bab ii tinjauan pustaka a. media (alat peraga origami ...repository.ump.ac.id/5437/3/bab ii_dian ari...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Media (Alat Peraga Origami Modular dan Jobsheet)
1. Pengertian media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti ‘tengah’,’perantara’ atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan
proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran
disebut media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan bagian dari
sumber belajar yang merupakan kombinasi antara bahan belajar dan alat
belajar (Arsyad, 2007).
Gearlach & Ely (dalam Arsyad, 2007) mengatakan bahwa media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian
media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-
alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,
dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Heinch, dan kawan-kawan (dalam Arsyad, 2007) mengemukakan
istilah mesdium sebagai perantara yang mengantar informasi antara
sumber dan penerima. Jadi televisi, film, radio, rekaman audio, gambar
yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
10
komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi
yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud
pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.
Gagne‟ dan Briggs (dalam Arsyad, 2007) secara implisit
mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara
lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide
(gambar bingkai), foto, gambar, grafik, telefisi, dan computer.
Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau
wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa
yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan
dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada
umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.
Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2007) mengemukakan tiga ciri
media, yaitu :
a. Ciri fiksatif
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,
menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau
objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembai
dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket
computer, dan film.
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
11
b. Ciri manipulatif
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena
media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu
berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga
menit dengan teknik pengambilan gambar.
c. Ciri distributif
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan
kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
Sudjana & Rifai (dalam Arsyad, 2007) mengemukakan
manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga
dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai
dan mencapai tujuan pembelajaran.
c. Metode belajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab
tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
12
seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,
memerankan, dan lain-lain.
Dalam pemilihan media ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan, antara lain :
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah
ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau
gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus
dikerjakan atau dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal,
melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian
prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang
melibatkan pemahaman konse-konsep atau hubungan-hubungan
perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran
pada tingkat lebih tinggi.
b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran
Dapat mendukung pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran
secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan
tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.
c. Praktis, luwes, dan bertahan
Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya
untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
13
memakan waktu yang lama untuk memproduksinya bukanlah
jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun untuk
memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat
sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan
dimana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di
sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan mudah dibawa ke mana-
mana.
d. Guru terampil menggunakannya
Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu,
guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Nilai dan manfaat media sangat ditentukan oleh guru yang
menggunakannya.
e. Pengelompokan sasaran
Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama
efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada
media yang tepat digunakan untuk jenis kelompok besar, kelompok
sedang, kelompok kecil, dan perorangan.
f. Mutu teknis
Kualitas media harus dipertimbangkan, jika media mudah
rusak, kurang jelas atau terganggu, tidak menarik, kurang bias
dipahami. Jangan sampai hanya karena keinginan kita untuk
menggunakan media saja, lantas media yang kurang bermutu kita
paksakan penggunaannya. Perlu diingat bahwa jika program media
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
14
itu hanya menjanjikan sesuatu yang sebenarnya bisa dilakukan oleh
guru dengan lebih baik, maka media itu tidak perlu lagi digunakan.
2. Alat Peraga
Menurut Kusumasari (2007) alat peraga yaitu alat bantu atau
pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan para siswa.
Alat peraga dapat berupa benda atau perilaku. Alat peraga mempunyai
beberapa peranan penting dalam proses belajar mengajar, yaitu :
a. Alat peraga membuat pendidikan lebih sesuai, dimana para siswa
belajar dengan banyak kemungkinan dan banyak sumber sehingga
belajar lebih menyenangkan bagi masing-masing siswa.
b. Alat peraga memungkinkan belajar siswa lebih cepat antara yang ada
di dalam kelas dengan yang di luar kelas. Alat peraga menjadi
jembatan antara keduanya. Sehingga pada siswa mendapat
pengalaman yang baik.
c. Alat peraga memungkinkan belajar siswa lebih merata. Dengan alat
peraga memungkinkan perhatian anak akan meningkat dan mengarah
kepada yang sedang diperagakan.
Dengan alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis,
dan teratur. Agar fungsi atau manfaat alat peraga terpenuhi sesuai dengan
yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa persyaratan yang
harus dimiliki oleh alat peraga, terutama apabila kita akan membuat dan
mempergunakan alat peraga tersebut dalam pembelajaran.
