bab ii dasar teori 2.1 jembatan - polban

24
LAPORAN TUGAS AKHIR Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1 8 BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan Jembatan merupakan struktur bangunan yang menghubungkan rute/lintasan transportasi yang terputus oleh sungai, rawa, danau, selat, saluran, jalan atau perlintasan lainnya (A. Irianto, 2011). Dengan demikian fungsi jembatan secara umum adalah untuk menghubungkan dua buah tempat secara fisik untuk keperluan pelayanan transportasi yang terhalang oleh kondisi alam atau bangunan lain. Jembatan secara garis besar dibagi menjadi beberapa kelompok. Pengelompokkan jembatan tersebut berdasarkan material, kegunaan, serta bentuk struktur. Ditinjau menurut material bangunan yang digunakan, jembatan dapat dibedakan menjadi jembatan kayu, jembatan pasangan batu, jembatan beton bertulang dan beton prategang, jembatan baja serta jembatan komposit. Jika ditinjau berdasarkan fungsinya jembatan dapat dibedakan menjadi jembatan jalan raya, jembatan penyeberangan, jembatan darurat, serta jembatan kereta api. Sedangkan jika ditinjau berdasarkan strukturnya jembatan dibedakan menjadi jembatan lengkung, gelagar, jembatan cable stayed, jembatan gantung, jembatan balok beton beton prategang, jembatan rangka baja, jembatan kantilever serta jembatan box girder. Jembatan terdiri menjadi dua bagian yaitu bangunan bawah dan bangunan atas. Bangunan bawah jembatan meliputi pondasi, kepala jembatan, tembok sayap dan pilar. Sedangkan bangunan atas jembatan meliputi sistem gelagar, jembatan pelat, pelengkung, balok pelengkung, rangka, sistem gantung, sistem lantai, expansion joint, perletakan, sandaran serta perlengkapan. Secara umum masing- masing bagian dari jembatan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

8

BAB II

Dasar Teori

2.1 Jembatan

Jembatan merupakan struktur bangunan yang menghubungkan rute/lintasan

transportasi yang terputus oleh sungai, rawa, danau, selat, saluran, jalan atau

perlintasan lainnya (A. Irianto, 2011). Dengan demikian fungsi jembatan secara

umum adalah untuk menghubungkan dua buah tempat secara fisik untuk keperluan

pelayanan transportasi yang terhalang oleh kondisi alam atau bangunan lain.

Jembatan secara garis besar dibagi menjadi beberapa kelompok.

Pengelompokkan jembatan tersebut berdasarkan material, kegunaan, serta bentuk

struktur. Ditinjau menurut material bangunan yang digunakan, jembatan dapat

dibedakan menjadi jembatan kayu, jembatan pasangan batu, jembatan beton

bertulang dan beton prategang, jembatan baja serta jembatan komposit. Jika ditinjau

berdasarkan fungsinya jembatan dapat dibedakan menjadi jembatan jalan raya,

jembatan penyeberangan, jembatan darurat, serta jembatan kereta api. Sedangkan

jika ditinjau berdasarkan strukturnya jembatan dibedakan menjadi jembatan

lengkung, gelagar, jembatan cable stayed, jembatan gantung, jembatan balok beton

beton prategang, jembatan rangka baja, jembatan kantilever serta jembatan box

girder.

Jembatan terdiri menjadi dua bagian yaitu bangunan bawah dan bangunan

atas. Bangunan bawah jembatan meliputi pondasi, kepala jembatan, tembok sayap

dan pilar. Sedangkan bangunan atas jembatan meliputi sistem gelagar, jembatan

pelat, pelengkung, balok pelengkung, rangka, sistem gantung, sistem lantai,

expansion joint, perletakan, sandaran serta perlengkapan. Secara umum masing-

masing bagian dari jembatan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

9

Gambar 2. 1 Elemen-elemen jembatan secara umum. Sumber. Bridge Management System

2.1.1 Struktur Bawah

a. Pondasi

Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban

bangunan ke tanah atau batuan yang ada di bawahnya (Hardiyatmo, 2011; 103).

Dalam hal ini terdapat dua jenis pondasi dilihat dari tujuan penggunaan, yaitu

pondasi dangkal dan pondasi dalam.

Menurut Hardiyatmo (2011;103) pondasi dangkal didefinisikan sebagai

pondasi yang mendukung bebannya secara langsung, seperti pondasi telapak,

pondasi memanjang dan pondasi rakit. Pondasi dalam didefinisikan sebagai pondasi

yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batuan yang terletak relatif

lebih jauh dari permukaan, contohnya pondasi sumuran dan tiang.

Pada umumnya, pondasi yang digunakan pada pembangunan jembatan adalah

pondasi dalam. Seperti yang disebutkan sebelumnya, pondasi dalam terdiri dari

pondasi sumuran dan tiang. Dimana pondasi tiang ini dapat dikelompokkan

berdasarkan metode pelaksanaan di lapangan diantaranya tiang pancang dan tiang

bor. Dalam perancangan biaya dan waktu pembangunan jembatan Cikereteg pada

ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1 paket 1, jenis pondasi yang akan

dibahas adalah tiang bor.

b. Abutment

Fungsi utama bangunan bawah adalah memikul beban-beban pada bangunan

atas dan pada bangunan bawah sendiri untuk disalurkan ke pondasi (THH

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

10

manulang, 2010). Bangunan bagian bawah terbagi menjadi dua macam yaitu kepala

jembatan (abutment) dan pilar jembatan.

