bab ii kajian literatur - abstrak.ta.uns.ac.id · filosofi, dan perspektif tentang kehidupannya...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Umum Fotografi
a. Pengertian Fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata
dalam bahasa Yunani yaitu “Photos”: cahaya dan “Grafo”:
Melukis) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan
media cahaya.
Fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar
atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang
mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat
paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa
cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
(Sumber: :
https://kelasfotografi.wordpress.com/2013/08/25/pengertian-dan-
sejarah-singkat-fotografi/)
Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan
pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap
cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas
cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan
cahaya memasuki medium pembiasan.
b. Sejarah Fotografi
Fotografi ialah lukisan melalui cahaya, tanpa cahaya seni foto
ini tidak akan berfungsi. Istilah photography dicipta pada tahun
1839. Fotografi juga merupakan seni visual yang cukup mengalami
2
evolusi baik dari sisi teknologi maupun dari sisi visualisasinya.
Ketika teknologi seni foto terus berkembang bersama dengan
kemajuan manusia, ilmu sangat penting untuk menjamin mutu
kerja seoranng seniman foto atau photografer. Fotografi berawal
dari digunakannya pelat fotografi yang terbuat dari gelas.
Selanjutnya, digunakan gelatin, yang diikutindengan ditemukannya
film hitam putih hingga foti bewarna. Dasar dari terbentuknya
objek fotografis adalah terjadinya proses fokus sinar pada area
sensitif. Hingga kini, proses tersebut masih menjadi dasar dunia
fotrografi pada umumnya. Area sensitif tersebut kemudian diproses
menggunakan bahan-bahan kimia untuk menghasilkan bentukan
objek, baik gambar negatif maupun positif. (www.sejarah-
fotografi.blogspot.com)
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Pada abad ke-
5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti mengamati
suatu gejala. Jika pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang
kecil(pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan
pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti
adalah orang pertama yang menyadari fenomena kamera obscura.
Berabad-abad kemudian, banyak yang menyadari dan
mengagumi fenomena ini, sebut saja Aristoteles dan seorang
ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen), yang berusaha untuk
menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal
sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia,
Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah
kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar.
Nama kamera obscura diciptakan oleh Johannes Kepler pada
tahun 1611. Johannes Kepler membuat desain kamera portable
yang dibuat seperti sebuah tenda, dan memberi nama alat tersebut
3
kamera obscura. Didalam tenda sangat gelap kecuali sedikit cahaya
yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di
luar tenda di atas selembar kertas.
(www.kelasfotografi.wordpress.com)
Gambar 1.1 Camera Obscura
Sumber: http://www.rachelgant.com/2011/09/life-size-camera-obscura/
Perkembangan awal fotografi berjalan seiring dengan
ditemukannya beberapa fungsi baru yang diterapkan pada kamera,
seperti teknik-teknik mekanis dan kimiawi untuk menghasilkan
rekaman objek.
Istilah fotografi berasal dari dua kata dalam Bahasa Yunani,
yakni photos yang berarti cahaya dan graphein yang berarti
4
menggambar. Semestara itu, kata kamera berasal dari bahasa latin
Camera Obscura yang berarti kamar gelap atau “dark room”.
Camera Obscura adalah sebuah teknik merekam objek dan
memproyeksikannya ke media lain. Camera Obscura adalah
sebuah ruangan gelap yang berbentuk box tanpa pencahyaan. Di
box itu, dibuat sebuah lubang kecil agar cahaya yang ada di luar
dapat masuk ke dalam. Bentuk lubang tersebut menyesuaikan
diameternya agar cahaya yang masuk dapat merefleksikan gambar
dengan baik di dalam box tersebut. Camera Obscura justru telah
ditemukan beratus-ratus tahun sebelum fotografi dikenal seperti ini.
Gambar 1.2 Prinsip Kamar Gelap Camera Obscura
Sumber: http://blog.staedelmuseum.de/wp-content/uploads/2012/07/camera-obscura-
sonnenfinsternis_1545.jpg
Pada gambar tersebut diperlihatkan prinsip kuno kamar gelap
yang menjadi dasar fotografi modern saat ini. Sinar akan masuk ke
dalam kamar gelap melalui lubang kecil sehingga akhirnya akan
membentuk objek dari luar kamar gelap menjadi bayangan objek
yang terbaik di dinding kamar gelap. Diyakini bahwa prinsip itu
ditemukan pada saat pemerintahan Yunani Kuno oleh Aristoteles
5
pada tahun 384 SM – 322 SM, dan kemudian ditulis ulang oleh
Leonardo DaVinci (1452-1519).
Pada abad 16, perbaikan dilakukan pada sistem kamar gelap dan
lubang pin-hole kamera. Sistem itu menghasilkan gambar yang
terlalu gelap sehingga ditambahkan lensa optis untuk meningkatkan
kecerahan gambar.. Prinsip kamera dengan penambahan lensa optis
tersebut telah dibuat di Inggris pada tahun 1770 dengan ukuran
kotak 6 cm x 6 cm. Tipe kamera itulah yang mendasari
terbentuknya sistem kamera SLR dengan menempatkan beberapa
cermin untuk menghasilkan gambar yang semakin baik. Tambahan
beberapa cermin pada kamera menghasilkan gambar yang tidak
terbalik.
Gambar 1.3 Kamera SLR Pertama
Sumber: http://physics.kenyon.edu/
Beberapa sistem mekanis ditambahkan disertai dengan
perbaikan posisi lensa sehingga gambar bisa menjadi lebih terang
dan lebih fokus. Sistem Camera Obscura tersebut semakin
berkembang dengan ditempatkannya beberapa lensa pada posisi
6
tertentu sehiungga kecerahan gambar dapat terbentuk secara
sempurna.
Berbagai penelitian dilakukan mulai pada awal abad ke-17
,seorang ilmuwan berkebangsaan Italia – Angelo Sala
menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata
pada pelat chloride perak. Tapi ia gagal mempertahankan gambar
secara permanen. Sekitar tahun 1800, Thomas Wedgwood, seorang
berkebangsaan Inggris bereksperimen untuk merekam gambar
positif dari citra pada kamera obscura berlensa, hasilnya sangat
mengecewakan. Humphrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut
dengan chlorida perak, tapi bernasib sama juga walaupun sudah
berhasil menangkap imaji melalui kamera obscura tanpa lensa.
Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography
Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan
jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya, melalui
proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip
lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil
melahirkan sebuah gambar yang agak kabur, berhasil pula
mempertahankan gambar secara permanen. Ia melanjutkan
percobaannya hingga tahun 1826, inilah yang akhirnya menjadi
sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu
kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.
Penelitian demi penelitian terus berlanjut hingga pata tanggal
tanggal 19 Agustus 1839, desainer panggung opera yang juga
pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) dinobatkan
sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang
sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga
perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah
jam cahaya langsung dengan pemanas merkuri (neon). Proses ini
7
disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat
dicuci larutan garam dapur dan asir suling. Januari 1839, Daguerre
sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi,
Pemerintah Perancis berpikir bahwa temuan itu sebaiknya
dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma.
Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Melalui
perusahaan Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan
fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera
boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia
fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.
Tahun 1950, untuk memudahkan pembidikan pada kamera
Single Lens Reflex maka mulailah digunakan prisma (SLR), dan
Jepang pun mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi
kamera Nikon yang kemudian disusul dengan Canon. Tahun 1972
kamera Polaroid temuan Edwin Land mulai dipasarkan. Kamera
Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses
pengembangan dan pencetakan film.
c. Nama-nama yang menjadi Tonggak Fotografi Dunia
Fotorgrafi telah berkembang sejauh ini, hal itu tentu tak terlepas
dari warisan kebudayaan yang dilakukan para fotografer pada
beberapa dekade sebelumnya. Hal-hal yang mereka lakukan bukan
hanya sekedar memotret, namun mencoba untuk menuangkan ide,
filosofi, dan perspektif tentang kehidupannya lewat kamera.
Beberapa fotografer tersebut adalah:
1) Alfred Stieglitz
Saat ibi banyak sekali bermunculan photo based artist di
dunia seni rupa kontemporer. Para fotografer ini menempatkan
fotografi sebagai seni, jauh dari gaya industri yang cenderung
8
mainstream, para Photo Base Artist ini terus mencoba untuk
melakukan eksplorasi pada fotografi, hingga sekarang sudah
hampir bisa disandingkan dengan lukisan dan seni murni lainnya.
Alfres Stieglitz merupakan orang yang berjasa terhadap
perkembangan Art Photography. Karya-karya Alfres cenderung
berbeda dengan industri saat itu dan memiliki perspectif yang
tidak lazim. Alfres banyak memotret still life. Bagi Alfres
fotografi adalah lebih dari masalah merekam objek, ia adalah
sudut pandang dalam melihat sesuatu.
2) Felix Nadar
Felix Nadar adalah orang yang pertama melakukan aerial
photography, ia memotret pemandangan lewat balon udara pada
tahun 1858. Memotret lewat udara ia lakukan terus menerus.
Pada tahun 1863, ia membuat sebuah balon udara raksasa yang
rencananya akan dipakai untuk melakukan pemotretan Paris dan
tinggal di atasnya selama 3 hari lebih. Namun sayangnya rencana
itu gagal.
Meskipun didaulat sebagai orang pertama yang melakukan
aerial photography, namun Nadar lebih populer karena
penemuannya yang sampai saat ini sangat berpengaruh dalam
dunia fotografi, fashion dan juga foto studio. Ia orang pertama
yang menggunakan cahaya buatan dalam memotret.
Karya-karya Nadar banyak merupakan foto portrait di
studio dan juga grup. Pada saat itu, masih jarang sekali fotografer
yang melakukan ini, dan inilah cikal bakal foto studio yang
sangat populer sekarang. Ia juga banyak memotret orang terkenal
seperti Sarah Bernhardt dan juga Raja Persia yang terkenal pada
saat itu, Nasser al-Din Shah Qajar.
9
3) Henri Cartier Bresson
Henri adalah bapak dari fotografer jurnalistik.
Sumbangsihnya yang terkenal adalah bagaimana ia menemukan
sebuah style “photojournalism” yang baru. Style ini disebut
dengan stret photography. Karakter foto Henri sangat berbeda
dengan foto jurnalis yang lain. Ketika foto jurnalis yang lain
pada saat itu mempunyai karakter foto yang lugas dan kaku
sspereti straight news, Henri memiliki karakter foto yang
cenderung lebih naratif dan juga lebih artistik.
d. Klasifikasi Penggunaan Fotografi
Berdasarkan fungsinya fotografi dapat digolongkan menjadi
fotografi untuk berapa tujuan:
1) Berdasarkan Fungsi
Berdasarkan fungsinya fotografi dapat digolongkan pada
fotografi keindahan, reportase, laporan.
Keindahan pada fotografi dapat disampaikan dalam bentuk
seni foto karena ide yang digunakan berasal atau bersumber pada
sebuah keindahan, untuk reportase biasanya digunakan dalam
penyampaian berita atau sering disebut komunikasi visual dalam
dunia reportase, sedangkan laporan merupakan media yang
sering digunakan untuk melaporkan karakter, suasana, juga
diterangkan secara tulisan atau verbal dirasa kurang.
2) Berdasarkan Pemakainya
Berdasarkan pemakainya fotografi ini digolongkan kedalam
3 golongan antara lain: fotografi amatir, fotografi profesional,
fotografi dalam bidang ilmiah.
Fotografi amatir merupakan sebuah klasifikasi pada bidang
fotografi dimana penggunanya hanya sekedar hobby untuk
dokumentasi pribadi maupun seni.
10
Fotografi profesional biasanya digunakan sebagian
golongan sebagai tunjangan hidup atau bersifat komersial.
Fotografi dalam bidang ilmiah biasanya digunakan sebagai
sarana informasi dengan merekam berbagai kajadian atau
peristiwa serta hasil-hasil sebuah penelitian.
3) Unsur Fotografi
Dalam fotografi ada 4 unsur terpenting yang menjadikan dasar
atau hal utama dalam dunia fotografi, antara lain:
(i) Cahaya
(ii) Lensa
(iii) Kamera
(iv) Obyek
1. Warna dalam Fotografi
Dalam dunia fotografi warna merupakan unsur terpenting
dalam dunia fotografi karena warna merupakan sarana
pembentuk gambar yang berasal dari pantulan cahaya.
e. Genre Fotografi
Semakin berkembangnya fotografi membuat fotografi
terkotak-kotakkan menjadi beberapa genre. Perbedaan genre ini
membentuk style dan dasar tersendiri, antara lain:
1) Foto Jurnalistik
Salah satu genre fotografi yang paling penting, sifatnya
lebih mengedepankan informatif dari pada entertaintment,
dimuat di media massa dan berisi visual yang faktual. Foto
jurnalistik tidak harus menceritakan tentang perang, melainkan
sederhananya sebuah foto yang bersifat fakta, mengandung
peristiwa dan juga dimuat di media massa, merupakan sebuah
foto jurnalistik. Selain itu setiap foto jurnalistik mengandung
caption untuk memperjelas apa yang sebenarnya terjadi di dalam
11
foto tersebut. Hal ini dibuat agar para pembaca tidak bingung
dengan apa yang sebenarnya fotografer tersebut ingin utaraka.
Tidak ada rekayasa di dalam foto jurnalistik. Memang
fotografer mengonstruksi kembali realitas yang terjadi, namun ia
tidak melakukan secara berlebihan. Foto jurnalistik sifatnya tidak
mengada-ada, karena untuk informasi pada khalayak, tidak bisa
memberikan sesuatu yang sifatnya bohong.
2) Foto Fashion
Fashion photography merupakan jenis fotografi yang
dibuat untuk memasarkan sebuah produk fashion. Sifatnya
merupakan iklan namun dekat pendekatan fotografi. Biasanya
memakai model yang representatif sebagai personal branding
dari produk fashion tersebut.
