bab ii gambaran umum tentang pola komunikasi...

24
14 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI ANTARA DOKTER DAN PARAMEDIS DENGAN PASIEN A. Tinjauan Umum Tentang Komunikasi 1. Pengertian dan Unsur-unsur Komunikasi a) Pengertian Komunikasi Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari bahasa latin “comunicatio” yang berarti “sama”, maksudnya orang yang menyampaikan dan yang menerima mempunyai persepsi yang sama tentang apa yang disampaikan. 31 Sedangkan secara terminologi, para pakar komunikasi antara lain: (1) Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, berpendapat bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. 32 (2) Wilbur Schramm, menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antara para peserta dalam proses informasi. 33 (3) Drs. A.W. Widjaja, berpendapat bahwa Komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. 34 Sementara Dr. Harold Lasswell seseorang profesor dibidang ilmu hukum pada Universitas Yale Amerika Serikat yang dikutip oleh Djamalul Abidin Ass. dalam buku Komunikasi dan Bahasa Dakwah, 31 Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, Gema Insani Press, Jakarta, 1996, hlm : 16 32 Onong Uchyana Effendy MA, Ilmu Komunikasi......., Op. cit. , hlm :10 33 D. Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramm, Grounds of Comunication Among Human Being, Terj .Agus Stiadi, Azas-azas Komunikasi antar Manusia, LP3ES bekerja sama dengan East – West Communication Institute, Jakarta, 1977, hal : 6

Upload: dinhngoc

Post on 07-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

14

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI

ANTARA DOKTER DAN PARAMEDIS DENGAN PASIEN

A. Tinjauan Umum Tentang Komunikasi

1. Pengertian dan Unsur-unsur Komunikasi

a) Pengertian Komunikasi

Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari bahasa latin

“comunicatio” yang berarti “sama”, maksudnya orang yang

menyampaikan dan yang menerima mempunyai persepsi yang sama

tentang apa yang disampaikan.31

Sedangkan secara terminologi, para pakar komunikasi antara lain:

(1) Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, berpendapat bahwa

komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator

kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek

tertentu.32

(2) Wilbur Schramm, menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses

saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan

pertalian antara para peserta dalam proses informasi.33

(3) Drs. A.W. Widjaja, berpendapat bahwa Komunikasi adalah

penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada

orang lain.34

Sementara Dr. Harold Lasswell seseorang profesor dibidang ilmu

hukum pada Universitas Yale Amerika Serikat yang dikutip oleh

Djamalul Abidin Ass. dalam buku Komunikasi dan Bahasa Dakwah,

31 Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, Gema Insani Press, Jakarta,

1996, hlm : 16 32 Onong Uchyana Effendy MA, Ilmu Komunikasi......., Op. cit. , hlm :10 33 D. Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramm, Grounds of Comunication Among Human

Being, Terj .Agus Stiadi, Azas-azas Komunikasi antar Manusia, LP3ES bekerja sama dengan East – West Communication Institute, Jakarta, 1977, hal : 6

Page 2: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

15

merumuskan bahwa komunikasi itu merupakan jawaban terhadap Who

says what to whom in which channel to whom with what effect (siapa

berkata apa dalam media apa kepada siapa dengan dampak apa). Jadi

menurut Dr. Lasswell, ada lima unsur yang harus ada agar komunikasi

berjalan lancar, yakni :

- Who (siapa) yang kemudian disebut komunikator atau sender

(pengirim komunikasi)

- What (apa) yang kemudian disebut message atau pesan komunikasi

- Whom (siapa) yang kemudian disebut komunikan atau receiver

(khalayak)

- Channel (media apa) yang kemudian disebut sarana atau media

- Effect (dampak komunikasi) yang kemudian disebut dampak atau

efek komunikasi yang diimplikasikan dalam umpan balik (feed

back).35

Dari beberapa batasan pengertian komunikasi tersebut dapat

disimpulkan bahwa secara garis besar komunikasi adalah proses

pengoperan informasi melalui lambang-lambang yang penuh arti dan

menimbulkan dampak tertentu.

b) Unsur-unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi sebagaimana di atas, tampak adanya

sejumlah komponen atau unsur yang dicakup dan merupakan

persyaratan terjadinya proses komunikasi. Dalam bahasa komunikasi,

komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :

i). Komunikator

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara,

menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat

kabar, radio televisi, film dan sebagainya.36 Dalam Proses

komunikasi ini, arus pesan tidak hanya datang dari satu arah saja

34 Drs. A. W.Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, PT. Bina aksara, Jakarta,

1986, hlm : 8 35 Djamalul Abidin Ass., Op. cit., hlm : 16-17 36 Drs. A. W. Widjaja, Op. cit. hlm 12

Page 3: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

16

yaitu dari sumber ke sasaran, melainkan merupakan suatu proses

interaktif dan konvergen. Ini berarti komunikator dan komunikan

bisa berganti peran, yaitu yang tadinya sebagai komunikator

kemudian berperan sebagai komunikan karena komunikan

menyampaikan feedback kepada komunikator.

Ada beberapa ciri yang dilakukan oleh seorang

komunikator dalam melakukan kegiatannya, sesuai dengan situasi

yang dihadapi. Ciri-ciri tersebut dapat dibedakan dalam beberapa

model seperti :

i.a). Komunikator yang membangun, ciri-cirinya:

- Mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak pernah menganggap dirinya benar.

