bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 pembelajaran pengertian...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran
2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran
Berdasarkan pendapat Achmad Sugandi (2007:9), pembelajaran
merupakan terjemahan dari kata ”instruction”. Pembelajaran merupakan suatu
proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang
ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil
belajar dalam berbentuk ingatan jangka panjang. Beberapa teori belajar
mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut :
a. Menurut teori behavioristik, pembelajaran merupakan usaha guru
membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan
lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan
tingkah laku si belajar.
b. Menurut teori kognitif, pembelajaran adalah cara guru memberikan
kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang
dipelajari.
c. Menurut teori humanistik, pembelajaran memberikan kebebasan kepada
si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya
sesuai minat dan kemampuannya.
Udin S. Winataputra (2007:1. 18) berpendapat bahwa pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, serta
8
9
meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri siswa. Oleh karena
itu dalam konsep tersebut terkandung lima konsep, yaitu interaksi, peserta didik,
pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Ciri dari suatu pembelajaran
adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses hasil belajar siswa.
Dalam pembelajaran, guru tidak hanya sebagai pengajar tetapi sebagai
pendidik. Menurut Isjoni (2008:30) mengungkapkan bahwa tugas guru sebagai
pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi pada anak didik, sedangkan tugas sebagai pendidik berarti meneruskan
dan mengembangkan nilai-nilai hidup pada anak didik.
Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai
seperangkat kejadian sehingga terjadilah proses belajar. Peristiwa belajar ini
dirancang agar memungkinkan siswa memproses informasi nyata dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut
(Achmad Rifa’i, 2010:193) :
a. Usaha pendidik untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar tetap terjalin hubungan lingkungan dengan tingkah laku siswa.
b. Cara pendidik memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari.
c. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk memperoleh bahan pelajaran dan mempelajarinyadengan minat dan kemampuannnya. Pembelajaran berorientasi pada bagaimana siswa berperilaku, hal ini
memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang
bersifat individual yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam
sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menghasilkan hasil belajar dalam
bentuk ingatan jangka panjang.
10
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, pembelajaran dapat diartikan
sebagai penciptaan serta pengaturan sistem lingkungan dalam menyediakan
seperangkat kondisi lingkungan anak yang dapat merangsang anak untuk
melakukan aktivitas belajar. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah berupa
sejumlah tugas-tugas yang harus dilakukan anak, persoalan-persoalan yang
menuntut anak untuk memecahkannya, seperangkat keterampilan yang dikuasai
anak, termasuk pula seperangkat kondisi berupa sejumlah pengetahuan yang perlu
dikuasai anak.
2.1.1.2 Komponen-komponen Pembelajaran
Komponen pembelajaran menurut Achmad Rifa’i (2010:194-196) terdiri
atas :
a. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran biasanya
berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam tujuan pembelajarn
khusus. Setelah siswa melaksanakan proses belajar mengajar, selain mereka
memperoleh hasil belajar, mereka juga akan mendapatkan dampak pengiring.
Dampak pengiring dapat berupa kesadaran akan sifat pengetahuan, tenggang
rasa, dan kecermatan dalam berbahasa, dan sebagainya.
b. Subjek belajar
Subjek belajar dalam pembelajaran merupakan komponen utama karena
berperan sebagai subjek sekaligus objek. Sebagai subjek karena peserta didik
adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek
11
karena kegiatan pembelajaran dapat mencapai perubahan perilaku pada diri
subjek belajar. Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif dari peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran. Untuk kepentingan perencanaan
pembelajaran yang efektif perlu adanya pengetahuan guru tentang diagnosis
kesulitan belajar dan analisis tugas.
c. Materi Pelajaran
Materi pelajaran juga merupakan komponen utama dalam proses
pembelajaran, karena materi akan memberikan warna dalam kegiatan
pembelajaran. Materi pelajaran yang tersusun secara sistematis dan
dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga pada jalannya proses
pembelajaran. Materi pembelajaran dalam sistem pembelajaran terdapat dalam
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan buku sumber.
d. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses
pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran, guru perlu memilih
model-model pembelajaran, metode, dan teknik-teknik mengajar yang
menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk menentukan strategi yang
akan digunakan perlu mempertimbangkan tujuan, karakteristik siswa, dam
materi pelajaran agar strategi pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.
e. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran untuk membantu proses penyampaian pesan
12
pembelajaran. Media digunakan dalam kegiatan instruksional karena media
dapat memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata
menjadi dapat dilihat dengan jelas. Selain itu media juga dapat menyajikan
benda yang jauh dari subyek belajar dan menyajikan peristiwa-peristiwa yang
komplek, rumit menjadi sistematik dan sederhana.
f. Penunjang
Komponen penunjang yang dimaksud dalam kegiatan pembelajaran
yaitu fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran, dan
semacamnya. Komponen penunjang memiliki fungsi memperlancar,
melengkapi, dan mempermudah proses pembelajaran.
2.1.2 Belajar
2.1.2.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang
dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh
seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan,
kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang.
Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning mengemukakan
bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang
dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang (Pupuh Fathurrohman, 2007:5).
13
Menurut Udin S. Winataputra (2007:1.5) belajar adalah proses yang
dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills,
and attitudes. Kemampuan, keterampilan, dan sikap tersebut diperoleh secara
bertahap dan berkelanjutan dari bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses
belajar sepanjang hayat. Pengertian belajar dalam konteks tujuan pendidikan
nasional dimaknai sebagai kegiatan untuk menjadi orang yang beriman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, caka, kretif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Belajar adalah
suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari
proses pertumbuhan.
Skiner (Dimyati, 2006:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu
perilaku. Pada saat seseorang belajar , maka responnnya akan menjadi lebih baik.
