bab ii a. penelitian terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf ·...

27
13 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Berkaitan dengan hal di atas, dalam skripsi terdahulu yang dibuat oleh Nia Muthiani (2000) yang berjudul “Penampilan Guru Dalam Pengajaran Seni Tari Di SLTP Negeri 49 Bandung“. Di dalamnya memaparkan mengenai penampilan guru dalam pelaksanaan pengajaran, yang dimaksud adalah cara perbuatan yang tampak ketika guru sedang melakukan kegiatan proses belajar mengajar di kelas, baik yang bersifat teori maupun praktek. Menurut Nia Muthiani ( 2000 ) dalam skripsinya berpendapat bahwa setiap guru dalam penampilan di kelas mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian. Keragaman dan kecakapan dapat mempengaruhi terhadap situasi yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Disamping itu, setiap guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. Pola mengajar tercermin pada tingkah laku pada waktu melaksanakan pengajaran. Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru dengan istilah teaching style (gaya mengajar). Gaya mengajar ini mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru yang dipengaruhi oleh pandangan tentang mengajar, konsep- konsep psikologi yang digunakan serta kurikulum yang dilaksanakan. Isi skripsi tersebut dijadikan pijakan untuk melihat mengenai penampilan guru dan cara guru tersebut mengajarkan seni tari di dalam kelas. Namun demikian

Upload: dinhminh

Post on 03-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

13

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Penelitian Terdahulu

Berkaitan dengan hal di atas, dalam skripsi terdahulu yang dibuat oleh

Nia Muthiani (2000) yang berjudul “Penampilan Guru Dalam Pengajaran Seni

Tari Di SLTP Negeri 49 Bandung“. Di dalamnya memaparkan mengenai

penampilan guru dalam pelaksanaan pengajaran, yang dimaksud adalah cara

perbuatan yang tampak ketika guru sedang melakukan kegiatan proses belajar

mengajar di kelas, baik yang bersifat teori maupun praktek. Menurut Nia

Muthiani ( 2000 ) dalam skripsinya berpendapat bahwa setiap guru dalam

penampilan di kelas mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun

kepribadian. Keragaman dan kecakapan dapat mempengaruhi terhadap situasi

yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Disamping itu, setiap guru

memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. Pola mengajar tercermin pada tingkah

laku pada waktu melaksanakan pengajaran. Menanamkan pola umum tingkah

laku mengajar yang dimiliki guru dengan istilah teaching style (gaya

mengajar). Gaya mengajar ini mencerminkan bagaimana pelaksanaan

pengajaran guru yang dipengaruhi oleh pandangan tentang mengajar, konsep-

konsep psikologi yang digunakan serta kurikulum yang dilaksanakan. Isi

skripsi tersebut dijadikan pijakan untuk melihat mengenai penampilan guru

dan cara guru tersebut mengajarkan seni tari di dalam kelas. Namun demikian

Page 2: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

14

dalam skripsi tersebut tidak dibahas mengenai pendekatan persuasif terhadap

pembelajaran seni tari.

Selain itu dalam skripsi Dewi Rosmiati (2005) yang berjudul “Pendekatan

Inkuiri Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Seni Tari Pada Siswa

Kelas VII Di SMP Negeri 29 Bandung “, memaparkan mengenai pendekatan

inkuiri dalam pembelajaran seni tari dan pengaruhnya terhadap prestasi

belajar siswa. Menurut Dewi Rosmiati (2005) dalam skripsinya model latihan

inkuiri didasarkan pada infrontasi intelektual. Siswa diberi suatu situasi teka-

teki untuk diselidiki. Segala yang misterius tidak diduga-duga atau diketahui

adalah bermanfaat untuk suatu peristiwa yang tidak diketahui. Oleh karena

tujuan akhir dari model pembelajaran ini agar siswa memperoleh pengetahuan

baru, maka konfrontasi didasarkan pada gagasan yang dapat ditemukan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran inkuiri hampir sama dengan pendekatan

belajar CBSA. Dalam pendekatan pembelajaran CBSA, peran guru tetap

memegang peranan penting. Oleh karena itu, para siswa tidak mungkin belajar

sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu memotivasi, memfasilitasi, dan

mengarahkan pola kegiatan yang dilakukan siswa. Kendatipun dewasa ini

konsep CBSA telah dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di sekolah,

namun guru tetap menempati kedudukan tersendiri. Pada hakikatnya para

siswa hanya mungkin belajar dengan baik, jika guru telah mempersiapkan

lingkungan positif bagi mereka untuk belajar.

Page 3: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

15

Berdasarkan penjelasan skripsi-skripsi tersebut, maka peneliti menjadikan

tulisan tersebut sebagai bahan perbandingan mengenai pendekatan-

pendekatan pada pembelajaran seni tari. Walaupun demikian dalam skripsi

tersebut tidak membahas mengenai pendekatan persuasif terhadap

psikomotorik siswa, skripsi tersebut lebih mengedepankan bentuk pendekatan

inkuiri dalam pembelajaran seni tari. Dengan melihat kesimpulan di atas

dalam hal ini skripsi-skripsi tersebut hanya membahas mengenai penampilan

guru dalam mengajar serta pendekatan inkuri dalam pembelajaran seni tari,

tetapi tidak membahas mengenai pendekatan persuasif dalam meningkatkan

kemampuan psikomotorik siswa.

