bab ii kajian pustaka 2.1 deskripsi teori 2.1.1 ilmu...

15
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya ilmu pengetahuan. Dari terjemahan kata-kata tersebut ilmu pengetahuan alam atau natural science dapat diartikan sebagai ilmu tentang alam. Menurut Samatowa (2010: 3) “IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.” Definisi ini menyebutkan dengan jelas, bahwa objek dari IPA adalah peristiwa yang terjadi di alam. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Powler (dalam Samatowa, 2010: 3) “IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.” Dari pengertian tersebut, Powler menyatakan bahwa IPA adalah ilmu yang membahas tentang gejala alam dan kebendaan. Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang sistematis atau teratur, artinya pengetahuan yang tersusun dalam suatu sistem yang saling berhubungan. Juga disebutkan pengetahuan IPA merupakan suatu hasil perolehan dari eksperimen atau observasi yang dilakukan. Pengertian IPA menurut Samatowa hanya ditekankan pada objek pengetahuan yang dipelajarinya saja, yaitu segala peristiwa yang terjadi di alam. Powler juga menyatakan bahwa IPA merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan alam. Hanya saja Powler menyebutkan lebih rinci bahwa IPA merupakan sistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang saling berhubungan. Selain itu, dalam definisinya Powler juga menyebutkan bahwa pengetahuan IPA merupakan perolehan dari sebuah percobaan yang dilakukan secara umum. Dari dua pendapat tersebut ada 3 hal yang menjadi kunci dalam pengertian IPA yaitu peristiwa alam, sistematis dan eksperimen.

Upload: vungoc

Post on 13-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam

Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science,

natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya ilmu

pengetahuan. Dari terjemahan kata-kata tersebut ilmu pengetahuan alam atau

natural science dapat diartikan sebagai ilmu tentang alam. Menurut Samatowa

(2010: 3) “IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di

alam ini.” Definisi ini menyebutkan dengan jelas, bahwa objek dari IPA adalah

peristiwa yang terjadi di alam.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Powler (dalam Samatowa, 2010: 3)

“IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang

sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari

hasil observasi dan eksperimen.” Dari pengertian tersebut, Powler menyatakan

bahwa IPA adalah ilmu yang membahas tentang gejala alam dan kebendaan. Ilmu

pengetahuan alam adalah ilmu yang sistematis atau teratur, artinya pengetahuan

yang tersusun dalam suatu sistem yang saling berhubungan. Juga disebutkan

pengetahuan IPA merupakan suatu hasil perolehan dari eksperimen atau observasi

yang dilakukan.

Pengertian IPA menurut Samatowa hanya ditekankan pada objek

pengetahuan yang dipelajarinya saja, yaitu segala peristiwa yang terjadi di alam.

Powler juga menyatakan bahwa IPA merupakan pengetahuan yang berhubungan

dengan alam. Hanya saja Powler menyebutkan lebih rinci bahwa IPA merupakan

sistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang saling berhubungan.

Selain itu, dalam definisinya Powler juga menyebutkan bahwa pengetahuan IPA

merupakan perolehan dari sebuah percobaan yang dilakukan secara umum. Dari

dua pendapat tersebut ada 3 hal yang menjadi kunci dalam pengertian IPA yaitu

peristiwa alam, sistematis dan eksperimen.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

8

IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan

konsep yang terorganisir tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman

melalui serangkaian kegiatan ilmiah. IPA tidak hanya menekankan pada produk

saja, tetapi juga menekankan pada proses. Hal tersebut bertujuan untuk pemberian

pengalaman langsung guna mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah.

IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum

pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. IPA merupakan

pengetahuan penting yang harus diajarkan agar siswa dapat memahami alam yang

ada di sekitarnya. Selain itu, IPA juga dapat mengembangkan kemampuan siswa

dalam berpikir kritis. Berdasarkan dua pendapat tersebut penulis menyimpulkan,

IPA adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang objek belajarnya

adalah segala peristiwa yang ada di alam dan pengetahuan tersebut dapat

diperoleh menggunakan model ilmiah.