Sebaliknya, bila seseorang tidak belajar, maka responnya akan menurun. Dalam
belajar ditemukan adanya hal-hal berikut :
a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar. b. Respons si pebelajar. c. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Gagne juga memiliki pendapat tentang belajar. Menurut Gagne (Dimyati,
2006:10), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan
kapabilitas. Setelah belajar seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap,
dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari
lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian,
belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi
lingkunagn, melalui pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
14
Menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi
eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Gagne berpendapat bahwa dalam
belajar terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan belajar, pemerolehan dan unjuk
belajar, dan alih belajar. Pada tahap persiapan dilakukan tindakan mengarahkan
perhatian, pengharapan dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap
pemerolehan dan performansi digunakan untuk menyajikan stimulus yang jelas
sifatnya, memberikan bimbingan belajar, memunculkan perbuatan siswa serta
penguatan. Tahap alih belajar meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan, dan
pemberlakuan secara umum.
Piaget memiliki pendapat yang berbeda dengan Gagne. Piaget berpendapat
bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi
terus menerus dengan lingkungan (Dimyati, 2006:13). Dengan adanya interaksi
dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Perkembangan intelektual menurut Piaget melalui tahap-tahap berikut :
a. Sensori motor (0 sampai 2 tahun).
Pada tahap ini anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik
dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman,
pendengaran, perabaan dan mengerakkannya.
b. Pra operasional (2 sampai 7 tahun).
Pada tahap ini anak mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep
15
sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan menggolong-golongkan.
c. Operasional konkret (7 sampai 11 tahun).
Pada tahap ini anak dapat mengembangkan pikiran logis.
d. Operasi formal (11 tahun ke atas).
Pada tahap ini anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa.
Dalam konsep belajar mengandung tiga unsur utama (Achmad Rifa’i,
2010:82-84) yaitu :
a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. Perilaku mengacu pada suatu tindakan atau berbagai tindakan. Dalam kegiatan belajar di sekolah, perubahan perilaku itu mengacu pada kemampuan mengingat atau menguasai berbagai bahan belajar dan kecenderungan siswa memiliki sikap dan nilai-nilai yang diajarkan oleh pendidik. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut telah belajar.
b. Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. Pengalaman dapat membatasi jenis-jenis perubahan perilaku yang dipandang mencerminkan belajar. Pengalaman dalam belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial. Perubahan perilaku karena perkembangan dan kematangan fisik tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar.
c. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen. Lamanya perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang susah diukur.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku serta peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seseorang yang terjadi akibat melakukan proses interaksi
secara terus-menerus dengan lingkungannya sebagai hasil dari pengalaman
bermakna. Dalam interaksi tersebut terjadi proses mental, intelektual, dan
emosional yang pada akhirnya menjadi suatu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dimilikinya. Dalam belajar yang tepenting adalah proses bukan
16
hasil yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri,
adapun orang lain hanya sebagai perantara dalam kegiatan belajar.
2.1.2.2 Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan belajar yang kondusif. Sistem lingkungan belajar dipengaruhi
beberapa komponen yang sangat mempengaruhi. Komponen-komponen itu
berupa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang akan disajikan, guru
dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan social tertentu, jenis
kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar mengajar yang tersedia.
Belajar yang dilakukan oleh seseorang bertujuan :
a. Untuk mendapatkan pengetahuan.
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan
kemampuan berpikir sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan
kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan
pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.
b. Penanaman konsep dan keterampilan.
Penanaman konsep atau merumuskan konsep memerlukan suatu
keterampilan. Keterampilan dapat dididik yaitu dengan melatih kemampuan.
Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan.
Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan itu akan menuruti
kaidah tertentu dan bukan semata-semata hanya menghafal atau meniru.
c. Pembentukan sikap.
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru
17
harus bijak dan hati-hati dalam menentukan pendekatan. Untuk itu dibutuhkan
kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa
menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh. Dalam interaksi belajar
mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua
perilakunya oleh siswa.
Pembentukan sifat mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari
soal penanaman nilai. Dengan dilandasi nilai-nilai, siswa akan tumbuh
kesadaran dan kemauannya untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah
dupelajari (Sardiman, 2010:25-28).
Jadi pada intinya, tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan,
keterampilan dan penanaman sikap mental.
2.1.2.3 Peranan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Kegiatan mengajar sendiri memilki arti suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan mengatur
hubungan dengan anak , sehingga terjadi proses belajar (Sardiman, 2003:49).
Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik bila proses tersebut dapat
membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Menurut pendapat Sudirman
(2003:143-146) menyebutkan beberapa peranan guru dalam proses belajar
mengajar, yaitu sebagai berikut :
a. Informator
Guru dalam kegiatan belajar mengajar berperan sebagai pelaksana cara
mengajar informative, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi
18
akademik maupun umum.
b. Organisator
Guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal
pelajaran, dan lain-lain. Komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar
mengajar semuanya diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga mencapai
efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.
c. Motivator
Guru di dalam kegiatan belajar mengajar harus dapat merangsang dan
memberikan dorongan untuk mendinamiskan potensi siswa, menumbuhkan
aktivitas dan daya cipta siswa, sehingga akan terjadi dinamika dalam proses
belajar mengajar.
d. Pengarah
Guru dalam hal ini berperan membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator
Guru berperan sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Ide-ide
tersebut merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontohkan kepada siswa.
f. Transmiter
Guru dalam hal ini akan bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan
pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator
Guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar,
19
sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.
h. Mediator
Di dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai penengah,
misalnya dalam acara diskusi kelas. Mediator dapat juga diartikan sebagai
penyedia media.
i. Evaluator
Guru bertugas mengevaluasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
2.1.3 Keterampilan Guru
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah salah satu hal yang
penting agar guru dapat menjadi seorang guru yang professional. Jadi di samping
guru harus menguasai materi yang diajarkan, keterampilan dasar mengajar adalah
merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar
mengajar.Terdapat delapan keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh guru,
yaitu :
1. Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran tidak hanya sekedar
menceritakan sesuatu kepada peserta didik melainkan keterampilan menyajikan
bahan pelajaran yang diorganisasikan secara sistematis sebagai satu kesatuan yang
berarti, sehingga mudah dipahami oleh siswa. Menjelaskan pada dasarnya adalah
menuturkan secara lisan mengenai bahan pelajaran sehingga memudahkan siswa
untuk memahami bahan pelajaran.
