bab ii gambaran umum wilayah surakartaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/c0511026_bab2.pdf · 16...
TRANSCRIPT
16
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH SURAKARTA
A. Deskripsi Kota Surakarta
1. Letak kota Surakarta
Secara Geografis, Kota Surakarta berada diantara dataran rendah dan
terletak diantara beberapa sungai kecil seperti Kalianyar, Kalipepe, kali Janes
dan Bengawan Solo dengan ketinggian diantara ±92 m di atas permukaan air
laut. Kota Surakarta terletak antara 110º 45' 15' sampai 110º 45' 35' BT serta
antara 7º 36' dan 7º 56' LS. Surakarta merupakan kota yang strategis di Jawa
Tengah yang menunjang kota kota lainnya, seperti Semarang dan Yogyakarta.
Wilayah Surakarta berbatasan langsung dengan daerah-daerah seperti
Kab. Karanganyar dan Kab. Boyolali di sebelah Utara, Kab. Sukoharjo di
sebelah Selatan, Kab. Karanganyar dan Kab. Sukoharjo di sebelah Barat, serta
Kab. Sukoharjo dan Kab. Karanganyar di sebelah Timur. Luas wilayah
Surakarta ialah ± 4,404,05 Ha yang terbagi untuk pemukiman 2674,25 m; jasa
422,60 m; perusahaan 282,12 m; industri 101,42 m; tegalan 99,98 m; sawah
190,87 m; dan sisanya untuk sarana hiburan dan lapangan olah raga.1
Secara administratif wilayah kotamadya Surakarta dibagi menjadi 5
kecamatan, 51 Kelurrahan, 589 RW, dan 2616 RT pada tahun 1980. Dengan
pembagian wilayah sebagai berikut:
1. Badan Pusat Statistik, Surakarta dalam Angka 2000.
17
1. Kecamatan Laweyan, yang terbagi atas 11 Kelurahan, yaitu
Karangasem, Jajar, Kerten, Purwosari, Sondakan, Pajang,
Laweyan, Bumi, Penumping, Sriwedari dan Panularan.
2. Kecamatan Serengan, yang terbagi menjadi 7 Kelurahan, yaitu
Joyotakan, Danukusuman, Tipes, Kratonan, Jayengan, Kemlayan,
dan Serengan.
3. Kecamatan Pasar Kliwon, yang terbagi menjadi 9 Kelurahan, yaitu
Kampung Baru, Kauman, Kedung lumbu, Sangkrah, Joyosuran,
Semanggi, Pasar Kliwon dan Baluwarti.
4. Kecamatan Jebres yang terbagi atas 11 Kelurahan, yaitu
Mojosongo, Jebres, Jagalan, Pucang sawit, Kepatihan kulon,
Kepatihan wetan, Tegalharjo, Sudiroprajan, Gandekan, Sewu dan
Purwodinigratan.
5. Kecamatan Banjarsari yang terbagi atas 13 Kelurahan, yaitu
Kadipiro, Nusukan, Gilingan, Stabelan, Kestalan, Keprabon,
Timuran, Ketelan, Punggawan, Mangkubumen, Manahan, Sumber
dan Banyuanyar.
2. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian
Kepadatan Penduduk di Pulau Jawa cukup tinggi, karena sebagian
besar penduduk Indonesia bermukim di Jawa, terutama di daerah
pedesaan. Berdasarkan data penduduk tahun 2000, kota Surakarta
mengalami pertumbuhan penduduk rata-rata 0,62% yang berarti kepadatan
penduduk sebesar 4908 jiwa per km2. Berikut adalah tabel jumlah
18
penduduk, luas wilayah, dan tingkat kepadatan penduduk di Surakarta
pada tahun 2000.
Tabel 1
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah,
dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Surakarta Tahun 1980
Kecamatan Jumlah
Penduduk
Luas Wilayah (Km2) Tingkat
Kepadatan
Laweyan
Serengan
Pasar Kliwon
Jebres
Banjarsari
88.436
43.786
66.202
117.064
143.769
8,638
3,194
4,815
12,582
14,811
10,201
17,344
15,470
8,667
8,867
Jumlah 459.257 44,040 10,327
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2000.