- Ingin bekerja sama dan memperbincangkan sesuatu persoalan dengan sesamanya sehingga timbul saling pengertian.

- Tidak terlalu mendominir situasi dan mau mengadakan komuniaksi timbal balik.

- Menganggap bahwa pikiran orang banyak lebih baik dari seseorang.37

i.b). Komunikator yang mengendalikan, ciri-cirinya :

- Pendapatnya merupakan hal yang dianggap paling baik sehingga ia tidak mau mendengarkan pandangan orang lain intern maupun ekstern. Maksud dari intern dan ekstern yaitu dimana seorang komunikator menganggap kalau pendapatnya itu paling baik , sehingga tidak mau mendengarkan pendapat dari orang-orang yang berada di lingkungannya dan orang-orang yang berada di luar lingkungannya.

- Menginginkan komunikasi satu arah saja, tidak akan menerima dari arah lain.38

i.c). Komunikator yang melepaskan diri, ciri-cirinya :

- Lebih banyak menerima dari lawan komunikasinya. - Kadang-kadang rasa rendah dirinya timbul sehingga

ketidak mampuannya ke luar.

37 Ibid, hlm : 13 38 Ibid, hlm : 13

Page 4: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

17

- Lebih suka mendengar pendapat orang lain dengan tidak bersungguh-sungguh menghadapinya.

- Sumbangan pikirannya tidak banyak mengandung arti sehingga ia lebih suka melempar tanggung jawabnya kepada orang lain.39

i.d). Komunikator yang menarik diri, ciri-cirinya :

- Lebih bersifat pesimis sehingga menurutnya keadaan tidak dapat diperbaiki lagi.

- Lebih suka melihat keadaan seadanya dan kalau mungkin berusaha menyadarkan keadaan tambah buruk.

- Selalu diam tidak menunjukkan reaksi dan jarang memberikan buah pikiran.40

ii). Pesan

Yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi adalah

sesuatu informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima.41

Pesan ini dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan verbal

dapat secara tertulis seperti :surat, buku, majalah, memo,

sedangkan pesan yang secara lisan dapat berupa : percakapan tatap

muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan

yang non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi

muka dan nada suara.42

Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan

sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi,

keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan lain sebagainya. Pesan

seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah didalam

usaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat

disampaikan secara panjang lebar, namun perlu diperhatikan dan

diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasi. 43

Pesan yang mengena harus memenuhi beberapa syarat :

39 Ibid, hlm : 13 40 Ibid, hlm : 144 41 Anri Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm : 17 42 Ibid, hlm : 18 43 Onong Uchyana effendy, MA., Dinamika Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung,

1986, hlm : 6

Page 5: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

18

- Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik serta sesuai dengan kebutuhan pembaca.

- Pesan dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak.

- Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan.44

Pendapat lain mengatakan syarat-syarat pesan harus memenuhi :

ii.a). Umum

Berisikan hal-hal umum dan mudah dipahami oleh

komunikan/audience, bukan soal-soal yang cuma berarti atau

hanya dipahami oleh seorang atau kelompok tertentu.

ii.b). Jelas dan gamblang

Pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Jika mengambil

perumpamaan diusahakan contoh yang senyata mungkin,

agar tidak ditafsirkan menyimpang dari yang dikehendaki.

ii.c). Bahasa yang jelas

Sejauh mungkin menggunakan istilah-istilah yang mudah

dipahami oleh si penerima atau pendengar. Bahasa yang

digunakan jelas dan sederhana yang cocok dengan

komunikan, daerah dan kondisi dimana kita berkomunikasi.

ii.d). Positif

Secara kodrati manusia tidak ingin mendengarkan dan

melihat hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh

karena itu setiap pesan agar diusahakan dalam bentuk positif.

ii.e). Seimbang

Pesan yang disampaikan oleh komunikator pada komunikan

dirumuskan sesuai dengan kemampuan komunikan

mentafsirkan pesan tersebut. Artinya agar komunikan bisa

44 Ibid, hlm : 15

Page 6: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

19

mentafsirkan pesan tersebut seperti yang dimaksudkan oleh

pengirim pesan, sehingga pesan tidak berubah maknanya.

ii.f). Penyesuaian dengan keinginan komunikan

Orang-orang yang menjadi sasaran dari komunikasi yang kita

lancarkan selalu mempunyai keinginan tertentu.45 Misalnya :

pesan yang ditujukan untuk kelompok petani yang buta huruf,

haruslah dirumuskan sedemikian rupa hingga para petani

tersebut mampu menafsirkannya, seperti yang diharapkan

oleh pengirim pesan . Untuk ini, maka pengirim pesan harus

mengenal situasi dan kondisi sasaran.

iii). Komunikan

Komunikan atau penerima pesan adalah orang yang menjadi

sasaran kegiatan komunikasi. Komunikasi atau penerima pesan bisa

bertindak sebagai pribadi atau orang banyak.46

Komunikan atau penerima pesan dapat dibedakan menjadi 3

jenis yaitu sebagai berikut :

iii.a) Individu yaitu ditujukan pada sasaran yang tunggal.

iii.b) Group atau kelompok, ditujukan pada grop atau kelompok

tertentu. Kelompok adalah suatu kumpulan manusia yang

mempunyai antar hubungan sosial yang nyata dan

memperlihatkan struktur yang nyata pula. Dalam hal ini

group atau kelompok dibedakan menjadi 2 jenis yaitu

sebagai berikut:

