bab ii dasar teori -...
TRANSCRIPT
4
BAB II
DASAR TEORI
Bab ini merupakan inti dari tugas akhir ini pembahasan perancangan meliputi
perangkat keras sistem pengeringan batang eceng gondok menggunakan Solar Crop
Drying, otomatisasi proses pengisian aki dengan panel surya, penggunaan kipas dan
heater yang dikontrol menggukan Arduino Mega dengan tambahan beberapa modul
seperti buck and boost, volt meter dan ampere meter, UBEC (Universal Battery
Elimination Circuit), relay, sensor tegangan, higrometer, DC to AC inverter, dan buzzer.
Sebagai alat pengering, solar crop drying telah banyak diteliti dan digunakan
oleh Universitas lain dan perusahaan yang berbasis mengolah bahan basah menjadi
bahan kering.
Tabel 2.1. Beberapa Penelitian Terdahulu Tentang Alat Pengering Surya
No. Judul Hasil Peneliti
1. Integrated Use
Of Solar
Energy For
Crop Drying
Menemukan beberapa pendekatan baru
dalam penerapan alat pengering bahan
organik untuk menghasilkan produk
kualitas tinggi dengan harga jual yang
kompetitif. (Farkas, 2011)[1]
Istvan Farkas,
Department of
Physics and
Proces Control,
Szent Istvan
University
2. A Review On
Indirect Solar
Dryers
Ulasan makalah ini difokuskan pada jenis
pengering surya. Dalam makalah ini juga
dipelajari sebuah studi komprehensif
tentang bagaimana pengering surya sebagai
sistem pengeringan energi matahari dan
berbagai modifikasi desain yang diterapkan
pada alat pengering menggunakan energi
matahari sesuai bahan yang akan
dikeringkan.[2]
Pranav C.
Phadke,
Pramod V
.Walke dan
Vilayatrai M.
Kriplani,
Raisoni College
of Engineering,
Nagpur, India
5
3. Design And
Construction
Of A Solar
Drying System
For Food
Preservation
Penerapan susunan alat pengering dengan
permukaan yang menghadap sinar matahari
dicat dengan warna hitam
yang mengandung (5%) kromium bubuk
untuk meningkatkan kemampuan menyerap
panas matahari.[3]
Abdulelah Ali
Al-Jumaah
dkk.,College of
Engineering
Jazan
University
4. Design and
Construction of
Forced
Convection
Indirect Solar
Dryer for
Drying
Moringa
Leaves
Metode konveksi pengering tenaga surya
yang dirancang dan dibangun
menggunakan bahan seadanya. Pengering
dibuat dan disusun sedemikian rupa untuk
mampu mengeringkan daun cukup cepat
sehingga tingkat pengeringan yang
diinginkan dapat dicapai dalam rangka
untuk memastikan kualitas daun kelor
kering yang unggul. [4]
S.K. Amedorme,
J. Apodi, and K.
Agbezudor,
Department of
Mechanical
Engineering,
KNUST,
Kumasi, Ghana
5. Design And
Evaluation Of
Solar Maize
Grain Dryer
With a Back-
up Heater
Efisiensi sistem pengering yang dibantu
dengan tenaga surya diperkirakan 57,7%
dengan laju pengeringan rata-rata dari
0.077kg / jam. Tetapi dengan menggunakan
back-up operasi efisiensi pemanasan solar
dryer dapat membantu hingga 17,8%.
Dalam keadaan seperti ini jelas bahwa
teknologi pengeringan tenaga surya modern
lebih cepat dari metode pengeringan
matahari terbuka. Pengering tenaga surya
yang dirancang juga memiliki keuntungan
yaitu kerusakan produk yang disebabkan
dari serangga, burung,tikus, mirko
organisme dan kondisi iklim yang
merugikan dapat berkurang. Serta waktu
pengeringan juga sangat berkurang.[5]
Tonui K.
