bab ii kajian pustaka 2.1.eprints.umm.ac.id/55248/3/bab ii .pdfpenggolongan sosial didalam nelayan...
TRANSCRIPT
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang sudah dilakukanoleh
peneliti sebelumnya yang memungkinkan memiliki sebuah keterkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian terdahulu
juga menjadi salah satu bahan pertimbangan sehingga dapat memberi
referensi dalam menulis ataupun mengkaji penelitian yang akan dilakukan.
Berikut adalah penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan referensi
peneliti dalam melakukan sebuah penelitian:
Tabel. 1 Penelitian Terdahulu
No
Nama dan
Judul
Temuan Relevansi
1. Dety
Sukmawati,
2008,”Strukt
ur dan Pola
Hubungan
Sosial
Ekonomi
Juragan
dengan Buruh
di Kalangan
Menggambarkan
struktur sosial
masyarakat nelayan di
daerah Pantura serta jeis
simbiosis yang terjalin
dalam hubungan sosial
ekonomi juragan
dengan buruh dalam
pendapatan rumah
tangga nelayan buruh
Persamaan:Keterkaitan
penelitian ini dengan peneliti
dan penulis lakukan sama-
sama membahas terkait
nelayan buruh mulai dari segi
faktor, hubungan anatar
juragan dan buruh nelayan
dalam kehidupan sosial
ekonomi.
25
Nelayan
pantai Utara
Jawa Barat”,
Jurnal
Kependuduka
n
Padjadjaran,
Vol. 10, No.
1,
dan juragan serta factor-
faktor apa yang
mendorong para
nelayan buruh untuk
bekerja juragan buruh.
Perbedaan : penelitian yang
dilakukan oleh Dety
Sukmawati ini berfokus pada
struktur dan pola hubungan
sosial ekonomi juragan
dengan nelayan buruh di
pantai utara Jawa Barat,
sedangkan fokus yang
diambil oleh peneliti terkait
kehidupan sosial dan ekonomi
nelayan buruh di Pantai
Popoh Tulungagung.
2. Fajria Dewi,
Darmawaty,2
016,Kajian
Ketahan
Pangan
Rumah
Tangga
Neyan Buruh
Di Desa Bajo
Sangkuang
Kabupaten
Halmahera
Berdasarkan indeks
ketahanan pangan
menunjukan bahwa
sebanyak 92,78% dari
90KK rumah tangga
nelayan buruh di desa
Bajo Sangkuang
termasuk daam kategori
tidak tahan pangan.
Sebab dipengaruhi oleh
banyak faktor dan
variansi antar individu
Persamaan: Keterkaitan
penelitian ini dengan peneliti
dan penulis lakukan sama-
sama membahas tentang
nelayan buruh.
Perbedaan: Pada penelitian
Fajria Dewi D terfokus pada
bagaimana kondisi ketahanan
pangan rumah tangga nelayan
buruh di Desa Bajo
Sangkuang. Sedangkan
peneliti sendiri terfokus pada
26
Selatan,
Jurnal Sosek
KP Vol 11.
No.1.
maupun rumah tangga.
Salah satu kelompok
masyarakat di perkotaan
yang masih tergolong
rawan pangan adalah
nelayan. khususnya
pada masyarakat
bermata pencarian
buruh pada bagang
perahu.
kehidupan sosial ekonomi
nelayan buruh saja di Pantai
Popoh Tulungagung.
3. Sunima Gulo,
Dkk, 2018,
Relasi Sosial
Nelayan
Pemilik
Modal Dan
Nelayan
Buruh Pada
Kehidupan
Nelayan Di
Kelurahan
Buluri Kota
Palu, Jurnal
Adanya relasi sosial
yang terjalin antara
nelayan pemilik modal
dengan nelayan buruh
dalam kehidupan
nelayan di Kelurahan
Buluri. Sehingga
menimbulkan hubungan
kerja yang saling
menguntungkan dan
saling membutuhkan
antara juragan terhadap
buruh dan sebaliknya.
Persamaan: Keterkaitan
penelitian ini dengan peneliti
dan penulis lakukan sama-
sama membahas tentang
nelayan buruh.
Perbedaan: Pada penelitian
Sunima Gulo, Dkk terfokus
pada hubungan relasi sosial
antara nelayan pemilik modal
dengan nelayan buruh pada
kehidupan nelayan di
kelurahan Buluri Kota Palu,
sedangkan peneliti terfokus
27
Kolaboratif
Sains ISSN:
2623-2022.
