bab ii john dewey (nasution, 1992: 117). di dalam bukunya...

26
13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Ide pokok pendekatan pembelajaran inkuiri berasal dari pemikiran John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya How We Think, Ia memperkenalkan istilah berpikir reflektif. Maksud berpikir reflektif adalah usaha yang aktif, hati-hati, dan pengujian secara tepat terhadap keyakinan seseorang atau pengetahuan tertentu berdasarkan dukungan kenyataan. Ide inilah yang kemudian dikembangkan oleh banyak pakar pendidikan dan psikologi. Berbagai istilah kemudian mereka gunakan untuk maksud yang kira-kira sama, yaitu pendekatan inkuiri. Beberapa definisi antara lain Good (Nasution, 1992: 117), mendefinisikan inkuiri sebagai pendekatan pemecahan masalah (problem solving) dalam belajar, setiap fenomena baru yang menantang menimbulkan reaksi untuk berpikir. Goldmark (Nasution, 1992: 117), mendefinisikan inkuiri sebagai pola bereaksi dalam bentuk “bertanya” yang terarah menguji suatu nilai. Menurutnya, bertanya itu sangat penting sebagai bentuk bereaksi dan sebagai tanda adanya peserta didik yang aktif. Asumsi dasar yang menjadi keyakinan pokok metode inkuiri berakar pada pendirian bahwa setiap anak memiliki kebiasaan berkembang. Di samping itu, menurut Suchman (Joyce & Weil, 1986: 58), anak memiliki motivasi alamiah untuk meneliti atau berinkuiri. Oleh karena itu inkuiri

Upload: ngodieu

Post on 16-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri

Ide pokok pendekatan pembelajaran inkuiri berasal dari pemikiran

John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya How We Think, Ia

memperkenalkan istilah berpikir reflektif. Maksud berpikir reflektif adalah

usaha yang aktif, hati-hati, dan pengujian secara tepat terhadap keyakinan

seseorang atau pengetahuan tertentu berdasarkan dukungan kenyataan. Ide

inilah yang kemudian dikembangkan oleh banyak pakar pendidikan dan

psikologi. Berbagai istilah kemudian mereka gunakan untuk maksud yang

kira-kira sama, yaitu pendekatan inkuiri.

Beberapa definisi antara lain Good (Nasution, 1992: 117),

mendefinisikan inkuiri sebagai pendekatan pemecahan masalah (problem

solving) dalam belajar, setiap fenomena baru yang menantang menimbulkan

reaksi untuk berpikir. Goldmark (Nasution, 1992: 117), mendefinisikan

inkuiri sebagai pola bereaksi dalam bentuk “bertanya” yang terarah menguji

suatu nilai. Menurutnya, bertanya itu sangat penting sebagai bentuk bereaksi

dan sebagai tanda adanya peserta didik yang aktif.

Asumsi dasar yang menjadi keyakinan pokok metode inkuiri berakar

pada pendirian bahwa setiap anak memiliki kebiasaan berkembang. Di

samping itu, menurut Suchman (Joyce & Weil, 1986: 58), anak memiliki

motivasi alamiah untuk meneliti atau berinkuiri. Oleh karena itu inkuiri

Page 2: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

14

membutuhkan partisipasi aktif dari anak didik untuk meneliti sendiri secara

ilmiah masalah yang dihadapi. Tetapi tidaklah berarti dengan inkuiri kita

akan mendidik siswa menjadi seorang ilmuan, tetapi membawa anak ke

dalam situasi yang memberikan kesempatan pada dirinya untuk menggunakan

apa yang telah diketahui dan menyadari apa yang mereka lakukan itu adalah

hasil perolehan mereka sendiri, dan bukan perolehan guru.

Inkuiri merupakan aktivitas beragam yang melibatkan observasi,

pengamatan, mengajukan pertanyaan, menelaah buku dan sumber informasi

yang lain untuk mengetahui apa yang sudah diketahui; merencanakan

penyelidikan, mengkaji ulang apa yang sudah diketahui dari hasil

eksperimen; menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis, dan

menginterpretasikan data; mengajukan jawaban, penjelasan, dan

mengkomunikasikan hasil. Inkuiri memerlukan identifikasi dari asumsi,

penggunaan berpikir kritis dan logis, serta mempertimbangkan penjelasan

alternatif (National Research Council, 1999 dalam Amelia,2007:9)

Agar pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan dengan baik

memerlukan kondisi sebagai berikut : 1) Kondisi yang fleksibel, bebas untuk

berinteraksi; 2) Kondisi lingkungan respontif; 3) Kondisi yang memudahkan

memusatkan perhatian; 4) Kondisi yang bebas dari tekanan. Dalam hal ini

guru berperan menstimulir dan menantang siswa untuk berfikir, memberikan

kebebasan untuk berinisiatif dan bertindak, serta menentukan diagnose

kesulitan-kesulitan siswa dalam membantu mengatasinya (Heti

Herawati,2004:9).