Abutment atau kepala jembatan terletak pada bagian ujung jembatan yang

berfungsi sebagai penahan tanah. Umumnya abutment dilengkapi dengan

konstruksi sayap yang berfungsi menahan tanah dalam arah tegak lurus as

jembatan. Bentuk umum abutment yang seringkali digunakan dapat dilihat pada

Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Bentuk abutment secara umum Sumber. THH Manulang, 2010

Berdasarkan Gambar 2.2, bentuk abutment (a) merupakan abutment dari

pasangan batu sedangkan abutment (b) dan (c) merupakan bentuk abutment dari

beton bertulang (THH Manulang, 2010).

c. Pilar

Pilar merupakan bangunan bagian bawah jembatan yang berfungsi untuk

mendukung bangunan atas serta mendistribusikan beban dari bangunan atas ke

pondasi. Pada umumnya pilar diletakkan di bagian pertengahan jembatan jika

bentang jembatan terlalu panjang.

2.1.2 Struktur Atas

Struktur atas merupakan struktur yang terletak pada bagian atas jembatan.

Dimana struktur atas ini pada umumnya dimulai setelah elemen pilar. Elemen yang

termasuk bagian struktur atas pada jembatan diantaranya perletakan, gelagar induk,

diafragma, pelat injak, pelat lantai, trotoar, serta sandaran. Adapun penjelasan dari

masing-masing elemen nenurut T. Kurniawan (2008) sebagai berikut.

(a) (c) (b)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

11

a. Sandaran

Sandaran merupakan pembatas antara kendaraan dengan pinggiran jembatan

yang berfungsi sebagai pengaman bagi pemakai lalu lintas yang melewati jembatan.

Konstruksi sandaran ini terdiri atas tiang sandaran (rail post) dan sandaran yang

terbuat dari pipa besi, kayu dan beton bertulang.

b. Trotoar

Pada jembatan, trotoar dibangun dengan tujuan agar dapat memberikan

pelayanan, baik dari segi keamanan maupun kenyamanan bagi para pejalan kaki.

Trotoar ini tidak hanya menjadi bagian dari jembatan, melainkan menjadi bangunan

pelengkap bagi jalan.

c. Pelat Lantai

Pelat lantai pada jembatan berfungsi sebagai penahan lapis perkerasan. Pada

pembangunan jembatan Cikereteg ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1

paket 1 ketebalan pelat lantai yang digunakan sebesar 230mm.

d. Pelat Injak

Pelat injak merupakan sebuah pelat dengan bahan beton yang menghubungkan

struktur jembatan dengan jalan raya. Dimana pekerjaan pelat injak ini dilakukan

setelah penimbunan dan pemadatan material berbutir. Pada pembangunan jembatan

Cikereteg ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1 paket 1 terdapat satu buah

pelat injak, baik pada abutment A1 maupun abutment A2.

e. Diafragma

Diafragma merupakan bagian dari jembatan yang berbentuk balok melintang

yang terletak di antara balok induk atau balok yang memanjang satu dengan yang

lain. Dimana diafragma ini berfungsi sebagai pengaku gelagar memanjang pada

jemabatan. Diafragma yang digunakan pada pembangunan Jembatan Cikereteg ruas

jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1 paket 1 terdiri dari dua tipe dengan dimensi

yang berbeda. Tipe pertama pada umumnya diletakan pada bagian tepi di setiap

bentang, sedangkan tipe kedua diletakan pada bagian dalam di setiap bentang.

Perletakan diafragma pada jembatan Cikereteg dapat dilihat pada Gambar 3.

berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

12

f. Gelagar Induk

Gelagar induk merupakan bagian utama jembatan yang berfungsi untuk

mendistrubusikan beban-beban secara longitudinal dan biasanya didesain untuk

menahan lendutan. Gelagar induk identik dengan penamaan dari tipe bangunan atas

jembatan seperti gelagar tipe balok disebut dengan istilah girder. Pada

pembangunan jembatan Cikereteg ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1

paket 1 jenis girder yang digunakan adalah Precast Concrete I (PCI) girder.

g. Perletakan

Perletakan merupakan bagian jembatan yang berfungsi untuk mendistribusikan

beban bangunan atas ke bangunan bawah. Pada pembangunan jembatan Cikereteg

ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1 paket 1 jenis perletakan yang

digunakan adalah elastomer bearing. Dimana elastomer bearing ini diletakkan di

atas adukan semen yang biasa disebut dengan mortar pad. Dimana material dari

mortar pad ini adalah campuran sika grout. Dimensi elastomer bearing yang

digunakan pada pembangunan jembatan Cikereteg ini adalah 380 mm x 480 mm x

68 mm.

2.2 Beton

Beton merupakan salah satu material yang digunakan pada pembangunan

jembatan. Pada umumnya beton merupakan campuran dari semen, agregat kasar,

agregat halus dan air. Selain itu, pada pembangunan jembatan Cikereteg ruas jalan

tol Bogor-Ciawi-Sukabumi seksi 1 paket 1 penggunaan beton terbagi dalam

beberapa kelas seperti pada Tabel 2.1 Berikut.

Tabel 2.1 Penggunaan beton berdasarkan kelas Sumber. Spesifikasi proyek

Kelas Penggunaan A-1 • Segmental prestressed concrete box girder with cantilever

method • Precast prestressed concrete box girders • Precast prestressed concrete I-girders • Precast prestressed concrete U-girders • Precast prestressed concrete hollow core slab units

A-2 • Prestressed concrete box girders with staging method • Prestressed concrete hollow slab, beam and colomns of

portal pier

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

13

A-3 • Prestressed concrete pile A-4 • Cast-in place reinforced concrete piles B-1 • Reinforced concrete slab bridges

• Reinforced concrete deck slab • Diapraghma I-girders bridges • Reinforced concrete cantilever pier heads and colomns

pier • Reinforced concrete hollow slab

B-2 • Cast-in place reinforced concrete piles B-3 • Prestressed reinforced concrete piles C-1 • Abutment, pondasi pier, dinding penahan tanah (beton

bertulang) • Wall pier

• Box culvert (termasuk dinding sayap/wing walls) C-2 • Approach slab under pavemnet

