bab ii gambaran umum deteksi dini gangguan...

54
19 BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN FAKTOR PENCETUS GANGGUAN MENTAL A. Pengertian Deteksi Dini, Mental Dan Gangguan Mental a) Pengertian Deteksi Dini Secara fitrah setiap manusia atau individu memiliki mental yang sehat, akan tetapi karena suatu sebab ada beberapa individu yang mengalami atau memiliki mental yang tidak sehat. Biasanya mental yang tidak sehat, diakibatkan dari goncangan-goncangan atau konflik batin yang ada dalam diri (jiwa), dan pengalaman hidup yang tidak menyenangkan. Dengan kondisi semacam itu biasanya kondisi psikologis (mental) menjadi kacau yakni, tidak selaras lagi antara yang dipikirkan dengan peri lakunya. Orang yang menderita sakit mental (jiwa), secara sosial kurang bisa diterima ditengah-tengah dimana dia tinggal, bahkan secara umum dalam masyarakat kurang bisa diterima. Untuk menghindari terjadinya sakit mental tersebut, maka perlu upaya sedini mungkin untuk mengenal kondisi mental, maka dari itu harap diketahui faktor-faktor yang menimbulkan gangguan mental dan gejala- gejalanya sebagai bentuk deteksi diagnosis. Deteksi yang biasa dilakukan ialah mengenali gejala-gejala abnormalitas (ketidakwajaran) pada mental atau pada jiwa. Pendekatan diagnosis ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekalutan mental yang lebih parah yang dapat merusak kepribadian. Hal tersebut dapat membantu individu dalam mengembangkan cara berfikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku yang baik dan benar, sehingga eksistensi seseorang bisa diterima dan diakui

Upload: phungdieu

Post on 07-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

19

BAB II

GAMBARAN UMUM

DETEKSI DINI GANGGUAN MENTAL DAN FAKTOR PENCETUS

GANGGUAN MENTAL

A. Pengertian Deteksi Dini, Mental Dan Gangguan Mental

a) Pengertian Deteksi Dini

Secara fitrah setiap manusia atau individu memiliki mental yang

sehat, akan tetapi karena suatu sebab ada beberapa individu yang

mengalami atau memiliki mental yang tidak sehat. Biasanya mental yang

tidak sehat, diakibatkan dari goncangan-goncangan atau konflik batin yang

ada dalam diri (jiwa), dan pengalaman hidup yang tidak menyenangkan.

Dengan kondisi semacam itu biasanya kondisi psikologis (mental) menjadi

kacau yakni, tidak selaras lagi antara yang dipikirkan dengan peri lakunya.

Orang yang menderita sakit mental (jiwa), secara sosial kurang bisa

diterima ditengah-tengah dimana dia tinggal, bahkan secara umum dalam

masyarakat kurang bisa diterima.

Untuk menghindari terjadinya sakit mental tersebut, maka perlu

upaya sedini mungkin untuk mengenal kondisi mental, maka dari itu harap

diketahui faktor-faktor yang menimbulkan gangguan mental dan gejala-

gejalanya sebagai bentuk deteksi diagnosis. Deteksi yang biasa dilakukan

ialah mengenali gejala-gejala abnormalitas (ketidakwajaran) pada mental

atau pada jiwa. Pendekatan diagnosis ini dilakukan untuk mencegah

terjadinya kekalutan mental yang lebih parah yang dapat merusak

kepribadian. Hal tersebut dapat membantu individu dalam

mengembangkan cara berfikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku yang

baik dan benar, sehingga eksistensi seseorang bisa diterima dan diakui

Page 2: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

20

dalam lingkungan sosialnya sebagai sosok insan yang sehat secara

sempurna.1

Tujuan deteksi dini ialah untuk memberikan pengetahuan dan

pemahaman serta perhatian terhadap kondisi psikologis, yakni kondisi

mental dan jiwa spiritual yang ada dalam diri individu untuk menghindari

dan menanggulangi akan terjadinya gangguan-gangguan jiwa (mental).

Deteksi dini juga sebagai bentuk preventive (pencegahan) sejak

awal terhadap indikasi-indikasi akan terjadinya gangguan mental dan

kejiwaan. Karena manusia hidup itu memiliki tanggung jawab yang besar

terhadap relasi dalam berhubungan, baik yang berkaitan individu dengan

Tuhannya, individu dengan dirinya sendiri, keluarganya, lingkungannya

sosialnya dan lingkungan alam sekitarnya. Hal ini mustahil bisa dilakukan

apabila tidak didukung oleh kondisi diri yang sehat, yakni sehat jasmani

(fisiologis) dan sehat ruhani (mental-spiritual) atau psikologis.2

Deteksi dini terhadap gangguan mental juga memberikan manfaat

yaitu mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh serta perasaan

sesuai dengan penerimaan diri (self acceptance), membantu memahami

tingkah laku manusia dan membantu manusia untuk memperoleh kepuasan

pribadi, dan dalam penyesuaian diri secara maksimum terhadap

masyarakat serta membantu individu untuk hidup seimbang dalam

berbagai aspek, fisik, mental dan sosial. Disamping itu deteksi dini

mempunyai fungsi dan tujuan, yaitu: fungsi pemahaman (understanding),

fungsi pengendalian (control), fungsi peramalan (prediction), fungsi

pengembangan (development), fungsi pencegahan (prevention), dan

fungsi perawatan (treatment). Misal dengan melakukan deteksi dini

terhadap gangguan mental seseorang akan terhindar dari hal-hal atau

keadaan yang dapat membahayakan jiwa ataupun mental. Jadi deteksi dini

adalah suatu upaya untuk mengenali kondisi kesehatan mental, terlebih

1 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam; Penerapan Metode

Sufistik, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), hlm. 215. 2Ibid., hlm. 216.

Page 3: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

21

gejala dan faktor atau pencetus yang bisa membuat kondisi mental menjadi

tidak sehat (terganggu) secara dini.

b) Pengertian Mental

Pengertian “mental” secara definitif belum ada kepastian definisi

yang jelas dari para ahli kejiwaan. Secara etimologi kata “mental” berasal

dari bahasa Yunani, yang mempunyai pengertian sama dengan pengertian

psyche, artinya psikis, jiwa atau kejiwaan.3

James Draver memaknai mental yaitu “revering to the mind”

maksudnya adalah sesuatu yang berhubungan dengan pikiran atau pikiran

itu sendiri.4 Secara sederhana mental dapat dipahami sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan batin dan watak atau karakter, tidak bersifat jasmani

(badan).5

Kata mental diambil dari bahasa Latin yaitu dari kata mens atau

metis yang memiliki arti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dengan

demikian mental ialah hal-hal yang berkaitan dengan psycho atau kejiwaan

yang dapat mempengaruhi perilaku individu. Setiap perilaku dan ekspresi

gerak-gerik individu merupakan dorongan dan cerminan dari kondisi

(suasana) mental.6

Sedangkan secara terminologi para ahli kejiwaan maupun ahli

psikologi ada perbedaan dalam mendefinisikan “mental”. Salah satunya

sebagaimana dikemukakan oleh Al-Quusy (1970) yang dikutip oleh Hasan

Langgulung, mendefinisikan mental adalah paduan secara menyeluruh

antara berbagai fungsi-fungsi psikologis dengan kemampuan menghadapi

krisis-krisis psikologis yang menimpa manusia yang dapat berpengaruh

3Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan, (Malang: Universitas

Muhammadiyah, 2001), hlm. 21. 4James Draver, A Dictionary of Psychology, (New York: Pengin Books, t.th.), hlm. 169. 5Tim Penyusun Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi Kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 646. 6 Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam,

(Bandung , Mandar Maju, 1989), hlm. 3.

Page 4: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

22

terhadap emosi dan dari emosi ini akan mempengaruhi pada kondisi

mental.7

Pengertian lain “mental” didefinisikan yaitu yang berhubungan

dengan pikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran,

akal dan ingatan.8 Seperti mudah lupa, malas berfikir, tidak mampu

berkonsentrasi, picik, serakah, sok, tidak dapat mengambil suatu

keputusan yang baik dan benar, bahkan tidak mempunyai kemampuan

untuk membedakan yang benar dan yang salah, yang hak dan yang batil,

antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang mudharat.9 Dari sini

dapat ditarik pengertian yang lebih signifikan bahwa mental itu terkait

dengan, akal (pikiran/rasio), jiwa, hati (qalbu), dan etika (moral) serta

tingkah laku). Satu kesatuan inilah yang membentuk mentalitas atau

kepribadian (citra diri). Citra diri baik dan jelek tergantung pada

mentalitas yang dibuatnya.

Kondisi individu kelihatan gembira, sedih, bahkan sampai

hilangnya gairah untuk hidup ini semua tergantung pada kapasitas mental

dan kejiwaannya. Mereka yang tidak memiliki sistem pertahanan mental

yang kuat dalam menghadapi segala problematika kehidupan atau tidak

memiliki sistem pertahanan diri yang kuat untuk mengendalikan jiwanya,

maka individu akan mengalami berbagai gangguan-gangguan kejiwaan,

yang berpengaruh pada kondisi kepribadian yang bisa mendorong pada

perilaku-perilaku pathologies.10

Kondisi mental tersebut bisa digolongkan dalam dua bentuk yaitu

kondisi mental yang sehat dan kondisi mental yang tidak sehat. Kondisi

mental yang sehat akan melahirkan pribadi-pribadi yang normal. Pribadi

yang normal ialah bentuk tingkah laku individu yang tidak menyimpang

7Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992),

hlm. 30. 8 C.P. Chaplin, Kamus Psikologi, terj, Kartini Kartono, (Jakarta: PT grafindo Persada,

1995), hlm. 407. 9 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, op. cit., hlm. 231. 10 Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam,

(Bandung : Mandar Maju, 1989), hlm. 6-7

Page 5: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

23

dari tingkah laku pada umumnya dimana seorang individu itu tinggal, dan

pribadi yang normal akan menunjukkan tingkah laku yang serasi dan tepat

(adekuat) dan bisa diterima oleh masyarakat secara umum, dimana sikap

hidupnya sesuai dengan norma dan pola hidup lingkungannya. Secara

sederhana individu tersebut mampu beradaptasi secara wajar.11 Jadi

pribadi yang normal dan metal yang sehat ini bisa dirasakan pada kondisi

diri kita atau kondisi perasaan kita yang cenderung stabil, tidak banyak

memendam konflik internal, suasana hati yang tenang, dan kondisi

jasmani yang selalu merasa selalu sehat.

Sementara itu yang perlu mendapatkan perhatian dan perlu

diwaspadai oleh setiap individu ialah kondisi mental yang tidak sehat,

karena kondisi mental yang tidak sehat itu akan membentuk suatu

kepribadian yang tidak sehat pula (abnormal). Pribadi yang tidak sehat

(abnormal) ialah adanya tingkah laku seseorang atau individu yang sangat

mencolok dan sangat berbeda dengan tingkah laku umum yang ada di

lingkungannya, atau disebut juga dengan perilaku-perilaku yang

menyimpang (abnormal). Secara umum bentuk mental yang tidak sehat

yaitu secara relatif bisa dilihat pada individu jauh dari kemampuan

beradaptasi atau selalu mengalami kesulitan dalam beradaptasi, dan

memiliki ciri bersikap inferior dan superior.12 Yang menjadi barometer

setiap kelainan tingkah laku individu ialah kondisi mentalnya. Mental

yang sehat itulah yang menentukan tanggapan atas dirinya terhadap setiap

persoalan, dan kemampuan untuk beradaptasi, dan mental yang sehat

pulalah yang menentukan apakah seseorang atau individu memiliki gairah

hidup atau justru mereka pasif dan tidak bersemangat bahkan memiliki

ketakutan untuk hidup.13

Pada dasarnya untuk mengetahui apakah seseorang atau individu

sehat mentalnya atau tidak (terganggu mentalnya) tidaklah mudah diukur

atau diperiksa dengan alat-alat seperti halnya pada penyakit jasmani, akan

11 Ibid., hlm. 7 12Ibid. 13 Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1990) , hlm. 16.

Page 6: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

24

tetapi yang menjadi ukuran adalah merasakan diri kita sejauh mana

kondisi perasaan kita apakah sudah melampaui batas kewajaran atau tidak

seperti, rasa bersedih, kecewa, pesimis, rendah diri dan lain sebagai. Dan

seseorang atau individu yang terganggu kesehatan mentalnya, bisa dilihat

pada tindakannya, tingkah lakunya atau ekspresi perasaannya, karena

seseorang atau individu yang terganggu kesehatan mentalnya ialah apabila

terjadi kegoncangan emosi, kelainan tingkah laku atau tindakannya.14

Dengan demikian mental ialah hal-hal yang berada dalam diri

seseorang atau individu yang terkait dengan psikis atau kejiwaan yang

dapat mendorong terjadinya tingkah laku dan membentuk kepribadian,

begitu juga sebaliknya mental yang sehat akan melahirkan tingkah laku

maupun kepribadian yang sehat pula.

Sigmund Freud memberikan definisi bahwa kepribadian yang sehat

adalah adanya keseimbangan antara dorongan-dorongan dan motif-motif

tiap bagian jiwa dalam pemuasannya. Begitu juga Arthur Gorden melihat

bahwa kemampuan mengharmoniskan dorongan-dorongan psikis dengan

realitas dengan sendirinya akan terbentuk kepribadian yang sehat dan akan

melahirkan tingkah laku yang sehat pula (normal).15

c) Pengertian Gangguan Mental

Yang dimaksud dengan gangguan adalah hal-hal yang

menyebabkan ketidak beresan (ketidakwarasan) atau ketidakwajaran

terhadap kesehatan metal atau jiwa.16

Dalam terminologi yang lain gangguan mental ialah adanya

ketidakseimbangan yang terjadi dalam diri kita, berpusat pada perasaan,

emosional dan dorongan (motif/ nafsu), yang mengakibatkan pada

ketidakharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, yang menyebabkan

kehilangan daya tahan jiwa, pada akhirnya jiwa menjadi labil dan

14 Ibid., hlm. 16. 15 F. Patty, dkk, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 189-

190. 16 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, op. cit., hlm. 202.