Page 3: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

15

Inkuiri adalah ide kompleks yang berarti banyak peralatan untuk

banyak orang dalam banyak kontek seperti dikemukakan Budnitz (2000)

dalam (Amelia,2007:10). Budnitz membatasi definisi di atas secara terperinci

sebagai berikut :

1. Inkuiri adalah mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyan yang dapat

diperoleh/diterima. Pertanyaan yang dapat dijawab dalam bagian atau

keseluruhan. Pertanyaan yang mudah untuk memahami pengujian dan

eksplorasi.

2. Inkuiri adalah seni dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang

fenomena dan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Mencakup observasi dan pengukuran, hipotesis dan interpretasi,

membangun model dan menguji model. Membutuhkan eksperimen,

refleksi, dan mengenal kelebihan dan kekurangan metode.

3. Selama inkuiri, seorang guru mungkin mengajukan suatu pertanyaan atau

mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan mereka sendiri.

Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan pertanyaan open-ended, penawaran

kesempatan siswa langsung menginvestigasi sendiri dan menemukan

jawaban mereka sendiri (tidak hanya satu jawaban benar) dan dalam

semua kemungkinan mereka mengajukan pertanyaan berikutnya.

4. Inkuiri adalah apa yang dilakukan ilmuwan. Ilmuwan biasanya melakukan

secara formal dan secara sistematis, dalam suatu proses, melibatkan

pengumpulan informasi yang disebut pengetahuan.

5. Dalam pengalaman praktikum sebagai inkuiri, siswa belajar bagaimana

Page 4: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

16

menjadi ilmuwan. Jadi belajar lebih daripada hanya suatu konsep-konsep

pokok dan fakta-fakta, mereka belajar proses membentuk konsep-konsep

dan fakta-fakta.

6. Inkuiri menyediakan siswa secara kongkrit, pengalaman belajar aktif.

Siswa memerlukan inisiatif. Mereka membangun pemecahan masalah,

membuat keputusan, dan kemampuan penelitian yang memungkinkan

mereka menjadi pembelajar seumur hidup.

7. Inkuiri membolehkan siswa pada tingkat perbedaan perkembangan untuk

bekerja dalam masalah-masalah yang sama dan bekerjasama dalam

menemukan solusi untuk masalah.

8. Inkuiri membolehkan untuk integrasi mata pelajaran. Seperti siswa

mengeksplorasi, mereka akan cenderung untuk mengajukan pertanyaan

yang mencakup sains, matematika, studi sosial, bahasa, teknik dan

kemampuan artistik.

9. Inkuiri mencakup komunikasi. Siswa harus menanyakan secara logis

pertanyaan-pertanyan berarti. Dan mereka seharusnya melaporkan hasil

mereka, secara lisan atau tulisan.

10. Inkuiri membolehkan guru untuk belajar tentang siswa mereka-siapa

mereka, apa yang mereka ketahui, bagaimana mereka berpikir. Pengertian

ini akan memungkinkan guru untuk menjadi fasilitator afektive dalam

pencarian pengetahuan siswa mereka.

11. Ketika menggunakan inkuiri, guru harus menekan bahasa mereka,

petunjuk-petunjuk, pertanyaan-pertanyaan, dan jawaban-jawaban.

Page 5: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

17

12. Inkuiri membutuhkan siswa untuk menggunakan secara tanggung jawab

pendidikan mereka sendiri.

National Science Foundation (Efendi, 2004: 17) mengemukakan

bahwa “inkuiri dimulai ketika siswa dibingungkan tentang kejadian atau

objek, ketika merancang dan melakukan suatu eksperimen untuk menguji

hipotesis mereka. Proses ini mencakup semua aktivitas seorang ilmuwan

untuk menemukan informasi seperti berhipotesis, menduga, membaca,

merancang eksperimen, melakukan eksperimen, bekerjasama dengan yang

lain. Diskusi adalah inti dalam inkuiri, eksplorasi, aktivitas pelengkap, dan

ekspresi konsep-konsep. Menggunakan pendekatan inkuiri membutuhkan

pengumpulan data dan interpretasi. Siswa diperlukan untuk menggambarkan

kesimpulan didasarkan pada bukti/fakta yang mereka kumpulkan. Informasi

dipelajari melalui investigasi yang menyediakan kesempatan pada siswa

untuk mengkomunikasikan data mereka dan memberi alasan kesimpulan.

