bab ii dasar teori 2.1 jembatan - polban
TRANSCRIPT
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
8
BAB II
Dasar Teori
2.1 Jembatan
Jembatan merupakan struktur bangunan yang menghubungkan rute/lintasan
transportasi yang terputus oleh sungai, rawa, danau, selat, saluran, jalan atau
perlintasan lainnya (A. Irianto, 2011). Dengan demikian fungsi jembatan secara
umum adalah untuk menghubungkan dua buah tempat secara fisik untuk keperluan
pelayanan transportasi yang terhalang oleh kondisi alam atau bangunan lain.
Jembatan secara garis besar dibagi menjadi beberapa kelompok.
Pengelompokkan jembatan tersebut berdasarkan material, kegunaan, serta bentuk
struktur. Ditinjau menurut material bangunan yang digunakan, jembatan dapat
dibedakan menjadi jembatan kayu, jembatan pasangan batu, jembatan beton
bertulang dan beton prategang, jembatan baja serta jembatan komposit. Jika ditinjau
berdasarkan fungsinya jembatan dapat dibedakan menjadi jembatan jalan raya,
jembatan penyeberangan, jembatan darurat, serta jembatan kereta api. Sedangkan
jika ditinjau berdasarkan strukturnya jembatan dibedakan menjadi jembatan
lengkung, gelagar, jembatan cable stayed, jembatan gantung, jembatan balok beton
beton prategang, jembatan rangka baja, jembatan kantilever serta jembatan box
girder.
Jembatan terdiri menjadi dua bagian yaitu bangunan bawah dan bangunan
atas. Bangunan bawah jembatan meliputi pondasi, kepala jembatan, tembok sayap
dan pilar. Sedangkan bangunan atas jembatan meliputi sistem gelagar, jembatan
pelat, pelengkung, balok pelengkung, rangka, sistem gantung, sistem lantai,
expansion joint, perletakan, sandaran serta perlengkapan. Secara umum masing-
masing bagian dari jembatan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
9
Gambar 2. 1 Elemen-elemen jembatan secara umum. Sumber. Bridge Management System
2.1.1 Struktur Bawah
a. Pondasi
Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban
bangunan ke tanah atau batuan yang ada di bawahnya (Hardiyatmo, 2011; 103).
Dalam hal ini terdapat dua jenis pondasi dilihat dari tujuan penggunaan, yaitu
pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Menurut Hardiyatmo (2011;103) pondasi dangkal didefinisikan sebagai
pondasi yang mendukung bebannya secara langsung, seperti pondasi telapak,
pondasi memanjang dan pondasi rakit. Pondasi dalam didefinisikan sebagai pondasi
yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batuan yang terletak relatif
lebih jauh dari permukaan, contohnya pondasi sumuran dan tiang.
Pada umumnya, pondasi yang digunakan pada pembangunan jembatan adalah
pondasi dalam. Seperti yang disebutkan sebelumnya, pondasi dalam terdiri dari
pondasi sumuran dan tiang. Dimana pondasi tiang ini dapat dikelompokkan
berdasarkan metode pelaksanaan di lapangan diantaranya tiang pancang dan tiang
bor. Dalam perancangan biaya dan waktu pembangunan jembatan Cikereteg pada
ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1 paket 1, jenis pondasi yang akan
dibahas adalah tiang bor.
b. Abutment
Fungsi utama bangunan bawah adalah memikul beban-beban pada bangunan
atas dan pada bangunan bawah sendiri untuk disalurkan ke pondasi (THH
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
10
manulang, 2010). Bangunan bagian bawah terbagi menjadi dua macam yaitu kepala
jembatan (abutment) dan pilar jembatan.
Abutment atau kepala jembatan terletak pada bagian ujung jembatan yang
berfungsi sebagai penahan tanah. Umumnya abutment dilengkapi dengan
konstruksi sayap yang berfungsi menahan tanah dalam arah tegak lurus as
jembatan. Bentuk umum abutment yang seringkali digunakan dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
Gambar 2. 2 Bentuk abutment secara umum Sumber. THH Manulang, 2010
Berdasarkan Gambar 2.2, bentuk abutment (a) merupakan abutment dari
pasangan batu sedangkan abutment (b) dan (c) merupakan bentuk abutment dari
beton bertulang (THH Manulang, 2010).
c. Pilar
Pilar merupakan bangunan bagian bawah jembatan yang berfungsi untuk
mendukung bangunan atas serta mendistribusikan beban dari bangunan atas ke
pondasi. Pada umumnya pilar diletakkan di bagian pertengahan jembatan jika
bentang jembatan terlalu panjang.
2.1.2 Struktur Atas
Struktur atas merupakan struktur yang terletak pada bagian atas jembatan.
Dimana struktur atas ini pada umumnya dimulai setelah elemen pilar. Elemen yang
termasuk bagian struktur atas pada jembatan diantaranya perletakan, gelagar induk,
diafragma, pelat injak, pelat lantai, trotoar, serta sandaran. Adapun penjelasan dari
masing-masing elemen nenurut T. Kurniawan (2008) sebagai berikut.
(a) (c) (b)
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
11
a. Sandaran
Sandaran merupakan pembatas antara kendaraan dengan pinggiran jembatan
yang berfungsi sebagai pengaman bagi pemakai lalu lintas yang melewati jembatan.
Konstruksi sandaran ini terdiri atas tiang sandaran (rail post) dan sandaran yang
terbuat dari pipa besi, kayu dan beton bertulang.
b. Trotoar
Pada jembatan, trotoar dibangun dengan tujuan agar dapat memberikan
pelayanan, baik dari segi keamanan maupun kenyamanan bagi para pejalan kaki.