Fashion photography sudah berusia lama, bahkan
berdekatan dengan munculnya fotografi itu sendiri. Pada awal
19, majalah Vogue yang kini menjadi sebuah majalah fashion
ternama mengeluarkan sebuat foto fashion yang menjadi cikal
bakal karakter foto fashion kontemporer.
Saat ini Fashion photography berkembang sangat pesat, ini
dikarenakan fashion sendiri sudah menjadi bagian dari gaya
hidup masyarakat modern. Selain itu, banyak sekali majalah
fashion yang bermunculandan juga industrinya yang makin pesat
perkembangnya. Ini membuat kebutuhan akan Fashion
photography meningkat.
3) Portrait Photography
Portrait Photography adalah cikal bakal dari foto studio
yang biasa kita lakukan ketika ingin membuat sebuah pas foto.
Portrait Photography adalag sebuah jenis fotografi yang
mengedepankan emosi, karakter, dan juga mood dari subjek yang
kita foto. Biasanya menonjolkan ekspresi dari muka subjek,
meskipun background dan bagian tubuh juga masuk ke frame.
12
Kunci dari genre ini adalah bagaimana kita bisa
mempresentasikan objek yang kita potret ke dalam sebuah frame.
Bagaimana menggali karakter objek tersebut adalah bagian yang
penting sebelum melakukan eksekusi.
Objek dalam foto sendiri tidak hanya manusia, ia bisa saja
hewan. Ada beberapa fotografer yang memang spesialis dalam
memotret hewan peliharaan. Mungkin di Indonesia itu
merupakan hal yang sangat aneh, namun di beberapa negara
seperti Amerika Serikat, potret dari binatang peliharaan adalah
gaya hidup.
Dalam Portrait Photography, teknik pencahyaan
merupakan hal sangat penting karena mood dan juga karakter
objek dibangun dari sini. Para fotografer portrait biasanya
menggunakan lebih dari sumber cahaya. Ini dimaksudkan untuk
mendapatkan foto yang lebih berdimensi.
Foto portrait tidak hanya bisa dilakukan di studio, ia bisa
dilakukan di luar dengan bantuaan sinar matahari. Sinar matahari
bisa memberikan efek menarik dan juga sebagai pengganti main
light (cahaya utama.
4) Wedding Fotografi
Ini merupakan genre baru yang sempat menjadi perdebatan
pada wacana fotografi kontemporer. Ada yang bilang, wedding
fotografi adalah perpaduan daripada fine art photography,
journalistic dan juga fashion. Namun ada juga beberapa yang
mengatakan wedding fotografi bukan sebuah genre, ia hanya
merupakan sebuah brand.
Namun di antara kontroversi tersebut ada beberapa hal yang
mungkin menarik untuk dilihat. Salah satunya adalah bagaimana
wedding fotografi bisa berkembang pesat pada saat ini, terutama
di Indonesia. Sejak dimulai pada awal tahun 2000-an, wedding
13
fotografi menjadi trend pada 7 tahun ke belakang.para pengantin
menjadikan wedding fotografi ke dalam list barang yang harus
ada pada saat pernikahan.
Secara karakteristik tidak ada yang spesial dalam wedding
fotografi. Ia hanya mendokumentasikan momen pernikahan
seseorang.
Fotografer yang memiliki pendekatan fashion akan
menampilkan fotografi wedding secara fashion. Sedangkan yang
berlatar belakang jurnalistik kuat, mungkin akan menampilkan
visual lebih kuat pada momen dan juga peristiwa. Pendekatan
visual yang berbeda ini akan menghasilkan gambar yang berbeda
nanti pada hasil akhirnya.
5) Foto Produk
Secara sederhana foto produk adalah sebuah foto yang
fungsinya mengiklankan sebuah produk tertentu. Karena itu sang
fotografer harus paham ilmu komunikasi dan juga pemasaran
ketika ingin memvisualkan produk tersebut lewat media
fotografi. Sebenarnya, foto fashion merupakan salah satu sub
genre dari foto produk, karena sifatnya adalah memasarkan
sebuah produk. Namun ia bisa juga berdiri sendiri karena sangat
kental dengan fine art fotografi.
Karena sifatnya iklan, fotografer diharuskan mengerti
kelebihan dan kekurangan dari produk tersebut. Terutama brand
image yang diinginkan oleh produk tersebut. Jika produk tersebut
sifatnya maskulin, fotografer harus bisa memvisualkan
“kemaskulinan” yang ada dalam prodek tersebut. Jika prodek
tersebut citranya “lembut”, maka fotografer juga harus paham
bagaimana membuat foto tersebut mennjadi sesuatu yang ramah
dan mudah diterima.
14
2. Tinjauan khusus Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa
Yunani “Paedagogike”. Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari
kata “Pais” yang berarti “Anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku
membimbing”. Jadi Paedagogike berarti aku membimbing anak.
Orang yang peklerjaannya membimbing anak dengan maksud
membawanya ke tempat belajar, dalam bahasa Yunani disebut
“Paedagogos”. Jika kata ini diartikan secara simbolis, maka
perbuatan membimbing seperti dikatakan di atas itu, merupakan
inti perbuatan mendidik yang tugasnya hanya untuk membimbing
saja, dan kemudian pada suatu saat harus melepaskan anak itu
kembali (ke dalam masyarakat) (Soedomo A. Hadi, 2005: 17).
Dari segi essensialis, mendidik dirumuskan antara lain
sebagai berikut:
1) M.Y. Langeveld: Mendidik ialah mempengaruhi anak dalam
usahanya membimbing anak, agar menjadi dewasa.
2) Y.H.E.Y. Hoogveld: Mendidik ialah membantu anak, supaya
anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas
tanggungan sendiri.
3) Sis Heyster: Mendidik ialah membantu manusia dalam
pertumbuhan, agar ia kelak mendapat kebahagian batin yang
sedalam-dalamnya yang dapat tercapai olehnya dengan tidak
mengganggu orang lain.(Dalmanto, 1959 : 8-2).
4) S. Brojonagoro: Mendidik berarti memberi tuntutan kepada
manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan
perkembangan, sampai dengan tercapainya kedewasaan dalam
arti rohani dan jasmani (Soedomo, H, 1995 : 2).
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
15
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
ahklak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya
masyarakat, bangsa dan negara.
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik
untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan
yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan terdiri dari
pendidikan formal, non-formal dan informal.
1. Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang
diselengarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur
pendidikan ini mempunyai pendidikan yang jelas. Mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan
tinggi.
2. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang. Sasaran yang dituju adalah warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik dengan penakanan pada penguasaan pengetahuan
dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.
Pendidikan nonformal mempunyai bebrapa jenis yaitu
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.
3. Pendidikan informal
16
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan terbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang
dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Hasil pendidikan
informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal
setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan.