Maksudnya supaya siswa mendapatkan umpan balik dari kawan sebaya, dari

guru, dimana siswa dapat mengubah kesimpulan mereka.”

Selanjutnya, dalam National Science Foundation (Efendi, 2004: 17)

juga dikemukakan bahwa inkuiri juga terjadi ketika siswa diijinkan untuk

mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan yang mereka tidak dapat dijawab. Ini

tidak berarti bahwa siswa mengetahui segala sesuatu. Selama siswa tidak

mengetahui hubungan yang diselidiki, siswa melakukan praktikum

berdasarkan inkuiri. Mengajar praktikum berdasarkan inkuiri dimulai dengan

guru yang harus memulai dengan apa yang telah diketahui atau berpikir yang

Page 6: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

18

diketahui siswa dan membutuhkan waktu untuk memahami apakah yang

mereka lakukan.

Menurut Nana Sudjana (Heti Herawati,2004:10) ada lima tahapan

yang harus ditempuh dalam melaksanakan inkuiri yaitu : 1) Perumusan

masalah untuk dipecahkan siswa; 2) Menetapkan jawaban sementara atau

lebih dikenal dengan istilah hipotesis; 3) Siswa dapat mencari informasi, data,

fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahn; 4) Menarik kesimpulan

jawaban atau generalisasi; 5) Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi

dalam situasi baru.

Heti Herawati (2004:12) mengemukakan tentang kelebihan dan

kelemahan dari inkuiri sebagai berikut :

Kelebihan inkiru meliputi :

1. Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri siswa

sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses

belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berfikir dan berkerja atas inisiatif sendiri, bersikap

objektif, jujur dan terbuka.

4. Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya

sendiri.

5. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsic.

6. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang dan siswa belajar

bagaimana memecahkan masalah.

Page 7: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

19

7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

9. Siswa dapat menghindari cara-cara belajar tradisional.

10. Dapat memberikan waktu secukupnya sehingga mereka dapat

mengasimilasikan dan mengakomodasikan informasi.

11. Meningkatkan memori.

Sedangkan kekurangan inkuiri meliputi :

1. Dalam melakukan kegiatan belajar bukanlah suatu hal yang mudah untuk

dilakukan.

2. Untuk mengubah kegiatan belajar yang dilakukan guru bukanlah suatu hal

yang mudah, umumnya guru belum merasa puas dalam mengajar jika

belum banyak menyajikan informasi melalui ceramah.

3. Dalam melaksanakan metode ini dibutuhkan penyediaan berbagai sumber

belajar, fasilitas yang memadai dan biasanya sukar uantuk penyediaannya.

4. Pada system klasikal dengan jumlah siswa yang banyak, penggunaan

metode ini sukar dilaksanakan dengan baik.

Sund & Trowbridge (1973) mengajukan tiga jenis pembelajaran

berbasis inkuiri. Jenis pertama adalah belajar discovery, guru yang menyusun

masalah dan proses tetapi mengijinkan siswa untuk mengidentifikasi hasil

alternatif. Jenis berikutnya yang lebih kompleks adalah inkuiri terbimbing

(guided inquiry), guru mengajukan masalah dan siswa menentukan

penyelesaian dan prosesnya. Jenis ketiga, suatu level yang sangat dibutuhkan

adalah inkuiri terbuka (open inquiry), guru hanya memberikan konteks

Page 8: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

20

masalah sedangkan siswa mengidentifikasi dan memecahkannya.

Ditambahkan oleh Hamalik (1991: 45), bahwa manfaat dari kegiatan

pembelajaran tentang praktikum adalah sebagai latihan praktik, untuk

memperoleh pengalaman praktis yang tidak didapat dalam pembelajaran

biasa. Pembelajaran tentang praktikum dapat merangsang ke arah perbaikan

atau penyempurnaan dan juga sebagai pengabdian.

Pembelajaran teknik yang berorientasi inkuiri akan bersifat aktif

melibatkan siswa, belajar secara ”hands-on” dan eksperimen, belajar

berdasarkan aktivitas, menggabungkan inkuiri dengan pendekatan discovery,

mengembangkan keterampilan proses melalui metode ilmiah (National

Researsch Council, 1996). Jika dilihat dari pandangan ilmu, pembelajaran

tentang praktikum berbasis inkuiri akan mengikutsertakan siswa dalam

menggali atau menemukan ilmu, melibatkan aktivitas dan keterampilan,

tetapi fokusnya adalah mencari pengetahuan secara aktif atau memahami

untuk memuaskan keingin tahuannya. Kegiatan identifikasi dan menganalisis

bertujuan untuk menjawab keingintahuan sehingga siswa akan

mengembangkan pengetahuan dan pemahamannya tentang gagasan ilmiah

selayaknya ilmuwan.