• Precast concrete for side ditch

• Reinforced concrete portal frames

• Kerb (bertulang), concrete barrier, precast paltes untuk slab dan parapet

• Tangga jembatan penyeberangan

• Reinforced concrete trences

• Planting boxes

D • Dinding penahan tanah tipe gravitasi • Concrete foot paths, kerb (tidak bertulang) • Head walls, penopang gorong-gorong pipa

E • Levelling concrete, backfill concrete pada stone masonry

• Dasar, haunch, dan sekitar gorong-gorong pipa

AA • Prestressed concrete spun pile

P • Concrete pavement

Setiap kelas beton memiliki perbandingan campuran dan takaran berat yang

berbeda. Perbandingan atau proporsi campuran beton pada masing-masing kelas

beton untuk satu meter kubik serta hasil pengujian beton dapat dilihat pada Tabel

2.2 berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

14

Tabel 2.2 Standar proporsi campuran beton untuk struktur Sumber. Spesifikasi Proyek

2.3 Metode Pelaksanaan Jembatan

Metode pelaksanaan pada pekerjaan struktur atas jembatan beton sama

dengan jembatan rangka baja yaitu dengan cara sistem perancah, sistem kantilever

dan sistem peluncuran (Asiyanto, 2005;21). Dimana pada sistem perancah, balok

jembatan dicor (cast in situ) atau dipasang (precast) di landasan yang didukung

sepenuhnya oleh sistem perancah, kemudian setelah selesai perancah dibongkar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

15

Sedangkan pada sistem cantilever, balok jembatan dicor (cast insitu) atau dipasang

(precast) segmen demi segmen pada kedua sisi pilar agar saling mengimbangi

(balanced). Pada sistem peluncuran (launching) balok jembatan dicor pada salah

satu sisi jembatan, kemudian ditarik/didorong hingga mencapai sisi lain jembatan.

2.3.1 Metode perancah

Seperti yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa pada metode

perancah balok jembatan dicor (cast in situ) atau dipasang (precast) di landasan

yang didukung sepenuhnya oleh sistem perancah, kemudian setelah selesai

perancah dibongkar. Pelaksanaan metode perancah saat ini lebih cenderung pada

pekerjaan box girder serta pelat lantai. Sedangkan balok jembatan lebih banyak

menggunakan beton precast prategang. Ada beberapa pertimbangan pemilihan

untuk metode perancah ini diantaranya sebagai berikut:

(1) Lalu lintas di bawah jembatan (fly over) dapat dialihkan ke jalur lain dan jalan

dapat ditutup.

(2) Lalu lintas di bawah jembatan tidak padat, sehingga masih dapat (toleransi)

diganggu oleh pelaksanaan jembatan.

(3) Ruang bebas di bawah rencana jembatan tidak terlalu tinggi.

(4) Dasar sungai dangkal.

(5) Arus sungai tidak deras dan tidak membawa barang hanyutan.

(6) Bentang tunggal (terutama).

2.3.2 Metode Cantilever

Sedangkan untuk pemilihan metode cantilever ini perlu diperhatikan

beberapa hal sebagai berikut;

(1) Lalu lintas di bawah jembatan (fly over) tidak dapat dipindahkan ke jalur lain.

(2) Lalu lintas di bawah jembatan diperkirakan padat sehingga tidak dapat

diganggu.

(3) Ruang bebas di bawah rencana jembatan diperkirakan cukup tinggi sehingga

penggunaan traveling form dimungkinkan.

(4) Dasar sungai dalam.

(5) Arus sungai deras atau sering membawa barang hanyutan.

(6) Bentang lebih dari satu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

16

2.3.3 Metode Peluncuran (Launching)

Pada metode launching ini sebagian besar sama dengan metode cantilever,

namun ada beberapa perbedaan seperti berikut;

(1) Ruang bebas di bawah jembatan (fly over) tidak terlalu tinggi.

(2) Tersedia lahan yang cukup luas di belakang abutment.

2.4 Produktivitas

2.4.1 Produktivitas tenaga kerja

Menurut Husein (2011; 117) produktivitas kelompok pekerja adalah

kemampuan tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaan (satuan volume

pekerjaan) yang dibagi dalam satuan waktu, jam atau hari. Produktivitas dapat

digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja beserta upah yang harus

dibayarkan. Produktivitas tenaga kerja memiliki pengaruh yang cukup besar

terhadap total biaya proyek. Hal ini dikarenakan produktivitas tenaga kerja dapat

mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang diperlukan. Untuk mendapatkan nilai

produktivitas tenaga kerja dapat dihitung menggunakan rumus berikut.

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =1

𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛........................................................................... (1)

Berdasarkan rumus (1), terdapat istilah koefisien dalam menentukan

produktivitas tenaga kerja. Dimana koefisien tersebut adalah secara umum

merupakan faktor pengali atau sebagai dasar perhitungan biaya bahan, biaya alat

dan biaya tenaga kerja. Namun dalam perhitungan produktivitas tenaga kerja,

koefisien yang dimaksud adalah faktor yang menunjukkan kebutuhan waktu untuk

menyelesaikan satu satuan volume pekerjaan.

2.4.2 Produktivitas Alat Berat

Produktivitas alat berat adalah batas kemampuan alat berat untuk bekerja.

Hubungan antara tenaga yang dibutuhkan, tenaga yang tersedia dan tenaga yang

dapat dimanfaatkan sangat berpengaruh pada produktivitas suatu alat berat (Andri

Gustiono, 2010). Besarnya produktivitas alat berat sangat dipengaruhi oleh

kapasitas masing-masing alat dan waktu siklusnya. Sehingga dengan demikian

perhitungan produktivitas alat berat didapat dengan rumus berikut.