Tabel 2
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah,
dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Surakarta Tahun 2000
Kecamatan Jumlah
Penduduk
Luas Wilayah (Km2) Tingkat
Kepadatan
Laweyan
Serengan
Pasar Kliwon
Jebres
Banjarsari
106.436
61.786
84.536
135.764
161.769
8,638
3,194
4,815
12,582
14,811
12,201
19,344
17,470
10,667
10,867
Jumlah 550.251 44,040 12,408
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2000.
Kepadatan Penduduk yang paling tinggi ada di Kecamatan Serengan dengan
luas wilayah yang paling kecil, apabila dibandingkan dengan Kecamatan Kecamatan
19
lainnya di Surakarta. Banjarsari merupakan Kecamatan yang memiliki wilayah paling
luas di Surakarta, tingkat kepadatannya relatif lebih rendah walaupun jumlah
penduduknya paling banyak.
Tabel 3
Jumlah penduduk Kota Surakarta tahun 1980-2000
Tahun Jumlah Penduduk
1980
1985
1990
1995
2000
459.257
502.156
516.967
533.628
550.251
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2000.
Kenaikan jumlah penduduk di Surakarta dari Tahun 1980 sampai tahun 2000
sebesar 19.82%. Selain karena faktor alami yaitu perbandingan antara jumlah
kelahiran dan jumlah kematian, faktor urbanisasi telah mempengaruhi tingkat
kepadatan penduduk di Surakarta. Fenomena ini sering dijumpai di kota-kota yang
menjadi pusat perekonomian masyarakat, baik yang ada di dalam kota maupun dari
wilayah sekitarnya. Masyarakat pendatang di kota Surakarta sebagian besar berasal
dari wilayah-wilayah pendukungnya, seperti Boyolali, Sukoharjo, Klaten, Sragen,
maupun Karanganyar. Masyarakat saling berinteraksi karena kepentingan-
kepentingan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Mata pencaharian penduduk Surakarta bervariasi jenisnya. Sebagian besar
bekerja sebagai buruh industri maupun buruh bangunan, sedangkan pekerjaan sebagai
petani dan buruh tani hanya sebagian kecil saja karena wilayah Surakarta bukanlah
20
daerah agraris melainkan daerah industri. Berikut ini adalah tabel mengenai mata
pencaharian penduduk kota Surakarta tahun 2000.
Tabel 4
Mata Pencaharian Penduduk Kota Surakarta Tahun 2000
Mata Pencaharian Jumlah Penduduk
Petani
Buruh tani
Nelayan
Pengusaha
Buruh industri
Buruh bangunan
Pedagang
Pengangkutan
PNS/ABRI
Pensiunan
Dll
350
394
-
6.679
64.571
60.764
22.079
15.858
24.654
16.235
164.548
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2000.
B. Sarana dan Prasarana Transportasi
1. Sarana Transportasi
Sarana Transportasi memiliki fungsi untuk mempercepat laju
perkembangan ekonomi dan menambah dinamika masyarakat, masyarakat
kota tentu sangat membutuhkan dalam berinteraksi.2 Kebutuhan akan
pelayanan transportasi bersifat sangat kualitatif dan mempunyai cara yang
berbeda-beda sebagai fungsi dari waktu, tujuan, perjalanan, frekuensi, jenis
kargo (muatan) yang diangkut, dan lain-lain. Hal ini tidak dapat dipungkiri
2. Sarana Transportasi: alat pengangkutan yang merupakan hasil produksi
dalam bentuk jasa yang merupakan kegiatan untuk memindahkan barang maupun
orang dari satu tempat ke tempat asal ke tempat tujuan. Lihat M.D. Sutrisno.1985.
Manajemen Pengangkutan. Bandung: Alumni, hlm 5.