Stephen
University of
Nairobi
School of
Engineering
6
Keterkaitan dengan penelitian sebelumnya adalah pembuatan alat pengering
menggunakan energi dari matahari sebagai sumber energi panas yang digunakan untuk
pengeringan. Pembeda dari penelitian yang sebelumnya adalah penambahan panel surya
untuk penggerak kipas dan mengisi akumulator. Akumulator berfungsi sebagai
cadangan tegangan bila tegangan yang dihasilkan oleh panel surya tidak sanggup
menggerakkan kipas dan sebagai sumber tegangan lampu bolam sebagai pemanas pada
solar crop drying.
2.1. Eceng Gondok
Eichornia Crassipes (Eceng Gondok ) hidup di daerah tropis maupun subtropis.
Eceng gondok digolongkan sebagai gulma perairan yang mampu menyesuaikan
diri terhadap perubahan lingkungan dan berkembang biak secara cepat. Tempat
tumbuh yang ideal bagi tanaman eceng gondok adalah perairan yang dangkal dan
berair keruh, dengan suhu berkisar antara 28-30ºC dan kondisi pH berkisar 4-12.
Di perairan yang dalam dan berair jernih di dataran tinggi, tanaman ini sulit
tumbuh. Eceng gondok mampu menghisap air dan menguapkanya ke udara melalui
proses evaporasi.(Ratnani, Hartati, & Kurniasari, 2010) [6]
Gambar 2.1. Populasi Eceng Gondok di Rawa Pening [7]
Danau dan sungai sebagai salah satu sumber air, saat ini tak dapat dipungkiri
telah banyak yang tercemar akibat bahan buangan yang mengandung logam berat, serta
banyak di antaranya mendapat gangguan gulma eceng gondok. Gulma merupakan
7
tumbuhan penggangu yang dapat berubah statusnya dalam berbagai habitat menurut
kepentingan manusia (Soerjani dalam Roekmijati, 1997). Oleh karena itu tantangan
bagi manusia untuk mengubah eceng gondok yang berstatus sebagai gulma
penggangu menjadi sumber daya yang berproduktifitas tinggi (Tosepu, 2012).[8]
Gambar 2.2. Batang Eceng Gondok [9]
2.2. Solar Crop Drying
Sistem pengeringan menggunakan energi matahari sudah tersedia secara bebas
sebagai pengganti bahan bakar konvensional untuk mengeringkan produk, dengan cara
menggunakan pasokan panas matahari. Karena permintaan bahan bakar konvensional
dapat mengurangi maka cara ini dapat menghemat biaya yang signifikan. Dan solar
crop drying ini sendiri adalah sebuah alat untuk mengkap panas yang diterima oleh
matahari secara efisien.
Pengering surya mengubah energi matahari menjadi panas yang bertujuan
menurunkan kadar air dari biji-bijian dan tanaman. Sebagian besar pengering surya
memiliki tiga komponen pengering utama:
• Sebuah ruang pengeringan di mana bahan organik / produk dikeringkan.
• Sebuah kolektor surya yang berfungsi untuk memanaskan udara. dan
• Beberapa jenis sistem aliran udara (buatan atau alami).
8
Udara disirkulasi oleh kipas, yang menggunakan 20-40W daya dari panel fotovoltaik,
generator, atau utilitas pusat. Udara dipanaskan oleh energi surya dan dialirkan dengan
kipas, kemudian udara panas tersebut mengalir ke bagian pengeringan bahan(Paul &
Obiero, 2013).[5]
Kolektor surya dapat dihubungkan ke ruang penyimpanan panas yang digunakan
sebagai tempat pengeringan. Sistem ini memproduksi udara panas dan dapat digunakan
untuk teknologi pengguna panas lainnya. Keuntungan dari sistem ini adalah dapat
memaksimalkan penggunaan energi sinar matahari. Kipas dalam hal ini berfungsi untuk
mengalirkan udara panas melalui pipa pengeringan, dan pada tempat pengeringan juga
dapat diberi tambahan panas oleh kompor minyak / gas jika itu perlu (Farkas, 2011).[1]
Perancangan dari ruang pengering tergantung pada banyak faktor seperti
produk yang akan dikeringkan, suhu yang diperlukan dan kecepatan udara kering bahan,
kuantitas produk kering dan kelembaban relatif udara yang lewat di atas
bahan (Al-jumaah, Asiri, Alshehri, Deash, & Al-hamzi, 2013). [3]
Gambar 2.3. Cara Kerja Solar Crop Drying [3]
9
Gambar 2.4. Sumber Skema Alat
(sumber: Design and Construction of a Solar Drying System for Food
Preservation,2013)[3]
Dari gambar 2.4 dapat kita simpulkan bahwa solar crop drying mengalirkan
kalor yang diterima oleh matahari melalui atas dan bawah, dengan cara mengalirkan
udara panas yang terkumpul pada pipa. Dalam penelitian kali ini menambahkan panel
surya sebagai sumber tegangan penggerak kipas untuk mengalirkan udara panas melalui
pipa (Akarslan, 2012).[10]
Alasan pada tugas akhir ini menggunakan solar crop drying tipe Distributed
Indirect adalah agar eceng gondok tidak terkena sinar matahari langsung dan
mendapatkan tambahan udara panas dari tempat penyalur panas yang telah dibuat. Jadi
hasil yang diharapkan adalah eceng kering dengan waktu penjemuran yang lebih singkat
dan kualitas yang lebih baik.