- Kelompok kecil (small group, micro group) yaitu

sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama

lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka

(face-to-face meeting) dimana setiap anggota mendapat

kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang

45 Ibid, hlm : 15-16 46 YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, Gramedia, Jakarta, 1998, hlm : 71

Page 7: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

20

cukup kentara sehingga dia baik pada saat timbul

pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan

tanggapan kepada masing-masing perorangan. 47

- Kelompok besar (large group, macro group) misalkan

sekumpulan orang banyak di sebuah lapangan yang

sedang mendengarkan pidato / ceramah.

iii.c) Organisasi yaitu suatu kumpulan (sistem) individu yang

bersama-sama melalui pembagian kerja yang berusaha

mencapai tujuan tertentu. 48

iv). Media

Yang dimaksud media disini adalah saluran yang digunakan

untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima.49 Dalam

hal ini menyangkut semua peralatan mekanik yang di gunakan

untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi. Tanpa saluran /

media, pesan-pesan tidak dapat menyebar secara cepat dan luas.50

Dengan demikian media dapat di bedakan menjadi dua yaitu media

massa dan media personal. Media massa digunakan dalam

komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat

tinggal jauh. Media massa banyak digunakan dalam kehidupan

sehari-hari umumnya adalah surat kabar, majalah, radio dan

televisi. Sedangkan media personal yaitu seperti surat, telepon,

telegram.51 Meskipun intensitas media personal kurang bila

dibandingkan dengan media massa, namun untuk kepentingan

tertentu media personal tetap efektif, karena itu banyak digunakan.

47 Onong uchyana Effendi, op.cit, hlm 72 48 Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication (Konteks-konteks komunikasi),

terjemahan Deddy Mulyana M.A., Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm 164 49 I.B. Mantraa, MPH, Komunikasi, Dep Kes RI (Pusat Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat), Jakarta, 1994, hlm : 3 50 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, PT Grasindo, Jakarta, 2000 hlm : 7 51 Onong Uchyana Effendi, Dinamika................., Op cit, hlm 10

Page 8: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

21

Oleh karena itu, dalam melancarkan komunikasi dengan

menggunakan media, seorang komunikator sebelumnya lebih

matang dalam perencanaan dan persiapannya, sehingga ia merasa

pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil.

Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat

berlangsung menurut 2 saluran , yaitu :

iv.a) Saluran formal atau yang bersifat resmi .

Saluran formal biasanya mengikuti garis wewenang dari

suatu organisasi, yang timbul dari tingkat paling tinggi dalam

organisasi itu sampai ketingkat yang paling bawah.

Komunikasi berlangsung dari atas ke bawah dan dari bawah

ke tingkat atas. Disamping saluran komunikasi yang

disebutkan diatas juga terdapat saluran yang bersifat

mendatar (komunikasi horisontal). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa saluran yang dipakai dalam berkomunikasi

itu dapat terjadi 3 arah yaitu : ke atas, ke bawah dan ke

samping. Ketiga cara ini disebut tiga dimensi. 52

Pengalaman menunjukkan bahwa perintah dan pengarahan

yang datang dari atasan tidak banyak menimbulkan halangan

dan gangguan. Tetapi sebaliknya kalau yang datangnya dari

bawah menuju keatas sering menimbulkan rintangan dan

penyimpangan.

iv.b) Saluran informal ataiu yang bersifat tidak resmi.

Saluran informal ini berbentuk desas-desus atau kabar angin

yang timbul karena orang ingin mengetahui sesuatu yang

berhubungan erat dengan dirinya, kelompoknya dan

lain-lain.53

52 A.W. Widjaja, Komunikasi………, Op cit, hlm : 17 53 Ibid, hlm : 18

Page 9: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

22

v). Efek atau hasil

Efek atau hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap atau

tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan.54

Efek yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya,

yakni :

v.a). Dampak kognitif

Adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia

menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Disini pesan

yang disampaikan oleh komunikator adalah berkisar pada

upaya mengubah pemahaman / pengetahuan dari komunikan.

v.b). Dampak afektif

Dampak ini lebih tinggi kadarnya dari dampak kognitif.

Pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan bukan

hanya sekedar komunikan tahu, tetapi bergerak hatinya,

menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba,

terharu, sedih gembira, marah dan sebagainya.

v.c). Dampak Behavioral

Yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk

perilaku, tindakan atau kegiatan.55

vi). Umpan Balik (feed back)

Umpan balik (feed back) adalah tanggapan/reaksi dari

penerima kepada pengirim. Kemudian dapat pula timbul tanggapan

atau reaksi kembali dari pengirim kepada penerima. Maka

terjadilah komunikasi timbal balik. Dengan adanya umpan balik

inilah yang menjadikan komunikasi menjadi dinamis.56

Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam

komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya atau berhentinya

komunikasi yang dilancarkan. Oleh karena itu, umpan balik bisa

54 Ibid, hlm 20 55 Ibid, hlm 20

Page 10: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

23

bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Umpan balik posistif

adalah tanggapan/respon/reaksi komunikan yang menyenangkan

komunikatornya sehinga komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya

umpan balik negatif adalah tanggapan komunikator yang tidak

menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator enggan

untuk melanjutkan komunikasinya.57

Umpan balik dapat berwujud verbal dan non-verbal.58

Umpan secara verbal misalnya dengan menggunakan bahasa,

sedangkan umpan balik secara non-verbal misalnya dengan isyarat.

