bab ii - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/2194/3/bab ii.pdf · bab ii...
TRANSCRIPT
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Return Saham
a. Pengertian Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi,
sedangkan saham adalah tanda bukti kepemilikan dalam suatu
perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Maka return
saham merupakan pembayaran yang diterima karena hak
kepemilikannya. Dengan kata lain, bisa disebut sebagai keuntungan
berinvestasi atau tingkat pengembalian. Setiap investasi, baik jangka
pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama
mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam melakukan investasi, investor yang
rasional akan mempertimbangkan dua hal, yaitu expected return
(tingkat pengembalian yang diharapkan) dan risk (risiko) yang
terkandung dalam alternatif investasi yang dilakukan. (Rika
Verawati, 2014:23-24)
Menurut Brigham dan Houston (2006), return saham
berbanding positif dengan risiko, artinya semakin besar risiko yang
ditanggung oleh pemegang saham, maka keuntungan akan semakin
besar pula, begitu juga sebaliknya. Komponen return terdiri dari dua
12
jenis yaitu current income (pendapatan lancar), dan Capital Gain
(keuntungan selisih harga). Current income merupakan keuntungan
yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periode seperti
pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan sebagainya.
Current income disebut sebagai pendapatan lancar, karena
keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas, sehingga
dapat diuangkan secara cepat, seperti bunga atau jasa giro, dan
dividen tunai, juga dapat dalam bentuk setara kas seperti bonus atau
dividen saham yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham
dan dapat dikonversikan menjadi uang kas. (Rika Verawati, 2014:
24-25)
Komponen kedua dari return saham adalah capital gain, yaitu
keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual
dengan harga beli saham suatu instrumen investasi. Capital gain
sangat bergantung dari harga pasar instrumen investasi, yang berarti
bahwa instrumen investasi harus diperdagangkan di pasar saham.
Dengan adanya perdagangan di pasar saham maka akan timbul
perubahan nilai suatu instrumen investasi yang memberikan capital
gain. Adanya capital gain dapat digunakan untuk menentukan
besarnya tingkat kembalian yang diperoleh melalui return histories
yang terjadi pada periode sebelumnya. (Rika Verawati, 2014: 25)
13
b. Macam-Macam Return Saham
Menurut Jogiyanto (2010: 205) dalam Rika Verawati (2014),
return dibagi menjadi dua macam:
1) Return Realisasi (Realized Return)
Return realisasi merupakan hasil perolehan dari investasi yang
telah terjadi. Macam ini dianggap sebagai salah satu yang
penting dalam pengukur kinerja dari perusahaan. Return
realisasi juga mempunyai fungsi sebagai penentuan return
ekspetasi.
2) Return Ekspetasi (Expected Return)
Return ekspetasi merupakan hasil perolehan dari investasi yang
diharapkan investor untuk diperoleh lagi pada masa mendatang.
Dengan kata lain return ekspetasi ini sifatnya belum terjadi.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham
Menurut Alwi Z. Iskandar (2003) dalam Rika Verawati (2014),
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi return saham, antara
lain:
1) Faktor Internal
a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan
seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga,
penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan
produk, dan laporan penjualan.
14
b) Pengumuman pendanaan (financing ennouncements),
seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas atau
hutang.
c) Pengumuman badan direksi manajemen (management-
board of director announcements) seperti perubahan dan
pergantian direktur manajemen, dan struktur organisasi.
d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan
merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh
pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.
e) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti
melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan
penutupan usaha lainnya.
f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements),
seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan
lainnya.
g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti
peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir
tahun fiskal, Earnings Per Share (EPS) dan Dividend Per
Share (DPS), Price Earnings Ratio (PER), Net Profit
Margin (NPM), Return On Asset (ROA), Return On Equity
(ROE), Price to Book Value (PBV), maupun Economic
Value Added (EVA), dan Market Value Added (MPV) yang
15
nilainya tidak tercantum dalam laporan keuangan, dan lain-
lain.
2) Faktor Eksternal
a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku
bunga tabungan deposito, kurs valuta asing, inflasi serta
berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan
oleh pemerintah.
b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti
tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap
manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements),
seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, valume
atau harga saham perdagangan, pembatasan atau penundaan
trading.
d) Gejolak politik luar negeri dan fluktuasi nilai tukar juga
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada
terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu
negara.
e) Berbagai isu baik dalam negeri dan luar negeri.