Page 7: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

25

cenderung mudah terpengaruh pada hal-hal yang negatif, serta dirinya

tidak mampu merasakan kebahagiaan serta tidak mampu

mengaktualisasikan potensi-potensi (kemampuan) yang ada dalam dirinya

secara wajar.17 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia didefinisikan

gangguan mental ialah ketidakseimbangan jiwa yang mengakibatkan

terjadinya ketidaknormalan sikap dan tingkah laku yang dapat

menghambat dalam proses penyesuaian diri.18

Dengan demikian gangguan mental ialah kondisi kejiwaan yang

lemah (sakit), yang bisa merusak kepribadian dengan tingkah lakunya

yang tidak normal (abnormal), serta mengakibatkan seseorang atau

individu mengalami kesulitan bersosialisasi, beraktualisasi, dan

beradaptasi, yakni mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

Orang yang mengalami gangguan mental ialah kebalikan dari

orang yang sehat mentalnya, sebagaimana penjelasan Dadang Hawari

menurutnya, orang yang sehat mentalnya (jasmani/ jiwa, psikis) ialah

orang yang pikiran, perasaan, serta perilakunya itu baik, tidak melanggar

hukum, norma, dan etika, serta tidak merugikan orang lain ataupun

lingkungannya.19

Sementara itu Dr. Kartini Kartono gangguan mental (mental

disorder) ialah bentuk penyakit atau gangguan dan kekacauan fungsi

mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan

mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan/ mental

terhadap stimuli eksternal dan ketegangan-ketegangan; sehingga muncul

gangguan fungsional atau gangguan strukural dari satu bagian atau lebih

dari sistem kejiwaan.20

17 Zakiyah Daradjat, op. cit., hlm. 13. 18 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan¸ op. cit., hlm. 202. 19 Dadang Hawari, Al-Quran, Ilmu Kedokteran Jiwa Dan kesehatan Jiwa, (Jakarta: Dana

Bakti Primayasa, 1999), hlm. 20 Kartini Kartono dan Jenny Andari, op cit., hlm.80-81

Page 8: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

26

Zakiyah Daradjat, mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa;

gangguan mental adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak wajar

(normal) baik yang berhubungan dengan fisik (tingkah laku), kepribadian,

kejiwaan, maupun psikis (psikologis).21

Orang yang terganggu mentalnya biasanya, pikirannya pendek,

tidak memiliki pandangan hidup yang luas, sikap hidupnya penuh perasaan

pesimis, dan biasanya suka menunda-nunda waktu, serta cenderung

mengeluh. Apabila telah mengalami kondisi psikologis semacam itu jelas

kondisi psikis kita terganggu. Ciri yang paling mudah dikenali dari kondisi

mental yang tidak sehat yaitu perasaan selalu malas berbuat sesuatu,

kondisi tubuh merasa selalu capek, isi pikiran dan hati diliputi perasaan iri,

dengki, curiga, dan pikiran-pikiran aneh lain dan selalu diliputi

keinginan-keinginan yang tidak masuk akal (irrasional).

Gangguan mental sekecil apapun dapat merusak kepribadian atau

citra diri. Maka deteksi dini mutlak perlu dilakukan terhadap diri kita

dengan tujuan untuk mengenal kondisi kesehatan mental sedini mungkin,

sehingga kita dapat mengarahkan diri agar tidak menderita gangguan

mental. Deteksi diri (psycho-diagnostic) terhadap gangguan mental sejak

dini perlu dilakukan oleh siapapun, yang menyadari betapa penting dan

berharganya kesehatan metal yang melebihi hal apapun. Hal ini bisa

dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain.

21Zakiyah Daradjat, op. cit., hlm. 33

Page 9: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

27

B. Gejala dan Faktor Pencetus Terjadinya Gangguan Mental

a) Gejala-Gejala Timbulnya Gangguan Mental

Untuk mengetahui bagaimana kondisi mental atau kondisi jiwa

kita. Apakah kondisi mental itu sehat, normal atau terganggu. Ini semua

bisa diketahui atau dideteksi lewat apa yang disebut dengan “gejala” atau

“tanda”.

Gejala adalah tanda-tanda yang mendahului suatu problem, atau

sesuatu yang dapat diamati sebelum timbulnya suatu problem,22 atau

keadaan yang menjadi yang menjadi tanda-tanda akan timbulnya atau

berjangkitnya sesuatu.23 Jadi gejala-gejala timbulnya gangguan mental

ialah segala bentuk kondisi kejiwaan yang bisa diamati atau bisa dirasakan

secara jelas sebagai realisasi aktivitas kejiwaan yang bisa mengakibatkan

ketidaknyamanan ataupun ketidaktenangan baik secara psikologis maupun

secara jasmaniah (fisik).24 Adapun gejala-gejala timbulnya gangguan

mental yang dapat dirasakan dan diamati sebagai bentuk upaya deteksi

(diagnosis) yang terjadi dalam diri yaitu, dengan menilai dan mau

merasakan bagaimana kondisi jasmaniah dan rohani yang ada dalam diri

kita. Untuk mengetahuinya bisa diagnosis atau deteksi sendiri melalui

beberapa gejala (tanda). Adapun gejala-gejalanya tersebut bisa dirasakan

atau bisa dideteksi melalui gejala kejiwaan yang ada dalam diri (kejiwaan)

yaitu, melalui pikiran, perasaan, emosi, kehendak dan tingkah laku.

1) Pikiran

Pikiran yang dimiliki setiap manusia memiliki fungsi yaitu

untuk berfikir. Berfikir ialah sebagai bentuk gejala kognisi atau gejala

cipta, dan berfikir juga wujud dari proses kerja pikiran dan merupakan

kondisi kejiwaan yang juga bisa ikut membantu mengontrol segala

perilaku manusia. Pikiran memiliki fungsi untuk mengetahui,

mencipta, dan memecahkan problema. Dalam kerjanya, berfikir itu

22 Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah Surabaya, 1993), hlm. 50 23 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan¸ op. cit., hlm. 260. 24 Jamaluddin Kafie, op. cit., hlm. 50-51.

Page 10: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

28

menggunakan sebuah alat yang disebut dengan akal (inteligensia),

yang berada dalam otak sebagai tempat singgah dalam proses berfikir.

Ada beberapa tingkatan dalam berfikir yaitu; berfikir konkrit, berfikir

skematis, dan berfikir abstrak. Dengan berfikir seseorang bisa

memperoleh pengetahuan, pengertian dan ilmu pengetahuan yang

bertujuan untuk memperoleh kebenaran dalam bentuk apapun, seperti

kebenaran dalam bertindak dan bertingkah laku.25

Berfikir bisa disebut juga, gejala atau kondisi kejiwaan yang

dapat menetapkan hubungan-hubungan antara ketahuan-ketahuan kita.

Berfikir merupakan proses dialektika, yakni selama individu berfikir,

pikiran akan mengadakan tanya jawab ataupun melakukan

pertimbangan-pertimbangan, untuk bisa memutuskan suatu persoalan

yang akan dilakukan. Dalam proses dialektika itulah yang memberi

arah atau pengertian agar pikiran tidak salah dalam memberikan

keputusan. 26

Adams, memberikan definisi bahwa, berfikir ialah suatu proses

aktif, yang meliputi penggunaan, pengamatan, tanggapan, simbol-

simbol, tanda-tanda atau kata-kata, pembicaraan batin dan pengertian-

pengertian. Oleh karena itu berfikir dapat didefinisikan sebagai setiap

urutan kesadaran yang diarahkan pada suatu tujuan yang belum ada

kepastiannya. Setiap berfikir yaitu diarahkan sebagai bentuk problem

solving (pemecahan masalah). Jenis berfikir setiap individu tidaklah

sama, yaitu sesuai dengan hakekat persoalan yang dihadapi, tujuan

yang diinginkan dan pendekatan terhadap setiap persoalan.27

Adapun kondisi pikiran yang sehat diantaranya yaitu, mampu

berfikir secara cepat, akurat dan sistematis, realistis, mampu

berkonsentrasi, tidak merasa lelah dan tidak merasa gundah dan kacau

25 Ibid., hlm. 51. 26 Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 58. 27Adams, Pokok-Pokok Ilmu Jiwa Umum,Tej, Wayan Ardhana dan Sudarsono, (Surabaya:

Usaha Nasional, 1985), hlm. 117-118.

Page 11: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

29

(distorsi).28 Dengan demikian apabila diri seseorang merasakan hal

yang sebaliknya dalam pikirannya, ini merupakan suatu gejala

timbulnya gangguan mental ataupun gangguan jiwa secara umum.

2) Perasaan

Setiap aktivitas, tingkah laku dan pengalaman kita diliputi oleh

perasaan. Disamping pikiran perasaan juga mempunyai peran untuk

memberikan pertimbangan bagaimana seseorang atau individu untuk

berbuat dan bertingkah laku. Perasaan juga termasuk naluri manusia

yang banyak memberi pengaruh serta mempengaruhi perkembangan

sikap dan tingkah lakunya.

Ada dua macam perasaan manusia sebagaimana yang

dikategorikan oleh Jamaludin Kafie yaitu digolongkan ke dalam dua

bentuk, yakni: Pertama, perasaan yang dikategorikan sebagai perasaan

kejasmanian (rendah) seperti, perasaan penginderaan, perasaan vital,

perasaan psikis dan perasaan pribadi. Kedua perasaan kerohanian

(tinggi), seperti perasaan religius (hal yang suci), perasaan etis (hal

yang baik), perasaan estetik (hal yang indah), perasaan egoistis (hal

diri sendiri), perasaan sosial (hal bersama), perasaan simpati (hal

tertarik) dan perasaan intelektual (hal yang benar).29

Perasaan disebut juga sebagai gejala rasa atau disebut juga

sebagai gejala emosi. Prof. Hukstra mendefinisikan perasaan yang

dikutip oleh Agus Sujanto, perasaan ialah suatu fungsi jiwa untuk

dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang

dan tidak senang.30 Perasaan biasanya disifatkan sebagai kondisi

kejiwaan yang dialami oleh setiap manusia pada suatu waktu. Seperti

orang merasa iba, terharu, gembira, merasa gembira atau sedih,

tercengang dan sebagainya.

28 William Gladstone, Apakah Mental Anda Sehat, terj, Jeanette M, Lesmana, dkk, (Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1994), hlm. 20-21. 29 Jamaluddin Kafie, op. cit., hlm. 51-52. 30 Agus Sujanto, op. cit., hlm. 75.

Page 12: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

30

Secara sederhana perasaan bisa dimaknai sebagai suatu kondisi

kejiwaan sebagai akibat dari adanya peristiwa-peristiwa, pada

umumnya datang dari eksternal individu, yang bisa menimbulkan

kegoncangan-kegoncangan pada diri individu yang mengalaminya.31

Perasaan yang dimiliki oleh setiap orang tidaklah sama, itu semua

tergantung pada kondisi atau peristiwa yang mempengaruhinya atau

yang dialaminya.

Disamping pengaruh stimulus dari luar, perasaan juga

bergantung pada; Pertama, kondisi jasmani dan rohani. Kedua sifat

pembawaan yang erat hubungannya dengan kepribadian seseorang.

Ketiga kondisi perkembangan seseorang, yakni keadaan yang pernah

mempengaruhi, akan dapat memberikan corak dalam perkembangan

perasaannya. Disamping itu faktor lain yang dapat mempengaruhi

perasaan seseorang, misalnya; keluarga, lingkungan, tempat kerja,

sekolah dan sebagainya.32 Ekspresi perasaan ini bisa dilihat dari

keadaan jasmani, karena banyak perasaan timbul bersamaan dengan

peristiwa tubuh, seperti tertawa, marah, membentak, mengepal tangan,

menangis, mengerutkan dahi dan sebagainya, ini semua tak lain adalah

sebagai perbuatan-perbuatan tubuh (badan) untuk melahirkan

perasaan. Tanggapan-tanggapan perasaan dapat diwujudkan dengan

gerakan-gerakan seperti, perubahan raut muka (mimik) dan

gerakan-gerakan tubuh yang lain baik sebagian (pantomimic) maupun

seluruhnya.

Sebagai bentuk gejala (symptom) terhadap mental, yakni

terganggu tidaknya kondisi mental seseorang itu bisa diamati atau bisa

dirasakan lewat perasaannya, untuk mengetahuinya bisa kita rasakan

atau kita amati terhadap gejala-gejala baik secara psikis maupun secara

fisik seperti, denyut jantung yang sangat cepat tidak seperti biasanya,

pernafasan yang tidak teratur atau tidak seperti biasanya, raut muka

31 H. Zuhairi dan Sardjoe, Ilmu Jiwa Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), hlm. 9 32 Ibid., 10-11.

Page 13: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

31

yang tidak seperti biasanya (seperti tampak pucat, tampak murung,

tampak bersedih, dan sebagainya), kehilangan gairah dan sebagainya.33

Perasaan sebagai bagian kondisi kejiwaan mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi mental, tingkah laku dan

kepribadian. Cannon seorang ahli kejiwaan dengan teori sentralnya,

yang dikutip oleh Zuhairini, mengemukakan bahwa gejala jasmani itu

merupakan suatu akibat dari perasaan ataupun emosi yang dialami oleh

seseorang atau individu. Jadi gejala-gejala jasmani itu merupakan

akibat dari kondisi perasaan ataupun emosi yang sedang dialaminya.

Disamping teori tersebut James dan Lange dengan teori perifernya

mengemukakan bahwa gejala-gejala jasmani itu bukan akibat dari

kondisi perasaan ataupun emosi yang dialami oleh seseorang, akan

tetapi sebaliknya yaitu kondisi perasaan ataupun emosi yang dialami

seseorang akibat dari gejala-gejala jasmaniah.34 Dari kedua teori ini

setelah dilakukan analisa bahwa keduanya tidak bisa dipisah-pisahkan

karena keduanya merupakan satu-kesatuan yang utuh yang ada dalam

diri manusia yang saling mempengaruhi terhadap kondisi mental

seseorang, secara sederhana dapat dikatakan bahwa mental seseorang

itu dapat dipengaruhi kondisi internal maupun kondisi eksternal.

Apabila suatu aktivitas perasaan melebihi batas hingga

kemungkinan komunikasi terganggu, maka yang timbul ialah emosi,

karena manusia sudah demikian jatuh terperangkap oleh perasaannya

dan larut didalamnya hingga tidak mampu lagi menguasai dirinya dan

juga tidak mampu mengendalikan perasaannya, maka yang terjadi atau

yang timbul adalah bentuk-bentuk sikap dan perilaku emosional yang

cenderung negatif.

Dengan demikian mental yang sehat ataupun tidak itu bisa

diukur sendiri, melalui kapasitas perasaan, yakni apakah perasaannya

dapat bekerja dalam batas kewajaran atau justru sebaliknya. Apabila

33 Ibid., 12. 34 Ibid., 13.

Page 14: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

32

kondisi perasaan kita bekerja pada batas ketidakwajaran dan disertai

dengan gejala-gejala jasmaniah yang tidak seperti biasanya (tidak

wajar) berarti mental atau jiwa seseorang mulai terganggu. Kondisi

perasaan seperti inilah yang bisa disebut sebagai gejala terjadinya

gangguan mental. Maka dari itu perasaan seseorang perlu didik dan

dilatih agar menjadi baik, wajar stabil, dan proporsional dan bernilai

positif, sehingga dengan sendirinya akan membentuk mental yang

sehat.35

3) Emosi

Kondisi kejiwaan yang dapat mempengaruhi “mental”,

disamping pikiran dan perasaan juga dipengaruhi oleh “emosi”. Emosi

dengan perasaan hampir tidak ada perbedaannya. Emosi dalam

pengertiannya sangat bermacam-macam, seperti “keadaan bergejolak”,

“gangguan keseimbangan”, “ respon kuat dan tidak teratur terhadap

stimulus”. Dari pengertian-pengertian tersebut memiliki

kecenderungan yang sama bahwa, keadaan emosional itu menunjukkan

penyimpangan dari keadaannya normal. Keadaan yang normal adalah

keadaan yang tenang atau keadaan seimbang fisik dan sosial.36 Dalam

emosi itu sudah terkandung unsur perasaan yang mendalam (intense).