Hasil belajar yang diperoleh dari penjelasan adalah pemahaman, bukan
ingatan. Melalui penjelasan siswa dapat memahami sebab akibat, dan memahami
20
prinsip.Penyampaian informasi ataupun uraian tentang suatu pokok masalah
harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa.
c. Materi penjelasan harus dikuasai oleh guru.
d. Materi harus bermanfaat dan bermakna bagi siswa.
e. Dalam menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang kongkrit.
f. Penjelasan dapat diberikan di awal, tengah, maupun akhir pelajaran.
g. Penjelasan dapat diberikan jika siswa bertanya atau juga atas rancangan
guru.
Adapun tujuan dari penggunaan penjelasan dalam proses pembelajaran
yaitu (LP3I, 2010:83) :
a. Untuk membimbing siswa dalam memahami konsep, prinsip ataupun
hukum yang menjadi bahan pelajaran.
b. Membantu siswa dalam memecahkan masalah.
c. Mengkomunikasikan ide, pesan kepada siswa.
d. Melatih siswa mandiri dalam mengambil keputusan.
e. Melatih siswa untuk berpikir logis.
2. Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang
dilontarkan guru yang menuntut respon atau jawaban dari siswa. Menurut Wahid
Murni (2010:99) keterampilan bertanya merupakan keterampilan untuk
mendapatkan jawaban dari orang lain.Pertanyaan yang diajukan guru akan
21
mengandung unsure pengendalian atas pengajaran yang berlangsung. Kenyataan
tersebut memungkinkan pengajaran menjadi menarik, perhatian anak, menuntut
mereka untuk berfikir untuk menjawabnya dengan tepat.
Pengajuan pertanyaan yang bermakna dan menarik perhatian anak
sehingga anak merasa senang dalam belajar merupakan tugas yang tidak
sederhana bagi seorang guru. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam
bertanya yaitu :
a. Pertanyaan hendaknya singkat, jelas, dan disusun dengan kata-kata yang
sederhana.
b. Pertanyaan hendaknya mengenai satu masalah saja.
c. Petanyaan langsung sebaiknya diberikan secara random.
d. Pertanyaan didistribusikan secara merata kepada siswa.
e. Pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan siswa.
f. Sebaiknya hindari pertanyaan leading question.
Hal yang harus dihindari guru saat bertanya yaitu :
a. Mengajukan pertanyaaan yang memberikan jawaban serentak.
b. Mengulang pertanyaan sendiri.
c. Menjawab pertanyaan sendiri.
d. Mengulang jawaban siswa.
3. Keterampilan menggunakan variasi
Penggunaan variasi dilakukan agar peserta didik terhindar dari perasaan
22
jenuh dan membosankan yang menyebabkan perasaan malas muncul. Pengajaran
sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang dan menimbulkan rasa jenuh pada
siswa.
Pengertian penggunaan variasi merupakan keterampilan guru dalam
menggunakan bermacam-macam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar
siswa sekaligus mengatasi kebosanan dan menimbulkan minat, gairah, dan
aktivitas belajar yang efektif. Penggunaan variasi terdiri dari variasi dalam
mengajar, variasi dalam penggunaan media, variasi dalam penggunaan metode,
dan variasi dalam pola interaksi.
4. Keterampilan memberi penguatan
Memberi penguatan merupakan tindakan terhadap suatu respon terhadap
suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas
tingkah laku.
Pemberian penguatan dapat berupa penguatan berupa kata-kata (verbal),
penguatan gerak tubuh atau mimik muka (gestural), penguatan dengan cara
mendekati, penguatan dengan cara sambutan, penguatan dengan pemberian
kegiatan yang menyenangkan, dan penguatan berupa tanda.
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru untuk
mengkondisikan mental siswa agar siap dalam menerima pelajaran. Dalam
membuka pelajaran, siswa harus mengetahui tujuan yang akan dicapai dan
langkah-langkah yang akan ditempuh.
Keterampilan menutup pelajaran adalah kemampuan guru dalam
23
mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Dalam menutup pelajaran, guru dapat
menyimpulkan materi pelajaran, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan
keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
6. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru melayani
kegiatan siswa dalam belajar dalam kelompok dengan jumlah siswa antara 3
sampai 5 orang atau paling banyak 8 anak untuk setiap kelompok. Sedangkan
keterampilan mengajar perorangan adalah kemampuan guru dalam menentukan
tujuan, bahan ajar, dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan
memperhatikan perbedaan individu siswa.
7. Keterampilan mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru dalam
mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal.
Kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan guru untuk menciptakan
kondisi yang menguntungkan, menyenangkan siswa dan penciptaan disiplin
belajar secara sehat.
8. Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses belajar yang dilakukan dalam
kerjasama kelompok yang bertujuan memecahkan suatu permasalahan, mengkaji
konsep, prinsip atau keterampilan tertentu.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam memimpin diskusi yaitu
melaksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan, memberi waktu yang
cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan, rencanakan diskusi
24
kelompok dengan sistematis, dan menjadikan guru sebagai teman dalam diskusi.
