bab ii kajian program · 8 khalayak audien. program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PROGRAM
Sebelum membahas tentang Dokumenter Televisi, ada baiknya dimengerti
dahulu mengenai komunikasi massa dan media massa, sebab karya dokumenter
televisi ini akan dipertontonkan pada media televisi yang termasuk pada golongan
media massa.
Komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audience atau
khalayak sasaran). Massa disini dimaksudkan sebagai para penerima pesan
(komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen satu sama
lainnya (Lamintang, 2013:6)
Televisi bukanlah hal yang asing lagi dimata masyarakat, terlebih lagi kini
hampir semua lapisan masyarakat sudah dapat menikmati tayangan televisi.
Televisi memiliki berbagai acara yang bertujuan memberikan informasi kepada
penonton atau justru menghibur penonton. Sebelum memahami lebih dalam
mengenai program Dokumenter, ada baiknya dimengerti dahulu jenis-jenis
program televisi secara menyeluruh, agar dapat membedakan antara jenis program
televisi antara satu program dan program lainnya.
Menurut Morissan, M.A. (2013: 217-221) menyatakan bahwa:
Berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar
berdasarkan jenisnya yaitu: 1) program informasi (berita) dan ; 2) program
hiburan (enertainment). Program informasi adalah segala jenis siaran yang
tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada
8
khalayak audien. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian
besar, yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).
Berita keras atau hard news adalah segala informasi penting dan/atau
menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya
yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien
secepatnya.
Dalam hal ini berita keras dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk berita
yaitu: straight news, features, dan infotainment. Berita lunak atau soft news adalah
segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam
(indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita yang masuk
kategori ini ditayangkan pada suatu program tersendiri di luar program berita.
Program yang masuk ke dalam kategori berita lunak ini adalah: current affair,
magazine, dokumenter, dan talk show.
1.1. Kategori Program
Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang
jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. (Morrisan,2011:217)
Program televisi sebagai faktor yang paling penting dalam mendukung
finansial suatu penyiaran radio dan televisi adalah program yang membawa
audien mengenal suatu penyiaran. (Morrisan,2011:217)
Menurut Andi Fachruddin (2014:318) mengemukakan bahwa, “Karya
dokumenter merupakan film yang menceritakan sebuah kejadian nyata dengan
kekuatan ide kreatornya dalam merangkai gambar-gambar menarik menjadi
istimewa secara keseluruhan”.
9
Dari beberapa definisi diatas, penulis memilih program informasi. Manusia
pada dasarnya memiliki sifat ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang
terjadi di tengah masyarakat. Kami dapat mengeksplorasi rasa ingin tahu orang ini
untuk menarik sebanyak mungkin eudien. Program informasi di televisi, sesuai
dengan namanya, memberikan banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu
penonton terhadap sesuatu hal.
Program dokumenter yang kami buat berisi penyampian informasi
mengenai suatu teori, sistem, berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Kemasannya
bersifat edukasi (untuk publik khusus), dan instruksional (untuk publik umum dan
luas). Bersifat edukasi maksudnya, program dokumenter kami dapat ditayangkan
dan menjadi bahan pembelajaran bagi anak usia pelajar dan mahasiswa tentang
salah satu kebudayaan tari lokal. Bersifat instruksional maksudnya, dapat
memberikan gambaran tentang gerakan tarian dan makna dari setiap gerakan
hingga pesan yang disampaikan dari tarian tersebut kepada khalayak banyak.
Lebih luas lagi untuk mengingatkan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan
kebudayaan indonesia yang beraneka ragam.
1.2. Format Program
Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk
memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Daya
tarik program ini adalah informasi, dan informasi itulah yang “dijual” kepada
audien. Dengan demikian, program informasi tidak hanya melulu program berita
dimana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian
informasi seperti contoh program dokumenter ilmu pengetahuan.
10
Menurut Andi Fachruddin (2012:324) mengemukakan bahwa:
Dalam film, terutama film cerita, banyak sekali genre yang sudah dikeal
oleh masyarakat seperti melodrama, western, gangster, horor, science
fiction (sci-fi), komedi, action, perang, detektif. Demikian pula film
dokumenter, mencuplik dari buku yang berjudul Dokumenter dari Ide
sampai Produksi, Gerzon Ayawaila membagi genre menjadi 12 jenis.
1. Dokumenter Laporan Perjalanan
Pada awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli entolog
atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas
banyak hal dari yang paling penting hingga hal kecil sesuai dengan
pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk
jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel
documentary dan adventures film.