Secara definitif kata emosi berasal dari kata emotust atau emovere,

artinya; mencerca, menggerakkan (to stir up) yakni, sesuatu yang

mendorong sesuatu di dalam diri manusia. Emosi merupakan

penyesuaian organis yang timbul secara otomatis dalam diri seseorang

setiap menghadapi peristiwa-peristiwa tertentu, jadi emosi digerakkan

oleh kondisi gejolak psikis. Gejalanya bisa diperoleh dari faktor dasar

yakni, watak, karakter, hereditas, dan atau dipengaruhi oleh

lingkungan.37

35 Jamaluddin Kafie, op. cit., hlm. 52 36 M. Dimyati Mahmud, Psikologi; Suatu Pengantar, (Yogyakarta: BPFE-

YOGYAKARTA, 1990), hlm. 163. 37 Jamaluddin Kafie, op. cit., hlm. 53.

Page 15: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

33

Disamping pengertian diatas yang dimaksud dengan emosi

ialah suatu kondisi perasaan yang melebihi batas, terkadang tidak

mampu menguasai diri dan menjadikan hubungan pribadi dengan

dunia luar menjadi terputus. Ketidakmampuan untuk mengendalikan

perasaan tersebut terhadap setiap problem akan melahirkan sikap yang

emosional yang cenderung negatif.

Emosi bisa muncul apabila kurang adanya penyaluran motoris

(gerak dari dalam) yang cepat dari situasi yang dihadapinya. Misalnya

tiba-tiba ada orang yang cinta atau membenci yang sangat berlebih-

lebihan terhadap suatu hal, ini terjadi akibat dari refleksi motoris

kurang bisa tersalurkan dalam situasi gejala itu timbul. Akan tetapi

apabila sudah mampu memberikan reaksi kepada suatu yang

dipikirkan atau dirasakan secara tepat maka sedikit-demi sedikit

emosinya akan mereda.38 Emosi yang tampak dalam diri individu

ataupun orang lain itu bisa diukur melalui atau dengan melihat

perubahan-perubahan kondisi jasmani yang ada pada diri individu

tersebut.

Pada dasarnya (secara fitrah) setiap manusia memiliki sifat

emosional, jadi emosi tidak bisa dibunuh, akan tetapi emosi harus

disalurkan dengan cara yang baik. Emosi timbul tidak datang secara

otonom, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada dalam

diri individu, ketika menyikapi suatu hal (problem). Faktor-faktor yang

mempengaruhi emosi diantaranya, kondisi pikiran, kondisi perasaan,

motivasi, kehendak dan kondisi jasmani. Kondisi jasmani juga bisa

menentukan kadar volume kondisi emosi seseorang , misal seseorang

atau individu ketika kondisi jasmani nya, lemah, capek, lesu dan

sebagainya biasanya kalau sedang dihadapkan suatu persoalan, dalam

penyikapannya lebih cenderung pada sikap yang emosional, pada

kondisi semacam ini tindakan atau perilaku yang ditampakkan

cenderung tidak sehat (tidak normal).

38 Ibid.

Page 16: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

34

Perasaan-perasaan emosional kapan saja kita bisa mengalami

suatu emosi, aspek yang paling kongkrit yaitu perasaan yang

ditimbulkan, seperti pengalaman takut, marah, sedih atau gembira, itu

akan melahirkan sensasi yang kuat dan hebat dalam diri seseorang.

Disamping perasaan-perasaan yang bersifat subyektif tersebut, ada

aspek-aspek emosi lain yang paling kongkrit, secara fenomena logis

perasaan-perasaan emosional itu bisa diamati atau dirasakan pada

perubahan-perubahan dalam tingkah laku, seperti berkelahi, marah-

marah, mengamuk, berkelahi, melarikan diri, diam membeku, tertawa,

menangis serta ucapan-ucapan tertentu dan sebagainya, disamping itu

ekspresi emosional bisa diamati lewat ekspresi raut wajahnya, seperti

tampak tegas, tampak memerah, tampak cemberut, mata melotot dan

sebagainya, dan juga bisa dirasakan atau diamati lewat kondisi jasmani

yang lain seperti mulut kering, keringat dingin, sakit perut dan

sebagainya.39 Dengan demikian ekspresi wajah, dan kondisi jasmani

serta tingkah laku yang tidak seperti biasanya merupakan pantulan dari

sikap emosi. Faktor yang mempengaruhi emosi ialah sangat beraneka

ragam, yakni tergantung pada stimulus yang mempengaruhinya.

William James seorang ahli psikologi yang dikutip oleh

Dimyati Mahmud dalam bukunya Psikologi suatu Pengantar (1990)

mengemukakan bahwa “perasaan dan sensasi emosional itu merupakan

reaksi bawaan terhadap stimulus tertentu”. Melalui proses conditioning

hampir setiap stimulus dapat dibuat untuk membangkitkan respon

emosional, misalnya kita tiap hari dihadapkan terus menerus pada

persoalan yang sama apa bila emosi kita tidak kuat maka akan timbul

sikap emosional yang cenderung negatif, seperti menendang, menjerit,

marah, mengamuk dan sebagainya.40

39 M. Dimyati Mahmud, op. cit., hlm. 163. 40 Ibid., hlm. 176.

Page 17: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

35

Sikap emosional yang ada dalam diri manusia yang didasarkan

pada arah aktivitas tingkah laku emosionalnya itu ada empat bentuk

yaitu:

1. Marah: yakni orang bergerak menentang sumber frustasi

2. Takut: yakni orang bergerak meninggalkan sumber frustasi

3. Cinta: yakni orang bergerak menuju sumber kesenangan

4. Depresi: yakni orang menghentikan respon-respon terbukanya41

dan mengalihkan emosi ke dalam dirinya sendiri.

Selama emosi berlangsung banyak terjadi perubahan-

perubahan pada alat tubuh, perubahan-perubahan ini bisa membantu

untuk mendeteksi berbagai reaksi pada orang-orang atau individu yang

sedang mengalami emosi. Perubahan-perubahan itu adalah:

a) Pupil mata membesar, alis melebar, dan bola mata melotot

b) Kecepatan dan denyut jantung bertambah

c) Tekanan darah meningkat; volume darah pada anggota badan

terutama lengan, kaki, dan muka bertambah, akibatnya kulit

menjadi merah

d) Ujung rambut berdiri

e) Pernafasan menjadi tak teratur, kadang-kadang cepat, kadang-

kadang lambat

f) Saluran paru-paru melebar sehingga orang dapat menghirup lebih

banyak oxygen

g) Liver lebih banyak mengeluarkan gula ke otot-otot

h) Kelenjar keringat pada kulit mengeluarkan banyak sekali keringat

(dikenal dengan keringat dingin)

i) Kelenjar ludah terhambat dengan tanda mulut menjadi kering

j) Pencernaan berhenti

k) Kelenjar adrenal mengalirkan hormone adrenalin ke dalam darah

dengan akibat jantung berdebar lebih cepat, liver mengalirkan gula

41 Ibid., hlm. 166.

Page 18: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

36

ke dalam darah untuk tenaga otot, dan meningkatkan kemampuan

darah untuk mengental dengan cepat.42

Dari sekian gejala-gejala tersebut diatas dapat diketahui bahwa

emosi yang ada dalam diri individu atau seseorang bisa mempengaruhi

kondisi mental ataupun jiwa seseorang tergantung bagaimana

seseorang itu mampu mengatur emosinya.

Dalam penelitian anatomis memperkuat gagasan bahwa pada

dasarnya emosi dasar itu satu yaitu excitement (keadaan bergejolak)

sebagai lawan keadaan calm (tenanga), telah diketahui bahwa otak lah

yang mengendalikan dan mengatur alat-alat tubuh bagian dalam

melalui salah satu dari dua saraf yang saling bertentangan, yaitu:

1. Syaraf simpatik yaitu syaraf yang mengatur tubuh pada saat dalam

keadaan genting. Syaraf ini berfungsi pada empat macam kondisi

yaitu, apabila hidup terancam, selama sakit yang terus menerus,

selama usaha yang keras dan selama takut dan marah.

2. Syaraf parasimpatik yaitu syaraf yang memiliki peran untuk

mempertahankan atau mengatur tubuh agar selalu tetap dalam

keadaan normal. Misalnya; menciutkan mata pada saat terkena

cahaya yang sangat terang, mengontrol pencernaan makanan,

buang air, dan sebagainya.43

Di antara kedua fungsi saraf tersebut (saraf simpatik dan

parasimpatik), keduanya saling mempengaruhi kondisi mental

seseorang, karena keduanya memiliki peran yang berbeda sehingga

kadar emosional seseorang juga dipengaruhi oleh kedua saraf

tersebut.44

Perlu dimengerti dan juga diantisipasi bahwa emosi yang tidak

stabil dapat mengganggu pikiran (berfikir), sedangkan berfikir adalah

alat terbaik untuk memecahkan persoalan, dan juga bisa mengganggu

42 Ibid., hlm. 168. 43 Ibid., 170 44 Ibid.

Page 19: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

37

perasaan. Apabila pikiran dan perasaan terganggu oleh emosi yang

tidak stabil tersebut, yang terjadi adalah pikiran dan perasaan menjadi

bingung sehingga tidak bisa berfikir secara obyektif. Dan lebih parah

lagi kondisi mental kita sampai pada taraf diffusi yakni dalam kondisi

ini orang melakukan banyak gerakan yang tidak ada gunanya, seperti;

berjalan mondar-mandir, menarik-narik rambut, menghempaskan apa

saja yang ada di depannya, berteriak dan sebagainya.45

Disamping dapat mengganggu kesehatan mental emosi yang

tidak normal juga dapat mengganggu kondisi fisik (fisiologis). Dalam

kedokteran jiwa dan psikologi dikenal dengan istilah psychosomatic

atau psychosomatic medicine. Ide dasar psychosomatic medicine itu

adalah banyak keluhan jasmaniah yang berakar pada reaksi psikologis

seseorang terhadap kehidupan. Seperti penyakit radang usus bisa

disebabkan tekanan-tekanan emosi yang dibarengi oleh telalu

banyaknya sekresi hydrochloric acid. Di dalam perut, yang

menyebabkan terjadinya radang dan pendarahan. Penyakit-penyakit

lain yang berakar pada emosi yang kuat berupa penyakit kulit, tekanan

darah tinggi, asthma dan sakit kepala. Kalau tidak menyebabkan

timbulnya penyakit, emosi sebagai bentuk proses terjadinya suatu

penyakit.46 Emosi yang tidak stabil dan terlalu berlebihan yaitu sebagai

bentuk gejala terjadinya gangguan mental.

4) Kehendak

Kehendak atau kemauan disebut juga gejala konasi atau gejala

karsa yang ada dalam diri (jiwa) seseorang, juga termasuk fungsi jiwa

yang memberi dorongan untuk menuju atau menghindari sesuatu.

Kalau pikiran memiliki fungsi untuk mengatur dan mengontrol dan

perasaan berfungsi untuk merasakan (menilai) dan memberikan

pertimbangan, maka kehendak merupakan fungsi jiwa yang memiliki

fungsi untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu keinginan,

45 Ibid., hlm. 178 46 Ibid., 179.

Page 20: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

38

karena kehendak atau kemauan merupakan tujuan aktif untuk menuju

pelaksanaan suatu tujuan.

Kehendak atau kemauan yang ada dalam diri manusia, menurut

Sigmund Freud, dorongan tersebut dibentuk atas tiga dimensi sifat

dasar kejiwaan yang saling mempengaruhi yang ada dalam jiwa

manusia yaitu Das Es, Das Ich dan Das Uber Ich atau yang kita kenal

dengan istilah “Id”, “Ego”, dan “Super Ego”. Id yaitu sebagai bentuk

fitrah manusia yang cenderung mengejar kesenangan yang harus selalu

terpenuhi atau sebagai bentuk kehendak atau kemauan dasar manusia

yang harus dipenuhi. Sedangkan Ego ialah berfungsi sebagai pengatur

atau yang memberikan pertimbangan dari setiap kemauan atau

kehendak yang ditimbulkan oleh Id, bisa dikatakan Ego adalah sebagai

alat rem terhadap Id, dan Super Ego yaitu hampir sama dengan Id akan

tetapi kualitasnya lebih tinggi dan lebih selektif dalam memberikan

pertimbangan terhadap Id, karena dalam diri (batin) kita terjadi

pertentangan antara Id dan Ego, disinilah peran Super Ego untuk

memberikan pertimbangan terhadapa tindakan seseorang yang harus

dilakukan. Super Ego lebih condong pada pertimbangan yang sifatnya

terkait dengan etika, moral, norma atau dapat disamakan dengan

iman, jadi Super Ego merupakan kontrol atas semua kemauan

seseorang yang lebih sempurna.47

Kehendak atau kemauan terhadap sesuatu itu muncul karena

adanya dorongan –dorongan naluriah terhadap dunia luar dan relasi-

relasi terhadap manusia dan benda yang berbentuk kebutuhan, hasrat,

cita-cita, keinginan dan nafsu. Jadi kehendak manusia pada dasarnya

ingin memiliki, akan tetapi keinginan memiliki tersebut lah yang akan

mendorong seseorang mempunyai dorongan yang disebut dengan

“kehendak” atau “kemauan”. Apabila keinginan untuk memiliki tidak

terealisasi maka yang terjadi adalah kekosongan inilah yang

mendorong timbulnya suatu kehendak atau kemauan.

