bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1 pembelajaran pengertian...

41
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Berdasarkan pendapat Achmad Sugandi (2007:9), pembelajaran merupakan terjemahan dari kata ”instruction”. Pembelajaran merupakan suatu proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam berbentuk ingatan jangka panjang. Beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut : a. Menurut teori behavioristik, pembelajaran merupakan usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar. b. Menurut teori kognitif, pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari. c. Menurut teori humanistik, pembelajaran memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai minat dan kemampuannya. Udin S. Winataputra (2007:1. 18) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, serta 8

Upload: trinhnhu

Post on 08-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran

2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran

Berdasarkan pendapat Achmad Sugandi (2007:9), pembelajaran

merupakan terjemahan dari kata ”instruction”. Pembelajaran merupakan suatu

proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang

ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil

belajar dalam berbentuk ingatan jangka panjang. Beberapa teori belajar

mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut :

a. Menurut teori behavioristik, pembelajaran merupakan usaha guru

membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan

lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan

tingkah laku si belajar.

b. Menurut teori kognitif, pembelajaran adalah cara guru memberikan

kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang

dipelajari.

c. Menurut teori humanistik, pembelajaran memberikan kebebasan kepada

si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya

sesuai minat dan kemampuannya.

Udin S. Winataputra (2007:1. 18) berpendapat bahwa pembelajaran

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, serta

8

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

9

meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri siswa. Oleh karena

itu dalam konsep tersebut terkandung lima konsep, yaitu interaksi, peserta didik,

pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Ciri dari suatu pembelajaran

adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses hasil belajar siswa.

Dalam pembelajaran, guru tidak hanya sebagai pengajar tetapi sebagai

pendidik. Menurut Isjoni (2008:30) mengungkapkan bahwa tugas guru sebagai

pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi pada anak didik, sedangkan tugas sebagai pendidik berarti meneruskan

dan mengembangkan nilai-nilai hidup pada anak didik.

Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai

seperangkat kejadian sehingga terjadilah proses belajar. Peristiwa belajar ini

dirancang agar memungkinkan siswa memproses informasi nyata dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut

(Achmad Rifa’i, 2010:193) :

a. Usaha pendidik untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar tetap terjalin hubungan lingkungan dengan tingkah laku siswa.

b. Cara pendidik memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari.

c. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk memperoleh bahan pelajaran dan mempelajarinyadengan minat dan kemampuannnya. Pembelajaran berorientasi pada bagaimana siswa berperilaku, hal ini

memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang

bersifat individual yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam

sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menghasilkan hasil belajar dalam

bentuk ingatan jangka panjang.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

10

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, pembelajaran dapat diartikan

sebagai penciptaan serta pengaturan sistem lingkungan dalam menyediakan

seperangkat kondisi lingkungan anak yang dapat merangsang anak untuk

melakukan aktivitas belajar. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah berupa

sejumlah tugas-tugas yang harus dilakukan anak, persoalan-persoalan yang

menuntut anak untuk memecahkannya, seperangkat keterampilan yang dikuasai

anak, termasuk pula seperangkat kondisi berupa sejumlah pengetahuan yang perlu

dikuasai anak.

2.1.1.2 Komponen-komponen Pembelajaran

Komponen pembelajaran menurut Achmad Rifa’i (2010:194-196) terdiri

atas :

a. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran biasanya

berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam tujuan pembelajarn

khusus. Setelah siswa melaksanakan proses belajar mengajar, selain mereka

memperoleh hasil belajar, mereka juga akan mendapatkan dampak pengiring.

Dampak pengiring dapat berupa kesadaran akan sifat pengetahuan, tenggang

rasa, dan kecermatan dalam berbahasa, dan sebagainya.

b. Subjek belajar

Subjek belajar dalam pembelajaran merupakan komponen utama karena

berperan sebagai subjek sekaligus objek. Sebagai subjek karena peserta didik

adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

11

karena kegiatan pembelajaran dapat mencapai perubahan perilaku pada diri

subjek belajar. Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif dari peserta

didik dalam kegiatan pembelajaran. Untuk kepentingan perencanaan

pembelajaran yang efektif perlu adanya pengetahuan guru tentang diagnosis

kesulitan belajar dan analisis tugas.

c. Materi Pelajaran

Materi pelajaran juga merupakan komponen utama dalam proses

pembelajaran, karena materi akan memberikan warna dalam kegiatan

pembelajaran. Materi pelajaran yang tersusun secara sistematis dan

dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga pada jalannya proses

pembelajaran. Materi pembelajaran dalam sistem pembelajaran terdapat dalam

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan buku sumber.

d. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses

pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran, guru perlu memilih

model-model pembelajaran, metode, dan teknik-teknik mengajar yang

menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk menentukan strategi yang

akan digunakan perlu mempertimbangkan tujuan, karakteristik siswa, dam

materi pelajaran agar strategi pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.

e. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran untuk membantu proses penyampaian pesan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

12

pembelajaran. Media digunakan dalam kegiatan instruksional karena media

dapat memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata

menjadi dapat dilihat dengan jelas. Selain itu media juga dapat menyajikan

benda yang jauh dari subyek belajar dan menyajikan peristiwa-peristiwa yang

komplek, rumit menjadi sistematik dan sederhana.

f. Penunjang

Komponen penunjang yang dimaksud dalam kegiatan pembelajaran

yaitu fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran, dan

semacamnya. Komponen penunjang memiliki fungsi memperlancar,

melengkapi, dan mempermudah proses pembelajaran.

2.1.2 Belajar

2.1.2.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang

dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh

seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan,

kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang.

Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning mengemukakan

bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap

sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang

dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atau dasar

kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat

seseorang (Pupuh Fathurrohman, 2007:5).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

13

Menurut Udin S. Winataputra (2007:1.5) belajar adalah proses yang

dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills,

and attitudes. Kemampuan, keterampilan, dan sikap tersebut diperoleh secara

bertahap dan berkelanjutan dari bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses

belajar sepanjang hayat. Pengertian belajar dalam konteks tujuan pendidikan

nasional dimaknai sebagai kegiatan untuk menjadi orang yang beriman dan takwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, caka, kretif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Belajar adalah

suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari

proses pertumbuhan.