2.3. Solar Cell
Panel surya / solar cell adalah perangkat untuk menerima cahaya dan kalor yang
dihasilakan oleh matahari melalui semikonduktor dan mengubahnya menjadi energi
listrik. Fenomena memproduksi tegangan dan arus dengan cara ini dikenal sebagai efek
fotovoltaik. Intensitas cahaya matahari di permukaan bumi adalah sekitar seribu watt
10
per meter persegi. Sehingga area yang digunakan oleh sel-sel dalam medan fotovoltaik
sistem mungkin relatif besar meskipun konversi kalor maksimal dari matahari ke energi
listrik hanya berkisar 30%.
Gambar 2.5. Solar Cell Polycrystalline [11]
Bahan bakar untuk panel surya yaitu sinar matahari yang dapat diperoleh secara
bebas dan melimpah. Karena intensitas sinar matahari maksimal yang masuk ke
permukaan bumi sekitar seribu watt per meter persegi maka bagian sel-sel dalam daya
fotovoltaik sistem mungkin relatif besar, dan harus dipertimbangkan dalam perhitungan
adalah perbandingan biaya listrik yang dihasilkan. Faktor utama yang menentukan
apakah sel surya akan digunakan untuk memasok listrik dalam situasi tertentu adalah
biaya per unit output relatif terhadap sumber daya alternatif, untuk memperoleh,
memasang, dan mengoperasikan sistem fotovoltaik panel surya. (White, 1983)[12]
Ada beberapa jenis sel surya yang dijual di pasaran. Jenis pertama, yang terbaik
saat ini, adalah jenis monokristalin. Panel ini memiliki efisiensi 12-14%. Jenis kedua
adalah jenis polikristalin atau multikristalin, yang terbuat dari kristal silikon dengan
efisiensi 10-12%. Jenis ketiga adalah silikon jenis amorphous, yang berbentuk film
tipis. Efisiensinya sekitar 4-6%. Sel surya jenis ini banyak dipakai di mainan anak-anak,
jam dan kalkulator. Yang terakhir adalah panel surya yang terbuat dari GaAs (Gallium
Arsenide) yang lebih efisien pada temperatur tinggi. (Damastuti, 1997)[13]
11
Tabel 2.2. Data dari percobaan panel surya yang diuji dari segala kondisi cuaca:
Panel surya yang akan digunkan untuk alat yang dibuat sama dengan panel surya
yang digunakan untuk percobaaan diatas yaitu menggunakan tipe Polycrystalin tipe
SRM-50D, 50 WP, dimensi 629 × 535 × 28 dalam satuan mili meter. Tegangan
keluaran maksimal pada panel surya adalah 19,605 volt. Hal tersebut akan
mengakibatkan baterai akan rusak oleh over-charging dan ketidak stabilan tegangan.
Karena pada umumnya baterai di-charge pada tegangan 14 - 14.4 volt. Jadi dibutuhkan
solar charge controller untuk mengontrol kestabilan tegangan pengisian pada baterai.
Dalam perancangan kali ini solar charge controller digantikan dengan buck and boost
converter karena dari segi penggunaan serta harga yang lebih efisien.
