bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori...

15
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Mills (dalam Suprijono, 2009:45) berpendapat bahwa “ model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Menurut Agus Suprijono, 2009:46 Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Menurut Arends (dalam Suprijono, 2009:46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Merujuk pemikiran Joyce (dalam Suprijono, 2009:46) fungsi model pembelajaran yaitu guru dapat membantu peserta didik mendapat informasi, ide keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran atau merancang aktivitas belajar mengajar secara sistematis. 2.2 Pembelajaran Kooperatif 2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim.

Upload: vuongkhuong

Post on 31-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran

Mills (dalam Suprijono, 2009:45) berpendapat bahwa “ model adalah

bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang

atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model. Model merupakan

interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa

sistem.

Menurut Agus Suprijono, 2009:46 Model pembelajaran merupakan

landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan

teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi

kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Menurut Arends

(dalam Suprijono, 2009:46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang

digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Merujuk pemikiran Joyce (dalam Suprijono, 2009:46) fungsi model

pembelajaran yaitu guru dapat membantu peserta didik mendapat informasi, ide

keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman

dalam merencanakan pembelajaran atau merancang aktivitas belajar mengajar

secara sistematis.

2.2 Pembelajaran Kooperatif

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama

lainnya sebagai satu kelompok atau tim.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

6

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil

secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang

denagan struktur kelompok yang heterogen.

Cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Menurut Abdulhak

(dalam Rusman 2011:203) bahwa “pembelajaran cooperative dilaksanakan waktu

shering proses antara peserta belajar, sehingga dapat diwujudkan pemahaman

bersama di antara peserta pelajar itu sendiri.” Menurut Nurulhayati (dalam

Rusman 2011:203) Pembelajaran kooperatif adalah sterategi pembelajaran yang

melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil untuk saling berinteraksi.

Menurut Slavin (dalam Rusman 2011:205) bahwa : (1) penggunaan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus

dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan

menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi

kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan

mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.

Menurut Slavin (dalam Robert E. Salvin 2008:8) Pembelajaran

Kooperatif adalah para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang

beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang akan disampaikan oleh

guru.

Belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi

siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan

saling memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar biasanya

siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu,

pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat

bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.

Model pembelajaran kooperatif, tidak hanya unggul dalam membantu

siswa memahami kosep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerjasama dan membantu teman.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

7

sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi

yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Muslimin Ibrahim (dalam Isjoni, 2010: 27) terdapat tiga tujuan

instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu

hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan

keterampilan sosial.

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,

juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas- tugas akademis penting lainnya.

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa

memahami konsep- konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan

bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai

siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan

hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa

kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan

tugas- tugas Akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara

luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang

bagi siswa dari bebagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling

bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan

kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan

kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat

penting untuk dimiliki oleh siswa, karena kenyataan yang dihadapi bangsa ini

dalam mengatasi masalah- masalah sosial yang semakin kompleks, serta

tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

8

1.4.3 Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Unsur – unsur dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren (dalam

Isjoni 2010:13) sebagai berikut:

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang

bersama”.

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik

lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab, terhadap diri sendiri dalam

mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang

sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota

kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan

bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Thompson, et al (dalam Isjoni, 2010:14) mengemukakan, pembelajaran

kooperatif turut menambah unsuxr – unsur interaksi sosial pada pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil

yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri

dari 4-6 orang dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen

adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini

bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman

yang berbeda latar belakangnya.

Pembelajaran koopertif yang diajarkan adalah keterampilan-

keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya,

seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi

pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja

kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

9

1.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Jarolelimek & Parker (dalam Isjoni, 2010:24) mengungkapkan tentang

kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif. Kelebihan dari pembelajaran

kooperatif antra lain : a) saling ketergantungan positif, b) adanya pengakuan

dalam merespon perbedaan individu, c) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan

pengelolaan kelas, d) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, e) terjalinnya

hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan gurunya, dan f)

memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang

menyenangkan.

Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu

faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu

sebagai berikut: 1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,

disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. 2) agar

proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas,

alat dan biaya yang cukup memadai. 3) selama kegiatan diskusi kelompok

berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas

sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4)

saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan

siswa yang lain menjadi pasif.

Berdasarkan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, sebelum

pembelajaran berlangsung sebaiknya guru mempersiapkan pembelajaran secara

matang seperti alat peraga atau yang lainnya, agar pada saat proses belajar

mengajar berlangsung tidak ada hambatan. Pada waktu pembelajaran kooperatif

berlangsung guru sebaiknya membatasi masalah yang dibahas, agar waktu yang

telah ditentukan tidak melebihi batas.

Ketika pembelajaran kooperatif berlangsung guru harus berusaha

menanamkan dan membina sikap berdemokrasi diantara para siswa. Maksudnya

suasana sekolah kelas harus diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat

menumbuhkan kepribadian siswa yang demokratis dan dapat diharapkan suasana

yang terbuka dengan kebiasaan- kebiasaan kerjasama, terutama dalam

memecahkan kesulitan- kesulitan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

10

Seorang siswa haruslah dapat menerima pendapat siswa lainnya, seperti

siswa satu mengemukakan pendapatnya lalu siswa yang lainnya mendengarkan

dimana letak kesalahan, kekurangan atau kelebihan, kalau ada kekurangannya

maka perlu ditambah. Penembahan ini harus disetujui oleh semua anggota dan

harus saling menghormati pendapat orang lain.