2.1.2 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Suprihatiningrum (2012: 75), “pembelajaran adalah serangkaian

kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara

terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar.” Lingkungan yang dimaksud

tidak hanya lingkungan fisik saat pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga model

serta media untuk menyampaikan informasi dalam pembelajaran. Sedangkan

Susanto (2012: 19) mengemukakan bahwa “pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan

baik.” Secara sengaja guru menciptakan suasana agar siswanya dapat belajar

dengan baik. Belajar dengan baik dalam hal ini dimaksudkan agar tujuan dari

proses belajar tersebut tercapai dengan maksimal.

Pembelajaran menurut dua pendapat tersebut diartikan sebagai suatu kondisi

yang sengaja diciptakan. Kondisi tersebut dimaksudkan untuk memberikan

bantuan kemudahan bagi siswa dalam belajar. Belajar yang disertai proses

pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik, dari pada hanya belajar sendiri.

Belajar dengan proses pembelajaran meliputi peran guru, bahan ajar, dan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

9

lingkungan yang kondusif yang sengaja diciptakan. Sehingga dalam hal ini

kemampuan guru untuk mengorganisir komponen-komponen yang ada dalam

pembelajaran sangat diperlukan agar antara komponen-komponen tersebut dapat

berinteraksi secara optimal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

“Pembelajaran IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta

melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur dan

dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan.” (Susanto,

2012: 167) Dari pengertian tersebut dijelaskan bahwa dalam mempelajari IPA

dibutuhkan aktivitas berpikir yang kompleks berupa pengamatan, sesuai prosedur

dan penalaran hingga akhirnya dapat menyimpulkan. Dalam pembelajaran

tersebut terjadi proses berpikir yang tidak berhenti pada sekedar mengetahui saja.

Pembelajaran yang semacam ini tidak dapat dicapai jika hanya menggunakan

model hafalan atau penanaman konsep secara konvensional.

Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan

lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu

mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga

pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan

guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut.

Dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan

proses IPA karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru yang berperan sebagai

fasilitator siswa dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat mengemas

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Berdasarkan uraian tersebut

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah serangkaian proses yang

direncanakan guru untuk membantu siswa mempelajari segala tentang alam

dengan menggunakan model ilmiah.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar dimaksudkan agar siswa mendapatkan

pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan

bersikap terhadap alam. Tujuan umum pembelajaran IPA di sekolah dasar seperti

yang diungkap dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 untuk SD agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

10

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan

keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-

konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara

IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki

alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan

IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke

SMP/MTs.

Tujuan pembelajaran mata pelajaran IPA tersebut tidak dapat tercapai jika

hanya menggunakan model pembelajaran yang konvensional tanpa melibatkan

siswa secara aktif. Pembelajaran yang menekankan pada konsep saja tidak sesuai

dengan tujuan pembelajaran IPA. Tujuan tersebut adalah pengembangan

keterampilan proses siswa. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran IPA adalah untuk mengembangkan keterampilan proses,

pengetahuan dan pemahaman konsep yang bermanfaat untuk menyelidiki alam

sekitar. Agar tujuan tersebut tercapai, hendaknya guru dapat menciptakan

pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dan berpikir

kritis. Hal tersebut menjadi dasar di terapkannya pembelajaran kooperatif tipe

Scramble yang memadukan pembelajaran dengan bermain.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

Menurut Suprihatiningrum (2012: 142), “model pembelajaran merupakan

kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur dalam mengoraganisasikan

pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.” Model

pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran biasanya

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh guru. Dengan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

11

model pembelajaran diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif

dan mampu membuat siswa untuk berpikir kritis.

Salah satu model pembelajaran adalah model pembelajaran Kooperatif.

