.Piaget dalam Samatowa (2010:5) mengatakan bahwa

pengalaman langsung berperan penting sebagai pendorong perkembangan kognitif

anak.Efisiensi pengalaman langsung pada anak tergantung pada konsistensi antara

hubungan metode danobjek serta tingkat perkembangan anak.

Cullingford dalam Samatowa (2010:9) menjelaskan bahwa pembelajaran

IPA tidak hanya dengan hafalan dan pemahaman konsep, tetapi anak harus diberi

kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan

logis. Hal ini akan mendorong anak untuk mengekspresikan kreativitasnya. Anak

juga didorong untuk mengembangkan cara berpikir logis dan kemampuan untuk

membangkitkan penjelasan ilmiah untuk alasan yang bersifat hakiki dan praktis.

Sedangkan Claxton dalam Samatowa (2010:9) menyatakan bahwa pendidikan

IPA dapat ditingkatkan apabila siswa dapat lebih bersikap seperti ilmuwan bagi

mereka sendiri, dan jika mereka diperbolehkan dan didorong untuk melakukan hal

itu.Para ilmuwan melakukan berbagai percobaan untuk menghasilkan teori,

sedangkan siswa melakukan kegiatan serupa untuk memahami konsep baru atau

menguji ide.

Tujuan pembelajaran IPA di SD/MI menurutPeraturan Pendidikan

Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar

(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), sebagai berikut:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

20

1. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta memberikan

pemahaman mengenai konsep-konsep IPA yang bermanfaat serta dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan rasa ingin tahu dan motivasi untuk menggali

pengetahuan baru sehingga terjadi respon positif tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

2.1.7. Efektivitas pembelajaran

Efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil,

tepat atau manjur. Menurut Starawaji dalam Mawardi (2010), efektivitas

menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif apabila

usaha itu mencapai tujuannya.

Menurut Sambasalim dalam Mawardi (2010) pembelajaran dikatakan

efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen berfungsi secara

keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan hasil pembelajaran, membawa

kesan, sarana atau fasilitas memadai, materi dan metode affordable, serta guru

profesional. Tinjauan utama efektivitas pembelajaran adalah outputnya, yaitu

kompetensi siswa. Efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur dan komponen

yang terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi sesuai dengan tujuan dan

sasaran yang ditetapkan. Efektifitas pembelajaran dapat dicapai apabila rancangan

pada persiapan, implementasi, dan evaluasi dapat dijalankan sesuai prosedur serta

sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Baso (2003) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas

proses belajar mengajar, yaitu:

1. Peran pengajar (guru)

a. Guru mempunyai kemampuan profesional yang disyaratkan sehingga

dapat menyusun rencana program mengajar yang materinya relevan dan

menarik minat para siswa.

b. Jika guru dapat manyajikan pelajaran yang membangkitkan motivasi

belajar.

c. Jika guru dapat menaksir kemampuan dan kebutuhan belajar para siswa,

sehingga pelajaran yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan

kebutuhan para siswa.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

21

2. Faktor murid

a. Tingkat kecerdasan para siswa yang memadai.

b. Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar di rumah.

c. Kepedulian orang tua terhadap pendidikan anaknya dengan memantau

kegiatan belajar, seraya memperingati, menegur, dan mendorong untuk

belajar.

3. Faktor situasi dan kondisi proses belajar mengajar

a. Situasi dan kondisi seperti alat belajar klasikal, seperti papan tulis dan

media pengajaran lainnya walaupun sederhana.

b. Situasi kelas yang agak sejuk karena cukup fentilasi.

c. Situasi fisik yang segar karena jarak sekolah tidak begitu jauh dari rumah,

sehingga tidak perlu mengeluarkan energi untuk berjalan kaki berkilo-kilo

meter setiap hari.

d. Situasi gembira menghadapi pelajaran karena adanya hubungan yang

akrab antara guru dengan para siswa.

e. Adanya rasa tentram dalam mengajar karena adanya hubungan yang baik,

antara guru dengan orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah setempat.

f. Adanya kegairahan mengajar karena lancarnya perbaikan kesejahteraan

sebagai hasil hubungan yang baik dan saling pengertian antara guru

dengan kepala sekolah, dengan Kakandep Diknas, kepala bidang sampai

Kakanwil Depdiknas.

4. Faktor materi

Materi yang dapat menarik minat dan perhatian siswa dalam belajar.

5. Faktor media

Tersedianya media atau alat peraga yang dapat menunjang proses

belajar mengajar.

2.1.8. Hasil Belajar

Kegiatan pembelajaran akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil

belajar siswa dapat digunakan untuk mengetahui tercapai tidaknya suatu tujuan

pembelajaran. Sudjana (1990) menjelaskan, ”hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

22

Horwart Kingsley dalam Sudjana (1990) membagi hasil belajar mengajar menjadi

tiga macam, yaituketerampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap

dan cita-cita.Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-citayang

dimiliki siswa setelah kegiatan pembelajaran.

Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan

berbagai cara salah satunya adalah dengan melakukan evaluasi melalui tes.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,

penjamin, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen

pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk

pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Hasil belajar dari pembelajaran

yang didapatkan melalui evaluasi merupakan hal penting yang harus diberikan

guru setelah pembelajaran.

Sudjana (2008:39-40) mengemukakan:

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni

faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau faktor

lingkungan.Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan

yang dimilikinya.Sedangkan salah satu faktor lingkungan yang paling

dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas

pengajaran. Yang dimaksud kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya

atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujan

pengajaran. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan

pengajaran.Oleh sebab itu hasil belajar siswa dipengaruhi oleh

kamampuan siswa dan kualitas pengajaran.

2.1.9. Hasil Belajar IPA

Kegiatan pembelajaran IPA akan menghasilkan hasil belajar IPA. Hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPA bukan hanya pengetahuan saja, tetapi juga

ketrampilan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Peraturan

Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) menjelaskan bahwapeserta didik

dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari, melalui

pendidikan IPA.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

23

Hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang

telah tercantum dalam kurikulum dengan tidak melupakan hakekat IPA itu sendiri.

Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakekat sains yang meliputi Ilmu

Pengetahuan Alam sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam meliputi

pencapaian Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

Dalam segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep

IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses, siswa

diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan,

pengetahuan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk memecahkan

masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi ilmiah, siswa

diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di sekitarnya,

bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja

sama dan mandiri, serta mengenal dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam

sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, hasil belajar yang

dikembangkan di SD adalah hasil belajar yang mencakup penguasaan produk,

proses, dan sikap ilmiah.

2.1.10. Sifat-sifat Cahaya

Cahaya sangat bermanfaat bagi kehidupan. Cahaya membuat dunia ini

terang benderang. Cahaya membuat kita dapat melihat benda-benda di sekitar

kita. Menurut Azmiyawati (2008:110) cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu.

Sifat-sifat cahaya banyak manfaatnya bagi kehidupan. Sifat-sifat cahaya yaitu:

1. Cahaya merambat lurus

Saat berjalan di kegelapan, kamu memerlukan senter. Ketika senter kamu

nyalakan, arah rambatan cahaya yang keluar dari senter tersebut arah rambatannya

menurut garis lurus. Untuk bisa lebih jelas mengenai arah rambatan cahaya dapat

dilihat gambar berikut.

Cahaya merambat lurus

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

24

Berdasarkan dapat tidaknya memancarkan cahaya, benda dikelompokkan

menjadi benda sumber cahaya dan benda gelap. Benda sumber cahaya dapat

memancarkan cahaya. Contoh benda sumber cahaya yaitu Matahari, lampu, dan

nyala api. Sementara itu, benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya. Contoh

benda gelap yaitu batu, kayu, dan kertas.

2. Cahaya dapat menembus benda bening

Bayangan terbentuk karena cahaya tidak dapat menembus suatu

benda.Ketika cahaya mengenai tubuhmu, cahaya tidak dapat menembus tubuhmu

sehingga terbentuklah bayangan. Begitu pula ketika cahaya mengenai rumahmu

dan pohon yang besar.

Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi

benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya

tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda

ini akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas,

karton, tripleks, kayu, dan tembok. Sementara itu, benda tembus cahaya dapat

meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca.

Benda tidak tembus cahaya

3. Cahaya dapat dipantulkan

Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan

difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai

permukaan yang kasar atau tidak rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya

tidak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai

permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai

sifatseperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki arah

yang teratur.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

25

Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya.

Berdasarkanbentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin lengkung. Cermin

lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung dan cermin cekung.

c. Cermin datar

Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar dan

tidak melengkung. Cermin datar biasa digunakan untuk bercermin.

Cermin datar

Sifat-sifat dari cermin datar :

1) Ukuran (besar dan tinggi) bayangan sama dengan ukuran benda.

2) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.

3) Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda. Misalnya tangan kirimu

akan menjadi tangan kanan bayanganmu.

4) Bayangan tegak seperti bendanya.

5) Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya, bayangan dapat dilihat dalam

cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar.

d. Cermin cembung

Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya

melengkung ke arah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk spion pada

kendaraan bermotor. Bayangan pada cermin cembung bersifat maya, tegak, dan

lebih kecil (diperkecil) daripada benda yang sesungguhnya.

Cermin cembung

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

26

c. Cermin cekung

Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya melengkung ke arah

dalam. Cermin cekung biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu mobil

dan lampu senter.

Cermin cekung dan reflektor cahaya

Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung sangat

bergantung pada letakbenda terhadap cermin.

1) Jika benda dekat dengan cermin cekung, baying an benda bersifat tegak, lebih

besar, dan semu (maya).

2) Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat nyata(sejati) dan

terbalik.

4. Cahaya dapat dibiaskan

Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda,

cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya

setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Perhatikan

skema pembiasan cahaya berikut!

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

27

Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih

rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat

dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat

ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya

cahaya merambat dari air ke udara. Pembiasan cahaya sering kamu jumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang

dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak patah.