Disisi lain nelayan
pemilik modal
memperkejakan nelayan
buruh dalam membantu
menangkap ikan dilaut
akan diberikan upah
sesui dengan hasil
tangkapannya. Selain
itu juga terdapat faktor
pendorong dan penarik
sebagai nelayan buruh
di Kelurahan Buluri.
pada nelayan buruh dalam
menjalani kehidupan sosial
ekonomi di Tulungagung.
4. Kristianti,Dk
k,2014,
Strategi
Bertahan
Hidup
Nelayan
Buruh Di
Desa
Meskom
Kecamatan
Bengkalis
Untuk
mempertahanakan
hidup nelayan buruh di
Desa Meskom memiliki
strategi sosial dan
ekonomi dalam segi
strategi sosial mereka
melakukan hubungan
patro klien dan
melakukan arisan.
Sedangkan dari startegi
Persamaan:Keterkaitan
penelitian ini dengan peneliti
dan penulis lakukan sama-
sama membahas tentang
nelayan buruh.
Perbedaan: Pada penelitian
Kristianti,Dkk terfokus pada
startegi bertahan hidup
nelayan buruh di Desa
Meskom Kecamatan
Bengkalis Kabupaten
28
Kabupaten
Bengkalis
Provinsi
Riau, Jurnal
Berkala
Perikanan
Terubuk,
Vol.42.No.1
ekonomi melakukan
diversifikasi pekerjaan
sebagai buruh tani dan
buruh pasar untuk
menekan pengeluaran
dan hutang piutang.
Atau mengembangkan
keahlian mereka dengan
mencari pekerjaan lain,
agar dapat memperbaiki
kehidupan mereka. Dan
masyarakat setempat
masih tetap
mempertahankan
pekerjaanya sebagai
nelayan buruh.
Bengkalis Provinsi Riau.
Sedangakan focus peneliti
sendiri terfokus pada nalayan
buruh dalam menjalankan
kehidupan sosial dan
ekonominya di Pantai Popoh
Tulungagung.
5. Nur
Wasilah,2013
, Strategi
Hidup
Masyarakat
Nelayan
Dalam
Memenuhi
Strategi hidup yang
dijalininelayan buruh di
Kampung Pesisir Desa
Kilensari Kecamatan
Panarukan Kabupaten
Situbondo merupakan
sebagai upaya dalam
memenuhi kehidupan
Persamaan:Keterkaitan
penelitian ini dengan peneliti
dan penulis lakukan sama-
sama membahas tentang
nelayan buruh.
Perbedaan: Pada penelitian
Nur Wasilah terfokus pada
bagaimana startegi bertahan
29
Kebutuhan
Keluarga
(Studi
Deskriptif
pada buruh
nelayan di
Kampung
Pesisir Desa
Kilensari
Kecamatan
Panarukan
Kabupaten
Situbondo,
Skripsi,
Jurusan Ilmu
Kesejahteraa
n Sosial
Fakultas Ilmu
Sosial dan
Ilmu Politik
Universitas
Jember.
keluarga. Dengan cara
melakukan pemanfaatan
sumber daya alam yang
ada di Pantai Kilensari.
Tetapi dengan keadaan
sumber daya yang
melimpah nelayan
buruh belum bisa
memanfaatakan hasil
tersebut. Karena
kendala modal dan
memiliki rendahnya
tingkat pendididan di
kalangan nelayan buruh.
Sehingga nelayan buruh
harus melakukan
strategi untuk bertahan
hidup dengan cara ikut
peran serta anggota (istri
dan anak) nelayan,
diversifikasi usaha,
pe,anfaatan organi
produktif, pemanfaatan
jaringan sosial dan
hidup nelayan buruh dalam
keadaan serab yang
kekurangan. Sedangkan
peneliti terfokus pada
kehidupan sosial ekonomi
nelayan buruh di Pantai
Popoh Tulungagung.
30
migrasi (nompo lako) ke
daerah pantai lainnya.
Penerapan tersebut
merupakan strategi
mereka untuk
membantu parra
nelayan buruh
menghadapi kesulitan
ekonomi di tengah
keadaan yang serba
kekurangan.
2.2 Tinjauan Pustaka
1. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial merupakan pengalamanan sosial atau pengalaman
sehari-hari dari kesadaran kita yang sedang berinteraksi dengan orang lain
(Bachtiar, 2013: 115). Hal sama mengenai kehidupan sosial merupakan
kehidupan yang didalamnya terdapat unsu-unsur kemasyarakatan.