Model pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang dirancang untuk saling

bekerja sama. Menurut Hans (dalam Suprihatiningrum, 2012: 191), “pembelajaran

kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau strategi yang dirancang khusus

untuk memberi dorongan kepada siswa untuk bekerja sama dalam pembelajaran.”

Dalam pembelajaran kooperatif ini, siswa biasanya dibagikan ke dalam kelompok,

baik kelompok banyak maupun kelompok kecil. Melalui kerja kelompok tersebut

siswa tidak hanya dituntut mengerti untuk dirinya sendiri, tetapi juga

bertangggung jawab dalam pemahaman setiap anggota kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif termasuk pembelajaran yang student oriented, berpusat

pada siswa, sehingga siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran.

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah scramble. Menurut

Huda (2013: 303), “model pembelajaran scramble adalah pembelajaran yang

dilakukan secara berkelompok dengan mencocokkan kartu pertanyaan dengan

kartu jawaban yang telah disediakan.” Dalam model ini terdapat dua kartu yang

disediakan guru, yaitu kartu soal dan kartu jawaban yang diacak. Model ini tidak

hanya menuntut siswa dapat menjawab soal, tetapi juga menemukan dengan cepat

jawaban soal yang sudah tersedia namun masih dalam kondisi acak.

Rober B. Taylor (dalam Huda, 2013: 303), “Scramble merupakan salah satu

model pembelajaran yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir

siswa.” Untuk menyusun kembali jawaban yang masih acak, membutuhkan

konsentrasi yang tinggi dari siswa. Kecepatan dalam berpikir juga merupakan hal

penting dalam pembelajaran scramble ini, karena siswa akan berlomba-lomba

untuk mendapatkan jawaban yang benar secara cepat. Yang dimaksud dengan

scramble adalah sebuah permainan yang dapat dilakukan oleh 3 atau 5 orang

dalam satu kelompok, dalam permaianan tersebut para pemainnya harus

menyusun kembali kata-kata dari huruf-huruf, kalimat dari kata-kata, dan wacana

dari potongan kalimat-kalimat yang susunannya telah diacak terlebih dahulu.

Teknik ini digunakan untuk sejenis permainan anak-anak.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

12

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe scramble adalah model pembelajaran dengan membagi siswa

menjadi kelompok untuk menemukan jawaban dari huruf atau kata yang acak,

yang dapat melatih siswa untuk konsentrasi dan berpikir cepat. Dari teknik-teknik

yang digunakan dalam model scramble, tujuan dari pembelajaran scramble adalah

untuk merangsang siswa berpikir secara kritis dan cepat. Selain itu juga melatih

konsentrasi siswa dan kerja sama dalam kelompok. Dengan digunakannya model

yang teraplikasi seperti sebuah perminan ini juga akan membuat siswa merasa

senang dan termotivasi dalam pembelajaran.

Menurut Huda (2013: 304) model pembelajaran scramble mempunyai

kelemahan dan kelebihan sebagai model pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1) Kelebihan

a. Melatih siswa berpikir cepat dan tepat

b. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal

dengan jawaban acak.

c. Melatih kedisiplinan siswa.

2) Kelemahan

a. Siswa bisa saja mencontek jawaban temannya.

b. Siswa tidak dilatih berfikir kreatif.

c. Siswa hanya menerima bahan mentah.

Model pembelajaran scramble memungkinkan siswa untuk belajar sambil

bermain, sehingga siswa dapat berkreasi sekaligus dapat berfikir. Hal ini akan

membangkitkan motivasi siswa dalam pembelajaran, siswa akan tertarik untuk

mengikuti pembelajaran ini. Dengan teknik berkelompok, dapat mengembangkan

kerjasama siswa dengan temannya dan melatih kompetisi antar kelompok. Materi

yang disampaikan dengan model ini, akan menimbulkan kesan tersendiri bagi

siswa, sehingga tidak mudah dilupakan oleh siswa. Namun, model ini juga

mempunyai kelemahan seperti siswa hanya dituntut berpikir cepat tetapi tidak

untuk berpikir kreatif. Siswa hanya menerima materi secara mentah saja.