2.1.4 Aktivitas Siswa
Di dalam belajar perlu adanya aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu
adalah berbuat, “learning by doing”. Aktivitas merupakan perbuatan baik berupa
kegiatan fisik maupun mental (Sardiman, 2011: 100). Aktivitas siswa dipengaruhi
adanya motivasi. Dengan adanya motivasi maka akan muncul dorongan
melakukan suatu perbuatan . Motivasi juga akan mengarahkan perbuatan sesuai
tujuan yang diinginkan. Selain itu motivasi juga berfungsi sebagai penggerak,
besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan
(Oemar Hamalik, 2007:175).
Di dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada
pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan pandangan
ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh
guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh
siswa (Sardiman, 2011:103).
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.
Aktivitas tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim
terdapat di sekolah-sekolah. Menurut Paul B. Diedrich (Sardiman, 2011:101)
membuat daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat
digolongkan sebagai berikut :
1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya yaitu membaca, memperhatikan
gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
25
2) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
dan menyalin.
5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, dan
diagram.
6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan
percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
Jadi dengan adanya klasifikasi aktivitas di atas menunjukkan bahwa
aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan
di atas dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah akan menjadi lebih dinamis,
tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang
maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai pusat dan
transformasi kebudayaan.
2.1.5 Ilmu Pengetahuan Sosial
2.1.5.1 Pengertian IPS
26
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB sampai SMA sederajat. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
social hal tersebut diungkapkan oleh E. Mulyasa (Nurul Farida Istiqomah,
2010:11).
Menurut Mu’nisah (2004:2) IPS merupakan mata pelajaran yang
memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui
pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi
siswa dan kehidupannya. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa IPS
merupakan studi sosial yang memadukan ilmu sosial dan humaniora untuk
meningkatkan kompetensi kewarganegaraan.
Dengan program sekolah, IPS dikembangkan dengan perpaduan yang
sistematis berdasarkan disiplin ilmu antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi,
sejarah, hukum, filosofi, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, serta materi
yang diperlukan dari ilmu humaniora, matematika, dan ilmu alam.
Edgar B. Wesley (Mu’nisah, 2004:2), berpendapat bahwa IPS adalah
bagian atau aspek-aspek dari ilmu-ilmu social yang diseleksi dan diadaptasi untuk
digunakan bagi kepentingan pengajaran di sekolah.
Berdasarkan pengertian IPS di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
IPS merupakan program pendidikan atau bidang studi dalam kurikulum sekolah
yang mempelajari kehidupan manusia dengan lingkungannya.
2.1.5.2 Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
27
Tujuan utama IPS adalah membantu manusia (generasi) muda
mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang informatif dan
rasional sebagai warga negara yang baik dari budaya yang berbeda-beda serta
dalam konteks masyarakat yang demokratis dalam dunia yang saling
membutuhkan.
Menurut pendapat Gross (Etin Solihatin, 2008;14) tujuan IPS adalah untuk
mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di
masyarakat. Selain itu tujuan lain dari pendidikan IPS adalah mengembangkan
pengetahuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap
persoalan yang dihadapinya.
Sedangkan menurut Fenton (Mu’nisah, 2004:5) tujuan dari IPS adalah
mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik, mengajar anak didik
berkemampuan berfikir dan agar anak didik dapat melanjutkan kebudayaan
bangsanya.Dapat pula dikatakan bahwa tujuan IPS dalah sama dengan tujuan
umum seluruh program sekolah yaitu membentuk warga negara yang baik.
Secara khusus, tujuan dari pengajaran IPS di sekolah dapat dikelompokkan
menjadi empat komponen yaitu :
a. Memberikan ilmu pengetahuan pada siswa tentang pengalaman manusia
dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan di masa yang
akan datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk mencari dan
mengolah informasi.
28
c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian dalam
kehidupan sosial.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk
mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. IPS
sebagai mata pelajaran dalam kurikulum sekolah merupakan wahana pencapaian
tujuan pendidikan nasional.
2.1.5.3 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a. Manusia, tempat, dan lingkungan.
b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
c. Sistem sosial dan budaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BSNP, 2007: 575).
2.1.5.4 Materi Ilmu Pengetahuan Sosial
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu
bagian dari kurikulum pendidikan dasar yang wajib ditempuh peserta didik (UU
Sisdiknas, 2003: 19). Mata pelajaran ini diberikan mulai dari SD/MI/SDLB
sampai SMA/MA/SMK. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada
29
jenjang SD/MI, substansi IPS memuat Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.
Muatan tersebut bersifat terpadu, artinya bahwa muatan pelajaran tersebut
dipelajari dalam satu mata pelajaran yaitu IPS (Sapriya, 2009: 194).
Kurikulum IPS harus memuat bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan
institusional tingkat sekolah dan tujuan pendidikan nasional. Di dalamnya
hendaknya berisikan bahan yang memungkinkan siswa untuk berpikir dan berlatih
kritis, analitis, kreatif, serta membiasakan diri dalam proses berpikir ilmuwan
sosial, dan proses internalisasi yang menekankan pada proses mengambil
keputusan secara rasional berdasarkan pengetahuan yang sudah disederhanakan
(Etin Solihatin, 2008:14).
Hal tersebut juga harus diimbangi dengan salah satu prinsip KTSP yaitu
dikembangkan berdasarkan potensi daerah atau lingkungan sekitar dan tingkat
perkembangan peserta didik (BSNP, 2006: 3).
2.1.5.5 Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS di SD/MI berfungsi untuk mengembangakan pengetahuan, nilai, sikap,
dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. IPS
juga berfungsi sebagai media untuk mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan
di lingkungan sendiri dan antarmanusia. Selain itu IPS dapat mensistematiskan
bahan informasi, dan kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan
lingkungannya agar lebih bermakna (Drs. Soewarso, M.Ed).