2. Dokumenter Sejarah
Tahun 1930 Adolf Hitler telah menyisipkan unsur sejarah kedalam
film-filmnya yang memang lebih banyak bertipe dokumenter. Adapun
film dokumenter yang pertama kali di Indonesia adalah ketika di
perkenalkan oleh kolonial belanda, yaitu dokumenter sejarah yang
menggambarkan perjalanan Ratu Olanda dan Raja Hertog Hendrik di
Kota Den Haag. Melalui Publikasi populer kala itu layar tancap,
produksi film sejarah bertujuan untuk propaganda. Dalam film
tersebut menjadi media pembelajaran yang bersifat pencerahan, tetapi
juga bisa memberikan pemahaman yang memanipulasi. Seperti
memanipulasi fakta yang ada. Bisa juga untuk propaganda politik,
11
membangun nasionalisme, dan menekan atau menanamkan kebencian
pada kelompok yang bersebrangan dengan penguasa. Karya fotografi
maupun film yang dibuat untuk tujuan propaganda disebut illusion of
reality.
3. Dokumenter Potret atau Biografi
Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok
seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasa namun
memiliki kehebatan, keunikan, ataupn aspek lain yang menarik. Ada
beberapa istilah dokumenter potret, biografi dan profil yang merujuk
kepada hal yang sama untuk menggolongkannya.
4. Dokumenter Perbandingan atau Kontradiksi
Dokumenter ini mempertengahkan sebuah perbandingan, bisa dari
seseorang atau sesuatu yang bersifat budaya, perilaku, dan peradaban
suatu bangsa. Cerita ini mengemukakan perbedaan suatu situasi atau
kondisi dari suatu objek atau subjek dengan yang lainnya, misal
perbedaan pengalaman berhaji tiga orang dari tiga tempat berbeda di
film inside mecca, film dokumenter hoop dreams (1994) yang dibuat
oleh steve james. Selama empat tahun, ia mengikuti perjalanan dua
remaja chicago keturunan Afro-America, Willian Gates dan Arthur
Agee untuk menjadi atlet basket profesiona.
5. Dokumenter Ilmu pengetahuan
Film ini berisi penyampaian informasi suatu teori, sistem, bedasarkan
disiplim ilmu tertentu. Kemasannya bisa film edukasi (jika ditujukan
12
untuk publik khusus) atau film instruksional (jika ditujukan untuk
publik umum dan luas).
a. Film Dokumenter Sains
Film ini biasanya di tujukan untuk publik umum yang menjelaskan
tentang suatu ilmu pengetahuan tertentu, misalnya dunia binatang,
dunia teknologi, dunia kebudayaan, dunia tata kota, dunia
lingkungan, dan dunia kuliner.
b. Film Instruksional
Film ini dirancang khusus untuk mengajari (instruksi) pemirsanya
bagaimana melakukan berbagai macam hal yang ingin mereka
lakukan, mulai dari membuat kolam peliharaan ikan benih,
membuat kerangka jembatan, merangkai dan memprogram robot,
merancang roket, memelihara bunga yang dijamin tumbuh, menari
perut untuk menurunkan berat badan, bermain rafting untuk
mengarungi arung jeram dan sebagainya.
6. Dokumenter Nostalgia
Dokumenter yang mengisahkan kilas balik da napak tilas, misalnya:
napak tilass tentara Amerika veteran perang Vietnam. Dikemas
dengan menggunakan penuturan perbandingan (perbandingan
sekarang dan masa lampau). Film jenis ini sebenarnya dekat dengan
jenis sejarah,
13
namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau namak tilas
pada kejadian-kejadian dari seseorang atau satu kelompok.
7. Dokumenter Rekonstruksi
Dokumenter jenis ini biasa ditemui pada dokumenter investigasi dan
sejarah, termasuk pula pada film etnografi (ilmu tentang kebudayaan)
dan antropologi visual. Pecahan atau bagian peristiwa masa lampau
maupun masa kini disusun atau direkonstruksi bedasarkan fakta
sejarah.
8. Dokumenter Investigasi
Dokumenter ini dikemas untuk mengungkap misteri sebuah peristiwa
yangbelum atau tidak pernah terungkap dengan jelas. Peristiwa besar
yang pernah menjadi berita hangat media mssa di seluruh dunia,
disebut juga dokumenter jurnalistik. Who Kill John F.Kennedy? Who
Kill Bruce Lee?
9. Dokumenter Eksperimen atau Seni
Film eksperimen atau film seni menggabungkan gambar, musik, dan
suara atmosfer (noise). Penggabungan tersebut secara artistik menjadi
unsut utama, karena tidak menggunakan narasi, komentar, maupun
dialog wawancara. Musik memberi nuansa gerak kehidupan yang
dapat membangkitkan emosi penontonnya.