Jadi Perbedaan antara efek atau hasil dan umpan balik itu

terlihat jelas dalam proses komunikasi. Maksudnya efek atau hasil

itu tidak secara langsung muncul dalam sebuah proses komunikasi

melainkan akan muncul sebagai out put. Sedangkan umpan balik

merupakan hasil komunikasi yang menjadi “kesepakatan” antara

komunikator dan komunikan pada saat menjalankan proses

komunikasi (saat berkomunikasi).

2. Bentuk-bentuk Komunikasi

Yang dimaksud bentuk-bentuk komunikasi adalah proses

komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, kelompok

orang atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar.59

Berdasarkan situasi seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-

bentuk sebagai berikut :

a. Komunikasi sebagai sebuah proses

Komunikasi sebagai suatu proses, dapat dibagi dalam 2 bentuk

yaitu ;

a.i). Komunikasi primer atau komunikasi langsung

56 Sutarto, Dasar-dasar Komunikasi Adminsitrasi, Duta Wacana University Press,

yogyakarta: 1991, hlm. 46 57 Onong Uchyana, op. cit., hlm. 14 58 A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Reneka Cipta, Yogyakarta, 2002,

hlm. 48. 59 Onong Uchyana Effendi, MA, Ilmu, Teori dan Filsafat......, Op. cit, hlm : 32

Page 11: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

24

Yaitu komunikasi tanpa menggunakan suatu alat perantara

tehnik yang tercetak ataupun berbentuk alat elektronika.60 Dalam

proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan

menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media atau

saluran. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi dalam situasi-

situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan

dapat berupa kial (gesture) yakni gerak anggota tubuh, gambar,

warna dan lain sebagainya. 61

Pada komunikasi langsung ini, komunikator dapat

mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga. Tanggapan/

respon komunikan itu tersalurkan langsung kepada komunikator

a.ii ) Komunikasi sekunder atau komunikasi tidak langsung

Dalam komunikasi sekunder terjadi komunikasi tidak

langsung, dimana orang menggunakan alat atau sarana sebagai

media dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima

pesan (sasaran). 62 Alat atau sarana yang dimaksud disini adalah

seperti surat, misalnya sebagai media komunikasi sekunder yang

pada mulanya terbatas sekali jangkauan sasarannya, dengan

dukungan pesawat terbang jet, dapat mencapai komunikan

dimana saja di seluruh dunia. Demikian pula media telepon , jika

pada waktu itu ditemukan menggunakan kawat yang oleh sebab

itu terbatas sekali wilayah jangkauannya, kini dengan radio

telepon dapat mencapai sasaran dikota lain, negara lain dan benua

lain. 63

b. Komunikasi dilihat dari arahnya pesan

Berdasarkan arahnya pesan , ada 2 bentuk komunikasi yaitu:

60 I.B Mantra, ………Op cit, hlm 6 61 Onong Uchyana Effendi, MA, Ilmu, Teori dan Filsafat......, Op. cit, hlm : 33 62 I.B Mantra, .......... .Op. cit, hlm : 6 63 Onong Uchyana Effendi, MA, Ilmu, Teori, dan Filsafat..... Op. cit, hlm : 38

Page 12: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

25

b.i). Komunikasi satu arah.

Komunikasi satu arah yaitu suatu pesan yang disampaikan

oleh komunikator kepada komunikan. 64 Dalam komunikasi satu

arah ini, seorang komunikator tidak mengetahui bagaimana

seorang komunikan telah mendekodifikasikan pesannya.

b.ii). Komunikasi Timbal balik

Pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan,

kemudian komunikan setelah menerima pesan tadi memberikan

umpan balik (feedback) kepada komunikator. 65

c. Komunikasi dilihat dari sifatnya

Berdasarkan sifatnya ada 3 bentuk komunikasi

c.i ). Komunikasi Personal

Disini komunikator berkomunikasi dengan seorang atau

sekelompok komunikan dengan efek dan umpan balik langsung.66

Dalam komunikasi ini baik komunikator maupun komunikan

mempunyai kesempatan untuk memperdalam masalah, karena

masing-masing bisa mengajukan pendapat dan pandangannya. 67

Komunikasi ini tepat digunakan apabila menghendaki

adanya efek perubahan tingkahlaku berkomunikasi, karena

sewaktu berkomunikasi terjadi umpan balik langsung. Dengan

saling melihat, maka komunikator bisa mengetahui keadaan

komunikan pada saat berkomunikasi.

c.ii). Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok berarti komunikasi yang

berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok

orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. 68

64 I.B Mantra, .................Op. cit. hlm : 7 65 Ibid, hlm : 8 66 Ibid, hlm : 8 67 Suwito Suprayogi Lc, Bagaimana Berdakwah, Media Dakwah, Jakarta, 1988, hlm : 25 68 Onong Uchyana effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat........, Op. cit., hlm : 75

Page 13: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

26

Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa

sedikit, bisa banyak. Apabila jumlah orang yang dalam kelompok

itu sedikit berarti kelompok itu kecil (small group

communication), jika jumlahnya banyak berarti kelompoknya

besar dinamakan komunikasi kelompok besar (large group

communication). 69

c.iii). Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan

dari suatu sumber kepada khalayak yang berjumlah besar, dengan

menggunakan saluran media massa. 70

Ciri-ciri komunikasi massa menurut Wright yang dikutip

oleh Zulkarimein Nasution, dalam buku Prinsip-prinsip

Komunikasi untuk Penyuluhan adalah :

- Ditujukan kepada suatu khalayak yang relatif luas, heterogen

dan anonim.

