bab ii gambaran umum dki jakarta

46
 DRAFT LAPORAN AKHIR PE NYUS UNAN RE NCANA PE MBANGUNAN J ANGKA ME NENGAH (RP JM) DKI JAKAR TA  Bap e da D KI J ak ar ta 7 2.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 o 12’ Lintang Selatan dan 106 o 48’ Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 1227 tahun 1989, berupa daratan seluas 661,52 Km 2 , dan lautan seluas 6.977,5 Km 2 . Terdapat sekitar 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan sekitar 27 buah sungai, saluran dan kanal yang dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber air bersih, usaha perikanan dan usaha-usaha l ainnya. Di sebelah Utara Jakarta, membentang pantai dari Barat sampai ke Timur sepanjang 35 Km 2 , yang menjadi tempat bermuaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Barat (Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi), sebelah Barat dengan Provinsi Banten (Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang), serta di sebelah Utara dengan Laut Jawa. Wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima kota administrasi dan satu kabupaten administrasi, dengan luas wilayah masing- masing; Jakarta Selatan 145,73 Km 2 , Jakarta Timur 187,73 Km 2 , Jakarta Pusat 47 Km 2 , Jakarta Barat 126,15 Km 2 , Jakarta Utara 142,20 Km 2 dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu 11,81 KM 2 (luas daratan). Disebelah Selatan dan Timur Jakarta sebagai d aerah resapan air, terdapat sejumlah rawa/situ dengan total luas mencapai 100,52 Ha. Mengenai topografi, hidrologi dan klimatologi Kota Jakarta diuraikan sebagai berikut. Pada umumnya, kota-kota di seluruh Indonesia termasuk Jakarta, terdapat dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Upload: ruli-hasler

Post on 21-Jul-2015

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH2.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6o 12 Lintang Selatan dan 106o48 Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 1227 tahun 1989, berupa daratan seluas 661,52 Km 2, dan lautan seluas 6.977,5 Km 2. Terdapat sekitar 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan sekitar 27 buah sungai, saluran dan kanal yang dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber air bersih, usaha perikanan dan usaha-usaha lainnya. Di sebelah Utara Jakarta, membentang pantai dari Barat sampai ke Timur sepanjang 35 Km 2, yang menjadi tempat bermuaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Barat (Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi), sebelah Barat dengan Provinsi Banten (Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang), serta di sebelah Utara dengan Laut Jawa. Wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima kota administrasi dan satu kabupaten administrasi, dengan luas wilayah masingmasing; Jakarta Selatan 145,73 Km2, Jakarta Timur 187,73 Km2, Jakarta Pusat 47 Km 2, Jakarta Barat 126,15 Km 2, Jakarta Utara 142,20 Km2 dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu 11,81 KM2 (luas daratan). Disebelah Selatan dan Timur Jakarta sebagai daerah resapan air,

terdapat sejumlah rawa/situ dengan total luas mencapai 100,52 Ha. Mengenai topografi, hidrologi dan klimatologi Kota Jakarta diuraikan sebagai berikut. Pada umumnya, kota-kota di seluruh Indonesia termasuk Jakarta, terdapat dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Bapeda DKI Jakarta 7

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

Pada bulan Juni sampai dengan September, arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Pada bulan Desember sampai Maret, arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudra Pasifik, sehingga terjadi musim penghujan. Secara umum Jakarta beriklim panas, dengan rata-rata suhu masksimum udara 34,60oC pada siang hari dan suhu minimum udara berkisar 22,86oC pada malam hari. Stasiun Pengamat Halim Perdana Kusuma mencatat, sepanjang tahun suhu maksimum sekitar 35,40oC, kelembaban udara maksimum rata-rata 95,60 persen dan rata-rata minimum 51,60 persen, dengan rata-rata curah hujan sepanjang tahun 237,96 MM2. Mengenai kawasan hutan lindung seluas 453,24 Ha, terdiri atas Hutan Lindung Muara Angke seluas 44,76 Ha, Suaka Marga Satwa di Pulau

Rambut 45 Ha dan Muara Angke 25,20 Ha, Cagar Alam di Pulau Bokor 18,00 Ha, Kawasan Kebon Bibit seluas 98,02 Ha, Hutan Wisata Pantai Kapuk 99,32 Ha, dan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu 108,05 Ha serta Kebon Bibit Cibubur 14,40 Ha. Selain itu, Jakarta juga memiliki

kawasan hutan kota seluas 379,58 Ha yang tersebar di 33 lokasi di lima kotamadya.

2.2. Perekonomian Daerah 2.2.1. PDRB Jakarta memiliki unggulan potensi ekonomi berupa letaknya yang strategis dan menjadi potret mininya Indonesia. Di samping itu Jakarta juga memiliki sarana penunjang ekonomi yang memadai sehingga memungkinkan perekonomian Jakarta dapat bergerak optimal. Unggulan potensi ekonomi tersebut telah membuahkan selama lima tahun terakhir (2002-2007) telah memberi kontribusi terhadap PDB sebesar 16-17 persen. Angka

Bapeda DKI Jakarta

8

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

ini merupakan paling besar dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya. Dari sisi pertumbuhan, selama lima tahun terakhir

perekonomian Jakarta tumbuh rata-rata 6 persen. Namun meskipun angka ini dibawah angka pertumbuhan sebelum krisis, paling tidak memberikan sinyal untuk menuju kondisi lebih baik di masa mendatang. Bila di masa krisis pertumbuhan ekonomi Jakarta mengalami kontraksi minus 17,49 persen dan jauh lebih rendah dari pertumbuhan Nasional saat itu sebesar minus 13,13 persen, pada tahun 2002 pertumbuhan PDRB sudah mencapai 4,89 persen. Pertumbuan ini terus meningkat menjadi 6,01 persen tahun 2005 dan 5,90 persen di tahun 2006. Pertumbuhan tahun 2006 lebih lambat dibanding tahun 2005, karena dampak kenaikan BBM pada triwulan terakhir tahun 2005. PDRB (atas dasar harga berlaku) mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir, dari Rp.299,97 triliun pada tahun 2002 menjadi Rp.500,76 triliun pada tahun 2006. Sebagai tulang punggung perekonomian Jakarta, sektor jasa (tersier) memiliki peranan 70 persen yang dapat dilihat kontribusinya pada PDRB. Pembentuk sektor tersier meliputi sektor perdagangan sekitar 20 persen, sektor jasa keuangan, persewaan dan jasa perushaan 31 peresen, serta sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa lainnya. Angka tersebut memberikan gambaran struktur perekonomian Jakarta mengarah kepada struktur jasa (service city). Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, PDRB per kapita penduduk juga meningkat rata-rata 12,86 persen selama lima tahun terakhir, dari Rp.35,2 juta tahun 2002 menjadi Rp.57,3 tahun 2006, sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan tumbuh rata-rata 4,76 persen dari Rp.29,5 juta menjadi Rp.35,7 juta.

Bapeda DKI Jakarta

9

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

Perekonomian prestasi yang

Jakarta

tahun

2002-2006

menunjukkan memiliki

cukup

menggembirakan.

Jakarta

keunggulan potensi ekonomi berupa letaknya yang stratgeis dan menjadi potret mini Indonesia. Di samping itu Jakarta juga memiliki sarana penunjang ekonomi yang memadai seperti sarana transportasi, lembaga keuangan, infrasturktur energi dan sarana komunikasi. Unggulan potensi ekonomi tersebut telah

membuahkan perbaikan perokonomian DKI Jakarta. Dalam kurun 5 tahun terakhir telah memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 16-17 persen. Angka ini merupakan paling besar dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain. Oleh karena itu kondisi perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Jakarta. Pertumbuhan selama 5 tahun terakhir perekonomian Jakarta tumbuh rata-rata 6 persen. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada sebelum saat krisis moneter. Pada masa krisis moneter, pertumbuhan ekonomi Jakarta sempat mengalami kontraksi sebesar minus 17,49 persen dan jauh lebih rendah dari nasional yang sebesar minus 13,13 persen, maka pada tahun 2002 pertumbuhan ekonomi sudah menjadi 4,89 persen. Pertumbuhan ini meningkat terus menjadi 6,01 persen tahun 2005 dan sedikit mengalami perlambatan pada tahun 2006 menjadi 5,90 persen. Perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada tahun 2006 merupakan dampak dari kebijakan Pemerintah Pusat menaikkan BBM pada akhir tahun 2005. Kemampuan recovery perekonomian Jakarta dapat

memulihkan pertumbuhan ekonomi dari kontraksi minus 17 persen kembali positif dalam waktu empat tahun. Hal ini memberikan harapan untuk dapat mencapai kondisi

perekonomian yang lebih baik.

Bapeda DKI Jakarta

10

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

2.2.2. Inflasi Dalam kurun waktu 2002 sampai dengan Agustus 2007, inflasi DKI Jakarta menunjukkan perkembangan yang berfluktuatif. Pada tahun 2002 inflasi DKI Jakarta mencapai 9,08 persen yang kemudian turun cukup significant pada tahun 2003 menjadi 5,78 persen. Pada tahun berikutnya, 2004, inflasi DKI Jakarta kembali mengalami sedikit peningkatan menjadi sebesar 5,87 persen. Peningkatan yang sangat tinggi terjadi pada tahun 2005 dimana inflasi DKI Jakarta mencapai dua digit yaitu sebesar 16.06 persen, dan kembali turun menjadi 6,03 persen pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2007, sampai dengan bulan Agustus inflasi tahunan di DKI Jakarta mencapai 3,99 persen. Perkembangan inflasi DKI Jakarta yang cukup berfluktuatif, seperti halnya perkembangan inflasi nasional, banyak disebabkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah, terutama pemerintah pusat, dalam merespon tekanan-tekanan yang terjadi dalam perekonomian secara keseluruhan melalui kebijakan administered prices seperti harga BBM, nilai cukai rokok, tarif tol dan PAM, serta tarif angkutan dalam kota. Sebagai contoh, tingginya inflasi pada tahun 2005 lebih disebabkan kebijakan pemerintah pusat dalam menaikkan harga BBM dua kali dalam satu tahun yang merupakan respon atas melambungnya harga minyak dunia dan berlanjutnya kondisi moneter ketat di tingkat global. Pada tataran daerah, khususnya DKI Jakarta, respon atas kenaikan harga BBM ditunjukkan dengan naiknya tarif angkutan dalam kota setelah kenaikan harga BBM dalam rangka menyelamatkan public transportation di DKI Jakarta. Akan tetapi kenaikan harga BBM yang diikuti kenaikan tarif angkutan dalam kota, diimbangi dengan kebijakan Pemerintah Daerah DKI Jakarta dengan menjaga dan memperlancar jalur pasokan dan distribusi, khususnya untuk barang kebutuhan pokok. Sehingga secara keseluruhan inflasi