10. Dokumenter Buku Harian (Diary Film)
Diary film merupakan dokumenter yang mengkombinasikan laporan
perjalanan dengan nostalgia kejayaan masa lalu, jalan cerita
14
mencantumkan secara lengkap dan jelas tanggal kejadian, lokasi, dan
karakternya sangat subjektif.
11. Dokumenter Drama atau Dokudrama
Dokudrama adalah genre dokumenter dimana pada beberapa bagian
film disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang
detail. Dokudrama muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar
film dokumenter, yakni untuk memfilmkan peristiwa yang sudah
ataupu belum pernah terjadi.
Program dokumenter yang penulis buat termasuk dalam kategori
dokumenter Ilmu Pengetahuan dengan sub genre dokumenter Sains. Karena film
ini ditujukan untuk publik umum dan lebih dekat dengan masyarakat yang
menjelaskan tentang ilmu pengetahuan yang bertema kesenian kebudayaan suatu
daerah di Indonesia. Disini program dokumenter kami mengambil tema tentang
kesenian tari jaranan yang ada di Kota Blitar - Jawa Timur.
1.3. Judul Program
Memilih salah satu judul bagi suatu program merupakan kegiatan yang
penting ditinjau dari perspektif karena judul program berfungsi menyampaikan
atribut dan makna program itu sendiri. Dalam memilih judul suatu program,
pengelola program harus memilih judul yang dapat membantu menempatkan atau
memposisikan program di memory otak audience jika mereka
menonton/mendengarkan program.
15
Dari hasil diskusi bersama tim produksi, serta dari hasil riset yang telah
dilakukan sebelumnya mengenai tema, alur cerita, sampai pemilihan narasumber,
muncul beberapa judul program yang diajukan dari masing-masing individu. Dari
beberapa judul program tersebut penulis sepakat untuk mengambil judul
“JARANAN BLITAR KANG KAWENTAR”. Sebelumnya telah disepakati
bersama untuk membuat nama program dari dokumenter ini yaitu “SOROT
NUSANTARA”. Alasan penulis memilih nama program tersebut karena penulis
ingin membuat program tv yang khusus menyajikan potensi kesenian dan
kekayaan budaya Indonesia yang akan dikemas per episode, dan tiap episode
menyajikan judul yang berbeda tergantung dari daerah yang akan di sorot
kekayaan budaya nya. Kali ini episode perdana, penulis ingin mengekspos
kesenian tari tradisional yang berasal dari Kota Blitar Jawa Timur yang belum
banyak dikenal masyarakat luas. Memberikan sedikit unsur bahasa jawa dalam
judul tersebut bertujuan agar semakin menambah kesan tradisional dari program
dokumenter ini.
Alasan memilih untuk mengangkat salah satu Kota di Provinsi Jawa Timur
pada episode perdana, karena penulis melihat potensi kekayaan yang dimiliki oleh
Provinsi Jawa Timur yang mana merupakan salah satu kota yang masih kental
dengan unsur keseniannya dibanding Provinsi lain di Pulau Jawa. Memiliki
wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa. Banyak sekali kesenian yang
berasal dari Jawa Timur mulai dari wayang orang, ludrug hingga kesenian tari,
dan pada kesempatan ini penulis memilih mengangkat tentang salah satu kesenian
tari tradisionalnya yaitu kesenian tari jaranan. Melihat sekarang makin kurangnya
minat generasi muda akan kesenian tari tradisional.
16
Kesenian tari Jaranan merupakan kesenian tari yang masih kental akan hal
magis nya dibandingkan dengan kesenian tari tradisional lain di Jawa Timur,
seperti banyak diketahui bahwa unsur magis merupakan suatu hal yang tidak bisa
dipisahkan dengan kebudayaan Jawa, hal magis sangat terasa dalam tari Jaranan,
mulai dari proses persiapan, proses nyekar ke makam leluhur sebelum
pementasan, proses bakar dupa dan kemenyan, hingga proses kesurupan.
Kota Blitar merupakan sebuah kota yang terletak di bagian selatan
Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 167 km sebelah barat
daya Surabaya dan 80 km sebelah Barat Malang. Kota Blitar terkenal sebagai
tempat dimakamkannya presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Selain
dikenal sebagai Kota Proklamator, Blitar menjadi salah satu penyumbang
kebudayaan khas Jawa Timur, salah satunya adalah Kesenian Tari Jaranan atau
Kuda Lumping.