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
15
Menurut Russefendi (dalam Sukayati, 2009), beberapa
persyaratan yang harus dimiliki alat peraga diantaranya :
a. Tahan lama
b. Bentuk dan warnanya menarik
c. Sederhana dan mudah dikelola
d. Ukuran sesuai dengan ukuran fisik anak
e. Dapat menyajikan konsep matematika, baik dalam bentuk real,
gambar, diagram
f. Sesuai dengan konsep matematika
g. Dapat memperjelas konsep matematika
h. Peragaan menjadi dasar tumbuhnya konsep berpikir abstrak bagi
siswa
i. Jika kita mengharapkan siswa berpikir aktif, alat peraga itu
dimanipulasikan, yaitu dapat diraba, dipegang, dipindahkan,
dimainkan, dipasangkan, dicopot (diambil susunannya)
j. Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah lipat (banyak).
Kelebihan alat peraga antara lain :
a. Meletakkan dasar-dasar konkrit untuk mengajar, mengurangi
verbalisme
b. Memperbesar perhatian siswa dan gairah belajar siswa
c. Membuat pelajaran menjadi menetap, tidak mudah lupa
d. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
16
e. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa
3. Origami
Para sejarawan pada umumnya mengatakan origami berasal dari
negeri asal kertas, yakni Cina. Namun perkembangan origami sampai
menjadi bentuk seni seperti saat ini memang berawal di Jepang. Origami
merupakan seni melipat kertas. Kata origami bersal dari bahasa Jepang,
yakni gabungan dari kata ori yang berarti melipat dan kami yang berarti
kertas. Ketika kedua kata digabungkan dan ada perubahan sedikit namun
tidak merubah artinya yaitu dari kata kami menjadi gami, sehingga yang
terjadi bukan orikami melainkan origami, maksudnya melipat kertas.
Saat ini istilah origami telah dikenal dan digunakan diseluruh penjuru
dunia untuk menyebut seni melipat kertas. Menurut M. Amanuma dalam
Ismayanti (2005), origami adalah seni melipat kertas menjadi beberapa
bentuk. Semula origami dipraktekkan oleh kaum bangsawan dan
agamawan di Jepang untuk membuat hiasan dekorasi bagi upacara
tradisional dan keagamaan.
Dalam perkembangannya origami telah menjadi begitu indentik
dengan budaya Jepang yang diwariskan secara turun-temurun dari masa
ke masa. Origami terutama berkembang dengan menggunakan kertas asli
Jepang yang disebut sebagai washi. Saat ini origami menjadi suatu yang
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
17
tak terpisahkan dari budaya Jepang, Terutama dalam upacara adat
keagamaan Shinto yang tetap dipertahankan hingga sekarang.
Dalam tradisi Shinto, kertas segi empat dipotong dan dilipat
menjadi lambang simbolik Dewa dan digantung di Kota Jingu (Kuil
Agung Imperial) Ise sebagai sembahan. Pada upacara kerkawinan Shinto,
kertas berbentuk burung bangau jantan (on-cho) dan burung bangau
betina (me-cho), membuat botol sake (arak sebagai lembang pengantin
pria dan wanita). Selai itu origami juga digunakan untuk upacara
keagamaan yang lain.
Menurut Titor (2010) pada zaman Meiji (1868-1912) origami
digunakan sebagai alat mengajar di Taman Kanak-kanak dan Sekolah
Dasar. Hal tersebut berkat pengaruh dari ahli pendidikan Friedrich
August Frobel (1782-1852). Beliau adalah seorang pendidik Jerman pada
abad ke-19. Beliau menggunakan origami tradisional Eropa untuk
menghasilkan bentuk geometrik. Kemudian, konsep ini dipakai secara
meluas di Taman Kanak-kanak Jepang.
Seiring berkembangnya zaman, muncullah origami modern yang
dipelopori oleh Akira Yoshizawa dari jepang pada tahun 1950‟an. Akira
mempelopori origami modern dengan mengambil berbagi model realistik
dari binatang, benda atau bentuk-bentuk dekoratif. Model origami ini
sama sekali berbeda dengan origami tradisional Jepang yang telah
dikenal sebelumnya.
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
18
Selain mempelopori berbagai model baru, akira juga memberi
sumbangan besar bagi perkembangan origami dengan memperkenalkan
teknik lipatan basah dan diagram “Yoshizawa-Rendelett”. Lipatan basah
merupakan teknik baru dalam melipat kertas dengan cara membasahi
kertas lebih dulu agar lentur sehingga mudah dibentuk. Sedangkan
diagram “Yoshizawa-Rendelett” memudahkan kalangan penggemar
origami diseluruh dunia dalam memahami instruksi cara pembuatan
origami, hingga sekrang telah diterima dan digunakan diseluruh dunia
sebagai diagram baku dalam penulisan instruksi cara pembuatan model
origami.