Bapeda DKI Jakarta

11

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

DKI Jakarta pada tahun 2005 masih di bawah tingkat inflasi nasional. Rendahnya inflasi tahun 2006 dibandingkan inflasi tahun 2005, terjadi karena tetapnya harga komoditas strategis,

penundaan tarif dasar listrik (TDL), dan karena keberhasilan menjaga stabilitas makro ekonomi, apresiasi nilai tukar, dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Pada tahun 2007 inflasi di DKI Jakarta menunjukkan trend penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal tersebut terlihat dari besarnya tingkat inflasi tahunan yang baru mencapai 3,99 persen sampai dengan bulan Agustus. Walaupun sempat terjadi gejolak harga komoditi strategis seperti beras, minyak goreng dan minyak tanah, sejauh ini inflasi di DKI Jakarta cukup terkendali dan diharapkan inflasi tahun 2007 untuk DKI Jakarta tidak melebihi 6 persen. Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluaran, terlihat bahwa komoditi-komoditi strategis, seperti BBM dan beras, berperan sangat dominan dalam menentukan tingkat inflasi pada masing-masing kelompok. Dampak langsung kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005 mendorong inflasi yang tinggi untuk kelompok transpor dan komunikasi pada tahun 2005 yang mencapai 40,13 persen. Sedangkan untuk kelompok-kelompok lain walaupun mengalami kenaikan, tetapi kenaikannya tidak setinggi kelompok transpor dan komunikasi. Sedangkan terkendalinya pasokan dan distribusi yang menjamin ketersediaan barang kebutuhan pokok yang tergabung dalam kelompok bahan makanan (volatile food) selama kurun waktu enam tahun terakhir telah berhasil mengurangi tekanan harga pada kelompok bahan makanan. Hal tersebut terlihat dari fluktuasi inflasi tahunan kelompok bahan makanan yang berkisar antara 4,86 persen sampai dengan 15,35 persen, bahkan kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,40 persen pada tahun

Bapeda DKI Jakarta

12

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

2003. Lebih jauh, terkendalinya pasokan dan distribusi kebutuhan pokok tercermin pada perkembangan inflasi sub kelompok padipadian, umbi-umbian, dan hasil-hasilnya, dimana komoditi beras tercakup didalamnya, serta sub kelompok sayur-sayuran.

Walaupun pada beberapa bulan terutama pada awal tahun 2002 dan 2006 mengalami kenaikan yang cukup significant terkait dengan penurunan supply yang disebabkan menurunnya hasil produksi di daerah-daerah produsen, sub kelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasil-hasilnya serta sub kelompok sayursayuran secara umum menunjukkan perkembangan yang cukup stabil. 2.2.3. Investasi Sejalan dengan stabilitas moneter yang membaik, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dunia usaha pun

menunjukkan kondisi yang membaik pula. Hal ini ditandai dari minat investasi dalam maupun luar negeri yang disetujui pemerintah meningkat. Dari sisi jumlah, proyek PMA mengalami peningkatan yang menggembirakan yakni pada tahun 2002 jumlah proyek pemodal asing yang disetujui sebanyak 561 proyek dan pada tahun 2006 mencapai 801 proyek. Investasi yang ditanamkan oleh pemodal asing di DKI Jakarta mengalami kinerja terbaik pada tahun 2003 dengan nilai investasi sebesar 5.395.705 ribu US dolar. Sementara kinerja terbaik investasi dalam negeri terjadi pada tahun 2004 yakni sebesar Rp 4,17 triliun. 2.2.4. Pariwisata Disamping investasi, kepercayaan masyarakat juga

tergambar dari kunjungan wisata baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan

nusantara ke Jakarta dalam kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat. Pada tahun Bapeda DKI Jakarta 13

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

2002, jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke Jakarta mencapai 9.108.728 kunjungan dengan jumlah pengeluaran sebesar Rp 0,35 trilyun, dan pada tahun 2006 jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Jakarta mencapai 12.777.571 kunjungan, atau naik sebesar 40,55 persen, dengan jumlah pengeluaran mencapai Rp 6,34 trilyun. Peningkatan ini tentunya tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi industri DKI Jakarta dalam melalui

menyokong

pengembangan

kepariwisataan

berbagai program seperti Enjoy Jakarta. Hal yang sama juga digambarkan dari kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke kota Jakarta melalui 3 pintu masuk (Soekarno-Hatta, Tanjung Priok, dan Halim Perdanakusumah) dari tahun 2002 hingga tahun 2006 terus meningkat. Pada tahun 2002 jumlah wisman yang berkunjung ke Jakarta mencapai 1.156.050 kunjungan meningkat menjadi 1.216.132 kunjungan pada tahun 2006 dengan

pendapatan devisa sebesar 1,33 miliar US dollar. Isu flu burung di Asia dan gangguan keamanan

berdampak pada menurunya jumlah kunjungan wisman ke Jakarta. Untuk menepis isu-isu tersebut upaya yang telah dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta adalah sosialisasi dan informasi tentang flu burung. Selain itu melaksanakan dengan

peningkatan penanganan

keamanan dan ketertiban

mengoptimalkan segenap jajaran perangkat keamanan. 2.2.2. Pertanian Kontribusi sektor pertanian terhadapat perekonomian Jakarta sangat kecil. Sektor ini tetap dipertahankan dengan tujuan meningkatkan produk pertanian dan dalam rangka menjaga keseimbangan lingkungan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya mendorong dan mengembangkan sektor pertanian sejalan dengan upaya menumbuhkembangkan

Bapeda DKI Jakarta

14

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

kemandirian masyarakat dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan. 2.2.3. Industri Kontribusi sektor industri menunjukkan kecenderungan meningkat. Untuk kategori besar/sedang, pada tahun 2002 jumlah industri pengolahan sebanyak 1.975 perusahaan dan pada tahun 2006 mencapai 2.015 perusahaan. Hasil Sensus Ekonomi tahun 2006 menunjukkan kenaikan jumlah yang signifikan terjadi pada industri pakaian jadi dan industri konveksi, terutama yang termasuk dalam kategori industi sedang. Sedangkan kategori industri kecil dan rumah tangga lebih berfluktuasi. Mengingat kondisi lahan yang semakin terbatas maka pengembangan industri sangat selektif. Industri-industri yang dikembangkan di DKI Jakarta yaitu industri yang padat teknologi, padat modal, hemat lahan, ramah lingkungan (konsumsi air sedikit, limbah yang dihasilkan sedikit dan tingkat pencemaran rendah). 2.2.4. Perdagangan Ekspor dan impor merupakan bagian dari kegiatan

perdagangan yang menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi di DKI Jakarta. Pada pembentukan PDRB tahun 2005, sub sektor Perdagangan memberikan kontribusi sebesar 20 persen. Sektor ini juga merupakan penyerap tenaga kerja yang banyak, yaitu sebesar 39,02 persen. Selama kurun waktu tahun 2002-2006 ekspor melalui pelabuhan muat DKI Jakarta

mengalami peningkatan nilai. Nilai ekspor 19.959,59 juta US $ pada tahun 2002 meningkat menjadi 29.809,52 juta US $ pada tahun 2006, atau mengalami kenaikan 49,35 persen. Pada tahun 2006, kelompok komoditi pakaian mendominasi nilai ekspor melalui pelabuhan muat DKI Jakarta, yang terdiri dari Pelabuhan Tanjung Priok, Bandara Soekarno-Hatta, Kantor Pos Pasar Baru, Bapeda DKI Jakarta 15

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

Pasar Ikan, serta Bandara Halim Perdana Kusuma. Kemudian disusul benang tenun, kain tekstil dan hasil-hasilnya alat telekomunikasi mesin listrik, aparat dan alat-alatnya dan mesin kantor dan pengolah data. Nilai ekspor melalui pelabuhan muat DKI Jakarta menuju Kawasan Asia berkembang sekitar 50 persen selama tahun 2002 hingga 2006, yang merupakan ratarata dari perkembangan ekspor menuju ASEAN sebesar 58 persen dan ke negara-negara lainnya di Asia sebesar 46 persen. Kawasan negara tujuan Asia memberikan sumbangan terbesar bagi pemasukan devisa negara. Devisa yang diraup dari kawasan ini pada tahun 2002 sebesar 9.400,92 juta US$ dan meningkat menjadi 14.081,04 juta US$ Pada tahun 2005, bahkan pada tahun 2006 mencapai 15.677,16 juta US$. Kawasan terbesar lainnya adalah Amerika, disusul Eropa, Australia, serta Afrika. Selama lima tahun terakhir, negara tujuan ekspor barang yang melalui DKI Jakarta yang paling dominan adalah Amerika Serikat, diikuti oleh dua negara Asia, yaitu Jepang dan Cina. Sementara negara tujuan ekspor komoditi di ASEAN terbesar adalah Singapura, diikuti Malaysia dan Thailand. Tingginya ekspor menuju Singapura dapat dipahami karena keberadaan Singapura sebagai kota transit perdagangan. Berbagai komoditi yang dikirim ke Singapura, sebagian besar akan diekspor kembali ke negara lain. Ekspor produk DKI Jakarta adalah kegiatan ekspor terhadap barang-barang melalui pelabuhan muat DKI Jakarta danbarang tersebut diproduksi oleh unit-unit usaha yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta. Nilai ekspor melalui pelabuhan muat DKI Jakarta jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor produk DKI Jakarta. Pada tahun 2006 saat nilai ekspor melalui pelabuhan muat DKI Jakarta sebesar 29.809,52 juta US $, nilai ekspor

Bapeda DKI Jakarta

16

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

produk DKI Jakarta hanya sebesar 6.988,68 juta US $. Berarti di antara ekspor melalui DKI Jakarta hanya sekitar 23,44 persen yang merupakan produk lokal. Hal ini sangat dipahami karena pelabuhan muat Jakarta merupakan salah satu pintu gerbang negara sehingga provinsi lain seperti Lampung, Banten, dan Jawa Barat akan memanfaatkan pelabuhan muat Jakarta untuk mengirimkan produk daerah ke luar negeri. Setelah pemberlakuan AFTA pada awal 2003, peran negara-negara ASEAN sebagai negara tujuan ekspor produk DKI Jakarta semakin penting. Pada tahun 2002, nilai ekspor sebesar 1.007,44 juta US$ meningkat menjadi 1.973,80 juta US$ pada tahun 2006. Nilai ini hampir setara dengan nilai ekspor produk DKI Jakarta ke negara-negara Asia yang tidak tergabung dalam ASEAN. Kelompok komoditi yang memberikan devisa terbesar selama kurun waktu dari 2002 sampai 2005 adalah komoditi pakaian. Tahun 2002 bernilai 1.704,78 juta US$ turun sampai 1.559,89 juta US$ pada tahun 2004. dan meningkat kembali pada tahun 2005 menjadi 1.734,72 juta US$, namun pada tahun 2006 kembali turun menjadi 1.645,51 juta US$. Komoditi kedua terbanyak penyumbang devisa adalah kelompok komoditi Minyak bumi dan hasil-hasilnya. Disusul Kendaraan bermotor untuk jalan raya Emas bukan untuk moneter Mesin listrik, aparat dan alatalatnya. Nilai impor melalui Pelabuhan Bongkar di Jakarta dalam kurun waktu 2002 sampai 2006 mengalami kenaikan, bila pada tahun 2002 nilainya sekitar 16.189,26 juta US$, maka tahun 2006 telah melonjak naik mencapai 27.134,81 juta US$ atau meningkat 67,61 persen. Impor bahan baku dan penolong tercatat sejak tahun 2002 sampai 2006 meningkat dari 11.898,59 juta US$ menjadi 18.285,09,96 juta US$ atau sekitar 53,67 persen. Peningkatan

