bab ii kajian pustaka 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/bab ii .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan...

19
24 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang sudah dilakukanoleh peneliti sebelumnya yang memungkinkan memiliki sebuah keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian terdahulu juga menjadi salah satu bahan pertimbangan sehingga dapat memberi referensi dalam menulis ataupun mengkaji penelitian yang akan dilakukan. Berikut adalah penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan referensi peneliti dalam melakukan sebuah penelitian: Tabel. 1 Penelitian Terdahulu No Nama dan Judul Temuan Relevansi 1. Dety Sukmawati, 2008,”Strukt ur dan Pola Hubungan Sosial Ekonomi Juragan dengan Buruh di Kalangan Menggambarkan struktur sosial masyarakat nelayan di daerah Pantura serta jeis simbiosis yang terjalin dalam hubungan sosial ekonomi juragan dengan buruh dalam pendapatan rumah tangga nelayan buruh Persamaan: Keterkaitan penelitian ini dengan peneliti dan penulis lakukan sama- sama membahas terkait nelayan buruh mulai dari segi faktor, hubungan anatar juragan dan buruh nelayan dalam kehidupan sosial ekonomi.

Upload: others

Post on 04-Feb-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang sudah dilakukanoleh

peneliti sebelumnya yang memungkinkan memiliki sebuah keterkaitan

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian terdahulu

juga menjadi salah satu bahan pertimbangan sehingga dapat memberi

referensi dalam menulis ataupun mengkaji penelitian yang akan dilakukan.

Berikut adalah penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan referensi

peneliti dalam melakukan sebuah penelitian:

Tabel. 1 Penelitian Terdahulu

No

Nama dan

Judul

Temuan Relevansi

1. Dety

Sukmawati,

2008,”Strukt

ur dan Pola

Hubungan

Sosial

Ekonomi

Juragan

dengan Buruh

di Kalangan

Menggambarkan

struktur sosial

masyarakat nelayan di

daerah Pantura serta jeis

simbiosis yang terjalin

dalam hubungan sosial

ekonomi juragan

dengan buruh dalam

pendapatan rumah

tangga nelayan buruh

Persamaan:Keterkaitan

penelitian ini dengan peneliti

dan penulis lakukan sama-

sama membahas terkait

nelayan buruh mulai dari segi

faktor, hubungan anatar

juragan dan buruh nelayan

dalam kehidupan sosial

ekonomi.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

25

Nelayan

pantai Utara

Jawa Barat”,

Jurnal

Kependuduka

n

Padjadjaran,

Vol. 10, No.

1,

dan juragan serta factor-

faktor apa yang

mendorong para

nelayan buruh untuk

bekerja juragan buruh.

Perbedaan : penelitian yang

dilakukan oleh Dety

Sukmawati ini berfokus pada

struktur dan pola hubungan

sosial ekonomi juragan

dengan nelayan buruh di

pantai utara Jawa Barat,

sedangkan fokus yang

diambil oleh peneliti terkait

kehidupan sosial dan ekonomi

nelayan buruh di Pantai

Popoh Tulungagung.

2. Fajria Dewi,

Darmawaty,2

016,Kajian

Ketahan

Pangan

Rumah

Tangga

Neyan Buruh

Di Desa Bajo

Sangkuang

Kabupaten

Halmahera

Berdasarkan indeks

ketahanan pangan

menunjukan bahwa

sebanyak 92,78% dari

90KK rumah tangga

nelayan buruh di desa

Bajo Sangkuang

termasuk daam kategori

tidak tahan pangan.

Sebab dipengaruhi oleh

banyak faktor dan

variansi antar individu

Persamaan: Keterkaitan

penelitian ini dengan peneliti

dan penulis lakukan sama-

sama membahas tentang

nelayan buruh.

Perbedaan: Pada penelitian

Fajria Dewi D terfokus pada

bagaimana kondisi ketahanan

pangan rumah tangga nelayan

buruh di Desa Bajo

Sangkuang. Sedangkan

peneliti sendiri terfokus pada

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

26

Selatan,

Jurnal Sosek

KP Vol 11.