Pendidikan formal Pendidikan non-formal Pendidikan informal
a. Tempat pembelajaran
di gedung sekolah.
b. Ada persyaratan
khusus untuk menjadi
peserta didik.
c. Kurikulumnya jelas.
d. Materi pembelajaran
bersifat akademis.
e. Proses pendidikannya
memakan waktu yang
lama.
f. Ada ujian formal
g. Penyelenggara
pendidikan adalah
pemerintah atau
swasta.
h. Tenaga pengajar
memiliki klasifikasi
tertentu.
i. Diselenggarakan
dengan administrasi
yang seragam
a.Tempat
pembelajarannya bisa di
luar gedung
b. Kadang tidak ada
persyaratan khusus.
c. Umumnya tidak
memiliki jenjang yang
jelas.
d. Adanya program
tertentu yang khusus
hendak ditangani
e. Bersifat praktis dan
khusus
f. Pendidikannya
berlangsung singkat
g. Terkadang ada ujian
h. Dapat dilakukan oleh
pemerintah atau
swasta
a. Tempat pembelajaran
bisa di mana saja.
b. Tidak ada persyaratan
c. Tidak berjenjang
d. Tidak ada program
yang direncanakan
secara formal
e. Tidak ada materi
tertentu yang harus
tersaji secara formal
f. Tidak ada ujian
g. Tidak ada lembaga
penyelenggara.
Tabel 2.1
Perbedaan Pendidikan Formal, Non-formal dan informal
Sumber : http://radityapenton.blogspot.com/2012/11/pendidikan-formal-informal-
dan-nonformal.html
b. Tujuan pendidikan
Tujuan adalah sesuatu yang akan diraih dengan melakukan
aktivitas pendidikan. Pendidikan sering ditafsirkan sebagai suatu
17
aktivitas untuk membimbing anak, agar anak itu mencapai
kedewasaannya. Tujuan pendidikan menekankan pada
perkembangan kemampuan anak didik, antara lain:
1) Kemampuan Kognitif
Kawasan kognitif merupakan kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek intelektual atau berpikir/nalar. Di dalamnya
mencakup pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), penguraian (analyze),
pemanduan (synthesis) dan penilaian (evaluation).
Dalam aspek kognitif, sejauh mana peserta didik mampu
memahami materi yang telah diajarkan oleh pendidik, dan pada
level yang lebih atas seorang peserta didik mampu menguraikan
kembali kemudian memadukannya dengan pemahaman yang
sudah ia peroleh untuk kemudia diberi penilaian atau
pertimbangan.
2) Kemampuan Afektif
Kawasan afektif berkaitan dengan aspek-aspek emosional
seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan
sebagainya. Di dalamnya mencakup penerimaan (receiving /
attending), sambutan (responding), tata nilai (valuing),
pengorganisasian (organization), dan karakterisasi
(characterization).
Dalam aspek ini peserta didik dinilai sejauh mana ia
mampu menginternalisasikan nilai-nilai pembelajaran ke dalam
dirinya. Aspek afektif ini erat kaitannya dengan tata nilai dan
konsep diri.
3) Kemampuan Psikomotorik
Kawasan psikomotorik merupakan kawasan yang berkaitan
denga aspek-aspek ketrampilan yang melibatkan fungsi sistem
syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan berfungsi psikis.
Psikomotorik terdiri dari kesiapan (set), peniruan (imitation),
18
membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation), dan
menciptakan (origination).
Ketika peserta didik telah memahami dan
menginternalisasikan nilai-nilai mata pelajaran dalam dirinya,
maka tahap selanjutnya ialah bagaimana peserta didik mampu
mengaplikasikan pemahamannya dalam kehidupan sehari-hari
melalui perbuatan atau tindakan.
Ketiga domain di atas lebih dikenal dengan istilah domain head,
heart, and hand merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh
pendidik untuk mengetahui serta mengevaluasi tingkat
keberhasilan proses pembelajaran.
c. Pengertian Pendidik
Pendidik adalah Setiap orang dewasa yang bertanggung
jawab dan dengan sengaja mempengaruhi orang lain (anak didik),
memberi pertolongan kepada anak yang masih dalam pertumbuhan
dan perkembangan untuk mencapai kedewasaan (Soedomo A.
Hadi, 2005: 22).
Orang dewasa yang bertanggung jawab atas pendidikan
anak itu adalah:
1) Orang tua (ayah dan ibu), menjadi pendidik pertama dan utama
bagi anak-anaknya. Orang tua sebagai pendidik adalah kodrati.
Begitu sepasang suami istri dikaruniai anak, begitu pula sebutan
orang tua sebagai pendidik diberikan. Dengan kesadaran yang
mendalam disertai rasa cinta kasih, orang tua mengasuh dan
mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawan. Orang tua
sering pula disebut sebagai pendidik kodrat atau pendidik asli
dan berperan dalam lingkungan pendidikan in-formal atau
keluarga.
19
2) Pengajar atau Guru di Sekolah, yang disebut pendidik karena
jabatannya atau karena keahliannya, maka dinamakan pendidik
profesional. Pengajar atau guru adalah pendidik di lembaga
pendidikan formal maupun informal. Guru atau Pengajar sering
pula disebut dengan pendidik pembantu karena guru menerima
limpahan sebagian tanggung jawab orang tua untuk menolong
dan membimbing anaknya.
3) Pemimpin/pemuka masyarakat, adalah pendidik dalam lembaga
pendidikan non formal, dalam bermacam-macam perkumpulan
atau organisasi yang ada di masyarakat.
d. Tugas Pendidik
Pendidik baik itu orang tua, pengajar atau guru maupun
pemimpin/pemuka masyarakat, sebenarnya adalah perantara atau
penghubung aktif yang menjebatani antara anak didik dengan
tujuan pendidikan yang dirumuskan. Tanpa pendidikan manapun
yang telah dirumuskan tidak akan dapat dicapai oleh anak didik.
Agar pendidik dapat berfungsi sebagai perantara yang baik, maka
pendidik harus dapat melakukan tugas-tugasnya dengan baik pula
(Soedomo A. Hadi, 2005: 22). Tugas-tugas pendidik itu dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Tugas Educational (Pendidikan)
Dalam hal ini pendidik mempunyai tugas memberi
bimbingan yang lebih banyak diarahkan pada pembentukkan
“kepribadian” anak didik, sehingga anak didik akan menjadi
manusia yang mempunyai sopan santun tinggi, mengenal
kesusilaan, dapat menghargai pendapat orang lain, mempunyai
tenggang rasa terhadap sesama, rasa sosialnya berkembang, dan
lain-lain.
20
2) Tugas Instruksional
Dalam tugas ini kewajiban pendidik dititikberatkan pada
perkembangan dan kecerdasan daya intelektual anak didik,
sehingga anak dapat menjadi manusia cerdas, bermoral baik dan
sekaligus juga terampil.
3) Tugas Managerial (Pengelolaan)
Dalam hal ini pendidik berkewajiban mengelola kehidupan
Lembaga. Dan pengelolaan itu meliputi:
(i) Personal anak didik, yang lebih erat berkaitan dengan
pembentukkan kepribadian anak.
(ii) Material atau sara yang meliputi alat-alat, perlengkapan
media pendidikan, dan lain-lain yang mendukung
tercapainya tujuan pendidikan.