21
mengingat kota merupakan tempat bermukim warga kota, tempat bekerja,
tempat hidup dan tempat berekreasi.3 Jangkauan pelayanan di bidang
transportasi diperluas merupakan realisasi dari pemerintah di bidang
perhubungan karena tidak hanya mempermudah interaksi masyarakat dalam
kota, sarana trasnportasi akan mempermudah mobilitas penduduk dari daerah
pinggiran dengan kota induk.
Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan
menggunakan mobil bus atau dengan mobil penumpang. Adapun pelayanan
dengan kendaraan umum di kota Surakarta adalah sebagai berikut:
a. Kendaraan umum dalam trayek teratur
Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek
tetap dan teratur, dilakukan dalam jaringan trayek. Berikut adalah
trayek yang berlaku di wilayah kota Surakarta:
1) Angkutan kota.
Berkembangnya pemukiman di wilayah pinggiran kota
Surakarta lengkap dengan jalan-jalan baru telah meningkatkan
kebutuhan angkutan umum khususnya angkuta yang melayani
jalur-jalur samping kota.4
2) Bus kota.
3. N. Daldjoeni, Geografi Kota dan Desa, (Bandung:Alumni, 1998), hlm 42.
4 . Angkutan umum, setiap kendaraan yang biasanya disediakan untuk
dipergunakan oleh umum dengan pembayaran sebagai imbalannya. Lihat Undang-
Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya No.3 tahun 1965, pasal 1.
22
Lalu lintas dan angkutan kota merupakan suatu unsur yang
sangat penting dan mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam
pembentukan lingkungan kota yang produktif sekaligus merupakan
suatu aspek dari suatu kehidupan kota.5
Selain angkuta, bus kota merupakan salah satu angkutan umum
yang biasa dan sering digunakan oleh warga kota Surakarta untuk
menunjang kegiatan mereka sehari-hari. Bagaimanapun, kapan
pun, dan dimana pun juga, pengangkutan memberi kegunaan
dalam bentuk dan waktu. Dimana barang yang dibutuhkan
konsumen senantiasa harus tersedia pada waktu dan tempat yang
dimaksud oleh konsumen tersebut.
b. Kendaraan umum tidak dalam trayek
Pengangkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek
di kota Surakarta, meliputi sebagai berikut:
1) Taksi.
Sarana transportasi alternatif lain adalah taksi. Taksi
merupakan sarana transportasi mewah yang mengutamakan
kenyamanan dan ketepatan waktu bagi penggunanya, dan apabila
diperlukan calon penumpang dapat menghubungi dengan
menggunakan sarana telepon untuk memanggil melalui operator
taksi.
5. Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Darat No.
006/LLAJR/152/1982/tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kota.
23
2) Becak.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
memiliki ciri transportasi yang bersifat dualistik, selain alat
transportasi modern beroperasi pula alat transportasi tradisional
baik di kota maupun pedesaan. Becak adalah alat transportasi
tradisional yang masih digemari dan popular di seluruh kota di
Indonesia termasuk kota Surakarta, menurut Sartono Kartodirdjo,
ada 3 hal yang menjadikan becak sangat popular di kalangan
masyarakat, yaitu:6
a) Becak melayani penumpang atau pengguna dari pintu ke
pintu, dapat memuat 2 atau 3 orang atau jenis muatan lainnya.
b) Bentuknya sederhana dan menggunakannya mudah.
c) Untuk mengemudi becak tidak perlu mempunyai
ketrampilan khusus.
3) Ojek.
Sarana transportasi jarak dekat selain becak adalah ojek. Salah
satu jenis angkutan informal, yang melayani rute menurut
kesepakatan penumpang pada kawasan strategis baik di dalam
maupun di pinggiran kota.7 Ojek banyak ditemui di daerah-daerah
menuju perkampungan ataupun perumahan-perumahan tempat
6. Sartono Kartodirdjo, The Pedicab in Yogyakarta: A Study of Low Cost
Transportation and Poverty Problem, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
1978), hlm 1-2. 7. Yulia Listyaningsih, Transpotasi Bus Kota di Surakarta Tahun 1980-2000,
(Surakarta: FSSR UNS, 2003), hlm 27.