No.1.

maupun rumah tangga.

Salah satu kelompok

masyarakat di perkotaan

yang masih tergolong

rawan pangan adalah

nelayan. khususnya

pada masyarakat

bermata pencarian

buruh pada bagang

perahu.

kehidupan sosial ekonomi

nelayan buruh saja di Pantai

Popoh Tulungagung.

3. Sunima Gulo,

Dkk, 2018,

Relasi Sosial

Nelayan

Pemilik

Modal Dan

Nelayan

Buruh Pada

Kehidupan

Nelayan Di

Kelurahan

Buluri Kota

Palu, Jurnal

Adanya relasi sosial

yang terjalin antara

nelayan pemilik modal

dengan nelayan buruh

dalam kehidupan

nelayan di Kelurahan

Buluri. Sehingga

menimbulkan hubungan

kerja yang saling

menguntungkan dan

saling membutuhkan

antara juragan terhadap

buruh dan sebaliknya.

Persamaan: Keterkaitan

penelitian ini dengan peneliti

dan penulis lakukan sama-

sama membahas tentang

nelayan buruh.

Perbedaan: Pada penelitian

Sunima Gulo, Dkk terfokus

pada hubungan relasi sosial

antara nelayan pemilik modal

dengan nelayan buruh pada

kehidupan nelayan di

kelurahan Buluri Kota Palu,

sedangkan peneliti terfokus

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

27

Kolaboratif

Sains ISSN:

2623-2022.

Disisi lain nelayan

pemilik modal

memperkejakan nelayan

buruh dalam membantu

menangkap ikan dilaut

akan diberikan upah

sesui dengan hasil

tangkapannya. Selain

itu juga terdapat faktor

pendorong dan penarik

sebagai nelayan buruh

di Kelurahan Buluri.

pada nelayan buruh dalam

menjalani kehidupan sosial

ekonomi di Tulungagung.

4. Kristianti,Dk

k,2014,

Strategi

Bertahan

Hidup

Nelayan

Buruh Di

Desa

Meskom

Kecamatan

Bengkalis

Untuk

mempertahanakan

hidup nelayan buruh di

Desa Meskom memiliki

strategi sosial dan

ekonomi dalam segi

strategi sosial mereka

melakukan hubungan

patro klien dan

melakukan arisan.

Sedangkan dari startegi

Persamaan:Keterkaitan

penelitian ini dengan peneliti

dan penulis lakukan sama-

sama membahas tentang

nelayan buruh.

Perbedaan: Pada penelitian

Kristianti,Dkk terfokus pada

startegi bertahan hidup

nelayan buruh di Desa

Meskom Kecamatan

Bengkalis Kabupaten

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

28

Kabupaten

Bengkalis

Provinsi

Riau, Jurnal

Berkala

Perikanan

Terubuk,

Vol.42.No.1

ekonomi melakukan

diversifikasi pekerjaan

sebagai buruh tani dan

buruh pasar untuk

menekan pengeluaran

dan hutang piutang.

Atau mengembangkan

keahlian mereka dengan

mencari pekerjaan lain,

agar dapat memperbaiki

kehidupan mereka. Dan

masyarakat setempat

masih tetap

mempertahankan

pekerjaanya sebagai

nelayan buruh.

Bengkalis Provinsi Riau.

Sedangakan focus peneliti

sendiri terfokus pada nalayan

buruh dalam menjalankan

kehidupan sosial dan

ekonominya di Pantai Popoh

Tulungagung.

5. Nur

Wasilah,2013

, Strategi

Hidup

Masyarakat

Nelayan

Dalam

Memenuhi

Strategi hidup yang

dijalininelayan buruh di

Kampung Pesisir Desa

Kilensari Kecamatan

Panarukan Kabupaten

Situbondo merupakan

sebagai upaya dalam

memenuhi kehidupan

Persamaan:Keterkaitan

penelitian ini dengan peneliti

dan penulis lakukan sama-

sama membahas tentang

nelayan buruh.