Merujuk dari hal tersebut, maka peneliti mengangkat judul ini, karena

pendekatan persuasif dapat dijadikan sebagai usaha guru dalam meningkatkan

kemampuan psikomotorik siswa, terlihat dari proses pendekatan ini yang

mengajak siswanya untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif, sehingga

pembelajaran seni tari pun dapat lebih nyaman menyenangkan.

Menurut peneliti, cara mengajar guru Sekolah Menengah Pertama di

Lembang masih monoton dan metode serta pendekatan yang digunakan

kurang inovatif sehingga membuat anak didik kurang kreatif dan bosan.

Berkaitan hal tersebut demi meningkatkan kreativitas anak didik dan

meningkatkan minat belajar siswa, khususnya dalam pelajaran seni tari, salah

satunya dari segi sikap motorik anak, maka cara mengajar guru perlu

melakukan pembaharuan, contohnya dalam hal menggunakan metode serta

Page 4: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

16

pendekatan pembelajaran yang lebih modern dan lebih menyenangkan.

Dengan demikian kreativitas anak akan lebih tergali dan minat belajar

terhadap pembelajaran seni tari pun akan lebih muncul, sehingga akan

terbentuk anak yang kreatif, aktif, dan inovatif.

B. Peranan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan

kuantitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus

memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan

kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.

Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas,

penggunaan metode belajar dan strategi belajar mengajar. Guru berperan

sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang

berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif dan efisien,

sehingga memungkinkan mengembangkan bahan pelajaran dengan baik,

meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai

tujuan-tujuan pendidikan yang harus dicapai.

Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar sangat menentukan

keberhasilan proses-proses pendidikan dan perkembangan siswa untuk

kehidupannya di masa depan. Adapun peran guru dalam proses belajar

mengajar yakni sebagai pengajar dan mediator. Guru sebagai pengajar ialah

guru yang menyampaikan suatu bahan pelajaran kepada para siswa agar

Page 5: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

17

memiliki pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang baik. Dalam kaitan ini

Oteng Sutisna (1980 :158) mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut.

Guru adalah pengajar yang memungkinkan murid untuk menyerap dan mencerna cabang-cabang pengetahuan yang ditetapkan dalam kurikulum, ia juga seorang pendidik yang dengan contohnya, pribadinya, seninya dan ilmunya berusaha untuk menjamin bahwa murid memperoleh kebiasaan sikap dan pola prilaku yang dicita-citakan.

Keberhasilan guru dalam melaksanakan peranannya dalam pendidikan

sebagian besar terletak pada kemampuan melaksanakan perannya dalam

situasi proses belajar mengajar di dalam kelas.

Di dalam proses belajar mengajar, guru berperan sebagai mediator, yang

berarti guru harus berperan sebagai perantara antara materi dengan tujuan

yang telah ditentukan dengan siswa sebagai penerimanya. Jika peran ini

dikaitkan dengan kompetensi guru, guru harus menguasai bahan, sehingga

tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai. Penguasaan bahan pelajaran tidak

diartikan sebatas ruang lingkup bahan yang akan disampaikan saja, tetapi guru

dituntut untuk menambah dan mengembangkan pengetahuannya secara luas.

Dalam proses pembelajaran gurupun mempunyai tugas yang penting

dalam upaya untuk meningkatkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh

siswanya. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat kepada.

1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian

tujuan, baik jangka pendek, maupun jangka panjang.

2. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang

memadai.

Page 6: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

18

3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai,

dan penyesuaian diri.

Melalui peranan guru diharapkan mampu membangkitkan dan mendorong

siswa untuk senantiasa belajar untuk berbagai kesempatan melalui berbagai

sumber media dan mengkondisikan kelas. Guru hendaknya mampu membantu

setiap siswa untuk secara efektif mempergunakan dan menggali berbagai

kemampuan.

Selain itu, dalam upaya untuk menimbulkan, memelihara, dan

meningkatkan motivasi belajar memiliki hubungan yang positif terhadap

pencapaian prestasi belajar. Hal ini berarti, bahwa tinggi rendahnya prestasi

belajar banyak ditentukan oleh tinggi rendahnya motif berprestasi. Dalam

hubungan ini tentunya guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam

keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Hal ini berkaitan dengan pendapat

Slamet (1988 :101), bahwa ada empat hal yang dikerjakan guru dalam

memberikan motivasi, yakni sebagai berikut.

1. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar. 2. Menjelaskan secara konkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan

pada akhir pelajaran. 3. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat

merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik. 4. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

Teori tersebut di atas menjelaskan, bahwa dalam proses belajar mengajar

guru mempunyai tugas untuk memotivasi belajar siswa dalam hal peningkatan

kemampuan secara maksimal. Oleh karena itu, diharapkan guru memiliki

Page 7: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

19

kompetensi yang baik untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

dengan baik. Motivasi adalah pendorong usaha yang disadari untuk

mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk

bertindak melakukan (Puwanto 1990 : 71).

Berfokus pada pernyataan tersebut, motivasi itu sangat penting dan

termasuk dalam salah satu syarat yang dapat membantu terhadap pencapaian

tujuan. Motivasi dinyatakan sebagai usaha sadar untuk mempengaruhi

perilaku siswa, baik yang dapat timbul dari dalam individu, maupun yang

timbul dari pengaruh luar. Di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

seringkali masih diperoleh gejala dan masalah yang timbul dalam

pengkondisian situasi belajar, misalnya saja banyak siswa yang tidak

berkembang karena tidak memperoleh motivasi yang tepat. Dalam hal ini,

guru kurang mampu memberikan motivasi tepat untuk mendorong agar siswa

dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Dalam alinea sebelumnya, telah dikatakan bahwa guru mempunyai peran

sebagai motivator dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai motivator

sepatutnya menguasai fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan, serta

diharapkan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang akan

mempengaruhi proses belajar. Hal ini mengingat sebagai seorang yang

mengalami proses belajar, siswa sering dihadapkan dengan berbagai masalah,

terutama masalah yang berhubungan dengan tugas perkembangannnya.

Masalah lain yang dapat timbul adalah masalah yang timbul dari lingkungan

Page 8: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

20

keluarga dan sekolah. Masalah tersebut tidak jarang menjadi penghambat

dalam pencapaian tujuan proses belajar mengajar. Berkaitan dengan masalah

ini, guru sebagai motivator harus memahami mengenai fungsi layanan

bimbingan dan penyuluhan, serta dihapkan pula guru dapat membantu siswa

dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan proses belajar

mengajar.

Dengan demikian pentingnya motivasi bagi siswa dalam proses belajar

mengajar, guru diharapkan dapat mendorong siswa untuk belajar dengan lebih

baik, dapat membangkitkan gairah belajar dan mendorong siswa untuk dapat

belajar, berkreativitas dengan tenang dan menyenangkan. Dalam upaya ini

banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan kondisi-kondisi tertentu

yang dapat membangkitkan motivasi belajar, seperti memberikan tes dan nilai

secara bijak, memberikan hadiah atau pun memberikan pujian terhadap siswa

yang respon pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk

menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk

melakukan sesuatu, sehingga dapat memperoleh hasil atau pencapaian tujuan

tertentu. Tindakan memotivasi ini akan jauh lebih berhasil jika tujuannya jelas

dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang

dimotivasi sebagaimana beberapa teori motivasi menunjukan bahwa motivasi

itu sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.

Page 9: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

21

Betapa pentingnya upaya untuk menggerakan motivasi belajar dalam

dunia pendidikan. Malas tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar salah

satunya tergantung pada motivasi yang mereka terima pada saat proses belajar

mengajar tersebut. Motivasi dapat mendorong dan menggerakan aktivitas

belajar siswa, sehingga mereka menjadi lebih bersemangat, berkeinginan dan

gigih dalam mempelajari dan menerima materi pelajaran.

Adapun beberapa kompetensi guru menurut Balnadi Sutadipura

(2006 : 12) yang menjadi hal penting dalam suatu pembelajaran, yaitu sebagai

berikut.

1. Motivating and Reinforcing (Memberi motivasi agar bergairah belajar). 2. Presenting Informations (Tidak hanya berupa ceramah, tetapi juga

informasi secara tertulis) 3. Questioning and Responding (Suatu komunikasi tanya jawab antara guru

dan siswa) 4. Communicating (Membangun kritik dan saran pada proses belajar

mengajar).

C. Konsep Pembelajaran Persuasif

Istilah belajar dirasakan tidak asing lagi, karena istilah ini tidak terbatas

penggunaannya dalam kegiatan formal pendidikan di sekolah, akan tetapi

dipergunakan untuk menyatakan aktivitas yang berkenaan dengan upaya

untuk mendapat informasi, pengetahuan atau keterampilan baru yang belum

diketahui atau untuk memperluas dan memperkokoh pengetahuan tentang

pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Page 10: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

22

Ada beberapa terminologi yang terkait dengan belajar yang seringkali

menimbulkan keraguan dalam penggunaannya terutama di kalangan siswa,

yakni terminologi tentang mengajar, pembelajaran dan belajar. Meskipun

belajar, mengajar dan pembelajaran menunjuk kepada aktivitas yang berbeda,

namun ketiganya bermuara pada tujuan yang sama. Belajar mengajar

merupakan dua konsep yang saling berkaitan bagaikan dua mata koin yang

tidak dapat dipisahkan, keduanya saling bertautan dan saling mendukung serta

melibatkan orang yang memberi dan menerima pelajaran. Hal ini senada

dengan pernyataan Nana Sudjana ( 1995 : 28 ) sebagai berikut.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran ( sasaran didik ), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Jika disimpulkan dari sejumlah pandangan dan definisi tentang belajar (

Wragg, 1994 ), dalam buku karangan Dr. Aunurrahman, M. Pd. (2009 : 35)

ditemukan beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut.

