bab ii kajian pustaka 2.1 kajian pustaka dan landasan teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/bab...

15
20 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori 2.1.1 Kajian Pustaka a. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “empowerment”, yang secara harfiah bisa diartikan sebagai “pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau peningkatan “kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung atau disadvantaged (Suharto dalam Huraerah, 2008:82). Subejo dan Supriyanto (2004), pemberdayaan masyarkat adalah upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan, dan mengelola sumber daya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kamampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Pengertian yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai sesuatu keberlanjutan dalam jangka panjang (Subejo dan Supriyanto dalam Mardikanto, 2017:45). World Bank (2001) mengartikan pemberdayaan sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) atau menyuarakan pendapat, ide, atau gagasan-gagasannya, serta kemampuan dan keberanian

Upload: others

Post on 05-Dec-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori

2.1.1 Kajian Pustaka

a. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “empowerment”, yang secara

harfiah bisa diartikan sebagai “pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau

peningkatan “kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak

beruntung atau disadvantaged (Suharto dalam Huraerah, 2008:82).

Subejo dan Supriyanto (2004), pemberdayaan masyarkat adalah upaya

yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan,

memutuskan, dan mengelola sumber daya lokal yang dimiliki melalui

collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki

kamampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Pengertian

yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk

memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri

secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan

lingkungan strategisnya untuk mencapai sesuatu keberlanjutan dalam jangka

panjang (Subejo dan Supriyanto dalam Mardikanto, 2017:45).

World Bank (2001) mengartikan pemberdayaan sebagai upaya untuk

memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat

(miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) atau menyuarakan

pendapat, ide, atau gagasan-gagasannya, serta kemampuan dan keberanian

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

21

untuk memilih (choice) sesuatu (konsep, metode, produk, tindakan, dll) yang

terbaik bagi pribadi, keluarga, dan masyarakatnya. Dengan kata lain,

pemberdayaan merupakan proses meningkatkan kemampuan dan sikap

kemandirian masyarakat (Word Bank dalam Mardikanto, 2017:28)

Dalam berbagai kesempatan pakar pemberdayaan, Prof. Haryono Suyono

sering mengatakan bahwa “pemberdayaan bukan membentuk Supermen, tetapi

dalam pemberdayaan perlu membentuk Super Tim”. Keberdayaan dalam

konteks masyarakat merupakan kemampuan individu berpartisipasi aktif dalam

masyarakat. Tingkat partisipasi ini meliputi partisipasi fisik, mental, dan juga

manfaat yang diperoleh oleh individu yang bersangkutan (Anwas, 2014:51).

Selanjutnya menurut Ife (1995), pemberdayaan adalah menyiapkan

kepada masyarakat berupa sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan

keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan

masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam

komunitas masyarakat itu sendiri (Ife dalam Anwas, 2014:49).

Dengan demikian pemberdayaan merupakan proses meningkatkan

kemampuan individu atau masyarakat untuk berdaya yang dilakukan secara

demokratis agar mampu membangun diri dan lingkungannya dalam

meningkatkan kualitas kehidupannya sehingga mampu mandiri dan sejahtera.

b. Prinsip Pemberdayaan

Pemberdayaan ditujukan agar klien/sasaran mampu meningkatkan

kualitas kehidupannya untuk berdaya, memiliki daya saing, dan mandiri.

Mengacu pada hakikat dan konsep pemberdayaan, maka dapat

diidentifikasikan beberapa prinsip pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

22

1. Pemberdayaan dilakukan dengan cara yang demokratis dan menghindari

unsur paksaan. Setiap individu memiliki hak yang sama untuk berdaya.

2. Kegiatan pemberdayaan didasarkan pada kebutuhan, masalah, dan potensi

klien/sasaran. Proses pemberdayaan dimulai dengan menumbuhkan

kesadaran kepada sasaran akan potensi dan kebutuhannya yang dapat

dikembangkan dan diberdayakan untuk mandiri.

3. Sasaran pemberdayaan adalah sebagai subjek atau pelaku dalam kegiatan

pemberdayaan. Oleh karena itu sasaran menjadi dasar pertimbangan dalam

menentukan tujuan, pendekatan, dan bentuk aktivitas pemberdayaan.