Perbedaan: Pada penelitian

Nur Wasilah terfokus pada

bagaimana startegi bertahan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

29

Kebutuhan

Keluarga

(Studi

Deskriptif

pada buruh

nelayan di

Kampung

Pesisir Desa

Kilensari

Kecamatan

Panarukan

Kabupaten

Situbondo,

Skripsi,

Jurusan Ilmu

Kesejahteraa

n Sosial

Fakultas Ilmu

Sosial dan

Ilmu Politik

Universitas

Jember.

keluarga. Dengan cara

melakukan pemanfaatan

sumber daya alam yang

ada di Pantai Kilensari.

Tetapi dengan keadaan

sumber daya yang

melimpah nelayan

buruh belum bisa

memanfaatakan hasil

tersebut. Karena

kendala modal dan

memiliki rendahnya

tingkat pendididan di

kalangan nelayan buruh.

Sehingga nelayan buruh

harus melakukan

strategi untuk bertahan

hidup dengan cara ikut

peran serta anggota (istri

dan anak) nelayan,

diversifikasi usaha,

pe,anfaatan organi

produktif, pemanfaatan

jaringan sosial dan

hidup nelayan buruh dalam

keadaan serab yang

kekurangan. Sedangkan

peneliti terfokus pada

kehidupan sosial ekonomi

nelayan buruh di Pantai

Popoh Tulungagung.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

30

migrasi (nompo lako) ke

daerah pantai lainnya.

Penerapan tersebut

merupakan strategi

mereka untuk

membantu parra

nelayan buruh

menghadapi kesulitan

ekonomi di tengah

keadaan yang serba

kekurangan.

2.2 Tinjauan Pustaka

1. Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial merupakan pengalamanan sosial atau pengalaman

sehari-hari dari kesadaran kita yang sedang berinteraksi dengan orang lain

(Bachtiar, 2013: 115). Hal sama mengenai kehidupan sosial merupakan

kehidupan yang didalamnya terdapat unsu-unsur kemasyarakatan.

Kehidupan bisa disebut sebagai kehidupan sosial jika didalamnya ada

interaksi antara individu satu dengan lainnya, dan terjadi komunikasi yang

kemudian berkembang menjadi saling membutukan satu sama lainnya.

Realitas kehidupan sosial dilapangan sangat erat dengan bangaimana

bentuk kehidupan itu berjalan di dalam masyarakt (Darman, 2015:46).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

31

Kehidupan sosial selalu melakukan hubungan sosial dengan individu

lain atau kelompok-kelompok tertentu. Sehingga hubungan sosial yang

terjadi antar individu atau kelompok-kelompok tersebut juga terkenal

dengan istilah interaksi sosial. Interaksi inimembentuk sebuah pola

hubungan yang saling mempengaruhi suatu sistem sosial yang ada didalam

masyarakat. Keadaan inilah yang dinamakan proses sosial. Proses sosial

sendiri yang terjadi didalam masyarakat tidak sepenuhnya berjalan dengan

lancer karena masyarakat pendukungnya memiliki beraneka ragam

karakteristik sendiri.hubungan sosial ini juga merupakan wujud dari

proses-proses sosial yang ada didalam masyarakat. Hubungan sosial ini

nampak nyata didalam struktur sosial di dalam masyarakat yang majemuk,

seperti Indonesia.Hal ini terlihat dari gejala sosial didalam kehidupan

sosial masyarakat.

Sehingga menibulkan keragaman hubungan sosial yang merupakan

suatu pergaulan hidup manusia dari segi tipe kelompok yang terbentuk

melalui interaksi sosial berbeda didalam kehidupan masyarakat.