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑆𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠.................................................................. (2)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

17

Dimana waktu siklus alat berat ditetapkan dalam menit, sedangkan

produktivitas alat berat dihitung dalam produksi/jam. Jika nilai efisiensi alat berat

dimasukkan ke dalam rumus, maka perhitungan produktivitas alat berat akan

menjadi;

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =60

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠× 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 ×

𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖.......................... (3)

Berdasarkan kedua rumus di atas, terdapat istilah waktu siklus dan

efisiensi alat. Dimana waktu siklus tersebut merupakan waktu yang diperlukan

dalam suatu siklus kegiatan atau siklus kerja. Siklus kerja dalam pemindahan

material merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berulang. Pekerjaan utama di

dalam kegiatan tersebut adalah menggali, memuat, memindahkan, membongkar

muatan, dan kembali ke kegiatan awal. Waktu siklus terdiri dari beberapa unsur

diantaranya (Kholil, 2012);

a. Loading Time (LT)

Loading time atau waktu muat merupakan waktu yang dibutuhkan oleh suatu

alat untuk memuat material ke dalam alat angkut sesuai dengan kapasitas alat

angkut tersebut.

b. Hauling Time (HT)

Hauling time atau waktu angkut merupakan waktu yang diperlukan oleh suatu

alat untuk bergerak dari tempat pemuatan ke tempat pembongkaran. Waktu

angkut ini bergantung dari jarak angkut, kondisi jalan, tenaga alat dan lain-lain.

c. Dumping Time (DT)

Dumping time atau waktu pembongkaran merupakan unsur penting dari waktu

siklus. Waktu ini bergantung dari jenis tanah, jenis alat, dan metode yang

digunakan.

d. Return Time (RT)

Return time atau waktu kembali merupakan waktu yang diperlukan suatu alat

untuk kembali. Waktu kembali lebih singkat dari waktu berangkat karena

kendaraan dalam keadaan kosong.

e. Spotting Time (ST)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

18

Spotting time atau waktu tunggu adalah waktu tunggu pada saat alat mengantre

sampai dan menunggu sampai alat diisi kembali.

Dengan demikian, besarnya waktu siklus dapat ditentukan dengan rumus

berikut.

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 = 𝐿𝐻 + 𝐻𝑇 + 𝐷𝑇 + 𝑅𝑇 + 𝑆𝑇............................................. (4)

Sedangkan efisiensi alat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

produktivitas alat. Menurut Kholil (2012; 10) cara yang umum dipakai untuk

menentukan efisiensi alat adalah dengan menghitung berapa menit alat tersebut

bekerja secara efektif dalam satu jam. Sebagai contoh jika dalam satu jam waktu

efektif alat bekerja adalah 45 menit maka dapat dikatakan efisiensi alat adalah 45/60

atau 0.75.

Namun jika tidak diketahui nilai efisiensi, kapasitas, serta waktu siklus alat

maka nilai produktivitas dapat dicari dengan menggunakan koefisien yang tertera

pada Pedoman Analisa Harga Satuan (AHSP) tahun 2016. Perhitungan

produktivitas dengan menggunakan koefisien dapat lihat pada rumus berikut.

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =1

𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 (ℎ𝑎𝑟𝑖)................................................................. (5)

Dalam Analisa Harga Satuan Pekerjaan 2016, terdapat beberapa

spesifikasi alat berat yang dapat digunakan untuk menghitung kapasitas produksi

dari alat tersebut. Berikut beberapa spesifikasi alat yang digunakan pada pekerjaan

jembatan Cikereteg ruas jalan tol Bogor Ciawi Sukabumi seksi 1 paket 1.

a. Air Compressor

𝑄𝑎𝑖𝑟 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑜𝑟 =1,00×𝐹𝑎×60

5𝑚2................................................................... (6)

Dimana:

Fa : Faktor efisiensi alat

5 : Asumsi kapasitas produksi pemecah per 1m2 luas permukaan,

m5menit/ m2

1 : asumsi luas 1 m2 diperlukan pemecah selama menit

60 : koversi jam ke menit

b. Concrete Mixer

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

19

𝑄𝑐𝑜𝑛𝑐𝑟𝑒𝑡𝑒 𝑚𝑖𝑥𝑒𝑟 =𝑉×𝐹𝑎×60

1000×𝑇𝑠𝑚3................................................................. (7)

Dimana:

Q : Kapasitas produksi (m3/jam)

V : Kapasitas pencampur, diambil 0,5 m3, (m3)

Fa : Faktor efisiensi

Ts : waktu siklus, 𝑇𝑠 = ∑ 𝑇𝑛𝑛−1 , (menit)

T1 : waktu mengisi, diambil 0,5 menit (menit)

T2 : waktu mencampur, diambil 1,0 menit (menit)

T3 : waktu menuang, diambil 0,3 menit (menit)

T4 : waktu menunggu, diambil 0,2 menit (menit)

c. Dump truck

𝑄𝐷𝑢𝑚𝑝 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘 =𝑉×𝐹𝑎×60

𝐷×𝑇𝑠𝑚3, gembur............................................................. (8)

Dimana:

Q : Kapasitas produksi (m3/jam)

V : Kapasitas bak (ton)

Fa : Faktor efisiensi alat

Fk : Faktor pengembang bahan

D : Berat isi material (ton/m3)

V1 : kecepatan rata-rata bermuatan, (15 – 25km/jam).

V2 : Kecepatan rata-rata kosong, (25 – 35 km/jam)

Ts : Waktu siklus, 𝑇𝑠 = ∑ 𝑇𝑛𝑛−1 , (menit)

T1 : Waktu muat, = 𝑉×60

𝐷×𝑄𝑒𝑥𝑐, (menit)

Qexc : Kapasitas produksi Excavator, bila dikombinasikan dengan alat

mExcavator

T2 : Waktu tempuh isi = (L/v1)x60 (menit)

T3 : Waktu tempuh kosong = (L/v2)x60 (menit)

T4 : Waktu lain-lain, (menit)

60 : Konversi jam ke menit

d. Flat bed truck

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

20

𝑄𝐹𝑙𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑑 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘 =𝑉×𝐹𝑎×60

𝑇𝑠𝑡𝑜𝑛....................................................................... (9)

Dimana:

Q : Kapasitas produksi (m3/jam)