24
mangkal para tukang ojek biasanya di tempat penurunan
penumpang dari angkutan formal, yang mengambil tempat di
trotoar atau pun di lahan kosong yang dipangkal untuk berteduh.8
2. Prasarana Transportasi
Selain mengembangkan sarana transportasi, pemerintah kota juga
membangun berbagai prasarana transportasi sebagai penunjang transportasi
angkutan kota untuk kelancaran di berbagai bidang dan keperluan lain, yang
membutuhkan waktu yang lebih cepat.
a. Jalan
Jalan adalah suatu kebutuhan yang paling esensial dalam transportasi.
Jalan disediakan sebagai basis alat angkutan untuk bergerak dari suatu tempat
ke tempat tujuannya sehingga jalan merupakan suatu kebutuhan yang paling
esensial dalam transportasi dan tanpa adanya jalan tidak akan mungkin
disediakan jasa transpor.9 Jaringan jalan raya pertama dibangun pada jaman
kerajaan Mataram oleh Sultan Agung, kemudian pada tahun 1811, Daendles
membuka jalan raya dari Banten sampai Banyuwangi (Anyer-Panarukan).10
Secara umum, jalan dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan
penting menurut fungsinya, yaitu
8. Jefta Leibo, Pelayanan Angkutan Ojek Bagi Masyarakat Pinggiran Kota
Yogyakarta, (Surakarta: FISIP UNS, 2000), hlm 13. 9. Rustian Kamaluddin, Ekonomi Transportasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1987), hlm 19. 10
. Kristiani, Manajemen Transportasi. (Surakarta: UNS Press, 2005), hlm 34.
25
1) Jalan utama, yaitu jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi
antara kota-kota yang penting dan melayani lalu lintas yang cepat
dan berat.
2) Jalan Sekunder, yaitu jalan raya yang melayani lalu lintas yang
cukup tinggi antara kota-kota penting dan kota yang lebih kecil di
sekitarnya.
3) Jalan Penghubung, yaitu jalan-jalan untuk keperluan aktifitas
daerah dan jalan yang menghubungkan antara jalan dari golongan
yang sama dan golongan berlainan.
Jenis-jenis jalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Jalan Negara, yaitu jalan yang merupakan jalan umum yang dibina
dan dibiayai pemeliharaannya oleh pemerintah pusat.
2) Jalan Propinsi, adalah jalan umum yang dibina dan dibiayai
pemeliharaannya oleh Pemerintah Daerah Tingkat I (Propinsi).
3) Jalan Kabupaten/Kotamadya, merupakan jalan umum yang dibina
dan dibiayai pemeliharaannya oleh Pemerintah Daerah Tingkat II
(Kabupaten/Kotamadya).
4) Jalan Desa, adalah jalan umum yang dibina dan dibiayai
pemeliharaannnya oleh pemerintah desa.11
Di samping berbagai jenis jalan tersebut juga terdapat jalan khusus,
yaitu jalan yang dibina atau dibiayai pemeliharaannya oleh organisasi/badan
hukum tertentu karena berhubungan dengan kegiatannya memerlukan jalan
11
. Ibid, hlm 36.
26
khusus, di luar jalan umum seperti jalan perkebunan, jalan kehutanan, jalan
kompleks, dan sebagainya.
Di Indonesia terdapat pengklasifikasian jalan yang didasarkan pada
kriteria tekanan gandar atau sumbu kendaraan, yaitu jalan kelas I dapat
menahan tekanan sumbu 7 ton, kelas II yaitu 5 ton, kelas III yaitu 3,5 ton.