Trotoar ini tidak hanya menjadi bagian dari jembatan, melainkan menjadi bangunan
pelengkap bagi jalan.
c. Pelat Lantai
Pelat lantai pada jembatan berfungsi sebagai penahan lapis perkerasan. Pada
pembangunan jembatan Cikereteg ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1
paket 1 ketebalan pelat lantai yang digunakan sebesar 230mm.
d. Pelat Injak
Pelat injak merupakan sebuah pelat dengan bahan beton yang menghubungkan
struktur jembatan dengan jalan raya. Dimana pekerjaan pelat injak ini dilakukan
setelah penimbunan dan pemadatan material berbutir. Pada pembangunan jembatan
Cikereteg ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1 paket 1 terdapat satu buah
pelat injak, baik pada abutment A1 maupun abutment A2.
e. Diafragma
Diafragma merupakan bagian dari jembatan yang berbentuk balok melintang
yang terletak di antara balok induk atau balok yang memanjang satu dengan yang
lain. Dimana diafragma ini berfungsi sebagai pengaku gelagar memanjang pada
jemabatan. Diafragma yang digunakan pada pembangunan Jembatan Cikereteg ruas
jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1 paket 1 terdiri dari dua tipe dengan dimensi
yang berbeda. Tipe pertama pada umumnya diletakan pada bagian tepi di setiap
bentang, sedangkan tipe kedua diletakan pada bagian dalam di setiap bentang.
Perletakan diafragma pada jembatan Cikereteg dapat dilihat pada Gambar 3.
berikut.
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
12
f. Gelagar Induk
Gelagar induk merupakan bagian utama jembatan yang berfungsi untuk
mendistrubusikan beban-beban secara longitudinal dan biasanya didesain untuk
menahan lendutan. Gelagar induk identik dengan penamaan dari tipe bangunan atas
jembatan seperti gelagar tipe balok disebut dengan istilah girder. Pada
pembangunan jembatan Cikereteg ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1
paket 1 jenis girder yang digunakan adalah Precast Concrete I (PCI) girder.
g. Perletakan
Perletakan merupakan bagian jembatan yang berfungsi untuk mendistribusikan
beban bangunan atas ke bangunan bawah. Pada pembangunan jembatan Cikereteg
ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1 paket 1 jenis perletakan yang
digunakan adalah elastomer bearing. Dimana elastomer bearing ini diletakkan di
atas adukan semen yang biasa disebut dengan mortar pad. Dimana material dari
mortar pad ini adalah campuran sika grout. Dimensi elastomer bearing yang
digunakan pada pembangunan jembatan Cikereteg ini adalah 380 mm x 480 mm x
68 mm.
2.2 Beton
Beton merupakan salah satu material yang digunakan pada pembangunan
jembatan. Pada umumnya beton merupakan campuran dari semen, agregat kasar,
agregat halus dan air. Selain itu, pada pembangunan jembatan Cikereteg ruas jalan
tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1 paket 1 penggunaan beton terbagi dalam
beberapa kelas seperti pada Tabel 2.1 Berikut.
Tabel 2.1 Penggunaan beton berdasarkan kelas Sumber. Spesifikasi proyek
Kelas Penggunaan A-1 • Segmental prestressed concrete box girder with cantilever
method • Precast prestressed concrete box girders • Precast prestressed concrete I-girders • Precast prestressed concrete U-girders • Precast prestressed concrete hollow core slab units
A-2 • Prestressed concrete box girders with staging method • Prestressed concrete hollow slab, beam and colomns of
portal pier
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
13
A-3 • Prestressed concrete pile A-4 • Cast-in place reinforced concrete piles B-1 • Reinforced concrete slab bridges
• Reinforced concrete deck slab • Diapraghma I-girders bridges • Reinforced concrete cantilever pier heads and colomns
pier • Reinforced concrete hollow slab
B-2 • Cast-in place reinforced concrete piles B-3 • Prestressed reinforced concrete piles C-1 • Abutment, pondasi pier, dinding penahan tanah (beton
bertulang) • Wall pier
• Box culvert (termasuk dinding sayap/wing walls) C-2 • Approach slab under pavemnet
• Precast concrete for side ditch
• Reinforced concrete portal frames
• Kerb (bertulang), concrete barrier, precast paltes untuk slab dan parapet
• Tangga jembatan penyeberangan
• Reinforced concrete trences
• Planting boxes
D • Dinding penahan tanah tipe gravitasi • Concrete foot paths, kerb (tidak bertulang) • Head walls, penopang gorong-gorong pipa
E • Levelling concrete, backfill concrete pada stone masonry
• Dasar, haunch, dan sekitar gorong-gorong pipa
AA • Prestressed concrete spun pile
P • Concrete pavement
Setiap kelas beton memiliki perbandingan campuran dan takaran berat yang
berbeda. Perbandingan atau proporsi campuran beton pada masing-masing kelas
beton untuk satu meter kubik serta hasil pengujian beton dapat dilihat pada Tabel
2.2 berikut.
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
14
Tabel 2.2 Standar proporsi campuran beton untuk struktur Sumber. Spesifikasi Proyek
2.3 Metode Pelaksanaan Jembatan
Metode pelaksanaan pada pekerjaan struktur atas jembatan beton sama
dengan jembatan rangka baja yaitu dengan cara sistem perancah, sistem kantilever
dan sistem peluncuran (Asiyanto, 2005;21). Dimana pada sistem perancah, balok
jembatan dicor (cast in situ) atau dipasang (precast) di landasan yang didukung
sepenuhnya oleh sistem perancah, kemudian setelah selesai perancah dibongkar.