Kehidupan bisa disebut sebagai kehidupan sosial jika didalamnya ada
interaksi antara individu satu dengan lainnya, dan terjadi komunikasi yang
kemudian berkembang menjadi saling membutukan satu sama lainnya.
Realitas kehidupan sosial dilapangan sangat erat dengan bangaimana
bentuk kehidupan itu berjalan di dalam masyarakt (Darman, 2015:46).
31
Kehidupan sosial selalu melakukan hubungan sosial dengan individu
lain atau kelompok-kelompok tertentu. Sehingga hubungan sosial yang
terjadi antar individu atau kelompok-kelompok tersebut juga terkenal
dengan istilah interaksi sosial. Interaksi inimembentuk sebuah pola
hubungan yang saling mempengaruhi suatu sistem sosial yang ada didalam
masyarakat. Keadaan inilah yang dinamakan proses sosial. Proses sosial
sendiri yang terjadi didalam masyarakat tidak sepenuhnya berjalan dengan
lancer karena masyarakat pendukungnya memiliki beraneka ragam
karakteristik sendiri.hubungan sosial ini juga merupakan wujud dari
proses-proses sosial yang ada didalam masyarakat. Hubungan sosial ini
nampak nyata didalam struktur sosial di dalam masyarakat yang majemuk,
seperti Indonesia.Hal ini terlihat dari gejala sosial didalam kehidupan
sosial masyarakat.
Sehingga menibulkan keragaman hubungan sosial yang merupakan
suatu pergaulan hidup manusia dari segi tipe kelompok yang terbentuk
melalui interaksi sosial berbeda didalam kehidupan masyarakat.
Keragaman hubungan sosial tersebut dapat terwujud, antara lain ada:
1. Mematuhi sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
dimana kita hidup
2. Beradaptasi (menyesuaikan diri) dalam perkataan dan tindakan
kita dengan nilai dan norma yang berlaku
3. Mengikuti aturan yang berlaku agar terjadi keselarasan sosial
didalam keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
32
4. Saling menghargai antara sesama teman merupakan tindakan
yang dapat mencegah kita dari pertentangan, terutama di tengah
keragaman hubungan sosial dalam masyarakat kita yang
majemuk
5. Berusaha untuk mengerti dan memahami perbedaan-perbedaan
yang ada dalam masyarakat untuk menghindari terjadinya
pertentangan yang tidak mendatangkan manfaat apapun juga
dalam praktek kehidupan sehari-hari, masih banyak sikap-sikap
lain yang dapat dikembangkan untuk menghadapi keragaman
hubungan sosial yang ada. Agar bisa menjadi seseorang yang bisa
menghargai perbedaan, maka peserta didik dapat diajak belajar
dari sekarang untuk menerapkan sikap-sikap tersebut
(Handy, 2018:41).
2. Kehidupan Ekonomi
Koentjaraningrat (2009:284) menjelaskan bahwa kehidupan
ekonomi sebagai berikut:
“Konsep ekonomi adalah suatu usaha dalam pembuatan
keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan
pengalokasian sumberdaya masyarakat (rumah tangga
dan pebisnis atau perusahaan) yang terbatas dengan
mempertimbankan kemampuas, usaha, dan keinginan
masing-masing melalui suatu pembuatan kebijakan dalam
pelaksanaanya. Maka kegiatan ekonomi merupakan gejala
bagaimana cara individu atau masyarakat untuk
33
memperoleh dan memenuhi kebutuahan hidup mereka
terhadap barang atau jasa. Dari segi kehidupan ekonomi
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengn aspek
produksi dan relasi budaya dengan perilaku ekonomi
masyarakat itu sendiri. Tidak luput dengan permasalahan
mengenai pemasaran atau distribusi. Kehidupan ekonomi
biasanya menyangkut pengalaman tentang adanya hal-hal
yang ada hubunganya dengan cara pengawetan ikan,
pendapatan nelayan, hasil tangkap ikan dan organisasi
penjualan serta pendistribusian kepada tengkulak serta ke
pasar-pasar ikan.
Dari segi pengertian sosiologi ekonomi merupakan sebuah kajian
yang mempelajari hubungan dengan masyarakt, yang didalamnya terjadi
interaksi sosial dengan ekonomi. Lebih jauhnya sebagai berikut konsepnya
yaitu:
1. Konsep Aktor
Aktor ekonomi ini adalah individu. Bahwa individu merupakan
makhluk yang rasional, senantiasa menghitung dan membuat
pilihan yang dapat mengurangi beban penderitaan atau menekan
biaya. Individu ini berkaitan dengan aktivitasnya didalam
masyarakat yang berhubungan dengan kegiatan produksi,
distribusi, pertukaran dan konsumsi barang maupun jasa. Aktivitas
34
aktor tersebut menimbulkan adanya hubungan interaksi didalam
masyarakat.