- Pesan disampaikan secara publik dan umumnya diterima oleh

khalayak secara relatif serempak.

- Komunikator melakukan komunikasinya melalui suatu

organisasi yang bersifat komplek, yang karena itu

menyangkut masalah pembiayaan yang besar. 71

3. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan satu proses sosial dimana

orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana

diungkapkan oleh Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam buku

Komunikasi Antar Pribadi, bahwa komunikasi antar pribadi merupakan

69 Ibid, hlm : 75 70Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan, Fakultas

Ekonomi UI, Jakarta, 1990, hlm : 28 71 Ibid, hlm : 29

Page 14: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

27

pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau

sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.72

Berdasarkan definisi di atas, komunikasi antar pribadi dapat

berlangsung antara dua orang, misalnya: antara penyaji makalah dengan

salah seorang peserta suatu seminar.

Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya

mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang

dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator

mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi

dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu

positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi

kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

Secara teoritis komunikasi antar pribadi diklasifikasikan menjadi dua

jenis menurut sifatnya.

a) Komunikasi diadik (dyadic communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antar pribadi yang

berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator

yang menyampaikan pesan dan yang seorang lagi komunikan yang

menerima pesan. Oleh karena komunikasinya dua orang, maka dialog

yang terjadi berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan

perhatiannya hanya kepada diri komunikan yang hanya seorang itu.

b) Komunikasi triadik (triadic communication)

Komunikasi triadik adalah komunikasi antar pribadi yang

pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua

orang komunikan, jika misalnya A yang menjadi komunikator, maka

ia pertama-tama menyampaikan kepada komunikan B, kemudian

kalau dijawab atau ditanggapi, beralih kepada komunikan C, juga

secara berdialog.73

72 Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm :12 73 Onong Uchyana Effendi, M.A, Ilmu Teori dan Filsafat..... Op. cit.,, hlm : 63

Page 15: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

28

Apabila dibandingkan antara komunikasi diadik dengan

komunikasi triadik , maka komunikasi diadik lebih efektif, karena

komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan,

sehingga ia labih dapat memahami frame of reference komunikan

serta memantau umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang

sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.

Walaupun demikian dibandingkan dengan bentuk-bentuk

komunikasi lainnya, misalnya komunikasi kelompok dan komunikasi

massa, komunikasi triadik yang merupakan komunikasi antar pribadi

menjadi lebih efektif dalam rangka mengubah sikap, opini atau

perilaku komunikan

Karena kedua jenis komunikasi itu sifatnya tatap muka, maka

umpan balik berlangsung seketika. Beda dengan komunikasi bermedia

yang umpan baliknya tertunda (delayed feedback): komunikator

mengetahui tanggapan komunikan setelah komunikasi selesai,

adakalanya umpan balik ini harus diciptakan mekanismenya. Pada

komunikasi tatap muka, umpan balik berlangsung pada saat

komunikator tengah menyampaikan pesannya, artinya komunikator

mengetahui dan menyadari pada saat itu juga sehingga jika ia

merasakan umpan baliknya negatif, yang berarti uraiannya tidak

komunikatif, pada saat itu juga ia dapat mengubah gayanya.74

Adapun ciri-ciri dari komunikasi antar pribadi tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut :

- Spontan dan terjadi sambil lalu saja. - Tidak mempunmyai tujuan terlebih dahulu. - Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya belum

tentu jelas. - Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja. - Kerap kali berbalas-balasan. - Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang,

serta hubungan harus bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan. - Harus membuahkan hasil.

74 Onong Uchyana Effendi, MA. , Ilmu Komunikasi ,..... Op. cit.hlm 15

Page 16: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

29

- Menggunakan pelbagai lambang-lambang bermakna.75

Sebagai sebuah komunikasi tatap muka, tujuan komunikasi antar

pribadi adalah sebagai berikut :

- Mengenal diri sendiri dan orang lain. - Mengetahui dunia luar. - Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna. - Mengubah sikap dan perilaku. - Bermain dan mencari hiburan. - Membantu orang lain.76

Dalam komunikasi antar pribadi terdapat pengaruh

mempengaruhi antara kedua pihak, dan lebih merupakan proses yang

terus berlangsung dari pada merupakan peristiwa yang statis.

B. Komunikasi Dakwah

1. Persamaan Komunikasi dan Dakwah

Dalam kegiatan komunikasi dan dakwah terdapat kondisi paralel

yang sifatnya saling mengisi dan saling melengkapi satu dengan yang

lain. Dengan adanya aktivitas komunikasi memungkinkan terlaksananya

pula tugas-tugas. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan

komunikasi dan dakwah merupakan hubungan kausal, artinya masih

sering dilaksanakan komunikasi berarti makin mantap pula dakwah.

Begitu pula sebaliknya bahwa dakwah adalah kegiatan komunikasi yang

berarti makin intensifnya kegiatan dakwah akan berakibat terjadinya

komunikasi yang berarti pula.77

Dengan demikian antara komunikasi dan dakwah terdapat beberapa

persamaan diantaranya adalah :

a) Mempunyai kesamaan dalam unsur-unsur yang terkandung baik

dalam komunikasi maupun dalam berdakwah.