V : Kapasitas muat (ton)

Fa : Faktor efisiensi alat

V1 : kecepatan rata-rata bermuatan (15 – 25 km/jam)

V2 : Kecepatan rata-rata kosong (25 – 35 km/jam)

Ts : Waktu siklus, 𝑇𝑠 = ∑ 𝑇𝑛𝑛−1 , (menit)

T1 : Waktu muat, asumsi 15 menit (menit)

T2 : Waktu tempuh isi =(L/v1)x60 (menit)

T3 : Waktu tempuh kosong = (L/v2)x60 (menit)

T4 : Waktu bongkar, asumsi 15 menit (menit)

60 : Konversi jam ke menit

e. Concrete Vibrator

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor

28/PRT/M/2016 bahwa besar kapasitas produksi pemadatan (Q) oleh cocncrete

vibrator adalah 3 m3/jam.

f. Batching plant

𝑄𝐵𝑎𝑡𝑐ℎ𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑙𝑎𝑛𝑡 =𝑉×𝐹𝑎×60

1000×𝑇𝑠 𝑚3................................................................... (10)

Dimana:

Q : Kapasitas produksi (m3/jam)

V : Kapasitas (300 – 600 Liter)

Fa : Faktor efisiensi alat

T1 : Lama waktu mengisi (0,40 – 0,60 menit)

T2 : Lama waktu mengaduk (0,40 – 0,60 menit)

T3 : Lama waktu menuang (0,20 – 0,30 menit)

T4 : Lama waktu menunggu, dll (0,20 – 0,30 menit)

Ts : Waktu siklus pencampuran, 𝑇𝑠 = ∑ 𝑇𝑛𝑛−1 , (menit)

60 : Konversi jam ke menit

1000 : Perkalian dari satuan km ke meter

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

21

g. Concrete Truck Mixer

𝑄𝐶𝑜𝑛𝑐𝑟𝑒𝑡𝑒 𝑇𝑟𝑢𝑐𝑘 𝑀𝑖𝑥𝑒𝑟 =𝑉×𝐹𝑎×60

𝑇𝑠 𝑚3.......................................................... (11)

Dimana:

Q : Kapasitas produksi (m3/jam)

V : Kapasitas drum (5 m3)

V1 : Kecepatan rata-rata isi (15 – 25 km/jam)

V2 : Kecepatan rata-rata kosong (25 – 35 km/jam)

T1 : Waktu mengisi = (V:Q) x 60 (menit)

T2 : Waktu mengangkut =(L/v1)x60 (menit)

T3 : Waktu kembali = (L/v2)x60 (menit)

T4 : Waktu menumpahkan, asumsi 2 menit (menit)

Ts : Waktu siklus pencampuran, 𝑇𝑠 = ∑ 𝑇𝑛𝑛−1 , (menit)

60 : Konversi jam ke menit

2.5 Perencanaan Sumber Daya

Menurut Iman Soeharto (1999) perencanaan sumber daya proyek adalah

proses mengidentifikasi jenis dan jumlah sumber daya sesuai jadwal keperluan

yang telah ditetapkan dengan tujuan mengusahakan agar sumber daya yang

dibutuhkan tersedia tepat pada waktunya sehingga tidak terjadi sumber

pemborosan. Perencanaan sumber daya dapat dikelompokkan menjadi dua

golongan yaitu perencanaan sumber daya non manusia dan sumber daya manusia

(SDM). Namun berdasarkan sumber lain yaitu Husein (2011: 112) bahwa sumber

daya dapat terdiri dari sumber daya biaya, tenaga kerja, peralatan atau mesin dan

material. Perencanaan sumber daya yang cermat dan teliti dapat membantu

terselenggaranya pekerjaan proyek konstruksi secara efektif dan efisien.

2.5.1 Perencanaan Kebutuhan Alat

Dalam merencanakan kebutuhan alat pada suatu proyek konstruksi kita

perlu mengetahui produktivitas pada alat tersebut. Dimana besar produktivitas

suatu alat dapat dihitung dari satu per koefisiennya (dalam satuan hari) seperti pada

pembahasan point 4.3.2. Selain itu, volume yang digunakan untuk menghitung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

22

jumlah kebutuhan alat pun dalam volume perhari. Sehingga didapat jumlah

kebutuhan alat perhari dengan menggunakan rumus.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡 =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖)............................................. (12)

Namun jika koefisien alat yang diketahui dalam satuan jam, maka

perhitungan kebutuhan alat dapat menggunakan rumus berikut.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡 =𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛×𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 (𝑗𝑎𝑚)

𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 ℎ𝑎𝑟𝑖).................................. (13)

2.5.2 Perencanaan Kebutuhan Bahan/ material

Dalam merencanakan kebutuhan bahan dalam suatu proyek konstruksi tentu

perlu mengetahui volume pekerjaannya. Dengan adanya volume pekerjaan, maka

kebutuhan bahan/material konstruksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus

berikut.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 ×

𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛.................... (14)

Berdasarkan rumus (14), terdapat istilah koefisien bahan dalam menentukan

jumlah bahan yang diperlukan. Dimana koefisien bahan tersebut menurut Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 28/PRT/M/2016 adalah

indeks yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan volume

pekerjaan. Besarnya koefisien bahan pada pembahasan ini didapat dari lampiran

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor

28/PRT/M/2016.

2.5.3 Perencanaan kebutuhan tenaga kerja

Menurut Iman Soeharto (1999), perencanaan sumber daya manusia

mencakup produktivitas tenaga kerja, perkiraan tenaga kerja di lapangan dan

engineer atau pelaksana di lapangan. Secara teoritis keperluan rata-rata tenaga kerja

dapat dihitung dari total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam-orang

atau bulan-orang dibagi dengan kurun waktu pelaksanaan.

Dalam merencanakan sumber daya manusia perlu dipertimbangkan

perkiraan jenis, waktu dan lokasi proyek baik secara kualitas maupun kuantitas.

