bab ii ari bokul

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) 2.1.1 Definisi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa/kelurahan dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan penggunaan Keluarga Berencanapasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan 6

Upload: tri-ramasari-syanggradewi

Post on 06-Dec-2015

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

P4K PADA MASALAH KB DI LAMPUNG

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Ari Bokul

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

2.1.1 Definisi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K)

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di

desa/kelurahan dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan

masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan

menghadapi komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan

penggunaan Keluarga Berencanapasca persalinan dengan menggunakan

stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan

cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir

(Depkes RI, 2009)

2.2.2 Tujuan P4K

Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu

hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan

masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan

menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga

melahirkan bayi yang sehat.

6

Page 2: BAB II Ari Bokul

7

Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di setiap

rumah ibu hamil yang memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu

hamil, identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan,

pendamping persalinan dan fasilitas tempat persalinan, calon donor darah,

transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan. Adanya perencanaan

persalinan, termasuk pemakaian metode KB pasca persalinan yang sesuai

dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan bidan. Terlaksananya

pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi

selama kehamilan, persalinan dan nifas. Meningkatnya keterlibatan tokoh

masyarakat baik formal maupun non formal, dukun bayi,

kader/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat dalam

perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker, dan KB

pasca salin sesuai dengan perannya masing-masing.

2.2.3 Manfaat penerapan P4K

1) Mempercepat berfungsinya Desa Siaga.

2) Meningkatnya cakupan pelayanan ANC sesuai standar

3)Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

terampil

4) Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun

5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini

6) Meningkatnya peserta KB pasca persalinan

7) Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi

Page 3: BAB II Ari Bokul

8

8) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi

2.3.4 Kegiatan penerapan P4K

a. Pendataan Ibu Hamil Dengan Stiker

Pendataan ibu hamil dengan stiker adalah suatu kegiatan

pendataan, pencatatan dan pelaporan keadaan ibu hamil dan bersalin di

wilayah kerja bidan melalui penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil

dengan melibatkan peran aktif unsure -unsur masyarakat di wilayahnya

(kader, forum peduli KIA/Pokja Posyandu dan dukun). Kegiatan ini

dilakukan melalui kunjungan rumah, yaitu kunjungan bidan/kader ke

rumah ibu hamil dalam rangka untuk membantu ibu, suami dan

keluarganya membuat perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi

disamping itu untuk memfasilitasi ibu nifas dan suaminya dalam

memutuskan penggunaan alat/obat kontrasepsi setelah persalinan sesuai

dengan rencana yang telah disepakati bersama oleh pasangan tersebut.

Setelah melakukan konseling, stiker diisi oleh bidan, kemudian stiker

tersebut ditempel di rumah ibu hamil (sebaiknya di depan rumah) dan ibu

hamil diberikan buku KIA untuk dipahami isinya.

b. Tabulin(Tabungan Ibu Bersalin) dan Dasolin(Dana Sosial Ibu Bersalin)

Tabulin adalah dana/barang yang disimpan oleh keluarga atau

pengelola tabulin secara bertahap sesuai dengan kemampuannya, yang

pengelolaannya sesuai dengan kesepakatan serta penggunaannya untuk

segala bentuk pembiayaan, saat antenatal, persalinan dan kegawat

daruratan. Besar simpanan / nominal, tergantung dari perkiraan biaya

Page 4: BAB II Ari Bokul

9

persalinan normal atau sesuai dengan kesepakatan. Dasolin adalah dana

yang dihimpun dari masyarakat secara sukarela dengan prinsip gotong-

royong sesuai dengan kesepakatan bersama dengan tujuan membantu

pembiayaan mulai antenatal, persalinan, dan kegawatdaruratan. Sumber

dana dan cara pengumpulannya ditentukan dengan kesepakatan.

