13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
Ide pokok pendekatan pembelajaran inkuiri berasal dari pemikiran
John Dewey (Nasution, 1992: 117). Di dalam bukunya How We Think, Ia
memperkenalkan istilah berpikir reflektif. Maksud berpikir reflektif adalah
usaha yang aktif, hati-hati, dan pengujian secara tepat terhadap keyakinan
seseorang atau pengetahuan tertentu berdasarkan dukungan kenyataan. Ide
inilah yang kemudian dikembangkan oleh banyak pakar pendidikan dan
psikologi. Berbagai istilah kemudian mereka gunakan untuk maksud yang
kira-kira sama, yaitu pendekatan inkuiri.
Beberapa definisi antara lain Good (Nasution, 1992: 117),
mendefinisikan inkuiri sebagai pendekatan pemecahan masalah (problem
solving) dalam belajar, setiap fenomena baru yang menantang menimbulkan
reaksi untuk berpikir. Goldmark (Nasution, 1992: 117), mendefinisikan
inkuiri sebagai pola bereaksi dalam bentuk “bertanya” yang terarah menguji
suatu nilai. Menurutnya, bertanya itu sangat penting sebagai bentuk bereaksi
dan sebagai tanda adanya peserta didik yang aktif.
Asumsi dasar yang menjadi keyakinan pokok metode inkuiri berakar
pada pendirian bahwa setiap anak memiliki kebiasaan berkembang. Di
samping itu, menurut Suchman (Joyce & Weil, 1986: 58), anak memiliki
motivasi alamiah untuk meneliti atau berinkuiri. Oleh karena itu inkuiri
14
membutuhkan partisipasi aktif dari anak didik untuk meneliti sendiri secara
ilmiah masalah yang dihadapi. Tetapi tidaklah berarti dengan inkuiri kita
akan mendidik siswa menjadi seorang ilmuan, tetapi membawa anak ke
dalam situasi yang memberikan kesempatan pada dirinya untuk menggunakan
apa yang telah diketahui dan menyadari apa yang mereka lakukan itu adalah
hasil perolehan mereka sendiri, dan bukan perolehan guru.
Inkuiri merupakan aktivitas beragam yang melibatkan observasi,
pengamatan, mengajukan pertanyaan, menelaah buku dan sumber informasi
yang lain untuk mengetahui apa yang sudah diketahui; merencanakan
penyelidikan, mengkaji ulang apa yang sudah diketahui dari hasil
eksperimen; menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasikan data; mengajukan jawaban, penjelasan, dan
mengkomunikasikan hasil. Inkuiri memerlukan identifikasi dari asumsi,
penggunaan berpikir kritis dan logis, serta mempertimbangkan penjelasan
alternatif (National Research Council, 1999 dalam Amelia,2007:9)
Agar pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan dengan baik
memerlukan kondisi sebagai berikut : 1) Kondisi yang fleksibel, bebas untuk
berinteraksi; 2) Kondisi lingkungan respontif; 3) Kondisi yang memudahkan
memusatkan perhatian; 4) Kondisi yang bebas dari tekanan. Dalam hal ini
guru berperan menstimulir dan menantang siswa untuk berfikir, memberikan
kebebasan untuk berinisiatif dan bertindak, serta menentukan diagnose
kesulitan-kesulitan siswa dalam membantu mengatasinya (Heti
Herawati,2004:9).
15
Inkuiri adalah ide kompleks yang berarti banyak peralatan untuk
banyak orang dalam banyak kontek seperti dikemukakan Budnitz (2000)
dalam (Amelia,2007:10). Budnitz membatasi definisi di atas secara terperinci
sebagai berikut :
1. Inkuiri adalah mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyan yang dapat
diperoleh/diterima. Pertanyaan yang dapat dijawab dalam bagian atau
keseluruhan. Pertanyaan yang mudah untuk memahami pengujian dan
eksplorasi.
2. Inkuiri adalah seni dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
fenomena dan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Mencakup observasi dan pengukuran, hipotesis dan interpretasi,
membangun model dan menguji model. Membutuhkan eksperimen,
refleksi, dan mengenal kelebihan dan kekurangan metode.
3. Selama inkuiri, seorang guru mungkin mengajukan suatu pertanyaan atau
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan mereka sendiri.
Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan pertanyaan open-ended, penawaran
kesempatan siswa langsung menginvestigasi sendiri dan menemukan
jawaban mereka sendiri (tidak hanya satu jawaban benar) dan dalam
semua kemungkinan mereka mengajukan pertanyaan berikutnya.
4. Inkuiri adalah apa yang dilakukan ilmuwan. Ilmuwan biasanya melakukan
secara formal dan secara sistematis, dalam suatu proses, melibatkan
pengumpulan informasi yang disebut pengetahuan.
5. Dalam pengalaman praktikum sebagai inkuiri, siswa belajar bagaimana
16
menjadi ilmuwan. Jadi belajar lebih daripada hanya suatu konsep-konsep
pokok dan fakta-fakta, mereka belajar proses membentuk konsep-konsep
dan fakta-fakta.
6. Inkuiri menyediakan siswa secara kongkrit, pengalaman belajar aktif.
Siswa memerlukan inisiatif. Mereka membangun pemecahan masalah,
membuat keputusan, dan kemampuan penelitian yang memungkinkan
mereka menjadi pembelajar seumur hidup.
7. Inkuiri membolehkan siswa pada tingkat perbedaan perkembangan untuk
bekerja dalam masalah-masalah yang sama dan bekerjasama dalam
menemukan solusi untuk masalah.
8. Inkuiri membolehkan untuk integrasi mata pelajaran. Seperti siswa
mengeksplorasi, mereka akan cenderung untuk mengajukan pertanyaan
yang mencakup sains, matematika, studi sosial, bahasa, teknik dan
kemampuan artistik.
9. Inkuiri mencakup komunikasi. Siswa harus menanyakan secara logis
pertanyaan-pertanyan berarti. Dan mereka seharusnya melaporkan hasil
mereka, secara lisan atau tulisan.
10. Inkuiri membolehkan guru untuk belajar tentang siswa mereka-siapa
mereka, apa yang mereka ketahui, bagaimana mereka berpikir. Pengertian
ini akan memungkinkan guru untuk menjadi fasilitator afektive dalam
pencarian pengetahuan siswa mereka.
11. Ketika menggunakan inkuiri, guru harus menekan bahasa mereka,
petunjuk-petunjuk, pertanyaan-pertanyaan, dan jawaban-jawaban.
17
12. Inkuiri membutuhkan siswa untuk menggunakan secara tanggung jawab
pendidikan mereka sendiri.
National Science Foundation (Efendi, 2004: 17) mengemukakan
bahwa “inkuiri dimulai ketika siswa dibingungkan tentang kejadian atau
objek, ketika merancang dan melakukan suatu eksperimen untuk menguji
hipotesis mereka. Proses ini mencakup semua aktivitas seorang ilmuwan
untuk menemukan informasi seperti berhipotesis, menduga, membaca,
merancang eksperimen, melakukan eksperimen, bekerjasama dengan yang
lain. Diskusi adalah inti dalam inkuiri, eksplorasi, aktivitas pelengkap, dan
ekspresi konsep-konsep. Menggunakan pendekatan inkuiri membutuhkan
pengumpulan data dan interpretasi. Siswa diperlukan untuk menggambarkan
kesimpulan didasarkan pada bukti/fakta yang mereka kumpulkan. Informasi
dipelajari melalui investigasi yang menyediakan kesempatan pada siswa
untuk mengkomunikasikan data mereka dan memberi alasan kesimpulan.
Maksudnya supaya siswa mendapatkan umpan balik dari kawan sebaya, dari
guru, dimana siswa dapat mengubah kesimpulan mereka.”
Selanjutnya, dalam National Science Foundation (Efendi, 2004: 17)
juga dikemukakan bahwa inkuiri juga terjadi ketika siswa diijinkan untuk
mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan yang mereka tidak dapat dijawab. Ini
tidak berarti bahwa siswa mengetahui segala sesuatu. Selama siswa tidak
mengetahui hubungan yang diselidiki, siswa melakukan praktikum
berdasarkan inkuiri. Mengajar praktikum berdasarkan inkuiri dimulai dengan
guru yang harus memulai dengan apa yang telah diketahui atau berpikir yang
18
diketahui siswa dan membutuhkan waktu untuk memahami apakah yang
mereka lakukan.