Bapeda DKI Jakarta

17

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

yang lebih tinggi terjadi pada impor barang modal, yakni dari sebesar 2.872,46 juta US$ pada tahun 2002 menjadi 6.246,60 juta US$ pada tahun 2006 atau naik sekitar 117,47 persen. Diharapkan peningkatan impor kedua kelompok barang ini menjadi penggerak peningkatan devisa negara apabila hasil akhir proses produksi barang-barang ini menjadi komoditi ekspor. Fasilitas perdagangan di Jakarta sangat beragam

sehinggatersedia berbagai alternatif pilihan bagi masyarakat. Pedagang dan pembeli diberi keleluasaan memilih cara dan tempat transaksi yang dikehendaki. Pasar tradisional terdiri atas pasar regional, pasar kota, pasar wilayah, pasar lingkungan, pasar induk dan jenis lainnya. Dengan fasilitas yang terbatas, pasar tradisional menawarkan harga yang relatif murah. Secara bertahap pasar tradisional di DKI Jakarta diperbaiki sehingga fasilitas dan kenyamanan dapat lebih ditingkatkan. Sebagaimana yang dilakukan terhadap Pasar Tanah Abang, saat ini, telah mempunyai bangunan gedung yang sangat representatif. Hal ini dilatarbelakangi oleh fungsi Pasar Tanah Abang sebagai pusat grosir garmen terbesar di Asia Tenggara. Penataan kembali Pasar Tanah Abang, terutama dari tata letak bangunan, disesuaikan dengan perkembangan kota dan

kebutuhan masyarakat kota. Sarana perdagangan lain yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam berjual beli adalah pasar modern dengan fasilitas yang lebih nyaman dan aman. Jenis pasar modern antara lain swalayan, toko serba ada, hypermarket, mini market, grosir dan pusat perbelanjaan. Pemenuhan kebutuhan bahan pangan masyarakat di

DKIJakarta sangat tergantung dari pasokan provinsi lain. Untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan bahan pangan tersebut, pemerintah provinsi menyelenggarakan Pasar Lelang Forward Bahan Kebutuhan Pokok. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

Bapeda DKI Jakarta

18

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

memperpendek rantai distribusi bahan kebutuhan pokok yang mempertemukan secara langsung penjual dan pembeli. Kebijakan pemerintah provinsi yang memfasilitasi kerjasama antara

pedagang besar kebutuhan pokok dengan produsen mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kelancaran pasokan dan berdampak langsung terhadap terkendalinya inflasi Kota Jakarta. Meningkatnya jumlah peserta transaksi pasar lelang forward pada rentang waktu tahun 2004-2006 menunjukkan bahwa kegiatan ini makin dikenal dan diminati masyarakat sebagai alternatif

pemenuhan kebutuhan masyarakat. 2.2.5. Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Gelombang reformasi yang terjadi di Indonesia menuntut dilakukannya perubahan yang mendasar di segala bidang. Di bidang ekonomi, kebijakan pembangunan perekonomian lebih diorientasikan pada pemberdayaan ekonomi rakyat dengan memberi perhatian yang lebih besar pada upaya pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi. Azas dan prinsip dari badan usaha koperasi yang didasarkan atas kebersamaan dan kerjasama dalam bidang usaha menjadikan koperasi sebagai wadah yang paling tepat bagi masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, seperti: permodalan, pemasaran, dan produksi. Melalui koperasi, para pengusaha kecil dapat mengupayakan berbagai fasilitas pengembangan yang tersedia, baik pemasaran, permodalan, teknologi, maupun bimbingan teknis. Kebijakan pemerintah provinsi sangat mendorong

tumbuhnya koperasi serba usaha yang secara nyata dibutuhkan masyarakat dengan memperluas jaringan sehingga mampu mengisi mata rantai kegiatan ekonomi yang dijalankan

masyarakat. Strategi pembinaan yang dijalankan pemerintah provinsi melalui: (1) peningkatan profesionalisme SDM yang mempunyai jiwa kewirausahaan, ketrampilan manajemen usaha dan permodalan (2) perluasan akses pasar dan kualitas produk Bapeda DKI Jakarta 19

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

usaha dengan melakukan kemitraan dengan pengusaha besar, dan (3) pengembangan usaha koperasi melalui lembaga

keuangan mikro. Koperasi di DKI Jakarta berkembang dengan baik karena campur tangan pemerintah. Besarnya perhatian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap pembinaan Koperasi dan UKM ditunjukkan dengan dibentuknya Dinas Koperasi dan UKM pada tingkat provinsi dan Suku Dinas Koperasi dan UKM di masingmasing kotamadya/kabupaten. Ini menjadi prestasi tersendiri, karena Provinsi DKI Jakarta menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki unit kerja yang secara khusus menangani koperasi dan UKM. Pada tahun 2006, koperasi di DKI Jakarta tercatat sebanyak 6.833 usaha dengan anggota perorangan mencapai jumlah 1.768.456 orang. Koperasi yang ada mampu menyerap karyawan sebanyak 23.654 orang. Dari seluruh koperasi yang ada, sebanyak 51,84 persen tercatat aktif sedangkan sisanya sebanyak 48,16 persen tidak aktif. Untuk mendukung operasional dan pengembangan usaha, asset yang dimiliki berjumlah Rp 1.053.875 juta, terdiri dari modal pinjaman sebesar Rp 490.990 juta dan modal milik koperasi sebesar Rp 562.885 juta. Dengan volume usaha sebesar Rp 5.880.668 juta, maka SHU pada tahun 2006 mencapai Rp 192.556 juta. Secara perorangan peranan anggota dalam mengembangkan koperasi masih terbatas. Misalnya dalam permodalan, dengan membandingkan antara jumlah modal sendiri dengan jumlah anggota perorangan, maka setiap anggota memiliki modal ratarata sekitar Rp 318.000,. Sedangkan berdasarkan volume usaha, setiap koperasi mempunyai volume usaha rata-rata sekitar Rp 860 juta (tahun 2006). Perkembangan jumlah koperasi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup berarti.

Bapeda DKI Jakarta

20

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

Secara rata-rata perkembangan jumlah koperasi sejak tahun 2002-2006 naik sekitar 1,7 persen. SHU Sejalan pada dengan 2006

perkembangan

jumlah

koperasi,

tahun

mengalami peningkatan yang cukup berarti yaitu 2 persen dibandingkan tahun 2005. Kebijakan tentang koperasi tidak hanya diarahkan untuk memberikan rangsangan terhadap tumbuhnya koperasi baru, melainkan juga untuk memberdayakan koperasi dalam meningkatkan peranannya dalam perekonomian, melalui pembinaan yang intensif. Jika pembinaan yang intensif dan rangsangan untuk tumbuhnya koperasi baru dapat berjalan dengan sinergi maka akan dapat menciptakan koperasi-koperasi yang memiliki daya tahan yang kuat. Lapangan kerja formal yang tersedia di DKI Jakarta tidak sepenuhnya dapat menampung jumlah tenaga kerja yang ada. Tenaga kerja yang belum tertampung, secara mandiri membentuk perusahaan skala mikro dan kecil yang turut mendorong munculnya wiraswasta baru. Sebagai kota jasa, Jakarta

membutuhkan sumber daya manusia yang berprakarsa tinggi, berkepemimpinan, mampu berorganisasi dan mengelola

perusahaan. Karena itu keberadaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) yang ada merupakan investasi jangka panjang bagi pemerintah. Hasil Sensus Ekonomi Tahun 2006 di DKI Jakarta mencatat ada sebanyak 1.133.428 UMKM. Sebagian besar UMKM berlokasi di Jakarta Barat, yaitu sebanyak 278.076 usaha. Sementara paling sedikit di Jakarta Pusat berjumlah 173.204 usaha dan Kepulauan Seribu sebanyak 3.065 usaha. Pemerintah

memberikan perhatian yang serius kepada pelaku ekonomi kecil dan menengah agar kemampuannya dapat ditingkatkan. Untuk itu, Pemerintah Provinsi membangun pusat kegiatan UMKM di Kawasan Waduk Melati Jakarta Pusat. Gedung Jakarta UKM Center dimaksudkan sebagai pusat promosi atau pemasaran Bapeda DKI Jakarta 21

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

produk unggulan UMKM tidak hanya di tingkat Jakarta, namun sampai tingkat nasional, bahkan pemasaran global. Manajemen akan mempertemukan secara langsung pembeli dan pengusaha UMKM, selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh kedua belah pihak tanpa campur tangan Jakarta UKM Center lagi. Dari sisi skala usaha, usaha kaki lima termasuk di dalam kelompok UMKM. Namun karena besarnya populasi usaha dan beban yang ditimbulkan bagi Pemerintah Provinsi, secara khusus akan diuraikan tentang usaha ini. Pada tahun 2001, jumlah usaha kakilima mencapai 141.073 usaha dengan tenaga kerja sebanyak 193.314 orang. Pada tahun 2005, jumlah ini berkurang menjadi 92.751 usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 139.394 orang. Beberapa penyebab berkurangnya jumlah usaha kakilima pada tahun 2005 adalah dilakukannya penertiban secara besarbesaran terhadap usaha kakilima pada bulan Oktober 2005. Faktor lainnya adalah penutupan secara permanen beberapa lokasi usaha kakilima yang populasinya sangat besar, seperti: kawasan Monas, kawasan Gelora Senayan, kawasan Pasar Tanah Abang, Sogo Jongkok, lingkungan Departemen Pertanian, dan kawasan Glodok. Penutupan lokasi-lokasi tersebut dilakukan karena keberadaannya mengganggu lalu lintas, ketertiban dan merusak keindahan kota. Jika dicermati menurut lokasi berusaha, pedagang kakilima yang menempati lokasi usaha tidak resmi pada tahun 2001 sebesar 83,83 persen dan pada tahun 2005 turun menjadi 78,42 persen. Lokasi resmi adalah lokasi-lokasi yang diperbolehkan untuk digunakan oleh usaha kakilima berdasarkan Surat Keputusan Gubernur. Di luar lokasi yang telah di Sk-kan tersebut merupakan lokasi tidak resmi biasanya berada di trotoar dan badan jalan jalur hijau lahan parkir/halte

halamanterminal/stasiun dan lainnya.