(iii) Operasional atau tindakan yang dilakukan, yang
menyangkut metode mengajar, pelaksanaan mengajar,
sehingga dapat tercipta kondisi yang seoptimal mungkin
bagi terlaksananya proses belajar mengajar dan dapat
memberikan hasil yang sebaik-baiknya bagi anak didik.
e. Pengertian Anak Didik
Dalam proses pembelajaran peserta didik berdiri sebagai
masukan karena peserta didik memasuki kancah pendidikan masih
kosong, belum diolah, belum diproses dalam sistem pendidikan
atau latihan sebelumnya, dan dalam mempunyai bekal apa-apa,
kecuali hanya pembawaan yang dibawa sejak lahir atau potensi-
potensi ini baru akan menjadi kemampuan-kemampuan nyata
setelah dikembangkan (Soedomo A. Hadi, 2005: 29).
3. Tinjauan khusus Sekolah Fotografi
a. Pengertian Sekolah Fotografi
Sekolah fotografi adalah sekolah yang berfokus pada
pembelajaran fotografi dan semua ilmu tentang fotografi, baik
21
pembelajaran fotografi indoor maupun pembelajaran fotografi
outdoor. Sekolah fotografi memiliki kompetensi dalam bidang
keahlian yang menekankan aspek seni, kreativitas dan inovasi
bertujuan untuk mencetak lulusan yang profesional, menguasai
teori, ilmu pengetahuan, teknologi, dan teknik fotografi sehingga
terampil dalam proses penciptaan dan pengkajian karya seni
fotografi.
b. Persyaratan Bangunan
Sekolah fotografi memiliki fungsi sebagai wadah pembelajaran dan
pengembangan kreativitas dalam bidang fotografi. Persyaratan
bangunan secara fungsional untuk sekolah fotografi antara lain:
1) Bangunan pokok meliputi:
(i) Ruang kelas
(ii) Studio foto
(iii) Ruang penyimpanan peralatan fotografi
(iv) Ruang Editor
(v) Ruang Cetak (kamar cetak atau dark room)
(vi) Ruang Make-up
(vii) Ruang Meeting
(viii) Ruang Workshop
2) Bangunan penunjang meliputi:
(i) Lobby
(ii) Ruang Penjualan Peralatan atau Perlengkapan Fotografi
c. Kebutuhan Alat
1) Persyaratan Alat-alat yang dipakai
(i) Untuk peralatan standart yang ada dalam sekolah
fotografi terutama yang berhubungan langsung dengan
bidang fotografi, antara lain:
1. Kamera dan Lens
2. Cable Release
22
Fungsi alat ini adalah sebagai pengganti tombol
pelepas rana, alat ini akan memudahkan fotografer
ketika menekan tombol tersebut, sehingga
mengurangi resiko kamera goyang, terutama pada
pemotretan dengan kecepatan rendah.
3. Electronic Flash Head
Benda ini adalah lampu yang menyalurkan gas
seketika dan memproduksi cahaya berduras cepat dan
singkat (cahaya flash). Electronic Flash Head terdiri
dari dua jenis, antara lain:
a. Monoflash (monoblocs)
Lampu ini dihubungkan langsung ke stop
kontak setiap lampu monoflash, yang berfungsi
membuat lampu menyala secara bersamaan ketika
flash utama menyala.
b. Power pack electronic system
Jenis lampu inidihubungkan pada sumber
daya yang terpisah, sehingga fungsi dan fasilitas
pengendalian cahayanya lebih banyak serta
lengkap dibandingkan jenis monoflash.
4. Slave unit
Ada beberapa lampu yang memiliki builth in
slave di bagian depannya atau bisa ditambahkan
sendiri. Fungsinya hampir sama dengan kabel
sinkronisasi hanya saja tanpa kabel sehingga lebih
praktis.
5. Triger
Alat ini dipasang pada kamera pengganti flash
sebagai pemiccu slave unit sehingga lampu di ruang
studio dapat menyala. Pemasangan ini dimaksudkan
23
agar fotografer dapat bergerak bebas tanpa direpotkan
kabel sinkronisasi. Triger ini bekerja mengunakan
sinar infra merah, yang memicu slave unit.
6. Standart Reflektor
Biasanya, setiap lampu flash dilengkapi dengan
dengan ini, peralatan ini menghasilkan cahaya yang
keras dan langsung.
7. Reflektor
Fungsinya sama dengan namanya yaitu memberikan
pantulan cahaya.
8. Umbrela Lamp Studio
Payung studio merupakan perangkat fotografi yang
digunakan untuk memantulkan atau menyaring
cahaya lampu studio, sehingga merata.
9. Softbox
Benda ini berfungsi untuk menyaring cahaya lampu
kilat. Cahaya yang dihasilkan akan lebih lembut dari
reflektor dan payung studio.
10. Snoot
Snoot digunakan untuk mengarahkan cahaya yang
keluar dari lampu agar menghasilkan efek spot pada
obyek.
11. Tripod
Digunakan unttuk menyangga kamera sehingga
tidak goyang terutama saat menggunakan kecepatan
rendah.
12. Flash Meter
Fungsi alat ini sebagai pengukur kekuatan cahaya.
Hasil dari pengukuran tersebut didapatkan angka yang
menunjukkan berapa besaran bukaan (diafragma)
yang diperlukan.
24
13. Background
Latar belakang ini dimaksudkan untuk memperoleh
bagian belakang yang menarik, bahannya biasanya
dari wallpaper atau kain. Lembaran ini biasanya
terdapat gambar atau warna bukan corak-corak yang
menarik.
Peralatan pendukung untuk kelancaran kerja di sekolah
fotografi, antara lain: meja – kursi untuk kelas, storage untuk
ruang penjualan peralatan fotografi,dsb.
d. Kegiatan Sekolah
Sekolah Fotografi merupakan tempat yang bertujuan sebagai
tempat penyampaian pendidikan ilmu tentang fotografi dan
penyampaian informasi tentang fotografi. Didalam sekolah
fotografi terdapat kegiatan-kegiatan yang berbeda baik itu
pengelola, peserta didik, maupun pengunjung.
1) Kegiatan Pengelola
Bagan 2.1
Kegiatan Pengelola
2) Direktur
Bagan 2.2
Kegiatan Direktur
Pengelola
- Preparasi - Perbaikan - Pencatatan
Servis Area
Direktur
- Perencanaan & penyaran
- Memantau setiap kegiatan
- Rapat
Servis
25
3) Karyawan & Pengajar
Bagan 2.3
Kegiatan Karyawan & Pengajar
4) Peserta Didik
Bagan 2.4
Kegiatan Peserta Didik
5) Pengunjung
Bagan 2.5
Kegiatan Pengunjung
4. Tinjauan Interior
a. Hubungan Antar Ruang
1) Ruang di dalam ruang
Sebuah bangunan yang luas dapat melingkupi dan memuat
sebuah ruangan lain yang lebih kecil di dalamnya. Kontitunitas
visual dan ruang di antara kedua ruang tersebut dengan mudah
mampu dipenuhi tetapi hubungan dengan luar dari ruang yang
Karyawan
- Tata Usaha - Administrasi - MengaturJadwal - Memberikan ilmu
dan praktek fotografi
Servis Area
Peserta
Didik
- Praktek Fotografi - Mengikuti kelas
Fotografi
Pengunjung
- Mendapat informasi tentang fotografi
- Melihat karya-karya foto - Melakukan kegiatan
pembelian
Servis Area
Servis Area
26
dimuat tergantung kepada ruang penutupnya yang lebih besar.