Menurut Nana Sudjana (Heti Herawati,2004:10) ada lima tahapan
yang harus ditempuh dalam melaksanakan inkuiri yaitu : 1) Perumusan
masalah untuk dipecahkan siswa; 2) Menetapkan jawaban sementara atau
lebih dikenal dengan istilah hipotesis; 3) Siswa dapat mencari informasi, data,
fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahn; 4) Menarik kesimpulan
jawaban atau generalisasi; 5) Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi
dalam situasi baru.
Heti Herawati (2004:12) mengemukakan tentang kelebihan dan
kelemahan dari inkuiri sebagai berikut :
Kelebihan inkiru meliputi :
1. Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri siswa
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berfikir dan berkerja atas inisiatif sendiri, bersikap
objektif, jujur dan terbuka.
4. Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.
5. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsic.
6. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang dan siswa belajar
bagaimana memecahkan masalah.
19
7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9. Siswa dapat menghindari cara-cara belajar tradisional.
10. Dapat memberikan waktu secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasikan dan mengakomodasikan informasi.
11. Meningkatkan memori.
Sedangkan kekurangan inkuiri meliputi :
1. Dalam melakukan kegiatan belajar bukanlah suatu hal yang mudah untuk
dilakukan.
2. Untuk mengubah kegiatan belajar yang dilakukan guru bukanlah suatu hal
yang mudah, umumnya guru belum merasa puas dalam mengajar jika
belum banyak menyajikan informasi melalui ceramah.
3. Dalam melaksanakan metode ini dibutuhkan penyediaan berbagai sumber
belajar, fasilitas yang memadai dan biasanya sukar uantuk penyediaannya.
4. Pada system klasikal dengan jumlah siswa yang banyak, penggunaan
metode ini sukar dilaksanakan dengan baik.
Sund & Trowbridge (1973) mengajukan tiga jenis pembelajaran
berbasis inkuiri. Jenis pertama adalah belajar discovery, guru yang menyusun
masalah dan proses tetapi mengijinkan siswa untuk mengidentifikasi hasil
alternatif. Jenis berikutnya yang lebih kompleks adalah inkuiri terbimbing
(guided inquiry), guru mengajukan masalah dan siswa menentukan
penyelesaian dan prosesnya. Jenis ketiga, suatu level yang sangat dibutuhkan
adalah inkuiri terbuka (open inquiry), guru hanya memberikan konteks
20
masalah sedangkan siswa mengidentifikasi dan memecahkannya.
Ditambahkan oleh Hamalik (1991: 45), bahwa manfaat dari kegiatan
pembelajaran tentang praktikum adalah sebagai latihan praktik, untuk
memperoleh pengalaman praktis yang tidak didapat dalam pembelajaran
biasa. Pembelajaran tentang praktikum dapat merangsang ke arah perbaikan
atau penyempurnaan dan juga sebagai pengabdian.
Pembelajaran teknik yang berorientasi inkuiri akan bersifat aktif
melibatkan siswa, belajar secara ”hands-on” dan eksperimen, belajar
berdasarkan aktivitas, menggabungkan inkuiri dengan pendekatan discovery,
mengembangkan keterampilan proses melalui metode ilmiah (National
Researsch Council, 1996). Jika dilihat dari pandangan ilmu, pembelajaran
tentang praktikum berbasis inkuiri akan mengikutsertakan siswa dalam
menggali atau menemukan ilmu, melibatkan aktivitas dan keterampilan,
tetapi fokusnya adalah mencari pengetahuan secara aktif atau memahami
untuk memuaskan keingin tahuannya. Kegiatan identifikasi dan menganalisis
bertujuan untuk menjawab keingintahuan sehingga siswa akan
mengembangkan pengetahuan dan pemahamannya tentang gagasan ilmiah
selayaknya ilmuwan.