2. Konsep Tindakan Ekonomi
Di dalam ekonomi, actor diasumsikan sebagai seperangkat pilihan
dan referensi yang telah tersedia dan stabil. Sehingga menimbulkan
tindakan yang dilakukan olek aktor tersebut. Tindikan ini bertujuan
untuk memaksimalkan pemanfaatan (Individu) dan keuntungan
(perusahaan). Sedangkan sosiologi melihat bebrapa tindakan. Hal
ini dikemukakan oleh Weber, bahwa tindakan tersebut terbagi
menjadi 3 yaitu:
1. Tindakan Ekonomi Rasional
Tindakan yang dilakukan individu dengan mempertimbangkan
alat yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ada.
2. Tindakan Ekonomi Tradisional
Tindakan ekonomi ini bersumber dari tradisi atau konvensi.
3. Tindakan Ekonomi Spekulatif – Irrasional
Merupakan tindakan yang berorientasi ekonomi yang tidak
mempertimbangkan instrument yang ada dengan tujaun yang
hendak dicapai.
3. Hambatan dan Tindakan Ekonomi
Tindakan ekonomi dibatasi oleh selera dan kelangkaan
sumberdaya, termasuk teknologi. Dalam pandangan sosiologi
tidak hanya melihat dan memperhatikan pengaruh kelangkaan
35
sumberdaya namun juga dari aktor-aktor lain yang akan
memperlancar, menghambat, dan membatasi tindakan ekonomi
dalam pasar. Tindakan ekonomi dapat berlangsung dengan
adanya keterlibatan kerja sama, kepercayaan dan jaringan.
4. Hubungan Masyarakat Dengan Ekonomi
Pusat perhatian dari kajian ekonom adalah pertukaran ekonomi,
pasar, dan ekonomi. Sedangkan masyarakat dianggat sebagai
sesuatu yang luar, dia dipandang sebagai sesuatu yang telah ada
(given). Sedangkan sosiologi memandang ekonomi sebagai
bagian integral dari masyarakat (Koentjaraningrat, 2009:35-46).
3. Nelayan
Nelayan merupakan suatu profesi yang dilakukan seseorang untuk
menangkap ikan di laut. Biasanya profesi ini dijalankan oleh sesorang yang
bertempat tinggal di suatu desa pesisir pantai. Pada dasarnya,
penggolongan sosial didalam nelayan bisa dilihat dari 3 sudut pandang
yaitu:
1. Pertama, dari segi penguasaan alat-alat produksi atau peralatan
tangkap (perahu, jarring, dan peralatan lainnya). Disini terdapat
struktur masyarakat nelayan menjadi dua yaitu nelayan pemilik
(pemilik alat-alat produksi) dan nelayan buruh. Nelayan buruh ini
tidak memiliki alat-alat produksi. Dalam kegiatan produksi pada
setiap unit perahu, nelayan buruh hanya bisa menyumbangkan jasa
36
tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang terbatas. Nelayan buruh
ini sangan identik dengan buruh tani didunia masyarakat pertanian.
2. Kedua, dari segi tingkat skala invstasi modal usahanya. Dalam
kehidupan nelayan terdapat struktur masyarakat nelayan yang terbagi
dalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil. Disebut dengan
nelayan besar karena jumlah modal yang diinvestasikan dalam usaha
perilakan relatif banyak, sedangkan pada nelayan kecil hanya relatif
sedikit dana yang diinvestasikan.
3. Ketiga, dari segi teknologi peralatan tangkap yang digunakan nelayan.
Didalam masyarakat nelayam terdapat beberapa 2 kategori yaitu
nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan modern lebih
menggunakan teknologi penangkapan yang canggih dibandingan
dengan nelayan tradisional. Jumlah nelayan modern ini relative kecil
dibandingkan dengan nelayan tradisional. Sehingga hal ini
menyebabkan perbedaan-perbedaan yang membawa implikasi pada
tingkat pendapatan dan kemampuan atau kesejahteraan sosial-
ekonomi (Kusnadi, 2002:3).