Menurut Mohamad Samsul (2006: 335) terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi return saham baik yang bersifat makro maupun
mikro ekonomi. Faktor makro ada yang bersifat ekonomi maupun
non ekonomi. Untuk faktor makro terinci dalam beberapa variabel
16
ekonomi misalnya inflasi, suku bunga, kurs valuta asing, tingkat
pertumbuhan ekonomi, harga bahan bakar minyak di pasar
internasional, dan indeks saham regional. Faktor makro non-
ekonomi mencakup peristiwa politik domestik, peristiwa sosial,
peristiwa hukum, dan peristiwa politik internasional. Sedangkan,
faktor mikro terinci dalam beberapa variabel ekonomi, misalnya laba
per lembar saham, dividen per saham, nilai buku per saham, debt
equity ratio, dan rasio keuangan lainnya. (Rika Verawati, 2014: 29)
2. Rasio Keuangan
a. Pengertian Rasio Keuangan
Menurut Kasmir, 2017; 104-105, Rasio keuangan merupakan
kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.
Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan
komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang
ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang
diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode
maupun beberapa periode. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk
menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai
target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat dinilai
kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya
perusahaan secara efektif. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat
17
dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan
agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipetahankan sesuai
dengan target perusahaan. Atau kebijakan yang harus diambil oleh
pemilik perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap orang-
orang yang duduk dalam manajemen ke depan.
Berdasarkan pemaparan Hery, 2015; 161-162, Rasio keuangan
merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan
keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan adalah angka
yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos laporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan signifikan. Perbandingan dapat dilakukan antara satu pos
dengan pos lainnya dalam satu laporan keuangan atau antar pos yang
ada di antara laporan keuangan. Rasio keuangan menunjukkan
hubungan yang sistematis dalam bentuk perbandingan antara
perkiraan-perkiraan (pos) laporan keuangan. Agar hasil perhitungan
rasio keuangan dapat diinterpretasikan, maka perkiraan-perkiraan
yang dibandingkan haruslah mengarah pada hubungan ekonomis
yang penting. Rasio keuangan merupakan alat utama untuk
melakukan analisis keuangan dan memiliki beberapa kegunaan.
Berdasarkan beberapa pemaparan definisi diatas penulis
menyimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka antar komponen yang ada dilaporan
18
keuangan, bisa dalam satu periode maupun beberapa periode. Hasil
perbandingan tersebut berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai
kondisi keuangan maupun kinerja perusahaan, yang nantinya dapat
digunakan untuk dasar pengambilan keputusan oleh pihak
manajemen kedepannya.
b. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Menurut Hery, 2015; 166-170, Secara garis besar, saat ini dalam
praktik setidaknya ada 5 (lima) jenis rasio keuangan yang sering
digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
Kelima jenis rasio keuangan tersebut adalah:
1) Rasio Likuiditas, merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang segera jatuh tempo. Rasio likuiditas diperlukan
untuk kepentingan analisis kredit atau analisis risiko keuangan.
Rasio likuiditas terdiri atas:
a) Rasio Lancar (Current Ratio), merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo
dengan menggunakan aset lancar yang tersedia.
b) Rasio Sangat Lancar atau Rasio Cepat (Quick Ratio atau
Acid Test Ratio), merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiba jangka
19
pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan
aset sangat lancar (kas + sekuritas jangka pendek +
piutang), tanpa memperhitungkan persediaan barang dagang
dan aset lancar lainnya (seperti perlengkapan dan biaya
dibayar di muka).
c) Rasio Kas (Cash Ratio), merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar uang kas atau setara kas
yang tersedia untuk membayar utang jangka pendek.
2) Rasio Solvabilitas atau Rasio Struktur Modal atau Rasio
Leverage, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Sama
halnya dengan rasio likuiditas, rasio solvabilitas juga diperlukan
untuk kepentingan analisis risiko keuangan. Rasio solvabilitas
terdiri atas:
a) Rasio Utang (Debt Ratio), merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan
total aset. Rasio ini juga sering dinamakan sebagai rasio
utang terhadap aset (Debt to Asset Ratio).
b) Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio),
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total ekuitas.
c) Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Long Term
Debt to Equity Ratio), merupakan rasio yang digunakan
20
untuk mengukur perbandingan antara utang jangka panjang
dengan total ekuitas.
d) Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan (Times Interest
Earned Ratio), merupakan rasio yang menunjukkan (sejauh
mana atau beberapa kali) kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga. Kemampuan perusahaan di sini diukur
dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak.
e) Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban (Operating
Income to Liabilities Ratio), meruapakan rasio yang
menunjukkan (sejauh mana atau berapa kali) kemampuan
perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban.