Dalam National Science Foundation (1999:40), pendekatan
pembelajaran inkuiri terdiri dari tiga aktivitas, yaitu guided activity (aktivitas
terbimbing), challenge activity (aktivitas tantangan), dan open exploration
(eksplorasi terbuka). Pada penelitian ini digunakan jenis yang challenge
activity (aktivitas tantangan) karena pendekatan ini dapat memfasilitasi dalam
21
menjaring kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada Merakit
Perangkat Keras Komputer. Namun, selanjutnya pendekatan tersebut disebut
dengan challenge inquiry (inkuiri tantangan) karena aktivitas itu merupakan
bagian dari inkuiri. Dengan menggunakan pendekatan challenge inquiry,
siswa diminta menentukan judul praktikum, tujuan praktikum, dan penyajian
masalah berupa identifikasi masalah, merancang langkah kerja, melaksanakan
percobaan, mengumpulan data, menganalisis data, menginterprestasikan data,
memberikan alternatif penanggulangan masalah dan menarik kesimpulan.
2.2. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional biasanya menggunakan metode
ceramah tetapi dalam pelaksanaannya menggunakan metode modul. Istilah
modul dipinjam dari dunia teknologi. Modul adalah alat ukur yang lengkap.
Modul adalah satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul
dapat dipandang sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan
tertentu guna keperluan belajar.
Menurut buku Pedoman Penyusunan Modul (Balitbangdikbud) yang
dikutip oleh Cece Wijaya (1994 : 92), yang dimaksud dengan modul adalah
satu unit program belajar mengajar terkecil yang secara terinci menggariskan:
a) tujuan-tujuan instruksional umum,
b) tujuan-tujuan intruksional khusus,
c) pokok-pokok materi yang akan dipelajari,
d) kedudukan dan fungsi satuan dalam kesatuan yang lebih luas,
22
e) peranan guru didalam proses belajar mengajar,
f) alat dan sumber yang akan dipakai,
g) kegiatan belajar mengajar yang akan/harus dilakukan dan dihayati murid
secara berurutan,
h) lembaran-lembaran kerja yang akan dilaksanakan selama berjalannya
proses belajar ini.
Sedangkan menurut Nasution (2003 : 205), mengemukakan bahwa
“modul adalah suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas
suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa
mencapai sejumlah tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dan jelas”.
Jadi modul adalah suatu paket program untuk keperluan belajar yang
terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan belajar,
metode belajar, alat dan sumber belajar dan evaluasi yang disusun untuk
membantu siswa mencapai tujuan dalam proses belajar-mengajar.
Penerapan sistem pengajaran modul merupakan usaha pembaharuan
dalam bidang pengajaran. Ciri-ciri pembaharuan melalui sistem pengajaran
modul menurut Cece Wijaya (1994 : 97) adalah sebagai berikut :
a) Siswa dapat belajar secara individual. Ia dapat belajar aktif tanpa bantuan
maksimal dari guru.
b) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara khusus. Rumusan tujuan
bersumber pada perubahan tingkah laku.
c) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara khusus sehingga perubahan
tingkah laku yang terjadi pada diri siswa segera dapat diketahui.
23
d) Membuka kesempatan kepada siswa untuk berkelanjutan menurut
kemampuannya masing-masing. Modul adalah paket program yang dapat
ditempuh oleh setiap siswa menurut urutan kegiatan yang telah
ditentukan. Modul dipelajari setahap demi setahap, dipelajari dari paket ke
paket tanpa siswa tergantung dari kelambanan atau kecepatan teman
kelasnya, tanpa ia harus menunggu atau mengejar diluar kemampuannya.
Jika seorang dapat menyelesaikan satu paket , maka ia boleh melanjutkan
pada paket berikutnya.
e) Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instruksion. Dengan
belajar seperti ini, modul membuka kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan dirinya secara optimal.
f) Modul memiliki daya pengetahuan yang cukut kuat. Unsur asosiasi,
struktur, dan urutan bahan pelajaran terbentuk sedemikian rupa sehingga
siswa secara spontan mempelajarinya. Materi yang tertuang dalam lembar
kegiatan dapat disusun secara berurutan. Unsur asosiasi cukup kuat sebab
modul banyak melibatkan alat, media baca, realitas, gambar, bagan dan
lain-lain.
g) Modul banyak memberikan kesempatan siswa untuk berbuat aktif. Proses
mendengarkan dan mencatat isi ceramah guru seperti ditemukan dalam
pelajaran tradisional, banyak dikurangi. Modul menganut prinsip learning
by doing atau learning by problem solving.
h) Modul mempunyai kekuatan ulang yang cukup tinggi (reinforcement).
