bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1...
TRANSCRIPT
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum SD Negeri Ampel 03
SD Negeri Ampel 03 terletak di Dukuh Ngaduman Desa Kaligentong
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sekolah ini didirikan pada tahun 1977
dengan biaya INPRES di atas tanah kas desa seluas 1500 m2. SD Negeri Ampel
03 sudah mengalami empat kali perbaikan dengan bantuan Dana Alokasi Khusus
(DAK), sehingga menjadikan SD Negeri Ampel 03 mempunyai ruangan yang
cukup lengkap.
Sarana yang ada di SD Negeri Ampel 03 diantaranya 6 ruang kelas, 1 ruang
guru dan kepala sekolah, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS dan koperasi, 1
gudang, 1 kantin, 2 WC siswa dan 2 WC guru. Setiap ruangan memiliki keadaan
yang cukup baik, terdapat ventilasi yang memadai, penerangan yang cukup dan
suasana yang nyaman. Selain itu, halaman SD Negeri Ampel 03 cukup luas yang
biasanya digunakan untuk upacara bendera dan kegiatan sekolah lainnya.
Letaknya yang berada di pedesaan menjadikan suasana SD Negeri Ampel 03
masih asri serta tenang dan nyaman untuk kegiatan pembelajaran.
Buku pembelajaran yang dimiliki SD Negeri Ampel 03 kurang mencukupi,
karena jumlahnya lebih sedikit dari jumlah siswa. Untuk alat peraga pembelajaran
cukup lengkap, hanya saja penggunaannya masih kurang maksimal. Tenaga
pengajar di SD Negeri Ampel 03 ada 9 terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas,
1 guru olahraga, dan 1 penjaga sekolah. Jumlah keseluruhan siswa SD Negeri
Ampel 03 sebanyak 127 siswa. Siswa yang menjadi subyek penelitian adalah
siswa kelas IV yang berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 10
siswa perempuan. Seluruh siswa berasal dari penduduk sekitar SD Negeri Ampel
03, yaitu para penduduk dukuh Ngaduman. Sebagian besar mata pencaharian
orang tuanya adalah petani dan buruh. Kesadaran belajar siswa SD Negeri Ampel
03 pada umumnya masih rendah. Hanya sebagian kecil siswa kelas IV yang
mempunyai motivasi dalam mengikuti pembelajaran.
52
4.2 Pelaksanaan Penelitian
4.2.1 Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas
dilakukan. Terlebih dahulu penulis melakukan observasi awal dengan tujuan
untuk mengetahui suasana pembelajaran dan hasil belajar siswa terutama pada
mata pelajaran IPA. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis terhadap
hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Ampel 03 sebelum dilaksanakan penelitian
pada semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 menunjukkan hasil belajar siswa
yang masih rendah. Terlihat dari nilai ulangan harian Ilmu Pengetahuan Alam
materi perubahan lingkungan masih banyak siswa yang belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal yang telah ditentukan yaitu 70. Adapun data hasil belajar IPA
siswa kelas IV SD Negeri Ampel 03 sebelum dilakukan penelitian dapat dilihat
pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Kondisi Awal
No Nilai Sebelum Tindakan
Jumlah Siswa Prosentase (%)
1 38-46 4 15,4
2 47-55 10 38,5
3 56-64 3 11,5
4 65-73 5 19,2
5 74-82 2 7,7
6 83-91 2 7,7
Jumlah 26 100
Rata-rata 59,6
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 40
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai
pada rentang 38-46 sebanyak 4 siswa, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang
47-55 sebanyak 10 siswa, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 56-64
sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 65-73 sebanyak 5
siswa, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 74-82 sebanyak siswa, dan
siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 83-91 sebanyak 2 siswa. Nilai rata-
rata siswa pada kondisi awal sebelum tindakan yaitu 59,6. Nilai terendah pada
kondisi awal adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 90.
53
Untuk lebih jelasnya, rekapitulasi ketuntasan hasil belajar IPA sebelum
diberikan tindakan disajikan dalam diagram 4.1 berikut:
Diagram 4.1
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal
Mengacu pada kriteria ketuntasan minimal yaitu 70, maka prosentase
keseluruhan siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan maupun belum,
disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal
No Nilai
Sebelum Tindakan
Keterangan Jumlah Siswa
Prosentase
(%)
1 ˂ 70 18 69,2 Belum Tuntas
2 ≥ 70 8 30,8 Tuntas
Jumlah 26 100
Rata-rata 59,6
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 40
Berdasarkan tabel prosentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV SDN
Ampel 03 sebelum tindakan, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai
kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 18 siswa atau
69,2% dari total keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang nilainya telah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 8 siswa atau 30,8% dari total
keseluruhan siswa.
30,8%
69,2%
Tuntas Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
54
Ada beberapa pengaruh yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Tingkat pemahaman siswa terhadapa materi yang disajikan masih rendah. Hal ini
dikarenakan model pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif
dalam pembelajaran, siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan guru, mencatat
apa yang ditulis atau disampaikan guru, kemudian mengerjakan soal di buku
tugas. Guru kurang mempunyai keterampilan menciptakan suasana pembelajaran
yang kondusif dan selalu menggunakan metode konvensional. Penggunaan
metode konvensional secara terus menerus akan mengakibatkan pembelajaran
menjadi kurang bermakna, siswa merasa jenuh dan kurang termotivasi untuk
belajar yang berakibat hasil belajar siswa kurang maksimal.
Berdasarkan data hasil belajar yang rendah dari siswa kelas IV di SDN
Ampel 03 Kecamatan Ampel Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014, penulis
akan melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan
rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Dalam penelitian
ini, penulis akan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble
pada mata pelajaran IPA guna meningkatkan hasil belajar siswa yang akan
dilakukan dalam dua siklus, dimana setiap siklus akan terdiri dari tiga pertemuan.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I
4.2.2.1 Tahap Perancanaan Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I ini terdiri dari 3 kali pertemuan yaitu pertemuan 1,
pertemuan 2 dan pertemuan 3. Masing-masing pertemuan dilaksanakan dengan
alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Sebelum melaksanakan tindakan,
ada beberapa langkah yang dilakukan oleh penulis, antara lain:
a. Bersama dengan guru pengajar memeriksa kembali RPP yang telah
disusun dan mencermati setiap butir yang akan dilaksanakan dalam
pelaksanaan tindakan.
b. Menyiapakan alat peraga dan sarana lain yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan tindakan.
c. Mengecek kembali kelengkapan alat pengumpul data, seperti lembar
observasi yang telah disepakati bersama dengan guru pengajar.