Misal ruang kelas dalam gedung sekolah.
2) Ruang-ruang yang saling berkaitan
Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan terdiri dari 2
buah ruang yang kawasannya membentuk volume berkaitan
seperti, masing-masing ruang mempertahankan identitasnya
dan batasan sebagai ruang. Tetapi, hasil konfigurasi kedua
ruang yang saling berkaitan akan tergantung pada beberapa
penafsiran.
3) Ruang-ruang yang bersebelahan
Bersebelahan adalah jenis hubungan ruang yang paling
umum. Hal tersebut memungkinkan definisi dan respon
masing-masing ruang menjadi jelas terhadap fungsi dan
persyaratan simbolis menurut cara masing-masing
simbolisnya.
4) Ruang-ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama
2 buah ruang yang terbagi oleh jarak dapat dihubungkan
atau dikaitkan satu sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang
pertama. Hubungan akan kedua ruang tersebut menempati satu
ruang bersama-sama.
b. Sistem Organisasi Ruang
Penyusunan ruang-ruang dapat menjelaskan tingkat kepentingan
relatif dan fungsi serta peran simbolis ruang-ruang tersebut di
dalam suatu organisasi bangunan. Keputusan mengenai jenis
organisasi yang harus digunakan dalam situasi khusus akan
tergantung pada : kebutuhan atas program bangunan, seperti
pendekatan fungsional persyaratan ukuran, klasifikasi hirarki
ruangdan syarat-syarat pencapaian, pencahayaan atau
pemandangan. Kondisi-kondisi eksterior dari tapak yang mungkin
akan membatasi bentuk atau pertumbuhan organisasi atau mungkin
27
merangsang organisasi tersebut untuk mendapatkan gambaran-
gambaran tertentu tentang tapaknya dan terpisah dari bentuk-
bentuk lainnya. (Ching, 2000,188)
D.K. Ching (1996) menyebutkan bahwa organisasi ruang dapat
dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:
1) Organisasi terpusat
Sebuah ruang dominan yanng terpusat dengan
pengelompokkan sejumlah ruang sekunder. Organisasi terpusat
dengan bentuk yang relatif padat dan secara geometri teratur
dapat digunakan untuk:
(i) Menetapkan titik-titik yang menjadi point of interest dari
suatu ruang.
(ii) Berfungsi sebagai suatu bentuk obyek di dalam daerah atau
volume ruang yang tetap.
Gambar 2.4 Organisasi Terpusat
Sumber: Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan
2) Organisasi linear
Suatu urutan dalam satu garis dari ruang-ruang yang berulang.
Bentuk ini bersifat fleksibel, bentuk ini dapat digunakan untuk:
(i) Menghubungkan ruang0ruang yang memiliki ukuran,
bentuk dan fungsi yang sama atau berbeda-beda
(ii) Mengarahkan orang untuk menuju ke ruang-ruang tertentu.
Organisasi Terpusat
Sebuah ruang dominan terpusat dengan
pengelompokkan sejumlah ruang
sekunder
28
Gambar 2.5 Organisasi Linear
Sumber: Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan
3) Organisasi radial
Organisasi radial adalah sebuah bentuk yang ekstrovet yang
mengembangkan keluar lingkupnya serta memadukan unsur-
unsur baik organisasi terpusat maupun linear. Susunan ini
menghasilkan suatu pola dinamis yang secara visual
mengarahkan kepada gerak berputar mengelilingi pusatnya.
Bentuk organisasi radial dapat digunakan untu:
(i) Membagi ruang yang dapat dipilih melalui entrance
(ii) Memberi pilihan bagi orang untuk menuju ke ruang-ruang
yang diinginkan.
Gambar 2.6 Organisasi Radial
Sumber: Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan
4) Organisasi cluster
Kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau
bersama-sama memanfaatkan satu ciri hubungan visual. Tidak
adanya tempat utama di dalam pola organisasi berbentuk
kelompok, maka tingkat kepentingan sebuah ruang harus
Organisasi Linear
Suatu urutan dalam satu garis dari
ruang0ruang yang berulang.
Organisasi Radial
Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan
organisasi-organisasi ruang linear
berkembang menurut arah jari-jari.
29
ditegaskan lagi melalui ukuran, bentuk atau orientasi di dalam
polanya. Bentuk organisasi cluster dapat digunakan untuk:
(i) Membentuk ruanng dengan kontur yang berbeda-beda
(ii) Mendapatkan view dari tapak dengan kualitas yang sama
bagi masing-masing ruang
(iii)Membentuk tatanan ruang yang memiliki bentuk, fungsi
dan ukuran yang berbeda-beda.
Gambar 2.7 Organisasi Cluster
Sumber: Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan
5) Organisasi grid
Kekuatan yang mengorganisir suatu grid dihasilkan dari
keteraturan dan kontinuitas pola-polanya yang meliputi unsur-
unsur yang diorganisir. Bentuk organisasi grid dapat digunakan
untuk:
(i) Mendapatkan kejelasan orientasi dalam sirkulasi
(ii) Memberi kemudahan dalam penyusunan struktur dan
konstruksi bangunan.
Gambar 2.8 Organisasi Grid
Sumber: Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan
Organisasi Cluster
Kelompok ruang berdasarkan kedekatan
hubungan atau bersama-sama
memanfaatkan satu ciri atau hubungan
visual.
Organisasi Grid
Organisasi ruang-ruang dalam daerah
struktural grid atau struktur tiga dimensi
lain.
30
B. Pendekatan Desain
1. Modern
a. Pengertian Modern
Kata modern dalam Kamus Besar Indonesia berarti sikap dan cara
berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan jaman. Modern
merupakan istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan desain
yang baru atau up to date. Kata asal dari modern adalah mode yang
berarti sekarang atau saat ini.
Modern mempunyai makna yang lebih luas daripada sekedar
sebuah langgam desain yang spesifik, sebab penggunaan kata modern
dalam bangunan secara umum mengacu pada berbagai jenis style
berbeda. Satu nilai yang menjadi prinsip utama konsep modern adalah
perwujudan desain yang bebas dan tidak terikat pada sejarah dan tradisi
setempat serta fungsional secara maksimal.
b. Sejarah Perkembangan Desain Modern
Desain modern merupakan bentuk pemecahan masalah yanng
dihasilkan dari pengedapan berbagai bidang ilmu dan teknologi.