Pengelolaan dan pemanfaatannya ditentukan dengan kesepakatan.Hal

pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan pertemuan-pertemuan

bersama dengan masyarakat untuk membahas mekanisme pengumpulan

dan penyimpanan dana, penggunaan dana, pengawasan dan pelaporan

dana.

c. Calon donor darah

Calon donor darah adalah orang-orang yang dipersiapkan oleh ibu,

suami, keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu bersedia

menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan. Syarat

donor darah sukarela adalah :

a) Usia 17 sampai 60 tahun

b) Berat badan minimal 49kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk perempuan

c) Tekanan darah antara 100/60-140/90 mmHg

d) Kadar Haemoglobin (Hb) >12 gr%

e) Tidak sedang menderita penyakit (Hepatitis, TBC,dll)

Page 5: BAB II Ari Bokul

10

f) Tidak sedang menjalani pengobatan suatu penyakit

g) Tidak mempunyai luka/infeksi

h) Tidak sedang hamil/ menyusui/ menstruasi dan mengisi informed

consen

Warga menyumbang darah melalui Palang Merah Indonesia (PMI)

yang dapat dipakai untuk semua kebutuhan kegawatdaruratan. Warga akan

didaftar dan diperiksa golongan darahnya. Ada 2(dua) jenis donor darah

yaitu :

1 Pendonor darah tetap, rutin tiap 3 bulan donor darah di PMI

2 Bank darah desa, yaitu daftar relawan yang bersedia donor darah

Sewaktu-waktu, utamanya untuk kegawatan ibu hamil dan melahirkan.

Kebutuhan untuk keadaan ini harus cepat dipenuhi sementara waktu yang

diperlukan PMI untuk menyediakan darah bersih adalah 2-3 jam.

d. Ambulans desa/tranportasi

Ambulan desa / transportasi adalah alat transportasi dari

masyarakat sesuai kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk

mengantar calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat

rujukan, terutama yang kesulitan angkutan atau ibu mengalami kegawatan

perlu dirujuk segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit agar selamat. Bentuk

ambulan desa bermacam-macam,tergantung jenis yang dimiliki oleh warga

dan mengikhlaskan kendaraannya dipinjam warga bergiliran (dibuat

jadwal kendaraan, pengemudi, BBM, dsb). Bisa berupa mobil, ojek, becak,

Page 6: BAB II Ari Bokul

11

sepeda motor, tandu, perahu, dll. Penanggungjawab Pokja Ambulan Desa

yang mengatur jadwal sesuai kesepakatan warga.

2.3.5 indikator program P4K

1) Persentase desa melaksanakan P4K dengan stiker.

2) Persentase ibu hamil mendapat stiker

3) Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai

standar (semua ibu hamil mendapat kunjungan K4 dan memperoleh

pelayanan 5 T).

4) Persentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan.

5) Persentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami

komplikasi tertangani.

6) Persentase penggunaan metode KB pasca persalinan.

Output yang diharapkan adalah sebagai berikut :

1) Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K.

2) Bidan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar

3) Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan termasuk

KB yang dibuat bersama dengan penolong persalinan

4) Bidan menolong persalinan sesuai standar.

5) Bidan memberikan pelayanan nifas sesuai standar

6) Keluarga menyiapkan biaya persalinan,kebersihan dan kesehatan

lingkungan (sosial-budaya)

Page 7: BAB II Ari Bokul

12

e. Tahap Kegiatan

1. Orientasi P4K dengan stiker

Orientasi ditujukan untuk pengelola program dan

stakeholders terkait di tingkat Propinsi, Kab/Kota, Puskesmas.

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan sosialisasi tentang

tujuan; manfaat; mekanisme pelaksanaan sistem pencatatan &

pelaporan serta dukungan apa saja yang disiapkan dan diperlukan

agar P4K dengan stiker dapat terlaksana di lapangan.

2. Sosialisasi

Sosilisasi ditujukan kepada kepala desa/lurah, bidan,

dukun, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi perempuan,

PKK serta lintas sektor di tingkat desa/kelurahan. Kegiatan ini

bertujuan untuk memberikan sosialisasi tentang tujuan; manfaat

dan mekanisme pelaksanaan agar mendapat dukungan dari seluruh

lapisan masyarakat dalam pelaksanannya di lapangan.

3. Operasionalisasi P4K dengan stiker ditingkat Desa / Kelurahan

4 Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa/kelurahan.

