bab ii ka kualitatif
DESCRIPTION
..Haii postingan kali ini adalah bab ii dari ka kualitatif semoga sukses....TRANSCRIPT
Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia III 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kimia Analisa
Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis
cuplikan material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya.
Secara tradisional, kimia analitik dibagi menjadi dua jenis, kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur atau senyawa
kimia, baik organik maupun inorganik, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk
mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu cuplikan.
Kimia analitik modern dikategorisasikan melalui dua pendekatan, target dan
metode. Berdasarkan targetnya, kimia analitik dapat dibagi menjadi kimia
bioanalitik, analisis material, analisis kimia, analisis lingkungan, dan forensik.
Berdasarkan metodenya, kimia analitik dapat dibagi menjadi spektroskopi,
spektrometri massa, kromatografi dan elektroforesis, kristalografi, mikroskopi, dan
elektrokimia (Anonim, 2011i).
2.2 Pembagian Kimia Analisa
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi
zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu
sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan
mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan
banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh (Anonim, 2010).
2.3 Kimia Analisa Kualitatif
2.3.1 Analisa Kualitatif
a. Analisa Kualitatif Anion
Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya :
* Anion sederhana seperti :O2-, F-, atau CN- .
* Anion okso diskret seperti : NO3-, atau SO42-.
* Anion polimer okso seperti silikat, borat, atau fosfat terkondensasi 3 Palimeita
Br.Tarigan110405101
Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia III 8
* Anion kompleks halida seperti TaF6 dan kompleks anion yang berbasis bangat
seperti oksalat.
Reaksi dalam anion ini akan lebih dipelajari secara sistematis untuk
memudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkanbersama-sama.
Hal ini meliputi asetat, formiat, oksalat, sitrat, salisilat dan benzoat. Analisis
kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan.
Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk analisis semimikro
dengan hanya modifikasi kecil.
Untuk uji reaksi kering metode yang sering dilakukan adalah
1. Reaksi nyala dengan kawat nikrom : Sedikit zat dilarutkan kedalam HCL P. Diatas
kaca arloji kemudian dicelupkan kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang
telah bersih kemudian dibakar diatas nyala oksidasi .
2. Reaksi nyala beilstein : Kawat tembaga yang telah bersih dipijarkan diatas nyala
oksida sampai nyala hijau hilang. Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi
berwarna hijau.
3. Reaksi nyala untuk borat : Dengan cawan porselin sedikit zat padat ditambahkan
asam sulfat pekat dan beberapa tetes methanol, kemudian dinyalakan ditempat gelap.
Apabila ada borat akan timbul warna hijau.
Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang digunakan
untuk kation. Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema yang kaku
karena beberapa anion termaksud dalam lebih dari satu golongan.
Anion-anion dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Anion sederhana seperti O2,F- atau CN-.
b. Anion oksodiskret seperti NO3- atau SO42-.
c. Anion polimer okso seperti silikat, borad, atau fospat terkondensasi.
d. Anion kompleks halida, seperti TaF6 dan kompleks anion yang mengandung anion
berbasa banyak seperti oksalat
3 Palimeita Br.Tarigan
110405101
Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia III 8
Reaksi-reaksi dalam anion ini akan dipelajari secara sistematis untuk memudahkan
reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama, ini meliputi
asetat, format, oksalad, sitrat, salisilad, benzoad, dan saksinat (Wiro, 2009).
Cara pengenalan anion tidak begitu sistematik seperti pada pengenalan
kation. Salah satu cara penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan
kelarutan garam-garam perak, garam-garam kalium, barium, dan seng. Selain itu, ada
cara penggolongan anion menurut Bunsen, Gilreath, dan Vogel. Bunsen
menggolongkan
anion dari sifat kelarutan garam perak dan garam bariumnya, warna, kelarutan garam
alkali, dan kemudahan menguapnya. Gilreath menggolongkan anion berdasarkan
pada kelarutan garam kalsium, barium, kadmium, dan garam peraknya. Sedangkan
Vogel menggolongkan anion berdasarkan pada proses yang digunakannya, yaitu
pemeriksaan anion yang dapat menguap bila diolah dengan asam, dan pemeriksaan
anion berdasarkan reaksinya dalam larutan. Manfaat dari analisis kualitatif kation
dan anion ini cukup banyak, misalnya untuk menguji kandungan suatu ion logam
berbahaya dalam air minum (Mardiansyah, 2011).