Suatu model pembelajaran memiliki sintaks yang berisi langkah-langkah

yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Sintaks model pembelajaran scramble menurut Huda (2013: 304) adalah sebagai

berikut:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

13

a. Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan

kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut ke

dalam kartu-karu kalimat.

b. Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang diacak

nomornya sesuai materi bahan ajar teks yang telah

dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu soal tersebut.

c. Siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal

dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok,

sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa.

d. Siswa di haruskan dapat menyusun kata jawaban yang telah

tersedia dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai

mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan

dilakukan pemeriksaan.

Dari langkah-langkah tersebut dijelaskan bagaimana cara melaksanakan

model pembelajaran scramble. Terlihat bahwa model pembelajaran scramble

dimulai dengan guru menyampaikan materi. Setelah itu guru menyiapkan kartu

soal dengan kartu jawaban, kartu jawaban berupa kata dengan huruf yang diacak.

Siswa dibagi menjadi kelompok secara heterogen untuk memasangkan kartu soal

dan kartu jawaban. Dalam kerja kelompok tersebut guru memberikan batasan

waktu penyelesaian. Kemudian yang terakhir adalah memeriksa hasil pekerjaan

siswa. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan langkah-langkah model

pembelajaran scramble sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran.

2. Guru membagi siswa menjadi kelompok heterogen yang terdiri dari 3-5 siswa.

3. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mencocokkan kartu soal dengan kartu

jawaban yang terdiri dari kata dengan huruf acak.

4. Penyampaian dan pembahasan hasil kerja siswa.

5. Pemeriksaan dan penilaian hasil kerja siswa.

Dari 5 langkah yang dijabarkan dalam model pembelajaran scramble

tersebut, kemudian disusun menjadi langkah-langkah pembelajaran berdasarkan

Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Pengaplikasian

langkah-langkah model pembelajaran scramble ke dalam Permendiknas No. 41

Tahun 2007 tentang Standar Proses adalah sebagai berikut:

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

14

a. Kegiatan Pendahuluan

a. Guru membuka pembelajaran, salam, doa dan apersepsi.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

c. Guru menjelaskan tentang rencana pembelajaran yang akan ditempuh.

b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

a. Siswa menyimak penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.

b. Siswa diberikan kesempatan luas untuk berfikir mengenai materi yang

disampaikan guru, dan diberikan kesempatan untuk mengutarakan hasil

pemikirannya.

c. Guru membagi siswa menjadi kelompok secara heterogen.

Elaborasi

a. Siswa dalam kelompok dibagikan kartu soal dan kartu jawaban yang acak

sesuai dengan materi.

b. Siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan pasangan antara kartu

soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya.

c. Siswa dapat menciptakan pengertian baru setelah menemukan hasil

pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban tersebut.

d. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.

e. Kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok yang

presentasi didepan kelas.

Konfirmasi

a. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja siswa dalam

menemukan pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban yang acak

hurufnya.

b. Guru memberikan konfirmasi mengenai kegiatan menemukan pasangan

antara kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya.

c. Dengan bimbingan guru, siswa mengkomunikasikan pengalamannya

dalam melakukan tugas dalam kelompok dan mencocokkan kartu soal

dengan kartu jawaban yang acak hurufnya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

15

c. Kegiatan Penutup

a. Guru dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan pembelajaran.

b. Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru sebagai proses

penilaian pembelajaran.

c. Melakukan kegiatan tindak lanjut.

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses belajar. Hasil

belajar merupakan sasaran atau tujuan dari proses belajar tersebut. Sehingga dapat

dikatakan bahwa hasil belajar merupakan proses perolehan dari proses belajar

siswa dengan tujuan pengajaran. Keberhasilan dari suatu proses belajar dapat

dilihat dari hasil belajar yang diperoleh.