Keragaman hubungan sosial tersebut dapat terwujud, antara lain ada:

1. Mematuhi sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat

dimana kita hidup

2. Beradaptasi (menyesuaikan diri) dalam perkataan dan tindakan

kita dengan nilai dan norma yang berlaku

3. Mengikuti aturan yang berlaku agar terjadi keselarasan sosial

didalam keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

32

4. Saling menghargai antara sesama teman merupakan tindakan

yang dapat mencegah kita dari pertentangan, terutama di tengah

keragaman hubungan sosial dalam masyarakat kita yang

majemuk

5. Berusaha untuk mengerti dan memahami perbedaan-perbedaan

yang ada dalam masyarakat untuk menghindari terjadinya

pertentangan yang tidak mendatangkan manfaat apapun juga

dalam praktek kehidupan sehari-hari, masih banyak sikap-sikap

lain yang dapat dikembangkan untuk menghadapi keragaman

hubungan sosial yang ada. Agar bisa menjadi seseorang yang bisa

menghargai perbedaan, maka peserta didik dapat diajak belajar

dari sekarang untuk menerapkan sikap-sikap tersebut

(Handy, 2018:41).

2. Kehidupan Ekonomi

Koentjaraningrat (2009:284) menjelaskan bahwa kehidupan

ekonomi sebagai berikut:

“Konsep ekonomi adalah suatu usaha dalam pembuatan

keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan

pengalokasian sumberdaya masyarakat (rumah tangga

dan pebisnis atau perusahaan) yang terbatas dengan

mempertimbankan kemampuas, usaha, dan keinginan

masing-masing melalui suatu pembuatan kebijakan dalam

pelaksanaanya. Maka kegiatan ekonomi merupakan gejala

bagaimana cara individu atau masyarakat untuk

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

33

memperoleh dan memenuhi kebutuahan hidup mereka

terhadap barang atau jasa. Dari segi kehidupan ekonomi

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengn aspek

produksi dan relasi budaya dengan perilaku ekonomi

masyarakat itu sendiri. Tidak luput dengan permasalahan

mengenai pemasaran atau distribusi. Kehidupan ekonomi

biasanya menyangkut pengalaman tentang adanya hal-hal

yang ada hubunganya dengan cara pengawetan ikan,

pendapatan nelayan, hasil tangkap ikan dan organisasi

penjualan serta pendistribusian kepada tengkulak serta ke

pasar-pasar ikan.

Dari segi pengertian sosiologi ekonomi merupakan sebuah kajian

yang mempelajari hubungan dengan masyarakt, yang didalamnya terjadi

interaksi sosial dengan ekonomi. Lebih jauhnya sebagai berikut konsepnya

yaitu:

1. Konsep Aktor

Aktor ekonomi ini adalah individu. Bahwa individu merupakan

makhluk yang rasional, senantiasa menghitung dan membuat

pilihan yang dapat mengurangi beban penderitaan atau menekan

biaya. Individu ini berkaitan dengan aktivitasnya didalam

masyarakat yang berhubungan dengan kegiatan produksi,

distribusi, pertukaran dan konsumsi barang maupun jasa. Aktivitas

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

34

aktor tersebut menimbulkan adanya hubungan interaksi didalam

masyarakat.

2. Konsep Tindakan Ekonomi

Di dalam ekonomi, actor diasumsikan sebagai seperangkat pilihan

dan referensi yang telah tersedia dan stabil. Sehingga menimbulkan

tindakan yang dilakukan olek aktor tersebut. Tindikan ini bertujuan

untuk memaksimalkan pemanfaatan (Individu) dan keuntungan

(perusahaan). Sedangkan sosiologi melihat bebrapa tindakan. Hal

ini dikemukakan oleh Weber, bahwa tindakan tersebut terbagi

menjadi 3 yaitu:

1. Tindakan Ekonomi Rasional

Tindakan yang dilakukan individu dengan mempertimbangkan

alat yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ada.

2. Tindakan Ekonomi Tradisional

Tindakan ekonomi ini bersumber dari tradisi atau konvensi.

3. Tindakan Ekonomi Spekulatif – Irrasional

Merupakan tindakan yang berorientasi ekonomi yang tidak

mempertimbangkan instrument yang ada dengan tujaun yang

hendak dicapai.