Skiner (Dimyati, 2006:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu

perilaku. Pada saat seseorang belajar , maka responnnya akan menjadi lebih baik.

Sebaliknya, bila seseorang tidak belajar, maka responnya akan menurun. Dalam

belajar ditemukan adanya hal-hal berikut :

a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar. b. Respons si pebelajar. c. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.

Gagne juga memiliki pendapat tentang belajar. Menurut Gagne (Dimyati,

2006:10), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan

kapabilitas. Setelah belajar seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap,

dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari

lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian,

belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi

lingkunagn, melalui pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

14

Menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi

eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Gagne berpendapat bahwa dalam

belajar terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan belajar, pemerolehan dan unjuk

belajar, dan alih belajar. Pada tahap persiapan dilakukan tindakan mengarahkan

perhatian, pengharapan dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap

pemerolehan dan performansi digunakan untuk menyajikan stimulus yang jelas

sifatnya, memberikan bimbingan belajar, memunculkan perbuatan siswa serta

penguatan. Tahap alih belajar meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan, dan

pemberlakuan secara umum.

Piaget memiliki pendapat yang berbeda dengan Gagne. Piaget berpendapat

bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi

terus menerus dengan lingkungan (Dimyati, 2006:13). Dengan adanya interaksi

dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

Perkembangan intelektual menurut Piaget melalui tahap-tahap berikut :

a. Sensori motor (0 sampai 2 tahun).

Pada tahap ini anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik

dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman,

pendengaran, perabaan dan mengerakkannya.

b. Pra operasional (2 sampai 7 tahun).

Pada tahap ini anak mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

15

sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan menggolong-golongkan.

c. Operasional konkret (7 sampai 11 tahun).

Pada tahap ini anak dapat mengembangkan pikiran logis.

d. Operasi formal (11 tahun ke atas).

Pada tahap ini anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa.

Dalam konsep belajar mengandung tiga unsur utama (Achmad Rifa’i,

2010:82-84) yaitu :

a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. Perilaku mengacu pada suatu tindakan atau berbagai tindakan. Dalam kegiatan belajar di sekolah, perubahan perilaku itu mengacu pada kemampuan mengingat atau menguasai berbagai bahan belajar dan kecenderungan siswa memiliki sikap dan nilai-nilai yang diajarkan oleh pendidik. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut telah belajar.

b. Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. Pengalaman dapat membatasi jenis-jenis perubahan perilaku yang dipandang mencerminkan belajar. Pengalaman dalam belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial. Perubahan perilaku karena perkembangan dan kematangan fisik tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar.

c. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen. Lamanya perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang susah diukur.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku serta peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seseorang yang terjadi akibat melakukan proses interaksi

secara terus-menerus dengan lingkungannya sebagai hasil dari pengalaman

bermakna. Dalam interaksi tersebut terjadi proses mental, intelektual, dan

emosional yang pada akhirnya menjadi suatu sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang dimilikinya. Dalam belajar yang tepenting adalah proses bukan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

16

hasil yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri,

adapun orang lain hanya sebagai perantara dalam kegiatan belajar.

2.1.2.2 Tujuan Belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

lingkungan belajar yang kondusif. Sistem lingkungan belajar dipengaruhi

beberapa komponen yang sangat mempengaruhi. Komponen-komponen itu

berupa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang akan disajikan, guru

dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan social tertentu, jenis

kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar mengajar yang tersedia.

Belajar yang dilakukan oleh seseorang bertujuan :

a. Untuk mendapatkan pengetahuan.

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan

kemampuan berpikir sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan

kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan

pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.

b. Penanaman konsep dan keterampilan.

Penanaman konsep atau merumuskan konsep memerlukan suatu

keterampilan. Keterampilan dapat dididik yaitu dengan melatih kemampuan.

Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan.

Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan itu akan menuruti

kaidah tertentu dan bukan semata-semata hanya menghafal atau meniru.

c. Pembentukan sikap.

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

17

harus bijak dan hati-hati dalam menentukan pendekatan. Untuk itu dibutuhkan

kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa

menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh. Dalam interaksi belajar

mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua

perilakunya oleh siswa.

Pembentukan sifat mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari

soal penanaman nilai. Dengan dilandasi nilai-nilai, siswa akan tumbuh

kesadaran dan kemauannya untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah

dupelajari (Sardiman, 2010:25-28).

Jadi pada intinya, tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan,

keterampilan dan penanaman sikap mental.

2.1.2.3 Peranan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang paling pokok. Kegiatan mengajar sendiri memilki arti suatu

aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan mengatur

hubungan dengan anak , sehingga terjadi proses belajar (Sardiman, 2003:49).

Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik bila proses tersebut dapat

membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Menurut pendapat Sudirman

(2003:143-146) menyebutkan beberapa peranan guru dalam proses belajar

mengajar, yaitu sebagai berikut :

a. Informator

Guru dalam kegiatan belajar mengajar berperan sebagai pelaksana cara

mengajar informative, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

18

akademik maupun umum.

b. Organisator

Guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal

pelajaran, dan lain-lain. Komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar

mengajar semuanya diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga mencapai

efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

c. Motivator

Guru di dalam kegiatan belajar mengajar harus dapat merangsang dan

memberikan dorongan untuk mendinamiskan potensi siswa, menumbuhkan

aktivitas dan daya cipta siswa, sehingga akan terjadi dinamika dalam proses

belajar mengajar.

d. Pengarah

Guru dalam hal ini berperan membimbing dan mengarahkan kegiatan

belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

e. Inisiator

Guru berperan sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Ide-ide

tersebut merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontohkan kepada siswa.