55
4.2.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 April 2014
dengan kompetensi dasar menjelaskan hubungan antara sumber daya alam
dengan lingkungannya. Pada pertemuan pertama terdapat empat indikator
pembelajaran yang disampaikan yaitu menjelaskan pengertian sumber daya
alam, mengidentifikasi jenis sumber daya alam menurut manfaatnya,
mengidentifikasi jenis sumber daya alam menurut ketersediaannya, dan
mengidentifikasi jenis sumber daya alam menurut jenisnya. Berikut ini adalah
langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I pertemuan
pertama:
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru pengajar meliputi beberapa
kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi.
Sebelum masuk ke materi guru memberikan apersepsi dengan memberi
pertanyaan kepada siswa, “Sebutkan nama-nama barang yang ada di atas
meja kalian? Sekarang sebutkan bahan dasar barang-barang tersebut”.
Siswa diminta menyebutkan bahan dasar barang-barang yang ada di atas
meja masing-masing. Setelah apersepsi, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran serta manfaat mempelajari materi pembelajaran yang akan
berlangsung yaitu pengertian dan jenis sumber daya alam. Guru
mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan cara belajar yang ditempuh
dalam model pembelajaran scramble. Kemudian guru membagi kelas
menjadi 5 kelompok yang heterogen, dimana setiap kelompok terdiri dari 5
siswa. Tiap kelompok diminta memberi nama kelompoknya dengan nama
tokoh kartun.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru melibatkan siswa dalam memberikan
informasi awal atau penjelasan materi secara ringkas tentang pengertian
sumber daya alam. Lebih lanjut guru bersama siswa melakukan kegiatan
56
tanya jawab mengenai jenis-jenis sumber daya alam. Kemudian siswa
dalam kelompok dibagikan kartu soal dan kartu jawaban yang acak
hurufnya tentang jenis SDA menurut manfaatnya, ketersediaannya, dan
jenisnya beserta contoh-contohnya. Dari kartu soal siswa dalam kelompok
berdiskusi untuk menyususun menemukan kartu jawaban dengan cepat dan
tepat. Selama kegiatan tersebut berlangsung, guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menemukan pasangan antara
kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya tentang jenis-jenis sumber
daya alam beserta contohnya. Meskipun siswa berkelompok, pertama kali
mereka bekerja sendiri-sendiri. Setelah mendapat pengarahan dari guru,
kemudian mereka berpikir dan berdiskusi dengan kelompoknya untuk
menemukan pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban yang acak
hurufnya tentang jenis-jenis sumber daya alam beserta contohnya. Jawaban
yang sudah tersusun atau ditemukan kemudian ditulis di kartu yang telah
dibagikan sebelumnya.
Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan
kelas. Suasana yang tercipta pada tahap ini sangat gaduh, karena siswa
yang belum mendapatkan giliran untuk berpresentasi justru sibuk sendiri.
Namun, hal tersebut dapat segera diatasi oleh guru ketika siswa yang lain
menanggapi atau mengomentari hasil presentasi kelompok. Setelah
mempresentasikan, kartu jawaban ditempel di tempat yang telah
disediakan. Selama kegiatan inti berlangsung, guru melakukan penilaian
proses. Penilaian yang dilakukan menyangkut penilaian afektif dan
psikomotor siswa. Untuk memantapkan siswa mengenai materi yang
dipelajari, guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja
siswa dalam menemukan pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban
yang acak hurufnya tentang materi jenis sumber daya alam. Guru dan siswa
melakukan refleksi dalam mengikuti model pembelajaran scramble. Guru
juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang
belum dipahami.
57
c) Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang
jenis-jenis sumber daya alam beserta contohnya yang telah dipelajari oleh
siswa dalam pembelajaran model scramble. Guru memberikan pesan
kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut. Guru juga
menyampaikan pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 April 2014
dengan kompetensi dasar yang masih sama yaitu menjelaskan hubungan antara
sumber daya alam dengan lingkungannya. Pada pertemuan kedua terdapat tiga
indicator, menggolongkan benda yang berasal dari tumbuhan, menggolongkan
benda yang berasal dari hewan dan menggolongkan benda yang berasal dari
bahan alam tidak hidup. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada
siklus I pertemuan kedua:
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan
yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi.
Sebelum melakukan kegiatan apersepsi, guru melakukan kegiatan prasyarat
dengan menanyakan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan
apersepsi dilakukan dengan memberi pertanyaan kepada siswa, “Bagian
hewan apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
kita?“. Setelah apersepsi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta
manfaat mempelajari materi pembelajaran yang akan berlangsung yaitu
kelompok benda berdasarkan asalnya. Guru mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran dan cara belajar yang ditempuh dalam model pembelajaran
scramble. Guru membagi kelas menjadi 5 kelompok yang heterogen,
dimana setiap kelompok terdiri dari 5 siswa.
58
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru melibatkan siswa dalam memberikan
penjelasan materi secara ringkas tentang kelompok benda berdasarkan
asalnya. Lebih lanjut guru bersama siswa melakukan kegiatan tanya jawab
mengenai benda yang berasal dari tumbuhan, hewan dan bahan alam tak
hidup. Kemudian siswa dalam kelompok dibagikan kartu soal dan kartu
jawaban yang acak hurufnya tentang macam benda yang berasal dari
tumbuhan, yaitu bahan pangan, bahan sandang, peralatan rumah tangga dan
produk kesehatan, dari hewan yaitu bahan pangan, bahan sandang dan
produk kesehatan dan dari bahan alam tak hidup yaitu bahan bangunan dan
peralatan rumah tangga. Dari kartu soal tersebut siswa dalam kelompok
berdiskusi untuk menyususun menemukan kartu jawaban dengan cepat dan
tepat. Selama kegiatan tersebut, guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator bagi siswa untuk menemukan pasangan antara kartu soal dan
kartu jawaban yang acak hurufnya tentang macam benda yang berasal dari
tumbuhan, hewan, dan bahan alam tak hidup. Jawaban yang sudah tersusun
atau ditemukan kemudian ditulis di kartu yang telah dibagikan sebelumnya.
Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan
kelas. Suasana pada tahap ini juga lebih terkendali dari pada pertemuan
pertama. Lebih banyak siswa yang memberikan tanggapan dan komentar
hasil presentasi. Hal ini dikarenakan hasil yang mereka temukan memang
bervariasi. Selama kegiatan inti berlangsung, guru melakukan penilaian
proses. Penilaian yang dilakukan menyangkut penilaian afektif dan
psikomotor siswa. Setelah mempresentasikan, kartu jawaban ditempel di
tempat yang telah disediakan. Dari kartu-kartu tersebut guru memberikan
umpan balik dan penguatan terhadap proses dalam menemukan pasangan
antara kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya tentang macam
benda yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan bahan alam tak hidup. Guru
dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti model pembelajaran
scramble. Guru juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
59
c) Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang
macam benda yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan bahan alam tak
hidup yang telah dipelajari oleh siswa dalam pembelajaran model scramble.
Guru memberikan pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi
tersebut dan materi pertemuan sebelumnya, karena pada pertemuan
selanjutnya akan diadakan evaluasi.
Pertemuan III
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 3 Mei 2014. Pada
pertemuan ketiga ini dilakukan evaluasi akhir siklus. Guru pengajar
menjelaskan pada siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi,
kemudian guru membagikan soal evaluasi pada setiap siswa. Siswa
mengerjakan soal evaluasi dengan baik dan guru mengawasi jalannya tes dari
awal sampai akhir. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi,
guru bersama siswa mencocokkan hasil pekerjaaan siswa dan langsung
mengumumkan hasil nilai tes kepada siswa.
4.2.2.3 Tahap Observasi Tindakan Siklus I
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan
tindakan. Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan
lembar observasi yang mengacu pada kegiatan guru pada saat melakukan
pembelajaran. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana
pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Dari observasi ini dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan
kelebihan selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh guru
kolaborator yang merupakan guru kelas V.
Berdasarkan observasi, guru telah menerapkan model pembelajaran
scramble dengan baik. Guru dapat mengatur serta mengendalikan proses
belajar mengajar. Pada awal pembelajaran scramble ada beberapa siswa yang
bingung, tetapi guru dapat mengantisipasi hal tersebut dengan cara menjadi
fasilitator yang baik dan membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan.
60
Observasi yang dilakukan juga meliputi observasi respon siswa dengan
cara mengamati aktifitas setiap siswa dan menyesuaikan dengan indikator
respon siswa. Berdasarkan pengamatan respon siswa menunjukkan siswa
memberikan yang respon positif dalam mengikuti pembelajaran. Namun, masih
ada siswa yang bingung walaupun siswa sudah turut serta dalam tugas
belajarnya. Terdapat siswa yang perlu teguran agar memperhatikan guru ketika
menjelaskan materi. Hasil observasi model pembelajaran scramble dapat
dilihat pada tabel 4.3, sedangkan respon siswa dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.3
Hasil Observasi Model Pembelajaran Scramble Siklus I
No Uraian kegiatan guru dan siswa
Keterlaksanaan
Pertemuan
1 2
1 Apakah guru mengkomunikasikan tujuan belajar? √ √
2 Apakah guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh? √ √
3 Apakah guru meminta siswa untuk membentuk kelompok? √ √
4 Apakah guru menjelaskan materi secara singkat? √ √
5 Apakah guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa? √ √
6 Apakah siswa diberikan kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya
sesuai materi? √ √
7 Apakah siswa diberikan kesempatan luas untuk bertindak menurut cara
masing-masing? √ √
8 Apakah guru berkeliling untuk mengamati siswa? √ √
9 Apakah guru berkeliling untuk memotivasi siswa? √ √
10 Apakah guru berkeliling untuk memfasilitasi serta membantu siswa yang
memerlukan? √ √
11 Apakah siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan pasangan kartu
soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya? √ √
12 Apakah secara berkelompok siswa dapat menemukan hasil pasangan antara
kartu soal dan kartu jawaban tersebut? √ √
13 Apakah perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan
kelas? √ √
14 Apakah kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok
yang presentasi didepan kelas? √ √
15 Apakah guru memberikan umpan balik terhadap kerja siswa? √ √
16 Apakah guru memberikan penguatan terhadap kerja siswa? - -
17 Apakah guru memberikan konfirmasi mengenai kegiatan menemukan
pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya? √ √
18 Apakah siswa mengkomunikasikan pengalamannya dalam melaksanakan
tugas dalam kelompok dan mencocokan kartu soal dengan kartu jawaban
yang acak hurufnya?