Model ini dirumuskan untuk membantu mengembangkan:
a) Analisa tentang perilaku dan nilai-nilai pribadi.
b) Strategi pemecahan masalah antar pribadi dan pribadi dengan orang lain.
30
c) Pengenalan jiwa dan perasaan orang lain.
d) Pengetahuan tentang fakta-fakta sosial dan nilai-nilai.
e) Kemahiran dalam menyatakan pendapat.
2.1.5.6 Media dalam pembelajaran IPS
1. Media pembelajaran Pengetahuan Sosial
Istilah Media berasal dari bahasa latin yaitu bentuk jamak dari
“medium” yang berarti pengantar. Makna umum dari media yaitu segala
sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada
penerima informasi (Etin Solihatin, 2008:22).
Proses belajar mengajar juga menggunakan media yang dalam
penggunaannya disebut media pembelajaran. Menurut AECT (Etin Solihatin,
2008:23) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan oleh
orang untuk menyalurkan pesan. Gagne (Etin Solihatin, 2008:23) mengartikan
media sebagai komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang
mereka untuk belajar. Dalam pembelajaran media memegang peranan penting
sebagai alat yang diharapkan dapat mendorong belajar lebih efektif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa media merupaka bagian dari sumber
belajar yang mampu menarik minat siswa dalam menerima pembelajaran.
2. Manfaat Media Pembelajaran IPS
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran lebih
efektif dan efisien. Menurut Kemp dan Dayton (Etin Solihatin, 2008:23-25)
mengidentifikasi beberapa manfaat media yaitu sebagai berikut : (a)
31
menyampaikan materi dapat diseragamkan; (b) Proses pembelajaran menjadi
lebih jelas dan menarik; (c) Proses Pembelajaran menjadi lebih interaktif; (d)
efisien dalam waktu dan tenaga; (e) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa;
(f) media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar; (g)mengubah peran guru ke arah lebih positif dan produktif.
3. Jenis media
Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai dari
yang sederhana, murah, hingga media yang canggih dan mahal harganya.
Anderson (Etin Solihatin, 2008:26) mengelompokkan media menjadi sepuluh
golongan sebagai berikut :
NO Golongan Media Contoh dalam pembelajaran
1 Audio Kaset audio, siaran radio, CD,
Telepon
2 Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, gambar
3 Audio Cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4 Proyeksi Visual Diam Film bingkai, OHT
5 Proyeksi Audiovisual diam Film bingkai bersuara
6 Visual Gerak Film bisu 7 Audiovisual Gerak Film gerak bersuara, VCD, televisi 8 Objek Fisik Benda nyata, model, spesimen
9 Manusia dan lingkungan Guru, pustakawan, laboran
10 Komputer CAI (pembelajaran berbantuan komputer), CBI (Pembelajaran berbasis komputer)
4. Kriteria Pemilihan Media
32
Secara umum, hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
media menurut Masitoh (2010:70) :
a. Dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
b. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
c. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda.
d. Tidak memilih media hanya karena media tersebut baru, canggih
atau populer.
2.1.2.7. IPS di Sekolah Dasar
Dalam perkembangan pengajaran IPS di sekolah dasar telah mengalami
perubahan kurikulum berkali-kali. Hal ini dimaksudkan untuk terus menerus
meningkatkan mutu pendidikan. Desain dan isi kurikulum akan bermakna
apabila berdampak pada siswa, artinya rencana dapat terlaksana di kelas dan
benar-benar berhasil jika telah menjadi bagian dari perilaku sebagai hasil dari
belajarnya.
IPS di SD adalah mata pelajaran manusia dalam semua aspek
kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. IPS yang diajarkan di SD terdiri
atas dua bahan kajian pokok, yaitu pengetahuan dan sosial. Bahan kajian
pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial , ilmu bumi, ekonomi dan
pemerintah. Kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak
masa lampau hingga masa kini.
Pengetahuan sosial berfungsi mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dasar dan melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan
33
rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak
masa lalu hingga masa kini. Disebutkan bahwa IPS SD diorganisasikan mulai
dari bahan pelajaran yang dekat dan sederhana di sekitar anak ke yang lebih luas
atau kompleks. Dalam segi proses pembelajaran menerapkan prinsip belajar
aktif, mental (pemikiran dan perasaan) dan sosial sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa SD.
2.1.3 Strategi Peer Lesson
2.1.3.1 Pengertian Strategi Peer Lesson
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan dan belajar bukan
merupakan konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri, penjelasan dan
pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal,
karenanya diperlukan suatu strategi yang dapat mendukung atau meningkatkan
keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Dalam memilih suatu strategi, hendaknya dapat mengajak peserta didik
untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima
pelajaran dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan pelajaran yang
telah diberikan. Salah satu bentuk pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang
menggunakan strategi peer lessons. Pembelajaran aktif (active learning) sendiri
merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara
aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi
aktivitas pembelajaran.
34
Sedangkan peer lessons adalah suatu strategi pembelajaran yang
merupakan bagian dari active learning (pembelajaran aktif). Secara singkat
menurut Melvin L.Silberman strategi peer lessons merupakan strategi untuk
mendukung pengajaran sesama siswa di dalam kelas.
Dalam peer lessons ini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
dan masing-masing anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk
menjelaskan materi kepada kelompok lain sesuai sub topik materi yang mereka
dapat dan dalam penyampaian materi hendaknya tidak menggunakan metode
ceramah saja atau seperti membaca laporan, namun dapat menggunakan metode
atau strategi pembelajaran yang lain yang sekiranya cocok dengan materi yang
mereka presentasikan kepada teman mereka.