75 Alo Liliweri, Op. cit. hlm 13-14 76 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Bigraf Publishing, Yogyakarta, 2000, hlm . 25 77 Bahri Ghozali, op. cit., hlm. 13

Page 17: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

30

b) Komunikasi dan dakwah memiliki kesamaan yang mendasar yaitu

penyampaian pesannya baik informatif maupun persuasif. 78

c) Dilihat dari tujuannya antara komunikasi79 dan dakwah80 sama-sama

mengharapkan adanya partisipasi dari komunikan atas dasar ide-

ide/pesan-pesan yang disampaikan oleh pihak komunikator sehingga

pesan-pesan yang disampaikan tersebut terjadilah perubahan sikap

dan tingkah laku yang diharapkan.81

2. Perbedaan Komunikasi dan Dakwah

Komunikasi dan dakwah selain memiliki persamaan juga terdapat

perbedaan. Perbedaan itu terletak pada penekanannya yaitu di mana

komunikasi bermuatan pesan umum, sedangkan dakwah berkonotasi

pesan khusus ajaran agama Islam. 82 Dari segi tujuan, ciri khas yang

membedakannya adalah terletak pada pendekatannya yang dilakukan

secara persuasive, dan juga tujuannya yaitu mengarapkan terjadinya

perubahan / pembentukan sikap dan tingkah laku sesuai dengan ajaran-

ajaran agama Islam.

Perbedaan lain dari segi komunikator, dalam komunikasi

komunikatornya semua orang, sedangkan dakwah komunikatornya

adalah mereka yang mempunyai profesi ataupun memang sengaja

mengkonsentrasikan dirinya dalam tugas menyampaikan ajaran Islam.

Dari segi pesan, komunikasi adalah gagasan, pendapat, fakta dan

sebagainya yang sudah dirumuskan dalam bentuk pesan. Karena dakwah

merupakan aktifitas lanjutan daripada tugas rasul maka materi yang akan

disampaikan dalam kegiatan dakwah adalah semua ajaran yang dibawa

Rasulullah SAW yang datangnya dari Allah SWT untuk seluruh umat

78 Ibid., hlm. 5 79 Tujuan komunikasi yaitu ; Mengubah sikap, mengubah opini atau/pendapat/pandangan,

mengubah perilaku dan mengubah masyarakat (lihat Onong Uchyana Effendi, M.A, Ilmu Teori dan Filsafat..... Op. cit.,, hlm :55)

80 Tujuan Dakwah adalah untuk memberikan pemahaman tentang Islam dan mengadakan perubahan perilaku masyarakat sasaran dakwah itu. (Lihat Toto Tasmara, op. cit., hlm. 7)

81 Toto Tasmara, op. cit., hlm. 39 82 Bahri Ghozali, op. cit., hlm. 6

Page 18: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

31

manusia. Dalam cara menyampaikan, perbedaannya terletak pada

kesesuaiannya terhadap norma-norma dan ajaran yang ada dalam

masyarakat, dalam dakwah terikat dengan ajaran yang terkandung dalam

al-Qur’an dan hadist.83

3. Bentuk-bentuk Komunikasi dakwah

Komunikasi dakwah merupakan proses penyampaian pesan ajaran

agama Islam kepada masyarakat agar masyarakat tersebut memiliki

pemahaman dan perilaku Islam.84 Komunikasi yang berimplikasi dakwah

mengandung perhatian bahwa dalam kegiatan komunikasi yang beraneka

ragam terefleksikan adanya bentuk dakwah yang komunikatif.

Ada beberapa bentuk komunikasi dakwah diantaranya sebagai

berikut :

a) Komunikasi Personal

Komunikasi personal adalah komunikasi seputar diri seseorang

baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun komunikan.85

Dalam komunikasi ini baik dokter dan paramedis maupun pasien

mempunyai kesempatan untuk memperdalam masalah, karena

masing-masing bisa mengajukan pendapat dan pandangannya.

b) Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang

dengan sejumlah orang yang berkumpul secara bersama–sama dalam

bentuk kelompok. Kelompok ini bisa kecil bisa juga besar.86

c) Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi media massa modern,

meliputi, surat kabar, siaran radio dan televisi yang ditujukan oleh

umum.87

83 Toto Tasmara, op. cit., hlm. 44. 84 Ibid., 85 Onong Uchyana, Ilmu dan Teori………., hlm. 57. 86 Onong Uchyana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, Alumni, Bandung, 1986,

hlm. 65 87 Ibid., hlm. 79

Page 19: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

32

Dalam kegiatan dakwah keberadaan radio sangat penting

dalam penyampian materi dakwah dalam bentuk pidato dan ceramah.

Pesawat radio dapat menjangkau mad’u-nya dalam jarak jauh dan

meluas. Kelebihan dakwah melalui radio terletak pada aktivitas dan

efesiensi berdakwah.88

Sedangkan dakwah melalui televisi dapat diramu dengan

segala bentuk acara baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya

dengan model penerapan/mimbar agama atau sinetron atau peristiwa

keagamaan yang mengandung nilai-nilai dakwah.89

C. Hubungan Dokter dan Paramedis Dengan Pasien

1. Peran Dokter Dan Paramedis Dalam Proses Penyembuhan

Dalam melakukan perannya sebagai seorang yang memiliki

kompetensi untuk mengobati orang yang sakit, dokter dan paramedis

melaksanakan beberapa fungsi utama yaitu sebagai berikut : Menerapkan

peraturan umum atau khusus yang harus ditaati oleh pasien.

- Membina interaksi dengan pasien secara luas dan membaur, atau

terbatas pada fungsinya sebagai dokter dan paramedis.