47 Agus Sujanto, op. cit., hlm. 132-133.

Page 21: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

39

Kemauan atau kehendak itu dapat diamati atau dianalisis dalam

empat momen. Pertama, saat objektif, yakni, saat timbulnya idea dan

relasi dengan obyek. Kedua, saat dinamis (saat usaha), yakni kemauan

merupakan pendorong perbuatan seluas mungkin. Perbuatan adalah

pendorong mengisi kekosongan dan kekosongan adalah kebutuhan

serta kebutuhan merupakan dasar suatu usaha. Kebutuhan yaitu

bersifat statis dari pada suatu yang belum dikerjakan. Sedangkan usaha

adalah merupakan suatu kehendak yang bersifat dinamis. Ketiga, saat

subyektif, yaitu saat memilih dan mempertimbangkan atas segala yang

dikehendaki sebelum diwujudkan dalam sebuah tindakan. Pada saat

menentukan atau pada saat proses memutuskan mengambil suatu

pilihan yang tepat yang akan dilakukan atau dikerjakan, dalam hal ini

faktor motif sangat membantu mempercepat proses mengambil suatu

keputusan tersebut. Setelah melalui proses tersebut maka yang akan

muncul dalam diri kita atau dalam kehendak kita akan muncul

berbagai kemungkinan, diantaranya, menerima atau menolak,

dikerjakan atau menghindar, maju atau mundur dan sebagainya, yakni

dalam kondisi semacam ini disebut dengan masa kebimbangan. Jadi

tindakan kemauan yang final sangat ditentukan atau terletak pada

keputusan ini. Keempat, saat aktual, yaitu berbentuk

tindakan, aktivitas atau gerakan, sikap, tingkah laku dan sifat-sifat

tertentu yang lain.48

Antara saat objektif, saat dinamis dan saat subjektif ialah masih

pada tahap kemauan dalam pikiran (ide atau konsep).49 Pada tahap

aktual inilah keputusan telah ditentukan, sehingga bentuk perilaku

yang ditampakkan oleh seseorang merupakan keputusan final dan

cerminan dari dalam dirinya. Kehendak merupakan kesanggupan

pribadi manusia yang memiliki corak yang sangat menentukan tingkah

lakunya. Akan tetapi yang perlu diwaspadai dan disadari disini yaitu,

48 Jamaluddin Kafie, op. cit., hlm. 54-55 49 Ibid.

Page 22: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

40

bahwa kehendak atau kemauan juga tidak bisa terlepas dari apa yang

disebut dengan “hasrat” ataupun “nafsu” yang bergejolak, yakni suatu

keinginan yang kuat atau meluap-luap, yang cenderung menggebu-

gebu yang terkadang bisa mengganggu atau pikiran, perasaan, emosi

bahkan hasrat tersebut sampai menguasainya, kalau pikiran, perasaan

dan emosinya telah tertutup maka yang muncul adalah sifat

emosionalnya atau nafsunya yang begitu berkobar-berkobar, maka

tidak menutup kemungkinan perilaku atau sikap dan tindakan yang

dilakukan pasti tindakan berada diluar kontrol yang ada dalam dirinya.

Dengan demikian secara lahiriah orang tersebut mengalami gangguan

mental. Maka dari itu kita harus mampu mengatur dan mengendalikan

kehendak atau kemauan kita, jangan sampai terjebak pada hasrat dan

nafsu yang cenderung mengarahkan sikap dan tingkah laku kita pada

tindakan yang negatif. Gejala gangguan mental disini juga bisa kita

kenali atau kita deteksi sendiri lewat kehendak atau kemauan kita.

5) Sikap dan Tingkah Laku

Tingkah laku adalah gerak gerik, aktivitas, tindakan, sikap dan

perbuatan atau gerakan yang nampak pada individu, yang merupakan

manifestasi dari gejala-gejala kejiwaan yang ada dalam diri manusia.

Secara sederhana tingkah laku bisa dikatakan sebagai bentuk yang

kongkrit dari jiwa itu sendiri, maka dari itu tingkah laku sifatnya

mudah diamati, dikenali, ditafsirkan, diramalkan, dan mudah

dimengerti atau mudah difahaminya. Dengan demikian tingkah laku

bisa disebut sebagai bentuk ungkapan jiwa yang tidak bohong, karena

tingkah laku yaitu sebagai manifestasi atau ekspresi dari jiwa baik

yang disadari maupun yang tidak disadari.50

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Freud dengan teori

analisisnya yang mengatakan bahwa perilaku menyimpang ataupun

bentuk gangguan mental yang lain yaitu, bahwa sumber utama konflik

dan gangguan mental itu merupakan manifestasi dari dimensi kejiwaan

50 Ibid., hlm. 48.

Page 23: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

41

yang berada pada dimensi alam bawah sadar.51 Begitu juga J.B.

Watson penganut faham psikologi behaviorisme, yang dikutip oleh

Drs. M. Dimyati Mahmud, mengatakan bahwa sumber utama konflik

atau gangguan-gangguan mental lain itu ialah akibat dari sesuatu yang

disadari atau juga kondisi lingkunganlah yang mempengaruhinya

tingkah laku seseorang.52 Jadi tingkah laku ialah manifestasi dari

kondisi kejiwaan yang tidak bisa ditipu dan segala bentuk konflik

ataupun problem yang terjadi pada diri kita atau seseorang itu bisa kita

amati lewat sikap dan tingkah laku yang diwujudkannya.

Sebagai mana penjelasan tersebut di atas, bahwa tingkah laku

ialah merupakan ekspresi dan manifestasi dari gejala-gejala hidup

kejiwaan yang ada dalam diri manusia tersebut. Maka segala sikap

tindakan yang dilakukan tidak bisa lepas dari kondisi kejiwaannya

karena, manusia itu terbentuk atas dua dimensi yakni dimensi jasmani

dan dimensi rohani, yang mana keduanya saling mempengaruhi.

Tingkah laku manusia mempunyai arah dan tujuan yaitu untuk

memenuhi suatu kebutuhan hidupnya baik sebagai mahluk individual,

sosial, dan mahluk berketuhanan. Kebutuhan manusia merupakan

dorongan dari kehendak, atau kemauan, pikiran, emosi dan perasaan,

dimana semuanya secara totalitas bekerjasama untuk menentukan

tingkah laku yang tepat (positif) yang harus dilakukan oleh manusia

untuk memenuhi semua kebutuhan.53

Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tingkah

laku manusia menurut tinjauan psikologis ialah beberapa macam

aktivitas, kegiatan dan tindakan manusia yang tampak secara riil

(obyektif dan terbuka) sebagai bentuk penampakan (ekspresi/

51 Segimund Freud, Psikoanalisis Sigmund Freud, terj, Ira Puspitorini, Ikon (Yogyakarta:

Teralitera, , 2002), hlm. 324. 52 M. Dimyati Mahmud, Psikologi; Suatu Pengantar, op. cit., hlm. 15-16. 53 Jamaluddin Kafie, op. cit., hlm. 48-50.

Page 24: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

42

manifestasi) dari adanya dorongan-dorongan psikis untuk memenuhi

atau mencapai suatu kehendak atau kemauan dan tujuan hidupnya.54

Menurut Dr. Kartini Kartono ada sepuluh symptom (gejala) atau

faktor yang dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang.

Yaitu:

1. Tropisme, ialah gejala desakan yang menyebabkan timbulnya

gerakan-gerakan atau tujuan ke satu arah tertentu. Seperti kita ingin

mencintai seseorang.

2. Refleks, ialah reaksi yang tidak disadari terhadap stimulus-stimulus,

dan berlangsung diluar kemauan kita. Refleks itu ada dua bentuk

yaitu, refleks bersarat dan tidak bersarat. Refleks bersyarat yakni

sikap atau tingkah laku yang dipengaruhi atau dididik, sebagaimana

dalam teori operan conditioning, yang dipelopori oleh Pavlov dan

kawan-kawan. Sedangkan refleks tidak bersyarat ialah tindakan,

sikap atau tingkah laku yang timbul secara otomatis, seperti

melarikan diri saat ketakutan, mengedipkan mata saat kemasukan

debu dan sebagainya.

3. Instinct (naluri), ialah kesanggupan melakukan hal-hal yang

kompleks tanpa melakukan latihan sebelumnya, terarah pada tujuan

berarti bagi si subyek tidak disadari dan berlangsung secara mekanis.

Tingkah laku semacam ini, misalnya tiba-tiba kita ingin berbuat

sesuatu penuh dengan keyakinan dimana perbuatan itu tidak kita

sadari sebelumnya, berarti tingkah laku kita dituntun oleh naluri atau

insting yang ada dalam diri kita. Bersamaan dengan dorongan-

dorongan, naluri menjadi faktor penggerak bagi segala tingkah laku

dan aktivitas manusia, dan menjadi tenaga dinamis yang tertanam

sangat mendalam yang ada dalam pribadi manusia.

4. Otomatisme, ialah gejala gerak-gerak yang berlangsung dengan

sendirinya, tidak disadari dan ada diluar kehendak kita. Misalnya,

berbicara, mengendarai sepeda, berjalan, menulis dan sebagainya.

54 Ibid.

Page 25: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

43

5. Kebiasaan, ialah bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha

penyesuaian diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur

afektif perasaan. Tingkah laku atau kepribadian seseorang bisa kita

ketahui atau kita amati lewat kebiasaan-kebiasaan yang

dilakukannya. Kondisi mental yang tidak sehat ataupun kepribadian

yang buruk itu bisa kita rasakan atau kita amati lewat kebiasaan-

kebiasaan tindakan yang kita lakukan. Kebiasaan ini biasanya

dipengaruhi oleh kondisi dari dalam diri kita sendiri dan lingkungan

(bisa berupa: keluarga, masyarakat, pendidikan/ sekolah). Jadi

kebiasaan juga bisa sebagai penentu atau cerminan bagian terbesar

dari kepribadian kita.

6. Dorongan-dorongan (drives), ialah suatu desakan yang sifatnya

alami yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup,

dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup.

Dorongan-dorongan semacam inilah yang dapat menuntun sikap dan

tingkah laku manusia untuk berbuat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

tersebut. Terkadang pemenuhan kebutuhan itu dilakukan dengan

berbagi cara. Pendidikan an kebiasaan-kebiasaan yang baiklah yang

dapat mempengaruhi dorongan-dorongan tersebut, bahkan dapat

memperkuatnya, sehingga dalam pemenuhannya dapat dilakukan

dengan sikap dan tingkah laku yang baik (positif) pula. Seperti

dorongan ingin kaya, seks, ingin bersosialisasi, berkawan dan lain

sebagainya.

7. Hasrat dan kecenderungan, ialah kebutuhan yang menimbulkan

hasrat, atau suatu dorongan kuat yang ditunjukkan kepada objek

tertentu yang dapat dilakukan berulang-ulang. Hasrat timbul dari

dorongan dan terarah pada satu tujuan atau pada satu objek yang

jelas (kongkrit) yang sangat diinginkan. Lawan dari hasrat ialah

keengganan atau keseganan. Sedangkan hasrat yang selalu ingin

diulang-ulang atau muncul kembali yaitu disebut kecenderungan.

Kecenderungan adalah hasrat atau kesiapan reaktif yang hanya

Page 26: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

44

tertuju pada obyek yang jelas dan selalu muncul berulang-ulang kali.

Kecenderungan merupakan sifat watak kita yang disposisional

(bakat/ketetapan) yakni bukan merupakan tingkah laku itu sendiri,

akan tetapi merupakan sesuatu yang memungkinkan akan

menimbulkan suatu bentuk tingkah laku dan mengarah pada obyek

tertentu. Dari kecenderungan inilah yang akan membentuk suatu

sikap atau tingkah laku yang mengarah pada satu kebiasaan, bahkan

bisa disebut sebagai bentuk watak yang ada dalam diri seseorang.

Dari kecenderungan-kecenderungan yang ada dalam diri seseorang,

bisa kita lihat sementara karakter yang ada dalam diri individu atau

seseorang tersebut.

8. Nafsu: adalah kecenderungan yang kuat, hasrat yang bergolak,

keinginan yang meluap-luap yang sangat hebat sekali, sehingga bisa

mengganggu keseimbangan mental dan fisik. Nafsu inilah yang

terkadang menghilangkan pertimbangan akal sehat dan

menyingkirkan semua hasrat yang lain. Tingkah laku yang negatif

biasanya lebih condong dikuasai oleh dorongan-dorongan nafsu

negatif. Dan nafsu negatif biasanya lebih mendominasi sikap

maupun tingkah dari pada nafsu positif. Nafsu inilah yang terkadang

bisa menjerumuskan tingkah laku pada hal- hal yang negatif kalau

tidak mampu mengendalikan atau mengatur nafsunya, sehingga

nafsu juga bisa mendorong atau membentuk pada suatu bentuk

tingkah laku atau karakter pada diri seseorang.

9. Kemauan, adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-

tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi.

Jadi dalam kemauan itu ada kebijaksanaan akal dan wawasan dan

wawasan serta ada kontrol dan persetujuan dari pusat kepribadian.

Dari sini akan timbul dinamika dan aktivitas manusia yang diarahkan

pada tujuan akhir. Kemauan merupakan sifat dasar manusia yang

bertujuan untuk mengaktualisasikan bakat atau seluruh potensi yang

ada dalam dirinya. Dengan adanya kemauan ini sehingga suatu sikap

Page 27: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

45

dan tingkah laku dengan sendirinya akan terbentuk. Kemauan

merupakan pemersatu (unifikator) dari semua tingkah laku, dan

mengkoordinasikan segenap fungsi kejiwaan menjadi bentuk

kerjasama yang supel dan harmonis. Maka kemauan yang sehat akan

menjadikan seseorang satu kesatuan yang betul-betul menyadari

tujuan hidupnya dalam setiap langkah dan tingkah lakunya. Dengan

demikian kemauan juga merupakan suatu ukuran dari setiap gerak

dan tingkah laku yang ditampilkan manusia.

10. Perbuatan Kortsluiting dan Perbuatan Hati Nurani. Ialah suatu

bentuk tingkah laku yang ditampilkan oleh satu dorongan yang kusut

dan impuls (rangsangan pendorong dari dalam diri) yang tidak

terkendali. Perbuatan kortsluiting yaitu didorong oleh impuls yang

luar biasa, timbul tidak melalui saringan kepribadian, tanpa

pertimbangan akal, mengabaikan suara batin (hati nurani) dan ini

muncul sebagai bentuk perbuatan nafsu yang sangat tidak terkendali,

dan hampir tidak disadarinya. Perbuatan kortsluiting muncul dan

dilakukan tanpa pertimbangan akal sehat, akibat dari dorongan nafsu,

kehendak, keinginan yang sangat bergejolak atau keinginan yang

sangat kuat dan keinginan tersebut terkadang banyak hambatan

untuk memenuhi atau mencapainya. Perbuatan ini bisa disebut

dengan perbuatan “nekat” yang diakibatkan oleh kondisi lingkungan

yang tidak berpihak. Banyak perbuatan kriminal dan perbuatan-

perbuatan yang menyimpang juga ditentukan oleh perbuatan

kortsluiting tersebut dan perbuatan ini berlangsung pada tingkat

animal. Lawan dari perbuatan kortsluiting yaitu perbuatan hati

nurani, yaitu setiap tindakan yang disertai dengan pertimbangan dan

suasana pikiran yang tenang, serta melalui tapisan kepribadiannya.