Siswa mempelajari modul tidak hanya dengan sekali membaca teks dalam
24
lembaran kerjanya, tetapi mendapat penguatan ulang dari lembaran-
lembaran lainnya (lembaran kerja dan lembaran evaluasi).
i) Adanya evaluasi yang kontinue dari setiap paket program. Tes formatif
selalu dilakukan secara konsekuen.
Langkah-langkah dalam mempelajari modul menurut
Budianto,2007:29 adalah sebagai brikut :
a. Siswa mempelajari materi
Pada langkah ini siswa menerima informasi materi dari paket modul yang
telah disediakan, siswa mempelajari materi menurut urutan kegiatan yang
telah ditentukan. Informasi materi ini dipelajari setahap demi setahap
sesuai dengan kecepatan masing-masing.
b. Siswa mempelajari soal latihan
Pada langkah ini, setelah siswa memahami materi dengan baik, siswa
dihadapan dengan soal anak latihan yang telah disediakan dalam paket
modul. Soal latihan ini harus dikerjakan siswa sebagai bahan latihan
sehubungan dengan materi yang dipelajarinya. Hasil latihan ini dijadikan
landasan bagi guru apakah siswa tersebut sudah memahami materi atau
belum. Bagi siswa yang dianggap sudah memahami materi, siswa tersebut
diberi pengayaan berupa tambahan soal latihan. Sedangkan siswa yang
dianggap belum memahami materi, siswa tersebut harus kembali
mempelajari materi sampai paham benar dan mampu menyelesaikan soal
latihan dengan benar.
25
2.3 . Pengertian belajar dan hasil belajar serta klasifikasi hasil belajar
2.3.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan dimana didalamnya terjadi suatu
interaksi antara peserta didik dengan pengajar,dengan tujuan agar terjadi
perubahan dalam keterampilan, pengetahuan, sikap dan perilaku dari diri
suatu individu. Ada beberapa defenisi tentang belajar, yaitu :
1) Morgan, dalam bukunya “ Introduction to Psychology” (Chalidjah
Hasan,1994 : 86), mengemukakan :
“Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetapkan dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan
pengalaman”.
2) Hilgard dan Bower, dalam buku “ Theories of Learning” (Chalidjah
Hasan,1994 : 85), mengemukakan :
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan dan keadaan-keadaan saat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”.
3) Witherington, dalam buku “ Educational Psychology” (Chalidjah
Hasan,1994 : 86), mengemukakan :
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.
4) Gagne, dalam buku “ The Conditions of Learning” (Chalidjah Hasan,
1994 : 85), menyatakan bahwa :
26
“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi”.
Ada beberapa elemen yang penting tentang pengertian dari belajar
tersebut, yaitu :
a) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan
atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan
oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil
belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang
bayi.
b) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,
tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang
lebih buruk.
c) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relative
mantap; harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang
cukup panjang.
d) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis,
seperti : Perubahan dalam pengertian pemecahan suatu
masalah/berfikir keterampilan, kecakapan , kebiasaan, ataupun
sikap.
27
Dari beberapa pengertian tentang belajar diatas, dapat di simpulkan
bahwa ada tiga pokok proses kerja dari belajar yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu :
a) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral
changes, actual maupun potensi).
b) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya
kecakapan baru.
c) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
2.3.2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan variabel dari teori belajar di sekolah. Selain
variabel lainnya yaitu : karakteristik individu (siswa) dan kualitas pengajaran.
Hal ini dinyatakan oleh Bloom dalam Theory of School Learning, bahwa “….
ada tiga variabel utama dalam teori belajar di sekolah yakni : karakteristik
individu, kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa”. (Nana Sudjana, 1980 :
40)
Hasil belajar memiliki hubungan erat dengan proses belajar. Dimana
proses belajar adalah proses kegiatan siswa untuk memperoleh sejumlah
pengetahuan dan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan hasil belajar merupakan gambaran kemampuan yang ditunjukan
oleh adanya perubahan tingkah laku setelah siswa mengikuti proses belajar.
Dari kutipan di atas jelas bahwa hasil belajar sangat tergantung pada
proses belajar. Hasil belajar akan terlihat setelah diberi perlakuan pada proses
28
balajar yang dianggap sebagai proses pemberian pengalaman belajar. Hasil
belajar mengharapkan terjadinya perubahan tingkah laku yang terjadi pada
diri siswa. Sejalan dengan itu Abin Syamsudin Makmun (1990 : 90)
berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah perubahan yang diharapkan terjadi
pada perilaku dan pribadi siswa setelah mengalami pengalaman proses
belajar”.