2.3.2 Analisa Kualitatif Kation
Kation adalah ion yang bermuatan positif sedangkan anion adalah ion yang
bermuatan negatif. Kation dan anion yang terdapat dalam suatu sampel dapat
diketahui dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi spesifik. Prinsip
dasar yang digunakan dalam analisis kation dan anion adalah karakteristik reaksi
kimia yang khas untuk setiap kation dan anion. Suatu ion tertentu akan mengalami
reaksi kimia yang khas, sehingga dapat diketahui jenis ionnya. Misalnya beberapa
ion tertentu akan mengalami perubahan warna yang berbeda-beda bila direaksikan
dengan pereaksi tertentu. Secara umum terdapat empat ciri reaksi kimia, yaitu
terbentuknya endapan, terbentuknya gas, perubahan warna dan perubahan suhu.
Analisis kation dan anion umumnya dilakukan dengan cara basah. Untuk sampel
yang berbentuk padat, harus dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut sebelum
dilakukan identifikasi. Sebagai pelarut dicoba berturut-turut air, HCl encer, HCl
pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat, dan air raja/aqua regia (HCl : HNO3 = 3 : 1). Bila
3 Palimeita Br.Tarigan
110405101
Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia III 8
pelarutnya HCl pekat, larutan diuapkan hingga sebagian besar HCl menguap dan
habis. Jika pelarutnya HNO3 atau air raja, maka semua asam harus dihilangkan
dengan cara menguapkan larutan sampai kering, kemudian ditambah HCl, diuapkan
lagi sampai volumenya sedikit lalu diencerkan dengan air. Secara sistematik cara
analisis kualitatif kation-kation diklasifikasikan ke dalam lima golongan, hal ini
didasarkan pada sifat kation tersebut terhadap beberapa pereaksi. Pereaksi golongan
yang umum digunakan untuk klasifikasi kation adalah asam klorida, hidrogen
sulfida, dan ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation
bereaksi dengan pereaksi tertentu membentuk endapan atau tidak, dengan kata lain
klasifikasi kation yang paling umum digunakan atas perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut. Kelima golongan kation dan ciri-
ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut:
a. Golongan I
Kation-kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion
golongan ini adalah Ag+, Hg2+, dan Pb2+.
b. Golongan II
Kation-kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam. Ion-ion golongan ini adalah
Hg2+, Pb2+, Bi3+, Cu2+, Cd2+, As3+, As5+, Sb3+, Sb5+, Sn2+, dan Sn4+.
c. Golongan III
Kation-kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida maupun hidrogen
sulfida. Namun, kation-kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida
dalam suasana netral atau ammoniakal. Ion-ion golongan ini adalah Co2+, Ni2+, Fe2+,
Fe3+, Zn2+, Al3+, Mn2+, dan Cr3+ (Mardiansyah, 2011).
2.3.4 Penggunaan Kimia Analisa
Penggunaan analisis kimia dapat diterapkan baik pada bidang kimia organic maupun
bidang kimia anorganik. Namun, tidak sebatas dalam bidang kimia saja, analisis
kimia juga dapat digunakan juga secara luas di bidang ilmu yang lainnya, seperti
farmasi, kedokteran, lingkungan, pertanian, hingga pertambangan. Salah satu contoh
analisis kimia yang dalam bidang-bidang tersebut akan dibahas pada bagian
selanjutnya pada buku ini, namun sebagai gambaran beberapa contohnya, antara lain:
3 Palimeita Br.Tarigan
110405101
Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia III 8
1. Uji Kualitas
Analisis kimia sangat diperlukan untuk mengetahui kualitas udara di sekitar kita, air
yang kita digunakan, serta makanan yang disajikan. Di bidang industri, analisis kimia
digunakan secara rutin untuk menentukan kualitas dari bahan baku, bahan setengah
jadi, hingga produk yang dihasilkan. Bidang tersebut disebut sebagai pengawasan
mutu atau quality controll.
2. Menentukan Kadar atau Konsentasi Bahan yang Bermanfaat
Analisis kimia digunakan dalam penentuan kadar bahan-bahan dalam suatu produk
makanan. Sebagai contoh analisis kimia yang digunakan dalam menentukan kadar
lemak dalam krim, kadar protein dalam susu atau kadar karbohidrat dalam umbi-
umbian membantu mengetahui nilai gizi suatu bahan makanan. Selain itu, kadar
logam seperti besi, tembaga, ataupun nikel dalam suatu bijih tambang dapat pula
diketahui dengan menggunakan analisis kimia.
3. Bidang Kedokteran
Untuk mendiagnosa suatu penyakit pada manusia diperlukan suatu analisis kimia,
sebagai contoh tingkat konsentrasi bilirubin dan enzim fosfatase alkali dalam darah
menunjukkan adanya gangguan fungsi liver. Tingkat konsentrasi gula dalam darah
dan urin menunjukkan penyakit gula. Kandungan kalsium dalam serum darah
membantu diagnosa penyakit paratiroid.