Pertemuan dipimpin oleh kepala desa/lurah, dan dihadiri

bidan di desa, kader, dukun, tokoh masyarakat, bertujuan untuk

meningkatkan partisipasi aktif keluarga dan masyarakat dalam

membantu mempersiapkan persalinan yang aman bagi ibu yang

diwujudkan dengan mendata jumlah ibu hamil yang ada di wilayah

Page 8: BAB II Ari Bokul

13

desa, serta membahas dan menyepakati calon donor darah,

transport dan pembiayaan (Jamkesmas, Jamkesda, Tabulin,

dasolin). Pertemuan ini juga dapat dipakai untuk mengembangkan

forum yang telah ada sebelumnya, seperti Pokja Posyandu, forum

GSI yang ditujukan untuk melaksanakan program P4K dengan

stiker ini.

5 Mengaktifkan Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Forum Peduli KIA ini diharapkan memanfaatkan forum-

forum yang sudah ada di masyarakat, antara lain: Gerakan Sayang

Ibu (GSI), Forum Desa Siaga, Pokja Posyandu dan lain -lain.

Apabila di daerah tersebut belum terbentuk forum seperti itu bisa

dilakukan pembentukan dengan menggunakan metode berikut ini.

Pemilihan anggota Forum Peduli KIA ini sebaiknya didahului

dengan kesepakatan kriteria bagi orang-orang yang akan dipilih.

Kriteria diserahkan sepenuhnya kepada unsur masyarakat yang

hadir. Umumnya kriteria yang muncul antara lain adalah punya

waktu dan punya kemauan. Pemilihan kemudian dilakukan dengan

teknik partisipatif dimana fasilitator pertemuan membagi unsur

masyarakat yang hadir dalam kelompok-kelompok dan kemudian

masing-masing kelompok mengajukan orang-orang yang dipercaya

untuk dipilih sebagai anggota kelompok masyarakat dan disepakati

bersama. Umumnya orang-orang ini adalah kader potensial di

Page 9: BAB II Ari Bokul

14

tingkat desa. Biasanya ketua Forum Peduli KIA adalah kepala

desa/lurah.

6 Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker

Bidan di desa bersama kader dan/atau dukun melakukan

kontak dengan ibu hamil, suami dan keluarga untuk sepakat dalam

pengisian stiker, termasuk pemakaian Keluarga Berencana

(KB)pasca persalinan. Ketrampilan berkomunikasi sangat penting

dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan yang melakukan kontak

dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker. Mereka

harus mampu memberikan penjelasan/konseling kepada keluarga

tentang pentingnya perencanaan persalinan serta bagaimana

mempersiapkan ibu hamil dan keluarga bila terjadi komplikasi

kehamilan, persalinan dan nifas. Dalam berkomunikasi, tenaga

kesehatan bisa menggunakan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

sebagai alat bantu karena di dalamnya berisi penjelasan tentang

tanda bahaya persalinan dan kehamilan; petunjuk perawatan masa

kehamilan dan menyusui serta data kesehatan ibu saat mulai hamil.

Ditambah dengan menggunakan buku-buku pedoman yang ada

seperti “Ibu sehat Bayi Sehat”.

7 Pemasangan stiker di rumah ibu hamil

Setelah melakukan konseling, stiker diisi oleh Bidan,

kemudian stiker tersebut ditempel di rumah ibu hamil (sebaiknya

di depan rumah) dan ibu hamil diberikan Buku KIA untuk

Page 10: BAB II Ari Bokul

15

dipahami isinya. Stiker P4K ini memuat informasi tentang nama

ibu hamil, nama suami, golongan darah ibu hamil, nama

pendamping persalinan diarahkan agar suami yang mendampingi

(tulis namanya), nama tenaga kesehatan yang akan menolong

persalinan, rencana nama pendonor darah yang akan diminta bila

ibu hamil mengalami kegawatdaruratan dan rencana

transportasi/ambulan desa yang akan dipakai bila ibu hamil

mengalami kegawatdaruratan, rencana pembiayaan (Jamkesmas,

Tabulin, Dasolin). Hal penting dalam pengembangan mekanisme

P4K dengan stiker adalah kerjasama antara Bidan-Dukun-Kader-

Forum Peduli KIA agar semua pihak berperan aktif dalam

melakukan penggalian informasi yang dibutuhkan pada stiker dari

ibu hamil yang ada di wilayahnya, dan peran menempelkan stiker

yang telah diisi bidan tersebut di masing-masing rumah ibu hamil

yang juga akan berguna sebagai notifikasi (penanda) rumah ibu

hamil tersebut. Serta pemantauan kepada setiap ibu hamil yang

telah berstiker untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar.