Pembelajaran kooperatif dapat membuat kemajuan besar para siswa

kearah pengembangan sikap, nilai, dan tingkah laku yang memungkinkan mereka

dapat berpartisipasi dalam komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai

dengan tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai karena tujuan utama

pembelajaran kooperatif adalah untuk memperoleh pengetahuan dari sesama

temannya. Pengetahuan itu tidak lagi diperoleh dari gurunya. Seorang teman

haruslah memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk mengemukakan

pendapatnya dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi

kesalahan, dan saling membetulkan sama lainnya.

Melalui teknik saling menghargai pendapat orang lain dan saling

membetulkan kesalahan secara bersama mencari jawaban yang tepat dan baik,

dengan cara mencari sumber- sumber informasi dari mana saja seperti buku paket,

buku-buku yang ada diperpustakaan, dan buku-buku penunjang lainnya, dijadikan

pembantu dalam mencari jawaban yang baik dan benar serta memperoleh

pengetahuan tentang pemahaman terhadap materi pelajaran yang diajarkan

semakain luas dan semakin baik.

1.4.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

NHT (Numbered Heads Together) atau banyak disebut pula dengan

penomoran, berpikir bersama, atau kepala bernomor merupakan salah satu inovasi

dalam pembelajaran kooperatif. NHT (Numbered Head Together) pertama kali

dikembangkan oleh Spenser Kagan tahun 1993 untuk melibatkan lebih banyak

siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek

pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Menurut Ahmad Zuhdi 2010:64 (dalam Intan Putri Utami) NHT

(Numbered Heads Together) adalah suatu model pembelajaran kooperatif dimana

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

11

siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, lalu secara acak guru

memanggil nomor dari siswa.

NHT (Number Heads Together) menurut Trianto (2007 : 62) merupakan

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

NHT (Numbered Heads Together) sebagai model pembelajaran pada

dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khas dari NHT

adalah guru memberi nomor dan hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili

kelompoknya. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih

dahulu siapa yang akan mewakili kelompok. Cara tersebut akan menjamin

keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk

meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) ini secara tidak

langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan

cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif

dalam pembelajaran. Tahapan dalam pembelajaran NHT(Numbered Heads

Together) menurut Trianto (2007 : 62):

d. Penomoran

Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru

membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga

sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim

mempunyai nomor berbeda- beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam

kelompok.

e. Pengajuan Pertanyaan

Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi

pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan

usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan

tingkat kesulitan yang bervariasi pula.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

12

f. Berpikir Bersama

Setelah mendapatkan pertanyaan- pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama

untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam

timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing

pertanyaan.

g. Pemberian Jawaban

Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari

tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan

jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok

yang harus menjawab pertanyaan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya

disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk

menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi

jawaban tersebut.

Berdasarkan tahapan-tahapan, bisa dibuat langkah-langkah pembelajaran NHT

(Numbered Heads Together) adalah:

a. Pendahuluan

Persiapan

1) Guru melakukan apersepsi

2) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT (Numbered Heads

Together)

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

4) Guru memberikan motivasi

b. Kegiatan inti

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)

Tahap pertama

1) Penomoran: Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 5-6

orang dan kepada setiap anggota diberi nomor 1-6.

2) Siswa bergabung dengan anggotanya masing-masing.

Tahap kedua

Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas untuk

mengerjakan soal-soal.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

13

Tahap ketiga

Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya

terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam

timnya mengetahui jawaban tersebut.

Tahap keempat

1) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa

yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk

menjawab pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat

dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.

2) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing- masing kelompok dan

memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik.

Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan terhadap hasil dari

pekerjaan mereka.

c. Penutup

1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.

2) Guru memberikan tugas rumah

3) Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah

diajarkan dan materi selanjutnya.

Adapun kelebihan dan kelemahan NHT (Numbered Heads Together)

menurut Ahmad Zuhdi 2010:65 (dalam Intan Putri Utami) adalah: Kelebihan 1)

Setiap siswa menjadi siap semua, 2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-

sungguh, 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kelemahan 1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2)

Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Peran seorang guru sangat diperlukan, sebagai pengawas dan fasilitator.

Guru tidak hanya membiarkan siswanya mengerjakan sendiri namun juga harus

membimbing jalannya diskusi. Agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

14

2.3 Hakekat IPS

Menurut Trianto (2011:171) Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan

integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah,

geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial

dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena soaial yang mewujudkan satu

pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang- cabang ilmu-ilmu sosial

(sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi

sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi

cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,

antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang

memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan

wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah

memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa- peristiwa dari berbagai

periode. Antropologi meliputi studi- studi komparatif yang berkenaan dengan

nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas- aktivitas ekonomi, organisasi

politik, ekspresi- ekspresi dan spritual, teknologi, dan berbeda- beda budaya dari

budaya- budaya terpilih. Ilmu politik tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang

kebijakan pada aktivitas- aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan.

Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti

konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara

intensif konsep- konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi

sosial.

2.3.1 Pembelajaran IPS

Dalam pembelajarn IPS di SD, Diharapkan terjadi reinvention

(penemuan kembali). Penemuan kembali adalah penemuan suatu cara

penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan

tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui

sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan sesuatu hal yang

baru.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

15

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan

dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.

Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara

Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta

damai.

Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sbb:

a. Mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keteramplan dalam

kehidupan sosial

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan

kemanusiaan

d. Memiliki kemampuan berkomonikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang mejemuk, ditingkat lokal, nasional, dan

global.

2.3.2 Pembelajaran IPS di SD

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan

kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11

tahun menurut Piaget 1963 (dalam http://www.adipw.onlen.web.id/archives/200)

berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan

kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh,

dan menganggap tahun yang akan sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka

pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka

pahami (abstrak). Konsep- konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan

(continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan,

demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep

abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

16

Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan

konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner 1978 (dalam

http://www.adipw.onlen.web.id/archives/200) memberikan pemecahan berbentuk

jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic,

dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta,

grafik, lambing, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat

dipahami siswa. Itulah sebabnya IPS SD bergerak dari yang kongkrit ke yang

abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas

(expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari

yang mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang

dekat ke yang jauh.

2.4 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley (dalam Sudjana, Nana,

2001 : 22) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu (a) keterampilan dan

kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita, yang masing-

masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan

menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.

a) Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia

Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan faktor

psikologis. Faktor biologis antara lain usia, kematangan dan kesehatan.

Sedangkan faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat

dan kebiasaan belajar.

b) Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia

Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non

manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses

belajar yang dilakukan oleh siswa. Semakin tinggi proses belajar yang dilakukan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

17

oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar

merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana, Nana, 2001 : 3).

2.5 Kajian Hasil - Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Heads Together), telah dilakukan peneliti lain. Penelitian tersebut berbentuk

skripsi, yang dilakukan oleh I Noor Azizah 2007 (dalam Intan Putri Utami) yang

berjudul “Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Numbered-Heads Together) dengan Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa)

Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) Siswa Kelas VIII

Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007”.

Penelitian tersebut disimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pemanfaatan LKS lebih baik daripada

nilai rata- rata hasil belajar pada pembelajaran dengan metode konvensional dan

rata- rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen ≥ 65.

Pembelajaran kooperatif NHT fungsi guru hanya sebagai fasilitator.

Keaktifan siswa lebih diutamakan pada model pembelajaran ini. Dengan adanya

keaktifan ini akan meningkatkan motivasi belajar yang tinggi sehingga

berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Penelitian lain dilakukan oleh Emi Sulistiyorini 2007 (dalam Intan Putri

Utami) yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar dan Pencapaian Tingkat Berpikir

Siswa SMP dalam Geometri Menurut Van Hiele”. Dalam penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika materi pokok segi

empat antara siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) dengan siswa yang dikenai pembelajaran konvensional,

serta Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih efektif

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian terdahulu tersebut relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti karena sama- sama meneliti tentang keefektifan model

pembelajaran NHT (Numbered Heads Together).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

18

2.6 Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sering dianggap sebagai mata pelajaran

yang susah untuk dimengerti. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa

yang kurang memuaskan. Pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini

menggunakan metode ekspositori, di mana pembelajaran berpusat pada guru,

siswa pasif, dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa

mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar. Minat belajar akan

tumbuh dan terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara

bervariasi, baik melalui variasi model maupun media pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)

adalah salah satu model pembelajaran kooperatif sebagai alternatif bagi guru

dalam mengajar siswa, yang merupakan sebuah variasi diskusi kelompok yang

ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili

kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili

kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa

dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual

dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya

akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Siswa kelompok bawah akan

mendapat transfer pengetahuan dari siswa kelompok atas yang merupakan teman

sebayanya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan siswa

kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi

pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang materi

yang dijelaskan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1repository.uksw.edu/bitstream/123456789/962/3/T1_292008243_BAB II.pdf · digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap

19

Bagan Kerangka Berpikir

2.7 Hipotesis Penelitian

Dari uraian kajian teori dan karangka berpikir diatas dapat ditarik

hipotesis dalam penelitian sebagai berikut:

Ada Pengaruh Model Pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads

Together) Terhadap Hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Dukuh 02 Kecamatan

Sidomukti Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012.

Kelas Kontrol

Pretest Pembelajaran seperti biasa yang dulakukan

guru kelas (konvesional)

posttest

Terdapat pengaruh yang signifikan dengan model

pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dimana hasil belajar kelas eksperimen lebih

tinggi dari kelas kontrol

Kelas

Eksperimen

Pretest Pembelajaran dengan model

NHT (Numbered Heads Together)

posttest