f. Transmiter

Guru dalam hal ini akan bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan

pendidikan dan pengetahuan.

g. Fasilitator

Guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

19

sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.

h. Mediator

Di dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai penengah,

misalnya dalam acara diskusi kelas. Mediator dapat juga diartikan sebagai

penyedia media.

i. Evaluator

Guru bertugas mengevaluasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

2.1.3 Keterampilan Guru

Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah salah satu hal yang

penting agar guru dapat menjadi seorang guru yang professional. Jadi di samping

guru harus menguasai materi yang diajarkan, keterampilan dasar mengajar adalah

merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar

mengajar.Terdapat delapan keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh guru,

yaitu :

1. Keterampilan menjelaskan

Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran tidak hanya sekedar

menceritakan sesuatu kepada peserta didik melainkan keterampilan menyajikan

bahan pelajaran yang diorganisasikan secara sistematis sebagai satu kesatuan yang

berarti, sehingga mudah dipahami oleh siswa. Menjelaskan pada dasarnya adalah

menuturkan secara lisan mengenai bahan pelajaran sehingga memudahkan siswa

untuk memahami bahan pelajaran.

Hasil belajar yang diperoleh dari penjelasan adalah pemahaman, bukan

ingatan. Melalui penjelasan siswa dapat memahami sebab akibat, dan memahami

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

20

prinsip.Penyampaian informasi ataupun uraian tentang suatu pokok masalah

harus memperhatikan hal-hal berikut :

a. Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa.

c. Materi penjelasan harus dikuasai oleh guru.

d. Materi harus bermanfaat dan bermakna bagi siswa.

e. Dalam menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang kongkrit.

f. Penjelasan dapat diberikan di awal, tengah, maupun akhir pelajaran.

g. Penjelasan dapat diberikan jika siswa bertanya atau juga atas rancangan

guru.

Adapun tujuan dari penggunaan penjelasan dalam proses pembelajaran

yaitu (LP3I, 2010:83) :

a. Untuk membimbing siswa dalam memahami konsep, prinsip ataupun

hukum yang menjadi bahan pelajaran.

b. Membantu siswa dalam memecahkan masalah.

c. Mengkomunikasikan ide, pesan kepada siswa.

d. Melatih siswa mandiri dalam mengambil keputusan.

e. Melatih siswa untuk berpikir logis.

2. Keterampilan bertanya

Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang

dilontarkan guru yang menuntut respon atau jawaban dari siswa. Menurut Wahid

Murni (2010:99) keterampilan bertanya merupakan keterampilan untuk

mendapatkan jawaban dari orang lain.Pertanyaan yang diajukan guru akan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

21

mengandung unsure pengendalian atas pengajaran yang berlangsung. Kenyataan

tersebut memungkinkan pengajaran menjadi menarik, perhatian anak, menuntut

mereka untuk berfikir untuk menjawabnya dengan tepat.

Pengajuan pertanyaan yang bermakna dan menarik perhatian anak

sehingga anak merasa senang dalam belajar merupakan tugas yang tidak

sederhana bagi seorang guru. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam

bertanya yaitu :

a. Pertanyaan hendaknya singkat, jelas, dan disusun dengan kata-kata yang

sederhana.

b. Pertanyaan hendaknya mengenai satu masalah saja.

c. Petanyaan langsung sebaiknya diberikan secara random.

d. Pertanyaan didistribusikan secara merata kepada siswa.

e. Pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan siswa.

f. Sebaiknya hindari pertanyaan leading question.

Hal yang harus dihindari guru saat bertanya yaitu :

a. Mengajukan pertanyaaan yang memberikan jawaban serentak.

b. Mengulang pertanyaan sendiri.

c. Menjawab pertanyaan sendiri.

d. Mengulang jawaban siswa.

3. Keterampilan menggunakan variasi

Penggunaan variasi dilakukan agar peserta didik terhindar dari perasaan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

22

jenuh dan membosankan yang menyebabkan perasaan malas muncul. Pengajaran

sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang dan menimbulkan rasa jenuh pada

siswa.

Pengertian penggunaan variasi merupakan keterampilan guru dalam

menggunakan bermacam-macam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar

siswa sekaligus mengatasi kebosanan dan menimbulkan minat, gairah, dan

aktivitas belajar yang efektif. Penggunaan variasi terdiri dari variasi dalam

mengajar, variasi dalam penggunaan media, variasi dalam penggunaan metode,

dan variasi dalam pola interaksi.

4. Keterampilan memberi penguatan

Memberi penguatan merupakan tindakan terhadap suatu respon terhadap

suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas

tingkah laku.

Pemberian penguatan dapat berupa penguatan berupa kata-kata (verbal),

penguatan gerak tubuh atau mimik muka (gestural), penguatan dengan cara

mendekati, penguatan dengan cara sambutan, penguatan dengan pemberian

kegiatan yang menyenangkan, dan penguatan berupa tanda.

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru untuk

mengkondisikan mental siswa agar siap dalam menerima pelajaran. Dalam

membuka pelajaran, siswa harus mengetahui tujuan yang akan dicapai dan

langkah-langkah yang akan ditempuh.

Keterampilan menutup pelajaran adalah kemampuan guru dalam

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

23

mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Dalam menutup pelajaran, guru dapat

menyimpulkan materi pelajaran, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan

keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.

6. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru melayani

kegiatan siswa dalam belajar dalam kelompok dengan jumlah siswa antara 3

sampai 5 orang atau paling banyak 8 anak untuk setiap kelompok. Sedangkan

keterampilan mengajar perorangan adalah kemampuan guru dalam menentukan

tujuan, bahan ajar, dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan

memperhatikan perbedaan individu siswa.

7. Keterampilan mengelola kelas

Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru dalam

mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal.

Kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan guru untuk menciptakan

kondisi yang menguntungkan, menyenangkan siswa dan penciptaan disiplin

belajar secara sehat.

8. Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses belajar yang dilakukan dalam

kerjasama kelompok yang bertujuan memecahkan suatu permasalahan, mengkaji

konsep, prinsip atau keterampilan tertentu.

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam memimpin diskusi yaitu

melaksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan, memberi waktu yang

cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan, rencanakan diskusi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

24

kelompok dengan sistematis, dan menjadikan guru sebagai teman dalam diskusi.

2.1.4 Aktivitas Siswa

Di dalam belajar perlu adanya aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu

adalah berbuat, “learning by doing”. Aktivitas merupakan perbuatan baik berupa

kegiatan fisik maupun mental (Sardiman, 2011: 100). Aktivitas siswa dipengaruhi

adanya motivasi. Dengan adanya motivasi maka akan muncul dorongan

melakukan suatu perbuatan . Motivasi juga akan mengarahkan perbuatan sesuai

tujuan yang diinginkan. Selain itu motivasi juga berfungsi sebagai penggerak,

besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan

(Oemar Hamalik, 2007:175).

Di dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada

pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan pandangan

ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh

guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh

siswa (Sardiman, 2011:103).

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.

Aktivitas tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim

terdapat di sekolah-sekolah. Menurut Paul B. Diedrich (Sardiman, 2011:101)

membuat daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat

digolongkan sebagai berikut :

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya yaitu membaca, memperhatikan

gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

25

2) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,

dan menyalin.

5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, dan

diagram.

6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan

percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

beternak.

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Jadi dengan adanya klasifikasi aktivitas di atas menunjukkan bahwa

aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan

di atas dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah akan menjadi lebih dinamis,

tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang

maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai pusat dan

transformasi kebudayaan.

2.1.5 Ilmu Pengetahuan Sosial

2.1.5.1 Pengertian IPS

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

26

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari

SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB sampai SMA sederajat. IPS mengkaji

seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu

social hal tersebut diungkapkan oleh E. Mulyasa (Nurul Farida Istiqomah,

2010:11).

Menurut Mu’nisah (2004:2) IPS merupakan mata pelajaran yang

memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui

pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi

siswa dan kehidupannya. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa IPS

merupakan studi sosial yang memadukan ilmu sosial dan humaniora untuk

meningkatkan kompetensi kewarganegaraan.

Dengan program sekolah, IPS dikembangkan dengan perpaduan yang

sistematis berdasarkan disiplin ilmu antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi,

sejarah, hukum, filosofi, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, serta materi

yang diperlukan dari ilmu humaniora, matematika, dan ilmu alam.

Edgar B. Wesley (Mu’nisah, 2004:2), berpendapat bahwa IPS adalah

bagian atau aspek-aspek dari ilmu-ilmu social yang diseleksi dan diadaptasi untuk

digunakan bagi kepentingan pengajaran di sekolah.

Berdasarkan pengertian IPS di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

IPS merupakan program pendidikan atau bidang studi dalam kurikulum sekolah

yang mempelajari kehidupan manusia dengan lingkungannya.

2.1.5.2 Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

27

Tujuan utama IPS adalah membantu manusia (generasi) muda

mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang informatif dan

rasional sebagai warga negara yang baik dari budaya yang berbeda-beda serta

dalam konteks masyarakat yang demokratis dalam dunia yang saling

membutuhkan.

Menurut pendapat Gross (Etin Solihatin, 2008;14) tujuan IPS adalah untuk

mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di

masyarakat. Selain itu tujuan lain dari pendidikan IPS adalah mengembangkan

pengetahuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap

persoalan yang dihadapinya.

Sedangkan menurut Fenton (Mu’nisah, 2004:5) tujuan dari IPS adalah

mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik, mengajar anak didik

berkemampuan berfikir dan agar anak didik dapat melanjutkan kebudayaan

bangsanya.Dapat pula dikatakan bahwa tujuan IPS dalah sama dengan tujuan

umum seluruh program sekolah yaitu membentuk warga negara yang baik.

Secara khusus, tujuan dari pengajaran IPS di sekolah dapat dikelompokkan

menjadi empat komponen yaitu :

a. Memberikan ilmu pengetahuan pada siswa tentang pengalaman manusia

dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan di masa yang

akan datang.

b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk mencari dan

mengolah informasi.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

28

c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai demokrasi dalam kehidupan

bermasyarakat.

d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian dalam

kehidupan sosial.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk

mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. IPS

sebagai mata pelajaran dalam kurikulum sekolah merupakan wahana pencapaian

tujuan pendidikan nasional.

2.1.5.3 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

a. Manusia, tempat, dan lingkungan.

b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

c. Sistem sosial dan budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BSNP, 2007: 575).

2.1.5.4 Materi Ilmu Pengetahuan Sosial

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

bagian dari kurikulum pendidikan dasar yang wajib ditempuh peserta didik (UU

Sisdiknas, 2003: 19). Mata pelajaran ini diberikan mulai dari SD/MI/SDLB

sampai SMA/MA/SMK. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat

peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

29

jenjang SD/MI, substansi IPS memuat Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.

Muatan tersebut bersifat terpadu, artinya bahwa muatan pelajaran tersebut

dipelajari dalam satu mata pelajaran yaitu IPS (Sapriya, 2009: 194).

Kurikulum IPS harus memuat bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan

institusional tingkat sekolah dan tujuan pendidikan nasional. Di dalamnya

hendaknya berisikan bahan yang memungkinkan siswa untuk berpikir dan berlatih

kritis, analitis, kreatif, serta membiasakan diri dalam proses berpikir ilmuwan

sosial, dan proses internalisasi yang menekankan pada proses mengambil

keputusan secara rasional berdasarkan pengetahuan yang sudah disederhanakan

(Etin Solihatin, 2008:14).

Hal tersebut juga harus diimbangi dengan salah satu prinsip KTSP yaitu

dikembangkan berdasarkan potensi daerah atau lingkungan sekitar dan tingkat

perkembangan peserta didik (BSNP, 2006: 3).