- Melibatkan emosi / perasaannya atau bersikap netral dalam

hubungannya dengan pasien. Mengutamakan kepentingan diri sendiri

atau kepentingan bersama.

- Memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya. 90

Dengan dimilikinya pengetahuan dan ketrampilan khusus dalam

penyembuhan penyakit, seorang dokter dan paramedis mendapat

kepercayaan dari pasien untuk melakukan tindakan yang dalam situasi

biasa tidak dapat diterima oleh norma sosial, misalnya memeriksa bagian

tubuh yang yang paling pribadi.

Meskipun dokter dan paramedis menganggap dirinya serba tahu,

kebanyakan pasien , apalagi yang sangat percaya kepada keahliannya,

88 Bahri Ghozali, op. cit., hlm. 37 89 Ibid., hlm. 40 90 Solita Sarwono, Op. cit. hlm : 42

Page 20: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

33

menganggap dokter dan paramedisnya sebagai orang yang tahu tentang

semuanya dan menyembuhkan segala penyakitnya. 91

Dalam kenyataan di lapangan tugas seorang dokter dan paramedis

kadang-kadang memaksa mereka untuk memperlakukan pasiennya secara

berbeda, tergantung dari tingkat sosial si pasien.92 Misalnya, seorang

dokter mendatangi dan mengobati raja atau menteri yang sedang sakit di

istana/ kediamannya, sedangkan rakyat kecil diminta datang ke rumah

sakit dan mereka harus sabar menunggu gilirannya untuk diperiksa/diobati.

Ini menunjukkan bahwa dokter tidak lagi bersikap netral melainkan

menggunakan afeksinya. Sukses dokter dalam menangani keluhan

pasiennya tidak saja terletak pada hasil pendidikan dan kemahirannya

dalam bidang kedokteran, melainkan ditentukan oleh unsur-unsur pribadi

dokter itu sendiri dan harapan/pandangan pasien atau masyarakat yang

dilayaninya.93

Hubungan antara dokter dan paramedis dengan pasien dapat

dikategorikan menurut intensitas harmoni atau adanya konflik antara

kedua pihak. Menurut Persons yang dikutip oleh Solita Sarwono dalam

buku Sosiologi Kesehatan, meskipun keduanya mempunyai tujuan yang

sama , yaitu kesembuhan si pasien, hubungan antara dokter dan paramedis

dengan pasien bersifat asimetris.94

Dalam hal ini, dokter dan paramedis mempunyai kedudukan yang

lebih kuat/tinggi karena pengetahuannya di bidang medis, sedangkan si

pasien biasanya awam dalam bidang itu serta sangat membutuhkan

pertolongan dokter dan paramedisnya.

Pada dasarnnya ada tiga pola dasar hubungan dokter dan paramedis

dengan pasien yaitu :

a) Pola dasar hubungan aktif – pasif

91 Ibid, hlm : 43 92 Ibid, hlm : 44 93 Ibid, hlm : 45 94 Ibid, hlm : 46

Page 21: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

34

Secara historis hubungan ini paling dikenal dan merupakan pola

klasik sejak profesi kedokteran mulai mengenal kode etik yaitu sejak

zaman Hipokrates, 25 abad yang lalu.95 Hubungan aktif – pasif terjadi

bilamana pasien berada dalam kondisi yang bereaksi atau turut berperan

serta dalam relasi itu. Dalam hal ini pasien benar-benar merupakan

obyek yang hanya menerima apa saja yang diberikan kepadanya.96

Secara sosial hubungan ini bukanlah hubungan yang sempurna,

karena hubungan satu arah yaitu dari dokter kepada pasien, sehingga

pihak yang lain itu tidak dapat melakukan fungsi dan peran yang aktif.

Dalam keadaan tertentu memang pasien tidak dapat berbuat sesuatu,

hanya berlaku sebagai resipien atau penerima belaka, seperti pada

waktu pasien diberi anestesi atau narkose ketika pasien dalam keadaan

tidak sadar atau koma dan pada waktu pasien diberi pertolongan darurat

setelah kecelakaan.

Dari contoh di atas pasien sekedar menjadi penerima pelayanan,

tidak dapat memberikan respon dan tidak dapat menyampaikan suatu

pesan. Hubungan aktif–pasif ini dapat kita lihat pada hubungan orang

tua dengan anaknya yang masih kecil yang hanya menerima semua hal

yang dilakukan orang tua terhadapnya. Anak tidak dapat memberikan

respon atau peran aktif sehingga seluruh interaksi hanya tergantung

kepada orang tua.

b) Pola dasar hubungan membimbing – kerja sama.

Pola dasar ini ditemukan pada sebagian besar hubungan pasien

dengan dokter dan paramedis, yakni bila keadaan penyakit pasien tidak

terlalu berat, misalnya penyakit infeksi dan berbagai penyakit akut

lainnya.97 Dalam hal ini, walaupun pasien sakit, ia tetap sadar dan tetap

memiliki perasaan dan kemauan sendiri.

95 Benyamin Lumentu, Pasien (Citra, Peran dan Perilaku, Tinjauan Fenomena sosial),

Kanisius, Yogyakarta,1989, hlm 46. 96 Solita Sarwono, Op. cit. hlm : 46. 97 Benyamin, Op. cit. hlm : 73.