Perbuatan hati nurani ini berlangsung pada tingkat human dan

religius, yakni perbuatannya selalu didasari dengan perbuatan yang

baik dan terarah.

Page 28: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

46

Hati nurani itu berfungsi sebagai pengemudi dan hakim terhadap

segenap tingkah laku, dan pikiran manusia, sebagai pengontrol yang

kritis, sehingga sikap dan tingkah laku manusia dituntun pada jalan yang

benar. Hati nurani juga menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap

semua tingkah laku dan berani menanggung semua resiko yang

diperbuatnya. Dengan demikian dengan hati nurani yang hidup

seseorang bisa menilai sendiri tingkah lakunya dengan bantuan norma-

norma, sehingga dengan bebas dan tidak khawatir lagi seseorang bisa

bertingkah laku, karena hati nurani secara pasti akan menuntun sikap an

tingkah laku seseorang pada tingkah laku yang positif. Sementara itu

perbuatan kortsluiting akan menjerumuskan perbuatan seseorang pada

tingkah laku yang negatif, karena perbuatan ini didorong atas nafsu and

motif-motif yang ada dalam diri yang cenderung pada hal-hal yang

negatif, perbuatan ini biasanya lebih condong pada perbuatan nekat yang

cenderung pada perbuatan negatif, sehingga sikap dan perilaku yang

tampak ialah tingkah laku yang menyimpang. 55

Dari sepuluh gejala kejiwaan tersebut di atas itulah yang dapat

mempengaruhi setiap tingkah laku yang ditampikan oleh seseorang.

Karena tingkah laku merupakan kepanjangan dari kondisi kejiwaan yang

tidak bisa ditipu, karena tingkah laku ini suatu gejala kejiwaan yang

nampak dan kongkrit. Dan kepribadian seseorang itu bisa dilihat dan

diukur melalui tingkah laku yang ditampilkannya. Begitu juga kondisi

mental kita bisa dilihat atau di ukur sendiri melalui sikap dan tingkah

laku kita.

Dari kelima gejala kejiwaan itulah (pikiran, perasaan, emosi,

kehendak dan tingkah laku) perlu senantiasa kita perhatikan dan kita

jaga agar selalu dalam kondisi seimbang. Sehingga kondisi diri kita atau

mental kita selalu dalam kondisi yang sehat (tidak terganggu).

Secara umum, biasanya gejala-gejala gangguan mental bisa

dirasakan melalui perasaan-perasaan yang tidak wajar atau kelainan-

55 Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Mandar Maju, 1990), hlm. 99-110.

Page 29: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

47

kelainan yang ada dalam diri kita, baik secara fisik maupun secara

psikis. Secara psikis ada semacam ketidakwajaran pada fungsi intelek

yang semakin tidak efisien, terkadang ada semacam masalah dalam fisik

yang tidak kita ketahui asal penyebabnya, tiba-tiba kita merasa sakit.

Gejala psikis, yang merupakan indikasi dari kondisi mental yang

tidak sehat yang bisa menimbulkan terjadinya gangguan mental, dengan

ciri-ciri diantaranya yaitu:

1) Perasaan sering gelisah, menderita insomnia (kesulitan akan tidur),

mudah tersinggung, sering mimpi buruk, mudah marah, cenderung

bersikap agresif, dan mudah garang (kurang perhatian pada daerah

sekitarnya).

2) Lekas jadi cemas, sering bingung, sering lupa, suka menyendiri,

benci terhadap keramaian, kehilangan nafsu makan dan seksual, dan

cenderung kehilangan kontrol diri, seperti suka ceroboh, sering

berbuat dengan tergesa-gesa dan lain-lain.

3) Sering terjadi disorientasi waktu, kadang-kadang berperilaku

immoral, terkadang lupa terhadap diri sendiri, terkadang berbicara

ngelantur dan tidak jelas.

4) Sering berbuat apatis, beku emosional, perasaan sering berganti-

ganti, tidak mampu melakukan konsentrasi, ada kelesuan pada

bagian interesnya,

5) Aktivitas intelektualnya mundur dan juga kemampuan-kemampuan

lain menjadi lemah seperti tidak bisa berfikir secara cermat.

6) Merasa kesulitan dalam melakukan adaptasi atau adjustment dan

sering datang perasaan-perasaan putus asa.

7) Prestasi menurun, merasa kesulitan dalam beraktualisasi, sosialisasi,

dan komunikasi serta timbul perasaan-perasaan cepat bosan dan suka

mengumpat.

8) Tanpa disadari tiba-tiba bicara sendiri tanpa dengan obyek yang jelas

Page 30: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

48

9) Sering kehilangan kesabaran, dan perasaan ingin menjerit.56

Sementara itu gejala pada fisik, tanda-tanda kondisi mental yang

terganggu, diantaranya yaitu

1) Terjadi gangguan pada fungsi pencernaan makan.

2) Kondisi stamina tubuh menurun dan otak ada semacam kelesuan,

sehingga timbul rasa malas dan malas berfikir.

3) Ada semacam gangguan pada alat pernafasan

4) Tanpa disadari sering melakukan tics (gerak-gerak facial pada wajah,

seperti; mengedip-ngedipkan mata terus menerus, mengerenyit-

kerenyitkan cuping hidung dan bibir, dan lain)

5) Tanpa disadari sering menendang-menendang, tiba-tiba menjerit

(histeris) dan bersikap agresif

6) Sering mondar-mandir tanpa tujuan yang jelas, berdiam diri dan

tampak stupor.

7) Kondisi tubuh terasa capek yang luar biasa, dan suka menggerak-

gerakkan anggota tubuh yang tidak biasa dilakukan dan otot leher

semakin terasa kaku.

8) Muka tampak memerah, pucat dan lemas

9) Suka marah dan disertai dengan tindakan agresif

10) Dan lain-lain.57

Dari sekian gejala yang tampak dalam diri kita sebagaimana tersebut

di atas, semua itu merupakan cerminan dari kondisi mental yang tidak sehat

(terganggu) yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa, sehingga pada ujungnya

dapat membentuk suatu kepribadian yang tidak sehat pula.

56 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Pathologi Seks, (Bandung: Penerbit Alumni, 1985), hlm. 124-140.

57 Ibid.

Page 31: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

49

b) Faktor Pencetus Terjadinya Gangguan Mental

Para psikolog sepakat bahwa ada dua faktor yang sangat mempengaruhi

terjadinya gangguan mental, yaitu faktor penyedia (predisposing factor) dan

faktor pencetus (participating factor).58

Faktor penyedia adalah faktor yang terkondisi dalam diri individu akan

tetapi faktor ini bersifat pasif, sedangkan faktor pencetus adalah faktor

incidental yang dapat membangkitkan faktor penyedia menjadi aktif. Yakni

segala bentuk pemicu yang dapat mengganggu kondisi mental ataupun jiwa

yang bisa menyebabkan terjadinya kelainan-kelainan pada kondisi jasmani

dan psikologis, sehingga mengakibatkan gangguan-gangguan pada mental,

baik gangguan mental ringan (neurosis), ataupun gangguan metal berat

(psychosis). Akibat yang ditimbulkan dari gangguan mental, secara klinis bisa

menyebabkan penderitaan (distress) pada diri individu, antara lain dapat

berupa; rasa nyeri, tidak nyaman, merasa pusing, merasa sakit pada sebagian

anggota tubuh, tidak tenteram, terganggu pada disfungsi organ tubuh dan lain

sebagainya. Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas (disability)59

Perlu diketahui bahwa seseorang yang terganggu mentalnya bisa

menyebabkan terjadinya penurunan pada kemampuan daya ingat, daya pikir,

dan daya emosi (perasaan), yang pada puncaknya bisa mengganggu kegiatan

sehari-hari (personal activities of daily living), seperti hilangnya nafsu makan,

gairah hidup, semangat kerja, hilangnya perawatan diri, tidak terkontrolnya

buang air besar dan kecil, dan lain sebagainya.60

Melihat efek yang ditimbulkan dari gangguan mental tersebut, bisa

mengancam hilangnya kontak (komunikasi), tidak memiliki kemampuan

untuk beraktualisai, dan sosialisasi, serta bisa menyebabkan sulitnya

beradaptasi. Itu semua tidak terjadi begitu saja akan tetapi ada faktor yang

58 Drs. Abdul Wahib, Puasa dan Kesehatan Mental, Media, Edisi, 10 th. 11/ Maret 1992,

(Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang), hlm. 57 59 Yang dimaksud dengan disability ialah keterbatasan atau kekurangan kemampuan untuk

melaksanakan sesuatu aktivitas pada tingkat personal, yaitu melakukan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup. Lih. Rusdi Maslim, Ed, Diagnosis Gangguan Jiwa; Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, t.th, hlm. 7.

60 Ibid.

Page 32: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

50

melatarbelakanginya. Dalam ilmu kesehatan disebut dengan “faktor pencetus”.

Yakni Faktor yang menyebabkan atau yang mempengaruhi serta mendorong

terjadinya gangguan metal. Orang yang terganggu mentalnya, faktor

pencetusnya yaitu sangat kompleks, yakni tidak hanya diakibatkan oleh satu

faktor. Biasanya penyakit mental awalnya ditandai dengan fenomena

ketakutan, pahit hati, hambar hati, apatis, cemburu, iri hati, dengaki,

kemarahan-kemarahan yang eksplosif, ketegangan batin yang kronis, dan lain

sebagainya. Disamping hal tersebut pencetus terjadinya gangguan mental atau

penyakit mental itu bisa diakibatkan oleh faktor internal maupun faktor

eksternal, yakni dari dalam diri individu maupun dari luar individu yang

mempengaruhinya.

Adapun faktor internal maupun eksternal pencetus terjadinya gangguan

metal diantaranya yaitu:

1) Faktor Genetik

Setiap organisme, apakah itu tumbuh-tumbuhan, hewan ataupun

manusia, ia memulai hidupnya itu berasal sel yang sama (tunggal). Pada

manusia tumbuh dan berkembang dari satu jenis sel telur (ovum) yang

sudah dibuahi (zygote), zygote ini terbentuk atas pertemuan atau persatuan

antara ovum (sel telur) yang berasal dari ibu dan spermato zoon (sel

sperma) yang berasal dari ayah.61 Dari kedua sel yang telah bercampur

menjadi satu tersebut, ber proses ber bulan-bulan, yang pada akhirnya bisa

membentuk berbagai bentuk baik fisik (sel otot, syaraf, kelenjar, kulit, dan

sebagainya) maupun non-fisik (yang berupa pembentukan sel karakter,

watak, kepribadian maupun sifat-sifat kepribadian lain).

Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi kondisi mental

(jiwa) yang bisa melahirkan suatu kepribadian dalam diri manusia, yaitu

yang disebut dengan istilah hereditas. Hereditas adalah kecenderungan

untuk berkembang dan bertingkah laku mengikuti pola-pola tertentu,

misalnya kecenderungan untuk berjalan tegak, kecenderungan menjadi

orang pendiam, orang lincah, seniman, dan lain sebagainya. Herediatas ini

61 F. Patty, dkk, op. cit., hlm. 56-57.

Page 33: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

51

bisa kita sebut dengan istilah “potensi” dasar yang dimiliki oleh manusia

sejak ia dilahirkan. Potensi ini sedikit besar dipengaruhi oleh faktor

genetik yang dimiliki dari salah satu orang tuanya.62

Gen merupakan pembawa sifat-sifat hereditas. Jadi apakah diri

kita mempunyai kulit hitam, rambut keriting atau lurus, perawakan tinggi

atau pendek, cerdas atau kurang cerdas, periang atau pemurung, normal

atau idiot, dan sebagainya. Semua ini di tentukan oleh sifat-sifat yang ada

pada genes (gen).63 Maka dapat kita ketahui bahwa sifat-sifat dasar yang

ada pada diri kita baik lahir maupun batin telah ditentukan atau

dipengaruhi oleh gen, karena kita berasal dari bentukan sel warisan

(turunan).

Kerusakan pada gen yang bisa mengakibatkan ketidaknormalan

pada perkembangan individu baik secara fisik maupun psikis (intelektual),

berpengaruh pada kondisi mental. Kalau kita merasa kondisi fisik maupun

psikis kita mengalami ada semacam kelainan, itu akibat dari:

a) Kekurangan nutrisi (gizi), terkena infeksi dan keracunan sewaktu kita

ada dalam kandungan.

b) Sewaktu ibu mengandung, ia menderita suatu penyakit, sehingga ada

pengaruh yang buruk pada janin (foetus intra uterine). Sehingga janin

(bayi) yang dilahirkan terindikasi akan menderita toxemia, yaitu

peristiwa keracunan pada darah, sehingga mengakibatkan abnormalitas

pada sistem syaraf.

c) Terjadi keracunan pada janin (intoxication) akibat atau efek dari obat-

obat penenang yang mengandung racun, misal obat kontrasepsi anti

hamil yang sangat kuat mengandung racun, akan tetapi obat tersebut

gagal bekerja secara efektif. Atau akibat dari salah satu orang tua yang

pecandu. Sehingga mengakibatkan pertumbuhan janin dalam

kandungan tidak normal atau mengalami kerusakan pada mental dan

fisik. Dimana ini bisa mengakibatkan gejala secondary amentia dan

62 Ibid. 63 Ibid., 56.

Page 34: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

52

feeble minded, yakni mengalami lemah ingatan pada anak, akibat janin

mengalami keracunan zat besi (plumbum; loodvergiftinging) dalam

kandungan. Sedangkan obat yang bisa merusak janin tersebut disebut

dengan istilah “teratogenik”.

d) Pada saat mengandung ibu mengalami tekanan mental, seperti trauma,

panik, sock, penuh ketakutan atau ibu sedang mengalami psikhosa

(jadi gila) atau menjadi gila disaat mau melahirkan. Kondisi ibu yang

semacam ini tidak menutup kemungkinan akan melahirkan anak yang

lemah bahkan cacat mental.

e) Pada saat ibu mengandung kandungannya terkena benturan yang

sangat keras sehingga mengenai kepala janin atau bagian vital lain. 64

Jadi tidak heran apabila ada seseorang baru umur beberapa tahun

memiliki kelainan mental seperti idiot, agresif, dan keterbelakangan

mental lain sebagainya, ini semua tak lain akibat gen yang dibawanya. Jadi

gen merupakan salah satu faktor pencetus terjadi gangguan mental.