- √
19 Apakah siswa dilibatkan dalam membuat penegasan atau kesimpulan
pembelajaran dengan mengacu pada pembelajaran scramble? - -
20 Apakah siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru sebagai proses
penilaian pembelajaran? √ √
61
Pada tabel 4.3 tersebut telah menunjukkan keberhasilan penerapan
model pembelajaran scramble karena telah memenuhi kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan (≥ 16 langkah dari semua langkah). Berarti pada siklus I
ini, variabel tindakan telah mencapai indikator keberhasilan. Pada tabel
tersebut dapat dilihat bahwa pada tindakan siklus I dari pertemuan pertama dan
pertemuan kedua, langkah-langkah model pembelajaran scramble telah
dilakukan. Kegiatan guru selama pembelajaran telah sesuai dengan rencana
yang disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada hasil observasi
respon siswa, indikator keberhasilan juga telah dicapai dalam pelaksanaan
model pembelajaran scramble. Hasil observasi dari respon siswa tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Respon Siswa Siklus I
No Respon Siswa
Keterlaksanaan
Pertemuan
1 2
1 Apakah siswa tertarik dengan masalah yang disajikan? √ √
2 Apakah siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan guru? √ √
3 Apakah siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan pasangan
antara kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya? √ √
4 Apakah siswa dapat menemukan hasil pasangan antara kartu soal dan
kartu jawaban tersebut? √ √
5 Apakah siswa bekerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok? √ √
6 Apakah siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas? √ √
7 Apakah siswa menanggapi presentasi hasil kelompok lain? √ √
8 Apakah siswa terlibat dalam menyusun kesimpulan pembelajaran? - -
62
4.2.2.4 Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan pada hari Sabtu 3 Mei 2014
didapatkan hasil belajar 26 siswa setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I
pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN Ampel 03, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Siklus I
No Nilai Siklus I
Jumlah Siswa Prosentase (%)
1 56-64 3 11,5
2 65-73 8 30,8
3 74-82 7 26,9
4 83-91 7 26,9
5 92-100 1 3,8
Jumlah 26 100
Rata-rata 78,1
Nilai Tertinggi 95,5
Nilai Terendah 59,1
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran scramble menunjukkan bahwa perbandingan siswa yang
mencapai ketuntasan belajar (KKM=70) adalah sebanyak 22 siswa atau 84,6 %
sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 4 siswa
atau 15,4%. Kondisi ini mengalami perubahan dibandingkan dengan kondisi
awal sebelum tindakan. Pada kondisi setelah siklus I, siswa yang mendapatkan
nilai pada rentang 56-64 sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapatkan nilai pada
rentang 65-73 sebanyak 8 siswa, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang
74-82 sebanyak 7 siswa, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 83-91
sebanyak 7 siswa, dan siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 92-100
sebanyak 1 siswa. Nilai rata-rata siswa meningkat, pada kondisi awal sebelum
tindakan 59,6 menjadi 78,1 pada siklus I. Nilai terendah pada siklus I adalah
59,1 dan nilai tertinggi yang dicapai adalah 95,5.
Untuk lebih jelasnya mengenai data ketuntasan hasil belajar siklus I
dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut:
63
Diagram 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I
Berdasarkan data perolehan hasil belajar dan mengacu pada Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=70) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.6
berikut:
Tabel 4.6
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I
No Nilai
Siklus I
Keterangan Jumlah Siswa
Prosentase
(%)
1 ˂ 70 4 15,4 Belum Tuntas
2 ≥ 70 22 84,6 Tuntas
Jumlah 26 100
Rata-rata 78,1
Nilai Tertinggi 95,5
Nilai Terendah 59,1
Berdasarkan tabel prosentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV SD
Negeri Ampel 03 siklus I, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai
kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 4 siswa atau
15,4% dari total keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang nilainya telah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 22 siswa atau 84,6% dari
total keseluruhan siswa.
4.2.2.5 Tahap Refleksi Siklus I
Tahapan ini dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan. Refleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan baik
secara proses maupun hasil. Refleksi siklus I ini untuk mengatasi kekurangan-
84,6%
15,4%
Tuntas Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
64
kekurangan yang terdapat pada siklus I, sehingga tidak terulang lagi pada
siklus II. Kegiatan refleksi dilakukan bersama antara penulis, guru pengajar,
guru kolaborator (observer) dan perwakilan beberapa siswa. Berdasarkan hasil
observasi, terdapat kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran model
scramble.
Pembelajaran IPA kelas IV pada materi hubungan sumber daya alam
dengan lingkungan pada siklus I ini telah berhasil sesuai kriteria yang
ditentukan, yaitu ketuntasan klasikal telah mencapai lebih dari 80%. Nilai yang
diperoleh pada siklus I ini dengan nilai terendah 59,1 dan nilai tertinggi 95,5
dengan rata-rata 78,1. Hal ini dapat tercapai karena kelebihan pada model
pembelajaran scramble diantaranya adalah pembelajaran disajikan seperti
kompetisi sehingga siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran. Mendorong
siswa untuk belajar mengerjakan soal yang disediakan. Seluruh siswa terlibat
dalam kegiatan belajar. Siswa lebih aktif dan mempunyai semangat dalam
pembelajaran serta mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Meskipun telah berhasil sesuai kriteria yang diharapkan, namun tetap ada
kelemahan selama pembelajaran. Hasil diskusi penulis, pengajar dengan guru
kolaborator mengungkapkan kelemahan yaitu pembelajaran masih gaduh dan
kurang terkendali ketika siswa bekerja dalam kelompok dan saat presentasi di
depan kelas. Pada awal pertemuan, siswa belum memahami langkah-langkah
model pembelajaran scramble dengan benar. Pada siklus I dijumpai kondisi
pembelajaran yang belum memunculkan sikap toleransi dan apresiatif saat
kegiatan presentasi. Hal ini ditunjukkan dengan terdapat beberapa siswa yang
berbicara dengan teman ketika ada kelompok yang presentasi.
Mengacu pada kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses
pembelajaran, penulis memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran
pada siklus II yaitu guru lebih membimbing siswa selama langkah-langkah
pembelajaran scramble. Guru mengarahkan siswa untuk lebih memperhatikan
siswa yang sedang presentasi dan meminta untuk memberikan komentar
terhadap hasil presentasi tersebut. Memberikan penguatan kepada siswa yang
menjawab benar baik secara individu maupun kelompok.
65
4.2.3 Pelaksanaan Siklus II
4.2.3.1 Tahap Perancanaan Tindakan Siklus II
Pada tahap perencanaan tindakan siklus II ini, penulis bersama guru
pengajar memperbaiki skenario pembelajaran model scramble yang akan
dilaksanakan pada siklus II. Berdasarkan hasil diskusi dengan observer dan
refleksi siklus I, maka guru pengajar melakukan upaya perbaikan
pembelajaran, membimbing siswa selama langkah-langkah pembelajaran,
mengarahkan siswa untuk memperhatikan dan memberikan komentar
terahadap hasil presentasi siswa lain dan memberikan penguatan kepada siswa
yang menjawab dengan benar. Selain itu guru pengajar juga menyiapkan
kembali lembar kerja siswa, lembar evaluasi, rubrik penilaian dan alat peraga.