Dalam National Science Foundation (1999:40), pendekatan

pembelajaran inkuiri terdiri dari tiga aktivitas, yaitu guided activity (aktivitas

terbimbing), challenge activity (aktivitas tantangan), dan open exploration

(eksplorasi terbuka). Pada penelitian ini digunakan jenis yang challenge

activity (aktivitas tantangan) karena pendekatan ini dapat memfasilitasi dalam

Page 9: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

21

menjaring kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada Merakit

Perangkat Keras Komputer. Namun, selanjutnya pendekatan tersebut disebut

dengan challenge inquiry (inkuiri tantangan) karena aktivitas itu merupakan

bagian dari inkuiri. Dengan menggunakan pendekatan challenge inquiry,

siswa diminta menentukan judul praktikum, tujuan praktikum, dan penyajian

masalah berupa identifikasi masalah, merancang langkah kerja, melaksanakan

percobaan, mengumpulan data, menganalisis data, menginterprestasikan data,

memberikan alternatif penanggulangan masalah dan menarik kesimpulan.

2.2. Model Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional biasanya menggunakan metode

ceramah tetapi dalam pelaksanaannya menggunakan metode modul. Istilah

modul dipinjam dari dunia teknologi. Modul adalah alat ukur yang lengkap.

Modul adalah satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul

dapat dipandang sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan

tertentu guna keperluan belajar.

Menurut buku Pedoman Penyusunan Modul (Balitbangdikbud) yang

dikutip oleh Cece Wijaya (1994 : 92), yang dimaksud dengan modul adalah

satu unit program belajar mengajar terkecil yang secara terinci menggariskan:

a) tujuan-tujuan instruksional umum,

b) tujuan-tujuan intruksional khusus,

c) pokok-pokok materi yang akan dipelajari,

d) kedudukan dan fungsi satuan dalam kesatuan yang lebih luas,

Page 10: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

22

e) peranan guru didalam proses belajar mengajar,

f) alat dan sumber yang akan dipakai,

g) kegiatan belajar mengajar yang akan/harus dilakukan dan dihayati murid

secara berurutan,

h) lembaran-lembaran kerja yang akan dilaksanakan selama berjalannya

proses belajar ini.

Sedangkan menurut Nasution (2003 : 205), mengemukakan bahwa

“modul adalah suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas

suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa

mencapai sejumlah tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dan jelas”.

Jadi modul adalah suatu paket program untuk keperluan belajar yang

terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan belajar,

metode belajar, alat dan sumber belajar dan evaluasi yang disusun untuk

membantu siswa mencapai tujuan dalam proses belajar-mengajar.

Penerapan sistem pengajaran modul merupakan usaha pembaharuan

dalam bidang pengajaran. Ciri-ciri pembaharuan melalui sistem pengajaran

modul menurut Cece Wijaya (1994 : 97) adalah sebagai berikut :

a) Siswa dapat belajar secara individual. Ia dapat belajar aktif tanpa bantuan

maksimal dari guru.

b) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara khusus. Rumusan tujuan

bersumber pada perubahan tingkah laku.

c) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara khusus sehingga perubahan

tingkah laku yang terjadi pada diri siswa segera dapat diketahui.

Page 11: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

23

d) Membuka kesempatan kepada siswa untuk berkelanjutan menurut

kemampuannya masing-masing. Modul adalah paket program yang dapat

ditempuh oleh setiap siswa menurut urutan kegiatan yang telah

ditentukan. Modul dipelajari setahap demi setahap, dipelajari dari paket ke

paket tanpa siswa tergantung dari kelambanan atau kecepatan teman

kelasnya, tanpa ia harus menunggu atau mengejar diluar kemampuannya.