Untuk model atau bentuk tradisional, model yang digunakan
sangat melekat dan terkenal bagi masyarakat Jepang adalah:
a. Tsuru
Tsuru atau burung bangau memiliki sifat yang kuat, manis,
cantik dan mempunyai suara istimewa sehingga orang Jepang sangat
menghargai arti pentingnya burung bangau ini. Oleh karena itu,
bentuk tsuru atau burung bangau merupakan bentuk paling
tradisional dan paling indah dan berkembang menjadi subjek favorit
dari origami.
b. Katasiro
Bentuk katasiro ini telah dipergunakan dalam upacara-
upacara Shinto di kuil Ise. Katasiro adalah representasi simbolik
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
19
seorang dewa yang terbuat dari guntingan kertas khusus yang disebut
jingo yoshi (kertas kuil).
Dengan berkembangnnya origami ke seluruh dunia, maka
berbagai sumbangan ide dan gagasan tentang origami telah melahirkan
berbagai gaya origami modern. Berbagai jenis bahan baik kertas atau
material lembaran dipergunakan, dan origami modern tidak sekedar
melipat tetapi juga melibatkan teknik menggunting, melem dan menjepit
kertas.
Jenis-jenis origami modern yang ada sekarang antara lain :
a. Origami pureland
Gaya pureland dikembangkan oleh John Smith dengan tujuan
memudahkan para pemula dalam membuat suatu model origami.
Pada origami, gaya pureland terdapat persyaratan unik bahwa dalam
setiap langkah hanya diperbolehkan sekali melipat, maka lipatan
yang digunakan hanya lipatan gunung dan lipatan lembah.
b. Origami modular
Pada origami modular, dari setiap selembar kertas dibentuk
menjadi sebuah modul. Seluruh modul selanjutnya disatukan dengan
cara dilem atau dijepit menjadi satu bentuk tertentu seperti binatang,
bangunan atau bunga (“kusudama”).
c. Origami teknis
Berbeda dengan gaya origami lainnya, yang banyak
didasarkan pada cara coba-coba melipat agar menghasilkan suatu
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
20
bentuk tertentu, pembuatan origami teknis (origami sekkei) diawali
dengan mengkaji secara matematis bentuk-bentuk bidang yang
diperlukan dari model yang akan dibuat lalu membuat pola dari jejak
lipatan yang harus dibuat pada kertas.
Dari berbagai jenis origami modern yang telah dijelaskan di
atas, peneliti menggunakan jenis origami modular dalam pembuatan
media alat peraga origami. Jenis origami modular digunakan
dikarenakan dalam pembuatan alat peraga bangun ruang sisi datar
khususnya limas dan prisma tegak diperlukan beberapa tahapan
seperti melipat kertas sampai penyusunan dan penggabungan. Dari
bentuk awal yang dihasilkan berupa bidang datar sampai dalam
tahap selanjutnya yaitu penggabungan sehingga terbentuklah bangun
ruang. Sehingga disebutlah alat peraga origami. Karena dalam
pembuatan alat peraga berupa bangun ruang sisi datar ini
menggunakan teknik origami.
4. Jobsheet
Jobsheet adalah lembar kerja yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang harus dikerjakan oleh siswa pada waktu praktek. Pertanyaan dapat
diambil dari materi yang akan dipelajari dan juga dapat mengaitkan
pertanyaan dengan contoh dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa
tidak hanya mengetahui materi tetapi juga kegunaannya dalam kehidupan
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
21
sehari-hari. Judul dari jobsheet dapat berbeda-beda tergantung apa yang
dipraktekkan.
Fungsi lembar kerja (jobsheet) sesuai pedoman pelaksanaan
praktek di laboratorium, dan lembar kerja dilengkapi dengan lembar
evaluasi hasil kerja siswa. Supriyadi dkk (1997) menyatakan fungsi
lembar kerja sebagai berikut :
a. Pedoman bagi guru mengarahkan semua aktifitasnya dalam proses
pembelajaran.
b. Pedoman bagi siswa dalam proses pembelajaran praktik
c. Sebagai alat evalusai pencapaian atau penguasaan hasi latihan
Di dalam pembuatan jobsheet ditulis dalam bahasa bahasa baku,
jelas, sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami oleh siswa.