Sebelum melakukan presentasi siswa diberi waktu yang cukup baik di
dalam maupun di luar kelas. Guru dapat memberi beberapa saran kepada siswanya
seperti menggunakan alat bantu visual, menyiapkan media pengajaran yang
diperlukan atau menggunakan contoh-contoh yang relevan. Setelah semua
kelompok melaksanakan tugasnya, guru memberikan kesimpulan dan klarifikasi
sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa.
Dengan strategi peer lessons setiap siswa diajak untuk turut aktif dalam
proses pembelajaran tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan
demikian mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan sehingga
keberhasilan pembelajaran yang diharapkan bisa lebih optimal.
Menurut Piaget (Sri Anitah. W, 2009:2.35), siswa yang telah mencapai
usia 11 tahun telah mengalami fase perkembangan operasional formal. Artinya
35
suatu perkembangan kognitif yang menunjukkan bahwa siswa telah memiliki
kemampuan berpikir tinggi atau berpikir ilmiah. Dengan demikian mulai dari
kelas V sudah dapat menggunakan pendekatan ilmiah saat proses pembelajaran.
Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar dapat
dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa
untuk berargumentasi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan serta mendorong
siswa memiliki rasa ingin mengetahui. Pembelajaran pada kelas tinggi banyak
menggunakan pembelajaran berbasis masalah, menggunakan pendekatan
konstruktivis, melakukan aktifitas menyelidiki, meneliti, dan membandingkan, di
samping itu masih tetap menggunakan metode yang lain seperti ceramah, diskusi
dan tanya jawab.
Karakteristik pembelajaran di Sekolah Dasar kelas tinggi terlihat selain
dituntut tingginya aktivitas siswa, kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan
pembelajaran seperti melakukan tahapan penyelidikan, melakukan pemecahan
masalah dan sebagainya. Itu sebabnya guru harus kaya akan pengalaman, serta
mampu menentukan strategi pembelajaran yang tepat dan mampu mangarahkan
kegiatan siswa agar sasaran belajar dapat dicapai melalui pembelajaran di sekolah.
2.1.3.2 Langkah- langkah pelaksanaan Strategi Peer Lessons
Strategi peer lessons merupakan suatu strategi pembelajaran yang
merupakan bagian dari active learning. Strategi ini didesain untuk meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa secara mandiri dan menuntut saling ketergantungan
yang positif terhadap teman sekelompoknya karena setiap kelompok bertanggung
36
jawab untuk menguasai materi pelajaran yang telah ditentukan dan mengajarkan
atau menyampaikan materi tersebut kepada kelompok lain.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan strategi peer lessons adalah sebagai
berikut:
Langkah-langkah peer lesson:
a. Peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak materi
yang akan disampaikan.
b. Masing-masing kelompok mempelajari satu topic, kemudian peserta didik
masuk kepada kelompok lain.
c. Memberikan waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam maupun
luar kelas, usahakan mereka tidak menggunakan metode ceramah saja,
diharapkan ada media.
d. Setiap kelompok menyampaikan materi yang telah diberikan.
e. Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, diberi kesimpulan dan
pelurusan dari pemahaman peserta didik (Hisyam Zaini, 2004 : 65 – 66).
2.1.3.3 Manfaat strategi peer lesson
Peer Lessons adalah salah satu bentuk pembelajaran aktif (active
learning). Dengan strategi Peer Lessons siswa diajak untuk turut aktif dalam
proses pembelajaran. Adapun manfaat dari strategi Peer Lesson adalah :
a. Otak bekerja secara aktif.
Dengan strategi peer lesson, siswa diajak belajar secara aktif baik di
dalam maupun di luar kelas, mereka diberi kesempatan untuk memilih
strategi apa yang mereka inginkan dan mereka juga mempunyai tanggung
37
jawab menguasai pelajaran untuk dipresentasikan atau diajarkan kepada
temannya.
b. Hasil belajar yang maksimal.
Dengan strategi peer lessons peserta didik dapat belajar secara aktif,
di dalam dan di luar kelas dan mereka mempunyai tanggung jawab untuk
mendiskusikan dan mengajarkan materi pelajaran kepada teman yang lain,
sehingga mendorong mereka untuk lebih giat belajar baik secara mandiri
maupun kelompok. Dengan demikian hasil belajar akan lebih maksimal.
c. Tidak mudah melupakan materi pelajaran.
Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima dari guru, ada
kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Dan dalam
strategi peer lessons ini siswa diajak serta untuk aktif dalam proses
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan demikian akan
membuahkan hasil belajar yang bagus.
d. Proses pembelajaran yang menyenangkan
Strategi peer lessons merupakan strategi pembelajaran yang mengajak
siswa untuk belajar secara aktif. Dengan belajar aktif ini peserta didik diajak
untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi
juga melibatkan fisik.
e. Otak dapat memproses informasi dengan baik
Otak tidak akan dapat memproses informasi yang masuk kalau otak
itu tidak dalam kondisi on, maka otak memerlukan sesuatu yang dapat
dipakai untuk menghubungkan antara informasi yang baru diajarkan dengan
38
informasi yang telah dimiliki. Jika belajar itu pasif, otak tidak akan dapat
menghubungkan antara informasi yang baru dengan informasi yang lama.
Selanjutnya otak perlu beberapa langkah untuk dapat menyimpan informasi
(http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-trimurdian-
7514-3-bab2.pdf, diakses tanggal 5 Februari 2012 pukul 2).
2.1.4 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai
perubahan perilaku yang dialami peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar
(Achmad Rifa’I, 2010:85). Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut
tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa, apabila siswa mempelajari
pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh berupa
penguasaan konsep. Menurut Gagne (Agus Suprijono, 2010:5-7) hasil belajar
berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara
spesifik terhadap rangsangan yang bersifat spesifik. Kemampuan tersebut
tidak membutuhkan pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorikan, kemampuan menganalisa fakta dan konsep.