Setiap proyek memiliki kondisi lapangan serta kompleksitas yang berbeda-beda,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

23

sehingga membutuhkan pengelolaan dan ketersedian tenaga kerja yang berbeda

pula. Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan tenaga kerja

adalah:

(1) Produktivitas tenaga kerja.

(2) Jumlah tenaga kerja pada periode yang paling maksimal.

(3) Jumlah tenaga kerja tetap dan tidak tetap.

(4) Biaya yang dimiliki dan jenis pekerjaan.

Perhitungan untuk mendapatkan jumlah kebutuhan tenaga kerja dalam suatu

proyek konstruksi dapat menggunakan rumus berikut.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 =𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎×𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛

𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛...................... (15)

Dimana nilai koefisien tenaga kerja ini didapat dari Pedoman Analisa Harga

Satuan Pekerjaan (AHSP) tahun 2016.

2.6 Perencanaan Anggaran

Perkiraan biaya erat hubungannya dengan analisis biaya yaitu pekerjaan yang

menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai

sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya.

2.6.1 Volume pekerjaan

Volume pekerjaan merupakan jumlah banyaknya volume pekerjaan dalam

satu satuan. Volume pekerjaan dapat dihitung berdasarkan luas, isi maupun berat,

sehingga memiliki satuan yang sama.

2.6.2 Daftar Harga Satuan

Daftar harga satuan merupakan suatu kumpulan harga satuan yang terdiri

atas harga bahan, sewa alat maupun harga upah tenaga kerja. Dimana daftar harga

satuan ini diperoleh dari harga yang diberlaku di pasaran pada lokasi tertentu.

Sehingga harga satuan pekerjaan akan berbeda-beda di setiap lokasinya.

2.6.3 Analisa Harga Satuan

Menurut pedoman Analisi Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Bidang

Pekerjaan Umum, analisis harga satuan digunakan sebagai suatu dasar untuk

menyusun perhitungan harga perkiraan sendiri (HPS) dan harga perkiraan

perencana (HPP) yang dituangkan sebagai mata pembayaran suatu pekerjaan.

Harga Perkiraan Sendiri (HPS) merupakan perhitungan perkiraan biaya pekerjaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

24

yang dihitung oleh panitia dan disahkan oleh pejabat pembuat komitmen, yang

digunakan sebagai salah satu acuan dalam melakukan evaluasi harga penawaran.

HPS ini bersifat terbuka dan tidak rahasia. Sedangkan Harga Perkiraan Perencana

(HPP) merupakan perhitungan perkiraan biaya pekerjaan yang dihitung oleh

perencana, yang digunakan sebagai salah satu acuan dalam melakukan penawaran

suatu pekerjaan tertentu. Analisis harga satuan ini menguraikan suatu perhitungan

harga satuan upah, tenaga kerja, dan bahan serta pekerjaan yang secara teknis

dirinci berdasarkan metode kerja dan asumsi yang sesuai dengan yang diuraikan

spesifikasi teknis, gambar desain dan komponen harga satuan. Harga satuan

pekerjaan ini terdiri atas biaya langsung dan biaya tak langsung.

a. Biaya Langsung

Biaya langsung merupakan biaya tidak tetap selama proyek berlangsung,

biaya tenaga kerja, material dan peralatan (Husein, 2011). Biaya langsung biasa

disebut dengan variable cost. Komponen biaya langsung terdiri atas upah, bahan

dan alat. Biaya langsung masing-masing perlu ditetapkan harganya sebagai Harga

Satuan dasar (HSD) untuk setiap satuan pengukuran standar, sehingga hasil

rumusan analisis yang diperoleh mencerminkan harga aktual di lapangan.

1) Harga Satuan Dasar Tenaga Kerja

Faktor yang mempengaruhi harga satuan dasar tenaga kerja antara lain jumlah

tenaga kerja dan tingkat keahlian tenaga kerja. Penetapan jumlah dan keahlian

tenaga kerja mengikuti produktivitas peralatan utama. Biaya tenaga kerja dapat

dibayar dalam sistem hari-orang atau jam orang.

Pada umumnya tenaga kerja dikelompokkan kedalam suatu kelompok kerja

utama dan kerja pendukung. Kelompok kerja utama diantaranya terdiri dari

pekerja, tukang, mandor dan kepala tukang.

2) Harga Satuan Dasar Bahan

Faktor yang mempengaruhi harga satuan dasar bahan antara lain kualitas,

kuantitas dan lokasi asal bahan. Data harga satuan dasar bahan dalam

perhitungan analisis ini berfungsi untuk kontrol terhadap harga penawaran

kontraktor. Harga satuan dasar dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

25

harga satuan dasar bahan baku, harga satuan dasar bahan olahan serta harga

satuan dasar bahan jadi.

3) Harga Satuan Dasar Alat

Faktor yang mempengaruhi harga satuan alat antara lain jenis peralatan,

efisiensi kerja, kondisi cuaca, kondisi medan dan jenis material yang

dikerjakan. Untuk pekerjaan yang memerlukan alat berat, misal untuk

memancang tiang beton penyediaan alat dilakukan berdasarkan sistem sewa.

Beberapa hal yang diperlukan dalam perhitungan biaya alat per satuan waktu

diantaranya jenis alat, tenaga mesin, kapasitas alat, umur ekonomi alat, jam

kerja alat, nilai sisa alat, tingkat suku bunga, asuransi dan pajak, upah tenaga

kerja, serta harga bahan bakar dan pelumas.

b. Biaya Tak Langsung

Biaya tak langsung merupakan biaya tidak tetap yang dibutuhkan guna

menyelesaikan proyek (Husein, 2011). Komponen biaya tak langsung terdiri atas

biaya umum atau overhead dan keuntungan. Dimana biaya overhead dan

keuntungan belum termasuk pajak-pajak yang harus dibayar.