2.4. Buck and Boost Converter
Buck-boost converter adalah jenis DC-to-DC converter yang berfunsi sebagai
penyetabil tegangan keluaran serta dapat menaikkan dan menurunkan tegangan
keluaran. Tegangan masukan minimum pada buck-boost converter adalah 3V. Hal ini
setara dengan converter flyback menggunakan satu induktor bukan trafo.
12
Gambar 2.6. Buck and Boost Converter
Buck-boost (step-down dan step-up) konverter banyak digunakan dalam
Industrial Personal Computers (IPCs), Poin-Of-Sale (POS) sistem, dan otomotif start-
stop system. Dalam aplikasi ini, tegangan input bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari
tegangan output yang diinginkan. Buck-boost converter memiliki output negatif
tegangan yang terhubung dengan ground. Single End Primary inductor Convertor
(SEPIC), Zeta converter, dan two switch buck-boost converters memiliki keluaran
positif atau non-inverting output. Namun, dibandingkan dengan basic inverting buck
and boost converter, ketiga topologi non-inverting memiliki komponen daya tambahan
dan mengurangi efisiensi. (Haifeng, 2014)[14]
Persamaan mode buck:
(2.1)
Dimana:
L = Jumlah besaran lilitan
Vinmax = Tegangan input maksimum
Vout = Tegangan output yang diinginkan
Iout = Diinginkan arus keluaran maksimum
Fsw = Frekuensi switching dari konverter
Kind = koefisien estimasi arus
Sebuah estimasi arus yang baik untuk induktor adalah 20% sampai 40% dari
arus keluaran, atau 0,2 < Kind < 0,4.
L > Vout × (Vinmax - Vout)
Kind × Fsw × Vinmax ×Iout
13
Persamaan mode boost:
(2.2.)
Dimana:
L = Jumlah besaran lilitan
Vinmin = Tegangan input minimum
Vout = Tegangan output yang diinginkan
Iout = Diinginkan arus keluaran maksimum
Fsw = Frekuensi switching dari konverter
Kind = Koefisien estimasi
Sebuah estimasi yang baik untuk saat ini induktor adalah 20% sampai 40% dari arus
keluaran, atau 0,2 < Kind < 0,4.(Michael, 2012)[15]
Gambar 2.7. Skema Rangkaian Buck and Boost [15]
2.5. Aki atau Accumulator
Akumulator (accu, aki) adalah sebuah alat yang dapat menyimpan energi
(umumnya energi listrik) dalam bentuk energi kimia. Contoh-contoh akumulator adalah
baterai dan kapasitor. Pada umumnya di Indonesia, kata akumulator (sebagai aki atau
accu) hanya dimengerti sebagai "baterai" mobil. Sedangkan di bahasa Inggris, kata
accumulator dapat mengacu kepada baterai, kapasitor, kompulsator, dan lain-lain.
L > Vinmin
2 × (Vout – Vinmin)
Fsw × Kind × Iout × Vout2
14
Di dalam standar internasional setiap satu cell akumulator memiliki tegangan
sebesar 2 volt. sehingga akumulator 12 volt, memiliki 6 cell sedangkan akumulator 24
volt memiliki 12 cell. Akumulator merupakan sel yang banyak kita jumpai karena
banyak digunakan pada sepeda motor maupun mobil. Aki temasuk sel sekunder, karena
selain menghasilkan arus listrik, akumulator juga dapat diisi arus listrik kembali. secara
sederhana akumulator merupakan sel yang terdiri dari elektrode Pb sebagai anode dan
PbO2 sebagai katode dengan elektrolit H2SO4.
Gambar 2.8. Aki 12V 10A
Pada pembuatan solar crop drying yang dibuat sekarang ini menggunakan
akumulator motor dengan tegangan 12V dan arus 10AH (Ampere Hour). Penggunaan
akumulator untuk menjadi sumber tegangan suatu sistem memiliki perhitungan.