Program pemasangan stiker ini menjadi media utama dalam P4K.

8 Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa

Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa dilakukan

setiap bulan secara teratur untuk up-dating, dan disampaikan pada

setiap pertemuan bulanan. Kemudian pemberian konseling kepada

Page 11: BAB II Ari Bokul

16

ibu hamil, dilanjutkan dengan penempelan stiker di rumah ibu

hamil dan pemberian Buku KIA kepada ibu hamil tersebut.

9 Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi atau ambulan

desa

Dalam rangka pengelolaan donor darah ini, dikembangkan

upaya bukan hanya untuk mengganti darah pada ibu bersalin tetapi

lebih berorientasi untuk menggalang tersedianya calon pendonor

darah untuk mengisi persediaandarah di Unit Transfusi Darah

atauUnit Transfusi Darah RS. Untuk memastikan kegiatan donor

darah dan ambulan desa berjalan dengan maksimal maka perlu

dilakukan upaya partisipatif bidan bekerja sama dengan Forum

Peduli KIA dan dukun, dipimpin Kepala Desa atau Lurah

mewujudkan komitmen bersama di masyarakat dalam penyediaan

donor darah, sarana transportasi. Komitmen masyarakat terhadap

pelaksanaan donor darah dan sarana transportasi atau ambulan desa

dapat diwujudkan dengan pembuatan Surat Pernyataan Kesediaan

menjadi PendonorDarah atau Sarana Transportasi atau Ambulan

Desa bagi warga yang bersedia dan ikhlas sebagai calon pendonor

darah atau pemakaian kendaraannya sewaktu-waktu bila

diperlukan dalam situasi kegawatdaruratan. Surat Pernyataan

Kesediaan tersebut dapat dituangkan dalam satu lembar kertas

yang memberikan informasi tentang nama,alamat atau no HP atau

no telp, umur, golongan darah atau jenis kendaraan. Selajutnya

Page 12: BAB II Ari Bokul

17

surat pernyataan tersebut harus menjelaskan bahwa surat dibuat

secara sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Terakhir surat pernyataaan harus ditandatangani oleh yang

membuat pernyataan dan diketahui oleh Kepala Desa atau Lurah

wilayah setempat. Setelah adanya surat pernyataan kesediaan

menjadi pendonor darah atau sarana transportasi atau ambulan

desa, maka langkah selanjutnya yang perlu dikembangkan adalah

membuat daftar tertulis tentang orang-orang yang bersedia menjadi

pendonor darah.

f. Rekapitulasi laporan

Data yang telah didapat dari isian stiker dan data

pendukung lainnya, bidan di desa melakukan pencatatan di buku

KIA untuk disimpan dan dipelajari oleh ibu hamil sebagai alat

pantau kesehatan ibu selama hamil, bersalin dan nifas, bayi yang

dilahirkan sampai dengan umur 5 tahun. Disamping itu juga dicatat

di kartu ibu serta kohort ibu untuk disimpan di fasilitas kesehatan.

Bidandi desa memberikan pelayanan sesuai standar dan

pemantauan ibu hamil, serta melaporkan hasil pelayanan kesehatan

ibu di wilayah desa (termasuk laporan dari dokter dan bidan

praktek swasta di desa tersebut) ke Puskesmas setiap bulan

termasuk laporan kematian ibu, bayi lahir hidup dan bayi lahir

mati.

Page 13: BAB II Ari Bokul

18

Puskesmas melakukan rekapitulasi dan analisa laporan dari

seluruh bidan di desa/kelurahan dan juga laporan dari Rumah

Bersalin Swasta serta melakukan Pemantauan Wilayah Setempat

tentang KIA (PWS-KIA) dan melaporkan ke Dinas Kesehatan Kab

atau Kota setiap bulan.

Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota melakukan

rekapitulasi dan analisa laporan dari seluruh Puskesmas di

wilayahnya dan laporan Yankes ibu dari rumah sakit pemerintah

dan swasta, serta melakukan Pemantauan Wilayah Setempat

(PWS-KIA), evaluasi dan melaporkan ke Dinas Kesehatan Propinsi

setiap bulan.

Dinas Kesehatan Propinsi melakukan rekapitulasi dan

analisa dari seluruh laporan Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota

di wilayahnya dan melakukan pemantauan, fasilitasi dan evaluasi

secara berkala serta melaporkan ke tingkat pusat setiap 3 bulan.

Tingkat melakukan rekapitulasi dan analisa laporan dari Dinas

Kesehatan Propinsi dan melakukan pemantauan berkala, fasilitasi,

evaluasi P4K dengan stiker dalam rangka PP-AKI.Forum

KomunikasiUntuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K di

masing-masing tingkat wilayah dari Puskesmas, kabupaten atau

Kota dan Provinsimempunyai wadah Forum Komunikasi yan

meliputi lintas program dan lintas sektor

Page 14: BAB II Ari Bokul

19

2.2 Pemeriksaan kehamilan

Pengertian dari K1 Kehamilan telah berubah, dulu tepatnya diawal

tahun 1990an ketika dipelajari dalam program KIA, pengertian K1

Kehamilan adalah pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar

untuk pertama kalinya pada semester pertama kehamilan, tetapi sekarang,

pengertian dari K1 Kehamilan adalah Cakupan ibu hamil yang

mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali pada

masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Hal ini

membuktikan bahwa penyelenggaraan program KIA dengan pengertian

indikator K1 telah salah dan tidak mendukung peningkatan mutu

kehamilan danpersalinan yang aman dan selamat. Pemeriksaan kesehatan

(termasuk gizi) pertama pada semester pertama kehamilan sebagaimana

diketahui dan diperdalamdalam pendekatan epidemiologi dan ilmu gizi

adalah sudah sangat jelas yaitu ibu hamilsejak ditahu kehamilan atau

kurang lebih usia kehamilan 6 minggu sampai 12 minggu kehamilan (1-3

bulan kehamilan), sudah harus memeriksakan kehamilannya, apabila sang

ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada masa kehamilan ini (1-

3 bulan kehamilan) itu artinya sang ibu hamil tersebut telah mangkir/lalai

(default) atau dulunya disebut dengan istilah DO (Drop Out) pada

semester pertama kehamilan, tetapi istilah DO ini kurang tepat digunakan

karena ada kecenderungan sang ibu hamil tidak akan dilayani lagi untuk

bulan-bulan kehamilan berikutnya, sehingga istilah default (mangkir) lebih

tepat digunakan.Sementara itu pengertian pemeriksaan kesehatan pertama

Page 15: BAB II Ari Bokul

20

(K1) semasa kehamilan dalam pengertian selama kehamilan (usia

kehamilan 1-9 bulan/atau mendekati lahir) walaupun sesuai standar

pemeriksaan kehamilan, sangatlah sulit untuk dimengerti, karena standar

pemeriksaan kesehatan (termasuk gizi) pada semester pertama, kedua dan

ketiga pada prinsipnya berbeda, keadaan hamil pada semester pertama

jelas berbeda pada semester kedua dan juga ketiga, walaupun standar yang

dipakai adalah 5T tetapi pada pemeriksaannya tetap berbeda, berat badan

ibu hamil pada semester pertama kehamilan jelas berbeda pada berat

badan pada semester ketiga kehamilan. Standar 5 T adalah standar

pemeriksaan /perawatan kehamilan (ANC = Antenatal Care) yang

dimaksud adalah:

1)Pemeriksaan/pengukuran tinggi dan berat badan

2)Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah

3)Pemeriksaan/pengukuran tinggi fundus

4)Pemberian imunisasi TT

5)Pemberian tablet besi

Setiap kali pemeriksaan /perawatan kehamilan selalu berbeda

setiap semesternya. Istilah K1 atau Kunjungan pertama ibu hamil pada

dasarnya satu paket dengan istilah K4 atau Kunjungan ke empat ibu hamil.