Menurut Gagne & Briggs (dalam Suprihatiningrum, 2012: 37), “hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat

perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa.” Jadi menurut

Gagne dan Briggs, setelah siswa melalui proses belajar, siswa akan memperoleh

kemampuan-kemampuan. Kemampuan tersebut tentunya kemampuan yang baru

didapat setelah mengikuti proses belajar. Selain itu, menurut Gagne kemampuan

tersebut dapat dilihat atau diamati dari siswa tersebut.

Winkel berpendapat (dalam Purwanto 2008: 45), “hasil belajar adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya, perubahan itu mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.”

Winkel menekankan bahwa hasil belajar merupakan perubahan mengenai sikap

dan tingkah laku siswa. Perubahan akibat dari proses belajar tersebut mencakup

tiga aspek yaitu aspek pengetahuan atau kognitif, aspek sikap atau afektif dan

aspek perbuatan atau psikomotorik.

Setelah melalu proses belajar individu seharusnya mengalami perubahan

perilaku, perubahan tersebut yang disebut dengan hasil belajar. Perubahan akibat

proses belajar, tidak hanya pada perubahan secara kognitif saja, tetapi juga

perubahan secara sikap dan perbuatan. Ketiga aspek tersebut merupakan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

16

taksonomi pembelajaran yang diklasifikasikan oleh Bloom (dalam

Suprihatiningrum, 2012: 38), yaitu:

1. Aspek kognitif Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan

dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah seperti

pengetahuan kompehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan

pengetahuan evaluatif.

2. Aspek Afektif Dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan

sikap, nilai, minat dan apresiasi. 3. Aspek Psikomotorik

Dimensi Psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan

keterampilan yang bersifat motorik.

Dalam proses belajar-mengajar di sekolah saat ini, hasil belajar aspek

kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan hasil belajar aspek afektif dan

psikomotorik. Hal ini yang menjadi permasalahan dalam pencapaian tujuan

pembelajaran. Karena seharusnya ketiga aspek tersebut harus tercapai dengan

baik dan seimbang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa telah berhasil

dalam belajarnya.

Menurut Mulyasa (2009: 190) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar dapat berasal dari dalam diri seseorang (internal) dan dari luar diri

seseorang (eksternal). Berikut adalah faktor-faktor tersebut:

a. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa

dapat digolongkan kedalam faktor sosial dan non sosial.

1) Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang

terjadi dalam situasi sosial. Termasuk lingkungan keluarga,

sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya.

2) Sedangkan faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan

yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik,

misalnya keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar,

buku-buku sumber dan sebagainya.

b. Faktor Internal

1) Faktor Jasmaniah (fisiologi), yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indera

yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti

mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak

sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa

kelainan tingkah laku.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

17

2) Faktor Psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas:

a) Faktor Intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu

kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu

prestasi yang dimiliki.

b) Faktor Non Intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,

motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis, faktor yang berasal

dari diri sendiri (internal), seperti intelegensi, minat, sikap

dan motivasi.

Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak

langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Di samping

itu, diantara beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan prestasi

belajar ialah peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan

khususnya dalam pelajaran yang berlaku, peranan guru dan keterlibatannya masih

menempati posisi yang penting. Karena bagaimanapun juga guru akan menjadi

sutradara serta sumber dalam pembelajaran, meskipun bukan satu-satunya

sumber. Dalam hal ini efektivitas pengelolaan faktor bahan, lingkungan, dan

instrumen sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi

belajar, hampir keseluruhannya bergantung pada guru. Selain itu, faktor sosial

yang juga banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga.

Sifat-sifat orang tua, keadaan keluarga dan letak rumah dapat memberi dampak

baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

Sedangkan pada faktor internal, kesiapan siswa baik secara jasmani maupun

psikologi sangat berpengaruh pada prestasi belajarnya. Intelegensi merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar.