39
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam pemecahan masalah.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menjadikan
nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2010:6-7) hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah
knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,
meringkas), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan
hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan
baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap
menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization
(organisasi), characterization (karakterisasi).
Sementara menurut Lindgren (Agus Suprijono, 2010:7) hasil belajar
mencakup kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Jadi dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan salah satu aspek potensi
kemanusiaan. Hasil belajar harus dapat menunjukkan
40
Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi
verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara
Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan
seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif
danpsikomotorik
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :
1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama
kualitas pengajaran.
Hasil belajar yang dicapai siswa, melalui proses belajar mengajar yang
optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau
setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak
kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
3. untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
41
4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),
yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif
(sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian terurai di
bawah ini:
Penelitian yang berjudul Peningkatan Minat Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Peer Lesson Pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan
Bulat Dengan Alat Peraga di Kelas IV SD Negeri I Plosorejo Kecamatan
Tawangharjo Kabupaten Grobogan oleh Imroatun Naimah. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan minat belajar matematika siswa pada materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya siswa yang 1) memperhatikan guru dalam mengikuti pembelajaran
matematika sebelum tindakan 14,63% dan setelah tindakan 36,58%, 2)
berkonsentrasi dalam mendengarkan guru pada waktu menjelaskan materi
sebelum tindakan 12,19 % dan setelah tindakan 39,02%, 3) antusias dalam
pembelajaran matematika, yaitu kesiapan siswa dalam memulai proses
pembelajaran sebelum tindakan19,51% dan setelah tindakan 56,09%. Penelitian
ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran Peer lesson dengan
alat peraga dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam belajar matematika.
Implikasinya dengan penelitian yang diadakan penulis yaitu terbukti ada
peningkatan hasil belajar dari siklus 1 dan 2.
42
Penelitian yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Pokok
Bahasan Himpunan melalui Strategi Peer Lesson Sebagai Upaya Peningkatan
Kreativitas Siswa oleh Anisa Dika Icmawati (PTK pada siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Sawit Semester 2 tahun 2009/2010). Data dikumpulkan melalui metode
observasi, catatan lapangan, tes, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah
adanya peningkatan kreativitas siswa, hal ini dapat dilihat dari aspek: 1)
kelancaran siswa dalam berpresentasi meningkat dari 11,11% pada putaran I
menjadi 25% pada akhir tindakan; 2) Kemampuan siswa bertanya pada kelompok
yang sedang presentasi meningkat dari 16,67% pada putaran I menjadi 47,22%
pada akhir tindakan; 3) kemampuan siswa dalam mengemukakan ide atau gagasan
meningkat dari 8,33% pada putaran I menjadi 27,78% pada akhir tindakan.
Kesimpulan penelitian ini adalah melalui strategi peer lesson dapat meningkatkan
kreativitas siswa pada pokok bahasan himpunan. Implikasinya dengan penelitian
yang diadakan penulis yaitu penelitian yang diteliti maka dengan adanya
hubungan yang signifikan antara strategi Peer Lesson dengan hasil belajar
belajar dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui prestasi belajar siswa
ataupun sebaliknya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gatiningsih dengan judul
Penerapan Strategi Peer Lesson dalam Pembelajaran Biologi dapat meningkatkan
hasil belajar biologi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri I Masaran tahun ajaran
2008/2009. Dari hasil pembahasan dapat dinyatakan bahwa rata-rata hasil belajar
siklus III lebih tinggi dari siklus I dan siklus II, baik dilihat dari aspek kognitif
(81,15>71,1>64,9) maupun afektif (21,65>18,65>17,075). Kesimpulan dari
43
penelitian ini adalah penerapan strategi peer lessons dalam pembelajaran biologi
dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri I
Masaran tahun ajaran 2008/2009. Implikasinya dengan penelitian yang diadakan
penulis yaitu terbukti ada peningkatan hasil belajar dari siklus 1 dan 2 melalui
strategi Peer Lesson.
Penelitian yang berjudul Peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas
VI SDN Ngijo 01 kecamatan Gunung Pati melalui penerapan strategi peer lesson
oleh Dian Harum Puspitasari.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I,
keterampilan guru dalam pembelajaran IPS diperoleh skor rata-rata 2,9 dengan
kategori baik. Aktivitas siswa pada pembelajaran IPS mendapatkan skor rata-rata
2,3 dengan kategori cukup. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal 5 dari 20
siswa yang tuntas dengan KKM 65. Setelah dilakukan tindakan penelitian pada
siklus I nilai rata-rata 62,6 dengan kategori kurang, dan pencapaian ketuntasan
sebesar 38,3%. Tetapi pada siklus I guru dalam membimbing kelompok masih
kurang, siswa kurang dapat dikondisikan dan hasil belajar belum memenuhi
kriteria keberhasilan yang ditentukan sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II.
Pada siklus II, keterampilan guru meningkat menjadi skor rata-rata 5,6 dengan
kategori sangat baik. Aktivitas siswa meningkat menjadi 2,58 dengan kategori
baik. Ketuntasan hasil belajar meningkat dengan nilai rata-rata 76,42 dengan
kategori baik dan pencapaian ketuntasan sebesar 85%. Implikasinya dengan
penelitian yang diadakan penulis yaitu terbukti ada peningkatan hasil belajar dari
siklus 1 dan 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Praditya Inggit Saputri yang berjudul
44
Peningkatan pemahaman konsep trigonometri menggunakan strategi peer lesson).