Kemampuan perusahaan di sini diukur dari jumlah laba
operasional.
3) Rasio Aktivitas, merupakan rasio yang digunakan ntuk
mengukur tingkat efisiensi atas pemanfaatan sumber daya yang
dimiliki perusahaan, atau untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Rasio ini dikenal
juga sebagai rasio pemanfaatan aset, yaitu rasio yang digunakan
untuk menilai efektivitas dan intensitas aset perusahaan dalam
menghasilkan penjualan.
a) Perputaran Piutang Usaha (Accounts Receivable Turn
Over), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa lama penagihan piutang usaha atau berapa kali dana
21
yang tertanam dalam piutang usaha akan berputar dalam
satu periode.
b) Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over), merupakan
rasio yang digunaka untuk mengukur berapa kali dana yang
tertanam dalam persediaan akan berputar dalam satu
periode.
c) Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over),
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
keefekifan modal kerja (aset lancar) yang dimiliki
perusahaan dalam menghasilkan penjualan.
d) Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover), merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan aset tetap
yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan.
e) Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover), merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur berapa jumlah
penjualan yang akan dihasilkan dari seriap rupiah dana yang
tertanam dalam total aset.
4) Rasio Profitabilitas, merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Rasio Tingkat
Pengembalian atas Investasi dan Rasio Kinerja Operasi. Rasio
Tingkat Pengembalian atas Investasi adalah rasio yang
digunakan untuk menilai kompensasi finansial atas penggunaan
22
aset atau ekuitas terhadap laba bersih (laba setelah bunga dan
pajak). Rasio ini terdiri atas:
a) Hasil Pengembalian atas Aset (Return on Assets),
merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas
penggunaan aset perusahaan dalam menciptakan laba
bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan
dihasilkan daari setiap rupiah dana yang tertanam dalam
total aset.
b) Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity),
merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas
penggunaan ekuitas perusahaan dalam menciptakan laba
bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total
ekuitas.
Rasio Kinerja Operasi adalah rasio yang digunakan untuk
mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi (penjualan).
Rasio ini terdiri atas:
a) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin), merupakan rasio
yang diigunakan untuk mengukur besarnya persentase laba
kotor atas penjualan bersih.
23
b) Margin Laba Operasional (Operating Profit Margin),
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya
persentase laba operasional atas penjualan bersih.
c) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin), merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba
bersih atas penjualan bersih.
5) Rasio Penilaian atau Rasio Ukuran Pasar, merupakan rasio yang
digunakan untuk mengestimasi nilai intrinsik perusahaan (nilai
saham). Rasio ini terdiri atas:
a) Laba Per Lembar Saham (Earnings Per Share), merupakan
rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen perusahaan
dalam memberikan keuntungan bagi pemegang saham
biasa. Rasio ini menunjukkan keterkaitan antara jumlah laba
bersih dengan bagian kepemilikan pemegang saham dalam
perusahaan investee. Calon investor potensial akan
menggunakan figur laba per lembar saham biasa ini untuk
menetapkan keputusan investasi diantara berbagai alternatif
yang ada.
b) Rasio Harga terhadap Laba (Price Earnings Ratio),
merupakan rasio yang menunjukkan hasil perbandingan
antara harga pasar per lembar saham dengan laba per
lembar saham. Lewat rasio ini, harga saja, sebuah emiten
dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh
24
emiten tersebut dalam setahun. Dengan mengetahui besaran
PER tersebut, calon investor potensial dapat mengetahui
apakah harga sebuah saham tergolong wajar atau tidak
9secara nyata) sesuai kondisi saat ini dan bukannya
berdasarkan pada perkiraan di masa mendatang.
c) Imbalan Hasil Dividen (Dividend Yield), merupakan rasio
yang menunjukkan hasil perbandingan antara dividen tunai
per lembar saham dengan harga pasar per lembar saham.