Bapeda DKI Jakarta

22

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

Beban yang ditimbulkan oleh keberadaan usaha kakilima sangat besar karena menimbulkan gangguan kelancaran lalu lintas. Namun demikian, usaha kaki lima yang menempati trotoar dan badan jalan cenderung menurun yaitu dari sebesar 66,85 persen pada tahun 2001 menjadi 59,69 persen pada tahun 2005. Lokasi berusaha kakilima resmi dapat dibedakan menjadi empat jenis. Lokasi penampungan, lokasi sementara, lokasi terkendali, dan lokasi terjadwal. Lokasi penampungan atau lokasi binaan merupakan lahan milik Pemerintah Provinsi yang dipersiapkan untuk lokasi pedagang kakilima. Tahun 2002, jumlah lokasi penampungan sebanyak 18 lokasi dan meningkat menjadi 20 lokasi pada tahun 2007. Empat lokasi binaan di Palmerah Jakarta Barat, Makasar Jakarta Timur, serta Bintaro dan Muria Dalam di Jakarta Selatan sedang ditingkatkan menjadi pasar dengan fasilitas yang lebih representatif. Lokasi sementara dibentuk pada lokasi prasarana kota, fasilitas sosial atau fasilitas umum yang ditetapkan Pemerintah Provinsi sebagai lokasi usaha pedagang kakilima. Tahun 2004 tercatat 302 lokasi turun menjadi 266 lokasi pada tahun 2005. Diharapkan, jumlah lokasi sementara akan terus berkurang sampai tidak ada lagi pedagang kakilima yang ditampung di lokasi sementara. Lokasi terkendali merupakan tempat berkumpulnya pedagang kakilima pada areal milik perorangan atau badan. Sedangkan lokasi terjadwal merupakan tempat berkumpulnya pedagang kakilma pada event tertentu yang dijadwalkan, seperti berkumpulnya pedagang kakilima di lapangan ex-IRTI saat peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia.

Bapeda DKI Jakarta

23

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

2.3. Sosial Budaya Daerah 2.3.1. Pendidikan Kebijakan Pendidikan menyangkut tiga aspek penting yaitu Peningkatan mutu, pemerataan dan relevansi. Peningkatan mutu pendidikan terlihat dari kualitas input (sarana dan prasarana, tenaga kependidikan, serta sarana penunjang pendidikan lainnya), proses (kegiatan belajar

mengajar) dan output. Output pendidikan antara lain terlihat dari kualitas para lulusannya termasuk peningkatan tingkat jenjang pendidikan yang ditamatkan. Persentase penduduk yang tamat S1 ke atas, meningkat dari 6,68 persen pada tahun 2002 menjadi 7,58 persen pada tahun 2006. Sesuai dengan tuntutan perkembangan kualitas pendidikan di DKI Jakarta harus berstandar internasional maknanya adalah mutu pendidikan harus setara dengan mutu pendidikan di kotakota besar lainnya di dunia terutama di asia tenggara. Sekolah yang bertaraf internasional diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta. Berkenaan dengan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan DKI Jakarta cukup menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari angka partisipasi sekolah, tahun 2006 anak usia 7-12 tahun (SD) mencapai 98,46 persen. Pada kelompok usia 13-15 tahun (SLTP), 90,16 persen dan kelompok usia 16-18 tahun (SLTA) sebesar 60,26 persen. Untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pendidikan diperlukan anggaran yang memadai. Berdasarkan UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah dan Pemerintah Daerah diwajibkan

mengalokasikan anggaran pendidikan 20 persen dari total APBN/APBD. DKI Jakarta mulai tahun 2007 telah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 21,97 persen dari total APBD, Bapeda DKI Jakarta 24

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

melampaui angka yang diamanatkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Dengan anggaran sebesar 20 persen lebih pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah meningkatkan pelayanan pendidikan berupa pendidikan gratis, pemberian beasiswa, peningkatan kesejahteraan guru, pembangunan dan renovasi gedung sekolah, serta sarana penunjang pendidikan lainnya. 2.3.2. Kesehatan Untuk menggambarkan meningkatknya kondisi kesehatan suatu daerah dapat ditunjukan antara lain dengan Angka Harapan Hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB). Selama lima tahun terakhir angka harapan hidup warga DKI Jakarta meningkat dari 72,79 tahun 2002 menjadi 74,13 tahun 2006. Pada periode yang sama AKB di DKI Jakarta turun dari 19,00 kematian pada tahun 2002 menjadi 13,70 pada tahun 2006. Keberhasilan ini tidak terlepas dari kondisi gizi masyarakat DKI Jakarta yang makin membaik. Hal ini ditunjukan oleh menurunnya persentase balita yang bergizi buruk. Pada tahun 2002 presentase balita yang bergizi buruk mencapai 8,14 persen menurun menjadi 7,30 persen pada tahun 2005. Selain itu, pelayanan kesehatan selama lima tahun terakhir ini semakin meningkat yang dapat mendukung terciptanya kondisi kesehatan yang relatif lebih baik. Untuk Pemerintah meningkatkan Provinsi DKI derajat Jakarta kesehatan akan masyarakat,

melaksanakan:

peningkatan kesehatan perorangan dengan menambah jumlah dan meningkatkan mutu pelayanan puskesmas kelurahan pada kelurahan padat penduduk, pengembangan puskesmas

kecamatan dengan fasilitas tempat tidur rawat inap, peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dengan menempatkan tenaga kesehatan di kelurahan, penyediaan dana untuk pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, tidak mampu, korban wabah

Bapeda DKI Jakarta

25

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

dan korban bencana, implementasi program jaminan pelayanan kesehatan masyarakat (asuransi kesehatan sosial) peningkatan kapasitas aparat kesehatan dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan penyakit menular (DBD, HIV/AIDS, TBC, TST). 2.3.3. Ketenagakerjaan Jumlah angkatan kerja Provinsi DKI Jakarta terjadi

peningkatan sebesar 0,4 juta orang, dari sekitar 3,7 juta orang tahun 2002 menjadi 4,1 juta orang pada tahun 2006. Kenaikan angka tersebut memerlukan lapangan kerja diberbagai lapangan usaha. Dengan semakin meningkatnya gerak perekonomian DKI Jakarta sudah barang tentu akan berdampak pada peningkatan kesempatan kerja. Hal ini tercermin dari jumlah orang yang bekerja di DKI Jakarta. Proporsi tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan :

perdagangan 39,78 persen, jasa-jasa 23,63 persen, dan industri 15,72 persen. Proporsi ini setiap tahun tidak mengalami perubahan yang signifikan sehingga perkiraan kedepan lapangan pekerjaan masih didominasi oleh perdagangan, jasa-jasa dan industri. Partisipasi masyarakat ibukota dalam pasar kerja terlihat semakin meningkat. Hal ini tercermin dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), pada tahun 2002 TPAK sebesar 61,12 persen, dan pada tahun 2006 naik menjadi 62,72 persen. Berkaitan dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terjadi penurunan. Tahun 2002 mencapai 14,80 persen, turun menjadi 14,31 persen pada tahun 2006 dan 13,27 persen pada awal tahun 2007. Penurunan ini tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah ditempuh oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seperti peningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi pencari kerja di DKI Jakarta.

Bapeda DKI Jakarta

26

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pekerja di DKI Jakarta, Pemprov telah menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP). UMP dimaksudkan sebagai dasar untuk menetapkan standar upah bagi pekerja lajang, yang merupakan kesepakatan tripartit antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja. Penentuan UMP ini memperhitungkan kemampuan finansial maupun prospek usaha perusahaan-perusahaan terkait agar mampu

merealisasikan pembayaran UMP. Pada tahun 2003 UMP DKI Jakarta sebesar Rp. 631.554., dan tahun 2007 naik menjadi Rp. 900.560,. Ini berarti dalam lima tahun terakhir, UMP telah mengalami meningkatan sebesar 42,59 persen. 2.3.4. Kesejahteraan Sosial Masalah mendasar lainnya yang menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah mengentaskan

masyarakat dari kemiskinan. Angka kemiskinan di DKI Jakarta periode 2002-2004 mengalami penurunan dari 3,42 persen pada tahun 2002 menjadi 3,18 persen pada tahun 2004 dengan jumlah penduduk miskin berkurang dari 287 ribu jiwa menjadi 277 ribu jiwa. Penurunan angka kemiskinan ini karena Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menempatkan masalah kemiskinan menjadi prioritas utama untuk ditangani. Pada tahun 2006, angka kemiskinan sementara tercatat sebesar 4,57 persen dengan jumlah penduduk miskin sebesar 407 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan sebanyak 130 ribu jiwa dengan persentase pertumbuhan sebesar 1,39 persen selama 2 tahun terakhir. Peningkatan jumlah penduduk miskin disebabkan antara lain adanya kebijakan ekonomi makro pemerintah pusat. Kebijakan yang paling dirasakan pengaruhnya terhadap

Bapeda DKI Jakarta

27

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

peningkatan subsidi BBM.

jumlah penduduk miskin adalah pengurangan

Pengurangan subsidi BBM mengakibatkan naiknya harga BBM terlalu tinggi yang naik rata-rata sebesar 100 persen pada tahun 2005. Sehingga memicu terjadinya inflasi yang berdampak pada peningkatan harga-harga berbagai bahan kebutuhan pokok. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya kemampuan daya beli masyarakat khususnya masyarakat ekonomi lemah. Kenaikan harga BBM ini menyebabkan masyarakat miskin semakin terpuruk. Di samping itu, sebagian rumahtangga yang berada pada batas garis kemiskinan terseret masuk ke dalam jurang kemiskinan. Pemprov DKI Jakarta memberi perhatian yang sangat besar pada masyarakat miskin. Berbagai program pembangunan ditujukan untuk menurunkan jumlah dan persentase penduduk miskin di DKI Jakarta. Salah satu program yang digulirkan adalah Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK). PPMK merupakan dana bergulir tanpa bunga yang dipinjam oleh masyarakat di Kelurahan yang dapat dimanfaatkan anggota masyarakat untuk meningkatkan keampuan ekonomi masyarakat. 2.3.5. Olah Raga dan Pemuda DKI Jakarta sebagai barometer kegiatan olahraga nasional memiliki peran strategis dalam mendorong perkembangan olahraga nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kegiatan olahraga yang diselenggarakan di Jakarta selama periode tahun 2002-2006, baik yang berskala nasional maupun internasional. Kegiatan olahraga yang dilaksanakan antara lain, untuk kegiatan nasional (renang, atletik, volly ball, basket, bulu tangkis) sedangkan kegiatan berskala internasional antara lain, Enjoy Jakarta Internasional 10 K, Jakarta Asian Junior Golf, Sister City Basket Ball Tournament dan Enjoy Jakarta Indonesia Open.

