tegakkan hukum tanpa kompromi - gelora45.comgelora45.com/news/sp_2017050402.pdf · masyarakat...

1
[JAKARTA] Membanjirnya karangan bunga ke Mabes Polri, Mapolda maupun Mapolres, bahkan ditujukan juga ke kepala negara, menunjukkan dukungan moral silent majority agar tangan negara hadir mene- gakkan hukum demi lestarinya NKRI. Berbagai ujaran keben- cian, hasutan, dan aksi turun ke jalan, dan upaya menggo- yang Pancasila, menolak kebinekaan, serta ingin men- dirikan negara berdasarkan agama tidak cukup direspons dengan aksi simpatik kiriman bunga. Mereka adalah musuh NKRI. Polri harus tegas menin- dak setiap anasir pengganggu keamanan, sedangkan TNI 100% berada di belakang Presiden sebagai panglima tertinggi untuk menjaga kon- stitusi. Jangan pernah berkom- promi dengan begundal-be- gundal perusak NKRI. Demikian rangkuman wawancara SP dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Ketua DPP PDI-P Andreas Hugo Pareira, Ketua Setara Institute Hendari, Mendagri Tjahjo Kumolo, dan Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane secara terpisah, Rabu (3/5). Menurut Surya Paloh, sebagai negara berdaulat, Indonesia memiliki perangkat dan kekuatan yang bisa digu- nakan untuk menjaga persatu- an dan kesatuan bangsa dari berbagai ancaman dari dalam maupun dari luar. Ada Ancaman Ia mengingatkan, saat ini sudah ada ancaman terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara. Tindakan tegas diperlukan manakala ancaman tersebut sudah sema- kin di depan mata. "Ada ancaman terhadap Pancasila. Kita sudah memiliki ideologi kebangsaan, ideologi Pancasila yang harus dijaga. Bangsa ini sebenarnya masih memberikan adanya ideologi alternatif atau tidak? Bagi Nasdem tidak," katanya. Surya berharap, pemerintah menindak tegas kelompok-ke- lompok yang tidak menghen- daki adanya ideologi Pancasila. Kelompok ini secara terbuka kerap memprovokasi massa dan memaksakan kehendaknya atas nama agama. Pemerintah, melalui aparat kepolisian, ada waktunya memberikan penje- lasan, melakukan pendekatan, mengajak, serta menghimbau. Namun, bila tindakan persu- asif tidak digubris, aparat dan pemerintah malah didiskredit- kan, maka tindakan tegas sesuai jalur hukum harus ditempuh. Upaya penegak hukum memerlukan dukungan aktif masyarakat. Andreas Hugo Pareira, menekankan agar Polri bertin- dak tegas terhadap semua yang melanggar hukum. Sebab Indonesia adalah negara hukum, tidak mengenal minoritas dan mayoritas. Polri sebagai alat negara wajib melindungi sim- bol-simbol negara. Adalah tugas Polri sebagai alat negara untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia. "Kehadiran Polri merupa- kan representasi kehadiran negara. Kealpaan Polri berarti kealpaan negara dalam melin- dungi kepentingan negara dan masyarakat. Karena itu Polri seharusnya tidak perlu ragu mengambil tindakan tegas terhadap siapa pun dan dalam keadaan apa pun demi melin- dungi negara dan masyarakat," ujarnya. Terkait pernyataan Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian meminta dukungan silent majority, menurut Andreas, dalam hal dukungan sosiologis dari masyarakat bisa saja akan datang dan diberikan oleh masyarakat. Namun dalam pengambilan tindakan oleh Polri, seharusnya ukurannya adalah adanya pelanggaran atau tidak tanpa harus menunggu dukungan sosiologis. "Polri sebagai tangan negara harus tegas, dan tidak perlu takut menindak elemen masyarakat yang ingin meng- ganti ideologi negara, dan silent majority tetap bersuara atau memberikan dukungan," kata Andreas. Hal itu penting untuk dipahami karena negara meng- anut prinsip kesamaan di depan hukum yang tidak boleh dibedakan suku, agama, ras. Yang harus menjadi perhatian justru kontribusi untuk bangsa dan negara, ketaatan pada hukum, serta ketaatan bayar pajak. "Jadi ukurannya adalah apa yang disumbangkan atau kon- tribusinya kepada negara. olahragawan atau musisi yang berjaya mengharumkan nega- ra, PNS yang baik, negarawan, politikus yang baik, tidak koruptif dan taat terhadap hukum," ulasnya. Harapan akan ketegasan Polri juga disuarakan Neta S Pane. “Posisi Polri sebagai ujung tombak kamtibmas dalam pengamanan wilayah hendak- nya lebih mengedepankan tindakan proaktif dengan mengutamakan dialog atau pendekatan terhadap berbagai pihak yang terlibat. Jika di lapangan ditemukan