K4 itu sendiri mempunyai pengertian dari beberapa sumber yaitu :

1. Berdasarkan indikator MDGs goal 5 Indikator lokaluntuk

memonitoring kemajuan kabupaten dan kecamatan. Menyebutkan

bahwa Kunjungan ibu hamil K-4 adalah Ibu hamil yang mendapatkan

Page 16: BAB II Ari Bokul

21

pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan

distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan

pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan

ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode

kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

2. Berdasarkan Pedoman SPM Bidang Kesehatan tahun 2009 Depkes RI

2009. Menyebutkan bahwa Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah

cakupan Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

dengan standar paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

3. Sementara itu berdasarkan Pedoman SPM Bidang KesehatanDinas

Kesehatan Propinsi Jawa Barat sebagai penjabaran dari SPM Bidang

Kesehatan Depkes RI, Kunjungan ibu hamil K 4 adalah: ibu hamil

yang kontak dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan

ANC sesuai dengan standar 5 T dengan frekuensi kunjungan minimal

4 kali selama hamil, dengan syarat trimester I minimal 1 kali, trimester

II minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali.

Page 17: BAB II Ari Bokul

22

2.3 Profesi Bidan

2.3.1 Pengertian profesi

Profesi adalah aktifitas yang bersifat intelektual berdasarkan

ilmu pengetahuan,digunakan untuk tujuan praktek

pelayanan,dapatdipelajari,terorganisir secara internal dan aktristik,

mendahulukan kepentingan orang lain. Sedangkan menurut Mavis

Kirkham (1996), profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan

pelatihan khusus dalam ilmu atau seni khususnya dan hal yang dipelajari

dalam profesi yaitu hukum,ilmu agama atau pengobatan,namun dalam

kenyataannya sosial sangat komplek.

2.3.2 Bidan

Bidan dalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai

dengan persyaratan yang berlaku, dicacat, diberi ijin secara sah untuk

menjalankan praktik.

2.4 Kematian Ibu

2.4.1 Definisi

Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dalam ICD X

mendefinisikan kematian ibu sebagai kematian wanita saat hamil sampai

42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung pada umur

kehamilan dan letak kehamilan di dalam atau di luar kandungan

disebabkan oleh kehamilannya atau kondisi tubuhyang memburuk akibat

Page 18: BAB II Ari Bokul

23

kehamilan atau disebabkan oleh kesalahan dalam persalinan, tetapi tidak

termasuk kematian yang disebabkan oleh kecelakaan dan kelalaian.

Kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi pada saat melahirkan

antara lain: perdarahan, eksklamsia (keracunan kehamilan), proses

persalinan lama, komplikasi menggugurkan kandungan dan infeksi.

Kematian ibu hamil paling banyak disebabkan oleh perdarahan pada saat

melahirkan (28%).

Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan,faktor budaya, dan

akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi juga kontribusi secara

tidak langsung terhadap kematian dan kesakitan ibu. Situasi ini

diidentifikasikan sebagai “3T” (terlambat),pertama adalah terlambat

mengenali tanda bahaya selama kehamilan, persalinan dan nifas serta

dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu

dan neonatal,kedua terlambat merujuk ke faslitas kesehatan karena kondisi

wilayah atau sulitnya transportasi, ketigaterlambat mendapat pelayanan

kesehatan yang memadai di tempat rujukan.

Berdasarkan SKRT dan Profil Kesehatan 2012, penyebab langsung

kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (28%), eksklamsia(24%),

komplikasi peurperium(8%), trauma obstretik (5%), partus macet/lama

(5%), emboli obstretik(3%) dan lain-lain (11%). Masalah-masalah yang

menyebabkan kematian ibu hamil itu hanya dapat ditangani di fasilitas

kesehatan yang memadai. Pelayanan obstretik dan neonatal darurat serta

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi sangat penting

Page 19: BAB II Ari Bokul

24

dalam upaya penurunan kematian ibu. Secara garis besar penyebab

kematian ibu dapat dikategorikan dalam penyebab langsung dan tidak

langsung :

1) Penyebab langsung (Direct obstetric deaths), adalah kematian

ibu yang langsung disebabkan oleh komplikasi obstetric pada

masa hamil, bersalin dan nifas, atau kematian yang disebabkan

oleh suatu tindakan, atau berbagai hal yang terjadi akibat

tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil,bersalin atau

nifas,seperti perdarahan, toxemia dan infeksi.