1. Belajar menunjukan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajaran sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu.

2. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan.

3. Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil

Page 11: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

23

belajar, akan tetapi aktivitas belajar pada umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan-perubahan tersebut berkenaan dengan perubahan dimensi psikomotorik yang lebih mudah diamati.

Belajar tidak sekedar menghapal dan tidak pula mengingat. Namun lebih

dari itu “belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

pada diri sendiri“ (Nana Sudjana, 1995 : 28). Perubahan sebagai hasil proses

belajar, dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk perubahan pengetahuannya,

pemahamannya, sikap, dan tingkah lakunya, keterampilannya, daya kreasi dan

daya penerimaannya yang ada pada individu. Oleh sebab itu belajar adalah

suatu proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi

yang ada di sekitar individu. Konsep ini menyiratkan bahwa peran seorang

guru merupakan pemimpin dan fasilitator belajar. Mengajar bukanlah

menyampaikan pelajaran, melainkan suatu proses pembelajaran siswa.

Dalam pembelajaran, situasi atau kondisi yang memungkinkan terjadinya

proses belajar harus dirancang atau dipertimbangkan terlebih dahulu oleh

guru. Yang penting mencermati kembali dalam keseharian-keseharian di

sekolah, istilah proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses

belajar mengajar dimana di dalamnya terjadi proses interaksi guru dan siswa

serta antar sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya

perubahan sikap dan tingkah laku siswa. Pembelajaran berupaya mengubah

masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik.

Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang

belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi baik atau positif,

Page 12: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

24

menjadi siswa yang memiliki sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang baik.

Dalam hal ini Nana Syaodih ( 1998 : 36 ) mengungkapkan sebagai berikut.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya.

Berkenaan dengan pendapat di atas, tujuan akhir dari kegiatan

pembelajaran diharapkan menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri

siswa, yang dapat diamati dan diukur dalan bentuk perubahan pengetahuan

sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan “terjadinya

peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan

sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan

menjadi sopan, dan sebagainya“ Oemar Hamalik (2002 : 14 ). Dalam hal ini

Suharsimi Arikunto ( 1991 : 126 ) menjelaskan sebagai berikut.

Ciri-ciri pendekatan sistem pembelajaran. Ada dua ciri utama pendekatan sistem pembelajaran, yakni (1). Pendekatan sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran di mana berlangsung kegiatan belajar mengajar, terjadinya interaksi antara siswa dan guru, dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif; (2). Penggunaan metodologi untuk merancang sistem pembelajaran, yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian keseluruhan proses pembelajraan, yang tertuju ke pencapaian tujuan pembelajaran tertentu ( konsep, prinsip, keterampilan, sikap, dan nilai, kreativitas, dan sebagainya ).

Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu mengembangkan

potensi-potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk mendorong

terwujudnya perkembangan potensi peserta didik tersebut tentunya merupakan

suatu proses panjang yang tidak dapat diukur dalam periode tertentu, apalagi

Page 13: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

25

dalam kurun waktu yang sangat singkat. Davies ( 1991 : 32 ), mengingatkan

beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-

prinsip belajar dalam proses pembelajaran, yaitu.

1. Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.

2. Setiap siswa belajar menurut tempo ( kecepatan ) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi di dalam kecepatan belajar.

3. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan ( reinforcement ).

4. Penugasan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan siswa belajar lebih berarti.

5. Apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar dan mengingat lebih baik.

Melihat berbagai pengertian dan ulasan mengenai proses pembelajaran

tersebut, dapat dikatakan dalam proses pembelajaran perlu dikaitkan dengan

suatu pendekatan dalam pembelajaran. Dalam hal ini ada suatu pendekatan

yang dapat merujuk pada proses pembelajaran, pendekatan tersebut yakni

pendekatan persuasif. Pendekatan persuasif ini lebih mengedepankan

mengenai kedekatan guru dengan siswanya, guru harus dapat menjaga

komunikasi dengan siswanya, sehingga dapat memecahkah berbagai

permasalahan yang timbul dalam proses belajar mengajar. Pendekatan

persuasif ini menciptakan sosok seorang guru untuk dapat menjadi sosok

orang tua di sekolah, sehingga siswa merasa nyaman pada saat menerima

materi pelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa,

pendekatan persuasif ini adalah mengenai sikap seorang guru dengan sifat

Page 14: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

26

kebapaan dan keibuannya dapa mendekati para siswa sambil memberikan

materi pelajaran (wijayalabs.blogdetik.com).