Kelahiran desain modern tidak disebabkan penetrasi teknologi dan
industri dalam dunia desain, tetapi merupakan upaya penyatuan
berbagai latar belakang ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu
berkesinambungan. Peranan ilmu pengetahuan modern dalam desain
bersumber pada capaian kemajuan metode berfikir yang menempatan
manusia sebagai subjek dan meletakkan rasionalitas sebagai tumpuan
pemecahan setiap persoalan. Desain modern pada hakekatnya
merupakan bentuk pemeacahan masalah yang bersumber pada logika
dan rasioanalitas yang memperhatikan semangat zaman yang tengah
terjadi.
Pada dasarnya pembabakan sejarah desain modern dapat dibagi
dalam 3 tahap perkembangan. Pertama masa proto modern, masa
31
modern, dan masa post modern. Istilah desain modern mulai
mengemuka semenjak tahun 1900-an. Pada masa tersebut, yaitu antara
tahun 1900-1917 merupakan masa proto modernisme. Proto
modernisme atau modernisme dalam tataran awal merupakan akibat
panjang dari timbulnya revolusi industri di tahun 1800.
Kelahiran desain modern dapat ditelusuri dari pencapaian-
pencapaian kemajuan dalam ilmu pengetahuan yang menjadi pijakan
perkembangan masa modern. Perkembanngan ilmu pengetahuan
modern dapat dimulai dari penggalian metode-metode berfikir yang
telah diajarkan oleh para filsuf Yunani. Ajaran-ajaran yang dilontarkan
para pemikir masa Yunani merupakan akar dari ilmu pengetahuan
modern, meski yang dibentuk masih dalam lingkup filosofi. Alam pikir
Yunani telah menempatkan manusia sebagai subjek di alam dan
menempatkan rasionalitas sebagai pijakan dalam menjawab setiap
permasalahan yang muncul.
Kelebihan dari metoda berfikir yang pernah diajarkan Plato,
Aristoteles, Archimedes, serta Descartes digali kembali pada masa
Renaisans pada abad ke-16. Masa Renaisans inilah yang pada
hakekatnya merupakan penghidupan kembali keagungan-keagungan
masa Yunani dan Romawi, yang menjadi titik awal kebangkitan Barat.
Pada konteks yang lebih kecil masa Renaisans merupakan kebangkitan
rasionalitas dan logika, yang menjadi dasar ilmu pengetahuan modern.
c. Prinsip Gaya Modern
Jika menulusuri perkembangan sejarahnya, maka dapat dilihat
bahwa arsitektur modern mempunyai beberapa karakter yang menjadi
ciri khasnya. Penerjemahan konsep arsitektur modern sebagai paham
pendobrak langgam klasik yang mengakar pada tradisi masa lalu dapat
diwujudkan melalui simplifikasi bentuk secara radikal, penghilangan
ornamen secara maksimal, pennggunaan kaca, baja dan beton sebagai
32
material dominan, transparasi dan keterbukaan bangunan, konstruksi
yang jujur sehingga pemakaian material-material fabrikasi.
1) Simplisitas
Ornament is a crame - ornamen adalah kriminalitas. Itulah salah
satu slogan terkenal pada masa awal kemunculan arsitektur modern
yang dicetuskan oleh Adolf Loos – arsitek asal Austria. Slogan
tersebut sebagai acuan para arsitek modernis dalam mengutamakan
desain-desain yang simpel. Bagi mereka penggunaan detail ornamen
pada bangunan, seperti ukiran, lukisan/gambar, pahatan, dan patung
yang identik dengan tradisi lokal sekelompok masyarakat itu
terlarang karena modernisme bersifat bebas dari nilai sejarah dan
tradisi. Oleh karena itu, ornamen merupakan salah satu hal yang
perlu dihindari dalam desain bernapas modern.
Menerapkan konsep simplisitas dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Selain mengacu pada prinsip Ornament is a crime yang
berusaha menghilangkan segala ornamen yang ada, desain yang
simpel juga dapat tercapai melalui penciptaan massa maupun elemen
bangunan dengan garis sederhana, bidang polos, dan bentuk
geometri seperti kubus dan balok. Bentuk geometri akan
memberikan kesan teratur dan simpel, sejalan dengan konsep
arsitektur modern
2) Transparansi
Modern itu “jujur” dan bersifat transparan, bahkan kadang sangat
terbuka hingga terkesan tak ada batas. Istilah yang melambangkan
sifat keterbukaan ini adalah “truth to material” yang menyiratkan
bahwa dalam arsitektur modern seharusnya tidak ada elemen
bangunan yang disembunyikan atau struktur yang ditutup-tutupi.
Arsitektur modern lebih cenderung memperlihatkan material secara
apa adanya ketimbang melepasi atau mengubahnya ke dalam
tampilan baru yang berbeda.
33
Selain beton, baja dan batu material lain yang identik dengan
modernisme adalah kaca. Sebagai antitesis terhadap bangunan klasik
yang tertutup dengan bukaan-bukaan berukuran kecil, kaca menjadi
ikon era modern yang lebih terbuka. Sifat tembus pandang yang
dimiliki kaca juga mencerminkan transparansi dan kejujuran dari
bangunan.
3) Fungsional
Pertimbangan utama dalam desain modern adalah fungsi arsitektur
modern paling dikenal melalui jargonnya “from follows function” –
bentuk mengikuti fungsi. Form follows function merupakan
ungkapan yang digagas oleh Louis Sullivan, mentor pertama Frank
Lioyd Wright. Prinsip itu menekankan bahwa hasil sebuah karya
desain harus berdasarkan pada kegunaan dan fungsi awal karya itu
diciptakan. Karena itulah, desain-desain modern selalu dimulai
melalui pendekatan fungsional.
Penerapan fungsionalitas dalam modernisme tak hanya berarti
menghilangkan desain yang bersifat detal sehingga berkesan polos
dan membosankan. Namun, fungsionalitas menjadi landasan para
arsitek dan desainer dalam merancang sesuatu berdasarkan
manfaatnya dan bukan sekedar hiasan belaka. Fungsional dapat
diwujudkan pada elemen bangunan yang tercermin, juga pada
rancangan furniture interior yang juga simpel, efektif dan efisien.
2. Pendekatan Warna
Saat ini orang memilih warna tidak hanya sekedar mengikuti selera
pribadi berdasarkan perasaannya saja, tetapi telah memilihnya dengan
penuh kesadaran akan kegunaannya. Pada seni sastra baik sastra lama
maupun sastra modern, puisi maupun prosa, sering terungkap perihal
warna sebagai kiasan atau sebagai perumpamaan. Telah banyak dibuktikan
melalui percobaan-percobaan bahwa warna mempengaruhi kegiatan fisik
34
dan mental, warnapun telah dipergunakan untuk alat penyembuhan
penyakit mental.
Pada agama atau kepercayaan-kepercayaan hal tersebut sering
diceritakan. Warna bangunan dengan interiornya dari zama Byzantine,
Majapahit, Mataram, zaman Louis XIV ataupun masa kini tentu memiliki
perbedaan warna, sebagai hasil ungkapan zamannya masing-masing. Hal
tersebut bukan terjadi secara kebetulan, sebab sejak rumah atau istana
merupakan ungkapan kehidupan suasana jiwa penghuninya, pemilihan
warna merupakan faktor ekspresi yang penting.