Bapeda DKI Jakarta

28

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

Pada SEA Games XXIII di Manila pada tahun 2005, atletatlet asal DKI Jakarta memberikan sumbangan emas sebanyak 18 buah dari total 50 medali emas yang diperoleh kontingen Indonesia. Prestasi olahraga atlet DKI Jakarta di tingkat nasional patut dibanggakan. Hal ini terlihat dari hasil Pekan Olahraga Nasional XVI tahun 2004 di Palembang Sumatera Selatan. DKI Jakarta menjadi juara umum dari 30 Provinsi, dengan perolehan medali emas 143 buah, medali perak 113 buah, dan 113 buah perunggu. Perolehan medali emas DKI Jakarta hampir dua kali lebih banyak dari yang diperoleh Provinsi Jawa Timur, yang menempati posisi kedua. Prestasi olahraga di tingkat nasional lainnya, adalah pada Pekan Olahraga Mahasiswa (POMNAS) ke10 tahun 2005 di Kalimantan Selatan. Provinsi DKI Jakarta menjadi juara umum yang ke10 kalinya secara berturut-turut, dengan perolehan medali : 50 emas, 20 perak dan 33 perunggu. Prestasi olahraga pelajar asal DKI Jakarta tidak kalah menggembirakan pada Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) VIII tahun 2005 di Medan yang diikuti oleh 30 Provinsi. Kontingen pelajar Provinsi DKI Jakarta menempati urutan kedua dengan perolehan 44 medali emas, 26 medali perak dan 33 medali perunggu. Dalam mendukung pencapaian hasil yang optimal di bidang olahraga, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya meningkatkan tersedianya sarana dan prasarana olahraga yang berpedoman pada azas manfaat dan prioritas untuk warga DKI Jakarta. Sampai saat ini, seluruh Kotamadya di DKI Jakarta telah memiliki gelanggang olahraga yang dilengkapi sarana dan prasarana olahraga. Penyediaan fasilitas olahraga tidak hanya menjadi menjadi tugas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, masyarakat (swasta) turut berperanserta pula dalam penyediaannya. Terdapat 2.226

Bapeda DKI Jakarta

29

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

fasilitas olahraga untuk berbagai cabang di DKI Jakarta. Fasilitas tersebut diharapkan dapat mendorong masyarakat DKI Jakarta untuk giat berolahraga. Pemerintah DKI Jakarta berupaya agar di seluruh wilayah kecamatan memiliki gelanggang olahraga remaja. Dari 44 kecamatan sembilan kecamatan belum memiliki

gelanggang olahraga remaja, yaitu: Kecamatan Taman Sari, Tambora, Gambir, Menteng, Senen, Setiabudi, Penjaringan, Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Pembinaan generasi muda perlu dilakukan secara

berkesinambungan, sistimatis, terpadu dan konseptual guna mengembangkan potensinya sebagai upaya menciptakan

generasi mendatang yang mampu membangun hari depan Indonesia. Untuk itu selama periode tahun 2002-2006 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan pembinaan kepemudaan antara lain : 1. Mengembangkan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam mengaktualisasikan segenap potensi, bakat dan minat. 2. Mengembangkan minat dan semangat kewirausahaan di kalangan generasi muda yang berdaya saing, unggul dan mandiri, melalui kegiatan-kegiatan kewirausahaan dan

kreatifitas pemuda. 3. Melindungi segenap generasi muda dari bahaya destruktif, terutama bahaya penyalahgunaan narkoba melalui gerakan pemberantasan dan peningkatan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan narkoba dan kunjungan ke rumah sakit ketergantungan obat. 4. Meningkatkan kualitas Gerakan Pramuka, melalui kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan

terintegrasi dengan program Kwartir Nasional (Kwarnas). Bapeda DKI Jakarta 30

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

2.3.6.

Kebudayaan Jakarta sebagai kota budaya dihuni oleh berbagai bangsa dan suku-suku bangsa dari seluruh Indonesia. Keanekaragaman budaya lokal ditambah dengan pengaruh budaya bangsa asing melahirkan keanekaragaman corak seni dan budaya yang ada di Jakarta. Berbaurnya suku-suku bangsa dari seluruh tanah air dengan bangsa lain menciptakan perpaduan adat istiadat, budaya dan falsafah hidup hingga melahirkan corak budaya baru (multi etnis dan multi budaya). Kemajuan teknologi dan informasi membawa dampak kemajuan bagi pengembangan seni dan budaya. Namun bersamaan dengan itu juga terjadi pengaruh negatif nasional. Dalam rangka upaya mendorong pelestarikan budaya Jakarta, berbagai bentuk kegiatan pembinaan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Kegiatan seni dan budaya yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2002-2006, antara lain: 1. Misi kebudayaan ke berbagai negara, diantaranya: Singapura, Brazil, Argentina, dan Malaysia, Road Show ke China dan WTF JATA Jepang, Jakarta Night Festival pada Festival Film Asia Pasifik di Taipeh dan Misi Kesenian ke HI Seoul Festival Korea Selatan 2. Pendokumentasian Audio Visual Adat Ritual Masyarakat Betawi di Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Srengseng Sawah Jakarta Selatan sesuai Perda Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi. 3. Sepeda Sehat Keliling Museum (Gerakan Aku Cinta Museum) 4. Pagelaran Kesenian dan Pameran pada Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang menyebabkan bergesernya nilai-nilai budaya

Bapeda DKI Jakarta

31

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

5. Jakarnaval 6. Pembangunan Gedung Teater Besar TIM 7. Penulisan dan penerbitan Ensiklopedi Jakarta 8. Kajian Revitalisasi Kota Tua 9. Pagelaran Marawis Tebesar 10. Pagelaran Wayang Revolusi. 2.3.7. Agama Penduduk DKI Jakarta terkenal sebagai masyarakat yang relejius dengan aneka ragam agama, kondisi masyarakat Jakarta dapat hidup berdampingan meski agamanya berbedabeda. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membentuk Forum Kerukunan komunikasi Umat para Beragama pemuka (FKUB) merupakan upaya Forum untuk

agama

sebagai

mengantisipasi terjadinya konflik internal agama maupun antar umat beragama. Struktur penduduk DKI Jakarta menurut agama terbesar agama islam sebesar 90,19 persen, sedangkan agama lainnya adalah sebagai berikut : Katolik 2,50 persen, Protestan 4,73 persen, Hindu 0,14 persen, Budha 2,00 persen dan lainnya sebesar 0,45 persen. Upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mewujudkan masyarakat yang taat menjalankan

ibadahnya menurut keyakinan agamanya masing-masing antara lain pembangunan sarana ibadah, kemudahan untuk

melaksanakan ibadah dan forum-forum pengajian. 2.4. Prasarana dan Sarana Daerah

Bapeda DKI Jakarta

32

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

2.4.1. Sarana Sosial Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan terbukanya lapangan usaha menyebabkan pertumbuhan kegiatan sosial ekonomi yang meningkat, untuk itu perlu diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana sosial ekonomi baik kualitas maupun kuantitas. Untuk mewujudkan kota Jakarta yang indah, sehat dan nyaman, baik sebagai pusat kegiatan ekonomi maupun

permukiman, pemerintah Provinsi DKI Jakarta dihadapkan pada kendala kemampuan manajerial serta terbatasnya lahan dan pembiayaan untuk dapat memberikan pelayanan sarana dan prasarana publik yang memadai dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, jumlah penduduk yang besar dan angka komuter yang tinggi menyebabkan tuntutan terhadap

ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan semakin meningkat. Kondisi geografis Jakarta yang terletak di dataran rendah dan menjadi muara dari tiga belas sungai juga menuntut upaya pengembangan sarana pengendalian banjir yang

memadai. Penyediaan hunian dan fasilitas pendukungnya harus diprioritaskan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan miskin melalui perbaikan lingkungan pemukiman dan kawasan kumuh serta pembangunan rumah susun sederhana. Sejalan dengan upaya pengembangan kota, partisipasi masyarakat Propinsi DKI Jakarta dalam penataan ruang terus ditingkatkan. Penyediaan data dan informasi tata ruang Propinsi DKI Jakarta juga harus lengkap, menyeluruh dan didukung oleh sistem informasi pemukiman, pertanahan dan bangunan yang akurat, mutakhir, efisien, dan efektif. Sejak dini penataan ruang perlu memperhatikan kaidah teknis, ekonomis, dan dilakukan dengan mengedepankan kepentingan umum. Penataan ruang harus memperhatikan dinamika masyarakat dengan instrumen

Bapeda DKI Jakarta

33

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

peraturan yang lengkap dan memadai untuk mengantisipasi konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang. Upaya

pemberdayaan, partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam ikut memelihara berbagai sarana prasarana kota sebagai aset pemerintah daerah perlu makin ditingkatkan. 2.4.2. Sarana Sosial Budaya Penduduk DKI Jakarta yang heterogen baik latar belakang sosial budaya, etnis, dan agama memerlukan sarana dan prasarana yang memadai guna memenuhi tuntutan

kebutuhan dan dinamika masyarakat. Kebutuhan itu menyangkut sarana keagamaan, pendidikan, kesehatan, olahraga dan seni budaya. Setiap tahun Pemprov DKI Jakarta telah berupaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut melalui APBD. Mengingat

terbatasnya APBD, maka masyarakat secara swadaya atas kesadaran sendiri telah memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam pembangunan prasara dan sarana sosial budaya. Gambaran mengenai pembangunan prasarana dan sarana sosial budaya lima tahun terakhir adalah sebagai berikut : Sarana Ibadah, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana pagelaran kesenian dan sarana olahraga. 2.4.3. Sarana Transportasi Dan Perhubungan Transportasi di Jakarta telah menjadi permasalahan yang besar. Dalam tiga tahun terakhir, masalah transportasi berada dalam urutan ketiga yang menjadi masalah yang dilaporkan masyarakat ke DPRD Provinsi. Ini mengindikasikan bahwa transportasi memiliki tingkat urgensi yang tinggi untuk

diselesaikan dan menjadi bagian utama dari kepentingan pubilk. Memang tidak dapat dipungkiri masalah transportasi Kota Jakarta terjadi karena banyaknya jumlah kendaraan yang bertambah setiap tahunnya. Laju pertumbuhan jumlah kendaraan tidak diikuti oleh laju pertambahan luas jalan yang ada. Akibatnya kemacetan, Bapeda DKI Jakarta 34