Menggunakan notasi-notasi atau istilah-istilah yang banyak digunakan di
lingkungan sekolah. Untuk lebih memudahkan dalam memahami
jobsheet dilengkapi dengan ilustrasi gambar, secara fisual memberi
gambaran tentang substansi yang dipraktekkan.
B. Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual merupakan suatu
konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (US. Departement of Education
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
22
the National School-to-Work Office yang dikutip oleh Blanchard dalam
Trianto : 2010).
Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan
siswa-siswa TK sampai dengan SMU untuk menguatkan, memperluas,
dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam
berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat
memecahkan masalah-masalh dunia nyata atau masalah-masalah yang
disimulasikana (University of Washington dalam Trianto : 2010).
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dalam situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran kontekstual, yakni: kontruktivisme, bertanya, inkuiri,
masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian autentik.
Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat
disimpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Kurikulum dan instruksi yang berdasarkan strategi pembelajaran
kontekstual haruslah dirancang untuk merangsang lima bentuk dasar dari
membelajaran, yaitu :
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
23
a. Menghubungkan ( Relatinng)
Belajar dalam suatu konteks sebuah pengalaman hidup yang nyata
atau awal sebelum pengetahuan awal itu diperoleh siswa. Guru
menggunakan relating ketika mereka mencoba menghubungkan
konsep baru dengan sesuatu yang telah diketahui oleh siswa.
b. Mencoba (Experiencing)
Pada experiencing mungkin saja mereka tidak mempunyai
pengalaman langsung berkenaan dengan konsep tersebut. Akan
tetapi, pada bagian ini guru harus dapat memberikan kegiatan yang
hands-on kepada siswa sehingga dari kegiatan yang dilakukan siswa
tersebut siswa dapat membangun pengetahuannya.
c. Mengaplikasi (Applying)
Strategi applying sebagai belajar dengan menerapkan konsep-
konsep. Kenyataannya siswa mengaplikasikan konsep-konsep ketika
mereka berhubungan dengan aktivitas penyelesaian masalah yang
hands-on dan proyek-proyek. Guru juga dapat memotivasi suatu
kebutuhan untuk memahami skonsep dengan memberikan latihan
yang realistis dan relevan.
d. Bekerjasama (Cooperative)
Bekerja sama-belajar dalam konteks saling berbagi, merespons, dan
berkomunikasi dengan pelajar lainnya adalah strategi instruksional
yang utama dalam pengajaran kontekstual. Pengalaman dalam
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
24
bekerja sama tidak hanya menolong untuk mempelajari suatu bahan
pelajaran, hal ini juga secara konsisten berkaitan dengan
penitikberatan pada kehidupan nyata dalam pengaaran kontekstual.
e. Proses transfer ilmu (Trasfering)
Trasfering adalah strategi mengajar yang kita definisikan sebagai
menggunakan pengetahuan dalam sebuah konteks baru atau situasi
baru suatu hal yang belum teratasi/diselesaikan dalam kelas.
3. Komponen-Komponen Utama Dalam Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu
konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, dan penilaian sebenarnya. Sebuah kelas dikatakan menggunakan
pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam
pembelajarannya.
1) Kontruktivisme
Salah satu landasan teoritis pendidikan modern termasuk
CTL adalah teori pembelajaran kontruktivisme. Pendekatan ini pada
dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada
teacher centered. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas
menjadi proses „mengkonstruksi‟ bukan „menerima‟ pengetahuan.
Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
25
2) Inkuiri
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,
tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah
b. Mengamati atau melakukan observasi
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,
laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya.
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,
teman sekelas, guru, atau audiensi yang lain.
3) Bertanya
Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis
kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan
bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis
inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan aspek pada apa yang belum diketahuinya.
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
26
4) Masyarakat belajar
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hasil
belajar yang diperoleh dari hasil sharing antar teman, antara
kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruangan ini,
di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar sana,
semua adalah anggota masyarakat belajar. Masyarakat belajar bisa
terjadi apabila pada proses komunikasi dua arah. Seorang guru yang
mengajari siswanya bukan contoh masyarakat belajar karena
komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari
guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru
yang datang dari arah siswa.
5) Pemodelan
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan
tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswanya. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan
dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
6) Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita
lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru
dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang
merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
27
Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di
benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana
merasakan ide-ide baru.