2.1.5.5 Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial

IPS di SD/MI berfungsi untuk mengembangakan pengetahuan, nilai, sikap,

dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. IPS

juga berfungsi sebagai media untuk mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan

di lingkungan sendiri dan antarmanusia. Selain itu IPS dapat mensistematiskan

bahan informasi, dan kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan

lingkungannya agar lebih bermakna (Drs. Soewarso, M.Ed).

Model ini dirumuskan untuk membantu mengembangkan:

a) Analisa tentang perilaku dan nilai-nilai pribadi.

b) Strategi pemecahan masalah antar pribadi dan pribadi dengan orang lain.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

30

c) Pengenalan jiwa dan perasaan orang lain.

d) Pengetahuan tentang fakta-fakta sosial dan nilai-nilai.

e) Kemahiran dalam menyatakan pendapat.

2.1.5.6 Media dalam pembelajaran IPS

1. Media pembelajaran Pengetahuan Sosial

Istilah Media berasal dari bahasa latin yaitu bentuk jamak dari

“medium” yang berarti pengantar. Makna umum dari media yaitu segala

sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada

penerima informasi (Etin Solihatin, 2008:22).

Proses belajar mengajar juga menggunakan media yang dalam

penggunaannya disebut media pembelajaran. Menurut AECT (Etin Solihatin,

2008:23) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan oleh

orang untuk menyalurkan pesan. Gagne (Etin Solihatin, 2008:23) mengartikan

media sebagai komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang

mereka untuk belajar. Dalam pembelajaran media memegang peranan penting

sebagai alat yang diharapkan dapat mendorong belajar lebih efektif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa media merupaka bagian dari sumber

belajar yang mampu menarik minat siswa dalam menerima pembelajaran.

2. Manfaat Media Pembelajaran IPS

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah

memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran lebih

efektif dan efisien. Menurut Kemp dan Dayton (Etin Solihatin, 2008:23-25)

mengidentifikasi beberapa manfaat media yaitu sebagai berikut : (a)

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

31

menyampaikan materi dapat diseragamkan; (b) Proses pembelajaran menjadi

lebih jelas dan menarik; (c) Proses Pembelajaran menjadi lebih interaktif; (d)

efisien dalam waktu dan tenaga; (e) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa;

(f) media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses

belajar; (g)mengubah peran guru ke arah lebih positif dan produktif.

3. Jenis media

Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai dari

yang sederhana, murah, hingga media yang canggih dan mahal harganya.

Anderson (Etin Solihatin, 2008:26) mengelompokkan media menjadi sepuluh

golongan sebagai berikut :

NO Golongan Media Contoh dalam pembelajaran

1 Audio Kaset audio, siaran radio, CD,

Telepon

2 Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, gambar

3 Audio Cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis

4 Proyeksi Visual Diam Film bingkai, OHT

5 Proyeksi Audiovisual diam Film bingkai bersuara

6 Visual Gerak Film bisu 7 Audiovisual Gerak Film gerak bersuara, VCD, televisi 8 Objek Fisik Benda nyata, model, spesimen

9 Manusia dan lingkungan Guru, pustakawan, laboran

10 Komputer CAI (pembelajaran berbantuan komputer), CBI (Pembelajaran berbasis komputer)

4. Kriteria Pemilihan Media

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

32

Secara umum, hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan

media menurut Masitoh (2010:70) :

a. Dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

b. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

c. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda.

d. Tidak memilih media hanya karena media tersebut baru, canggih

atau populer.

2.1.2.7. IPS di Sekolah Dasar

Dalam perkembangan pengajaran IPS di sekolah dasar telah mengalami

perubahan kurikulum berkali-kali. Hal ini dimaksudkan untuk terus menerus

meningkatkan mutu pendidikan. Desain dan isi kurikulum akan bermakna

apabila berdampak pada siswa, artinya rencana dapat terlaksana di kelas dan

benar-benar berhasil jika telah menjadi bagian dari perilaku sebagai hasil dari

belajarnya.

IPS di SD adalah mata pelajaran manusia dalam semua aspek

kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. IPS yang diajarkan di SD terdiri

atas dua bahan kajian pokok, yaitu pengetahuan dan sosial. Bahan kajian

pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial , ilmu bumi, ekonomi dan

pemerintah. Kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak

masa lampau hingga masa kini.

Pengetahuan sosial berfungsi mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan dasar dan melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam

kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

33

rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak

masa lalu hingga masa kini. Disebutkan bahwa IPS SD diorganisasikan mulai

dari bahan pelajaran yang dekat dan sederhana di sekitar anak ke yang lebih luas

atau kompleks. Dalam segi proses pembelajaran menerapkan prinsip belajar

aktif, mental (pemikiran dan perasaan) dan sosial sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa SD.

2.1.3 Strategi Peer Lesson

2.1.3.1 Pengertian Strategi Peer Lesson

Mengajar bukan semata persoalan menceritakan dan belajar bukan

merupakan konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.

Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri, penjelasan dan

pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal,

karenanya diperlukan suatu strategi yang dapat mendukung atau meningkatkan

keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Dalam memilih suatu strategi, hendaknya dapat mengajak peserta didik

untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima

pelajaran dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan pelajaran yang

telah diberikan. Salah satu bentuk pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang

menggunakan strategi peer lessons. Pembelajaran aktif (active learning) sendiri

merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara

aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi

aktivitas pembelajaran.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

34

Sedangkan peer lessons adalah suatu strategi pembelajaran yang

merupakan bagian dari active learning (pembelajaran aktif). Secara singkat

menurut Melvin L.Silberman strategi peer lessons merupakan strategi untuk

mendukung pengajaran sesama siswa di dalam kelas.

Dalam peer lessons ini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil

dan masing-masing anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk

menjelaskan materi kepada kelompok lain sesuai sub topik materi yang mereka

dapat dan dalam penyampaian materi hendaknya tidak menggunakan metode

ceramah saja atau seperti membaca laporan, namun dapat menggunakan metode

atau strategi pembelajaran yang lain yang sekiranya cocok dengan materi yang

mereka presentasikan kepada teman mereka.