Telah dikatakan pada ulasan sebelumnya bahwa belajar adalah suatu

proses interaksi antara guru dan siswa. Dalam pola pendidikan siswa sebagai

peserta didik dipandang sebagai titik pusat terjadinya proses belajar. Siswa

sebagai subjek yang berkembang melalui pengalaman belajar. Guru lebih

berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam membantu dan memberikan

kemudahan agar siswa dapat mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dari suatu proses belajar mengajar ini

akan terjadi suatu interaksi aktif diantara guru dan siswa. Siswa belajar,

sedangkan guru mengelola sumber-sumber belajar guna memberikan

pengalaman mengajar kepada siswa. Dalam proses belajar mengajar yang

demikian agar membuahkan hasil sebagaimana diharapkan, maka kedua belah

pihak, baik siswa, maupun guru memiliki sikap, kemampuan dan

keterampilan yang mendukung proses belajar mengajar itu untuk mencapai

tujuan tertentu.

Meskipun menurut pandangan konstruktivis upaya membangun

pengetahuan dilakukan oleh siswa melalui kegiatan belajar yang ia lakukan,

namun peran guru tetap menempati arti penting dalam proses pembelajaran.

Dalam pandangan ini, mengajar memang tidak hanya diartikan

menyampaikan informasi, akan tetapi lebih menitikberatkan perannya sebagai

mediator dan fasilitator ( Suparno, 1997 : 66 ). Dalam kegiatan pembelajaran

Page 15: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

27

fungsi guru sebagai mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa

wujud tugas sebagai berikut.

1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan , proses, dan penelitian.

2. Memberikan kegiatan yang merangsang rasa keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekpresikan gagasan-gagasannya serta ide-ide ilmiahnya.

3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukan apakah pemikiran-pemikiran siswa dapat didorong secara aktif.

Sejalan dengan pernyataan di tersebut, peran guru dalam pelaksanaan

pendekatan persuasif ini adalah sebagai fasilitator. Seorang guru harus mampu

menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, mampu

membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan

keinginan dan pembicaraannya, baik secara individual, maupun kelompok.

Disini juga seorang guru dituntut untuk mampu berperan sebagai penghubung

dalam menjembatani dan mengkaitkan materi pembelajaran yang sedang

dibahas melalui pendekatan persuasif dengan permasalahan yang nyata yang

ditemukan di lapangan. Di samping itu, guru juga berperan dalam

menyediakan sarana pembelajaran, seperti alat peraga, gambar, dan

sebagainya, agar suasana belajar tidak monoton dan membosankan. Dengan

kreativitasnya, guru dapat mengatasi keterbatasan sarana, sehingga tidak

menghambat suasana pembelajaran di kelas.

Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya memilih model-model

pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Penggunaan model

pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa

Page 16: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

28

terhadap pelajaran, menumbuhkan, dan meningkatkan motivasi dalam

mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami

pelajaran, sehingga memungkinkan siswa untuk mencapai hasil belajar yang

lebih baik.

Untuk memperkokoh pemahaman kita tentang model-model

pembelajaran, perlu dikaji kembali beberapa asumsi tentang belajar.

Mangkuprawira ( 2008 : 1 ), dalam buku karangan Dr. Aunurrahman, M. Pd,

mengemukakan sebagai berikut.

(1) setiap individu pada setiap tingkatan usia memiliki potensi untuk belajar, namun dalam prosesnya, keberhasilan antar individu akan beragam; ada yang cepat dan ada yang lambat bergantung pada motivasi dan cara yang digunakannya, (2) tiap individu mengalami proses perubahan dimana situasi belajar yang baru sangat mungkin menimbulkam keraguan, kebingungan, bahkan ketidaksenangan, tetapi di pihak lain banyak juga yang menyenangkan.

Selaras dengan pernyataan di atas, motivasi belajar sangat berpengaruh

pada keberhasilan dan potensi pada proses belajar mengajar. Selain itu juga

tiap individu akan mengalami suatu ketidaknyamanan apabila terjadi suatu

proses perubahan, karena seorang individu tersebut akan merasa sesuatu yang

tidak biasa.

Ada sejumlah pandangan atau pendapat berkenaan dengan model

pembelajaran yang perlu dikaji untuk memperluas pengalaman dan wawasan,

sehingga semakin fleksibel dalam menentukan salah satu atau beberapa model

pembelajaran yang tepat. Beberapa model pembelajaran tersebut

dikemukakan oleh Lapp, Bender, Ellenwood, dan John, dalam buku tulisan

Page 17: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

29

Dr. Aunurrahman, M. Pd. (2009 : 147) yang berpendapat bahwa berbagai

aktivitas belajar mengajar dapat dijabarkan dari empat model utama, yaitu

sebagai berikut.

1. The Classical Model, dimana guru lebih menitikberatkan perannya dalam pemberian informasi melalui mata pelajaran materi pelajaran yang disajikannya.