Jadi rancangan desain interior sekolah fotografi akan menggunakan
konsep modern dengan pendekatan warna, karena warna dapat
berpengaruh terhadap emosi, dan warna dapat pula menggambarkan
suasana hati sesorang. Dalam aktivitas manusia, warna mampu
membangkitkan kekuatan perasaan untuk bangkit atau pasif, baik dalam
penggunaan untuk interior maupun untuk berpakaian, mulai dari
kegairahan sampai kepada yang santai. Menggunakan warna dengan baik
dan tepat merupakan masalah desain yang rumit, macam-macam individu
ataupun macam-macam budaya mempunyai standar serta kriteria yang
berbeda-beda dalam menentukan warna yang baik dan tepat
Penggunaan warna untuk penataan ruang dalam sebuah bangunan
tidak lepas dari fungsi bangunan serta fungsi ruangan dalamnya. Tujuan
pewarnaan untuk interior tidak terbatas hanya sekedar menyenangkan mata
saja, tetapi mempunyai tujuan lain, misalnya untuk peningkatan efisiensi
kerja, penyembuhan, dan mengundang selera. Penataan harus dirancang
dengan baik, sehingga baik dari segi keindahan maupun dari segi fungsi
keduanya tercapai.
35
Rupanya seluruh warna spektrum telah disiapkan untuk suatu
rangsangan sifat dan emosi manusia. Berikut adalah warna-warna yang
mempunyai asosiasi dengan pribadi seseorang diambil dari buku Design in
Dress oleh Marian L. David (1987:135), sebagai berikut:
a. Merah : cinta, nafsu, kekuatan, berani, primitif, menarik,
bahaya, dosa, pengorbanan, vitalitas.
b. Merah jingga : semangat, tenaga, kekuatan, pesat, hebat, gairah.
c. Jingga : hangat, semangat muda, ekstremis, menarik.
d. Kuning jingga : kebahagian, penghormatan, kegembiraan,
optimisme, terbuka.
e. Kuning : cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat,
pengecut, optimisme, terbuka.
f. Kuning hijau : persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah,
berseri.
g. Hijau muda : Kurang pengalaman, tumbuh, cemburu, iri hati,
kaya, segar, istirahat, tenang.
h. Hijau biru : tenang, santai, diam, lembut, setia, kepercayaan.
i. Biru : damai, setia, konservatif, pasif terhormat, depresi,
lembut, menahan diri, ikhlas.
j. Biru ungu : Spiritual, kelelahan, hebat, kesuraman,
kematangan, sederhana, rendah hati, keterasingan, tersisih, tenang,
sentosa.
k. Ungu : misteri, kuat, supremasi, formal, melankolis,
pendiam, agung (mulia).
l. Merah ungu : tekanan, intrik, drama, terpencil, penggerak, teka-
teki.
m. Coklat : hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersaman,
tenang, sentosa, rendah hati.
n. Hitam : kuat, duka cita, resmi, kematian, keahlian, tidak
menentu.
o. Abu-abu : tenang.
36
p. Putih : senang, harapan, murni, lugu, bersih, spiritual,
pemaaf, cinta, terang.
Banyak cara untuk merancang warna yang indah dalam penataan
ruang dalam bangunan. Sebelumnya tentu harus mempelajari tentang efek-
efek yang terjadi oleh warna dan tekstur. Cara yang terbaik dalam
merancang skema warna adalah dengan cara menetapkan dahulu dalam
gagasan komposisi warna yang akan dipakai. Sebelum diambil keputusan
tentang skema warna, terlebih dahulu tentu harus dipertimbangkan efek-
efek penyinaran dari cahaya netral maupun artifisial. Selain itu dan yang
terpenting ialah sifat kegunaan ruangnya.
Para psikologi telah melakukan beberapa eksperimen yang telah
dapat dibuktikan bahwa penggunaan warna yang tepat untuk sekolah dapat
meningkatkan proses belajar mengajar untuk peserta didik maupun
pengajarnya. Suatu lingkungan yang dirancang dengan baik bukan hanya
memberi kemudahan belajar tetapi juga dapat mengurangi masalah-
masalah perilaku yang negatif. Para ahli telah menyepakati dua hal penting
penggunaan warna, yaitu:
a. Rasio kekuatan cahaya pada bidang-bidang yang sifatnya umum
(dinding, lantai, langit-langit, atau perlengkapan ruangan seperti
meubel) dan perlengkapan lainnya, sebaiknya sama.
b. Lingkungan secara menyeluruh sebaiknya diberi warna yang dapat
memantulkan cahaya antara 50 dan 60%, meubel, perlengkapan
ruangan, dan dinding dapat memantulkan cahaya 30-40% atau 40-50%,
lantai sebaiknya bisa memantulkan cahaya 20-30%.
Warna mempunyai peranan penting dalam kehidupan, juga dalam
fotografi. Warna adalah tujuan fotografer untuk menghasilkan realitas baru
tentang cahaya dan mentransfer visi. Adanya asosiasi yang kuat dengan
emosi, menjadikan warna pada suatu subjek akan memberikan energi dan
37
menimbulkan mood atau perasaan tertentu, karena dengan warna mampu
mengungkapkan kepribadian seseorang. Memilih warna dengan
menyajikan komposisi warna untuk setiap kali melakukan pemotretan itu
membutuhkan ketilitian dan kekreatifitasan dalam banyak hal. Mulai dari
bentuk subjek, aksesoris hingga pencahayaan.
Faktor yang menjelaskan intensitas warna memiliki keterkaitan
dengan kekentalan atau kepakatan suatu warna yang pekat tidaknya
ditentukan vikositasnya. Intensitas warna yang kuat merujuk nilai saturasi
(saturation) yang besar. Saturation adalah kepekatan warna yang dimiliki
suatu benda, penambahan saturasi menghasilkan warna menjadi lebih
matang. Nada warna merupakan tingkatan kecerahan suatu warna dari
yang rendah hingga tinggi, yang membedakan gelap terang suatu warna
dari warna asal.
Warna yang dirancang harus menyenangkan. Warna yang cocok
dan yang disarankan untuk sekolah adalah memberi lingkungan yang
hangat dan cerah. Karena perhatian baik visual maupun emosional bersifat
keluar (ekstrover), dinamis dan mengundang hubungan ke luar, bebas.
Bangunan sekolah yang mempunyai populasi tinggi dengan daerah yang
luas harus dicari warna yang demokratis, artinya warna-warna yang mudah
dikenal umum yaitu hijau, biru, koral kuning, warna spontan, primitif.
Serta warna yang mudah dikenali dan sangat familiar,berasal dari warna
pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Warna-warna
tersebut bisa untuk aksentuasi, misalnya untuk lukisan dinding disalah satu
bidang yang strategis atau struktur yang bersifat patung (sculptural)
diruang luar (space) yang cocok, misal di halaman atau taman.
38
Tabel 2.6 Efek-efek warna, nilai dan intensitas
Sumber : Meriam L. Davis in Design Dress (1987:134)