Sebelum melakukan presentasi siswa diberi waktu yang cukup baik di

dalam maupun di luar kelas. Guru dapat memberi beberapa saran kepada siswanya

seperti menggunakan alat bantu visual, menyiapkan media pengajaran yang

diperlukan atau menggunakan contoh-contoh yang relevan. Setelah semua

kelompok melaksanakan tugasnya, guru memberikan kesimpulan dan klarifikasi

sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa.

Dengan strategi peer lessons setiap siswa diajak untuk turut aktif dalam

proses pembelajaran tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan

demikian mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan sehingga

keberhasilan pembelajaran yang diharapkan bisa lebih optimal.

Menurut Piaget (Sri Anitah. W, 2009:2.35), siswa yang telah mencapai

usia 11 tahun telah mengalami fase perkembangan operasional formal. Artinya

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

35

suatu perkembangan kognitif yang menunjukkan bahwa siswa telah memiliki

kemampuan berpikir tinggi atau berpikir ilmiah. Dengan demikian mulai dari

kelas V sudah dapat menggunakan pendekatan ilmiah saat proses pembelajaran.

Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar dapat

dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa

untuk berargumentasi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan serta mendorong

siswa memiliki rasa ingin mengetahui. Pembelajaran pada kelas tinggi banyak

menggunakan pembelajaran berbasis masalah, menggunakan pendekatan

konstruktivis, melakukan aktifitas menyelidiki, meneliti, dan membandingkan, di

samping itu masih tetap menggunakan metode yang lain seperti ceramah, diskusi

dan tanya jawab.

Karakteristik pembelajaran di Sekolah Dasar kelas tinggi terlihat selain

dituntut tingginya aktivitas siswa, kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan

pembelajaran seperti melakukan tahapan penyelidikan, melakukan pemecahan

masalah dan sebagainya. Itu sebabnya guru harus kaya akan pengalaman, serta

mampu menentukan strategi pembelajaran yang tepat dan mampu mangarahkan

kegiatan siswa agar sasaran belajar dapat dicapai melalui pembelajaran di sekolah.

2.1.3.2 Langkah- langkah pelaksanaan Strategi Peer Lessons

Strategi peer lessons merupakan suatu strategi pembelajaran yang

merupakan bagian dari active learning. Strategi ini didesain untuk meningkatkan

rasa tanggung jawab siswa secara mandiri dan menuntut saling ketergantungan

yang positif terhadap teman sekelompoknya karena setiap kelompok bertanggung

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

36

jawab untuk menguasai materi pelajaran yang telah ditentukan dan mengajarkan

atau menyampaikan materi tersebut kepada kelompok lain.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan strategi peer lessons adalah sebagai

berikut:

Langkah-langkah peer lesson:

a. Peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak materi

yang akan disampaikan.

b. Masing-masing kelompok mempelajari satu topic, kemudian peserta didik

masuk kepada kelompok lain.

c. Memberikan waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam maupun

luar kelas, usahakan mereka tidak menggunakan metode ceramah saja,

diharapkan ada media.

d. Setiap kelompok menyampaikan materi yang telah diberikan.

e. Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, diberi kesimpulan dan

pelurusan dari pemahaman peserta didik (Hisyam Zaini, 2004 : 65 – 66).

2.1.3.3 Manfaat strategi peer lesson

Peer Lessons adalah salah satu bentuk pembelajaran aktif (active

learning). Dengan strategi Peer Lessons siswa diajak untuk turut aktif dalam

proses pembelajaran. Adapun manfaat dari strategi Peer Lesson adalah :

a. Otak bekerja secara aktif.

Dengan strategi peer lesson, siswa diajak belajar secara aktif baik di

dalam maupun di luar kelas, mereka diberi kesempatan untuk memilih

strategi apa yang mereka inginkan dan mereka juga mempunyai tanggung

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

37

jawab menguasai pelajaran untuk dipresentasikan atau diajarkan kepada

temannya.

b. Hasil belajar yang maksimal.

Dengan strategi peer lessons peserta didik dapat belajar secara aktif,

di dalam dan di luar kelas dan mereka mempunyai tanggung jawab untuk

mendiskusikan dan mengajarkan materi pelajaran kepada teman yang lain,

sehingga mendorong mereka untuk lebih giat belajar baik secara mandiri

maupun kelompok. Dengan demikian hasil belajar akan lebih maksimal.

c. Tidak mudah melupakan materi pelajaran.

Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima dari guru, ada

kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Dan dalam

strategi peer lessons ini siswa diajak serta untuk aktif dalam proses

pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan demikian akan

membuahkan hasil belajar yang bagus.

d. Proses pembelajaran yang menyenangkan

Strategi peer lessons merupakan strategi pembelajaran yang mengajak

siswa untuk belajar secara aktif. Dengan belajar aktif ini peserta didik diajak

untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi

juga melibatkan fisik.

e. Otak dapat memproses informasi dengan baik

Otak tidak akan dapat memproses informasi yang masuk kalau otak

itu tidak dalam kondisi on, maka otak memerlukan sesuatu yang dapat

dipakai untuk menghubungkan antara informasi yang baru diajarkan dengan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

38

informasi yang telah dimiliki. Jika belajar itu pasif, otak tidak akan dapat

menghubungkan antara informasi yang baru dengan informasi yang lama.

Selanjutnya otak perlu beberapa langkah untuk dapat menyimpan informasi

(http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-trimurdian-

7514-3-bab2.pdf, diakses tanggal 5 Februari 2012 pukul 2).

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai

perubahan perilaku yang dialami peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar

(Achmad Rifa’I, 2010:85). Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut

tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa, apabila siswa mempelajari

pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh berupa

penguasaan konsep. Menurut Gagne (Agus Suprijono, 2010:5-7) hasil belajar

berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara

spesifik terhadap rangsangan yang bersifat spesifik. Kemampuan tersebut

tidak membutuhkan pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengategorikan, kemampuan menganalisa fakta dan konsep.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

39

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan

kaidah dalam pemecahan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menjadikan

nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2010:6-7) hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

meringkas), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan

hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan

baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap

menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization

(organisasi), characterization (karakterisasi).