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
15
Sedangkan pada sistem cantilever, balok jembatan dicor (cast insitu) atau dipasang
(precast) segmen demi segmen pada kedua sisi pilar agar saling mengimbangi
(balanced). Pada sistem peluncuran (launching) balok jembatan dicor pada salah
satu sisi jembatan, kemudian ditarik/didorong hingga mencapai sisi lain jembatan.
2.3.1 Metode perancah
Seperti yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa pada metode
perancah balok jembatan dicor (cast in situ) atau dipasang (precast) di landasan
yang didukung sepenuhnya oleh sistem perancah, kemudian setelah selesai
perancah dibongkar. Pelaksanaan metode perancah saat ini lebih cenderung pada
pekerjaan box girder serta pelat lantai. Sedangkan balok jembatan lebih banyak
menggunakan beton precast prategang. Ada beberapa pertimbangan pemilihan
untuk metode perancah ini diantaranya sebagai berikut:
(1) Lalu lintas di bawah jembatan (fly over) dapat dialihkan ke jalur lain dan jalan
dapat ditutup.
(2) Lalu lintas di bawah jembatan tidak padat, sehingga masih dapat (toleransi)
diganggu oleh pelaksanaan jembatan.
(3) Ruang bebas di bawah rencana jembatan tidak terlalu tinggi.
(4) Dasar sungai dangkal.
(5) Arus sungai tidak deras dan tidak membawa barang hanyutan.
(6) Bentang tunggal (terutama).
2.3.2 Metode Cantilever
Sedangkan untuk pemilihan metode cantilever ini perlu diperhatikan
beberapa hal sebagai berikut;
(1) Lalu lintas di bawah jembatan (fly over) tidak dapat dipindahkan ke jalur lain.
(2) Lalu lintas di bawah jembatan diperkirakan padat sehingga tidak dapat
diganggu.
(3) Ruang bebas di bawah rencana jembatan diperkirakan cukup tinggi sehingga
penggunaan traveling form dimungkinkan.
(4) Dasar sungai dalam.
(5) Arus sungai deras atau sering membawa barang hanyutan.
(6) Bentang lebih dari satu.
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
16
2.3.3 Metode Peluncuran (Launching)
Pada metode launching ini sebagian besar sama dengan metode cantilever,
namun ada beberapa perbedaan seperti berikut;
(1) Ruang bebas di bawah jembatan (fly over) tidak terlalu tinggi.
(2) Tersedia lahan yang cukup luas di belakang abutment.
2.4 Produktivitas
2.4.1 Produktivitas tenaga kerja
Menurut Husein (2011; 117) produktivitas kelompok pekerja adalah
kemampuan tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaan (satuan volume
pekerjaan) yang dibagi dalam satuan waktu, jam atau hari. Produktivitas dapat
digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja beserta upah yang harus
dibayarkan. Produktivitas tenaga kerja memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap total biaya proyek. Hal ini dikarenakan produktivitas tenaga kerja dapat
mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang diperlukan. Untuk mendapatkan nilai
produktivitas tenaga kerja dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =1
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛........................................................................... (1)
Berdasarkan rumus (1), terdapat istilah koefisien dalam menentukan
produktivitas tenaga kerja. Dimana koefisien tersebut adalah secara umum
merupakan faktor pengali atau sebagai dasar perhitungan biaya bahan, biaya alat
dan biaya tenaga kerja. Namun dalam perhitungan produktivitas tenaga kerja,
koefisien yang dimaksud adalah faktor yang menunjukkan kebutuhan waktu untuk
menyelesaikan satu satuan volume pekerjaan.
2.4.2 Produktivitas Alat Berat
Produktivitas alat berat adalah batas kemampuan alat berat untuk bekerja.
Hubungan antara tenaga yang dibutuhkan, tenaga yang tersedia dan tenaga yang
dapat dimanfaatkan sangat berpengaruh pada produktivitas suatu alat berat (Andri
Gustiono, 2010). Besarnya produktivitas alat berat sangat dipengaruhi oleh
kapasitas masing-masing alat dan waktu siklusnya. Sehingga dengan demikian
perhitungan produktivitas alat berat didapat dengan rumus berikut.
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑆𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠.................................................................. (2)
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
17
Dimana waktu siklus alat berat ditetapkan dalam menit, sedangkan
produktivitas alat berat dihitung dalam produksi/jam. Jika nilai efisiensi alat berat
dimasukkan ke dalam rumus, maka perhitungan produktivitas alat berat akan
menjadi;
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =60
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠× 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 ×
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖.......................... (3)
Berdasarkan kedua rumus di atas, terdapat istilah waktu siklus dan
efisiensi alat. Dimana waktu siklus tersebut merupakan waktu yang diperlukan
dalam suatu siklus kegiatan atau siklus kerja. Siklus kerja dalam pemindahan
material merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berulang. Pekerjaan utama di
dalam kegiatan tersebut adalah menggali, memuat, memindahkan, membongkar
muatan, dan kembali ke kegiatan awal. Waktu siklus terdiri dari beberapa unsur
diantaranya (Kholil, 2012);
a. Loading Time (LT)
Loading time atau waktu muat merupakan waktu yang dibutuhkan oleh suatu
alat untuk memuat material ke dalam alat angkut sesuai dengan kapasitas alat
angkut tersebut.
b. Hauling Time (HT)
Hauling time atau waktu angkut merupakan waktu yang diperlukan oleh suatu
alat untuk bergerak dari tempat pemuatan ke tempat pembongkaran. Waktu
angkut ini bergantung dari jarak angkut, kondisi jalan, tenaga alat dan lain-lain.
c. Dumping Time (DT)
Dumping time atau waktu pembongkaran merupakan unsur penting dari waktu
siklus. Waktu ini bergantung dari jenis tanah, jenis alat, dan metode yang
digunakan.
d. Return Time (RT)
Return time atau waktu kembali merupakan waktu yang diperlukan suatu alat
untuk kembali. Waktu kembali lebih singkat dari waktu berangkat karena
kendaraan dalam keadaan kosong.
e. Spotting Time (ST)
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
18
Spotting time atau waktu tunggu adalah waktu tunggu pada saat alat mengantre
sampai dan menunggu sampai alat diisi kembali.