2.6.4 Rencana Anggaran Biaya Proyek

Dalam suatu proyek tentu membutuhkan biaya dengan jumlah yang sangat

besar dan tertanam dalam kurun waktu yang cukup lama. Sehingga menurut Husein

(2011, 113) dalam merencanakan biaya proyek perlu dilakukan identifikasi biaya

proyek dengan tahapan perencanaan biaya proyek sebagai berikut;

(1) Tahapan pengembangan konseptual, biaya dihitung secara global

berdasarkan informasi desain yang minim. Dipakai perhitungan berdasarkan

unit biaya bangunan berdasarkan harga per meter persegi.

(2) Tahapan desain konstruksi, biaya proyek dihitung secara agak detail

berdasarkan volume pekerjaan dan informasi harga satuan.

(3) Tahapan pelelangan, biaya proyek dihitung oleh beberapa kontraktor agar

didapat penawaran terbaik, berdasarkan spesifikasi teknis dan gambar kerja

yang cukup dalam usaha mendapatkan kontrak pekerjaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

26

(4) Tahapan pelaksanaan, biaya proyek pada tahapan ini dihitung lebih detail

berdasarkan kuantitas pekerjaan, gambar shop drawing dan metode

pelaksanaan dengan ketelitian yang lebih tinggi.

Rencana anggaran biaya (RAB) merupakan perhitungan banyaknya biaya

yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya lainnya yang berhubungan

dengan pelaksanaan bangunan atau proyek. Sehingga secara umum penentuan nilai

RAB dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut;

𝑅𝐴𝐵 = ∑(𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 ×

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛)................ (16)

2.7 Penjadwalan

Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk

menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam

urutan serta kerangka waktu tertentu. Dimana setiap aktivitas harus dilaksanakan

agar proyek selesai tepat waktu (Dharma, Giri. 2013).

Menurut Hamilton, 1997 (dalam Giri, Dharma; 2013 ) tujuan dari

penjadwalan proyek diantaranya sebagai berikut;

a. Memprediksi waktu penyelesaian proyek serta waktu yang dibutuhkan untuk

desain dan penerapannya di lapangan.

b. Memprediksi waktu untuk memulai dan menyelesaikan suatu aktivitas.

c. Merencanakan dan mengontrol sumber daya yang digunakan.

d. Mengevaluasi dampak yang terjadi apabila ada perubahan pada waktu

penyelesaian proyek.

e. Meninjau kemajuan atau perkembangan pelaksanaan proyek.

f. Mengetahui bila terjadi keterlambatan atau kemunduran waktu pelaksanaan.

2.7.1 Work Breakdown Struktur

Work Breakdown Struktur (WBS) digunakan untuk memudahkan

perencanaan dan penjadwalan suatu proyek dengan membagi scope pekerjaan

menjadi scope yang lebih mendetail dan dapat mengetahui kegiatan yang berada

didalam proyek lebih mendalam atau lebih detail sehingga dapat membantu untuk

melakukan perkiraan waktu penyelesaian proyek. WBS juga dapat dapat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

27

menggunakan penomoran didalam setiap scope pekerjaan untuk menunjukkan

tingkatan hirarki pekerjaan (Dharma, Giri; 2013).

2.7.2 Network Planning

Network Planning diperkenalkan pertama kali oleh tim perusahaan Du-Pont

dan Rand Corporation pada tahun 50-an. Metode ini dikembangkan untuk sistem

kontrol manajemen dan untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang

memiliki ketergantungan yang kompleks.

Tahapan penyusunan network planning menurut Husein (2011; 157) adalah

sebagai berikut;

a. Menginventarisasi kegiatan-kegiatan dari WBS berdasarkan item pekerjaan,

lalu diberi kode kegiatan untuk memudahkan identifikasi.

b. Memperkirakan durasi setiap kegiatan dengan mempertimbangkan jenis

pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumber daya, lingkungan kerja, serta

produktivitas pekerja.

c. Penentuan logika ketergantungan antar kegiatan dilakukan dengan tiga

kemungkinan hubungan, yaitu kegiatan yang mendahului (predecessor),

kegiatan yang didahului (successor), serta bebas.

d. Perhitungan analisis waktu serta lokasi sumber daya dilakukan setelah langkah-

langkah di atas dilakukan dengan akurat dan teliti.

Network Planning terdiri atas metode Activiy on Arrow (AOA) dan Activity

on Node (AON). Salah satu jenis dari AOA adalah metode Critical Path Method

(CPM) sedangkan jenis dari AON adalah Precedences Diagram Method (PDM).

Metode PDM ini merupakan metode yang digunakan dalam software Microsoft

Project 2013. Karakteristik dari metode PDM ini adalah pembuatan diagram

network dengan menggunakan simpul/node untuk menggambarkan kegiatan.

Dimana output dari PDM ini menjadi input pada software Microsoft Project,

diantaranya nama kegiatan, durasi, waktu mulai, waktu selesai, serta kegiatan yang

mendahului (predecessor). Dalam metode PDM terdapat empat hubungan

keterkaitan antarkegiatan yaitu Finish to Start (FS), Start to Start (SS), Finish to

Finish (FF), dan Start to Finish (SF).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

28

2.7.3 Barchart

Bar Chart atau bagan balok menurut Soeharto (1999; 235) merupakan

penyajian perencanaan dan pengendalian, khususnya jadwal kegiatan proyek secara

sistematis dan analitis. Bagan balok ini disusun dengan maksud mengidentifikasi

unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari

waktu mulai, waktu penyelesaian, dan pada saat pelaporan. Bagan balok dapat

dibuat secara manual atau dengan menggunakan komputer. Bagan ini tersusun pada

kordinat X dan Y. Pada sumbu tegak lurus X dicatat pekerjaan atau paket kerja dari

hasil penguraian lingkup suatu proyek dan digambar sebagai balok. Sedangkan

pada sumbu horizontal Y tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu atau bulan.

Format penyajian bagan balok yang lengkap berisi perkiraan urutan pekerjaan,

skala waktu, dan analisis kemajuan pekerjaan pada saat pelaporan.