4.2.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II ini sama dengan tindakan siklus I,
pembelajaran dilaksanakan tiga pertemuan pembelajaran sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran tersebut
adalah sebagai berikut:
Pertemuan I
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 6 Mei
2014 dengan kompetensi dasar menjelaskan hubungan antara sumber daya
alam dengan teknologi yang digunakan. Pada pertemuan pertama terdapat
empat indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menjelaskan hubungan
sumber daya alam dan teknologi, mengidentifikasi teknologi yang digunakan
untuk mengolah sumber daya tumbuhan, mengidentifikasi teknologi yang
digunakan untuk mengolah sumber daya hewan, dan mengidentifikasi
teknologi yang digunakan untuk mengolah sumber daya tanah. Berikut adalah
langkah-langkah pembelajaran pada Siklus II pertemuan pertama:
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa kegiatan
yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi.
66
Kegiatan apersepsi dilakukan dengan memberi pertanyaan kepada siswa,
“Pakaian seragam yang kamu pakai terbuat dari apa?“. Setelah apersepsi,
guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta manfaat mempelajari materi
pembelajaran yang akan berlangsung yaitu hubungan sumber daya alam
dengan teknologi. Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan cara
belajar yang ditempuh dalam model pembelajaran scramble. Kemudian
guru membagi kelas menjadi 5 kelompok yang heterogen, dimana setiap
kelompok terdiri dari 5 siswa.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru melibatkan siswa dalam memberikan
informasi awal atau penjelasan materi secara ringkas tentang hubungan
sumber daya alam dengan teknologi. Lebih lanjut guru bersama siswa
melakukan kegiatan tanya jawab mengenai proses pembuatan bahan
sandang berasal dari kapas, wol, dan sutera. Kemudian siswa dalam
kelompok dibagikan kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya
tentang teknologi yang digunakan untuk mengolah sumber daya tumbuhan:
pengolahan padi menjadi beras, pengolahan ubi menjadi kerupuk, mesin
pembuat kertas untuk mengolah kayu menjadi kertas, mesin pemintal untuk
mengolah kapas menjadi benang. Dari kartu soal siswa dalam kelompok
berdiskusi untuk menyususun menemukan kartu jawaban dengan cepat dan
tepat. Selama kegiatan tersebut berlangsung, guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menemukan pasangan antara
kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya tentang teknologi yang
digunakan untuk mengolah sumber daya tumbuhan: pengolahan padi
menjadi beras, pengolahan ubi menjadi kerupuk, mesin pembuat kertas
untuk mengolah kayu menjadi kertas, mesin pemintal untuk mengolah
kapas menjadi benang. Jawaban yang sudah tersusun atau ditemukan
kemudian ditulis di kartu yang telah dibagikan sebelumnya.
Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan
kelas. Pembelajaran pada siklus II ini lebih kondusif dan siswa sudah
terbiasa dengan alur model pembelajaran scramble. Saat menanggapi atau
67
mengomentari hasil presentasi temannya, juga lebih kondusif dan aktif.
Selama kegiatan inti berlangsung, guru melakukan penilaian proses.
Penilaian yang dilakukan menyangkut penilaian afektif dan psikomotor
siswa. Setelah mempresentasikan, kartu jawaban ditempel di tempat yang
telah disediakan. Dari kartu-kartu tersebut guru memberikan umpan balik
dan penguatan terhadap proses dalam menemukan pasangan antara kartu
soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya tentang teknologi yang
digunakan untuk mengolah sumber daya tumbuhan: pengolahan padi
menjadi beras, pengolahan ubi menjadi kerupuk, mesin pembuat kertas
untuk mengolah kayu menjadi kertas, mesin pemintal untuk mengolah
kapas menjadi benang. Guru dan siswa melakukan refleksi dalam
mengikuti model pembelajaran scramble. Guru juga memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
c) Kegiatan Penutup
Guru bersama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan
tentang teknologi yang digunakan untuk mengolah sumber daya tumbuhan
yang telah dipelajari oleh siswa dalam pembelajaran model scramble. Guru
memberikan pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut.
Guru juga menyampaikan pembelajaran yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya.
Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 7 Mei 2014
dengan kompetensi dasar yang masih sama yaitu menjelaskan hubungan antara
sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan. Pada pertemuan kedua
terdapat dua indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menyebutkan
contoh benda yang termasuk bahan baku dan menyebutkan contoh benda yang
termasuk bahan jadi. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada Siklus
II pertemuan kedua:
a) Kegiatan Awal
Guru membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan
melakukan apersepsi. Sebelum melakukan kegiatan apersepsi, guru
68
melakukan kegiatan prasyarat dengan menanyakan pembelajaran pada
pertemuan sebelumnya. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menujukan
beberapa bahan jadi seperti kemoceng, kertas dan permen. Kemudian
memberi pertanyaan kepada siswa, “Sebutkan bahan semula dari benda
tersebut?”. Setelah apersepsi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran
serta manfaat mempelajari materi pembelajaran yang akan berlangsung
yaitu bahan baku dan bahan jadi. Guru mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran dan cara belajar yang ditempuh dalam model pembelajaran
scramble. Kemudian guru membagi kelas menjadi 5 kelompok yang
heterogen, dimana setiap kelompok terdiri dari 5 siswa.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru melibatkan siswa dalam memberikan
informasi awal atau penjelasan materi secara ringkas tentang bahan baku
dan bahan jadi. Lebih lanjut guru bersama siswa melakukan kegiatan tanya
jawab mengenai bahan baku dan bahan jadi. Kemudian siswa dalam
kelompok dibagikan kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya
tentang bahan baku dan bahan jadi. Dari kartu soal siswa dalam kelompok
berdiskusi untuk menyususun menemukan kartu jawaban dengan cepat dan
tepat. Selama kegiatan tersebut berlangsung, guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menemukan pasangan antara
kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya tentang bahan baku dan
bahan jadi. Pada pembelajaran kali ini alokasi waktu pada kegiatan inti
lebih pendek dari pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Hal ini
dikarenakan akan adanya evaluasi atau tes pada akhir pembelajaran.