4. Nelayan Buruh
Nelayan buruh nelayan yang tidak memiliki alat-alat produksi dan
dalam kegiatan produksi sebuah unit perahu, nelayan buruh hanya
menyumbangkan jasa tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang sangat
terbatas.Bahkan jika dibandingkan dengan masyarakat pertanian, nelayan
(khususnya nelayan buruh dan nelayan kecil atau nelayan tradisional)
37
dapat digolongkan sebagai lapisan sosial paling miskin (Kusnadi, 2002:2-
25).
Hal tersebut bisa dilihat dari hubungan kerja, sistem bagi hasil dan
kesejahteraan nelayan antara nelayan buruh dengan nelayan pemilik
sebagai berikut:
1. Dari segi hubungan kerja
Dari hubungan kerja terdapat indikator-indikator sebagai berikut:
1) Kontrak kerja
Merupakan hubungan antara seorang majikan dengan buruh
berdasarkan perjanjian kerja, yang didalamnya terdapat unsur-
unsur seperti jenis pekerjaan, besaran upah, dan aturan kerja
(Abdul, 2008:129).
Jadi yang akan dijelaskan oleh peneliti adalah ikatan
kontrak kerja antara nelayan pemilik dengan nelayan buruh pada
saat bekerja nantinya.
2) Mekanisme pembagian kerja
Cara pelaksana tugas kerja atau kewajiban seorang pekerja yang
didasarkan pada kedudukannya. Pembagian kerja ini
dilakukannya agar mempermudah dalam menyelesaikan sebuah
pekerjaan nantinya (Yulia, 2008:23).
3) Waktu kerja
Merupakan watu yang digunakan untuk melaksanakan tugas
dalam pekerjaan. Nelayan akan memerlukan waktu yang lama
38
untuk memastikan hasil penangkapan ikannya. Hal ini dimulai
dari pagi hari menjelang siang hari.
2. Sistem bagi hasil
Bahwa sistem bagi hasil nelayan adalah istilah untuk menyebut cara
pembagian hasil tangkapan dari laut diantara pemilik alat tangkap
dengan awak kapal, termasuk kelompok pandega (Wulandari,
2007:24).
Sehingga dalampenelitian ini, akan menjelaskan pola
pembagian hasil yang diperoleh nelayan buruh dalam sekali
menjaring yang kemudian akan disetor kepada para pemilik alat.
3. Kesejahteraan nelayan
Kesejahteraan nelayan disini dapat dilihat dari kondisi perekonomian
nelayan buruh dan gambaran secara fisik dalam kehidupan sehari-hari
nelayan.
2.3 Landasan Teori
1. Teori Fenomenologi Alfred Schutz
1) Riwayat Hidup Alfred Schutz
Menggunakan teori fenomenologi Alferd Schutz. Schutz adalah
seorang ahli pengacara, ahli ekonomi, orang bisnis. dan juga filsuf.
Beliau dilahirkan di Wina pada tahun 1900-an. Secara intelektual
Schutz tertarik pada pemikiran Weber dan sembari berupaya
menjernihkan dan mengembangkan filsafat fenomenologi dari Emuund
Husserl. Schutz juga mengkaji ilmu-ilmu sosial di Universitas Wina
pada abad ke-20an. Karya yang dihasilkan oleh Schutz tertuang pada
39
buku yang berjudul “The Phenomenology of the Social” Word pada
tahun 1967. Schutz ini merupakan aliran pemikiran fenomenologi dan
salah satu tokoh dari sosiologi yang terpengaruh oleh gagasan Edmund
Husserl, filsuf Jerman (Sobur, 2014:49-52).
Bahwa teori fenomenologi ini dipusatkan pada aspek terhadap
satu aspek dunia sosial yang disebut dengan kehidupan dunia (life-
world) atau dunia kehidupan sehari-hari. Inilah yang juga disebut
sebagai dunia intersubjektif. Didalam dunia tersebut, orang
menjiptakan sebuah realitas sosial dan dipaksa oleh kehidupan sosial
yang telah ada dan oleh struktur kultural ciptaan nenek moyang mereka.
Disini Schutz membedakan dunia kehidupan antara hubungan tatap
muka yang akrab (hubungan kita) dan hubungan impersonal dan
renggang (hubungan mereka).