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

kesemrawutan ditemui di setiap jalan utama Jakarta. Kemudahan dalam mendapatkan kendaraan bermotor yang dilakukan oleh perusahaan pemberi kredit juga menjadi salah satu pemicu melonjaknya kendaraan yang beredar di Jakarta. Meskipun sudah ada busway ataupun monorail sebagai cikal bakal dalam penerapan paradigma baru sistem transportasi massal namun jika penerapan masterplan transportasi publik tidak konsisten, maka tidak dapat menyelesaikan masalah mobilitas warga kota khususnya penglaju. Sehingga kemacetan hari ini akan semakin meningkat, dikhawatirkan Jakarta akan macet permanen. Arus orang, barang dan jasa yang tinggi dengan

meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang tidak diikuti laju pertambahan luas jalan. Akibatnya menyebabkan kemacetan di setiap jalan utama Jakarta. Keadaan semakin parah dengan kondisi angkutan umum yang buruk dan tidak tertib. Hal ini menyebabkan penggunaan kendaraan pribadi menjadi pilihan sebagian warga kota. Sepeda motor merupakan kendaraan yang mengalami pelonjakan tertinggi, tahun 2005 terjadi kenaikan sebesar 45,5% dari tahun 1999. Disusul sebesar dengan 19%. Secara kendaraan total laju

niaga/sedan/penumpang

pertumbuhan kendaraan di Jakarta per tahunnya rata-rata mengalami peningkatan sebesar 25,99%. Saat ini perbandingan antara jumlah sepeda motor dengan penduduk Jakarta (8,9 juta jiwa) adalah 1:2, dan perbandingan antar jumlah mobil pribadi dengan penduduk adalah 1:5. Jumlah di atas belum termasuk para komuter/penglaju, yang diperkirakan terdapat 2-3 juta jiwa per hari sehingga jumlah penduduk Jakarta pada siang hari meningkat menjadi 11-12 juta. Jika diasumsikan perbandingan antara motor dan penglaju adalah 1:4, maka sepeda motor yang memasuki Jakarta berjumlah 600.000 unit. Pada tahun-tahun ke depan akan terdapat jutaan motor lalu lalang di Jakarta sehingga

Bapeda DKI Jakarta

35

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

Jakarta akan menjadi lautan sepeda motor. Selain sepeda motor, jalan-jalan di Jakarta dibebani pula oleh penglaju yang

menggunakan mobil pribadi. Hal-hal inilah yang memberi dampak bagi kondisi lalu lintas Jakarta pada siang hari. Rumitnya masalah transportasi dengan perbandingan jumlah di Jakarta ditujukan pribadi dengan

kendaraan

kendaraan umum yaitu 98 persen berbanding 2 persen. Kendaraan pribadi dengan jumlah yang sedemikian besar hanya mampu mengangkut 49,7 persen perpindahan orang per hari sedangkan kendaraan umum mampu mengangkut hingga 53,3 persen perpindahan orang per hari. Salah satu penyebab masyarakat menggunakan kendaraan pribadi adalah belum adanya pilihan angkutan umum (publik) yang aman, nyaman, tepat waktu dengan harga terjangkau. Kondisi ini diperparah lagi dengan kehadiran sekitar satu juta unit kendaraan dari wilayah Bodetabek yang memasuki wilayah DKI Jakarta. Saat ini transportasi massal yang telah ada adalah kereta api, lebih dari 100 juta orang per tahun menggunakan jasa Kereta Api Jabodetabek, atau lebih dari 8 juta per bulan atau sekitar 500.000 orang/hari orang sehari yang keluar masuk Jakarta. Pada tahun 2001 terdapat sebanyak 142 juta penumpang yang diangkut, tetapi pada tahun 2002 mulai terjadi penurunan menjadi 137 juta, terlebih lagi pada 2003 dan 2004, masing-masing 118 juta, 115 juta. Jumlah penumpang sedikit meningkat pada tahun 2005 yaitu 116 juta. Dalam rangka mengatasi transportasi, Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan pola transportasi makro (PTM) yang mengintegrasikan empat sistem transportasi umum yakni busway, monorail, subway, angkutan sungai, danau dan penyebrangan. Dengan pola transportasi makro yang memanfaatkan tiga basis transportasi yaitu jalan, rel dan air ditambah dengan kebijakan pembatasa lalu lintas diharapkan kemaceta Jakarta sudah

Bapeda DKI Jakarta

36

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

teratasi paling lambat tahun 2010. Saat ini yang telah beroperasi baru busway dari rencana 15 koridor telah selesai 8 koridor. Untuk memperlancar arus transportasi, Pemprov DKI Jakarta melaksanakan pembangunan jalan baru, pelebaran jalan. Mengingat lahan yang tersedia untuk pembangunan jalan secara horizontal sangat terbatas maka peningkatan jalan dan luas jalan dilakukan secara vertikal atau simpang tidak sebidang melalui pembangunan fly over dan underpass.

2.4.4. Sarana Telekomunikasi Dan Informasi Pelayanan sambungan telepon di Jakarta, khususnya telepon tetap (fixed phone), dilakukan oleh PT. Telekomunikasi Regional II. Jangkauan saluran telepon, sampai dengan tahun 2004 sudah mencapai 1.959.486 sambungan. Bila dibandingkan dengan tahun 2000 dengan saluran sebesar 1.683.087

sambungan, maka kenaikan jumlah sambungan selama kurun waktu tersebut mencapai 16,42%. Rumah tangga yang telah mendapat layanan saluran telepon pada tahun 2004 diperkirakan telah mencapai 76,17%. Sebagai perbandingan, pada tahun 2000 sambungan ini baru mencapai 61,14%, artinya cakupan telepon tetap (fixed phone) telah naik sebesar 24,53%. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) memberikan kemudahan di berbagai bidang pelayanan masyarakat.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selama periode 20022007 telah memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam melaksanakan program pembangunan. Sosialisasi, realisasi program-program, disampaikan dan hasil-hasil masyarakat pembangunan dengan lebih dapat cepat.

kepada

Indikatornya adalah terciptanya sistem database elektronik yang terpadu dan mudah diakses masyarakat terciptanya sistem informasi lintas sektoral bagi pimpinan untuk pengambilan 37

Bapeda DKI Jakarta

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

keputusan dan berkembangnya pemanfaatan teknologi informasi dalam memacu manajemen pemerintahan yang lebih modern. Selama periode 2002-2007 pemerintah provinsi telah

memperkuat infrastruktur TI baik di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI maupun pada unit-unit kerja dibawahnya. Seperti pengadaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) baik server atau PC workstation yang memiliki kapasitas penyimpanan lebih besar, proses lebih cepat,

pembangunan jaringan intranet dan internet, dan perangkat pendukung lainnya. Implementasi TI dalam pelayanan

masyarakat dilakukan dengan mengganti sistem pelayanan administrasi yang bersifat manual dengan sistem informasi berbasis teknologi informasi (elektronik) agar lebih efesien. Aplikasi/sistem meningkatkan kualitas informasi dan yang dibangun pelayanan telah kepada

kuantitas

masyarakat disertai dengan efesiensi administrasi. Penerapan TI dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah ikut mendukung tercapainya pelayanan prima kepada masyarakat. Selain

aplikasi/sistem informasi, situs website www.jakarta.go.id adalah bukti dari keberhasilan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menerapkan teknologi informasi. Situs ini memuat informasi mengenai Jakarta tempo doeloe, masa kini dan akan datang struktur organisasi lembaga daerah dinasdinas yayasan dan perusahan daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Di bidang pelayanan masyarakat, situs ini berisi informasi mengenai prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi serta formulir yang digunakan oleh masyarakat dalam memperoleh layanan tersebut. Peraturan daerah, forum warga, posko bantuan bencana dan berita terkini seputar Jakarta dan nasional juga disajikan dalam website ini. 2.4.5. Sarana Drainase Pemeliharaan sungai dan drainase kota di wilayah Provinsi 38

Bapeda DKI Jakarta

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

DKI Jakarta masih belum optimal sehingga sebagian wilayah Jakarta rawan banjir / genangan. Banyaknya hunian yang berada pada lahan basah atau daerah parkir air menyebabkan

kemampuan tanah menyerap air menjadi sangat berkurang. Kantung-kantung air yang berubah menjadi pemukiman,

penyempitan alur sungai daerah hilir yang diperparah dengan sendimentasi sungai pada daerah yang relatif datar, menjadi faktor utama penyebab banjir. Selain itu hujan lokal dengan intensitas yang tinggi dan laut pasang merupakan faktor-faktor alam penyebab banjir yang sulit dihindarkan. Pemukiman di sepanjang daerah aliran sungai atau bantaran sungai telah menyebabkan terjadinya penyempitan alur sungai dan tidak optimalnya fungsi sungai sebagai pencegah banjir. Penertiban pemukiman yang berada di sepanjang bantaran setempat, sungai jumlah yang mendapat perlawanan kota dari yang warga besar,

penduduk

miskin

menyebabkan sulitnya penataan daerah aliran sungai dan peningkatan kualitas air. Upaya penanganan dalam sistem pengendalian banjir dilakukan dengan pengembangan dan pembangunan dua kanal yang melingkar wilayah kota Jakarta yaitu Banjir Kanal Barat (BKB) dan Banjir Kanal Timur (BKT). BKB yang merupakan jaringan pengendali banjir yang dinamakan sistem drainase Cengkareng. Sementara Rencana pembangunan BKT yang tercantum dalam rencana tata ruang tahun 2010 ditargetkan selesai tahun 2010. Selain itu dilakukan pula normalisasi sungai, refungsionalisasi waduk dan situ-situ.

2.4.6. Sarana Air Bersih Pelayanan air minum yang memenuhi persyaratan

kesehatan merupakan salah satu jasa pelayanan yang harus diselenggarakan Pemprov DKI Jakarta. Pelayanan jaringan air 39

Bapeda DKI Jakarta

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

bersih belum menjangkau seluruh wilayah. Hal ini disebabkan untuk penambahan produksi dan jaringan layanan memerlukan biaya yang cukup besar. Penurunan kualitas dan kuantitas air baku karena aktivitas penduduk di sekitar catchment area menyebabkan menurunnya kualitas air bersih dan kelangsungan produksi air minum. Dengan demikian penggunaan air tanah tidak dapat dihindari. Produksi air minum yang dikelola Perusahaan Air Minum DKI Jakarta yang bermitra dengan PT. Pam Lyonaise Jaya (Palyja) dan PT. Thames Pam Jaya (TPJ) pada tahun 2006 mencapai 448.924.234 m3 sedangkan kubikasi air yang terjual 267.080.481 m3, hal ini menunjukkan bahwa produksi air tersebut hanya tersalurkan ke masyarakat sekitar 50 persennya, karena susut atau hilang sehingga hanya dapat memenuhi kebutuhan air bersih sekitar 40 persen. 2.4.7. Sarana Air Limbah Penanganan limbah cair di Jakarta, baik domestik, komersial, maupun rumah sakit masih bersifat parsial. Hanya sedikit kawasan perkantoran dan permukiman elit seperti apartemen yang pengolahan limbahnya sudah terpadu. Limbah air kotor (tinja) rumah tangga di Jakarta sebagian besar ditampung dengan menggunakan septic tank, sungai, dan lubang tanah. Pada tahun 2004 persentase rumah tangga yang menampung air kotor pada septic tank sebesar 85,3 persen, selebihnya sebesar 4,23 persen dibuang ke sungai dan sebesar 8,06 persen ke lubang tanah. Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan keadaan tahun 2000. Dengan banyaknya rumah tangga yang menggunakan septic tank menunjukkan derajat kesehatan lingkungan yang baik. Namun kenyataannya dengan kepadatan penduduk yang tinggi, penggunaan septic tank belum sesuai dengan standar kesehatan baik dari segi kualitas maupun instalasinya. Demi pengendalian 40