3. Hambatan dan Tindakan Ekonomi

Tindakan ekonomi dibatasi oleh selera dan kelangkaan

sumberdaya, termasuk teknologi. Dalam pandangan sosiologi

tidak hanya melihat dan memperhatikan pengaruh kelangkaan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

35

sumberdaya namun juga dari aktor-aktor lain yang akan

memperlancar, menghambat, dan membatasi tindakan ekonomi

dalam pasar. Tindakan ekonomi dapat berlangsung dengan

adanya keterlibatan kerja sama, kepercayaan dan jaringan.

4. Hubungan Masyarakat Dengan Ekonomi

Pusat perhatian dari kajian ekonom adalah pertukaran ekonomi,

pasar, dan ekonomi. Sedangkan masyarakat dianggat sebagai

sesuatu yang luar, dia dipandang sebagai sesuatu yang telah ada

(given). Sedangkan sosiologi memandang ekonomi sebagai

bagian integral dari masyarakat (Koentjaraningrat, 2009:35-46).

3. Nelayan

Nelayan merupakan suatu profesi yang dilakukan seseorang untuk

menangkap ikan di laut. Biasanya profesi ini dijalankan oleh sesorang yang

bertempat tinggal di suatu desa pesisir pantai. Pada dasarnya,

penggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang

yaitu:

1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat produksi atau peralatan

tangkap (perahu, jarring, dan peralatan lainnya). Disini terdapat

struktur masyarakat nelayan menjadi dua yaitu nelayan pemilik

(pemilik alat-alat produksi) dan nelayan buruh. Nelayan buruh ini

tidak memiliki alat-alat produksi. Dalam kegiatan produksi pada

setiap unit perahu, nelayan buruh hanya bisa menyumbangkan jasa

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

36

tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang terbatas. Nelayan buruh

ini sangan identik dengan buruh tani didunia masyarakat pertanian.

2. Kedua, dari segi tingkat skala invstasi modal usahanya. Dalam

kehidupan nelayan terdapat struktur masyarakat nelayan yang terbagi

dalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil. Disebut dengan

nelayan besar karena jumlah modal yang diinvestasikan dalam usaha

perilakan relatif banyak, sedangkan pada nelayan kecil hanya relatif

sedikit dana yang diinvestasikan.

3. Ketiga, dari segi teknologi peralatan tangkap yang digunakan nelayan.

Didalam masyarakat nelayam terdapat beberapa 2 kategori yaitu

nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan modern lebih

menggunakan teknologi penangkapan yang canggih dibandingan

dengan nelayan tradisional. Jumlah nelayan modern ini relative kecil

dibandingkan dengan nelayan tradisional. Sehingga hal ini

menyebabkan perbedaan-perbedaan yang membawa implikasi pada

tingkat pendapatan dan kemampuan atau kesejahteraan sosial-

ekonomi (Kusnadi, 2002:3).

4. Nelayan Buruh

Nelayan buruh nelayan yang tidak memiliki alat-alat produksi dan

dalam kegiatan produksi sebuah unit perahu, nelayan buruh hanya

menyumbangkan jasa tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang sangat

terbatas.Bahkan jika dibandingkan dengan masyarakat pertanian, nelayan

(khususnya nelayan buruh dan nelayan kecil atau nelayan tradisional)

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

37

dapat digolongkan sebagai lapisan sosial paling miskin (Kusnadi, 2002:2-

25).

Hal tersebut bisa dilihat dari hubungan kerja, sistem bagi hasil dan

kesejahteraan nelayan antara nelayan buruh dengan nelayan pemilik

sebagai berikut:

1. Dari segi hubungan kerja

Dari hubungan kerja terdapat indikator-indikator sebagai berikut:

1) Kontrak kerja

Merupakan hubungan antara seorang majikan dengan buruh

berdasarkan perjanjian kerja, yang didalamnya terdapat unsur-

unsur seperti jenis pekerjaan, besaran upah, dan aturan kerja

(Abdul, 2008:129).