4. Pemberdayaan berarti menumbuhkan kembali nilai, budaya, dan kearifan-

kearifan lokal yang memiliki nilai luhur dalam masyarakat. Budaya dan

kearifan lokal seperti sifat gotong royong, kerjasama, hormat kepada yang

lebih tua, dan kearifan lokal lainnya sebagai jati diri masyarakat perlu

ditumbuh kembangkan melalui berbagai bentuk pemberdayaan sebagai

modal sosial dalam pembangunan.

5. Pemberdayaan merupakan sebuah proses yang memerlukan waktu,

sehingga dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Tahapan ini

dilakukan secara logis dari yang sifatnya sederhana menuju yang komplek.

6. Kegiatan pendampingan atau pembinaan perlu dilakukan secara bijaksana,

bertahap, dan berkesinambungan. Kesadaran dan kehati-hatian dari agen

pemberdayaan perlu dilakukan terutama dalam menghadapi keragaman

karakter, kebiasaan, dan budaya masyarakat yang sudah lama tertanam

lama.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

23

7. Pemberdayaan tidak bisa dilakukan dari salah satu aspek saja, tetapi perlu

dilakukan secara holistik terhadap semua aspek kehidupan yang ada dalam

masyarakat.

8. Pemberdayaan perlu dilakukan tehadap kaum perempuan terutama remaja

dan ibu-ibu muda sebagai potensi besar dalam mendongkrak kualitas

kehidupan keluarga dan pengentasan kemiskinan.

9. Pemberdayaan dilakukan agar masyarakat memiliki kebiasaan untuk terus

belajar, belajar sepanjang hayat (life long learning/education). Individu dan

masyarakat perlu dibiasakan belajar menggunakan berbagai sumber yang

tersedia. Sumber belajar tersebut bisa: pesan, orang (termasuk masyarakat

di sekitarnya), bahan, alat, teknik, dan juga lingkungan di sekitar tempat

mereka tinggal. Pemberdayaan juga perlu diarahkan untuk menggunakan

prinsip belajar sambil bekerja (learning go doing).

10. Pemberdayaan perlu memperhatikan adanya keragaman budaya. Oleh

karena itu diperlukan berbagai metode dan pendekatan pemberdayaan yang

sesuai dengan kondisi di lapangan.

11. Pemberdayaan diarahkan untuk menggerakkan partisipasi aktif individu

dan masyarakat seluas-luasnnya. Partisipasi ini mulai dari tahapan

perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, evaluasi, termasuk partisipasi

dalam menikmati hasil dari aktivitas pemberdayaan.

12. Klien/ sasaran pemberdayaan perlu ditumbuhkan jiwa kewirausahaan

sebagai bekal menuju kemandirian. Jiwa kewirausahaan tersebut, mulai

dari: mau berinovasi, berani mengambil resiko terhadap perubahan,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

24

mencari dan memanfaatkan peluang, serta mengembangkan networking

sebagai kemampuan yang diperlukan dalam era globalisasi.

13. Agen pemberdayaan atau petugas yang melaksanakan pemberdayaan perlu

memiliki kemampuan (kompetensi) yang cukup, dinamis, fleksibel dalam

bertindak, serta dapat mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan

masyarakat. Agen pemberdayaan ini lebih berperan sebagai fasilitator.

14. Pemberdayaan perlu melibatkan berbagai pihak yang ada dan terkait dalam

masyarakat, mulai dari unsur pemerintah, tokoh, guru, kader, ulama,

pengusaha, LSM, relawan, dan anggota masyarakat lainnya. Semua pihak

tersebut dilibatkan sesuai peran, potensi, dan kemampuannya (Oos Anwas,

2014:58-60).

c. Tujuan Pemberdayaan

Mengacu pada konsep-konsep diatas, maka tujuan pemberdayaan

meliputi beragam upaya perbaikan sebagai berikut:

1. Perbaikan pendidikan (better education)

Pemberdayaan harus dirancang sebagai suatu bentuk pendidikan yang lebih

baik. Perbaikan pendidikan yang dilakukan melalui pemberdayaan, tidak

terbatas pada: perbaikan materi, perbaikan metode, perbaikan yang

menyangkut tempat dan waktu, serta hubungan fasilitator dan penerima

manfaat, tetapi yang lebih penting adalah perbaikan pendidikan yang mampu

menumbuhkan semangat belajar seumur hidup.