Jawaban yang sudah tersusun atau ditemukan kemudian ditulis di kartu
yang telah dibagikan sebelumnya.
Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan
kelas. Suasana pada pertemuan kali ini berjalan sangat kondusif dan siswa-
siswa aktif dalam mengomentari hasil presentasi temannya. Selama
kegiatan inti berlangsung, guru melakukan penilaian proses. Penilaian yang
dilakukan menyangkut penilaian afektif dan psikomotor siswa. Setelah
69
mempresentasikan, kartu jawaban ditempel di tempat yang telah
disediakan. Dari kartu-kartu tersebut guru memberikan umpan balik dan
penguatan terhadap proses dalam menemukan pasangan antara kartu soal
dan kartu jawaban yang acak hurufnya tentang tentang bahan baku dan
bahan jadi. Guru dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti model
pembelajaran scramble. Guru juga memberikan kesempatan bagi siswa
untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami dari pertemuan pertama
sampai pertemuan kedua.
c) Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang
bahan baku dan bahan jadi yang telah dipelajari oleh siswa dalam
pembelajaran model scramble. Guru memberikan pesan kepada siswa
untuk mempelajari lagi materi tersebut dan materi pertemuan sebelumnya,
karena pada pertemuan selanjutnya akan diadakan evaluasi.
Pertemuan III
Pertemuan terakhir dari penelitian tindakan ini dilaksanakan pada hari
Sabtu, 10 Mei 2014. Pada pertemuan terakhir ini dilakukan evaluasi akhir
siklus. Guru pengajar menjelaskan pada siswa tentang peraturan dalam
mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru membagikan soal evaluasi pada
setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan baik dan guru
mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir. Setelah semua siswa selesai
mengerjakan soal evaluasi, guru bersama siswa mencocokkan hasil kerja siswa
dan langsung mengumumkan hasil nilai tes kepada siswa.
4.2.3.3 Tahap Observasi Tindakan Siklus II
Sama halnya pada siklus I, pada siklus ini kegiatan observasi dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh
guru kolaborator meliputi kegiatan guru dan siswa dalam model pembelajaran
scramble serta respon siswa.
70
Berdasarkan pengamatan pembelajaran model scramble pada siklus II
lebih kondusif dan terkendali. Sebagian besar siswa telah memberikan respon
positif dalam pembelajaran model scramble. Hanya ada dua siswa yang masih
kurang aktif dalam pembelajaran. Hasil observasi model pembelajaran
scramble siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7, sedangkan respon siswa siklus II
dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.7
Hasil Observasi Model Pembelajaran Scramble Siklus II
No Uraian kegiatan guru dan siswa
Keterlaksanaan
Pertemuan
1 2
1 Apakah guru mengkomunikasikan tujuan belajar? √ √
2 Apakah guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh? √ √
3 Apakah guru meminta siswa untuk membentuk kelompok? √ √
4 Apakah guru menjelaskan materi secara singkat? √ √
5 Apakah guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa? √ √
6 Apakah siswa diberikan kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya
sesuai materi? √ √
7 Apakah siswa diberikan kesempatan luas untuk bertindak menurut cara
masing-masing? √ √
8 Apakah guru berkeliling untuk mengamati siswa? √ √
9 Apakah guru berkeliling untuk memotivasi siswa? √ √
10 Apakah guru berkeliling untuk memfasilitasi serta membantu siswa yang
memerlukan? √ √
11 Apakah siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan pasangan kartu
soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya? √ √
12 Apakah secara berkelompok siswa dapat menemukan hasil pasangan antara
kartu soal dan kartu jawaban tersebut? √ √
13 Apakah perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan
kelas? √ √
14 Apakah kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok
yang presentasi didepan kelas? √ √
15 Apakah guru memberikan umpan balik terhadap kerja siswa? √ √
16 Apakah guru memberikan penguatan terhadap kerja siswa? √ √
17 Apakah guru memberikan konfirmasi mengenai kegiatan menemukan
pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya? √ √
18 Apakah siswa mengkomunikasikan pengalamannya dalam melaksanakan
tugas dalam kelompok dan mencocokan kartu soal dengan kartu jawaban
yang acak hurufnya?
√ √
19 Apakah siswa dilibatkan dalam membuat penegasan atau kesimpulan
pembelajaran dengan mengacu pada pembelajaran scramble? √ √
20 Apakah siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru sebagai proses
penilaian pembelajaran? √ √
71
Sama halnya dengan siklus I, pada tabel 4.7 tersebut telah menunjukkan
keberhasilan penerapan model pembelajaran scramble karena telah memenuhi
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Berarti pada siklus II ini, variabel
tindakan telah mencapai indikator keberhasilan. Pada tabel tersebut dapat
dilihat bahwa pada tindakan siklus I dari pertemuan pertama dan pertemuan
kedua, semua langkah model pembelajaran scramble telah dilakukan. Kegiatan
guru selama pembelajaran telah sesuai dengan rencana yang disusun dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada hasil observasi respon siswa,
indikator keberhasilan juga telah dicapai dalam pelaksanaan model
pembelajaran scramble. Hasil observasi dari respon siswa tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Observasi Respon Siswa Siklus II
No Respon Siswa
Keterlaksanaan
Pertemuan
1 2
1 Apakah siswa tertarik dengan masalah yang disajikan? √ √
2 Apakah siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan guru? √ √
3 Apakah siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan pasangan
antara kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya? √ √
4 Apakah siswa dapat menemukan hasil pasangan antara kartu soal dan
kartu jawaban tersebut? √ √
5 Apakah siswa bekerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok? √ √
6 Apakah siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas? √ √
7 Apakah siswa menanggapi presentasi hasil kelompok lain? √ √
8 Apakah siswa terlibat dalam menyusun kesimpulan pembelajaran? √ √
72
4.2.3.4 Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siklus II
I. Paparan Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan pada hari Sabtu 10 Mei 2014
didapatkan hasil belajar setelah pelaksanaan tindakan siklus II pada mata
pelajaran IPA kelas IV SDN Ampel 03, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Siklus II
No Nilai Siklus II
Jumlah Siswa Prosentase (%)
1 65-73 2 7,7
2 74-82 5 19,2
3 83-91 13 50
4 92-100 6 23,1
Jumlah 26 100
Rata-rata 86,5
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 65
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar (KKM=70)
pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran scramble mencapai
96,2% atau sebanyak 25 siswa yang tuntas. Dan hanya 1 siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar atau 3,8%. Kondisi ini mengalami peningkatan
dari hasil tindakan siklus I. Pada kondisi setelah siklus I, siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 65-73 sebanyak 2 siswa, siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 74-82 sebanyak 5 siswa, siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 83-91 sebanyak 13 siswa, dan siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 92-100 sebanyak 6 siswa. Nilai rata-rata siswa
juga meningkat, pada siklus I yaitu 78,1 menjadi 86,5 pada siklus II. Nilai
terendah pada siklus II adalah 65 dan nilai tertinggi yang dicapai adalah 100.