Jadi yang akan dijelaskan oleh peneliti adalah ikatan

kontrak kerja antara nelayan pemilik dengan nelayan buruh pada

saat bekerja nantinya.

2) Mekanisme pembagian kerja

Cara pelaksana tugas kerja atau kewajiban seorang pekerja yang

didasarkan pada kedudukannya. Pembagian kerja ini

dilakukannya agar mempermudah dalam menyelesaikan sebuah

pekerjaan nantinya (Yulia, 2008:23).

3) Waktu kerja

Merupakan watu yang digunakan untuk melaksanakan tugas

dalam pekerjaan. Nelayan akan memerlukan waktu yang lama

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

38

untuk memastikan hasil penangkapan ikannya. Hal ini dimulai

dari pagi hari menjelang siang hari.

2. Sistem bagi hasil

Bahwa sistem bagi hasil nelayan adalah istilah untuk menyebut cara

pembagian hasil tangkapan dari laut diantara pemilik alat tangkap

dengan awak kapal, termasuk kelompok pandega (Wulandari,

2007:24).

Sehingga dalampenelitian ini, akan menjelaskan pola

pembagian hasil yang diperoleh nelayan buruh dalam sekali

menjaring yang kemudian akan disetor kepada para pemilik alat.

3. Kesejahteraan nelayan

Kesejahteraan nelayan disini dapat dilihat dari kondisi perekonomian

nelayan buruh dan gambaran secara fisik dalam kehidupan sehari-hari

nelayan.

2.3 Landasan Teori

1. Teori Fenomenologi Alfred Schutz

1) Riwayat Hidup Alfred Schutz

Menggunakan teori fenomenologi Alferd Schutz. Schutz adalah

seorang ahli pengacara, ahli ekonomi, orang bisnis. dan juga filsuf.

Beliau dilahirkan di Wina pada tahun 1900-an. Secara intelektual

Schutz tertarik pada pemikiran Weber dan sembari berupaya

menjernihkan dan mengembangkan filsafat fenomenologi dari Emuund

Husserl. Schutz juga mengkaji ilmu-ilmu sosial di Universitas Wina

pada abad ke-20an. Karya yang dihasilkan oleh Schutz tertuang pada

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

39

buku yang berjudul “The Phenomenology of the Social” Word pada

tahun 1967. Schutz ini merupakan aliran pemikiran fenomenologi dan

salah satu tokoh dari sosiologi yang terpengaruh oleh gagasan Edmund

Husserl, filsuf Jerman (Sobur, 2014:49-52).

Bahwa teori fenomenologi ini dipusatkan pada aspek terhadap

satu aspek dunia sosial yang disebut dengan kehidupan dunia (life-

world) atau dunia kehidupan sehari-hari. Inilah yang juga disebut

sebagai dunia intersubjektif. Didalam dunia tersebut, orang

menjiptakan sebuah realitas sosial dan dipaksa oleh kehidupan sosial

yang telah ada dan oleh struktur kultural ciptaan nenek moyang mereka.

Disini Schutz membedakan dunia kehidupan antara hubungan tatap

muka yang akrab (hubungan kita) dan hubungan impersonal dan

renggang (hubungan mereka).

Bagi Schutz, intersubjektivitas ini merupakan dunia nyata dan

tidak memerlukan eksplikasi fundamental. Dunia nyata tersebut

membawa kita hidup didalam dunia yang sudah terbentuk sebagai

komunitas, didalam dunia tersebut juga terdapat ilmu-ilmu sosial

konkret yang berhadapan langsung dengan ranah duniawi yang telah

terkurung oleh fenomenologi trasendental itu (Sobur, 2014:57-59)

2) Tentang Fenomenologi

Kata Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani “Phainomenon”,

yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihat sebab bercaya. Sedangkam

dalam bahasa Indonesia fenomenologi disebut “fenomea”. Dan dalam

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

40

segi bahasa inggris (phenomenon; jamak phenomena) dan logis (akal

budi). Jadi fenomenologi merupakan ilmu tentang penampakan,

penampakan ini yaitu penampakan tentang apa yang menampakan diri

ke pengalaman subyek. Secara istilah fenomenologi sendiri merujuk

pada teori yang mengatakan bahwa pengetahuan itu terbatas pada

sebuah fenomena fisik dan fenomena mental. Fenomena fisik ini

merupakan objek dari persepsi, sedangkan fenomena mental

merupakan objek introspeksi (Farid, 2018:23-25).