Sementara menurut Lindgren (Agus Suprijono, 2010:7) hasil belajar

mencakup kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

Jadi dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan salah satu aspek potensi

kemanusiaan. Hasil belajar harus dapat menunjukkan

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

40

Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi

verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara

Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan

seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif

danpsikomotorik

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :

1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama

kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai siswa, melalui proses belajar mengajar yang

optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang

rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu

kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak

kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

3. untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

41

4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),

yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif

(sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian terurai di

bawah ini:

Penelitian yang berjudul Peningkatan Minat Belajar Matematika Melalui

Pembelajaran Peer Lesson Pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

Bulat Dengan Alat Peraga di Kelas IV SD Negeri I Plosorejo Kecamatan

Tawangharjo Kabupaten Grobogan oleh Imroatun Naimah. Hasil penelitian

menunjukkan adanya peningkatan minat belajar matematika siswa pada materi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Hal ini dapat dilihat dari

banyaknya siswa yang 1) memperhatikan guru dalam mengikuti pembelajaran

matematika sebelum tindakan 14,63% dan setelah tindakan 36,58%, 2)

berkonsentrasi dalam mendengarkan guru pada waktu menjelaskan materi

sebelum tindakan 12,19 % dan setelah tindakan 39,02%, 3) antusias dalam

pembelajaran matematika, yaitu kesiapan siswa dalam memulai proses

pembelajaran sebelum tindakan19,51% dan setelah tindakan 56,09%. Penelitian

ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran Peer lesson dengan

alat peraga dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam belajar matematika.

Implikasinya dengan penelitian yang diadakan penulis yaitu terbukti ada

peningkatan hasil belajar dari siklus 1 dan 2.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

42

Penelitian yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Pokok

Bahasan Himpunan melalui Strategi Peer Lesson Sebagai Upaya Peningkatan

Kreativitas Siswa oleh Anisa Dika Icmawati (PTK pada siswa kelas VII SMP

Negeri 2 Sawit Semester 2 tahun 2009/2010). Data dikumpulkan melalui metode

observasi, catatan lapangan, tes, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah

adanya peningkatan kreativitas siswa, hal ini dapat dilihat dari aspek: 1)

kelancaran siswa dalam berpresentasi meningkat dari 11,11% pada putaran I

menjadi 25% pada akhir tindakan; 2) Kemampuan siswa bertanya pada kelompok

yang sedang presentasi meningkat dari 16,67% pada putaran I menjadi 47,22%

pada akhir tindakan; 3) kemampuan siswa dalam mengemukakan ide atau gagasan

meningkat dari 8,33% pada putaran I menjadi 27,78% pada akhir tindakan.

Kesimpulan penelitian ini adalah melalui strategi peer lesson dapat meningkatkan

kreativitas siswa pada pokok bahasan himpunan. Implikasinya dengan penelitian

yang diadakan penulis yaitu penelitian yang diteliti maka dengan adanya

hubungan yang signifikan antara strategi Peer Lesson dengan hasil belajar

belajar dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui prestasi belajar siswa

ataupun sebaliknya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gatiningsih dengan judul

Penerapan Strategi Peer Lesson dalam Pembelajaran Biologi dapat meningkatkan

hasil belajar biologi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri I Masaran tahun ajaran

2008/2009. Dari hasil pembahasan dapat dinyatakan bahwa rata-rata hasil belajar

siklus III lebih tinggi dari siklus I dan siklus II, baik dilihat dari aspek kognitif

(81,15>71,1>64,9) maupun afektif (21,65>18,65>17,075). Kesimpulan dari

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

43

penelitian ini adalah penerapan strategi peer lessons dalam pembelajaran biologi

dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri I

Masaran tahun ajaran 2008/2009. Implikasinya dengan penelitian yang diadakan

penulis yaitu terbukti ada peningkatan hasil belajar dari siklus 1 dan 2 melalui

strategi Peer Lesson.

Penelitian yang berjudul Peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas

VI SDN Ngijo 01 kecamatan Gunung Pati melalui penerapan strategi peer lesson

oleh Dian Harum Puspitasari.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I,

keterampilan guru dalam pembelajaran IPS diperoleh skor rata-rata 2,9 dengan

kategori baik. Aktivitas siswa pada pembelajaran IPS mendapatkan skor rata-rata

2,3 dengan kategori cukup. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal 5 dari 20

siswa yang tuntas dengan KKM 65. Setelah dilakukan tindakan penelitian pada

siklus I nilai rata-rata 62,6 dengan kategori kurang, dan pencapaian ketuntasan

sebesar 38,3%. Tetapi pada siklus I guru dalam membimbing kelompok masih

kurang, siswa kurang dapat dikondisikan dan hasil belajar belum memenuhi

kriteria keberhasilan yang ditentukan sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II.

Pada siklus II, keterampilan guru meningkat menjadi skor rata-rata 5,6 dengan

kategori sangat baik. Aktivitas siswa meningkat menjadi 2,58 dengan kategori

baik. Ketuntasan hasil belajar meningkat dengan nilai rata-rata 76,42 dengan

kategori baik dan pencapaian ketuntasan sebesar 85%. Implikasinya dengan

penelitian yang diadakan penulis yaitu terbukti ada peningkatan hasil belajar dari

siklus 1 dan 2.

Penelitian yang dilakukan oleh Praditya Inggit Saputri yang berjudul

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

44

Peningkatan pemahaman konsep trigonometri menggunakan strategi peer lesson).