fakta adanya aksi anarkis kepolisi- an harus cepat mengambil langkah hukum secara adil dengan menangani secara profesional,” katanya. Menurut Neta, Polri juga harus bisa memilah munculnya aksi demo karena murni tun- tutan masyarakat atas sesuatu yang terjadi karena usaha adu domba orang-orang tidak bertanggung jawab. Untuk itu Polri wajib terus menggalang pertemuan-pertemuan melalui satuan Binmas dan intelijen yang ada. “Dengan pendekatan atau dialog yang jauh dilakukan sebelumnya oleh Polri diha- rapkan jika terjadi demo bahkan provokasi akan cepat diredam bahkan dibatalkan,” kata Neta. Neta juga mengimbau agar masyarakat waspada dan mampu memilah dan meneli- ti bila menerima berita-berita di media sosial, apakah beri- ta-berita tersebut benar atau hoax, dan jangan langsung mempercayai, sehingga tercip- ta lingkungan yang aman sesuai harapan masyarakat. Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Letjen Purn Kiki Syahnakri, menyayangkan saat ini gerakan untuk mening- galkan Pancasila makin marak. “Pancasila adalah alat pemersatu bangsa karena merupakan perkawinan dari nilai-nilai lokal, universal- isme, dan idealisme-realisme. Pancasila tidak hanya di awang-awang, Pancasila itu sangat visioner, membumi, dan cocok dengan kemaje- mukan Indonesia,” katanya dalam seminar bertema Mencapai Kemakmuran Bersama Melalui Indonesia Raya Incorporated di Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Kamis (4/5). Ia menambahkan paham kerakyatan bisa dilihat dalam sila keempat Pancasila. “Ada tiga intisari pada sila itu, yakni hikmat kebijaksanaan, per- musyawaratan, dan perwakil- an. Jadi, dalam demokrasi Pancasila lebih diutamakan ide, bukan soal banyaknya jumlah (mayoritas dan minoritas, Red). Meski ide datang dari kelom- pok minoritas, kalau itu baik maka harus menjadi sebuah keputusan bersama,” katanya. Sementara itu, Tjahjo Kumolo mengingatkan setiap organisasi kemasyarakatan (ormas) agar tidak melakukan kegiatan menyimpang dari Pancasila. Pemerintah berharap, masyarakat dapat berperan aktif menyampaikan ormas yang diduga menggelar acara dengan tujuan merusak NKRI. “Ormas yang ada di NKRI harus akui ideologi negara yaitu Pancasila, termasuk UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, itu prinsip,” katanya. [MJS/O-1/Y-7/C-6/G-5] Utama 2 Suara Pembaruan Kamis, 4 Mei 2017 P artai politik (parpol) peserta Pemilu 2014 tak lagi mengikuti verifikasi faktual. Dengan begitu, 12 parpol dipasti- kan langsung lolos menja- di peserta Pemilu 2019. Ketentuan tersebut meru- pakan kesepakatan antara pemerintah dan DPR dalam pembahasan RUU Penyelenggaraan Pemilu (RUU Pemilu). Ke-12 parpol dimak- sud yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golkar, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Demokrat dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Selanjutnya yaitu Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Nasdem, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Bulan Bintang (PBB), serta Partai Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI). “Kesepakatan soal tak perlu lagi adanya verifika- si bagi parpol peserta Pemilu 2014 sudah ada. Tapi tetap nanti menung- gu pengesahan RUU,” kata sumber SP, Rabu (3/5). Ia menganalo- gikan verifikasi layaknya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang telah lulus dan menamatkan studi. “Siswa SMA yang sudah lulus dan tamat kan eng- gak mungkin sama dengan yang tidak pernah sekolah,” jelasnya. Menurutnya, tak ada persoalan dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada 2013 yang mengamanatkan bahwa baik parpol baru atau lama wajib ikut verifikasi ulang untuk bisa menjadi peserta pemilu. Sebab, putusan tersebut ada karena syarat peserta Pemilu 2014 lebih berat dibanding Pemilu 2009. “Pada Pemilu 2009, hanya mensyaratkan veri- fikasi administrasi. Sedangkan pada Pemilu 2014 ditambah dengan verifikasi faktual,” jelas- nya. [C-6] 12 Parpol Tak Perlu Diverifikasi Faktual Tegakkan Hukum Tanpa Kompromi ANTARA/YUDHI MAHATMA Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian (kanan) memasuki ruangan untuk memberikan arahan kepada jajaran Polri terkait pengamanan negara di Auditorium PTIK, Jakarta, Selasa (8/11/2016). Presiden Jokowi meminta Polri tidak ragu dalam bertindak untuk penegakan hukum.