Perhitungan bila mengggunakan akumulator 12V dan arus 10A:
Tegangan akumulator (Va) = 12V
Arus ai (Ia) = 10A
Daya pakai (Pw) = 90 watt
Daya Aki : Pa = Va × Ia
Pa = 12 × 10
Pa = 120 watt (2.3)
15
Lama pemakaian Aki: Ta = 𝐏𝐚
𝐏𝐰
Ta = 𝟏𝟐𝟎
𝟗𝟎
Ta = 1,33 jam - dieffisiensi Aki sebesar 20 %
Ta = 80 – 16
Ta = 64 menit / 1 jam (2.4)
Jadi dapat disimpulkan bahwa akumulator dapat digunakan dari full hingga
habis jika diberi daya pakai 90 watt adalah 1 jam atau sekitar 64 menit.
Kemudian pengisian akumulator juga menggunakan rumus perhitungan secara teoritis.
Misal:
Pengisian akumulator motor bertegangan 12V dengan arus 10 AH dengan
tegangan keluaran dari Solar Charge Controller 12V dengan arus 500 mA
Rumus teori:
Waktu pengisian = 𝐀𝐫𝐮𝐬 𝐚𝐤𝐢
𝐀𝐫𝐮𝐬 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐢𝐬𝐢𝐚𝐧 × 20%
= 𝟏𝟎𝐀
𝟎,𝟓 𝐀 × 20%
= 20 + 4
= 24 jam (2.5)
(NB: 20% dari hasil perhitungan waktu pengisian)
Dalam perancangan alat kali ini pengisian akumulator hanya dilakukan ketika
cuaca panas. Karena akumulator hanya digunakan waktu cuaca benar mendung dan
tidak menghasilkan tegangan 12 V. Dan bila mendapat keadaan dimana akumulator
tidak dapat dicas dengan panel surya, maka pengisian akumulator dapat dilakukan
dengan menggunakan adaptor AC to DC.
2.6. Heater
Electrical Heating Element (elemen pemanas listrik) banyak dipakai dalam
kehidupan sehari-hari, baik didalam rumah tangga ataupun peralatan dan mesin
16
industri. Bentuk dan tipe dari Electrical Heating Element ini bermacam macam
disesuaikan dengan fungsi, tempat pemasangan dan media yang akan di panaskan.
Panas yang dihasilkan oleh elemen pemanas listrik ini bersumber dari kawat
ataupun pita yang memilikai hambatan listrik tinggi (Resistance Wire) yang kemudian
di teruskan oleh kipas sehingga panas yang dihasilkan dapat mengalir ke dalam ruangan
Gambar 2.9. Incubator Heater 220V 60 watt
Pada penelitian kali ini jenis pemanas yang digunakan adalah incubator heater
AC 220V 60 watt. Fungsi pemanas pada penelitian ini hanya digunakan pada saat hujan
dan hanya sebagai penjaga suhu ruang agar tidak turun dengan dastis.
2.7. Volt Meter dan Ampere Meter
Volt meter dan ampere meter ini digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur
tegangan dan arus. Tegangan input pada modul agar bekerja mulai dari 4,5 sampai 30V
dengan arus masukan minimal 0,02A. Modul ini dapat mengukur tegangan sebesar 0
sampai 100V DC dan arus 0 sampai 10A. Dan pada tugas akhir kali ini volt meter dan
ampere meter digunakan untuk mengukur tegangan dan arus yang dihasilkan oleh panel
surya dan akumulator.
17
Gambar 2.10. Volt Meter dan Ampere Meter
2.8. UBEC
UBEC (Universal Battery Elimination Circuit) adalah mode swicth DC/DC
regulator, mengeluarkan tegangan yang konstan dan aman untuk receiver, gyro dan
servo. Karena memiliki keluaran tegangan kecil yang konstan, maka UBEC cocok
digunakan untuk regulator arduino.
Gambar 2.11. Hobbywing UBEC
Tegangan keluaran dari UBEC mempunyai tegangan keluaran sebesar 5V 3A
atau 6V 3A yang dipilih dengan menukarkan posisi jumper. Keunggulan UBEC ini
adalah menggunakan IC yang canggih untuk switch mode DC to DC regulator. Fungsi
UBEC pada tugas akhir ini adalah sebagai converter tegangan DC to DC dari 12 V dari
akumulator ke 5 V sebagai tegangan masukan pada arduino.