Suharsimi Arikunto (2000:26-51) mengukur hasil belajar dalam 2
teknik, yaitu teknik tes dan non tes. Pada penelitian ini menggunakan teknik
tes, sehingga pembatasan hanya dilakukan terhadap teknik tes.
Persyaratan dari sebuah tes yang baik menurut Suharsimi Arikunto
(2002) diantaranya yaitu sebagai berikut :
a) Validitas (secara tepat mengukur yang seharusnya diukur),
b) Reliabilitas (menunjukkan hasil yang dapat dipercaya dan tidak berubah jika
diadakan tes kembali),
c) Objektifitas (tidak dipengaruhi unsur-unsur pribadi),
d) Praktikabilitas (praktis dan mudah dalam administrasinya),
e) Ekonomis (tidak memerlukan biaya yang mahal, tenaga dan waktu yang
banyak).
Dalam penelitian ini, tes yang digunakan yaitu tes buatan peneliti
yang berbentuk tes tertulis objektif pilihan ganda lima option dikarenakan
lingkup bahan ajarannya yang cukup luas dan memenuhi syarat objektifitas.
Agar memenuhi syarat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
29
kesukaran maka tes buatan peneliti ini akan di ujicoba terlebih dahulu kepada
siswa-siswa yang telah mempelajari program diklat yang akan diteliti.
2.3.3. Klasifikasi Hasil Belajar
Benyamin Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar
kedalam tiga kategori, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor.
a. Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau
prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual, terdiri dari:
• Pengetahuan (C1): Kemampuan menyatakan kembali fakta,
konsep, prinsip dan prosedur atau istilah yang telah dipelajari tanpa
harus memahami atau dapat menggunakannya.
• Pemahaman (C2): Kemampuan mengetahui tentang suatu hal dan
dapat melihatnya dari beberapa segi,
• Penerapan (C3): Kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum,
aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi baru atau pada
situasi nyata,
• Analisis (C4): Kemampuan untuk menjabarkan suatu konsep,
• Sintesis (C5): Kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian
konsep menjadi konsep yang utuh, dan
• Evaluasi (C6): Pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
mungkin dapat dilihat dari segi tujuan, cara bekerja, pemecahan,
metode, materi berdasarkan kriteria tertentu.
30
b. Ranah afektif berkaitan dengan perkembangan emosional individu
misalnya sikap, apersepsi, dan motivasi. Bloom membagi ranah
afektif dalam lima kategori, yaitu :
• Penerimaan
Mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan
terhadap stimulus yang tepat. Misalnya peserta didik mampu
mendengarkan penjelasan dari guru secara seksama tanpa
memberikan renpons yang lebih dari itu.
• Pemberian Respon
Mengacu pada partisipasi aktif dalam pembelajaran. Kemampuan
ini meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi suatu stimulus.
Misalkan dalam pembelajaran, peserta didik memberikan
pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahaminya, peserta didik
menjawab pertanyaan guru dan mau bekerjasama dalam
penyelidikan.
• Penilaian
Mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus
tertenntu. Reaksi-reaksi yang dapat muncul seperti menerima,
menolak atau tidak menghiraukan. Contoh sikap yang ditunjukkan
misalnya peserta didik dapat bertanggung jawab terhadap alat-alat
penyelidikan dan bersikap jujur dapam kegiatan pembelajaran.
31
• Pengorganisasian
Meliputi konseptual nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. Sikap-
sikap yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-
konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal. Sikap
yang ditunjukkan misalnya kemampuan dalam menimbang dapak
positif dan negatif dari suatu perlakuan.
• Karakteristik
Mengacu pada keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian atau tingkah
lakunya. Misalnya mau mengubah pendapatnya jika pendapat
tersebut tidak sesuai dengan bukti-bukti yang ditunjukkan.
c. Ranah psikomotorik, mencakup kemampuan yang berupa ketrampilan
fisik (motorik). Kompetensi pada ranah psikomotorik berdasarkan
Dave (1970) di kelompokan menjadi 5 katagori, yaitu :
• Peniruan
Kemampuan ini dimulai dengan mengamati suatu gerakan
kemudian memberikan respon serupa dengan yang diamati.