Jika seorang dapat menyelesaikan satu paket , maka ia boleh melanjutkan

pada paket berikutnya.

e) Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instruksion. Dengan

belajar seperti ini, modul membuka kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan dirinya secara optimal.

f) Modul memiliki daya pengetahuan yang cukut kuat. Unsur asosiasi,

struktur, dan urutan bahan pelajaran terbentuk sedemikian rupa sehingga

siswa secara spontan mempelajarinya. Materi yang tertuang dalam lembar

kegiatan dapat disusun secara berurutan. Unsur asosiasi cukup kuat sebab

modul banyak melibatkan alat, media baca, realitas, gambar, bagan dan

lain-lain.

g) Modul banyak memberikan kesempatan siswa untuk berbuat aktif. Proses

mendengarkan dan mencatat isi ceramah guru seperti ditemukan dalam

pelajaran tradisional, banyak dikurangi. Modul menganut prinsip learning

by doing atau learning by problem solving.

h) Modul mempunyai kekuatan ulang yang cukup tinggi (reinforcement).

Siswa mempelajari modul tidak hanya dengan sekali membaca teks dalam

Page 12: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

24

lembaran kerjanya, tetapi mendapat penguatan ulang dari lembaran-

lembaran lainnya (lembaran kerja dan lembaran evaluasi).

i) Adanya evaluasi yang kontinue dari setiap paket program. Tes formatif

selalu dilakukan secara konsekuen.

Langkah-langkah dalam mempelajari modul menurut

Budianto,2007:29 adalah sebagai brikut :

a. Siswa mempelajari materi

Pada langkah ini siswa menerima informasi materi dari paket modul yang

telah disediakan, siswa mempelajari materi menurut urutan kegiatan yang

telah ditentukan. Informasi materi ini dipelajari setahap demi setahap

sesuai dengan kecepatan masing-masing.

b. Siswa mempelajari soal latihan

Pada langkah ini, setelah siswa memahami materi dengan baik, siswa

dihadapan dengan soal anak latihan yang telah disediakan dalam paket

modul. Soal latihan ini harus dikerjakan siswa sebagai bahan latihan

sehubungan dengan materi yang dipelajarinya. Hasil latihan ini dijadikan

landasan bagi guru apakah siswa tersebut sudah memahami materi atau

belum. Bagi siswa yang dianggap sudah memahami materi, siswa tersebut

diberi pengayaan berupa tambahan soal latihan. Sedangkan siswa yang

dianggap belum memahami materi, siswa tersebut harus kembali

mempelajari materi sampai paham benar dan mampu menyelesaikan soal

latihan dengan benar.

Page 13: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

25

2.3 . Pengertian belajar dan hasil belajar serta klasifikasi hasil belajar

2.3.1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan dimana didalamnya terjadi suatu

interaksi antara peserta didik dengan pengajar,dengan tujuan agar terjadi

perubahan dalam keterampilan, pengetahuan, sikap dan perilaku dari diri

suatu individu. Ada beberapa defenisi tentang belajar, yaitu :

1) Morgan, dalam bukunya “ Introduction to Psychology” (Chalidjah

Hasan,1994 : 86), mengemukakan :

“Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetapkan dalam

tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan

pengalaman”.

2) Hilgard dan Bower, dalam buku “ Theories of Learning” (Chalidjah

Hasan,1994 : 85), mengemukakan :

“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan dan keadaan-keadaan saat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”.

3) Witherington, dalam buku “ Educational Psychology” (Chalidjah

Hasan,1994 : 86), mengemukakan :

“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan

diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,

sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.

4) Gagne, dalam buku “ The Conditions of Learning” (Chalidjah Hasan,

1994 : 85), menyatakan bahwa :

Page 14: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

26

“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi”.

Ada beberapa elemen yang penting tentang pengertian dari belajar

tersebut, yaitu :

a) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan

atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan

oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil

belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang

bayi.

b) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana

perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,

tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang

lebih buruk.

c) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relative

mantap; harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang

cukup panjang.

d) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar

menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis,

seperti : Perubahan dalam pengertian pemecahan suatu

masalah/berfikir keterampilan, kecakapan , kebiasaan, ataupun

sikap.

Page 15: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

27

Dari beberapa pengertian tentang belajar diatas, dapat di simpulkan

bahwa ada tiga pokok proses kerja dari belajar yang tidak dapat

dipisahkan, yaitu :

a) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral

changes, actual maupun potensi).

b) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya

kecakapan baru.

c) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).

2.3.2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan variabel dari teori belajar di sekolah. Selain

variabel lainnya yaitu : karakteristik individu (siswa) dan kualitas pengajaran.

Hal ini dinyatakan oleh Bloom dalam Theory of School Learning, bahwa “….

ada tiga variabel utama dalam teori belajar di sekolah yakni : karakteristik

individu, kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa”. (Nana Sudjana, 1980 :

40)

Hasil belajar memiliki hubungan erat dengan proses belajar. Dimana

proses belajar adalah proses kegiatan siswa untuk memperoleh sejumlah

pengetahuan dan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan hasil belajar merupakan gambaran kemampuan yang ditunjukan

oleh adanya perubahan tingkah laku setelah siswa mengikuti proses belajar.