Bapeda DKI Jakarta

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

keseimbangan lingkungan diperlukan sosialisasi mengenai septic tank yang memenuhi standar, penataan jaraknya dengan sumbersumber air dan pelayanan penyedotan air kotor (tinja) yang memadai. Sarana pengumpul dan pengangkut sampah yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta pada tahun 2005 antara lain 86 dipo, 40 lokasi pool gerobak, 36 lokasi transito, 115 pool container, dan 84 bak beton. Sarana tersebut belum sepenuhnya dapat menunjang kebutuhan pengelolaan sampah di DKI Jakarta. Hal ini disebabkan volume sampah rata-rata mencapai 26.455.275 m3 per hari. Sedangkan sampah yang terangkut mencapai 84,48% 95,68%. Sampah padat sebagian besar sudah dapat terangkut, namun penanganan akhir sampah belum optimal. Sampahsampah yang dibuang ke TPA akan dipilah antara barang-barang yang dapat diproses lebih lanjut atau didaur ulang dan yang tidak dapat dimanfaatkan sama sekali atau residu. Dengan cara seperti ini, residu yang dihasilkan akan ditimbun di TPA dan suatu saat TPA tidak sanggup lagi menampung semua residu mengingat keterbatasan lahan. Sistem pengolahan sampah tradisional dipertahankan pengelolaan 2.4.8. Sarana Energi Jakarta sebagai kota modern, energi listrik merupakan kebutuhan primer guna memenuhi pencahayaan kota, aktifitas warga kota, alat komunikasi, telematika dan sarana kota lainnya. Kebutuhan akan energi listrik dipenuhi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, kecuali Kabupaten Kepulauan Seribu. Listrik di kabupaten tersebut dipasok oleh pemerintah daerah melalui proyek rintisan Dinas 41 lagi maka ke depan tidak dapat adalah ramah

alternatifnya modern,

sampah

dengan

teknologi

lingkungan dan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Bapeda DKI Jakarta

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

Pertambangan dengan unit pembangkit listrik tersendiri. Suplai listriknya masih terbatas, belum bisa dinikmati selama 24 jam per hari. Hampir seluruh rumah tangga dan kegiatan bisnis maupun sosial menggunakan energi listrik. Rasio elektrifikasi, yaitu jumlah rumah tangga pelanggan listrik per jumlah rumah tangga yang ada. Pada 2004 nilainya mencapai 94%, sementara setahun sebelumnya rasio ini sudah mencapai 98%. Berarti pada tahun 2004 pertumbuhan jumlah rumah tangga lebih cepat dari pertumbuhan sambungan listrik, terutama rumah tangga yang tidak tersambung jaringan listrik dengan baik, karena letak tempat tinggalnya maupun karena daya belinya yang rendah. Pelayanan listrik di Kota Jakarta masih diwarnai oleh gangguan pemadaman pemadaman ini diukur listrik. dengan Besar indeks kecilnya System gangguan Average

Interruption Duration Index (SAIDI), yaitu suatu indeks yang mengukur rata-rata lamanya gangguan pemadaman yang dialami per pelanggan selama satu tahun. Pada tahun 2004 dan 2003 indeks ini menunjukkan angka 5,54 jam dan 7,08 jam per pelanggan atau sebesar 0,46 jam dan 0,59 jam per bulan. Pada tahun 2002 tercatat indeks yang cukup besar bila dibandingkan indeks dua tahun terakhir, yaitu 23,46 jam per tahun atau 1,96 jam per bulan. Gangguan ini bisa berasal dari gangguan saluran transmisi maupun saluran distribusi. PLN Distribusi Jakarta Raya hanya dapat menangani gangguan saluran distribusi saja, karena unit pembangkitnya tidak berada di wilayah Kota Jakarta. Mengingat kebutuhan energi listrik demikian besar dan mengandalkan PLN sebagai single source untuk memenuhi pasokan listrik Ibukota maka ke depan perlu adanya alternatif pemasokan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan kota melalui berbagai sumber (multi source). 2.4.9. Perumahan Dan Permukiman

Bapeda DKI Jakarta

42

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

Aspek kesejahteraan masyarakat lainnya yang dapat menggambarkan keberhasilan pembangunan adalah kondisi perumahan dan permukiman. Untuk mendukung tercapainya komitmen pemerintah mewujudkan city without slums,

pemerintah provinsi melakukan peremajaan terhadap permukiman kumuh yang ada di sekitar bantaran kali, bantaran rel kereta api, ruang hijau terbuka, dan areal lainnya yang bukan peruntukan perumahan. Disamping itu pemerintah telah melakukan berbagai upaya, antara lain dengan merelokasi permukiman kumuh menjadi permukiman yang layak huni, dengan membangun rumah susun (rusun), khususnya rumah susun sederhana yang

diperuntukkan bagi masyarakat yang tidak mampu. Pembangunan rusun Bumi Citra Idaman di Cengkareng dan Muara Angke dalam rangka normalisasi kali, menjadi model pembangunan rusun perkotaan di Indonesia. Untuk itu Jakarta mendapat kehormatan sebagai percontohan. 2.4.10. Kualitas Udara Kebanggaan bagi masyarakat DKI Jakarta, untuk

pengelolaan lingkungan Pemprov DKI Jakarta mengeluarkan Perda Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yang mengantarkan kota Jakarta mendapat kehormatan menerima The 2006 Asian Air Quality Management Champion Award.

2.4.11. Tata Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta

berfungsi untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, wilayah, daerah, dan masyarakat telah diatur dalam Peraturan Daerah nomor 6 Tahun 1999 tentang RTRW DKI Jakarta. Bapeda DKI Jakarta Namun dalam implementasinya masih terjadi 43

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

pelanggaran dalam pemanfaatan ruang. Pelanggaran tata ruang terjadi karena lemahnya penerapan dan penegakan hukum, belum efektifnya ruang penggunaan dan belum instrumen pengendalian dokumen

pemanfaatan

terintegrasinya

perencanaan tata ruang pada setiap jenjang perencanaan.

Pada beberapa bagian kota Jakarta pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan peruntunkannya menjadi seperti kawasan jasa dan

permukiman

berkembang

kawasan

perdagangan, berkembangnya kawasan permukiman di sekitar daerah aliran sungai, waduk, dan situ, belum efektifnya relokasi industri dan alih fungsi RTH menjadi kawasan lain. Kondisi saat ini RTH baru mencapai 11 persen, sementara target yang ditetapkan 13,94 persen dari luas Jakarta.

Pemanfaatan

ruang

di

kota

Jakarta

untuk

kawasan

permukiman, perkantoran, dan perdagangan dan jasa, semakin meningkat. Luas lahan kota yang statis, tidak memungkinkan pemanfaatan lahan secara horizontal di beberapa kawasan. Pembangunan fisik kota selama 10 tahun terakhir didominasi

oleh bangunan bertingkat untuk mengefisienkan penggunaan lahan. Pada saat ini di beberapa kawasan prospektif,

mengusulkan ketinggian bangunan lebih tinggi dari kondisi yang ada agar biaya pembangunannya lebih efisien.

Perkembangan fisik kota-kota di sekitar Jakarta dalam 10 tahun terakhir berjalan dengan cepat dan dinamis. Perkembangan ini berdampak terhadap eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam; konversi lahan pertanian produktif menjadi kawasan permukiman, perdagangan, dan industri; menurunnya kualitas lingkungan fisik kawasan perkotaan; serta penurunan kualitas pelayanan kebutuhan dasar perkotaan. Hal ini

Bapeda DKI Jakarta

44

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

disebabkan masih belum terpadunya rencana tata ruang di masng-masing wilayah kota.

2.5. Pemerintahan Umum 2.5.1. Pelayanan Kependudukan Dan Catatan Sipil Pelayanan kependudukan dan catatan sipil, selama lima tahun terakhir semakin baik dibandingkan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan pemanfaatan teknologi informasi. Pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di DKI Jakarta telah menggunakan Sistem Informasi Kependudukan (SIMDUK) untuk pembuatan dan perpanjangan KTP secara online. Dengan SIMDUK ini pelayanan pembuatan dan perpanjangan KTP dilakukan dalam waktu satu hari dengan data yang lebih akurat (tidak duplikasi). Sistem ini mulai diimplementasikan pertama kali pada tahun 2002 di 43 kelurahan, kemudian tahun 2004 sudah diterapkan di 195 kelurahan. Pada tahun 2005, 261 kelurahan sudah menggunakan sistem ini, kecuali enam kelurahan di Kepulauan Seribu yang masih terkendala oleh infrastruktur (listrik). Pelayanan kependudukan masih harus terus ditingkatkan untuk menjamin layanan prima dengan mengutamakan norma pelayanan yaitu ramah, efisien, bermutu, cepat, transparan dan berkepastian hukum. Pelayanan kependudukan perlu mendapat perhatian serius karena menyentuh kepentingan masyarakat. 2.5.2. Pemakaman Pemakaman merupakan masalah yang serius karena menyangkut kepentingan para ahli waris yang menginginkan agar mendapatkan pelayanan khusus berdasarkan keyakinan

agamanya. Keinginan khusus inilah yang kemudian para ahli waris mengharapkan pelayanan Pemprov DKI Jakarta dengan

Bapeda DKI Jakarta

45

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

segala kekhususannya. Menghadapi kondisi ruang terbuka hijau yang terbatas maka pemakaman ditata standar (tidak ada bangunan permanen) sehingga mempunyai fungsi keseimbangan lingkungan, memperluas daerah resapan air, dipenuhi pohonpohon rindang, dan penerangan yang cukup sehingga terhindar dari kesan yang menakutkan. Berdasarkan gambaran tersebut, pelayanan pemakaman selama lima tahun terakhir semakin berkualitas meskipun menghadapi kendala keterbatasan lahan. Untuk mengatasi keterbatasan lahan tersebut maka dilakukan cara penguburan tumpang sari yaitu lebih dari satu jenazah dalam satu makam. Ketidakseimbangan antar luas areal pemakaman dan probabilitas angka kematian di DKI Jakarta maka perlu ditetapkan kebijakan pemakaman memberikan insentif kepada warga DKI Jakarta yang mau memakamkan ahli warisnya di daerah asalnya. 2.5.3. Perizinan Dalam rangka mewujudkan pelayanan prima maka perijinan harus berorientasi pada kepentingan masyarakat dengan mengutamakan norma pelayanan yaitu ramah, efisien, bermutu, cepat, transparan dan berkepastian hukum. Pelayanan perijinan bagi investor harus diutamakan guna mendukung kegiatan ekonomi yang dapat memberikan lapangan kerja dan tumbuhnya sektor-sektor ekonomi di DKI Jakarta. Untuk memberikan pelayanan ijin, yang lebih cepat dan mendekatkan kepada masyarakat telah dilakukan perpindahan pelayanan dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi ke tingkat pemerintahan yang lebih rendah. Disamping itu upaya memberikan kemudahan pelayanan perijinan dilakukan dengan cara pelayanan satu atap (one stop service). Dengan pelayanan satu atap maka masyarakat dapat mengurus perijinan dengan mudah, efisien dan cepat. Bapeda DKI Jakarta 46