2. Perbaikan aksesibilitas (better accessibility)

Dengan tumbuh dan kembangnya semangat belajar seumur hidup,

diharapkan akan memperbaiki aksesibilitasnya, utamanya tentang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

25

aksesibilitas dengan sumber informasi/inovasi, sumber pembiayaan,

penyedia produk dan peralatan, lembaga pemasaran.

3. Perbaikan tindakan (better action)

Dengan berbekal perbaikan pendidikan dan perbaikan aksesibilitas dengan

beragam sumberdaya yang lebih baik, diharapkan akan terjadi tindakan-

tindakan yang semakin lebih baik.

4. Perbaikan kelembagaan (better institution)

Dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan akan

memperbaiki kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring kemitraan-

usaha.

5. Perbaikan usaha (better business)

Perbaikan pendidikan (semangat belajar), perbaikan aksesibilitas, kegiatan,

dan perbaikan kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki binis yang

dilakukan.

6. Perbaikan pendapatan (better income)

Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan, diharapkan akan dapat

memperbaiki pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga

dan masyarakatnya.

7. Perbaikan lingkungan (better environment)

Perbaikan pendapatan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan

sosial), karena kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan

atau pendapatan yang terbatas.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

26

8. Perbaikan kehidupan (better living)

Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik, diharapkan

dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.

9. Perbaikan masyarakat (better community)

Keadaan kehidupan yang lebih baik, yang didukung oleh lingkungan (fisik

dan sosial) yang lebih baik, diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat

yang lebih baik pula (Mardikanto, 2017:109-110).

d. Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN)

Kelompok Pembudidaya Ikan, yang selanjutnya disebut POKDAKAN

adalah kumpulan pembudidayaan ikan yang terorganisir, terbentuk dan

tumbuh atas dasar kepentingan bersama dengan rasa saling percaya,

keserasian, keakraban untuk bekerja sama dalam memanfaatkan sumber daya,

mengembangkan usaha, dan dana untuk meningkatkan kesejahteraan

anggotanya (Kementerian Kelautan dan Perikanan RI).

e. Budidaya Perikanan

Budidaya perikanan atau perikanan budidaya adalah kegiatan

memproduksi biota (organisme) akuantik (air) untuk mendapatkan

keuntungan. Dilihat dari asal katanya, istilah akuakultur diambil dari istilah

dalam Bahasa Inggris yaitu Aquaculture. Terdapat beberapa definisi

akuakultur seperti dikemukakan dalam beberapa sumber. Akuakultur

merupakan suatu proses pembiakan organisme perairan dari mulai proses

produksi, penanganan hasil sampai pemasaran (Wheaton, 1977).

Ruang lingkup budidaya perikanan berdasarkan spasial mencakup

kawasan sejak pegunungan hingga laut dalam, berdasarkan sumber air yang

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

27

dimanfaatkan mencakup budidaya air tawar, budidaya air payau dan budidaya

air laut berdasarkan pada kegiatan mencakup pengadaan sarana dan prasarana

produksi, proses produksi hingga pemanenan, serta penanganan pascapanen

dan pemasaran.

Selain untuk tujuan konsumsi, budidaya perikanan juga ditujukan untuk

menghasilkan ikan hias (ornamental fish). Ikan hias diproduksi karena

memiliki warna dan bentuk tubuh serta tingkah lakunya yang unik dan

menarik sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu, nilai

ekonomi ikan hias juga dipengaruhi oleh tingkat kesulitan dalam

pengembangbiakannya (breeding). Semakin sulit suatu jenis ikan hias

dikembangbiakkan sehingga ketersediaan di pasar sangat terbatas (ikan

langka) maka ikan hias tersebut semakin bernilai ekonomi (mahal).