Untuk lebih jelasnya mengenai data ketuntasan hasil belajar siklus II
dapat dilihat pada diagram 4.3 berikut:
73
Diagram 4.3
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II
Berdasarkan data perolehan hasil belajar dan mengacu pada Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=70) dapat disajikan dalam tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II
No Nilai
Siklus II
Keterangan Jumlah Siswa
Prosentase
(%)
1 ˂ 70 1 3,8 Belum Tuntas
2 ≥ 70 25 96,2 Tuntas
Jumlah 26 100
Rata-rata 86,5
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 65
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh
nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 1 siswa
atau 3,8% dari total keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang nilainya telah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 25 siswa atau 96,2% dari
total keseluruhan siswa. Dengan hasil ini membuktikan bahwa penelitian
tindakan yang dilakukan sebanyak 2 siklus telah berhasil karena telah melebihi
batas ketuntasan yaitu 80%.
II. Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Pencapaian hasil belajar kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat
pada tabel berikut:
96,2%
3,8%
Tuntas Belum Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
74
Tabel 4.11
Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No Nilai
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah
Siswa
Prosent
ase (%)
Jumlah
Siswa
Prosent
ase (%)
Jumlah
Siswa
Prosent
ase (%)
1 Tuntas 8 30,8 22 84,6 25 96,2
2 Belum Tuntas 18 69,2 4 15,4 1 3,8
Jumlah 26 100 26 100 26 100
Rata-rata 59,6 78,1 86,5
Nilai Tertinggi 90 95,5 100
Nilai Terendah 40 59,1 65
Berdasarkan tabel 4.11, penelitian tindakan dengan menerapkan model
pembelajaran scramble ini telah meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa.
Pada kondisi awal siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan kriteria minimal
(KKM=70) sebanyak 8 siswa dari 16 siswa atau 30,8%. Nilai rata-rata yang
diperoleh pada kondisi awal adalah 59,6 dengan pencapaian nilai tertinggi 90
dan nilai terendah 40. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I mendapatkan
hasil peningkatan yang signifikan, yaitu sebanyak 22 siswa telah memperoleh
nilai diatas kriteria ketuntasan minimal, jika dalam prosentase siswa yang telah
tuntas sebanyak 84,6%. Nilai rata-rata yang dicapai juga meningkat menjadi
78,1 dengan pencapaian nilai tertinggi 95,5 dan nilai terendah 59,1.
Berdasarkan hasil tersebut penelitian tindakan pada siklus I ini telah berhasil
karena telah mencapai kriteria keberhasilan dalam penelitian ini, yaitu
ketuntasan klasikal sebesar 80%. Peningkatan tersebut cukup besar, dari
ketuntasan 30,8% menjadi 84,6% atau meningkat sebesar 53,8%, dari rata-rata
59,6 menjadi 78,1. Meskipun siklus I telah berhasil, penelitian tindakan ini
tetap masih dilanjutkan ke siklus II. Hasil dari penelitian tindakan siklus II juga
mengalamai peningkatan lagi, dengan ketuntasan belajar menjadi 96,2%.
Sebanyak 25 siswa yang mencapai nilai lebih dari KKM, dan hanya 1 siswa
yang tidak tuntas setelah penelitian tindakan siklus II ini. Nilai rata-rata yang
dicapai setelah siklus II juga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya
75
yaitu 86,5 dengan pencapaian nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 65. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran scramble dapat
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA materi sumber daya alam
siswa kelas IV SDN Ampel 03 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun
pelajaran 2013/2014. Hasil tersebut disajikan pada diagram perbandingan
ketuntasan hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II berikut:
Diagram 4.4
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II
4.2.3.5 Tahap Refleksi Siklus II
Pada tahap refleksi kali ini, penulis membandingkan antara hasil yang
diperoleh dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan indikator keberhasilan tersebut, sampai pada siklus II ini
penelitian sudah berhasil. Untuk variabel tindakan dikatakan berhasil apabila
80% (≥ 16 langkah) langkah-langkah model pembelajaran scramble
dilaksanakan oleh guru. Padahal pada siklus I dan siklus II 20 langkah berhasil
dilakukan oleh guru. Dan untuk variabel hasil belajar, pencapaian nilai
KKM=70 pada 80% siswa. Padahal pada siklus I siswa yang telah mencapai
ketuntasan hasil belajar sebanyak 84,6 % dan siklus II sebanyak 96,2%.
Berdasarkan hasil yang telah mencapai indikator keberhasilan tersebut, maka
penelitian ini sampai pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
30,8%
84,6%
96,2%
69,2%
15,4%
3,8%
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Tuntas
Belum Tuntas
76
4.3 Pembahasan
Penelitian tindakan ini difokuskan pada upaya perbaikan untuk
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Ampel 03
dengan menerapkan model pembelajaran scramble. Model pembelajaran scramble
dilaksanakan dengan langkah-langkah: guru menyampaikan materi pembelajaran
secara singkat, guru membagi siswa menjadi kelompok heterogen yang terdiri dari
3-5 siswa, siswa bekerja dalam kelompok untuk mencocokkan kartu soal dengan
kartu jawaban yang terdiri dari kata dengan huruf acak, penyampaian dan
pembahasan hasil kerja siswa, pemeriksaan dan penilaian hasil kerja siswa.