Menurut Wulfran I. Ervianto (2005) proses penyusunan diagram batang dapat

dilakukan dengan langkah sebagai berikut;

a. Daftar item kegiatan

Daftar item kegiatan berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada dalam

rencana pelaksanaan pembangunan

b. Urutan pekerjaan

Dari daftar item kegiatan tersebut di atas, disusun urutan pelaksanaan pekerjaan

berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan dilaksanakan lebih dahulu dan

item kegiatan yang akan dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan

kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.

c. Waktu pelaksanaan pekerjaan

Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah jangka waktu pelaksanaan dari seluruh

kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai seluruh kegiatan

berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari hasil perbandingan

antara volume pekerjaan dengan kebutuhan sumber dayanya.

2.7.4 Kurva S

Menurut Husen (2011; 152) kurva S merupakan sebuah grafik yang

dikembangkan oleh Warren T. Hanumm, dimana kurva S ini dapat menunjukkan

kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

29

direpresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek.

Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek

dengan membandingkan terhadap jadwal rencana.

Untuk membuat kurva S, jumlah presentase kumulatif bobot masing-

masing kegiatan pada suatu periode di antara durasi proyek diplotkan terhadap

sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membuat

kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada awal proyek

biasanya masih sedikit, kemudian akan meningkat pada pertengahan proyek dalam

jumlah yang cukup besar dan pada bagian akhir proyek kegiatan kembali mengecil.

Dalam menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat berupa

perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan dibagi dengan nilai

anggaran. Karena satuan biaya dapat dijadikan bentuk persentase sehingga lebih

mudah menghitungnya.

Dalam menghitung bobot pekerjaan diperlukan satuan pekerjaan yang

seragam. Hal ini diperlukan karena dalam setiap proyek volume atau satuan

pekerjaan pada setiap pekerjaan berbeda-beda, seperti m2, m3 atau m. Sehingga

semua satuan tersebut disatukan dalam bobot % dengan satuan seragam dalam

bentuk biaya. Perhitungan bobot pekerjaan didapat dengan menggunakan rumus;

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 (%) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘×

100%.................................. (17)

Hasil dari bobot setiap pekerjaan tersebut dapat dikombinasikan dengan bar

chart. Pada bar chart dengan durasi serta urutan kegiatan yang telah ditentukan

maka bobot pekerjaan setiap minggunya didapat dengan rumus berikut;

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 =𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛.................................................... (18)

2.8 Microsoft Project 2013

Microsoft Project merupakan software yang biasa digunakan untuk mengelola

atau memanajemen suatu proyek konstruksi. Dalam hal ini software microsoft

project dapat digunakan untuk mengelola rencana pekerjaan dan waktu

pelaksanaannya. Sehingga dalam sebuah project yang sedang berjalan dapat

dipantau dan dievaluasi sesuai dengan tahapannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

30

Dalam menggunakan microsoft project 2013, terdapat beberapa data yang

perlu diinput sebelum akhirnya diproses oleh microsoft project. Data yang perlu

diinput dalam software microsoft project ini diantaranya uraian pekerjaan, durasi

atau waktu yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan, predecessor atau hubungan

keterkaitan antara pekerjaan satu dan lainnya, serta resources atau sumber daya

yang digunakan pada suatu pekerjaan. Uraian pekerjaan pada microsoft project

diinputkan pada bagian task name, durasi pekerjaan diinputkan pada bagian

duration, predecessor diinputkan pada kolom predecessor, serta sumber daya yang

dibutuhkan pada suatu pekerjaan dapat diinputkan pada kolom resources names.

Bagian-bagian pada microsoft project tersebut berada pada jendela gantt chart.

Tampilan gantt table pada microsoft project dapat dilihat pada Gambar 2.3

berikut.

Gambar 2. 3 Tampilan jendela gantt chart pada microsoft project.

Selain dapat digunakan untuk merencanakan waktu pelaksanaan kegiatan

konstruksi, software microsoft project ini dapat digunakan untuk menghitung

kebutuhan biaya pada suatu proyek. Berikut ini langkah yang dapat dilakukan

dalam menghitung biaya proyek menggunakan microsoft project.

i. Masukkan semua item pekerjaan berdasarkan Work Breakdown Structure.

ii. Masukkan durasi setiap item pekerjaan dalam satuan hari pada kolom duration.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: BAB II Dasar Teori 2.1 Jembatan - POLBAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Perancangan Biaya dan Waktu Pembangunan Jembatan Cikereteg pada Ruas Jalan Tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 1 paket 1

31

iii. Buka lembar resource sheet, kemudian tuliskan semua sumber daya yang

dibutuhkan secara keseluruhan beserta harganya.

iv. Buka kembali lembar gantt chart, kemudian pilih kolom rexource name pada

setiap item pekerjaan dan beri tanda centang (√) pada sumber daya yang

dibutuhkan dalam satu item pekerjaan.

v. Lakukan hal yang sama hingga semua item pekerjaan terisi sumber daya yang

dibutuhkannya.

vi. Buka lembar resource usage, kemudian pada resource bahan tuliskan

kebutuhan bahan pada masing-masing pekerjaan.

vii. Setelah semua kebutuhan bahan terisi, kembali pada halaman gantt chart.

viii. Klik add new column, kemudian pilih cost. Secara otomatis biaya yang

dibutuhkan setiap item pekerjaan serta biaya total proyek akan ditampilkan

pada kolom tersebut.

Sedangkan untuk menentukan penjadwalan proyek menggunakan microsoft

project dapat dilakukan hal yang seperti point i sampai dengan viii. Namun, pada

penentuan penjadwalan proyek, terdapat dua kolom tambahan yang perlu diisi yaitu

kolom predecessor dan kolom successor. Langkah-langkah tersebut dapat

diterapkan pada pembahasan Bab IV laporan tugas akhir ini.