2) Kondisi Fisik yang Tidak Normal

Kondisi fisik yang tidak normal atau seseorang yang dilahirkan

dengan kondisi fisik yang tidak normal (cacat), ketika seorang itu tumbuh

dewasa atau mulai bisa berfikir dan ketika dia mulai menyadari akan

dirinya serta keinginan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya,

misalnya bermain, sekolah, dan beraktualisai. Dengan melihat kondisi

fisiknya yang tidak normal, secara naluriah dan itu pasti akan mengalami

disintegrative dalam dirinya, yakni kondisi mentalnya akan mulai

terganggu, seperti hilangnya rasa percaya diri, tumbuhnya rasa malu,

minder dan sebagainya.65 Pada tahap perkembangan selanjutnya apabila

tidak dibekali dengan pondasi psikologis yang kuat, pasti orang yang

mengalami cacat fisik, dalam dirinya mulai tumbuh perasaan-perasaan

negatif atau terjadi konflik batin, yang pada puncaknya menganggap

dirinya tidak berarti lagi, Victor E. Frankl menyebutnya orang semacam

64 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Pathologi Seks, op. cit., hlm. 27-28. 65 Abdul Aziz El-Quussy, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/ Mental, terj., Zakiyah Daradjat,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 72-76.

Page 35: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

53

itu telah mengalami kehampaan hidup atau kehilangan akan “makna

hidup”.66

Gangguan mental akibat cacat fisik ini tidak hanya dialami atau

terjadi pada seseorang yang dilahirkan dengan kondisi fisiknya yang tidak

normal, akan tetapi ini bisa menimpa pada orang yang normal. Misal

seseorang dengan wajahnya yang cakep, cantik, atau membanggakan

sebagian anggota fisiknya suatu hari kecelakaan, dan mengakibatkan pada

salah satu fisiknya cacat yaitu luka yang sangat parah pada wajahnya dan

menimbulkan kerusakan pada wajahnya ketika sudah sembuh, disadari

atau tidak pasti pada kondisi semacam ini kondisi mental nya akan

mengalami kekacauan (terganggu), yang semula hidup dengan penuh

percaya diri akan muncul dalam dirinya perasaan-perasaan yang negatif,

seperti tumbuhnya rasa malu dan minder. Ini semua apabila tidak

dibentangi dengan psikologis yang kuat.

Dengan kondisi cacat fisik, secara fenomenalogis, hampir 75%

mengakibatkan terjadinya gangguan mental atau kejiwaan. Bahkan timbul

dalam diri yaitu perasaan-perasan hampa, seolah-olah hidupnya tidak ada

artinya atau kehilangan visi hidup (makna hidup), dan perasaan yang

cenderung ingin mengakhiri hidup (bunuh diri) kerap terjadi pada

penderita cacat fisik. Sebagaimana ungkapkan Adler, yang dikutip oleh

Prof. Dr. Abdul Aziz El-Quussy, ” kekurangan jasmani pada waktu kecil

adalah dasar yang penting terhadap kekurangan psikologis”.67

Disamping kondisi fisik yang cacat, faktor pencetus lain yang

bisa mempengaruhi metal ialah kondisi fisik kita yang selalu tidak sehat

(sering sakit-sakitan) atau kita sedang mengalami sakit yang

berkepanjangan bahkan dapat vonis dari dokter bahwa penyakit yang

dideritanya tidak bisa disembuhkan. Kondisi yang semacam ini secara

sepontan, baik disadari atau tidak pasti akan menyerang kondisi jiwa

(mental), seperti perasaan cemas, takut, putus asa, ingin mati, yakni

66 Victor E. Frankl, Logo Terapi; Terapi Psikologis Melalui Pemaknaan Eksistensi, terj., M. Murtadlo, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2003), hlm. 120-121.

67 Abdul Aziz El-Quussy,, op. cit., hlm. 467.

Page 36: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

54

hilangnya semangat hidup. Jadi kondisi fisik yang tidak normal juga

berpengaruh besar terhadap kondisi mental kita.

3) Keluarga

Keluarga merupakan faktor internal yang kerap kali merupakan

faktor terbesar pencetus terjadinya kekalutan mental. Misal apa bila kita

sudah berkeluarga tuntutan-tuntutan yang ada seperti, pemenuhan

kebutuhan keberlangsungan hidup yang harus dipenuhi setiap hari dan

lain-lain yang ada dalam keluarga, ini pasti akan membuat diri seseorang

merasa tertekan untuk bagaimana untuk memenuhi kebutuhan itu semua.

Begitu juga tidak ada kasih sayang dari keluarga (orang tua) cenderung

membuat diri kita merasa tidak diperhatikan dan perasaan aneh lain yang

timbul dalam diri kita. Perasaan aneh ini disebut sebagai gejala

ketidakwarasaan kondisi jiwa atau ketidaksehatan mental kita. Dalam hal

ini Kartini Kartono mengungkapkan bahwa suasana institusionalia dan

interaksional dalam keluarga, yang tidak disertai dengan kasih sayang

akan mengakibatkan retardasi pertumbuhan dari segala fungsi jasmaniah

dan fungsi kejiwaan anak, terutama terjadi hambatan-hambatan pada

perkembangan inteligensi (IQ) dan emosional (EQ). Lembih lanjut ia

mengemukakan bahwa, seorang bayi yang tidak pernah mendapatkan

kasih sayang dan mendapatkan hubungan (relationship) yang wajar

(normal) dari orang tua (keluarga), itu akan berakibat pada ketidak

mampuan mengadakan hubungan dengan lingkungannya yang normal

secara permanen pada usia dewasa, dan cenderung pada tingkah laku atau

moral yang tidak wajar atau rusak/ cacat (moral defectiveness).68

Moral deficiency atau defect ialah tingkah laku individu yang

dicirikan hidupnya sela lalu delinquent yakni selalu melakukan kejahatan

(crimes). Padahal dalam dirinya tidak ada kelainan-kelainan

(penyimpangan) atau gangguan pada inteleknya. Akan tetapi kondisi

mental yang dialaminya ialah dia tidak lagi mempunyai kemampuan untuk

mengenal, mengerti, mengendalikan dan mengadakan regulasi terhadap

68 Ibid., hlm. 30.

Page 37: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

55

emosi-emosi dan tingkah lakunya. Sehingga ekspresi yang ditampilkan

ialah cenderung pada tingkah laku yang salah dan jahat (misconduct),

sehingga fenomena yang ada ialah adanya tindak kekerasan, penyerangan,

dan kejahatan. Dan ia tidak memiliki kemampuan lagi untuk melakukan

konformitas, yakni patuh dan toleran terhadap hukum, norma-norma dan

standar sosial yang berlaku.69

Orang yang bermoral defect pada umumnya tidak bisa dipercaya,

sebab sikapnya munafik, jahat, tidak bisa menghargai orang lain, sangat

egoistic (self-centered), orang semacam ini tergolong dengan kualitas

mental yang rendah, dan pribadinya cenderung pada simtom-simtom yang

psikotik, khususnya berbentuk pada penyimpangan-penyimpangan dalam

berhubungan dengan lingkungannya.70

Disamping tersebut diatas, kekerasan dalam rumah tangga juga

bisa menjadi pencetus terjadi gangguan mental. seperti perlakuan yang

kejam, keras, tidak adanya keadilan dalam rumah tangga dan lain

sebagainya, faktor ini akan menimbulkan perasaan-perasaan, dendam dan

agresi, interrelasi kemanusiaan yang miskin, kebekuan emosional,

bersikap agresif, dan lain sebagainya, ini semua tentu bisa berpengaruh

pada kondisi mental, mengakibatkan mentalitas seseorang tidak sehat71

4) Kehidupan modern (modernisasi).

Kehidupan modern atau modernisasi disamping membawa

kemajuan dan perubahan pada taraf hidup manusia, juga bisa membawa

bencana terhadap kondisi psikologis (mental), apa bila tidak diimbangi

dengan ketangguhan mental. Kehidupan modern yang cenderung pada

pola hidup materialistic dan hedonisme, revalitas, penuh kompetisi,

individualistic serta persaingan, mengakibatkan stamina jasmani dan

ruhani selalu terpacu (terkuras) untuk memenuhi tuntutan-tuntutan

tersebut. Melihat realitas tersebut apabila seseorang tidak memiliki mental

yang kuat, dengan cepat kondisi mentalnya akan menjadi lemah dan

69 Ibid., hlm. 152. 70 Ibid. 71 Ibid.

Page 38: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

56

terganggu, akibat ketidakmampuannya dalam menghadapi realitas

kehidupan tersebut, sehingga timbul perasaan cemas, stres, panik,

ketakutan, putus asa dan lain sebagainya. Tekanan-tekanan kehidupan

modern inilah yang bisa mendorong terjadi gangguan mental atau

gangguan kejiwaan lainnya.

Kehidupan modern yang cenderung kompetitif, sehingga seseorang

terpacu dengan ekstra keras untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan

tersebut, dari suasana inilah akan menimbulkan perilaku-perilaku yang

tidak wajar (abnormal) atau menyimpang apabila individu tersebut tidak

memiliki ketahanan mental dalam menghadapi persaingan tersebut.

Sehingga yang timbul adalah perilaku dan tindakan yang menghalalkan

dengan segala cara, seperti perbuatan licik, munafik, exploitative, lacur,

dan pola hidup berbahaya lain, ataupun melakukan tindakan-tindakan

kriminal, seperti, korupsi, kolusi, mencuri, merampok dan lain sebagainya.

Jelas ini adalah cerminan dari kondisi mental yang tidak sehat, yang

diakibatkan dari kondisi sosial budaya yang tidak menguntungkan atau

akibat modernisasi.72

Kehidupan modern disadari maupun tidak, akibatnya bisa

menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sosial yang serba cepat

(rapid social change), dan sebagai konsekuensinya dampak dari

kehidupan modern, seperti modernisasi, industrialisasi, kemajuan IPTEK,

semua itu dapat mempengaruhi nilai-nilai etik dan gaya hidup (value

system and way of life). Dalam hal ini tidak semua orang mampu untuk

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut, sehingga pada

gilirannya yang bersangkutan bisa menimbulkan jatuh sakit, atau

mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri (adjustment

disorder). 73

Perubahan-perubahan tata nilai kehidupan akibat dari perubahan

sosial, yang sering disebut dengan perubahan-perubahan “psikososial”,

72 Kartini Kartono dan Jenni Andari, op. cit., hlm. 190-210. 73 Dadang Hawari, Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi, (Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 2001), hlm.1.

Page 39: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

57

diantaranya bisa dirasakan dan dilihat dari gejala-gejala yang tampak

dalam kehidupan sosial sehari-hari, gejala-gejala tersebut, sebagaimana

yang diklasifikan oleh Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, diantaranya yaitu:

(1) Pola hidup masyarakat dari yang semula sosial-religius cenderung ke

arah pola kehidupan masyarakat individual, materialistic dan sekuler

(2) Pola hidup sederhana dan produktif cenderung ke arah pola hidup

mewah dan konsumtif

(3) Struktur keluarga yang semula keluarga besar (extended family)

cenderung ke arah keluarga inti (nuclear family), bahkan sampai pada

keluarga tunggal (single parent family).

(4) Hubungan kekeluargaan yang semula erat dan kuat (tight family

relationship) cenderung menjadi longgar dan rapuh (loose family

relationship).

(5) Nilai-nilai religius dan tradisional masyarakat, cenderung berubah

menjadi masyarakat modern bercorak sekuler dan serba oleh serta

toleran berlebihan (permissive society).

(6) Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cenderung

untuk memilih hidup bebas bersama tanpa ikatan perkawinan.

(7) Ambisi karier dan materi yang mulanya menganut azas-azas hukum

dan moral serta etika, cenderung berpola tujuan menghalalkan segala

cara, seperti dengan melakukan, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

(KKN).74

Dari beberapa gejala kehidupan yang berubah begitu cepat, bisa

berakibat buruk pada kondisi kejiwaan atau mental seseorang, seperti perasaan

cemas, bingung, stress, depresi, agresif dan tekanan-tekanan mental lain, apa

bila berlarut-larut dan segera tidak diatasi dan disikapi dengan baik dan bijak,

pada gilirannya bisa mengakibatkan terjadinya gangguan mental yang lebih

parah.

5) Hidup dalam lingkungan baru

74 Ibid.

Page 40: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

58

Dalam hal ini yang dapat menjadi faktor pencetus terjadinya gangguan

mental ialah terkait dengan masalah “penyesuaian diri (adjustment)”. Hidup

dalam lingkungan baru bisa timbul perasaan-perasan seperti, canggung, malu-

malu, dan takut, apabila perasaan ini berlarut-larut dalam diri, maka yang

terjadi tak lain adalah konflik batin yang diakibatkan dari ketidakmampuan

dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Dan apa bila ini

tidak diwaspadai akan mengakibatkan terjadinya gangguan mental yang lebih

parah, yakni yang awalnya neurosis menjadi psikotik.75

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, mengungkapkan bahwa faktor yang

bisa menyebabkan terjadinya tekanan mental atau faktor pencetus terjadinya

gangguan mental, sebagian besar yaitu diakibatkan oleh adanya tekanan sosial

atau disebut dengan “stressor psikososial”, yakni apa bila seseorang tidak

mampu mengatasi dan menyikapi stressor tersebut, yang bersangkutan akan

mengalami penurunan (imunitas) sehingga kadar kesehatan yang ada dalam

diri baik fisik maupun mental terganggu, baik ringan (neurosis) maupun berat

(psychotic).

Stressor sosial adalah setiap keadaan atau kejadian yang menyebabkan

perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang tersebut dituntut

secara terpaksa untuk melakukan adaptasi untuk menanggulanginya. Akan

tetapi tidak semua orang mampu untuk melakukannya, sehingga timbullah

keluhan-keluhan seperti, perasaan cemas, stress, bingung, perilaku aneh,

depresi dan lain sebagainya. Perlu diketahui bahwa banyak sekali stressor

psikososial yang ada dalam kehidupan sehari-hari, dan ini semua orang

dituntut untuk bisa melakukan penyesuaian dan penyikapan, sehingga diri kita

tidak jatuh sakit, baik fisik maupun psikis.

Dari sekian banyak jenis stressor psikososial yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari, para pakar memberikan beberapa contoh seperti:

perkawinan, hubungan interpersonal, pekerjaan, kondisi lingkungan hidup

yang buruk, keuangan, hukum, politik, adat istiadat, perkembangan diri,

penyakit fisik (cacat/ cidera), keluarga, trauma, dan lain sebagainya. Dari

75 Ibid., hlm. 259-257.

Page 41: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

59

beberapa stressor psikososial tersebut, di Amerika Serikat, ternyata merupakan

faktor pokok atau erat hubungannya dengan 6 penyebab terjadinya kematian,

yaitu penyakit jantung koroner, kanker, paru-paru, kecelakaan, pengerasan

hati, dan bunuh diri.76 Dengan demikian stressor psikososial merupakan faktor

terbesar terjadinya gangguan mental, apalagi kalau melihat gangguan mental

yang berat yaitu timbulnya keinginan dari individu ingin bunuh diri.