Pembiasan pada pensil

5. Cahaya dapat diuraikan

Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi

merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya

matahari yang kita lihat berwarna putih.Namun, sebenarnya cahaya matahari

tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik

air di awan sehingga terbentuk warna-warna pelangi.

Dispersi cahaya

Kamu juga dapat mengamati peristiwa dispersi cahaya pada balon air.

Kamu dapat menggunakan air sabun untuk membuat balon air. Jika air sabun

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

28

ditiup di bawah sinar matahari, kamu akan melihat berbagai macam warna

berkilauan pada permukaan balon air tersebut.

Peristiwa menguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari :

a. Terjadinya pelangi

b. Minyak yang tumpah di permukaan air

c. Peristiwa pelangi yang muncul di air terjun.

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Martina Sri Indriyati pada tahun 2009

dalam judul ”Penggunaan Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Prestasi

Belajar Siswa Kelas V pada Pembelajaran IPA Materi Gaya Magnet Di SD Negeri

Wonosari Kecamatan Wonosobo Kabupaten Wonosobo”. Menyimpulkan bahwa

penggunaan metode demonstrasi benar-benar meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas V SD Negeri Wonosari yaitu 80% siswa memiliki nilai di atas kriteria

ketuntasan minimum sama dengan 60 sebanyak 42 peserta didik.

Penelitian yang dilakukan Binti Lisna Astuti pada tahun 2010 dengan

judul ”Penggunaan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Siswa Kelas V pada Pembelajaran IPA di SD N Jepon 8 Kec. Jepon Kab. Blora

Tahun Ajaran 2009/2010”. Menyimpulkan bahwa hendaknya sebagai seorang

guru dalam menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan mudah diterima

oleh anak dengan metode demonstrasi. Hal ini dikarenakan dalam metode

demonstrasi guru menggunakan alat atau media yang disesuaikan dengan

pembelajaran yang sedang dipelajari, guru kiranya selalu mengadakan perbaikan

pembelajaran untuk pengajuan bersama dan dalam proses pembelajaran sebaiknya

guru menggunakan metode dan media yang nyata dan dekat dengan kehidupan

keseharian siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratih Endarini Sudarmono pada tahun

2009 dengan judul”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V

Melalui Penerapan Metode Group Investigations pada Pembelajaran IPAdi

SDSidorejo Lor 02 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2009/2010”. Menyimpulkan

bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN Sidorejo Lor 02 Salatiga

dapat ditingkatkan melalui metode group investigations yang di dalamnya

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

29

meliputi 6 tahap yaitu: tahap pengelompokan, tahap perencanaan, tahap

penyelidikan, tahap pengorganisasian, tahap presentasi, dan tahap evaluasi.

2.3. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, mempraktekan

langsung dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting

kecakapan hidup (Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi untuk satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)). Oleh

karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan

inkuiri yang menekankan pada pencarian pengetahuan. Beberapa metode

pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran dengan menerapkan

pendekatan inkuiri yaitu metode investigasi kelompok dan metode demonstrasi.

Pembelajaran dengan kedua metode tersebut akan menghasilkan hasil belajar

kognitif IPA pada siswa. Dari hasil belajar kognitif IPA pada siswa sebelum

mendapat perlakuan dengan metode investigasi kelompok dan metode

demonstrasi, dan setelah mendapat perlakuan dari kedua metode pembelajaran

tersebut kemudian dibandingkan. Hal ini digunakan untuk mengetahui adakah

perbedaan yang signifikan antara metode investigasi kelompok dan metode

demonstrasi terhadap hasil belajar IPA pada siswa. Sehingga guru dapat

menentukan metode mana yang lebih signifikan untuk diterapkan dalam

pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metoderepository.uksw.edu/bitstream/123456789/833/3/T1... · 2012-11-22 · yang dipergunakan guru dalam berinteraksi dengan siswa pada

30

a. Kelas Kontrol b. Kelas Eksperimen

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Berpikir

2.4. Hipotesis Penelitian

2.4.1. Hipotesis Empirik

Hipotesis empirik yang diajukan, yaitu ada perbedaan efektivitas

pembelajaran yang signifikan antara penggunaan metode investigasi kelompok

dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA di kelas VSD Imbas Gugus

Imam Bonjol Salatigasemester II tahun ajaran 2011/2012.

2.4.2. Hipotesis Statistik

Secara statistik, dapat dirumuskan H0 yaitu rata-rata hasil belajar yang

didapatkan dari metode investigasi kelompok sama dengan rata-rata hasil belajar

yang didapatkan dari metode demonstrasi (H0 : xy1 = xy2). Untuk H1 yaitu rata-

rata hasil belajar yang didapatkan dari metode investigasi kelompok tidak sama

dengan rata-rata hasil belajar yang didapatkan dari metode demonstrasi (H1 : xy1

≠ xy2).

Kondisi Awal

Pembelajaran dengan

Metode Demonstrasi

Pembelajaran dengan Metode

Investigasi Kelompok

Kondisi Awal

Hasil Belajar IPA pada Siswa Hasil Belajar IPA pada Siswa