Misalnya kemampuan menggunakan alat ukur setelah diperlihatkan
cara menggunakannya.
• Manipulasi
Kemampuan ini merupakan kemampuan mengikuti pengarahan
(instruksi). Penampilan dan gerakan-gerakan pilihan yang
32
menetapkan suatu penampilan, misalkan mampu melakukan
kegiatan penyelidikan sesuai dengan prosedur yang dibacanya.
• Ketetapan
Kemampuan ini lebih menekankan pada kecermatan, proporsi dan
kepastian yang lebih tinggi.
• Artikulasi
Merupakan kemampuan koordinasi suatu rangkaian gerakan
dengan membuat urutan yang tepat dan tercapai apa yang
diharapkan atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang
berbeda. Contoh yang ditunjukkan yaitu menulis dengan rapih dan
jelas, mengetik dengan cepat dan tepat dan menggunakan alat
sesuai dengan ketentuan.
• Pengalamiahan
Menekankan pada kemampuan yang lebih tinggi secara alami,
sehingga gerakan yang dilakukan dapat secara rutin dan tidak
memerlukan pemikiran terlebih dahulu.
Dalam penelitian ini, dengan mempertimbangkan waktu dan tujuan
maka hasil belajar yang diukur hanya dari aspek kognitif yang meliputi
pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis.
Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) sikap
dan cita-cita. (Nana Sudjana, 1991 : 22).
33
Gagne mengemukakan pembagian hasil belajar sebagai berikut :
(a) keterampilan motorik, (b) sikap, (c) informasi verbal, (d) strategi
kognitif dan (e) keterampilan intelektual. (Moch Ali, 1993 : 109).
2.4. Prosedur Penelitian Pendidikan
2.4.1. Hakekat Metode Penelitian Pendidikan
Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang
dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip
dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Kadang-kadang orang
menyamakan pengertian penelitian dengan metode ilmiah. Sesuai dengan
tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dimana usaha-usaha
itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Kegiatan penelitian adalah
suatu kegiatan objektif dalam usaha mengembangkan, serta menguji ilmu
pengetahuan berdasarkan atas prinsip-prinsip, teori-teori yang disusun secara
sistematis melalui proses yang intensif dalam pengembangan generalisasi.
Sedangkan metode ilmiah lebih mementingkan aplikasi berpikir deduktif-induktif
di dalam memecahkan suatu masalah.
Fokus perhatian dalam suatu penelitian adalah masalah-masalah yang
muncul dalam pikiran peneliti berdasarkan penelaahan situasi yang meragukan (a
perplexing situation). Masalah adalah titik sentral dari keseluruhan penelitian.
adapun ciri, karakteristik, dan langkah-langkah penelitian, diantaranya adalah:
34
2.4.1.1. Ciri-ciri penelitian:
1) Memiliki masalah, terumus jelas dan terperinci.
2) Memiliki hipotesis, terumus jelas dan terperinci.
3) Terencana, bertujuan dan bermetode.
4) Empiris, berdasarkan observasi fenomena.
5) Berlogika, berdasarkan analisis teoritis.
6) Berakurasi dan valid, menggunakan instrumen yang tepat dan reliabel.
7) Memiliki sumber data, primer dan sekunder.
8) Non-etikal, bersifat objektif.
9) Siklikal, sistematis.
10) Berproduk: abstrak (berupa: prinsip, generalisasi, dan teoritik) atau
konkret (berupa: model atau alat).
2.4.1.2. Karakteristik penelitian:
1) Berfungsi menjawab permasalahan tertentu.
2) Dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode tertentu.
3) Melibatkan kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penyimpulan data
(fakta dan opini).
2.4.1.3. Langkah-langkah penelitian:
1) Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah.
2) Penelaahan kepustakaan.
3) Penyusunan hipotesis.
4) Identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variable-
variabel.
35
5) Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data.
6) Penyusunan rancangan penelitian.
7) Penentuan sampel.
8) Pengumpulan data.
9) Pengolahan dan analisis data.
10) Interpretasi hasil analisis.
11) Penyusun laporan/publikasi penelitian.