4. Penelitian
Analisis kimia juga berperan sangat penting dalam banyak kegiatan penelitian di
bidang kimia, biokimia, biologi, geologi, pertanian dan lainnya. Sebagian besar
penelitian menggunakan analisis untuk keperluan penelitiannya. Sebagai contoh pada
penelitian korosi logam, maka ditentukan berapa konsentrasi logam yang terlarut ke
dalam lingkungan air. Di bidang pertanian, suatu lahan pertanian sebelum digunakan,
maka tingkat kesuburannya ditentukan dengan mengetahui tingkat konsentrasi unsur
yang ada di dalam tanah, misalnya konsentrasi N, P, K dalam tanah (Mardiansyah,
2011).
2.4 Kelarutan
Kelarutan (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan
dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
3 Palimeita Br.Tarigan
110405101
Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia III 8
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di
dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni
ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat.
Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,
seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada
senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang
benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik
kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang
disebut lewat jenuh (supersaturated) yang tidak stabil dan terdapat endapan. Reaksi
pembentukan endapan inilah yang dipakai dalam proses pemisahan kation-kation
(Anonim, 2005).
3 Palimeita Br.Tarigan
110405101
Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia III 8
2.5 Aplikasi Kimia Analisa Kualitatif
“Analisis Kualitatif Gugus Fungsi Pada Baja Karbon Rendah Yang Mendapat
Perlakuan Nitridasi, Karbonasi dan Quenching NaCl (NiKaNa) Menggunakan
Spektroskopi FTIR’’.
Industri memegang peranan penting dalam menunjang perkembangan
teknologi. Dengan adanya industri-industri baru akan memungkinkan terciptanya
barang-barang baru yang lebih inovatif sehingga dapat mendorong munculnya
penemuan baru baik di bidang ilmu pengetahuan (sains) maupun teknologi. Industri-
industri yang ada tidak akan lepas dari pemanfaatan logam terutama baja sebagai
bahan baku penunjang dalam pembuatan alat-alat produksi. Alat produksi tersebut
haruslah kuat dan awet sehingga dapat menunjang kelancaran proses produksi. Oleh
karena itu agar alat produksi kuat diperlukan bahan baku baja yang kuat pula (tingkat
kekerasannya tinggi). Teknik nitridasi dilakukan dengan menggunakan gas nitrogen
yang disemprotkan langsung pada baja yang sedang membara. Dengan metode
tersebut kekosongan pada material akan terisi oleh atom-atom yang bergeser karena
penumbukan oleh atom nitrogen maupun oleh atom nitrogen yang menempati letak
interstisi. Proses tersebut akan membentuk struktur baru yang mempunyai kekerasan
yang lebih baik dibanding material aslinya. Material yang dipakai dalam penelitian
ini adalah baja, mengingat material tersebut banyak digunakan dalam dunia industri.
Telah dilakukan analisis gugus fungsi baja karbon rendah yang mengalami proses
Nitridasi, Karbonasi, dan quenching NaCl (NiKaNa) menggunakan spektroskopi
FTIR. Baja karbon rendah yang mengalami proses NiKaNa diuji tingkat kekerasan
mikro dengan metode Rockwell. Hasil pengujian tingkat kekerasan mikro
menunjukkan bahwa metode NiKaNa mampu meningkatkan kekerasan baja karbon
rendah hingga sekitar 52 % pada suhu 9000 oC dengan lama pemanasan 15 menit.
Hasil uji spektroskopi FTIR menunjukkan bahwa pada baja terNiKaNa terlihat
adanya pengayaan gugus fungsi N-H. Hal ini mendukung hasil uji difraksi sinar-X
sebelumnya yang didapatkan adanya ikatan Fe-N dalam bentuk senyawa Fe2N.
Sehingga dengan adanya penambahan gugus fungsi tersebut menjadikan baja
terNiKaNa lebih keras dari baja tanpa perlakuan NiKaNa karena struktur atom-
atomnya lebih rapat dan padat (Susanto, 2005).
3 Palimeita Br.Tarigan
110405101
Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia III 8
Gambar 2.1 Flowchart Percobaan Gugus Fungsi Pada Baja Karbon
(Susanto, 2005)
3 Palimeita Br.Tarigan
110405101
Pengamplasan
Pemanasan
Nitridasi
Karbonasi
Quenching NaCl
Uji sampel dengan metode rockwell
Uji gugus fungsi dengan spektroskopi