Melalui model pembelajaran ini siswa dituntut untuk berkonsentrasi, berpikir
cepat dan tepat sehingga siswa akan terlibat secara aktif dan nantinya akan lebih
mudah mengingat. Jika suasana belajar yang menyenangkan sudah tercipta, maka
dengan sendirinya pola pandang mereka terhadap pelajaran IPA akan berubah
menjadi positif. Proses pembelajaran tidak dirasakan sebagai beban tapi dapat
dirasakan sebagai suatu pengalaman belajar yang menyenangkan. Dalam
pembelajaran ini siswa belajar secara kelompok sehingga akan dapat
mengoptimalkan kerjasama siswa dalam kelompok. Siswa juga diminta untuk
mempresentasikan hasil penyelesaiaannya di depan kelas dan siswa lain memberi
komentar atau tanggapan. Dominasi guru dalam model pembelajaran scramble
menjadi berkurang sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru selalu
berusaha mengoptimalkan interaksi antar siswa atau antara siswa dengan guru
melalui kegiatan diskusi dan presentasi. Pada pertemuan terakhir guru
memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang diajarkan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Rober B. Taylor (dalam Huda, 2013: 303),
“Scramble merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan
konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa.” Untuk menyusun kembali jawaban
yang masih acak, membutuhkan konsentrasi yang tinggi dari siswa.
Membutuhkan kecepatan dalam berpikir, karena siswa akan berkompetisi untuk
mendapatkan jawaban yang benar secara cepat. Sejalan dengan pendapat Huda
(2013: 304) model scramble mempunyai kelebihan sebagai model pembelajaran,
77
yaitu: melatih siswa berpikir cepat dan tepat, mendorong siswa untuk belajar
mengerjakan soal dengan jawaban acak, dan melatih kedisiplinan siswa.
Sebelum diadakan tindakan di kelas IV SDN Ampel 03 menunjukkan hasil
belajar yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan ketuntasan belajar siswa dari 26
siswa hanya 8 siswa yang tuntas atau mencapai KKM (70) dengan persentase
30,8% dan 18 siswa belum tuntas dengan persentase 69,2%. Selain itu, rata-rata
nilai siswa yang diperoleh hanya 59,6. Hal ini disebabkan, pembelajaran yang
bersifat konvensional, dimana metode ceramah masih mendominasi proses
kegiatan pembelajaran, siswa kurang didorong untuk aktif atau cenderung pasif
dalam mengikuti pembelajaran sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang
menarik dan membosankan yang mengakibatkan tingkat pemahaman siswa
menjadi rendah dan berdampak terhadap hasil belajar siswa. Perolehan hasil
belajar siswa pada siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan, dengan
ketuntasan klasikal yang telah mecapai 84,6% dan perolehan nilai rata-rata 78,1.
Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan pada siklus I telah mengalami
keberhasilan karena sudah mencapai kriteria yang ditetapkan yaitu ketuntasan
klasikal sebesar 80%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran sudah merata, hanya
saja pada awal pertemuan banyak siswa yang masih bingung dalam mengikuti
langkah model pembelajaran scramble. Terdapat dua siswa yang terlihat belum
aktif dalam pembelajaran, salah satunya disebabkan karena meraka masih merasa
takut salah dan malu untuk bertanya, menjawab pertanyaan atau mengemukakan
pendapat. Kerjasama antar siswa juga sudah nyata dalam diskusi kelompok dan
saat mempresentasikan hasil kerja. Meskipun siklus I telah berhasil, penelitian
tetap dilanjutkan ke siklus II dengan memperbaiki dan lebih mengoptimalkan
pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi. Perbaikan tersebut diantaranya guru
lebih memberikan bimbingan kepada siswa selama langkah-langkah
pembelajaran, siswa lebih diarahkan untuk memperhatikan siswa yang sedang
presentasi dan meminta untuk memberikan komentar terhadap hasil presentasi
tersebut, dan guru memberikan penguatan kepada siswa yang menjawab benar
baik secara individu maupun berpasangan.
78
Dari observasi terhadap pembelajaran yang terjadi pada siklus II, siswa
menjadi lebih aktif, partisipatif dan disiplin. Siswa lebih paham dalam mengikuti
langkah-langkah model pembelajaran scramble. Hasil ketuntasan belajar 26 siswa
pada siklus II ini meningkat lagi menjadi 96,2% dan dapat dikatakan bahwa siswa
telah mencapai ketuntasan belajar sebab telah memenuhi standar ketuntasan
belajar 80%. Sampai pada perbaikan pembelajaran siklus II, hanya satu siswa
yang belum mencapai nilai tuntas. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut
kurang memiliki motivasi dalam pembelajaran. Berdasarkan dokumen nilai, siswa
tersebut memang tergolong siswa dengan kemampuan akademik rendah.
Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Febri
Belandina (2012) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran scramble
dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SDN Madyopuro 4 Kecamatan Kedung
Kandang Kota Malang. Keberhasilan penelitian lain yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Nurbaety (2012) yang menyatakan bahwa melalui model
pembelajaran scramble yang diterapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di
SDN Blotongan 1 Kecamatan Blotongan Kota Salatiga. Dari pemaparan hasil
tersebut menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan penerapan model
pembelajaran scramble ini telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas
IV SDN Ampel 03 pada mata pembelajaran IPA materi sumber daya alam
semester 2 tahun pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan uraian pembahasan tersebut maka dapat dipaparkan implikasi
teoritis dan implikasi praktis. Implikasi teoritis berhubungan dengan kontribusi
penelitian bagi ilmu pengetahuan. Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah
mengembangkan model pembelajaran scramble yang telah disesuaikan dengan
standar proses dalam mata pelajaran IPA. Implikasi praktis berhubungan dengan
kontribusi penelitian bagi sekolah, guru dan siswa. Implikasi praktis dari
penelitian ini adalah guru dapat mengembangkan dan melaksanakan model
pembelajaran scramble dalam mata pelajaran IPA sedangkan siswa dapat terlibat
aktif dalam pembelajaran, mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal dan
mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran sehingga hasil belajar
yang dicapai juga meningkat.