Upload: truonghanh

Post on 11-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tegakkan Hukum Tanpa Kompromi - gelora45.comgelora45.com/news/SP_2017050402.pdf · masyarakat waspada dan mampu memilah dan meneli-ti bila menerima berita-berita di media sosial,

[JAKARTA] Membanjirnya karangan bunga ke Mabes Polri, Mapolda maupun Mapolres, bahkan ditujukan juga ke kepala negara, menunjukkan dukungan moral silent majority agar tangan negara hadir mene-gakkan hukum demi lestarinya NKRI. Berbagai ujaran keben-cian, hasutan, dan aksi turun ke jalan, dan upaya menggo-yang Pancasila, menolak kebinekaan, serta ingin men-dirikan negara berdasarkan agama tidak cukup direspons dengan aksi simpatik kiriman bunga. Mereka adalah musuh NKRI. Polri harus tegas menin-dak setiap anasir pengganggu keamanan, sedangkan TNI 100% berada di belakang Presiden sebagai panglima tertinggi untuk menjaga kon-stitusi. Jangan pernah berkom-promi dengan begundal-be-gundal perusak NKRI.

Demikian rangkuman wawancara SP dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Ketua DPP PDI-P Andreas Hugo Pareira, Ketua Setara Institute Hendari, Mendagri Tjahjo Kumolo, dan Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane secara terpisah, Rabu (3/5).

Menurut Surya Paloh, sebagai negara berdaulat, Indonesia memiliki perangkat dan kekuatan yang bisa digu-nakan untuk menjaga persatu-an dan kesatuan bangsa dari berbagai ancaman dari dalam maupun dari luar.

Ada Ancaman Ia mengingatkan, saat ini

sudah ada ancaman terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara. Tindakan tegas diperlukan manakala ancaman tersebut sudah sema-kin di depan mata.