Dengan demikian, besarnya waktu siklus dapat ditentukan dengan rumus
berikut.
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 = 𝐿𝐻 + 𝐻𝑇 + 𝐷𝑇 + 𝑅𝑇 + 𝑆𝑇............................................. (4)
Sedangkan efisiensi alat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
produktivitas alat. Menurut Kholil (2012; 10) cara yang umum dipakai untuk
menentukan efisiensi alat adalah dengan menghitung berapa menit alat tersebut
bekerja secara efektif dalam satu jam. Sebagai contoh jika dalam satu jam waktu
efektif alat bekerja adalah 45 menit maka dapat dikatakan efisiensi alat adalah 45/60
atau 0.75.
Namun jika tidak diketahui nilai efisiensi, kapasitas, serta waktu siklus alat
maka nilai produktivitas dapat dicari dengan menggunakan koefisien yang tertera
pada Pedoman Analisa Harga Satuan (AHSP) tahun 2016. Perhitungan
produktivitas dengan menggunakan koefisien dapat lihat pada rumus berikut.
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =1
𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 (ℎ𝑎𝑟𝑖)................................................................. (5)
Dalam Analisa Harga Satuan Pekerjaan 2016, terdapat beberapa
spesifikasi alat berat yang dapat digunakan untuk menghitung kapasitas produksi
dari alat tersebut. Berikut beberapa spesifikasi alat yang digunakan pada pekerjaan
jembatan Cikereteg ruas jalan tol Bogor Ciawi Sukabumi seksi 1 paket 1.
a. Air Compressor
𝑄𝑎𝑖𝑟 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑜𝑟 =1,00×𝐹𝑎×60
5𝑚2................................................................... (6)
Dimana:
Fa : Faktor efisiensi alat
5 : Asumsi kapasitas produksi pemecah per 1m2 luas permukaan,
m5menit/ m2
1 : asumsi luas 1 m2 diperlukan pemecah selama menit
60 : koversi jam ke menit
b. Concrete Mixer
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
19
𝑄𝑐𝑜𝑛𝑐𝑟𝑒𝑡𝑒 𝑚𝑖𝑥𝑒𝑟 =𝑉×𝐹𝑎×60
1000×𝑇𝑠𝑚3................................................................. (7)
Dimana:
Q : Kapasitas produksi (m3/jam)
V : Kapasitas pencampur, diambil 0,5 m3, (m3)
Fa : Faktor efisiensi
Ts : waktu siklus, 𝑇𝑠 = ∑ 𝑇𝑛𝑛−1 , (menit)
T1 : waktu mengisi, diambil 0,5 menit (menit)
T2 : waktu mencampur, diambil 1,0 menit (menit)
T3 : waktu menuang, diambil 0,3 menit (menit)
T4 : waktu menunggu, diambil 0,2 menit (menit)
c. Dump truck
𝑄𝐷𝑢𝑚𝑝 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘 =𝑉×𝐹𝑎×60
𝐷×𝑇𝑠𝑚3, gembur............................................................. (8)
Dimana:
Q : Kapasitas produksi (m3/jam)
V : Kapasitas bak (ton)
Fa : Faktor efisiensi alat
Fk : Faktor pengembang bahan
D : Berat isi material (ton/m3)
V1 : kecepatan rata-rata bermuatan, (15 – 25km/jam).
V2 : Kecepatan rata-rata kosong, (25 – 35 km/jam)
Ts : Waktu siklus, 𝑇𝑠 = ∑ 𝑇𝑛𝑛−1 , (menit)
T1 : Waktu muat, = 𝑉×60
𝐷×𝑄𝑒𝑥𝑐, (menit)
Qexc : Kapasitas produksi Excavator, bila dikombinasikan dengan alat
mExcavator
T2 : Waktu tempuh isi = (L/v1)x60 (menit)
T3 : Waktu tempuh kosong = (L/v2)x60 (menit)
T4 : Waktu lain-lain, (menit)
60 : Konversi jam ke menit
d. Flat bed truck
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
20
𝑄𝐹𝑙𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑑 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘 =𝑉×𝐹𝑎×60
𝑇𝑠𝑡𝑜𝑛....................................................................... (9)
Dimana:
Q : Kapasitas produksi (m3/jam)
V : Kapasitas muat (ton)
Fa : Faktor efisiensi alat
V1 : kecepatan rata-rata bermuatan (15 – 25 km/jam)
V2 : Kecepatan rata-rata kosong (25 – 35 km/jam)
Ts : Waktu siklus, 𝑇𝑠 = ∑ 𝑇𝑛𝑛−1 , (menit)
T1 : Waktu muat, asumsi 15 menit (menit)
T2 : Waktu tempuh isi =(L/v1)x60 (menit)
T3 : Waktu tempuh kosong = (L/v2)x60 (menit)
T4 : Waktu bongkar, asumsi 15 menit (menit)
60 : Konversi jam ke menit
e. Concrete Vibrator
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
28/PRT/M/2016 bahwa besar kapasitas produksi pemadatan (Q) oleh cocncrete
vibrator adalah 3 m3/jam.