Bagi Schutz, intersubjektivitas ini merupakan dunia nyata dan
tidak memerlukan eksplikasi fundamental. Dunia nyata tersebut
membawa kita hidup didalam dunia yang sudah terbentuk sebagai
komunitas, didalam dunia tersebut juga terdapat ilmu-ilmu sosial
konkret yang berhadapan langsung dengan ranah duniawi yang telah
terkurung oleh fenomenologi trasendental itu (Sobur, 2014:57-59)
2) Tentang Fenomenologi
Kata Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani “Phainomenon”,
yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihat sebab bercaya. Sedangkam
dalam bahasa Indonesia fenomenologi disebut “fenomea”. Dan dalam
40
segi bahasa inggris (phenomenon; jamak phenomena) dan logis (akal
budi). Jadi fenomenologi merupakan ilmu tentang penampakan,
penampakan ini yaitu penampakan tentang apa yang menampakan diri
ke pengalaman subyek. Secara istilah fenomenologi sendiri merujuk
pada teori yang mengatakan bahwa pengetahuan itu terbatas pada
sebuah fenomena fisik dan fenomena mental. Fenomena fisik ini
merupakan objek dari persepsi, sedangkan fenomena mental
merupakan objek introspeksi (Farid, 2018:23-25).
Fenomenologi merupakan filsafat tentang fenomena atau sebuah
peristiwa pengalaman keseharian, kecemasan, duka, kegembiraan yang
menggumuli kesehari-harian setiap individu. Dalam epistemologi,
makna subjektif-objektif tidak mengatakan kewibawaan posisi
pemahaman, pun tidak mengatakan bermutu tidaknya sebuah
pemaknaan, apa atau rivalitas etis baik buruknya sebuah pengetuan.
Dalam subjektivitas didialogkan sebuah keterlibatan, komitmen, dan
intensitas. Sementara dalam objektivitas diartikulasikan dalam relasi
ide dengan subjek yang mengalami. Jadi fenomenologi itu melihat,
merekam dan mengkontruk realitas dengan menepis semua asumsi
yang mengontainasi pengalaman konkret manusia (sujek). Sebab itu
fenomenologi dikatakan sebagai cara berfikir yang radikal yang
menekankan pada upaya menggapai “esensi”, yang lepas dari segala
presuposisi dengan cara “kembali kepada halnya sendiri” (Farid,
2018:23-25).
41
3) Teori Fenomenologi Alfred Schutz
Fenomenologi merupakan model teori sosiologi yang miliki
pengaruh yang sangat luas. Dalam sosiologi kontemporer, teori
fenomenologi ini mempunyai pengaruhnya yang terletak dari
meningkatnya humnisasi, baik dalam kerangka teori, metodologi riset,
serta prosedur penilaian, dan model-model intruksional dalam
pendidikan. Pemikiran fenomenologi juga mempunyai pengaruh
terhadap teori postmodern, poststrukturalisme, situasinalisme, dan
revleksivitas, yang menjadi sebuah core fenomenologi juga dikenal
dalam teori-teori diatas, khususnya teori fenomenologi Alfred Schutz
(Prastowo, 2011:158).
Bahwa Schutz mengemukakan fenomenologi mempunyai fungsi
utamnya untuk merekontruksi kehidupan yang sebenarnya dan sesuai
dengan dialami oleh manusia itu sendiri. Hal inilah yang dinamakan
intersubjektif, bahwa masyarakat mempunyai pandanagan dasar yang
sama mengenai dunia yang diinteralisasikan melalui sosialisasi.
Intersubjektif tidak dimiliki oleh individu yang privat ataupun personal,
artinya intersubjektif itu merupakan nilai bersama atau common and
shared diantara para individu didalam suatu komunitas (Kuswarno,
2009:110).
Selanjutnya teori ini berbunyi bahwa dunia sosial harus dilihat
secara historis. Dimana tindkan individu memiliki motif kemasa depan
(futurity) dan ke masa lalu (patness). Tindakan sosial individu ini
menggambarkan sebagai sesuatu yang kompleks. Tindakan yang
42
mempunyai elemen masa depan dan masa lampu tersebut disebut
sebagai proyek. Sehingga untuk menjabarkan fase tersebut maka dibagi
menjadi dua fase yaitu, fase in-order-to motive (Um-zu-Motiv) sebagai
fase yang akan datang dan fase because-motive (Weil-Motiv) yang
merujuk pada masa lalu (Kuswarno, 2009:111).
Alasan peneliti memilih teori fenomenologi Alfred Schutz
karena, teori ini sangat cocok jika dikorelasikan dengan judul penelitian
dan focus penelitian yaitu nelayan buruh Pantai Popoh. Dengan adanya
teori ini makan akan mmpermudah sipeneliti mengambarkan realitas
sebenarnya yang dialami oleh nelayan buruh Pantai Popoh.