Apabila didasarkan pada daerah lokasinya, jalan dapat diklasifikasikan atas
jalan desa dan jalan kota. Sedangkan di Indonesia diklasifikasikan atas jalan
negara, jalan propinsi, jalan kabupaten, dan jalan desa. Biasanya
pengklasifikasian jalan ini didasarkan atas tanggung jawab dalam pembuatan,
pemeliharaan, dan pengelolaanya.12
Tabel 5
Kelas Jalan di Surakarta
Status Jalan Kelas Jalan Panjang Jalan
(Km2)
Jalan
Kabupaten/Kotamadya
Jalan Propinsi
Jalan Negara
I
II
III
IIIA
IV
V
Tidak terperinci
I
I
14,000
50,750
86,980
-
40,570
384,310
411,370
3,140
13,250
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2000.
12
. Ibid, hlm 53.
27
b. Terminal
Prasarana transportasi yang salah satunya menjadi unsur terpenting
dalam hal pengadaan transportasi adalah terminal. Muchtaruddin Siregar
menjelaskan bahwa terminal adalah sebagai tempat untuk memberikan
pelayanan kepada penumpang dalam perjalanan, barang dalam pengiriman
dan kendaraan sebelum dan sesudah melakukan operasinya. Terminal
dibangun di tempat asal, di tempat tujuan dan diantara tempat asal dan
tujuan.13
Terdapat dua jenis terminal angkutan umum di Surakarta, yaitu
terminal induk dan sub terminal.14
1) Terminal Induk
Terminal induk yang ada di Surakarta adalah Terminal Tirtonadi.
Tirtonadi mulai digunakan sejak tahun 1975. Saat itu di Timur taman
Tirtonadi merupakan pemukiman penduduk dan sebuah lapangan. Lokasi
tersebut dijadikan terminal bus menggantikan terminal bus Harjodaksino yang
kondisinya sudah tidak memungkinkan dikembangkan lagi. Pemilihan lahan
di tempat itu dikarenakan dekat dengan jalan antar provinsi Solo bagian Utara.
Terminal ini tidak mempunyai pangkalan khusus untuk angkutan perkotaan
dan hanya berfungsi sebagai pangkalan bus-bus antar kota baik dengan tujuan
13
. Muchtaruddin Siregar, Beberapa Masalah Ekonomi dan Manajemen
Pengangkutan, (Jakarta: Lembaga Penerbitan UI, 1990), hlm 6. 14
. DLLAJ Kota Surakarta.
28
akhir Solo maupun yang hanya transit saja. Angkutan perkotaan seperti
angkuta, bus kota, dan taksi mempunyai pangkalan di luar terminal tepatnya
di sekililing terminal. Rencananya lokasi terminal akan dipindahkan ke daerah
utara kota Surakarta mengingat telah dibukanya jalur ring road utara yang
menghubungkan kota Surakarta dengan jalan propinsi di Kabupaten
Karanganyar.
2) Sub Terminal
Sub terminal berfungsi untuk melengkapi keberadaan terminal induk.
Sub terminal merupakan aset yang mampu menarik Pendapatan Asli Daerah
(PAD) karena digunakan untuk tempat pemberhentian angkuta dan bus kota.
Di kota Surakarta terdapat lima sub terminal yaitu di Jongke, Gading, Kerten,
Kadipiro, dan Jurug.15
Kondisi kelima sub terminal tersebut kini sangat
memprihatinkan. Sub terminal Jongke dan Gading sekarang berubah menjadi
pasar, sub terminal Jurug sudah tidak berfungsi, sub terminal Kadipiro sudah
rusak dan sub terminal Kerten sekarang beralih fungsi menjadi Tempat
Penarikan Retribusi (TPR) Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP). Disfungsi
dari sub terminal tersebut tentunya juga mempengaruhi Pendapatan Asli
15
. Suara Merdeka. “Sub Terminal Jadi Pasar”. Tanggal 13 Oktober 2001.
29
Daerah (PAD) dari retribusi yang masuk serta dalam hal pemenuhan sarana
dan prasarana transportasi kota Surakarta.16
16
. Terminal dan sub terminal termasuk dalam empat unsur penting
transportasi selain kendaraan/alat angkutan, tenaga penggerak dan jalan. Lihat:
Kristiani. 2005. Manajemen Transportasi. Surakarta: UNS Press, hlm 1.