f. Batching plant
𝑄𝐵𝑎𝑡𝑐ℎ𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑙𝑎𝑛𝑡 =𝑉×𝐹𝑎×60
1000×𝑇𝑠 𝑚3................................................................... (10)
Dimana:
Q : Kapasitas produksi (m3/jam)
V : Kapasitas (300 – 600 Liter)
Fa : Faktor efisiensi alat
T1 : Lama waktu mengisi (0,40 – 0,60 menit)
T2 : Lama waktu mengaduk (0,40 – 0,60 menit)
T3 : Lama waktu menuang (0,20 – 0,30 menit)
T4 : Lama waktu menunggu, dll (0,20 – 0,30 menit)
Ts : Waktu siklus pencampuran, 𝑇𝑠 = ∑ 𝑇𝑛𝑛−1 , (menit)
60 : Konversi jam ke menit
1000 : Perkalian dari satuan km ke meter
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
21
g. Concrete Truck Mixer
𝑄𝐶𝑜𝑛𝑐𝑟𝑒𝑡𝑒 𝑇𝑟𝑢𝑐𝑘 𝑀𝑖𝑥𝑒𝑟 =𝑉×𝐹𝑎×60
𝑇𝑠 𝑚3.......................................................... (11)
Dimana:
Q : Kapasitas produksi (m3/jam)
V : Kapasitas drum (5 m3)
V1 : Kecepatan rata-rata isi (15 – 25 km/jam)
V2 : Kecepatan rata-rata kosong (25 – 35 km/jam)
T1 : Waktu mengisi = (V:Q) x 60 (menit)
T2 : Waktu mengangkut =(L/v1)x60 (menit)
T3 : Waktu kembali = (L/v2)x60 (menit)
T4 : Waktu menumpahkan, asumsi 2 menit (menit)
Ts : Waktu siklus pencampuran, 𝑇𝑠 = ∑ 𝑇𝑛𝑛−1 , (menit)
60 : Konversi jam ke menit
2.5 Perencanaan Sumber Daya
Menurut Iman Soeharto (1999) perencanaan sumber daya proyek adalah
proses mengidentifikasi jenis dan jumlah sumber daya sesuai jadwal keperluan
yang telah ditetapkan dengan tujuan mengusahakan agar sumber daya yang
dibutuhkan tersedia tepat pada waktunya sehingga tidak terjadi sumber
pemborosan. Perencanaan sumber daya dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan yaitu perencanaan sumber daya non manusia dan sumber daya manusia
(SDM). Namun berdasarkan sumber lain yaitu Husein (2011: 112) bahwa sumber
daya dapat terdiri dari sumber daya biaya, tenaga kerja, peralatan atau mesin dan
material. Perencanaan sumber daya yang cermat dan teliti dapat membantu
terselenggaranya pekerjaan proyek konstruksi secara efektif dan efisien.
2.5.1 Perencanaan Kebutuhan Alat
Dalam merencanakan kebutuhan alat pada suatu proyek konstruksi kita
perlu mengetahui produktivitas pada alat tersebut. Dimana besar produktivitas
suatu alat dapat dihitung dari satu per koefisiennya (dalam satuan hari) seperti pada
pembahasan point 4.3.2. Selain itu, volume yang digunakan untuk menghitung
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
22
jumlah kebutuhan alat pun dalam volume perhari. Sehingga didapat jumlah
kebutuhan alat perhari dengan menggunakan rumus.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡 =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖)............................................. (12)
Namun jika koefisien alat yang diketahui dalam satuan jam, maka
perhitungan kebutuhan alat dapat menggunakan rumus berikut.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡 =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛×𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 (𝑗𝑎𝑚)
𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 ℎ𝑎𝑟𝑖).................................. (13)
2.5.2 Perencanaan Kebutuhan Bahan/ material
Dalam merencanakan kebutuhan bahan dalam suatu proyek konstruksi tentu
perlu mengetahui volume pekerjaannya. Dengan adanya volume pekerjaan, maka
kebutuhan bahan/material konstruksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 ×
𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛.................... (14)
Berdasarkan rumus (14), terdapat istilah koefisien bahan dalam menentukan
jumlah bahan yang diperlukan. Dimana koefisien bahan tersebut menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 28/PRT/M/2016 adalah
indeks yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan volume
pekerjaan. Besarnya koefisien bahan pada pembahasan ini didapat dari lampiran
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor
28/PRT/M/2016.
2.5.3 Perencanaan kebutuhan tenaga kerja
Menurut Iman Soeharto (1999), perencanaan sumber daya manusia
mencakup produktivitas tenaga kerja, perkiraan tenaga kerja di lapangan dan
engineer atau pelaksana di lapangan. Secara teoritis keperluan rata-rata tenaga kerja
dapat dihitung dari total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam-orang
atau bulan-orang dibagi dengan kurun waktu pelaksanaan.
Dalam merencanakan sumber daya manusia perlu dipertimbangkan
perkiraan jenis, waktu dan lokasi proyek baik secara kualitas maupun kuantitas.
Setiap proyek memiliki kondisi lapangan serta kompleksitas yang berbeda-beda,
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
23
sehingga membutuhkan pengelolaan dan ketersedian tenaga kerja yang berbeda
pula. Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan tenaga kerja
adalah:
(1) Produktivitas tenaga kerja.
(2) Jumlah tenaga kerja pada periode yang paling maksimal.
(3) Jumlah tenaga kerja tetap dan tidak tetap.
(4) Biaya yang dimiliki dan jenis pekerjaan.