Disamping faktor psikososial, perlu dimengerti juga faktor terbesar

terjadinya gangguan metal pada zaman dahulu apalagi pada era sekarang ini

ialah stres, cemas dan depresi.

Yang dimaksud dengan stres ialah respon tubuh yang sifatnya non-

spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya, misalnya bagaimana respon

tubuh manakala menerima atau mengalami beban pekerjaan yang berat.77

Adapun tanda-tanda gangguan pada mentalnya yaitu stres dengan gejalanya,

gelisah, pikiran kacau, berkeringat, dan pernafasan tidak teratur.78

Sedangkan kecemasan (ansietas/ anxiety) adalah gangguan alam

perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan, kekhawatiran

yang mendalam dan berkelanjutan. 79

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga

hilangnya gairah hidup. Stres, cemas dan depresi ini apabila terus berlarut-

larut dan tidak segera diatasi perkembangan selanjutnya yaitu akan mengalami

gangguan-gangguan baik gangguan fisik (somatic) maupun secara psikis

(mental), dan ketiga hal tersebut disamping faktor pencetus dan disebut juga

sebagai gejala gangguan.80

Keterkaitan stressor psikososial dengan gangguan mental, yaitu hasil

persepsi dan pengalaman yang mempengaruhi sistem saraf. Dalam hal ini bisa

digambarkan melalui penelitian yang dikenal dengan Psiko-Neuro-Imunologi

76 Dadang Hawari, Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi, op. cit., hlm. 3-11. 77 Ibid., hlm. 17. 78 William Gladstone, Apakah Mental Anda Sehat,op. cit., hlm. 40. 79 Dadang Hawari, Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi, op. cit., hlm. 17-20. 80 Ibid., hlm. 17-20.

Page 42: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

60

(Psiko- Neuru- Endocrinology), yaitu ilmu yang mempelajari hubungan

anatara faktor psikososial, sistem saraf dan kekebalan. Sebagaimana yang

digambarkan oleh Prof. DR. dr. Dadang Hawari;

“Seseorang yang mengalami stressor psikososial yang ditangkap oleh panca indera, melalui sistem saraf panca indera akan dilanjutkan ke susunan saraf pusat otak, yakni bagian saraf otak yang disebut limbic system, melalui transmisi saraf (neurotransmitter/ sinyal penghantar saraf). Dan selanjutnya stimulus psikososial itu melalui susunan saraf otonom (simpatis/ parasimpatis) akan di teruskan ke kelenjar-kelenjar hormonal (endokrin) yang merupakan sistem imunitas tubuh dan organ-organ tubuh yang dipersarafinya.

Dari gambaran tersebut di atas dapat dicontohkan, misal apa bila kita

mendengar berita bahwa kita akan dikelurkan dari pekerjaan (PHK) secara

spontan reaksi yang terjadi dapat digambarkan, yakni; stimulus (berita

kehilangan pekerjaan) tadi dari panca indera pendengar diteruskan melalui saraf

ke pusat emosi ari limbic System di otak, kemudian diteruskan melalui saraf pula

ke kelenjar adrenalin yang letaknya di atas organ ginjal (kelenjar suprarenalis).

Rangsangan tersebut akan bereaksi dan mempengaruhi atau mengakibatkan

produksi hormon adrenalin jantung meningkat kemudian masuk dalam

peredaran darah dan mempengaruhi jantung (berdebar-debar, tekanan darah

(tension) meninggi, asam lambung meningkat, emosi meledak-ledak dan tidak

terkendali, keluar keringat dingin dan lain sebagainya, yang jelas

mengakibatkan perubahan-perubahan pada sikap dan tingkah laku. Apabila

kejadian ini tidak disikapi dengan baik, perkembangan selanjutnya ialah lama

kelamaan akan menimbulkan terjadinya gangguan-gangguan baik pada organ

tubuh (fisik) maupun pada organ psikis (mental). seperti mengalami stres,

kekebalan atau imunitas fisik dan mentalnya menurun dan akhirnya ia bisa jatuh

sakit yang lebih parah, baik sakit fisis (fisiologis) maupun psikologis (psikis/

mental).

Steven E. Keller, dkk, dan juga Solomon sebagaimana yang dikutip oleh

Prof. DR. dr. Dadang Hawari mengungkapkan bahwa “stres psikososial akan

mengakibatkan stres psychobiologic yang berdampak pada menurunnya

Page 43: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

61

imunitas tubuh, bila imunitas tubuh menurun maka yang bersangkutan rentan

jatuh sakit baik fisik maupun mental”.81

Mekanisme psiko-neuro-imunologi atau psiko-neuro-endokrinologi

secara sederhana dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:

Dari skema tersebut di atas sirkuit atau jaringan psiko-neuro-

imunologi atau psiko-neuro-endokrinologi dapat diketahui penjelasannya

mengenai hubungan yang sistematis dan bersifat spontanitas, pengaruh

psikososial dengan kondisi tubuh manusia yang dapat mengakibatkan

terjadinya suatu gangguan ataupun penyakit dalam diri manusia baik fisik

maupun psikis/mental.82 Inilah dari sekian faktor yang dapat memicu

terjadinya gangguan mental dalam pandangan ilmu psikologi, dimana

faktor terjadinya gangguan mental itu sangat komplek.

81 Ibid., hlm. 13-14. 82 Ibid., hlm.20-21.

Stressor Psikososial Susunan saraf pusat (otak, sistem

limbic, sistem transmisi saraf/ neurotransmitter)

Kelenjar Endocrine (sistem Hormonal, Kekebalan/

Immunity)

Skit (gangguan) fisis/ fisik (fisiologis)

Gejala/ keluhan

Sakit/ gangguan psikis (psikologis/ mental).

Page 44: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

62

Gangguan mental secara tidak langsung itu disebabkan oleh dua

faktor yang ada dalam diri manusia yaitu faktor kondisi jasmani

(fisiologis) dan kondisi rohani (jiwa)83

Sementara itu ciri yang paling sederhana dan mudah untuk

dikenali, bentuk pencetus terjadinya gangguan mental yaitu diri kita

banyak mengalami konflik batin yang disertai dengan sikap dan perilaku

yang aneh (perilaku abnormal). Apa bila kita menyadari, bahwa diri kita

mengalami hal yang demikian, jelas ini merupakan tanda awal atau bahkan

dengan jelas kondisi mental kita sudah tidak sehat lagi.

C. Bentuk-Bentuk Gangguan Mental dan Gejalanya

Secara universal manusia itu memiliki fitrah sebagai sosok

individu yang baik. Akan tetapi pada kenyataannya banyak orang menjadi

korban penyakit psikis (jiwa/ mental) atau mengalami gangguan mental.

Secara umum gangguan mental itu digolongkan menjadi dua

bentuk, yakni gangguan mental yang sifatnya ringan dan gangguan mental

yang sifatnya berat. Orang yang menderita gangguan mental yang sifatnya

ringan disebut neurosis, dan orang yang menderita gangguan metal yang

sifatnya berat disebut psychosis atau Psychose. Orang yang menderita

gangguan mental pada ujungnya akan mengalami penyakit mental yang

sesungguhnya (mental disorder).

Zakiyah Daradjat memetakkan gangguan mental itu dua dalam

bentuk, yaitu; pertama, yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada

anggota tubuh, misal otak, sentral saraf, atau hilangnya berbagai kelenjar,

saraf-saraf atau anggota fisik lainnya untuk menjalankan tugasnya.

Kerusakan ini disebabkan oleh keracunan, akibat minuman keras, obat-

obat perangsang, obat penenang atau narkotik, akibat kecelakaan, akibat

penyakit kotor, dan lain sebagainya. Kedua, disebabkan oleh gangguan-

gangguan jiwa yang telah berlarut –larut sehingga sampai pada puncaknya,

83 Suardiman, Menuju Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1986), hlm.

6.

Page 45: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

63

sebelumnya tanpa ada solusi (penyelesaian) secara wajar. Atau diakibatkan

oleh hilangnya keseimbangan mental secara menyeluruh, akibat dari

suasana lingkungan yang sangat menekan (tidak bersahabat), ketegangan

batin, dan sebagainya.84

Orang yang mengalami gangguan mental yang sifatnya neurotik

(psychoneurosis), juga akan membentuk kepribadian yang neurotik pula,

dimana fungsi kepribadiannya menghindari pengendalian yang sadar.

Dalam beberapa hal berwujud perasaan takut, dalam hal ini kontrol

pikirannya hilang dan juga terdapat pola tingkah laku yang tidak normal

atau tingkah laku yang tak terkendalikan.85

Zakiyah Daradjat mengungkapkan bahwa seorang yang diserang

penyakit mental/ jiwa, kepribadian pada diri individu tersebut disadari atau

tidak pasti terganggu, dan selanjutnya akan menyebabkan beberapa faktor

kesulitan-kesulitan atas diri individu tersebut, seperti kesulitan

menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami

problemnya. Individu yang menderita gangguan mental sering kali merasa

dirinya itu normal, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari

orang lain.86

Adapun yang dimaksud dengan gangguan mental ringan

(psikoneurosa/ neurosis) adalah sekelompok reaksi psikis ditandai secara

khas oleh unsur kecemasan, yang tidak sadar diekspresikan dengan

menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence of mechanism).

Psychoneurosis ialah bentuk gangguan/ kekacauan atau penyakit

fungsional pada sistem saraf, mencakup pula disintegrative sebagian dari

kepribadian, khususnya terdapat berkurangnya atau tidak adanya kontak

antar pribadi dengan sekitarnya. Relasinya dengan dunia luar sedikit

sekali, walaupun orang yang bersangkutan masih memiliki insight

(wawasan/ tilikan yang baik). Para penderita ini tidak mengalami

disorganisasi kepribadian yang sangat serius, kaitannya dengan realitas

84 Ibid. 85 M. Dimyati Mahmud, op. cit., hlm. 235. 86 Zakiyah Daradjat, op. cit., hlm. 56.

Page 46: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

64

ekstern atau dunia luar. Faktor pencetus penyakit ini biasanya penderita

memiliki sejarah hidup ataupun pengalaman hidup yang penuh dengan

kesulitan, tekanan-tekanan batin, dan peristiwa-peristiwa traumatis yang

begitu berat. Atau diakibatkan oleh faktor-faktor yang tidak pernah

menguntungkan selama bersosialisasi, berinteraksi, tidak pernah

mendapatkan kasih sayang masa kecilnya, dan tekanan-tekanan

psikososial yang lain yang tidak pernah memihak serta mengalami

kesulitan dalam mengatasi setiap problemnya. Proses pengkodisian yang

buruk terhadap mental nya tersebut, pada akhirnya menumbuhkan

berbagai macam symptom mental yang patologis, atau menimbulkan

berbagai macam bentuk gangguan mental.87

Gangguan mental tersebut (neurosis) pada umumnya berbentuk,

ketidakmampuan mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya,

ditunjukkan dengan tingkah lakunya yang abnormal dan aneh-aneh,

penderita bisanya tidak memahami dirinya sendiri, bahkan membenci diri

sendiri.88

Sementara faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya

psychoneurosis atau lebih dikenal dengan neurosis, ialah faktor-faktor

psikologis, dan kultural, yang menyebabkan timbulnya banyak stres, dan

ketegangan-ketegangan kuat yang kronis pada seseorang sehingga

pribadinya mengalami frustasi dan konflik-konflik emosional, dan pada

ujungnya menyebabkan terjadinya kelemahan mental (mental

breakdown).89

Gangguan mental juga bisa disebabkan oleh adanya kerusakan

pada anggota tubuh, misalnya kerusakan pada otak, sentral saraf, atau

hilangnya berbagai kelenjar, saraf-saraf atau anggota fisik lainnya untuk

menjalankan fungsinya/ perannya. Faktor yang menyebabkan terjadinya

kerusakan-kerusakan tersebut, sebagaimana penemuan para dokter ahli

87 Kartini Kartono dan Jenny Andari, op cit., hlm. 94-95. 88 Ibid. 89 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Pathologi Seks, op. cit., hlm. 84.

Page 47: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

65

saraf dan hasil uji klinis, hal ini dimungkinkan karena keracunan akibat

minuman kera, obat-obatan.

Adapun faktor-faktor lain timbulnya psychoneurosis ialah:

1) Ketakutan yang terus menerus dan sering tidak rasional

2) Ketidakimbangan pribadi

3) Konflik-konflik internal yang serius, terutama sudah dimulai sejak

masa kanak-kanak

4) Lemahnya pertahanan diri (difence of mechanism) secara fisik maupun

mental

5) Adanya tekanan-tekanan sosial dan kebudayaan yang kuat yang tidak

mampu diatasinya

6) Kecemasan, tekanan batin, kesusahan yang berkepanjangan.

7) Dan lain-lain.90

Akibat dari disfungsi saraf itu yang dapat mengganggu kestabilan

mental, pada ujunganya akan membentuk suatu gejala gangguan mental

serius (akut), disebut dengan istilah “neurasthenia”.

Neurasthenia adalah bentuk psikoneurosa yang ditandai adanya

kondisi syaraf-syaraf yang sangat lemah, tanpa energi hidup, selalu terus

menerus merasa capek, lelah, tidak bergairah, energi tubuh menurun,

lemah yang hebat, disertai keluhan-keluhan pada fungsi psikis, kecemasan,

dan dibarengi perasaan-perasaan nyeri dan sakit pada sebagian tubuh

sehingga penderita menjadi malas dan segan melakukan aktivitas atau

segan melakukan sesuatu (kehilangan semangat atau gairah hidup). Dan

juga timbul perasaan cemas yang tidak bisa dibendung , yang disebut

dengan neurosa kecemasan (anxiety neurosis). Misalnya; takut mati, takut

kalau jadi gila, dan ketakutan-ketakutan lain yang tidak rasional, dan tidak

bisa dimasukkan dalam kategori phobia. Dengan gejala emosi tidak

setabil, suka marah-marah, sering dihinggapi perasaan depresi, sering

dalam keadaan excited (gelisah sekali), sering berfantasi, dihinggapi ilusi,

90 Clifford R. Anderson. MD, Petunjuk Modern Pada Kesehatan, terj. Indonesia Publising

House, (Bandung, 1979), hlm. 330.

Page 48: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

66

delusi, dan rasa dikejar-kejar, sering merasa mual-mual dan muntah,

badannya merasa sangat letih, sesak nafas, banyak berkeringat,

bergemetaran, tekanan detak jantung yang begitu cepat dan sering

menderita diare, dan lain sebagainya.91

Adapun sebab-sebab neurasthenia anatara lain:

1) Risau disebabkan oleh kekurangan kesibukan (menganggur).

2) Banyaknya ketegangan-ketegangan emosi akibat konflik-konflik,

kesusahan dan frustasi.