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

2.5.4. Pemadam Kebakaran Pemadam kebakaran di DKI Jakarta, peranannya sangat penting mengingat peristiwa kebakaran jumlahnya cukup besar, menyebabkan kerugian, baik material maupun non material. Peristiwa kebakaran dalam 5 tahun terakhir (2002 - September 2007) sebanyak 4.837 peristiwa, dengan jumlah kerugian material mencapai Rp 775 M dan korban luka 540 orang serta 151 orang meninggal dunia. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa kebakaran lebih banyak terjadi pada obyek perumahan dan penyebab terbanyak adalah listrik dan kompor. Hal ini disebabkan antara lain sebagian perumahan di DKI Jakarta merupakan pemukiman padat dengan konstruksi bangunan yang kurang memperhatikan aspek keamanan terhadap bahaya kebakaran. Masalah listrik yang menjadi penyebab kebakaran biasanya karena hubungan arus pendek akibat pemasangan instalasi yang kurang sempurna dan kurang memperhatikan kaidah-kaidah yang benar. Kesulitan teknis dalam penanggulangan bencana

kebakaran yang cenderung semakin meningkat adalah kesulitan akses untuk mencapai lokasi kebakaran, fasilitas umum peralatan penanggulangan kebakaran (fire fighter equipment) seperti hidran yang tidak berfungsi pada waktu dibutuhkan, kurangnya armada pemadam kebakaran baik dari aspek kuantitas maupun kualitas, kurangnya ketersediaan peralatan dan kemampuan serta

jangkauan peralatan yang memadai baik yang dimiliki oleh Pemprov DKI Jakarta maupun pihak pemilik/pengelola bangunan (tangga pemadam kebakaran untuk bangunan bertingkat tinggi, selang pemadam kebakaran, kekuatan pompa air dan lain sebagainya). Untuk masa mendatang, jumlah gedung bertingkat (high risk building) akan semakin banyak, selain itu pola permukiman penduduk akan berubah menjadi kumpulan rumah-rumah susun, 47

Bapeda DKI Jakarta

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

akan menuntut sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang efektif untuk meminimumkan kerugian moril maupun materil yang diakibatkan bencana kebakaran. Sebagai kota metropolitan dan Ibukota Negara, Jakarta dituntut memenuhi standar internasional untuk pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. 2.5.5. Pasar Tradisional Kondisi pasar tradisional di DKI Jakarta pada umumnya memprihatinkan, kurang nyaman, kebersihan tidak terawat, becek dan tidak sehat. Kondisi ini mengakibatkan, pasar tradisional kurang diminati oleh kelompok masyaraakat terutama golongan menengah ke atas. Pasar tradisional perlu dipertahankan guna memberikan peluang kerja dan berusaha bagi para pedagang yang umumnya pengusaha kecil dan menengah dan kepentingan pelayanan bagi konsumen, masyarakat berpenghasilan rendah. Di samping itu pasar tradisional juga perlu dipertahankan untuk berdagang barang-barang khusus misalkan pasar batu cincin di Jatinegara. Pasar tradisional perlu dibina dan diarahkan dalam rangka keberpihakan pemerintah untuk usaha-usaha non formal dan formal yang tergolong UKM. Pasar tradisional harus terintegrasi dengan pasar induk/grosir, dan warung-warung kecil/retail. Pasar tradisional harus tidak berbenturan/saling mengisi dengan pasar modern (supermarket dan hypermarket). Di masa mendatang, pasar tradisional yang eksis harus bersih, higienis, aman, nyaman dengan mutu barang dan jasa yang diperdagangkan berkualitas. 2.5.6. Ketentraman Dan Ketertiban Umum Tingkat pengangguran yang cenderung tinggi yang disebabkan oleh tidak semua penduduk yang datang di Jakarta mempunyai bekal pendidikan dan keterampilan yang memadai Bapeda DKI Jakarta 48

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

untuk

dapat

bekerja

di

sektor

formal.

Dengan

angka

kecenderungan yang tinggi, secara tidak langsung cenderung mendorong timbulnya kerawanan dalam bentuk kejahatan. Jenis kriminal yang sering terjadi yaitu kejahatan narkoba, pencurian, penipuan, penggelapan, pencurian kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Berdasarkan jumlah kasus tindakan kriminalitas dan jenis-jenis kriminalitas yang terjadi menunjukkan bahwa kondisi Kota Jakarta belum memiliki rasa aman. Dalam mewujudkan ketentraman dan ketertiban,

pendekatan persuasif lebih dikedepankan daripada pendekatan represif; mobilisasi dan koordinasi semua unsur dan warga masyarakat; partisipasi masyarakat terhadap Trantib. Upaya penanganan keamanan dan ketertiban harus terintegrasi dengan sistem keamanan, ketertiban dan linmas Pemprov DKI Jakarta. Sejalan dengan sistem tersebut maka penanganan masalah ketentraman dan ketertiban harus melibatkan jajaran Kepolisian, jajaran TNI, dan jajaran aparat penegak hukum. Untuk itu di tingkat Provinsi koordinasi antar aparat keamanan dan penegak hukum melalui forum Muspida tingkat kota (Muspiko) dan di tingkat kecamatan (Muspika). Untuk menjamin terciptanya ketentraman dan ketertiban perlu didukung dengan peningkatan kualitas dan kuantitas aparatur terutama dalam rangka penegakan (enforcement) peraturan perundangan yang berlaku, Dan dalam rangka menjamin kepastian hukum. Mengingat ketentraman dan ketertiban juga harus diciptakan pada tingkat kelurahan, Pemprov DKI Jakarta telah melakukan upaya penguatan perangkat kelurahan untuk

menanggulangi kamtibmas di masing-masing wilayah kelurahan. 2.5.7. Pelayanan Kecamatan Dan Kelurahan

Bapeda DKI Jakarta

49

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

Kelurahan dan kecamatan adalah wilayah administrasi terdepan dalam pelayanan masyarakat. Kecamatan dan

kelurahan belum memiliki dukungan yang memadai untuk menjalankan Dukungan semua dimaksud aspek pemerintahan anggaran, di wilayahnya. kewenangan,

berupa:

infrastruktur organisasi, dan lain-lain yang terkait. Dalam rangka memperpendek rantai birokrasi, Pemprov DKI Jakarta telah mendelegasikan kewenangan kepada

pemerintahan di wilayah administrasi yang lebih rendah sampai di tingkat Kecamatan dan Kelurahan. Kewenangan kecamatan meliputi: jalan, air, taman, kebersihan, perumahan, penerangan jalan umum. Sedangkan kewenangan dan ketertiban Kelurahan meliputi serta

kebersihan,

ketentraman

lingkungan,

kesehatan masyarakat. Kapasitas dan kapabilitas dukungan anggaran,

infrastruktur organisasi harus sesuai dan dapat menunjang peran dan fungsi kewenangan Kecamatan dan Kelurahan. Kapasitas dan kapabilitas infrastruktur organisasi dimaksud di atas juga mencakup kejelasan dan ketegasan hubungan tanggung jawab taktis operasional dan teknis administratif terutama untuk fungsi-fungsi teknis pelayanan.

2.6. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Program dan kegiatan Riptek di Pemprov DKI Jakarta setiap tahun dilaksanakan pada berbagai satuan perangkat kerja. Namun kegiatan tersebut belum dilaksanakan secara sistematis , konseptual dan terpadu. Akibatnya kontribusi yang hasil-hasil berarti kegiatan bagi Riptek belum memberikan

pengembangan

program-program

pembangunan dan perumusan kebijakan. Jaringan penelitian sudah dirintis sejak tahun 90-an namun jaringan ini lebih pada aspek Bapeda DKI Jakarta 50

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

pertemuan-pertemuan rutin tahunan untuk merumuskan tentang kegiatan penelitian satu tahun kedepan. Jaringan penelitian belum mampu menyajikan hasil-hasil penelitian yang benar-benar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan operasional kegiatan dan perumusan kebijakan. Selama ini Pemprov DKI Jakarta juga telah memanfaatkan lembaga-lembaga RIPTEK seperti : lembaga Penelitian, institusi pendidikan/universitas, untuk melakukan kerjasama penelitian dengan kewajiban Pemprov DKI Jakarta memfasilitasi biaya penelitian dan lembaga-lembaga mitra memberikan tenaga ahli para peneliti. Jajaran Aparatur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, masih harus dipacu agar mereka dapat mengejar ketertinggalan pemahaman dan pengetahuan tentang teknologi dan piranti teknologi terkini. Hal ini dimaksudkan segenap jajaran Aparatur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat menggunakan Riptek dalam rangka melaksanakan tugas pokok masing-masing sesuai dengan tugas yang diembannya. Pemprov DKI Jakarta di Bidang Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi seharusnya fokus pada Riptek terapan yang bermanfaat

untuk peningkatan pelayanan publik / warga Jakarta, pada Riptek terapan yang terkait dan perlu dikuasai untuk menjalankan dan peran sebagai regulator serta Riptek terapan yang bermanfaat untuk peningkatan kualitas 7 (tujuh) aset kota yaitu : Human, Social, Cultural, Intelectual & Creative, Natural, Environmental, Infrastructure. Kerangka kebijakan Riptek Pemprov DKI Jakarta sebaiknya fokus pada penyelenggaraan Riptek yang dapat mendukung dan fungsi

mewujudkan visi misi Pemprov DKI Jakarta. Dalam operasional penyelenggaraan Riptek pada dasarnya Pemprov DKI Jakarta

berperan sebagai mobilisator dalam artian mendayagunakan seluruh agen Riptek seperti institusi/lembaga pendidikan/ universitas, pusatpusat penelitian (research centre), produsen atau provider produkproduk hi-tech maupun individu yang memiliki kompetensi iptek untuk

Bapeda DKI Jakarta

51

DRAFT LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DKI JAKARTA

diarahkan dan dikontribusi mewujudkan visi dan misi pemprov DKI Jakarta, bentuk-bentuk strategi yang diterapkan antara lain : mobilisasi dan manajemen, pengetahuan Iptek terapan (knowledge

management), membangun sistem invarmasi hasil-hasil kajian dan penelitian serta memfasilitasi dan memotifasi kegiatan-kegiatan inovasi untuk pengembangan dan peningkatan kualitas kota. Seluruh program dan kegiatan Riptek Pemprov DKI diarahkan untuk mewujudkan kontribusi penguasaan Iptek atas peningkatan kualitas pelayanan publik dan kualitas kota, untuk mewujudkan aset kota dalam bentuk intelektual dan kreativitas yang didukung oleh masyarakat (knowledge kota based yang partisipatif serta dan berbasis pengetahuan yang

society),

mewujudkan

aparatur

menguasai dasar-dasar teknologi informasi terapan yang diperlukan dalam menyelenggarakan tupoksi serta mengikuti perkembangan Iptek sesuai bidang dan kompetensinya masing-masing. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kedepan dalam menjalankan kepemerintahannya perlu didukung dengan Teknologi Informasi (TI) untuk dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktivitas.

Bapeda DKI Jakarta

52