Perhitungan untuk mendapatkan jumlah kebutuhan tenaga kerja dalam suatu
proyek konstruksi dapat menggunakan rumus berikut.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 =𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎×𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛...................... (15)
Dimana nilai koefisien tenaga kerja ini didapat dari Pedoman Analisa Harga
Satuan Pekerjaan (AHSP) tahun 2016.
2.6 Perencanaan Anggaran
Perkiraan biaya erat hubungannya dengan analisis biaya yaitu pekerjaan yang
menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai
sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya.
2.6.1 Volume pekerjaan
Volume pekerjaan merupakan jumlah banyaknya volume pekerjaan dalam
satu satuan. Volume pekerjaan dapat dihitung berdasarkan luas, isi maupun berat,
sehingga memiliki satuan yang sama.
2.6.2 Daftar Harga Satuan
Daftar harga satuan merupakan suatu kumpulan harga satuan yang terdiri
atas harga bahan, sewa alat maupun harga upah tenaga kerja. Dimana daftar harga
satuan ini diperoleh dari harga yang diberlaku di pasaran pada lokasi tertentu.
Sehingga harga satuan pekerjaan akan berbeda-beda di setiap lokasinya.
2.6.3 Analisa Harga Satuan
Menurut pedoman Analisi Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Bidang
Pekerjaan Umum, analisis harga satuan digunakan sebagai suatu dasar untuk
menyusun perhitungan harga perkiraan sendiri (HPS) dan harga perkiraan
perencana (HPP) yang dituangkan sebagai mata pembayaran suatu pekerjaan.
Harga Perkiraan Sendiri (HPS) merupakan perhitungan perkiraan biaya pekerjaan
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
24
yang dihitung oleh panitia dan disahkan oleh pejabat pembuat komitmen, yang
digunakan sebagai salah satu acuan dalam melakukan evaluasi harga penawaran.
HPS ini bersifat terbuka dan tidak rahasia. Sedangkan Harga Perkiraan Perencana
(HPP) merupakan perhitungan perkiraan biaya pekerjaan yang dihitung oleh
perencana, yang digunakan sebagai salah satu acuan dalam melakukan penawaran
suatu pekerjaan tertentu. Analisis harga satuan ini menguraikan suatu perhitungan
harga satuan upah, tenaga kerja, dan bahan serta pekerjaan yang secara teknis
dirinci berdasarkan metode kerja dan asumsi yang sesuai dengan yang diuraikan
spesifikasi teknis, gambar desain dan komponen harga satuan. Harga satuan
pekerjaan ini terdiri atas biaya langsung dan biaya tak langsung.
a. Biaya Langsung
Biaya langsung merupakan biaya tidak tetap selama proyek berlangsung,
biaya tenaga kerja, material dan peralatan (Husein, 2011). Biaya langsung biasa
disebut dengan variable cost. Komponen biaya langsung terdiri atas upah, bahan
dan alat. Biaya langsung masing-masing perlu ditetapkan harganya sebagai Harga
Satuan dasar (HSD) untuk setiap satuan pengukuran standar, sehingga hasil
rumusan analisis yang diperoleh mencerminkan harga aktual di lapangan.
1) Harga Satuan Dasar Tenaga Kerja
Faktor yang mempengaruhi harga satuan dasar tenaga kerja antara lain jumlah
tenaga kerja dan tingkat keahlian tenaga kerja. Penetapan jumlah dan keahlian
tenaga kerja mengikuti produktivitas peralatan utama. Biaya tenaga kerja dapat
dibayar dalam sistem hari-orang atau jam orang.
Pada umumnya tenaga kerja dikelompokkan kedalam suatu kelompok kerja
utama dan kerja pendukung. Kelompok kerja utama diantaranya terdiri dari
pekerja, tukang, mandor dan kepala tukang.
2) Harga Satuan Dasar Bahan
Faktor yang mempengaruhi harga satuan dasar bahan antara lain kualitas,
kuantitas dan lokasi asal bahan. Data harga satuan dasar bahan dalam
perhitungan analisis ini berfungsi untuk kontrol terhadap harga penawaran
kontraktor. Harga satuan dasar dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
25
harga satuan dasar bahan baku, harga satuan dasar bahan olahan serta harga
satuan dasar bahan jadi.
3) Harga Satuan Dasar Alat
Faktor yang mempengaruhi harga satuan alat antara lain jenis peralatan,
efisiensi kerja, kondisi cuaca, kondisi medan dan jenis material yang
dikerjakan. Untuk pekerjaan yang memerlukan alat berat, misal untuk
memancang tiang beton penyediaan alat dilakukan berdasarkan sistem sewa.
Beberapa hal yang diperlukan dalam perhitungan biaya alat per satuan waktu
diantaranya jenis alat, tenaga mesin, kapasitas alat, umur ekonomi alat, jam
kerja alat, nilai sisa alat, tingkat suku bunga, asuransi dan pajak, upah tenaga
kerja, serta harga bahan bakar dan pelumas.
b. Biaya Tak Langsung
Biaya tak langsung merupakan biaya tidak tetap yang dibutuhkan guna
menyelesaikan proyek (Husein, 2011). Komponen biaya tak langsung terdiri atas
biaya umum atau overhead dan keuntungan. Dimana biaya overhead dan
keuntungan belum termasuk pajak-pajak yang harus dibayar.
2.6.4 Rencana Anggaran Biaya Proyek
Dalam suatu proyek tentu membutuhkan biaya dengan jumlah yang sangat
besar dan tertanam dalam kurun waktu yang cukup lama. Sehingga menurut Husein
(2011, 113) dalam merencanakan biaya proyek perlu dilakukan identifikasi biaya
proyek dengan tahapan perencanaan biaya proyek sebagai berikut;
(1) Tahapan pengembangan konseptual, biaya dihitung secara global
berdasarkan informasi desain yang minim. Dipakai perhitungan berdasarkan
unit biaya bangunan berdasarkan harga per meter persegi.