Jaranan bukan hanya soal kesurupan atau makan pecahan kaca dan benda
tajam lainnya, tetapi lebih dari itu kesenian ini juga digunakan sebagai
penghormatan dan alat komunikasi untuk para leluhur sekaligus sebagai media
hiburan masyarakat. Pada program dokumenter ini penulis ingin menayangkan
sebuah pertunjukan Jaranan mulai dari persiapan, persembahan berupa sesajen
kepada arwah leluhur, proses kesurupan hingga lebih dalam mengenal sosok
penting di balik eksistensi kesenian jaranan. Kelompok kesenian tari jaranan
Turonggo Mudo, merupakan satu dari beberapa kelompok kesenian yang sampai
sekarang masih bertahan melestarikan kesenian tari tradisional Indonesia.
17
1.4. Target Audien
Setelah melakukan evaluasi terhadap berbagai peluang yang ditawarkan
berbagai segmen audien penyiaran, media penyiaran selanjutnya harus memilih
segmen audien yang ingin dimasuki yang disebut dengan target audien yang akan
menjadi fokus perhatian media penyiaran yang bersangkutan. Pemilihan target
audien juga dilakukan berdasarkan riset yang memadai dengan pertimbangan-
pertimbangan yang matang.
Menentukan target audien sudah harus dipikirkan sejak awal. Karena tidak
mungkin dan tidak pernah ada program televisi yang bisa ditonton oleh semua
kalangan, usia, jenis kelamin. Target penonton berdasarkan jenis kelamin, usia,
dan SES (Socio economy status). SES terdiri dari kelas A (kalangan atas), B
(kalangan menegah atas), C (kalangan menegah bawah), dan D (kalangan bawah).
Menurut Morissan, M.A. (2013:193) menjelaskan bahwa, “Target audien
adalah memilih satu atau beberapa segmen audien yang akan menjadi fokus
kegiatan-kegiatan pemasaran program dan promosi”.
Dokumenter ini memiliki target audien dari kalangan remaja, dewasa.
Karena diusia tersebut, mereka sudah dapat berfikir dan mengambil sisi manfaat
dari dokumenter ini. Menyadari betapa pentingnya mempelajari dan melestarikan
budaya lokal agar tidak di klaim oleh negara lain, sekaligus sebagai warisan seni
budaya untuk generasi selanjutya.
a. Usia
Secara garis besar audien film adalah pria dan wanita yaitu kalangan
remaja, dewasa, sampai orang tua, semuanya memiliki karakter yang berbeda-
beda sebagai penunjang agar film yang dibuat sukses dalam artian banyak yang
18
menonton. Dalam program dokumenter, penulis telah menetapkan audien
berdasarkan usia yang telah dikelompokkan sebagai berikut:
Remaja (17 - 25 Tahun)
Dewasa (26 - 45 Tahun)
b. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
c. SES : - B (menengah ke atas)
- C (menengah ke bawah)
Alasan penetapan audien berdasarkan usia pada data diatas karena pada
usia Remaja (17 - 25 Tahun) masih dalam batas usia pelajar dan penulis
menganggap pada usia tersebut, masyarakat sudah mulai tumbuh kesadaran untuk
mengenal lebih jauh kebudayaan lokal serta melestarikannya. Penetapan audien
berdasarkan umur yang kedua yaitu usia Dewasa (26-45) karena pada usia
tersebut masyarakat sudah lebih mengetahui lebih dalam tentang warisan
kebudayaan lokal dan diharapkan dengan dibuatnya program ini akan semakin
menambah pengetahuan.
1.5. Karakteristik Produksi
Karakteristik pembuatan program dokumenter ini bersifat Taping atau
tidak Live, sebelum program ini di tampilkan atau disiarkan akan melalui fase
Editing terlebih dahulu, seorang editor atau penyunting gambar akan memilah
gambar untuk disusun menjadi sebuah tayangan yang menarik nantinya. Taping
juga diuntungkan apabila didalamnya ada suatu produk makanan lokal atau
interlokal untuk disensor, apabila ada investigasi didalamnya juga butuh sensor
19
agar pihak yang bersangkut tidak mendapatkan cibiran pedas kepada warga
sekitar.
Setelah melakukan edit gambar sesuai alur cerita dan mengkreasikan
gambar , atmosfer alami, dan sound effect pada masing-masing track yang
berbeda, selanjutnya penulis mempersiapkan pengisi suara untuk memasukkan
narasi dalam program (dubbing). pada tahap terakhir proses editing, dilakukan
proses colour correction atau koreksi warna yaitu proses yang bertujuan
meyesuaikan gambar untuk memperbaiki setiap penyimpangan gambar dari
penampilan standar. Colour correction atau koreksi warna ini meliputi Exposure,
White Balance, ISO Noise, Contrast.