Rasio ini digunakan untuk mengukur return (imbal hasil)
atas investasi saham. Lewat rasio ini, investor dapa
mengukur besaran dividen yang dibagikan terhadap nilai
investasi yang telah ditanamkannya. Bagi emiten, dividend
yield dapat digunakan sebagai ukuran dalam menetapkan
kebijakan dividen.
d) Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio),
merupakan rasio yang menunjukkan hasil perbandingan
antara dividen tunai perlembar saham ddengan laba per
lembar saham. Rasio ini menggambarkan jumlah laba dari
setiap lembar saham yang dialokasikan dalam bentuk
dividen. Sama halnya dengan dividend yield, rasio ini juga
dapat digunakan sebagai salah satu proksi (pendekatan)
alam menetapkan kebijakan dividden, yaitu suatu
pengambilan keputusan oleh emiten mengenai besarnya
25
dividen tunai yang akan dibagikan kepada para pemegang
saham.
e) Rasio Harga terhadap Nilai Buku (Price to Book Value
Ratio), merupakan rasio yang menunjukkan hasil
perbandingan antara harga pasar per lembar saham dengan
nilai buku per lembar saham. Rrasio ini digunakn untuk
mengukur tingkat harga saham apakah overvalued atau
undervalued. Semakin rendah nilai PBV suatu saham maka
saham tersebut dikategorikan undervalued, di mana sangat
baik untuk investasi jangka panjang. Namun, rendahnya
nilai PBV juga dapat mengindikasikan menurunnya kualitas
dan kinerja fundamental emiten. Oleh sebab itu, nilai PBV
juga harus dibandingkan dengan PBV ssaham emiten lain
dalam industri yang sama. Apabila terlalu jauh
perbedaannya maka sebaiknya perlu dianalisis lebih lanjut.
3. Analisis Rasio Keuangan
Menurut Sujarweni, 2017, 59, Analisis rasio keuangan merupakan
aktivitas untuk menganalisis laporan keuangan dengan cara
membandingkan satu akun dengan akun lainnya yang ada dalam laporan
keuangan, perbandingan tersebut bisa antar akun dalam laporan keuangan
neraca maupun rugi laba. Analisis laporan keuangan ini dimaksudkan
untuk mengetahui hubungan diantara akun-akun dalam laporan keuangan,
26
baik dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi. Analisis rasio
keuangan mengambarkan suatu hubungan dan perbandingan antara jumlah
satu akun dengan jumlah akun lainnya dalam laporan keuangan. Dengan
menggunakan metode analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan
atau memberikan gambaran tentang baik atau buruknya keadaan atau
posisi keuangan suatu perusahaan.
Berdasarkan pemaparan Hery, 2015; 163-164, Analisis rasio
merupakan bagian dari analisis keuangan. Analisis rasio adalah analisis
yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada
laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Analisis rasio keuangan
ini dapat mengungkapkan hubungan yang penting antar perkiraan laporan
keuangan dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan. Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis
keuangan yang paling populer dan banyak digunakan. Meskipun
perhitungan rasio hanyalah merupakan operasi aritmatika sederhana,
namun hasilnya memerlukan interpretasi yang tidak mudah. Agar hasil
perhitungan rasio menjadi bermakna, sebuah rasio sebaiknya mengacu
pada hubungan ekonomis yang penting. Rasio harus diinterpretasikan
dengan hati-hati karena faktor-faktor yang mempengaruhi pembilang dapat
berkorelasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebut. Analisis
rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama
pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analis kredit, dan
analis saham. Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling
27
sering digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan
dibandingkan dengan alat analisis keuangan lainnya.
Berdasarkan uraian definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa
analisis rasio keuangan merupakan bagian dari analisis keuangan yang
sering digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
Analisis rasio keuangan sendiri merupakan aktivitas menganalisi laporan
keuangan dengan membandingkan satu akun dengan akun lainnya yang
ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Analisis rasio
dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan.
B. Penelitian Terdahulu
Setyawan Raharjo (2015), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Rasio Keuangan Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang
Go Public di BEI Periode 2009-2013”, menunjukkan hasil penelitian bahwa
CR, ROE, dan EPS secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham,
CR berpengaruh terhadap return saham, ROE berpengaruh terhadap return
saham, EPS tidak berpengaruh terhadap return saham.
Pratiwi Taptya Ningrum (2016), dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Net Profit Margin, Return On Investment, Return On Equity,
Earning Per Share, dan Price to Book Value Terhadap Return Saham pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2014”, menunjukkan hasil penelitian Net profit
28
margin secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham, Return on
investment secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham, Return on
equity secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham, Earning per
share secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham, Price to
book value secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham, NPM
ROI ROE EPS dan PBV secara simultan mempengaruhi return saham.