(2) Tahapan desain konstruksi, biaya proyek dihitung secara agak detail
berdasarkan volume pekerjaan dan informasi harga satuan.
(3) Tahapan pelelangan, biaya proyek dihitung oleh beberapa kontraktor agar
didapat penawaran terbaik, berdasarkan spesifikasi teknis dan gambar kerja
yang cukup dalam usaha mendapatkan kontrak pekerjaan.
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
26
(4) Tahapan pelaksanaan, biaya proyek pada tahapan ini dihitung lebih detail
berdasarkan kuantitas pekerjaan, gambar shop drawing dan metode
pelaksanaan dengan ketelitian yang lebih tinggi.
Rencana anggaran biaya (RAB) merupakan perhitungan banyaknya biaya
yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya lainnya yang berhubungan
dengan pelaksanaan bangunan atau proyek. Sehingga secara umum penentuan nilai
RAB dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut;
𝑅𝐴𝐵 = ∑(𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 ×
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛)................ (16)
2.7 Penjadwalan
Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk
menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam
urutan serta kerangka waktu tertentu. Dimana setiap aktivitas harus dilaksanakan
agar proyek selesai tepat waktu (Dharma, Giri. 2013).
Menurut Hamilton, 1997 (dalam Giri, Dharma; 2013 ) tujuan dari
penjadwalan proyek diantaranya sebagai berikut;
a. Memprediksi waktu penyelesaian proyek serta waktu yang dibutuhkan untuk
desain dan penerapannya di lapangan.
b. Memprediksi waktu untuk memulai dan menyelesaikan suatu aktivitas.
c. Merencanakan dan mengontrol sumber daya yang digunakan.
d. Mengevaluasi dampak yang terjadi apabila ada perubahan pada waktu
penyelesaian proyek.
e. Meninjau kemajuan atau perkembangan pelaksanaan proyek.
f. Mengetahui bila terjadi keterlambatan atau kemunduran waktu pelaksanaan.
2.7.1 Work Breakdown Struktur
Work Breakdown Struktur (WBS) digunakan untuk memudahkan
perencanaan dan penjadwalan suatu proyek dengan membagi scope pekerjaan
menjadi scope yang lebih mendetail dan dapat mengetahui kegiatan yang berada
didalam proyek lebih mendalam atau lebih detail sehingga dapat membantu untuk
melakukan perkiraan waktu penyelesaian proyek. WBS juga dapat dapat
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
27
menggunakan penomoran didalam setiap scope pekerjaan untuk menunjukkan
tingkatan hirarki pekerjaan (Dharma, Giri; 2013).
2.7.2 Network Planning
Network Planning diperkenalkan pertama kali oleh tim perusahaan Du-Pont
dan Rand Corporation pada tahun 50-an. Metode ini dikembangkan untuk sistem
kontrol manajemen dan untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang
memiliki ketergantungan yang kompleks.
Tahapan penyusunan network planning menurut Husein (2011; 157) adalah
sebagai berikut;
a. Menginventarisasi kegiatan-kegiatan dari WBS berdasarkan item pekerjaan,
lalu diberi kode kegiatan untuk memudahkan identifikasi.
b. Memperkirakan durasi setiap kegiatan dengan mempertimbangkan jenis
pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumber daya, lingkungan kerja, serta
produktivitas pekerja.
c. Penentuan logika ketergantungan antar kegiatan dilakukan dengan tiga
kemungkinan hubungan, yaitu kegiatan yang mendahului (predecessor),
kegiatan yang didahului (successor), serta bebas.
d. Perhitungan analisis waktu serta lokasi sumber daya dilakukan setelah langkah-
langkah di atas dilakukan dengan akurat dan teliti.
Network Planning terdiri atas metode Activiy on Arrow (AOA) dan Activity
on Node (AON). Salah satu jenis dari AOA adalah metode Critical Path Method
(CPM) sedangkan jenis dari AON adalah Precedences Diagram Method (PDM).
Metode PDM ini merupakan metode yang digunakan dalam software Microsoft
Project 2013. Karakteristik dari metode PDM ini adalah pembuatan diagram
network dengan menggunakan simpul/node untuk menggambarkan kegiatan.
Dimana output dari PDM ini menjadi input pada software Microsoft Project,
diantaranya nama kegiatan, durasi, waktu mulai, waktu selesai, serta kegiatan yang
mendahului (predecessor). Dalam metode PDM terdapat empat hubungan
keterkaitan antarkegiatan yaitu Finish to Start (FS), Start to Start (SS), Finish to
Finish (FF), dan Start to Finish (SF).
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
28
2.7.3 Barchart
Bar Chart atau bagan balok menurut Soeharto (1999; 235) merupakan
penyajian perencanaan dan pengendalian, khususnya jadwal kegiatan proyek secara
sistematis dan analitis. Bagan balok ini disusun dengan maksud mengidentifikasi
unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari
waktu mulai, waktu penyelesaian, dan pada saat pelaporan. Bagan balok dapat
dibuat secara manual atau dengan menggunakan komputer. Bagan ini tersusun pada
kordinat X dan Y. Pada sumbu tegak lurus X dicatat pekerjaan atau paket kerja dari
hasil penguraian lingkup suatu proyek dan digambar sebagai balok. Sedangkan
pada sumbu horizontal Y tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu atau bulan.
Format penyajian bagan balok yang lengkap berisi perkiraan urutan pekerjaan,
skala waktu, dan analisis kemajuan pekerjaan pada saat pelaporan.