Dari kutipan di atas jelas bahwa hasil belajar sangat tergantung pada

proses belajar. Hasil belajar akan terlihat setelah diberi perlakuan pada proses

Page 16: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

28

balajar yang dianggap sebagai proses pemberian pengalaman belajar. Hasil

belajar mengharapkan terjadinya perubahan tingkah laku yang terjadi pada

diri siswa. Sejalan dengan itu Abin Syamsudin Makmun (1990 : 90)

berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah perubahan yang diharapkan terjadi

pada perilaku dan pribadi siswa setelah mengalami pengalaman proses

belajar”.

Suharsimi Arikunto (2000:26-51) mengukur hasil belajar dalam 2

teknik, yaitu teknik tes dan non tes. Pada penelitian ini menggunakan teknik

tes, sehingga pembatasan hanya dilakukan terhadap teknik tes.

Persyaratan dari sebuah tes yang baik menurut Suharsimi Arikunto

(2002) diantaranya yaitu sebagai berikut :

a) Validitas (secara tepat mengukur yang seharusnya diukur),

b) Reliabilitas (menunjukkan hasil yang dapat dipercaya dan tidak berubah jika

diadakan tes kembali),

c) Objektifitas (tidak dipengaruhi unsur-unsur pribadi),

d) Praktikabilitas (praktis dan mudah dalam administrasinya),

e) Ekonomis (tidak memerlukan biaya yang mahal, tenaga dan waktu yang

banyak).

Dalam penelitian ini, tes yang digunakan yaitu tes buatan peneliti

yang berbentuk tes tertulis objektif pilihan ganda lima option dikarenakan

lingkup bahan ajarannya yang cukup luas dan memenuhi syarat objektifitas.

Agar memenuhi syarat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat

Page 17: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

29

kesukaran maka tes buatan peneliti ini akan di ujicoba terlebih dahulu kepada

siswa-siswa yang telah mempelajari program diklat yang akan diteliti.

2.3.3. Klasifikasi Hasil Belajar

Benyamin Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar

kedalam tiga kategori, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotor.

a. Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau

prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual, terdiri dari:

• Pengetahuan (C1): Kemampuan menyatakan kembali fakta,

konsep, prinsip dan prosedur atau istilah yang telah dipelajari tanpa

harus memahami atau dapat menggunakannya.

• Pemahaman (C2): Kemampuan mengetahui tentang suatu hal dan

dapat melihatnya dari beberapa segi,

• Penerapan (C3): Kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum,

aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi baru atau pada

situasi nyata,

• Analisis (C4): Kemampuan untuk menjabarkan suatu konsep,

• Sintesis (C5): Kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian

konsep menjadi konsep yang utuh, dan

• Evaluasi (C6): Pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang

mungkin dapat dilihat dari segi tujuan, cara bekerja, pemecahan,

metode, materi berdasarkan kriteria tertentu.

Page 18: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

30

b. Ranah afektif berkaitan dengan perkembangan emosional individu

misalnya sikap, apersepsi, dan motivasi. Bloom membagi ranah

afektif dalam lima kategori, yaitu :

• Penerimaan

Mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan

terhadap stimulus yang tepat. Misalnya peserta didik mampu

mendengarkan penjelasan dari guru secara seksama tanpa

memberikan renpons yang lebih dari itu.

• Pemberian Respon

Mengacu pada partisipasi aktif dalam pembelajaran. Kemampuan

ini meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi suatu stimulus.

Misalkan dalam pembelajaran, peserta didik memberikan

pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahaminya, peserta didik

menjawab pertanyaan guru dan mau bekerjasama dalam

penyelidikan.

• Penilaian

Mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus

tertenntu. Reaksi-reaksi yang dapat muncul seperti menerima,

menolak atau tidak menghiraukan. Contoh sikap yang ditunjukkan

misalnya peserta didik dapat bertanggung jawab terhadap alat-alat

penyelidikan dan bersikap jujur dapam kegiatan pembelajaran.

Page 19: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

31

• Pengorganisasian

Meliputi konseptual nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. Sikap-

sikap yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-

konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal. Sikap

yang ditunjukkan misalnya kemampuan dalam menimbang dapak

positif dan negatif dari suatu perlakuan.