18
2.9. Arduino Mega
Arduino Mega 2560 adalah modul pengembangan mikrokontroller yang berbasis
Arduino dengan menggunakan chip ATmega 2560. Board ini memiliki pin I/O yang
cukup banyak, sejumlah 54 buah digital I/O pin (15 pin diantaranya adalah PWM), 16
pin analog input, 4 pin UART (serial port hardware). Arduino Mega 2560 dilengkapi
dengan sebuah osillator 16 MHz, sebuah port USB, power jack DC, ICSP header, dan
tombol reset.
Gambar 2.12. Arduino Mega 2560 [16]
Arduino Mega 2560 juga memiliki polyfuse resettable yang melindungi port
USB komputer dari short dan overcurrent. Meskipun kebanyakan komputer
menyediakan perlindungan internal mereka sendiri, sekering menyediakan lapisan
perlindungan ekstra. Jika lebih dari 500 mA diterapkan ke port USB, sekering akan
secara otomatis memutus koneksi atau melepaskan overload.(RobotShop, 2011)[16]
2.10. Relay
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan
komponen Elektromekanika yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet atau
Coil dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip
Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang
kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi.
19
Gambar 2.13. Relay 12V
Pada tugas akhir kali ini rela berfungsi sebagai saklar otomatis untuk kipas DC
dan heater yang dikontrol oleh arduino.
2.11. Sensor Tegangan
Prinsip kerja modul sensor tegangan yaitu didasarkan pada prinsip penekanan
resistansi, dan dapat membuat tegangan input berkurang hingga 5 kali dari tegangan
asli. Sehingga, sensor hanya mampu membaca tegangan maksimal 25 V bila diinginkan
Arduino analog input dengan tegangan 5 V, dan jika untuk tegangan 3,3 V, tegangan
input harus tidak lebih dari 16.5 V.
Gambar 2.14. Sensor Tegangan
Sensor tegangan akan digunakan sebagai pembaca tegangan. Dan sebagai
indikator kapan kipas dan heater akan menyala.
20
2.12. Hygrometer
Higrometer (hygrometer) adalah perangkat untuk megukur tingkat kelembapan
dan suhu udara. Beberapa higrometer standar hanya mampu menginformasikan dua
keadaan seperti pada kondisi udara kering atau basah. Sedangkan jenis higrometer
lainnya merupakan bagian dari perangkat yang disebut humidistats, yang digunakan
untuk mengontrol kadar kelembaban udara.
Gambar 2.15. Hygrometer Digital
Higrometer yang digunakan pada tugas akhir ini berfungsi untuk mengukur suhu
dalam dan luar serta kelembapan pada ruang pengeringan solar crop drying.
2.13. DC to AC Inverter
Inverter adalah perangkat elektronika yang dipergunakan untuk mengubah
tegangan DC (Direct Current) menjadi tegangan AC (Alternating Curent). Output suatu
inverter dapat berupa tegangan AC dengan bentuk gelombang sinus (sine wave),
gelombang kotak (square wave) dan sinus modifikasi (sine wave modified). Sumber
tegangan input inverter dapat menggunakan battery, tenaga surya, atau sumber tegangan
DC yang lain. Pada tugas akhir ini DC to AC inverter digunakan untuk megubah
tegangan 12 V DC pada akumulator menjadi tegangan 220 V AC sebagai tegangan
masukan pada heater.
21
Gambar 2.16. DC to AC Inverter
2.14. Buzzer
Buzzer adalah komponen elektronika yang dapat mengubah sinyal listrik
menjadi getaran suara. Tegangan masukan buzzer berkisar antara 3 – 30 V tergantung
tipe buzzer apa yang digunakan.
Gambar 2.17. Buzzer DC
Fungsi buzzer pada tugas akhir ini adalah sebagai alarm ketika tegangan pada
akumulator kurang dari 10 V. Jadi ketika tegangan akumulator kurang dari 10 V dan
pada saat buck-boost tidak melakukan pengisian pada akumulator maka buzzer akan
berbunyi sebagai pertanda bahwa tegangan pada akumulaot kurang dari 10 V.