2.1.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan

dilakukan tentang proses pemberdayaan masyarakat melalui kelompok

pembudidaya ikan (POKDAKAN). Penelitian terdahulu yang pertama, penelitian

milik Bayu Dwi Prasetya tahun 2015 yang berjudul “Pelaksanaan Pemberdayaan

Masyarakat Melalui Budidaya Ikan Air Tawar”. Penelitian terdahulu kedua, milik

Aprilia Veriningtyas tahun 2014 yang berjudul “Pemberdayaan Perempuan

Melalui Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) MinaSari di Dusun Beji,

Sumberagung, Jetis, Bantul”. Penelitian ketiga, milik Linda Rachmawati tahun

2016 yang berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat oleh Kelompok

Pembudidaya Ikan Mina Soka di Dusun Kadisoka, Purwomartani, Kalasan,

Sleman”. Penelitian keempat, milik Rizal Latief tahun 2017 yang berjudul

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

28

“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Budidaya Ikan Mina Persada

(KBI-MP) di Dusun Pacar Desa Timbulharjo Kecamatan Sewon Kabupaten

Bantul”. Selain itu penelitian terdahulu juga di ambil dari jurnal internasional

yaitu milik Roseline E. Tawo tahun 2008 yang berjudul “Partisipasi Gender dan

Kewarganegaraan dalam Program Pemberdayaan di Pertanian untuk Pengentasan

Kemiskinan di Negara Bagian Lintas Sungai”.

Beberapa penelitian terdahulu memiliki relevansi dengan penelitian yang

akan dilakukan. Dapat dilihat dari judul penelitian dan hasil temuan masing-

masing penelitian terdahulu yang telah dilakukan, sehingga dapat ditemukan

relevansi antara penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan. Hasil

temuan dan relevansi penelitian dapat dilihat dari tabel penelitian terdahulu

berikut:

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

NO. Nama / Tahun Judul Temuan

1. Bayu Dwi

Prasetya, 2015.

Pelaksanaan

Pemberdayaan

Masyarakat Melalui

Budidaya Ikan Air

Tawar

a. Proses pemberdayaan yang

dilakukan meliputi:

penyadaran, pengkapasitasan

melalui transformasi

pengetahuan dan

ketrampilan, serta pendayaan.

b. Implementasi kegiatan

kelompok Mina lestari

meliputi pertemuan rutin,

arisan, simpan pinjam,

membayar wajib kas,

pembesaran ikan,

pembibitan, pemanenan,

studi banding ke kelompok

pembudidaya lain, gotong

royong/kerja bakti, ronda,

pembagian kerja dan

administrasi kerja.

c. Faktor pendorong: anggota

memiliki kemauan untuk

maju, memiliki semangat

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

29

untuk mencapai keberhasilan,

bersedia terlibat langsung

dalam pelaksanaan kegiatan

dan bekerjasama dengan

anggota lain, ketersediaan

lahan luas dan mudah

pengairan sebagai penunjang

budidaya ikan air tawar

2. Aprilia

Veriningtyas,

2014.

Pemberdayaan

Perempuan Melalui

Kelompok

Pembudidaya Ikan

(POKDAKAN)

MinaSari di Dusun

Beji, Sumberagung,

Jetis, Bantul

Proses pemberdayaan yang

dilakukan Pokdakan Minasari:

a. Mengembangkan potensi

perempuan ibu rumah

tangga.

b. Mengembangkan program

kegiatan.

c. Melakukan pertemuan

rutin.

d. Mengadakan pelatihan.

3. Linda

Rachmawati,

2016

Pemberdayaan

Ekonomi

Masyarakat oleh

Kelompok

Pembudidaya Ikan

Mina Soka di Dusun

Kadisoka,

Purwomartani,

Kalasan, Sleman

Strategi pemberdayaan yang

dilakukan meliputi:

a. Meningkatkan solidaritas

kelompok sehingga dapat

memanfaatkan persawahan

yang tidak produktif untuk

dijadikan kolam.

b. Memperkuat potensi

pembudidaya ikan untuk

berwirausaha.

c. Mengembangkan ekonomi

para anggota tanpa adanya

persaingan karena memiliki

strategi sendiri.

d. Mengadakan pelatihan

berupa pembibitan,

produksi, SDM, dan

pemasaran.

e. Pendampingan dari

pemerintah daerah dalam

bentuk pemantauan

perkembangan usaha.

f. Permodalan dari dalam dan

permodalan dari luar

berupa hibah dan pinjaman

luar melalui kerjasama.

g. Jaringan bisnis dengan PT

Aquafarm.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

30

4. Rizal Latief, 2017 Pemberdayaan

Masyarakat Melalui

Kelompok Budidaya

Ikan Mina Persada

(KBI-MP) di Dusun

Pacar Desa

Timbulharjo

Kecamatan Sewon

Kabupaten Bantul

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa:

a. Proses pemberdayaan yang

dilakukan didalam

Kelompok Budidaya Ikan

Mina Persada meliputi:

penyadaran,

pengkapasitasan, serta

pendayaan.

b. Dampak dari segi ekonomi

bagi anggota dan pengurus

kelompok, menambah

pendapatan dan membantu

ekonomi keluarga,

membuka motivasi usaha

dan membuka lapangan

pekerjaan baru.