• Karakteristik

Mengacu pada keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki

seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian atau tingkah

lakunya. Misalnya mau mengubah pendapatnya jika pendapat

tersebut tidak sesuai dengan bukti-bukti yang ditunjukkan.

c. Ranah psikomotorik, mencakup kemampuan yang berupa ketrampilan

fisik (motorik). Kompetensi pada ranah psikomotorik berdasarkan

Dave (1970) di kelompokan menjadi 5 katagori, yaitu :

• Peniruan

Kemampuan ini dimulai dengan mengamati suatu gerakan

kemudian memberikan respon serupa dengan yang diamati.

Misalnya kemampuan menggunakan alat ukur setelah diperlihatkan

cara menggunakannya.

• Manipulasi

Kemampuan ini merupakan kemampuan mengikuti pengarahan

(instruksi). Penampilan dan gerakan-gerakan pilihan yang

Page 20: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

32

menetapkan suatu penampilan, misalkan mampu melakukan

kegiatan penyelidikan sesuai dengan prosedur yang dibacanya.

• Ketetapan

Kemampuan ini lebih menekankan pada kecermatan, proporsi dan

kepastian yang lebih tinggi.

• Artikulasi

Merupakan kemampuan koordinasi suatu rangkaian gerakan

dengan membuat urutan yang tepat dan tercapai apa yang

diharapkan atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang

berbeda. Contoh yang ditunjukkan yaitu menulis dengan rapih dan

jelas, mengetik dengan cepat dan tepat dan menggunakan alat

sesuai dengan ketentuan.

• Pengalamiahan

Menekankan pada kemampuan yang lebih tinggi secara alami,

sehingga gerakan yang dilakukan dapat secara rutin dan tidak

memerlukan pemikiran terlebih dahulu.

Dalam penelitian ini, dengan mempertimbangkan waktu dan tujuan

maka hasil belajar yang diukur hanya dari aspek kognitif yang meliputi

pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis.

Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: (a)

keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) sikap

dan cita-cita. (Nana Sudjana, 1991 : 22).

Page 21: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

33

Gagne mengemukakan pembagian hasil belajar sebagai berikut :

(a) keterampilan motorik, (b) sikap, (c) informasi verbal, (d) strategi

kognitif dan (e) keterampilan intelektual. (Moch Ali, 1993 : 109).

2.4. Prosedur Penelitian Pendidikan

2.4.1. Hakekat Metode Penelitian Pendidikan

Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang

dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip

dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Kadang-kadang orang

menyamakan pengertian penelitian dengan metode ilmiah. Sesuai dengan

tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan,

mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dimana usaha-usaha

itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Kegiatan penelitian adalah

suatu kegiatan objektif dalam usaha mengembangkan, serta menguji ilmu

pengetahuan berdasarkan atas prinsip-prinsip, teori-teori yang disusun secara

sistematis melalui proses yang intensif dalam pengembangan generalisasi.

Sedangkan metode ilmiah lebih mementingkan aplikasi berpikir deduktif-induktif

di dalam memecahkan suatu masalah.

Fokus perhatian dalam suatu penelitian adalah masalah-masalah yang

muncul dalam pikiran peneliti berdasarkan penelaahan situasi yang meragukan (a

perplexing situation). Masalah adalah titik sentral dari keseluruhan penelitian.

adapun ciri, karakteristik, dan langkah-langkah penelitian, diantaranya adalah:

Page 22: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

34

2.4.1.1. Ciri-ciri penelitian:

1) Memiliki masalah, terumus jelas dan terperinci.

2) Memiliki hipotesis, terumus jelas dan terperinci.

3) Terencana, bertujuan dan bermetode.

4) Empiris, berdasarkan observasi fenomena.

5) Berlogika, berdasarkan analisis teoritis.

6) Berakurasi dan valid, menggunakan instrumen yang tepat dan reliabel.

7) Memiliki sumber data, primer dan sekunder.

8) Non-etikal, bersifat objektif.

9) Siklikal, sistematis.

10) Berproduk: abstrak (berupa: prinsip, generalisasi, dan teoritik) atau

konkret (berupa: model atau alat).

2.4.1.2. Karakteristik penelitian:

1) Berfungsi menjawab permasalahan tertentu.

2) Dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode tertentu.

3) Melibatkan kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penyimpulan data

(fakta dan opini).

2.4.1.3. Langkah-langkah penelitian:

1) Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah.

2) Penelaahan kepustakaan.

3) Penyusunan hipotesis.

4) Identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variable-

variabel.

Page 23: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

35

5) Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data.

6) Penyusunan rancangan penelitian.

7) Penentuan sampel.

8) Pengumpulan data.

9) Pengolahan dan analisis data.