2) Penyebab tak langsung (Indirect obstetric deaths), adalah

kematian ibu yang disebabkan oleh penyakit yang bukan

komplikasi obstetric yang berkembang atau bertambah berat

akibat kehamiian, persalinan dan nifas.

Kematian ibu akibat perdarahan dapat disebabkan oleh perdarahan

antepartum,perdarahan post partum, kehamilan ektopik, perdarahan akibat

robekan rahimdan abortus. Kematian ibu akibat toxemia (keracunan

kehamilan) dapat terjadi karena pre-eklampsi dan eklampsi. Kematian ibu

akibat infeksi dapat terjadi karena tractus genitourinarius(infeksi saluran

genital), baik setelah persalinan atau pada saat masa nifas. Infeksi ini dapat

terjadi oleh berbagai cara, antara lain melalui penolong persalinan yang

tangannya tidak bersih dan menggunakan instrumenyang kotor,

memasukkan benda asing ke vagina selama persalinan seperti

jamu/ramuan. Selain trias klasikpenyebab lain dari kematian ibu adalah

Page 20: BAB II Ari Bokul

25

ketuban pecah dini, uri tunggal tanpa perdarahan, robekan jalan lahir,

persalinan macet (biasanya karena tulang panggul ibu terlalu sempit) dan

ruptura uteri serta psikosismasanifas. Penyebab tak langsung kematian ibu

meliputi penyakit-penyakit sistim sirkulasisaperti emboli (segala sesuatu

yang menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah), penyakit saluran

pernafasan, infeksi dan parasit, terutama akibat penyakit menular seksual,

dan anemia. Departemen Kesehatan RI (2010) mengelompokkan faktor-

faktor yang mempengaruhi kematian ibu dalam 3 faktor, yaitu:

a) Faktor medik

Beberapa faktor medik yang melatarbelakangi kematian ibu adalah

faktor resiko tinggi (high risk group), yaitu primigravida (umur < 20 tahun

atau > 35 tahun), jumlahanak > 4 orang dan jarak persalinan terakhir < 2

tahun, tinggi badan < 145 cm, berat badan < 38 kg atau lingkar lengan atas

(lila) < 23,5 cm, riwayat penyakit Keluarga dan kelainan bentuk tubuh,

riwayat obstetric buruk dan penyakit kronis. Selain itu komplikasi

kehamilan, persalinan dan masa nifas adalah penyebab langsung kematian

maternal, yaitu perdarahan pervaginum, infeksi, keracunan kehamiian,

komplikasi akibat partus lama dan trauma persalinan. Beberapa keadaan

dan gangguan yang memperburuk keadaan ibu pada saat hamil yang

berperan dalam kematian ibu adalah kekurangan gizi dan anemia (Hb' < 8

gr%) serta bekerja fisik berat selama kehamiian, yang memberikan

dampak kehamilan yang kurang baik berupa bayi beratlahir rendah dan

prematuritas.

Page 21: BAB II Ari Bokul

26

b. Faktor non medik

Faktor non medik yang berkaitan dengan ibu dan menghambat

upaya penurunan kesakitan dan kematian maternal adalah kurangnya

kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan antenatal, terbatasnya

pengetahuan ibu tentang bahaya kehamiian resiko tinggi,

ketidakberdayaan sebagian besar ibu-ibu hamil dipedesaan dalam

pengambilan keputusan untuk dirujuk dan membiayai biaya transportasi

dan, perawatan di rumah sakit.

c. Faktor pelayanan kesehatan

Faktor pelayanan kesehatan yang memicu tetap tingginya angka

kematian maternal adalah belum mantapnya jangkauan pelayanan KIA dan

penanganan kelompok resiko, masih rendahnya cakupan pertolongan

persalinan yang dilakukan di rumah oleh dukun yang tidak mengetahui

tanda-tanda bahaya.

Page 22: BAB II Ari Bokul

27

2.5 Kerangka Teori

Kendala

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Puskesmas

Penerapan P4K :

1.Notifikasi,penandaan, pemetaan.

2. Tabulin dan Dasolin

3. Donor Darah

4. Transportasi

Hasil yang dicapai