3) Adanya perasaan inferior sebagai akibat dari kegagalan di masa

lampau, yang disusul dengan tingkahlakuyang agresif.

4) Faktor herediter akan tetapi kemungkinannya sangat kecil sekali.92

5) Dan lain-lain

Sedangkan gejala yang ditunjukkan ialah:

1) Rasa sangat lelah selalu ada, terasa sangat lesu, sekalipun tidak ada

gejala sakit pada jasmani.

2) Kondisi syarafnya; lemah, disertai perasaan-perasaan rendah dri dan

selalu takut akan membuat kegagalan

3) Penderita selalu diganggu oleh perasaan sakit dan nyeri yang

berpindah-pindah pada setiap bagian badannya; khususnya pada

bagian punggung, dan kepala yang disertai oleh rasa pusing.

4) Reaksinya cepat tetapi selalu bersifat ragu-ragu karena ada ketegangan

saraf.

5) Biasanya diikuti oleh gerakan motorik pada inteleknya lemah. Seperti

cepat merasa suntuk, malas berfikir, dan lambat dalam mengambil

keputusan.

6) Sering mengalami depresi emosional yang biasanya disertai dengan

menangis atau suka menangis.

7) Nafsu makan menurun bahkan sampai kehilangan nafsu makan, seks,

menderita insomnia dan muncul gangguan-gangguan pada pencernaan.

91 Kartini Kartono dan Jenny Andari, op cit., hlm. 107. 92 Ibid., hlm. 94-95.

Page 49: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

67

8) Merasa ada kerusakan pada sebagian panca indranya, seperti

pandangan kabur,

9) Cenderung egois dan introvert. Kehilangan kemampuan dalam

berkonsentrasi, mudah dipengaruhi, cepat bingung, semangat sensitif

dan sikapnya selalu antagonistik (selalu bertentangan) dan cenderung

negatif.

Kapasitas neurotic yang dialami oleh masing-masing individu yang

berbeda-beda. Gangguan mental ini (yang sifatnya neurotic), akan

melahirkan bermacam-macam gangguan mental yang bersifat neurotic

pula. Seperti, hysteria, disasosiasi kepribadian, Phobia, obsesi compulsive,

hypochondria, dan lain-lain.

Dari keterangan di atas dapat kita diketahui bahwa kondisi

kesehatan mental bisa dirasakan atau diamati melalui gejala-gejala

tersebut. Dengan demikian kita dapat mengenal sejauh mana kondisi

kesehatan mental kita, apakah masih dalam kewajaran atau tidak.

Sehingga kita selalu dapat mengantisipasi atau menjaga kondisi kesehatan

mental kita. Jangan meremehkan kesehatan mental walaupun gangguannya

masih dalam taraf yang ringan (neurosis), apabila tidak diperhatikan dan

diantisipasi sedini mungkin, pada akhirnya akan menyebabkan gangguan

mental yang lebih parah, yang disebut dengan “psychosis”.

Psikosis (psikosa fungsional) atau psikotik merupakan satu bentuk

gangguan mental yang parah, dimana penderita mengalami disorientasi

pikiran, gangguan-gangguan emosional, disorientasi waktu dan ruang,

serta pribadi, dan biasanya disertai halusinasi93 dan delusi-delusi (ilusi).94

93 Halusinasi ialah suatu pengamatan atau persepsi yang salah alam arti rangsang (obyek)

tidak ada tetapi orang yang mengalaminya merasa mengamati dan diyakini kebenarannya. Seperti merasa mendengar suara tetapi tidak ada rangsang suara, melihat orang yang akan mengejar dan ingin membunuhnya padahal pada kenyataannya tidak ada apa, dan lain sebagainya. lih M. Dimyati Mahmud, hlm. 2565

94 Delusi adalah suatu keyakinan yang dipegang teguh meskipun itu bertentangan dengan hal yang senyatanya, seperti penderita yakin merasa dirinya seorang presiden, raja, Tuhan (dalam istilah psikologis disebut dengan delusion of grandeur, yakni delusi kebesaran). Istilah delusi itu tergantung pada apa yang diyakini oleh penderita. Lih M. Dimyati Mahmud, hlm. 256

Page 50: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

68

Psikosis merupakan penyakit mental secara fungsional yang berat

dan non-organis sifatnya, yang ditandai oleh disintegratif atau ke pecahan

kepribadian dan maladjustment sosial yang berat, dimana penderita tidak

mampu mengadakan relasi sosial dengan daerah sekitarnya, sering

terputus sama sekali realitas hidup dan menjadi incompetence secara

sosial, serta terdapat pula gangguan pada karakter dan fungsi

intelektualnya.

Psikotik yaitu seseorang yang kepribadiannya benar-benar

terganggu sehingga sama sekali tidak realistik. Psikotik (psychosis)

disebut juga dengan istilah “gila”, yakni kepribadian atau mentalitas

seseorang dalam lingkungannya benar-benar tidak sesuai atau tidak wajar,

tidak beres ada semacam kelainan dengan kondisi sosial budaya di

lingkungannya. Orang yang berkepribadian psikotik sama sekali tidak

memiliki pertimbangan moral, dia bertingkahlakusesuai apa yang ada

dalam pikiran bawah sadarnya, yakni bertindak dan bertingkahlakutanpa

ada kontrol dan pertimbangan akal sehat.95

Gangguan ini bisa diamati melalui gejala-gejala yang sering

muncul dalam diri individu diantaranya:

1) Penderita menjadi sangat tidak bertanggung jawab terhadap dirinya

2) Reaksi terhadap stimulus internal dan eksternal selalu keliru dan

merugikan

3) Penderita pada umumnya dihinggapi gangguan afektif yang serius

4) Berusaha menutup diri secara total dari realitas hidup dan tidak mampu

menilai realitas dunia sekitar.

5) Fungsi-fungsi kejiwaan berupa inteligensi, kemauan dan perasaannya

menjadi kalut atau kacau.

6) Penderita sering sekali menderita ketakutan hebat

7) Penderita sering dihinggapi depresi, delusi, halusinasi dan ilusi optis.

95 M. Dimyati Mahmud, op. cit., hlm. 253-254

Page 51: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

69

8) Penderita tidak memiliki insight sama sekali, mengalami regresi psikis,

dan menderita stupor (tidak bisa merasakan sesuatupun, keadaannya

seperti terbius)

9) Perilakunya cenderung agresif yang dapat membahayakan diri sendiri

maupun orang lain, seperti sering marah-marah, menyerang,

mengamuk, mengalami penurunan daya ingat, daya pikir yang parah

dan serta kegiatan hariannya seperti; mandi, berpakaian, makan,

kebersihan diri, buang air besar/ kecil dan lain sebagainya tidak lagi

diperhatikan.

10) Kehilangan kontrol diri (moral/etika) yakni sering melakukan

tingkahlakuamoral, dan sering melakukan upaya-upaya bunuh diri.

Gejala psikosis bisa dilihat juga melalui symptom umumnya,

diantaranya yaitu.

1) Ada kepecahan/ disintegrasi pribadi, dan kekalutan mental yang progresif,

terdapat juga disorientasi terhadap lingkungan, sehingga reaksinya

terdapat stimulus ekstern dan konflik batin sendiri selalu salah, dan

berbentuk gangguan afektif yang sangat parah (gangguan perasaan, mood

dan emosional)

2) Hubungan dengan dunia realitas jadi terputus, tidak ada insight atau

wawasan. Biasanya pasien tidak menyadari symptom-symptom dan

gangguannya, respon terhadap lingkungan sekitar tidak tetap keliru,

kegila-gilaan, atau maniacal, dan eksentrik, dan penderita suka tertawa-

tawa, mengikik sendiri terus menerus.

3) Ada maladjustment disertai disorganisasi dari fungsi pengenalan,

kewajiban, inteligensi, perasaan dan kemauan.

4) Sering mengalami di bayang-bayangi oleh macam-macam halusinasi, ilusi

dan delusi, selalu merasa takut dan bingung khususnya kekacauan

emosional yang kronis.

5) Sering mengalami stupor, banyak berdiam diri, sulit dinasehati, keras

kepala, bahkan sering kurang ajar, sering mengancam, dan tingkah

lakunya agresif.

Page 52: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

70

Dengan demikian gangguan mental yang parah (psikosis) bisa

diketahui atau diamati secara langsung melalui tingkahlakuatau perilaku yang

abnormal dan irasional. Dalam pandangan umum perilakunya itu dapat

membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain (lingkungan sekitar).

Gejala-gejala tersebut merupakan gejala-gejala awal atau gejala yang paling

mendasar. Dari gejala-gejala tersebut bisa diketahui berbagai macam

gangguan/ penyakit kejiwaan atau mental, seperti schizophrenia (catatonic,

hebephrenic, dan paranoid), manic depresi, paranoia, dan lain sebagainya.

Adapun sebab atau faktor pencetus terjadinya psikosis yaitu sangat

komplek, tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja. Seperti halnya

penderita neurosis, penderita psikosis, semua berakar pada sebab-sebab yang

murni psikologis, ada dua bentuk jenis penderita psikosis. Pertama, psychosis

fungsional, yaitu fungsi kepribadian penderita tidak dapat berfungsi

sebagaimana. Kedua, psychosis organic yaitu penderita menderita psikosis

diakibatkan oleh perubahan dan kerusakan jasmani.96

Secara umum faktor pencetus penderita psychosis fungsional, yaitu,

diantaranya:

1) Stres, cemas dan depresi yang berlarut-larut, dan tidak mampu untuk

mengendalikannya atau mengatasinya.

2) Konflik batin yang tidak bisa di tekan (represi)

3) Faktor keturunan, akan tetapi ini sangat kecil sekali kemungkinannya.

4) Kehilangan sesuatu yang dicintainya; seperti orang tua, istri, suami, pacar,

pekerjaan, jabatan, dan lain sebagainya.

5) Tekanan sosial budaya, yakni apabila tidak mempunyai kemampuan untuk

beradaptasi dan atau adanya persaingan hidup yang begitu ketat dalam

lingkungannya.

6) Lemah iman, yakni apabila seseorang tidak memiliki pondasi keimanan

yang kuat terhadap Tuhan, ketika seseorang dihadapkan pada persoalan

hidup yang berat dia akan cenderung mengalami kekalutan mental, seperti

frustasi, putus asa, konflik batin yang meluap-luap, dan lain sebagainya

96 Ibid., hlm. 257.

Page 53: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

71

yang pada puncaknya bisa menyebabkan kegilaan atau kepribadian-

kepribadian yang aneh.

Sementara itu faktor pencetus psychosis organic, diantaranya:

1) Cacat otak yang dibawa sejak lahir

2) Infeksi pada otak

3) Intoksikasi (keracunan)

4) Luka pada kepala

5) Gangguan-gangguan sirkulasi

6) Serangan penyakit yang tiba-tiba

7) Perubahan-perubahan jasmaniah sebagai akibat pertumbuhan dan ketuaan

8) Tumor dan kanker, serta

9) Sebab-sebab jasmaniah yang tidak dikenali.97

Masing-masing sebab baik psychosis fungsional maupun psychosis

organik tersebut dapat mengubah tingkahlakusedemikian hebatnya sehingga

menjadi tidak rasional dan juga menghalangi penyesuaian yang efektif.

Disamping kedua bentuk gangguan mental tersebut di atas (psychosis

dan neurosis) ada bentuk gangguan mental lain yang disebut psychopath.

Psychopath adalah bentuk kekalutan mental yang ditandai dengan tidak

adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi. Penderita biasanya

tidak pernah bertanggung jawab secara moral, adaptasi sosial tidak normal,

dan selalu bersitegang dengan norma-norma sosial dan hukum, karena

sepanjang hidupnya ia hidup dalam lingkungan sosial yang abnormal dan

immoral yang diciptakan oleh imajinasi sendiri.98 Secara sederhana gangguan

mental yang disebut dengan psikopat ialah suatu kepribadian yang anti sosial

(dissocial). Para penderita psikopat ini biasanya diakibatakan oleh kondisi

lingkungan yang tidak pernah berpihak atau memperhatikan penderita dan

atau penderita merasa tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan dihargai

dari lingkungannya.

97 Ibid., 258 98 Kartini Kartono dan Jenny Andari, op. cit., hlm. 91.

Page 54: BAB II GAMBARAN UMUM DETEKSI DINI GANGGUAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · terhadap kesehatan metal atau jiwa.16 Dalam terminologi yang lain

72

Dari perasaan-perasaan tersebut mengakibatkan perasaan skeptis

terhadap lingkungan sosialnya, karena dia merasa aktualisasi yang dilakukan

tidak pernah mendapatkan perhatian dan penghargaan. Sehingga muncullah

pikiran-pikiran negatif yang selalu dipendam. Perasaan semacam inilah yang

mendorong terjadinya kekalutan mental, sehingga penderita biasanya

cenderung bersikap dan berperilaku apatis (kehilangan perasaan sosial)

terhadap lingkungannya. Biasanya jiwanya diliputi rasa benci, iri, dendam,

curiga, penolakan, rasa dikejar-kejar dan dituduh. Sehingga psikologisnya

menjadi gelisah, tegang, penuh ketakutan, lalu pikiran dan perasaannya

(emosionalnya) menjadi kacau balau dan disertai pikiran yang kegila-gilaan.

Kondisi psikologis semacam ini kemudian membentuk kepribadian terbelah

(split personality), yakni dirinya mengalami disitegrasi dan disorganisasi

kepribadian tanpa memiliki rasa sosial dan rasa kemanusiaan (human) yang

wajar. 99 Ciri yang paling pokok gangguan psychopath yaitu pribadinya selalu

ingin berbuat yang aneh-aneh diluar norma-susila sosial di lingkungannya.

Psychopath ini merupakan gangguan mental yang paling berat, karena

kontrol dirinya sudah tidak berfungsi lagi, yakni antara akal (pikiran) dan

perasaan, antara id, ego, dan super ego, dan antara yang disadari dan tidak

disadari sudah tidak memiliki peran lagi pada dirinya, serta perilakunya bisa

mengancam ketenangan pada lingkungan. Dan manusia semacam ini bisa

disebut dengan istilah manusia yang tidak berakal dan tidak mempunyai hati,

atau disebut juga jasad yang hidup dengan jiwa yang mati.

Masih banyak macam-macam bentuk gangguan mental yang tidak

dapat penulis tulis semua disini. Yang jelas bentuk gangguan mental itu

tergantung sejauh mana kondisi penyakit dan faktor yang menyertainya serta

bentuk gejala yang dialami oleh seseorang. Baik psychoneurosis, psychosis,

maupun psychopath, semuanya adalah bentuk-bentuk kelainan mental (jiwa),

sebagai bentuk cerminan dari kondisi mental yang tidak sehat (terganggu).

99 Ibid., hlm. 91-92.