Secara logika, semakin tinggi tingkat intelegensi maka semakin tinggi pula

kemungkinan tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Begitu juga sebaliknya, jika

intelegensinya rendah maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah.

Namun, hal ini bukan satu-satunya faktor mengenai tinggi rendahnya prestasi

belajar, karena banyak faktor lain juga mempengaruhinya. Faktor selanjutnya

adalah minat, minat merupakan kecenderungan, kegairahan menginginkan

sesuatu. Oleh karena itu minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

18

dalam mata pelajaran tertentu. Motivasi serta emosi siswa mempengaruhi proses

belajarnya, sehingga juga akan mempengaruhi prestasi belajarnya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

suatu perubahan yang dialami siswa setelah mengikuti pembelajaran, perubahan

tersebut mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam

hasil belajar terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, salah satu dari faktor

tersebut adalah motivasi. Dari pengertian tersebut, hasil belajar tidak hanya dapat

diukur dengan teknik tes. Akan tetapi juga menggunakan teknik non tes. Hal ini

dikarenakan terdapat tiga aspek yang akan diukur. Untuk aspek kognitif

pengukuran menggunakan teknik tes yaitu tes hasil belajar yang dilakukan pada

akhir pembelajaran. Sedangkan untuk mengukur aspek afektif dan psikomotor

menggunakan teknik non tes yaitu observasi langsung pada saat proses

pembelajaran berlangsung.

2.1.5 Keterkaitan Model Pembelajaran Scramble dan Hasil Belajar IPA

Indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran

IPA adalah hasil belajar IPA. Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran

merupakan bukti dari keberhasilan ketercapaian SK dan KD yang diajarkan dalam

pembelajaran. Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,

yang dijadikan standar dalam pencapaian tujuan adalah SK dan KD. Tujuan

pembelajaran IPA tersebut tidak dapat tercapai jika hanya menggunakan model

pembelajaran yang konvensional tanpa melibatkan siswa secara aktif.

Pembelajaran yang hanya berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa akan

menghilangkan rasa ingin tahu yang tinggi pada setiap siswa. Pembelajaran yang

menekankan pada konsep saja tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA.

Tujuan tersebut adalah pengembangan keterampilan proses siswa. Agar tujuan

tersebut tercapai, hendaknya guru dapat menciptakan pembelajaran yang

memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dan berpikir kritis.

Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model kooperatif tipe

scramble. Langkah-langkah dan karakteristik dalam model ini, memungkinkan

untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan pembelajaran IPA di SD.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

19

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya penelitian yang

dilakukan oleh Febri Belandina dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan

Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas

VA pada mata pelajaran PKN Semester 2 SDN Madyopuro 4 Kecamatan Kedung

Kandang Kota Malang Tahun Pelajaran 2011/2012.” Juga penelitian yang

dilakukan Nurbaety dalam skripsinya yang berjudul “Upaya meningkatkan hasil

belajar Ilmu Pengetahuan Alam melalui model pembelajaran scramble pada siswa

kelas IV SDN Blotongan 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.”

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Febri Belandina terhadap siswa kelas

VA SDN Madyopuro 4 Kecamatan Kedung Kandang Kota Malang menyebutkan

bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan, sebelum penelitian ketuntasan

hanya 40,85%. Setelah dilakukan tindakan, pada siklus1 ketuntasan belajar siswa

69,54% dengan 22 siswa telah tuntas karena nilai mencapai KKM dan 11 siswa

belum tuntas karena belum mencapai KKM. Pada siklus 2 ketuntasan belajar

siswa 74,54% dengan 24 siswa telah tuntas karena nilai mencapai KKM dan 9

siswa belum tuntas karena belum mencapai KKM. Pada penelitian tersebut,

mengalami peningkatan hasil belajar yang bertahap. Hal ini ditunjukkan dengan

presentase ketuntasan dan nilai rata-rata kelas dari sebelum penelitian dan setelah

siklus 1 serta siklus 2. Dengan penerapan model pembelajaran scramble secara

tepat dan sesuai standar proses, sehingga keberhasilan tersebut tercapai.