2. The Technological Model, yang lebih menitikberatkan peranan pendidikan sebagai transmisi informasi, lebih dititikberatkan untuk mencapai kompetensi individual siswa

3. The Personalised Model, dimana proses pembelajaran dikembangkan dengan memperhatikan minat, pengalaman, dan perkembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi-potensi individualitasnya.

4. The Interaction Model, dengan menitikbratkan pola interdepensi antar guru dan siswa, sehingga tercipta komunikasi dialogis di dalam proses pembelajaran.

Pada dasarnya banyak sekali model dan metode pembelajaran yang dapat

digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Hanya saja seorang guru

dituntut untuk memilih metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan

bahan serta materi pelajaran yang akan diberikan. Salah satu metode yang

dapat diterapkan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah adalah

pendekatan persuasif, atau dengan kata lain pendekatan yang banyak

menggunakan cara guru mendekati siswanya, baik secara individual, ataupun

klasikal. Dalam proses belajar mengajar ini guru semakin memegang peranan

penting. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi

siswa untuk menggali potensinya, belajar aktif serta dapat menemukan

berbagai kecerdasan dan keterampilan yang ada di dalam dirinya tentang

materi pelajaran yang sedang diajarkan. Dalam hal ini guru juga

Page 18: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

30

memanfaatkan teman sebayanya sebagai motivasi dalam proses belajar

mengajar agar bahan ajar yang disampaikan dapat tersampaikan dengan baik.

Selain dengan guru sebagai pembimbingnya, mereka juga dapat berinteraksi

dengan teman sebayanya. Dalam model pembelajaran biasa atau tradisional

guru menjadi pusat semua kegiatan kelas. Motivasi teman sebaya dapat

digunakan secara efektif di kelas untuk meningkatkan, baik pembelajaran

kognitif, maupun perkembangan psikomotorik siswa. Salah satu tantangan

terbesar yang dihadapi guru adalah memotivasi siswa. Guru cenderung

menggunakan kompetensi untuk memotivasi siswa mereka dan sering

mengabaikan yang didalamnya terdapat kerja sama dan motivasi teman

sebaya yang dapat digunakan untuk membantu siswa fokus terhadap

kemampuan psikomotoriknya.

Dalam hal ini, pendekatan pembelajaran persuasif adalah salah satu

pendekatan belajar mengajar yang dapat digunakan oleh guru di dalam

memberikan materi pembelajaran. Kelebihan dari pendekatan persuasif ini

adalah kemampuan untuk mengajak siswanya dalam mengembangkan daya

imajinasinya, serta mengajak siswanya untuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif,

karena disini siswa lebih banyak melakukan interaksi dan komunikasi

langsung dengan gurunya mengenai pemecahan masalah belajar yang

ditemukan yang menunjang psikomotoriknya.

Page 19: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

31

Selain itu, menurut Aristoteles dan Corax Syracuse dalam buku karangan

Siahaan yang berjudul Komunikasi dan Penerapannya, ada dua bagian cara

pendekatan persuasif sesuai dengan threat appeals, yaitu sebagai berikut.

1. Appeals yang positif : pendekatan yang dilakukan melalui

perangsangan dan ganjaran.

2. Appeals yang negatif, pendekatan berupa komunikan, sehingga dia

akan berusaha secara terpaksa. Dia takut akan mendapat resiko

yang merugikan (fear arousing).

Berpijak dari pernyataan di atas, pendekatan persuasif dapat

menggunakan kedua cara tersebut. Pada penerapan appeals yang positif, yakni

guru dapat memberikan suatu pujian terhadap siswa yang respon pada proses

pembelajaran tersebut, sehingga hal ini dapat menjadi suatu dorongan untuk

siswa yang lain, sedangkan pada penerapan appeals yang negatif, yakni guru

dapat melakukan suatu tindakan, contoh suatu ancaman dalam pembelajaran,

hal ini dapat dikatakan sebagai upaya pencegahan siswa untuk melakukan hal

yang negatif dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian, setelah melihat dari konsep dan teori dari pendekatan

persuasif, kesimpulannya bahwa pendekatan persuasif dapat mengajak siswa

untuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif, serta dapat membantu meningkatkan

kemampuan siswa.

Page 20: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

32

D. Konsep Pembelajaran Seni Tari Di Sekolah Menengah Pertama

Dalam proses belajar mengajar mata pelajaran seni tari tugas guru adalah

mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk

mencapai tujuan yakni mengekpresikan dan kemampuan mengapresiasi

keindahan serta harmoni yang mencakup apresiasi dan ekspresi. Guru seni tari

bertanggung jawab dalam membantu proses perkembangan siswa dalam hal

estetika. Peran guru seni tari dalam pendekatan persuasif ini adalah guru yang

selalu mencoba mendekati siswanya dengan penuh perhatian dalam

menyampaikan berbagai materi pelajaran seni tari. Dalam hal ini guru

senantiasa menjaga komunikasi dengan siswa dan membuka diri untuk

sekedar berdialog mengenai materi pelajaran yang sedang disampaikan.