5. Roseline E. Tawo,

The International

Journal of

Interdisciplinary

Social Sciences,

2008.

Partisipasi Gender

dan

Kewarganegaraan

dalam Program

Pemberdayaan di

Pertanian untuk

Pengentasan

Kemiskinan di

Negara Bagian

Lintas Sungai

(Gender and

Citizenship

Participation in

Empowerment

Programmes in

Agriculture for

Poverty Alleviation

in Cross River

State).

Hasil penelitian antara lain:

a. Bahwa umumnya perempuan

tidak benar-benar terlibat

dalam program

pemberdayaan berbasis

pertanian karena peran

gender.

b. Pendidikan perempuan

dilihat sebagai alat yang

memungkinkan untuk

partisipasi pribadi dan

profesional mereka dalam

proyek-proyek yang

berorientasi pada

pembangunan.

c. Kesadaran dan motivasi

harus diciptakan pada semua

peserta melalui pelatihan,

bantuan keuangan dan input

pertanian yang disediakan

oleh pemerintah untuk

mendukung para petani.

d. Perempuan pedesaan harus

berkecil hati terutama

digunakan sebagai makhluk

domestik, tetapi harus

didorong untuk melihat diri

mereka sebagai mitra yang

diperlukan untuk

keberhasilan skema.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

31

2.1.3 Landasan Teori

a. Teori pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered

development) dari David C. Korten

Dasar interpretasi pembangunan yang berpusat pada rakyat adalah asumsi

bahwa manusia adalah sasaran pokok dan sumber strategis. Pembangunan

meliputi usaha terencana untuk meningkatkan kemampuan dan potensi

manusia serta mengerahkan minat mereka untuk ikut serta dalam proses

pembuatan keputusan tentang berbagai hal yang memliliki dampak bagi

mereka dan mencoba mempromosikan kekuatan manusia, bukan

mengabadikan ketergantungan yang menciptakan hubungan antara birokrasi

negara dengan masyarakat. David C. Korten (dalam Aziz, 2009) memberi

makna terhadap pembangunan sebagai upaya memberikan kontribusi pada

aktualisasi potensi tertinggi kehidupan manusia. Pembangunan selayaknya

ditujukan untuk mencapai sebuah standar kehidupan ekonomi yang menjamin

pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Pembahasan mengenai berbagai paradigma yang mencari jalan kearah

pembangunan yang berkeadilan, serta ketidakpuasan terhadap pelaksanaan

teori-teori tersebut di negara-negara berkembang, Korten (1984)

memunculkan teori baru yang menyajikan potensi-potensi baru yang penting

guna memantapkan pertumbuhan dan kesejahteraan manusia, keadilan dan

keserasian itu sendiri, yang kemudian disebut sebagai teori pembangunan

yang berpusat pada rakyat (people centered development).

Konsep utama dari pembangunan yang berpusat pada rakyat cukup

sederhana. Konsep ini merupakan suatu pendekatan pembangunan yang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

32

memandang inisiatif kreatif dari rakyat sebagai sumber daya pembangunan

yang utama dan memandang kesejahteraan material dan spiritual mereka

sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh proses pembangunan. Kekurangan

pokok dari model-model pembangunan yang konvesional, baik yang sosialis

maupun kapitalis, adalah bahwa mereka menjadi begitu memusatkan perhatian

pada produksi sehingga kebutuhan sistem produksi mendapat tempat yang

lebih utama dari pada kebutuhan rakyat (Korten, 1988:261). Teori ini

menyatakan bahwa pembangunan harus berorientasi pada peningkatan kualitas

hidup manusia, bukan pada pertumbuhan ekonomi melalui pasar maupun

memperkuat negara. Maka teori ini disebut sebagai Alternative Development

Theory. Usaha pencarian alternatif harus didukung oleh usaha-usaha untuk

mengadakan reorientasi dalam lembaga-lembaga masyarakat yang mengelola

sumber daya produksi, terutama sumber daya tanah dan air dengan

mengembalikan pengawasan kepada rakyat yang menggantungkan mata

pencahariannya pada sumber daya ini.