Ivan Andrianto Gejali dan Budhi Satrio (2013), dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Current Ratio, Return On Equity, dan Earning Per
Share Terhadap Return Saham”, menunjukkan hasil penelitian bahwa CR,
ROE, dan EPS secara simultan mempengaruhi return saham, secara parsial
hanya variabel ROE dan EPS yang berpengaruh terhadap return saham.
Ken Aditya dan Isnurhadi (2013), dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Pengaruh Rasio Lancar, Rasio Perputaran Total Aktiva, Debt To
Equity Ratio, Return On Equity, dan Earning Per Share Terhadap Return
Saham Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011”, menunjukkan hasil
penelitian bahwa dari rasio CR, TATO, DER, ROE, dan EPS hanya ROE
yang berpengaruh terhadap return saham, secara simultan kelima variabel
bebas tidak memberikan pengaruh terhadap return saham.
Putrilia Dwi Puspitasari, Nyoman Trisna Herawati, Ni Luh Gede
Erni Sulindawati (2017), dalam penelitian pada penelitian yang berjudul
“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Total Asset Turnover, Return On Asset,
Current Ratio, Debt To Equity Ratio, dan Earning Per Share Terhadap
29
Return Saham Syariah pada Perusahaan Perdagangan, Jasa, dan Investasi
yang Terdaftar di Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) Periode 2012-2015”,
menunjukkan hasil bahwa hanya variabel ROA dan EPS yang mempengaruhi
return saham syariah, sedangkan variabel ukuran perusahaan, TATO, CR,
dan DER tidak berpengaruh terhadap return saham syariah.
C. Kerangka Pemikiran
Sumber: dibuat oleh peneliti (21 Desember 2017)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
D. Keterkaitan Antar Variabel
1. CR Terhadap Return Saham
CR mempunyai pengaruh terhadap return saham. Apabila nilai CR
suatu perusahaan tinggi, menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan
dalam pengembalian hutang jangka pendek akan semakun tinggi. Dengan
semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hutang
Keterangan:Pengaruh , , dan secara parsial terhadap return saham.
Pengaruh , , dan secara simultan terhadap return saham.
Return Saham
FEarning Per Share
(EPS)
Return on Equity(ROE)
Current Ratio (CR)
30
jangka pendek menunjukkan pada investor bahwa perusahaan dapat
beroperasi dengan baik dan semakin rendah risiko yang harus ditanggung
investor. Jika aset lancar melebihi kewajiban lancar maka tingkat
pengembalian keuntungan atau return akan rendah, hal ini dikarenakan
aset yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu
menggunakan aset untuk kegiatan pengeluaran perusahaan. Berdasarkan
penelitian Setyawan Raharjo (2015) menyatakan bahwa CR berpengaruh
terhadap return saham.
2. ROE Terhadap Return Saham
ROE mempunyai pengaruh terhadap return saham dikarenakan
semakin tinggi nilai ROE menunjukkan manajemen perusahaan semakin
baik karena tingginya nilai ROE mengindikasikan bahwa perusahaan telah
berhasil mengelola modal yang telah diinvestasikan oleh investor berupa
saham. Berdasarkan penelitian Ivan Andrianto Gejali dan Budhi Satrio
(2013) menyatakan bahwa ROE berpengaruh terhadap return saham.
3. EPS Terhadap Return Saham
EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan per lembar saham pemilik. Semakin meningkatnya EPS tentu
akan meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan dana ke dalam
perusahaan, sehingga harga saham akan meningkat. Meningkatnya harga
saham akan berpengaruh terhadap return yang diperoleh investor. (Ruriana
31
Ulfah, 2011) Berdasarkan penelitian Pratiwi Taptya Ningrum (2016) EPS
berpengaruh signifikan terhadap return saham.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atas penelitian yang akan dilakukan
pengujian. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh CR, ROE, dan EPS terhadap return yang diterima penelitian ini
dapat dinyatakan sebagai berikut:
: CR berpengaruh terhadap return saham perusahaan sektor pertanian yang
terdaftar di BEI periode 2012 s.d. 2016.
: ROE berpengaruh terhadap return saham perusahaan sektor pertanian
yang terdaftar di BEI periode 2012 s.d. 2016.
: EPS berpengaruh terhadap return saham perusahaan sektor pertanian
yang terdaftar di BEI periode 2012 s.d. 2016.
: CR, ROE, dan EPS secara simultan berpengaruh terhadap return saham
pada perusahaan sektor pertanian yang terdaftar di BEI periode 2012 s.d.
2016.