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam

upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun

masyarakat. Dalam, lingkungan keluarga, interaksi pendidikan terjadi antara

orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta didik. Interaksi

pendidikan antara orang tua dan anaknya juga sering tidak disadari. Orang tua

menjadi pendidik juga tanpa dipersiapkan secara formal. Pendidikan tersebut

tidak memiliki kurikulun formal dan tertulis. Di sisi lain pendidikan dalam

lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Guru sebagai pendidik di sekolah

telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru. Seperti

yang dikemukakan oleh A. Tabrani, dkk. (1992:4) dalam buku mereka yang

Page 21: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

33

berjudul Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar bahwa “ Belajar

mengajar merupakan suatu interaksi antara peserta didik dan guru untuk

mencapai tujuan”. Untuk mencapai interaksi belajar mengajar sudah barang

tentu adanya komunikasi yang jelas antara guru (pengajar) dengan siswa

(pelajar), sehingga terpadunya dua kegiatan, yakni kegiatan belajar (usaha

guru) dengan kegiatan belajar (tugas siswa) yang berdaya guna dalam

mencapai tujuan pengajaran.

Pendidikan seni tari di Sekolah Menengah Pertama dilaksanakan pada

kegiatan mata pelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Melalui

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kegiatan pembelajaran

intrakurikuler seni tari berada pada mata pelajaran Seni Budaya yang

merupakan mata pelajaran terpadu. Mata pelajaran Seni Budaya ini mencakup

beberapa bidang seni, diantaranya seni rupa, seni musik, seni tari dan seni

teater yang masing-masing bidang tersebut memiliki keunikan dan kekhasan

sesuai dengan kaidah keilmuannya. Hal tersebut dijelaskan BSNP Seni

Budaya (2006 :1), sebagai berikut.

Dalam pendidikan seni budaya, aktivitas kesenian harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam. Dalam implementasi kurikulum di Sekolah Menengah Pertama seharusnya

dapat memberikan celah kepada siswa untuk menggali serta mengembangkan

potensi yang ada pada dirinya, sehingga dalam proses belajar mengajar siswa

Page 22: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

34

merasa nyaman dan bebas berekspresi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat

Mulyasa (2006 : 247) sebagai berikut.

Pelaksanaan kurikulum berdasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan. Sesuai dengan penelitian para ahli bahwa pendidikan seni mampu

meningkatkan berbagai kecerdasan. Hal ini sejalan dengan pendapat Kamaril

(2001 : 1) dalam makalahnya mengajukan konsep, bahwa; peran pendidikan

seni yang bersifat multidimensional, multilingual, dan multikultural pada

sadarnya dapat dimanfaatkan untuk pembentukan kepribadian manusia secara

utuh. Dengan memperhatikan hal tersebut, di dalam pembentukan manusia

secara utuh di kalangan SMP sangatlah perlu, apalagi seusianya merupakan

masa perubahan yang sangat menentukan untuk masa depannya, selain itu

tingkat keegoisannya masih cukup tinggi jika bimbingan dan arahan dari

pihak yang bersangkutan kurang, maka di masa depannya siswa tersebut tidak

dapat menentukan arah hidupnya.

Masa remaja didapat di masa Sekolah Menengah Pertama akan mengalami

dimana proses mencari jati diri. Hal tersebut ditekankan oleh pendapat Oemar

Hamalik (2002 : 117 ) yaitu sebagai berikut.

Dalam dunia yang mengalami perubahan yang cepat, memang tidak bisa dihindarkan bahwa tingkah laku sebagian remaja mengalami ketidaktentuan tatkala mereka mencari kedudukan dan identitas. Para remaja bukan lagi anak-anak, tetapi juga belum juga menjadi orang dewasa. Mereka cenderung dan bersifat lebih sensitif karena perannya

Page 23: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

35

belum tegas. Para remaja adalah individu-individu yang sedang mengalami serangkaian tugas perkembangan yang khusus.

Sebagai pelajar, siswa merupakan subjek penting dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar. Pola pendidikan seni tari khususnya di lingkungan

pendidikan formal lebih tersusun secara sistematis dan terprogram. Dalam

perkembangan sekarang ini, pembelajaran kesenian khususnya pembelajaran

seni tari di sekolah-sekolah mengacu pada kurikulum 2004 yaitu : Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam kurikulum berbasis kompetensi mata

pelajaran seni tidak lagi berorientasi pada pencapaian hasil pembelajaran

secara psikomotorik, tetapi lebih terfokus dalam penggalian kemampuan

siswa, baik kemampuan berpikir, maupun berbuat. Pada dasarnya pendidikan

kesenian dapat dilaksanakan dengan baik dan mendapat hasil yang lebih baik

pula, untuk itu kreativitas siswa memegang peranan yang sangat penting. Oleh

sebab itu, pengalaman kreatif dan kreativitas anak menjadi bagian yang paling

utama di dalam pendidikan kesenian. Pendapat ini selaras dengan pernyataan

Maslow dalam buku karangan Juju Masunah dan Tati Narawati (2003 : 251)

disebutkan sebagai berikut.