10) Interpretasi hasil analisis.

11) Penyusun laporan/publikasi penelitian.

2.4.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian pendidikan, antara lain pendidikan sebagai ilmu,

interaksi pendidikan, landasan psikologis pendidikan, kurikulum, sampai latihan

maupun bimbingan.

Pendidikan sebagai ilmu maksudnya adalah bahwa pendidikan merupakan

suatu cabang ilmu yang berdiri sendiri. Yang menjadi inti ilmu pendidikan teoritis

ialah Pedagogik sebagai ilmu mendidik yaitu mengenai tealaah (atau studi)

pendidikan anak oleh orang dewasa. Dalam pendidikan, interaksi antara pendidik

dan peserta didik merupakan hal yang penting. Inti dari interaksi pendidikan

adalah interaksi formal guru-siswa dalam proses belajar mengajar yang

merupakan interaksi dari berbagai komponen pendidikan: guru, siswa dan bahan

ajar serta peralatan.

Demi tercapainya tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari

kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang

diberikan kepada peserta didik. Definisi lain, “suatu rencana yang disusun untuk

Page 24: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

36

melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggungjawab

sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.”

Penelitian pendidikan pada umumnya mengandung dua ciri pokok, yaitu

logika dan pengamatan empiris (Babbie, 1986:16). Kedua unsur penciri pokok

penelitian ini harus dipakai dengan konsisten, artinya dua unsur itu harus memiliki

hubungan fungsional-logis. Dalam hal ini logika merujuk kepada (a) pemahaman

terhadap teori yang digunakan dan (b) asumsi dasar yang digunakan oleh peneliti

ketika akan memulai kegiatan penelitian.

Penelitian pendidikan sebenarnya suatu proses untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antar konsep yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian.

Setiap konsep yang dikembangkan sebagai variabel penelitian harus dapat

menunjukkan beberapa indikator empirik yang ada di lapangan. Sebagai contoh

konsep kemampuan mengajar guru, maka indikator empirik yang dapat diketahui

adalah:

1) Kemampuan penggunaan metode belajar guru di dalam kelas

2) Penguasaan materi belajar pada mata pelajaran tertentu di kelas, dan

3) Kemampuan guru mengadakan asosiasi beberapa mata pelajaran tertentu

di kelas.

Metodologi dalam arti umum, adalah studi yang logis dan sistematis

tentang prinsip-prinsip yang mengarahkan penelitian ilmiah. Dengan demikian,

metodologi dimaksudkan sebagai prinsip-prinsip dasar dan bukan sebagai

methods atau cara-cara untuk melakukan penelitian.

Page 25: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

37

Dalam bahasa sehari-hari, pengertian methodology dan methode ini sering

dikacaukan. Seringkali dijumpai istilah metodologi atau metode penelitian,

padahal yang dimaksudkan sebenarnya adalah methods atau cara penelitian

sebagai salah satu tahap dalam metodologi penelitian yang kemudian dituangkan

dalam usulan penelitian. Dengan demikian, istilah ”metodologi” di sini adalah

dalam arti yang terbatas/sempit.

Sebagai suatu proses, penelitian membutuhkan tahapan-tahapan tertentu

yang oleh Bailey disebut sebagai suatu siklus yang lazimnya diawali dengan:

1) Pemilihan masalah dan pernyataan hipotesisnya (jika ada);

2) Pembuatan desaian penelitian;

3) Pengumpulan data;

4) Pembuatan kode dan analisis data; dan diakhiri dengan intepretasi

hasilnya.

Pada hakekatnya sebuah penelitian adalah pencarian jawaban dari

pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya oleh peneliti. Selanjutnya hasil

penelitian akan berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada saat

dimulainya penelitian. Untuk menghasilkan jawaban tersebut dilakukan

pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode

tertentu.

Sebuah penelitian beranjak dari masalah yang ditemukan atau dirasakan.

Yang dimaksud masalah adalah setiap hambatan atau kesulitan yang membuat

seseorang ingin memecahkannya. Jadi sebuah masalah harus dapat dirasakan

sebagai satu hambatan yang harus diatasi apabila kita ingin melakukan sesuatu.

Page 26: BAB II John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_te_045442_chapter2(1).pdf · psikologi. Berbagai istilah ... Jika dilihat dari pandangan

38

Dalam arti lain sebuah masalah terjadi karena adanya kesenjangan (gap) antara

kenyataan dengan yang seharusnya. Penelitian diharapkan dapat memecahkan

masalah itu, atau dengan kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya

memperkecil kesenjangan itu.