2.4.2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian pendidikan, antara lain pendidikan sebagai ilmu,
interaksi pendidikan, landasan psikologis pendidikan, kurikulum, sampai latihan
maupun bimbingan.
Pendidikan sebagai ilmu maksudnya adalah bahwa pendidikan merupakan
suatu cabang ilmu yang berdiri sendiri. Yang menjadi inti ilmu pendidikan teoritis
ialah Pedagogik sebagai ilmu mendidik yaitu mengenai tealaah (atau studi)
pendidikan anak oleh orang dewasa. Dalam pendidikan, interaksi antara pendidik
dan peserta didik merupakan hal yang penting. Inti dari interaksi pendidikan
adalah interaksi formal guru-siswa dalam proses belajar mengajar yang
merupakan interaksi dari berbagai komponen pendidikan: guru, siswa dan bahan
ajar serta peralatan.
Demi tercapainya tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang
diberikan kepada peserta didik. Definisi lain, “suatu rencana yang disusun untuk
36
melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggungjawab
sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.”
Penelitian pendidikan pada umumnya mengandung dua ciri pokok, yaitu
logika dan pengamatan empiris (Babbie, 1986:16). Kedua unsur penciri pokok
penelitian ini harus dipakai dengan konsisten, artinya dua unsur itu harus memiliki
hubungan fungsional-logis. Dalam hal ini logika merujuk kepada (a) pemahaman
terhadap teori yang digunakan dan (b) asumsi dasar yang digunakan oleh peneliti
ketika akan memulai kegiatan penelitian.
Penelitian pendidikan sebenarnya suatu proses untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antar konsep yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian.
Setiap konsep yang dikembangkan sebagai variabel penelitian harus dapat
menunjukkan beberapa indikator empirik yang ada di lapangan. Sebagai contoh
konsep kemampuan mengajar guru, maka indikator empirik yang dapat diketahui
adalah:
1) Kemampuan penggunaan metode belajar guru di dalam kelas
2) Penguasaan materi belajar pada mata pelajaran tertentu di kelas, dan
3) Kemampuan guru mengadakan asosiasi beberapa mata pelajaran tertentu
di kelas.
Metodologi dalam arti umum, adalah studi yang logis dan sistematis
tentang prinsip-prinsip yang mengarahkan penelitian ilmiah. Dengan demikian,
metodologi dimaksudkan sebagai prinsip-prinsip dasar dan bukan sebagai
methods atau cara-cara untuk melakukan penelitian.
37
Dalam bahasa sehari-hari, pengertian methodology dan methode ini sering
dikacaukan. Seringkali dijumpai istilah metodologi atau metode penelitian,
padahal yang dimaksudkan sebenarnya adalah methods atau cara penelitian
sebagai salah satu tahap dalam metodologi penelitian yang kemudian dituangkan
dalam usulan penelitian. Dengan demikian, istilah ”metodologi” di sini adalah
dalam arti yang terbatas/sempit.
Sebagai suatu proses, penelitian membutuhkan tahapan-tahapan tertentu
yang oleh Bailey disebut sebagai suatu siklus yang lazimnya diawali dengan:
1) Pemilihan masalah dan pernyataan hipotesisnya (jika ada);
2) Pembuatan desaian penelitian;
3) Pengumpulan data;
4) Pembuatan kode dan analisis data; dan diakhiri dengan intepretasi
hasilnya.
Pada hakekatnya sebuah penelitian adalah pencarian jawaban dari
pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya oleh peneliti. Selanjutnya hasil
penelitian akan berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada saat
dimulainya penelitian. Untuk menghasilkan jawaban tersebut dilakukan
pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode
tertentu.
Sebuah penelitian beranjak dari masalah yang ditemukan atau dirasakan.
Yang dimaksud masalah adalah setiap hambatan atau kesulitan yang membuat
seseorang ingin memecahkannya. Jadi sebuah masalah harus dapat dirasakan
sebagai satu hambatan yang harus diatasi apabila kita ingin melakukan sesuatu.
38
Dalam arti lain sebuah masalah terjadi karena adanya kesenjangan (gap) antara
kenyataan dengan yang seharusnya. Penelitian diharapkan dapat memecahkan
masalah itu, atau dengan kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya
memperkecil kesenjangan itu.