Selain itu, penelitian tindakan yang dilakukan oleh Nurbaety terhadap siswa

kelas IV SDN Blotongan 01 Salatiga juga menunjukkan peningkatan hasil belajar

siswa. Hasil penelitian menyebutkan bahwa hasil belajar siswa mengalami

peningkatan, sebelum penelitian ketuntasan hanya 72%. Setelah dilakukan

tindakan, pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa 92% dengan 23 siswa telah tuntas

karena nilai mencapai KKM dan 2 siswa belum tuntas karena belum mencapai

KKM. Pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa 100% dengan semua siswa sejumlah

25 telah mencapai KKM. Simpulan dari penelitian tersebut adalah pembelajaran

ilmu pengetahuan alam menggunakan model scramble dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas IV SDN Blotongan 01 Salatiga tahun ajaran 2012/2013.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

20

Berdasarkan dua penelitian yang telah menerapkan model pembelajaran

scramble tersebut menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Melihat

keberhasilan yang dicapai oleh peneliti sebelumnya, maka penulis juga optimis

dengan keberhasilan yang akan tercapai pada penelitian tindakan ini. Penulis

yakin dan optimis bahwa melalui penerapan model pembelajaran scramble dalam

pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Ampel 03 dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak

faktor antara lain siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana, fasilitas sekolah,

lingkungan sekolah dan lain-lain. Penggunaan model secara tepat, efektif dan

efisien mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

IPA seringkali menggunakan metode pembelajaran yang konvensional yang

hanya berpusat pada guru. Bagi guru penggunaan model secara tepat memberikan

kemudahan dalam proses pembelajaran karena mendorong guru untuk selalu

berpikir kreatif dalam setiap materi yang diajarkan. Yang terpenting adalah siswa

akan terlibat secara aktif, tertarik dan tidak jenuh dalam pembelajaran. Dan

motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran juga akan muncul.

Model pembelajaran scramble dilaksanakan dengan langkah-langkah: guru

menyampaikan materi pembelajaran, guru membagi siswa menjadi kelompok

heterogen yang terdiri dari 3-5 siswa, siswa bekerja dalam kelompok untuk

mencocokkan kartu soal dengan kartu jawaban yang terdiri dari kata dengan huruf

acak, penyampaian dan pembahasan hasil kerja siswa, pemeriksaan dan penilaian

hasil kerja siswa. Model pembelajaran scramble, siswa akan lebih tertarik

mengikuti pelajaran karena dirancang dalam bentuk permainan. Dengan model ini

siswa dituntut untuk berkonsentrasi, berpikir cepat dan tepat, sehingga siswa akan

terlibat secara aktif dan nantinya akan lebih mudah mengingat. Sehingga

diharapkan model pembelajaran scramble dapat digunakan sebagai usaha

perbaikan atau sebuah tindakan untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8162/2/T1_292010287_BAB II.pdfsistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang

21

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Melalui penerapan model pembelajaran scramble dalam pembelajaran IPA

kelas IV SD Negeri Ampel 03 dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Model pembelajaran scramble dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri

Ampel 03 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan

model pembelajaran scramble dilaksanakan dengan langkah-langkah: guru

menyampaikan materi pembelajaran, guru membagi siswa menjadi

kelompok heterogen yang terdiri dari 3-5 siswa, siswa bekerja dalam

kelompok untuk mencocokkan kartu soal dengan kartu jawaban yang terdiri

dari kata dengan huruf acak, penyampaian dan pembahasan hasil kerja

siswa, pemeriksaan dan penilaian hasil kerja siswa. Melalui model

pembelajaran ini siswa dituntut untuk berkonsentrasi, berpikir cepat dan

tepat, sehingga siswa akan terlibat secara aktif dan nantinya akan lebih

mudah mengingat.