Pembangunan yang berpusat pada rakyat menghargai dan

mempertimbangkan prakarsa dan perbedaan lokal. Karena itu ia memandang

sistem-sistem swaorganisasi yang dikembangkan di sekitar satuan-satuan

organisasi berskala manusia dan komunitas swadaya. Produksi sangat penting

bagi tujuan-tujuan kesejahteraan manusia dan perwujudan diri yang

merupakan inti dari konsep pembangunan yang berpusat pada rakyat.

Pembangunan berpusat pada rakyat menempatkan kebutuhan-kebutuhan

rakyat di bawah kebutuhan-kebutuhan sistem produksi dan berusaha secara

konsisten menempatkan kebutuhan-kebutuhan sistem produksi di bawah

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

33

kebutuhan-kebutuhan rakyat. Teknik sosial pembangunan yang berpusat pada

rakyat mengutamakan bentuk-bentuk organisasi swadaya yang menonjolkan

peranan individu dalam proses pengambilan keputusan dan menyerukan

dipakainya nilai-nilai manusiawi dalam pembuatan keputusan. Proses-proses

membangun pengetahuannya didasarkan pada konsep-konsep dan metode-

metode belajar sosial (Korten, 1988:374).

Pembangunan yang berorientasi dengan menempatkan rakyat sebagai

aktor utama, memiliki kekuatan dalam merencanakan, merumuskan dan

melaksanakan pembangunan sesuai dengan kemampuan serta potensi yang

dimilikinya dalam mewujudkan keterikatan yang tepat antara alam, aspek

sosio-ekonomis, dan kultur saat ini dan masa datang dengan pendekatan

pembangunan terpadu yang menekankan multisektoral, yang mengedepankan

partisipasi lokal dan perencanaan dari bawah. Konsep pembangunan yang

berpusat pada rakyat, menurut pemikiran Korten menekankan perkawinan

antara delivered development atau top-down dan participatory development.

Korten mencoba mengadaptasikannya terhadap masalah menumbuhkan

kemandirian masyarakat dalam pembangunan melalui serangkaian program

yang disebut perencanaan pembangunan sosial yang terpadu didaerah. Konsep

tersebut muncul dari pemikiran bahwa keterlibatan masyarakat dalam gerakan

pembangunan belum mendapat peran yang seimbang dengan potensi dan

kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian, adanya upaya penumbuhan

kemandirian dapat diartikan sebagai upaya meningkatkan kemampuan rakyat,

dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya alami untuk

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka dan Landasan Teori …eprints.umm.ac.id/41818/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 11. · royong/kerja bakti, ronda, pembagian kerja dan administrasi

34

mencapai kehidupan yang lebih baik secara mandiri (Korten dalam Jamaludin,

2016:22)

Inti pembangunan berpusat pada rakyat adalah pemberdayaan

(empowerment) yang mengarah pada kemandirian masyarakat. Dalam konteks

ini, dimensi partisipasi masyarakat sangat penting. Melalui partisipasi

kemampuan masyarakat dan perjuangan mereka untuk membangkitkan dan

menopang pertumbuhan kolektif menjadi kuat. Tetapi partisipasi ini bukan

hanya berarti keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program

pembangunan atau masyarakat hanya ditempatkan sebagai “obyek”,

melainkan harus dikuti keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan

dan proses perencanaan pembangunan, atau masyarakat ditempatkan sebagai

“subyek” utama yang harus menentukan jalannya pembangunan. Karena itu

gerakan pemberdayaan mempertimbangkan inisiatif dan perbedaan lokal.

Lebih lanjut Korten mengatakan bahwa pembangunan yang berpusat pada

manusia, sungguh-sungguh ditujukan pada memberi manfaat bagi orang, baik

dalam berbuat maupun dalam hasilnya, juga memberikan mereka kesempatan

untuk mengembangkan kepandaian yang kreatif bagi masa depannya sendiri dan

masa depan masyarakat. Model pembangunan seperti ini, akan mengurangi

ketergantungan masyarakat pada birokrasi dan lebih menjamin pertumbuhan self-

sustaining capacity masyarakat menuju sustained development (Korten, 1988).