Menurut Wulfran I. Ervianto (2005) proses penyusunan diagram batang dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut;
a. Daftar item kegiatan
Daftar item kegiatan berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada dalam
rencana pelaksanaan pembangunan
b. Urutan pekerjaan
Dari daftar item kegiatan tersebut di atas, disusun urutan pelaksanaan pekerjaan
berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan dilaksanakan lebih dahulu dan
item kegiatan yang akan dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan
kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
c. Waktu pelaksanaan pekerjaan
Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah jangka waktu pelaksanaan dari seluruh
kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai seluruh kegiatan
berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari hasil perbandingan
antara volume pekerjaan dengan kebutuhan sumber dayanya.
2.7.4 Kurva S
Menurut Husen (2011; 152) kurva S merupakan sebuah grafik yang
dikembangkan oleh Warren T. Hanumm, dimana kurva S ini dapat menunjukkan
kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
29
direpresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek.
Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek
dengan membandingkan terhadap jadwal rencana.
Untuk membuat kurva S, jumlah presentase kumulatif bobot masing-
masing kegiatan pada suatu periode di antara durasi proyek diplotkan terhadap
sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membuat
kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada awal proyek
biasanya masih sedikit, kemudian akan meningkat pada pertengahan proyek dalam
jumlah yang cukup besar dan pada bagian akhir proyek kegiatan kembali mengecil.
Dalam menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat berupa
perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan dibagi dengan nilai
anggaran. Karena satuan biaya dapat dijadikan bentuk persentase sehingga lebih
mudah menghitungnya.
Dalam menghitung bobot pekerjaan diperlukan satuan pekerjaan yang
seragam. Hal ini diperlukan karena dalam setiap proyek volume atau satuan
pekerjaan pada setiap pekerjaan berbeda-beda, seperti m2, m3 atau m. Sehingga
semua satuan tersebut disatukan dalam bobot % dengan satuan seragam dalam
bentuk biaya. Perhitungan bobot pekerjaan didapat dengan menggunakan rumus;
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 (%) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘×
100%.................................. (17)
Hasil dari bobot setiap pekerjaan tersebut dapat dikombinasikan dengan bar
chart. Pada bar chart dengan durasi serta urutan kegiatan yang telah ditentukan
maka bobot pekerjaan setiap minggunya didapat dengan rumus berikut;
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 =𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛.................................................... (18)
2.8 Microsoft Project 2013
Microsoft Project merupakan software yang biasa digunakan untuk mengelola
atau memanajemen suatu proyek konstruksi. Dalam hal ini software microsoft
project dapat digunakan untuk mengelola rencana pekerjaan dan waktu
pelaksanaannya. Sehingga dalam sebuah project yang sedang berjalan dapat
dipantau dan dievaluasi sesuai dengan tahapannya.
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
30
Dalam menggunakan microsoft project 2013, terdapat beberapa data yang
perlu diinput sebelum akhirnya diproses oleh microsoft project. Data yang perlu
diinput dalam software microsoft project ini diantaranya uraian pekerjaan, durasi
atau waktu yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan, predecessor atau hubungan
keterkaitan antara pekerjaan satu dan lainnya, serta resources atau sumber daya
yang digunakan pada suatu pekerjaan. Uraian pekerjaan pada microsoft project
diinputkan pada bagian task name, durasi pekerjaan diinputkan pada bagian
duration, predecessor diinputkan pada kolom predecessor, serta sumber daya yang
dibutuhkan pada suatu pekerjaan dapat diinputkan pada kolom resources names.
Bagian-bagian pada microsoft project tersebut berada pada jendela gantt chart.
Tampilan gantt table pada microsoft project dapat dilihat pada Gambar 2.3
berikut.
Gambar 2. 3 Tampilan jendela gantt chart pada microsoft project.
Selain dapat digunakan untuk merencanakan waktu pelaksanaan kegiatan
konstruksi, software microsoft project ini dapat digunakan untuk menghitung
kebutuhan biaya pada suatu proyek. Berikut ini langkah yang dapat dilakukan
dalam menghitung biaya proyek menggunakan microsoft project.
i. Masukkan semua item pekerjaan berdasarkan Work Breakdown Structure.
ii. Masukkan durasi setiap item pekerjaan dalam satuan hari pada kolom duration.
LAPORAN TUGAS AKHIR
Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1
31
iii. Buka lembar resource sheet, kemudian tuliskan semua sumber daya yang
dibutuhkan secara keseluruhan beserta harganya.
iv. Buka kembali lembar gantt chart, kemudian pilih kolom rexource name pada
setiap item pekerjaan dan beri tanda centang (√) pada sumber daya yang
dibutuhkan dalam satu item pekerjaan.
v. Lakukan hal yang sama hingga semua item pekerjaan terisi sumber daya yang
dibutuhkannya.
vi. Buka lembar resource usage, kemudian pada resource bahan tuliskan
kebutuhan bahan pada masing-masing pekerjaan.
vii. Setelah semua kebutuhan bahan terisi, kembali pada halaman gantt chart.
viii. Klik add new column, kemudian pilih cost. Secara otomatis biaya yang
dibutuhkan setiap item pekerjaan serta biaya total proyek akan ditampilkan
pada kolom tersebut.
Sedangkan untuk menentukan penjadwalan proyek menggunakan microsoft
project dapat dilakukan hal yang seperti point i sampai dengan viii. Namun, pada
penentuan penjadwalan proyek, terdapat dua kolom tambahan yang perlu diisi yaitu
kolom predecessor dan kolom successor. Langkah-langkah tersebut dapat
diterapkan pada pembahasan Bab IV laporan tugas akhir ini.