Fenomenologi merupakan filsafat tentang fenomena atau sebuah

peristiwa pengalaman keseharian, kecemasan, duka, kegembiraan yang

menggumuli kesehari-harian setiap individu. Dalam epistemologi,

makna subjektif-objektif tidak mengatakan kewibawaan posisi

pemahaman, pun tidak mengatakan bermutu tidaknya sebuah

pemaknaan, apa atau rivalitas etis baik buruknya sebuah pengetuan.

Dalam subjektivitas didialogkan sebuah keterlibatan, komitmen, dan

intensitas. Sementara dalam objektivitas diartikulasikan dalam relasi

ide dengan subjek yang mengalami. Jadi fenomenologi itu melihat,

merekam dan mengkontruk realitas dengan menepis semua asumsi

yang mengontainasi pengalaman konkret manusia (sujek). Sebab itu

fenomenologi dikatakan sebagai cara berfikir yang radikal yang

menekankan pada upaya menggapai “esensi”, yang lepas dari segala

presuposisi dengan cara “kembali kepada halnya sendiri” (Farid,

2018:23-25).

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

41

3) Teori Fenomenologi Alfred Schutz

Fenomenologi merupakan model teori sosiologi yang miliki

pengaruh yang sangat luas. Dalam sosiologi kontemporer, teori

fenomenologi ini mempunyai pengaruhnya yang terletak dari

meningkatnya humnisasi, baik dalam kerangka teori, metodologi riset,

serta prosedur penilaian, dan model-model intruksional dalam

pendidikan. Pemikiran fenomenologi juga mempunyai pengaruh

terhadap teori postmodern, poststrukturalisme, situasinalisme, dan

revleksivitas, yang menjadi sebuah core fenomenologi juga dikenal

dalam teori-teori diatas, khususnya teori fenomenologi Alfred Schutz

(Prastowo, 2011:158).

Bahwa Schutz mengemukakan fenomenologi mempunyai fungsi

utamnya untuk merekontruksi kehidupan yang sebenarnya dan sesuai

dengan dialami oleh manusia itu sendiri. Hal inilah yang dinamakan

intersubjektif, bahwa masyarakat mempunyai pandanagan dasar yang

sama mengenai dunia yang diinteralisasikan melalui sosialisasi.

Intersubjektif tidak dimiliki oleh individu yang privat ataupun personal,

artinya intersubjektif itu merupakan nilai bersama atau common and

shared diantara para individu didalam suatu komunitas (Kuswarno,

2009:110).

Selanjutnya teori ini berbunyi bahwa dunia sosial harus dilihat

secara historis. Dimana tindkan individu memiliki motif kemasa depan

(futurity) dan ke masa lalu (patness). Tindakan sosial individu ini

menggambarkan sebagai sesuatu yang kompleks. Tindakan yang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/BAB II .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang yaitu: 1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat

42

mempunyai elemen masa depan dan masa lampu tersebut disebut

sebagai proyek. Sehingga untuk menjabarkan fase tersebut maka dibagi

menjadi dua fase yaitu, fase in-order-to motive (Um-zu-Motiv) sebagai

fase yang akan datang dan fase because-motive (Weil-Motiv) yang

merujuk pada masa lalu (Kuswarno, 2009:111).

Alasan peneliti memilih teori fenomenologi Alfred Schutz

karena, teori ini sangat cocok jika dikorelasikan dengan judul penelitian

dan focus penelitian yaitu nelayan buruh Pantai Popoh. Dengan adanya

teori ini makan akan mmpermudah sipeneliti mengambarkan realitas

sebenarnya yang dialami oleh nelayan buruh Pantai Popoh.