"Ada ancaman terhadap Pancasila. Kita sudah memiliki ideologi kebangsaan, ideologi Pancasila yang harus dijaga. Bangsa ini sebenarnya masih memberikan adanya ideologi alternatif atau tidak? Bagi

Nasdem tidak," katanya.Surya berharap, pemerintah

menindak tegas kelompok-ke-lompok yang tidak menghen-daki adanya ideologi Pancasila. Kelompok ini secara terbuka kerap memprovokasi massa dan memaksakan kehendaknya atas nama agama. Pemerintah, melalui aparat kepolisian, ada waktunya memberikan penje-lasan, melakukan pendekatan, mengajak, serta menghimbau. Namun, bila tindakan persu-asif tidak digubris, aparat dan pemerintah malah didiskredit-kan, maka tindakan tegas sesuai jalur hukum harus ditempuh. Upaya penegak hukum memerlukan dukungan aktif masyarakat.

Andreas Hugo Pareira, menekankan agar Polri bertin-dak tegas terhadap semua yang melanggar hukum. Sebab Indonesia adalah negara hukum, tidak mengenal minoritas dan mayoritas. Polri sebagai alat negara wajib melindungi sim-bol-simbol negara. Adalah tugas Polri sebagai alat negara untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia.

"Kehadiran Polri merupa-kan representasi kehadiran negara. Kealpaan Polri berarti kealpaan negara dalam melin-dungi kepentingan negara dan masyarakat. Karena itu Polri seharusnya tidak perlu ragu mengambil tindakan tegas terhadap siapa pun dan dalam keadaan apa pun demi melin-dungi negara dan masyarakat," ujarnya.

Terkait pernyataan Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian meminta dukungan silent majority, menurut Andreas, dalam hal dukungan sosiologis dari masyarakat bisa saja akan datang dan diberikan oleh masyarakat. Namun dalam pengambilan tindakan oleh Polri, seharusnya ukurannya adalah adanya pelanggaran atau tidak tanpa harus menunggu dukungan sosiologis.

"Polri sebagai tangan negara harus tegas, dan tidak

perlu takut menindak elemen masyarakat yang ingin meng-ganti ideologi negara, dan silent majority tetap bersuara atau memberikan dukungan," kata Andreas.

Hal itu penting untuk dipahami karena negara meng-anut prinsip kesamaan di depan hukum yang tidak boleh dibedakan suku, agama, ras. Yang harus menjadi perhatian justru kontribusi untuk bangsa dan negara, ketaatan pada hukum, serta ketaatan bayar pajak.

"Jadi ukurannya adalah apa yang disumbangkan atau kon-tribusinya kepada negara. olahragawan atau musisi yang berjaya mengharumkan nega-ra, PNS yang baik, negarawan, politikus yang baik, tidak koruptif dan taat terhadap hukum," ulasnya.

Harapan akan ketegasan Polri juga disuarakan Neta S Pane. “Posisi Polri sebagai ujung tombak kamtibmas dalam pengamanan wilayah hendak-

nya lebih mengedepankan tindakan proaktif dengan mengutamakan dialog atau pendekatan terhadap berbagai pihak yang terlibat. Jika di lapangan ditemukan fakta adanya aksi anarkis kepolisi-an harus cepat mengambil langkah hukum secara adil dengan menangani secara profesional,” katanya.

Menurut Neta, Polri juga harus bisa memilah munculnya aksi demo karena murni tun-tutan masyarakat atas sesuatu yang terjadi karena usaha adu domba orang-orang tidak bertanggung jawab. Untuk itu Polri wajib terus menggalang pertemuan-pertemuan melalui satuan Binmas dan intelijen yang ada.

“Dengan pendekatan atau dialog yang jauh dilakukan sebelumnya oleh Polri diha-rapkan jika terjadi demo bahkan provokasi akan cepat diredam bahkan dibatalkan,” kata Neta.

Neta juga mengimbau agar masyarakat waspada dan

mampu memilah dan meneli-ti bila menerima berita-berita di media sosial, apakah beri-ta-berita tersebut benar atau hoax, dan jangan langsung mempercayai, sehingga tercip-ta lingkungan yang aman sesuai harapan masyarakat.

Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Letjen Purn Kiki Syahnakri, menyayangkan saat ini gerakan untuk mening-galkan Pancasila makin marak. “Pancasila adalah alat pemersatu bangsa karena merupakan perkawinan dari nilai-nilai lokal, universal-isme, dan idealisme-realisme. Pancasila tidak hanya di awang-awang, Pancasila itu sangat visioner, membumi, dan cocok dengan kemaje-mukan Indonesia,” katanya dalam seminar bertema Mencapai Kemakmuran Bersama Melalui Indonesia Raya Incorporated di Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Kamis (4/5).

Ia menambahkan paham kerakyatan bisa dilihat dalam sila keempat Pancasila. “Ada tiga intisari pada sila itu, yakni hikmat kebijaksanaan, per-musyawaratan, dan perwakil-an. Jadi, dalam demokrasi Pancasila lebih diutamakan ide, bukan soal banyaknya jumlah (mayoritas dan minoritas, Red). Meski ide datang dari kelom-pok minoritas, kalau itu baik maka harus menjadi sebuah keputusan bersama,” katanya.

Sementara itu, Tjahjo Kumolo mengingatkan setiap organisasi kemasyarakatan (ormas) agar tidak melakukan kegiatan menyimpang dari Pancasila. Pemerintah berharap, masyarakat dapat berperan aktif menyampaikan ormas yang diduga menggelar acara dengan tujuan merusak NKRI.

“Ormas yang ada di NKRI harus akui ideologi negara yaitu Pancasila, termasuk UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, itu prinsip,” katanya.[MJS/O-1/Y-7/C-6/G-5]

Utama2 Sua ra Pem ba ru an Kamis, 4 Mei 2017

Partai politik (parpol) peserta Pemilu 2014 tak lagi mengikuti

verifikasi faktual. Dengan begitu, 12 parpol dipasti-kan langsung lolos menja-di peserta Pemilu 2019. Ketentuan tersebut meru-pakan kesepakatan antara pemerintah dan DPR dalam pembahasan RUU Penyelenggaraan Pemilu (RUU Pemilu).

Ke-12 parpol dimak-sud yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golkar, Partai Gerakan Indonesia Raya

(Gerindra), Partai Demokrat dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Selanjutnya yaitu Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Nasdem, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Bulan Bintang (PBB), serta Partai Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI).

“Kesepakatan soal tak perlu lagi adanya verifika-

si bagi parpol peserta Pemilu 2014 sudah ada. Tapi tetap nanti menung-gu pengesahan RUU,”

kata sumber SP, Rabu (3/5).

Ia menganalo-gikan verifikasi layaknya siswa

Sekolah Menengah Atas (SMA) yang telah lulus dan menamatkan studi. “Siswa SMA yang sudah lulus dan tamat kan eng-gak mungkin sama dengan yang tidak pernah sekolah,” jelasnya.

Menurutnya, tak ada persoalan dengan putusan

Mahkamah Konstitusi (MK) pada 2013 yang mengamanatkan bahwa baik parpol baru atau lama wajib ikut verifikasi ulang untuk bisa menjadi peserta pemilu. Sebab, putusan tersebut ada karena syarat peserta Pemilu 2014 lebih berat dibanding Pemilu 2009.

“Pada Pemilu 2009, hanya mensyaratkan veri-fikasi administrasi. Sedangkan pada Pemilu 2014 ditambah dengan verifikasi faktual,” jelas-nya. [C-6]

12 Parpol Tak Perlu Diverifikasi Faktual

Tegakkan Hukum Tanpa Kompromi

ANTARA/Yudhi MAhATMA

Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian (kanan) memasuki ruangan untuk memberikan arahan kepada jajaran Polri terkait pengamanan negara di Auditorium PTiK, Jakarta, Selasa (8/11/2016). Presiden Jokowi meminta Polri tidak ragu dalam bertindak untuk penegakan hukum.