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep

trigonometri siswa menggunakan strategi Peer Lesson. Hal ini dilihat dari

meningkatnya indikator banyaknya siswa yang: a) mengkontruksikan

permasalahan kehidupan sehari-hari dalam perbandingan trigonometri sebelum

tindakan 20%, putaran I 80%, putaran II 84,37% dan di akhir tindakan 96,87%, b)

menerapkan konsep secara tepat sebelum tindakan 6,67%, putaran I 46,66%,

putaran II 56,2% dan di akhir tindakan 93,75%, c) menyelesaikan perhitungan

soal sebelum tindakan 3,33%, putaran I 50%, putaran II 65,62% dan di akhir

tindakan 84,37%. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penerapan strategi Peer

Lesson dapat meningkatkan pemahaman konsep trigonometri siswa.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tri Yulianti yang berjudul

Penerapan strategi pembelajaran peer lesson dengan superitem dalam

pembelajaran matematika untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa pada pokok

bahasan pertidaksamaan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang : 1)

Bertanya dan mengemukakan pendapat sebelum tindakan 5% dan setelah tindakan

41,03%, 2) Menjawab pertanyaan sebelum tindakan 7,5% dan setelah tindakan

28,21%, 3) Mengerjakan latihan soal sebelum tindakan 47,5% dan setelah

tindakan 94,87%, dan 4) Mengerjakan soal latihan di depan kelas sebelum

tindakan 10% dan setelah tindakan 41,03%. Dengan demikian penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa strategi pembelajaran Peer Lesson dengan Superitem dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Implikasinya

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

45

dengan penelitian yang diadakan penulis yaitu terbukti ada peningkatan hasil

belajar dari siklus 1 dan 2.

Penelitian yang berjudul Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan

menggunakan model peer lesson dan lightening the learning climate ditinjau dari

aktivitas belajar siswa di SMP N 2 Slogohimo oleh Narti.Hasil penelitian Subyek

penelitian ini semua siswa kelas VIII semester genap yang terdiri dari 3 kelas

sebanyak 113 siswa, sedangkan sampelnya diambil dengan teknik proporsional

random sampling sebanyak 77 siswa. Uji prasyarat analisis data yang digunakan

adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik analisis yang digunakan adalah

Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama. Berdasarkan hasil perhitungan

analisis dengan α = 5% diperoleh kesimpulan sebagai berikut :1) Tidak ada

perbedaan yang signifikan model mengajar terhadap prestasi belajar Matematika

dengan 00 , 4 67 , 1 71 : 1 : 05 , 0 = < = F Fa .2) Tidak ada perbedaan yang

signifikan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar matematika dengan 15 , 3 34 ,

0 71 : 2 : 05 , 0 = < = F Fb .3) Tidak ada interaksi antara model mengajar dan

aktivitas belajar terhadap prestasi belajar Matematika pada pokok bahasan

Keliling dan Luas Lingkaran dengan 15 , 3 556 , 0 71 : 2 : 05 , 0 = < = F Fab.

Implikasinya dengan penelitian yang diadakan penulis yaitu terbukti ada

perbedaan hasil belajar dengan strategi Peer Lesson dan tidak memakai strategi

Peer Lesson.

2.3 Kerangka Berpikir

Proses KBM pada mata pelajaran IPS yang terjadi di SD Negeri 05 Jepon

Kecamatan Jepon masih belum berjalan secara efektif. Keterbatasan media dan

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

46

kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang menarik masih sangat

terbatas. Hal ini menyebabkan siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran.

Hasil belajar yang belum memenuhi KKM, yaitu 62 sebanyak 71, 4% atau 15 dari

26 siswa disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru dalam menguasai yang

juga menjadi penyebab proses pembelajaran masih belum berjalan secara efektif.

Untuk menarik minat siswa dalam belajar dan lebih aktif saat proses

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), maka dapat digunakan strategi pembelajaran

yang mampu mengaktifkan siswa. Strategi yang tepat salah satunya adalah peer

lesson (belajar dari teman). Strategi ini baik digunakan untuk menggairahkan

kemauan siswa untuk mengajarkan materi kepada temannya. Dengan strategi peer

lessons setiap siswa diajak untuk turut aktif dalam proses pembelajaran tidak

hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan demikian mereka dapat belajar

dengan lebih menyenangkan sehingga keberhasilan pembelajaran yang diharapkan

bisa lebih optimal.

Manfaat menggunakan strategi pembelajaran aktif yaitu menarik

partisipasi aktif peserta didik agar mampu meningkatkan hasil belajar yaitu

melelui penggunaan strategi peer lesson dalam pelaksanaan proses pembelajaran

IPS khususnya pada siswa kelas V SD Negeri 05 Jepon Kecamatan Jepon.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

47

Gambar Skema alur kerangka berfikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan dalam skema di bawah ini :

Kondisi Awal

Keterampilan guru dalam mengajar masih kurang optimal. Aktivitas siswa masih kurang, terbukti dengan :

• Siswa pasif • Siswa kurang berminat dalam pembelajaran • Siswa bermain sendiri saat mengerjakan evaluasi.

Hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS rendah.

Tindakan

Menggunakan strategi peer lesson

a. Peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak materi yang akan disampaikan.

b. Masing-masing kelompok mempelajari satu topic, kemudian mengajarkannya kepada kelompok lain.

c. Memberikan waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam maupun luar kelas, usahakan mereka tidak menggunakan metode ceramah saja, diharapkan ada media.

d. Setiap kelompok menyampaikan materi yang telah diberikan. e. Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, beri kesimpulan dan

pelurusan dari pemahaman peserta didik (Hisyam Zaini, 2004:65 – 66).

Hasil Akhir

1) Keterampilan guru meningkat dengan menggunakan strategi peer

lesson.

2) Aktivitas siswa meningkat, siswa menjadi aktif.

3) Hasil belajar IPS meningkat.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/864/3/T1_292008112_BAB II.pdf · Untuk itu dari pihak diperlukan partisipasi aktif

48

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, kajian empiris dan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis tindakan untuk penelitian ini yang berbunyi “ ada Upaya

Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Strategi Peer Lesson pada

pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri 05 Jepon Kecamatan Jepon

Kabupaten Blora Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012”.