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep
trigonometri siswa menggunakan strategi Peer Lesson. Hal ini dilihat dari
meningkatnya indikator banyaknya siswa yang: a) mengkontruksikan
permasalahan kehidupan sehari-hari dalam perbandingan trigonometri sebelum
tindakan 20%, putaran I 80%, putaran II 84,37% dan di akhir tindakan 96,87%, b)
menerapkan konsep secara tepat sebelum tindakan 6,67%, putaran I 46,66%,
putaran II 56,2% dan di akhir tindakan 93,75%, c) menyelesaikan perhitungan
soal sebelum tindakan 3,33%, putaran I 50%, putaran II 65,62% dan di akhir
tindakan 84,37%. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penerapan strategi Peer
Lesson dapat meningkatkan pemahaman konsep trigonometri siswa.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tri Yulianti yang berjudul
Penerapan strategi pembelajaran peer lesson dengan superitem dalam
pembelajaran matematika untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa pada pokok
bahasan pertidaksamaan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang : 1)
Bertanya dan mengemukakan pendapat sebelum tindakan 5% dan setelah tindakan
41,03%, 2) Menjawab pertanyaan sebelum tindakan 7,5% dan setelah tindakan
28,21%, 3) Mengerjakan latihan soal sebelum tindakan 47,5% dan setelah
tindakan 94,87%, dan 4) Mengerjakan soal latihan di depan kelas sebelum
tindakan 10% dan setelah tindakan 41,03%. Dengan demikian penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran Peer Lesson dengan Superitem dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Implikasinya
45
dengan penelitian yang diadakan penulis yaitu terbukti ada peningkatan hasil
belajar dari siklus 1 dan 2.
Penelitian yang berjudul Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan
menggunakan model peer lesson dan lightening the learning climate ditinjau dari
aktivitas belajar siswa di SMP N 2 Slogohimo oleh Narti.Hasil penelitian Subyek
penelitian ini semua siswa kelas VIII semester genap yang terdiri dari 3 kelas
sebanyak 113 siswa, sedangkan sampelnya diambil dengan teknik proporsional
random sampling sebanyak 77 siswa. Uji prasyarat analisis data yang digunakan
adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik analisis yang digunakan adalah
Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama. Berdasarkan hasil perhitungan
analisis dengan α = 5% diperoleh kesimpulan sebagai berikut :1) Tidak ada
perbedaan yang signifikan model mengajar terhadap prestasi belajar Matematika
dengan 00 , 4 67 , 1 71 : 1 : 05 , 0 = < = F Fa .2) Tidak ada perbedaan yang
signifikan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar matematika dengan 15 , 3 34 ,
0 71 : 2 : 05 , 0 = < = F Fb .3) Tidak ada interaksi antara model mengajar dan
aktivitas belajar terhadap prestasi belajar Matematika pada pokok bahasan
Keliling dan Luas Lingkaran dengan 15 , 3 556 , 0 71 : 2 : 05 , 0 = < = F Fab.
Implikasinya dengan penelitian yang diadakan penulis yaitu terbukti ada
perbedaan hasil belajar dengan strategi Peer Lesson dan tidak memakai strategi
Peer Lesson.
2.3 Kerangka Berpikir
Proses KBM pada mata pelajaran IPS yang terjadi di SD Negeri 05 Jepon
Kecamatan Jepon masih belum berjalan secara efektif. Keterbatasan media dan
46
kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang menarik masih sangat
terbatas. Hal ini menyebabkan siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran.
Hasil belajar yang belum memenuhi KKM, yaitu 62 sebanyak 71, 4% atau 15 dari
26 siswa disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru dalam menguasai yang
juga menjadi penyebab proses pembelajaran masih belum berjalan secara efektif.
Untuk menarik minat siswa dalam belajar dan lebih aktif saat proses
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), maka dapat digunakan strategi pembelajaran
yang mampu mengaktifkan siswa. Strategi yang tepat salah satunya adalah peer
lesson (belajar dari teman). Strategi ini baik digunakan untuk menggairahkan
kemauan siswa untuk mengajarkan materi kepada temannya. Dengan strategi peer
lessons setiap siswa diajak untuk turut aktif dalam proses pembelajaran tidak
hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan demikian mereka dapat belajar
dengan lebih menyenangkan sehingga keberhasilan pembelajaran yang diharapkan
bisa lebih optimal.
Manfaat menggunakan strategi pembelajaran aktif yaitu menarik
partisipasi aktif peserta didik agar mampu meningkatkan hasil belajar yaitu
melelui penggunaan strategi peer lesson dalam pelaksanaan proses pembelajaran
IPS khususnya pada siswa kelas V SD Negeri 05 Jepon Kecamatan Jepon.
47
Gambar Skema alur kerangka berfikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan dalam skema di bawah ini :
Kondisi Awal
Keterampilan guru dalam mengajar masih kurang optimal. Aktivitas siswa masih kurang, terbukti dengan :
• Siswa pasif • Siswa kurang berminat dalam pembelajaran • Siswa bermain sendiri saat mengerjakan evaluasi.
Hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS rendah.
Tindakan
Menggunakan strategi peer lesson
a. Peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak materi yang akan disampaikan.
b. Masing-masing kelompok mempelajari satu topic, kemudian mengajarkannya kepada kelompok lain.
c. Memberikan waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam maupun luar kelas, usahakan mereka tidak menggunakan metode ceramah saja, diharapkan ada media.
d. Setiap kelompok menyampaikan materi yang telah diberikan. e. Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, beri kesimpulan dan
pelurusan dari pemahaman peserta didik (Hisyam Zaini, 2004:65 – 66).
Hasil Akhir
1) Keterampilan guru meningkat dengan menggunakan strategi peer
lesson.
2) Aktivitas siswa meningkat, siswa menjadi aktif.
3) Hasil belajar IPS meningkat.
48
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, kajian empiris dan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan untuk penelitian ini yang berbunyi “ ada Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Strategi Peer Lesson pada
pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri 05 Jepon Kecamatan Jepon
Kabupaten Blora Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012”.