7) Penilaian autentik
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai
data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Penilaian autentik ini dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti
pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan bersama-sama
tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
4. Pokok Bahasan Prisma dan Limas Tegak
Pokok bahasan prisma dan limas sisi tegak diberikan kepada siswa
SMP/MTs kelas VIII semester 2. Adapun indikator pokok bahasan prisma
dan limas sisi tegak meliputi :
a. Mengidentifikasi unsur-unsur prisma dan limas. (rusuk, titik sudut,
bidang sisi, diagonal sisi, diagonal ruag, bidang diagonal).
b. Jarring-jaring prisma dan limas
c. Menentukan rumus luas permukaan prisma dan limas
d. Menghitung luas permukaan prisma dan limas
e. Menentukan rumus volume prisma dan limas
f. Menghitung volume prisma dan limas.
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
28
5. Model Pengembangan Perangkat Pengembangan 4-D
Pengembangan sistem pembelajaran merupakan proses sistemasi dan
logis untuk mempelajari masalah-masalah pengajaran, agar mendapat
pemecahan yang teruji validitasnya, dan praktis dapat dilaksanakan. Pada
pengembangan media (alat peraga origami modular dan jobsheet), digunakan
model pengembangan perangkat pembelajaran menurut Thiagarajan. Menurut
Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (dalam Trianto, 2010), model
pengembangan perangkat pembelajaran terdiri dari 4 tahap yang dikenal
sebagai 4-D yaitu tahap pendefinisian (Define), perencanaan (Design),
pengembangan (Develop), dan pendesiminasian (Disseminate) seperti
diagram berikut.
Diagram 3.1 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D
Thiagarajan (Trianto, 2010)
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
29
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan dari tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan
syarat-syarat pembelajaran. Ada 4 langkah pokok dalam tahap ini, yaitu :
a. Analisis awal akhir
Kegiatan dalam analisis awal akhir adalah menentukan masalah
dasar yang diperlukan dalam pengembangan materi pelajaran.
b. Analisis siswa
Analisis siwa ini dilakukan dengan memperhatikan ciri, kemampuan,
dan pengalaman siswa baik secara individu dan maupun kelompok
yang meliputi karakteristik-karakteristik antara lain : kemempuan
akademik, usia dan tingkat kedewasaan, serta kemampuan
komunikasi terhadap pelajaran.
c. Analisis konsep
Analisis konsep dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep
utama yang akan diajarkan, menyusun secara sistematis, dan merinci
konsep-konsep yang relevan, sehingga membentuk peta konsep.
d. Analisis tugas
Bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan akademis utama
yang akan dikembangkan dalam model pembelajaran.
e. Perumusan tujuan pembelajaran
Bertujuan untuk mengkonversi tujuan dari analisis tugas dan analisis
konsep menjadi tujuan-tujuan pembelajaran khusus, yang dinyatakan
dengan tingkah laku.
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
30
2. Tahap Perencanaan (Design)
Pada tahap ini dilakukan perencanaan perangkat pembelajaran.
Pada tahap ini dilakukan :
a. Penyusunan tes
Menyusu tes sesuai dengan analisis konsep dan perumusan tujuan
pembelajaran.
b. Penilaian media yang sesuai dengan tujuan
Penilaian media yang sesuai dengan materi yang akan digambarkan
dalam media.
c. Pemilihan format
Pemilihan format dapat dilakukan dengan mengkaji format-format
media pembelajaran yang sudah ada.
3. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan
perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan para
pakar. Tahap ini biasanya meliputi :
a. Telaah perangkat oleh pakar yang berkompeten diikuti dengan
analisis hasil telaah media dan revisi.
b. Validasi oleh guru dan uji coba terbatas dengan siswa yang
sesungguhnya.
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012
31
4. Tahap Penyebaran (Disseminate)
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah
dikembangkan pada yang lebih luas. Tujuan tahap ini juga untuk menguji
efektifitas penggunaan perangkat di dalam kegiatan belajar mengajar.
Model 4-D merupakan model pengembangan peragkat
pembelajaran yang secara detail menjelaskan langkah-langkah
operasional pengembangan perangkat, model ini lebih rinci dan lebih
sistematik. Penelitian ini menggunakan model 4-D yang diadaptasi dan
disesuaikan dengan rancangan peneliti. Sebab setiap tahap lebih
sistematis dan cocok untuk mengembangkan perangkat pembelajaran.
Pengembangan Media…, Dian Ari Anggraeni, FKIP UMP, 2012