Page 22: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

35

Hubungan tersebut serupa dengan hubungan orang tua dengan

remaja. Orang tua memberi nasehat dan membimbing, sedangkan anak

yang sudah remaja itu akan bekerja sama dengan mengikuti nasehat dan

bimbingan orang tuanya. Hubungan membimbing - kerja sama ini sama

pula dengan hubungan pimpinan perusahaan dengan pegawai. Yang

satu memberikan bimbingan, yang lain bekerja sama sebagai suatu

respon aktif. Yang membedakan kedua pihak dalam hubungan ini ialah

adanya kekuasaan yang dimiliki pihak yang satu (pengetahuan

kedokteran, kepemimpinan) dan kemampuan atau kemauan yang

dimiliki pihak lain untuk menuruti (nasehat, bimbingan).98

c) Pola dasar hubungan saling berperan serta.

Secara filosofis pola ini berdasarkan pada pendapat bahwa semua

manusia memiliki hak dan martabat yang sama. Hubungan ini lebih

berdasar pada struktur sosial yang demokratis dan yang merupakan

perjuangan hidup bagi sebagian besar umat manusia sepanjang masa.99

Pola hubungan ini terjadi antar dokter dan paramedis dengan

pasien yang ingin memelihara kesehatannya, yakni pada waktu

pemeriksaan medis (medical check up) misalnya, atau dengan pasien

berpenyakit menahun (kronis) seperti penyakit gula, jantung koroner,

dan sebagainya. Dalam hubungan semacam ini, pasien dapat

menceritakan pengalamannya sendiri berkaitan dengan penyakitnya dan

pengobatan yang tepat.100

Dalam ketiga jenis ini, perilaku dokter dan paramedis dapat

sangat berlainan, dan akibatnya kesembuhan pasien dapat dinilai baik

dan kurang baik. Ini semua tergantung pada sikap dokter dan paramedis

terhadap pasien.

2. Hubungan Dokter dan Paramedis Dengan Pasien Sebagai Bentuk

Komunikasi Antar Pribadi

98 Ibid, hlm : 74. 99 Ibid, hlm : 74 100 Ibid, hlm : 75.

Page 23: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

36

Pada hakekatnya hubungan antara dokter dan paramedis tidak dapat

terjadi tanpa melalui komunikasi termasuk juga hubungan dokter dan

paramedis dengan pasien dalam pelayanan medis. Komunikasi merupakan

proses timbal balik yang berkesinambungan yang menyangkut dua

pihak.101 Pihak-pihak yang bersangkutan secara bergantian berperan

menjadi pemberi informasi (pembicara) dan penerima informasi

(penerima).

Secara umum dikatakan bahwa dalam berkomunikasi orang berusaha

menyampaikan pandangan, perasaan dan harapannya kepada orang lain.

Komunikasi ini dapat terjadi antara dua individu, antar kelompok atau

antara individu dan kelompok. Hal-hal seperti ini dapat menimbulkan

kerancuan dalam proses komunikasi sehingga pesan yang ingin

disampaikan oleh kedua belah pihak tidak dapat mencapai sasaran seperti

yang diharapkan.

Menurut Persons yang dikutip oleh Solita Sarwono dalam buku

Sosiologi Kesehatan, bahwa antara dokter dan paramedis dengan pasien

sukar terjalin komunikasi sebab biasanya pasien berada dalam situasi

emosional : sakit, bingung, takut, depresif atau bahkan pasien itu sudah

tidak dapat berkomunikasi lagi karena sudah dalam keadaan tidak sadar.102

Dalam uraian ini jelas terlihat bahwa hubungan dokter dan

paramedis dengan pasien dapat berbeda-beda sifatnya dan untuk setiap

model diperlukan tehnik komunikasi yang berbeda pula. Jika dokter dan

paramedis tidak memperhitungkan hal ini, maka komunikasi dengan

pasien tentu tidak efektif dan tidak optimal.

Hal-hal yang dapat menghambat komunikasi antara dokter dan

paramedis dengan pasien ialah :

a) Penggunaan simbol (istilah-istilah medis atau ilmiah yang diartikan

secara berbeda atau sama sekali tidak dimengerti oleh pasien).

101 Veranica Komalawati, Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Terapeutik

(Persetujuan dalam Hubungan Dokter dan Pasien) Suatu tinjauan Yuridis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm : 47

102 Ibid, hlm : 46

Page 24: BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian

37

b) Pseudo-komunikasi (tetap berkomunikasi dengan lancar padahal

sebenarnya pasien tidak sepenuhnya mengerti atau mempunyai

persepsi yang berbeda tentang apa yang dibicarakan).103

Seperti halnya dokter, petugas kesehatan juga mempunyai karakter

yang dapat menghambat komunikasinya dengan masyarakat (pasien),

antara lain perbedaan status sosial, harapan masyarakat terhadap

kemampuan petugas serta kecenderungan sikap otoriter, terutama dalam

rangka mengatasi penyebaran penyakit akut. Selain itu, di Indonesia sering

kali petugas kesehatan ditempatkan di daerah yang keadaan sosial,

budayanya, tidak sama dengan latar belakang sosial budaya petugas

kesehatan itu. Dengan demikian kesulitan berkomunikasi bertambah,

sebab petugas tidak menguasai bahasa setempat dan tidak mengenal

budaya disana. 104 Untuk itu diperlukan kemauan untuk mempelajari

bahasa dan budaya setempat, agar petugas tidak dianggap orang asing oleh

penduduk asli dan supaya komunikasinya dengan masyarakat (pasien)

dapat menjadi lebih lancar.

103 Ibid, hlm : 48 104 Ibid, hlm : 53