Sifat kreatif nyaris memiliki arti sama dengan kesehatan, aktulisasi diri dan sifat manusiawi yang penuh. Sifat-sifat yang dikaitkan dengan kreativitas ini adalah fleksibilitas, spontanitas, keberanian, berani membuat kesalahan, keterbukaan, dan kerendahan hati…. Hampir setiap anak mampu membuat lagu, sajak, tarian, lukisan, lakon atau permainan secara mendadak, tanpa direncanakan atau didahului oleh sesuatu maksud sebelumnya.

Page 24: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

36

Daya kreativitas siswa pun tidak terlepas dari kreativitas mengajar guru

tersebut. Kreativitas mengajar guru dapat berupa kreasi mengajar, cara

pengajarannya yang lebih kreatif akan memunculkan keaktifan siswa dalam

belajar. Guru dapat mengambil salah satu contoh bahan ajar yang sama,

namun dalam proporsi yang berbeda sesuai dengan tingkat perkembangan

siswa. Salah satu contoh kreasi guru dalam pembelajaran seni tari, guru dapat

memberikan apresiasi tari tradisional untuk siswa lebih tertarik dan lebih

berminat tentang pelajaran seni tari yang diberikan. Sejalan dengan pendapat

Juju Masunah (2003 : 287) yang berpendapat sebagai berikut.

Cara belajar yang sangat menarik dan tidak monoton, mungkin dalam kegiatan belajar mengajar bervariasi, ada teori, praktek dan apresiasi audio-visual yang lebih mengesankan dekat dengan dunia nyata. Mohon agar seni tradisional dimasukkan dalam pelajaran, karena materi seni tradisional dirasakan cukup menarik, dan aneh, tidak biasa dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Di samping itu kami mengharapkan bahwa seni tradisional yang diajarkan hendaknya meliputi semua daerah di Indonesia. Pembelajaran seni tari pada umumnya diarahkan untuk menumbuhkan

berbagai kecerdasan yang ada pada diri siswa. Salah satunya yaitu kecerdasan

kinestetik, kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan menggerakan dan

menggunakan seluruh anggota tubuh, sekaligus mengkoordinasikannya sesuai

keinginan. Kecerdasan ini akan muncul apabila ada suatu rangsangan yang

dapat memancing daya imajinasi siswa, yaitu rangsangan kinestetik. Seperti

yang dikatakan oleh Juju masunah (2003 : 256 ) dalam bukunya yang berjudul

Seni dan Pendidikan Seni memaparkan sebagai berikut.

Page 25: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

37

Yang dimaksud rangsangan kinestetik adalah rangsangan yang muncul dari gerak tari atau gerak yang indah. Gerak yang dihasilkan tidak dimaksudkan dalam fungsi komunikatif kecuali sifat alami yang terdapat pada gerak itu sendiri. Meskipun hanya berupa pameran gerak yang indah saja, susunan gerak yang dihasilkan dari rangsangan kinestetik ini memiliki gaya, suasana, dan bentuk.

Sesuai dengan pendapat di atas, maka sudah seharusnya bahan ajar materi

seni tari yang diberikan kepada peserta didik di sekolah mampu melengkapi

kebutuhan peserta didik dalam menjalankan hidup di masa kini dan

mendatang. Belajar tidak hanya mengetahui, tetapi juga untuk memahami dan

dapat menerapkan ilmu pengetahuan siswa dalam memecahkan suatu

masalah. Posisi guru dalam proses belajar tidak sekedar untuk memberikan

setiap informasi pelajaran saja, tetapi melatih siswa untuk dapat

mengaplikasikannya dalam suatu kehidupan nyata.

E. Implementasi Pendekatan Persuasif Dalam Pembelajaran Seni Tari

Bentuk dari pembelajaran seni tari berbeda dengan pembelajaran mata

pelajaran yang lain di sekolah. Dalam pembelajaran seni tari terkait dengan

dua pola pengajaran yang akan dicapai yaitu teori dan praktek. Keduanya akan

menjadi menjadi kesatuan integral yang saling berkaitan dan berhubungan erat

dalam kegiatan kreasi dan apresiasi. Selain itu dalam pembelajaran seni tari

materi yang diajarkan terfokus pada proses kreatif siswa, dan siswa

diharapkan dapat memperoleh pengalaman estetik. Hal ini senada dengan

Page 26: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

38

pendapat Sal Murgianto, dalam buku tulisan Juju Masunah (2003 : 245)

memaparkan sebagai berikut.

Nilai tari dalam dunia pendidikan menurut hemat saya, bukan terletak pada latihan kemahiran dan keterampilan gerak (semata-mata) tetapi lebih kepada kemungkinannya untuk memperkembangkan daya ekspresi anak. Tari harus mampu memberikan pengalaman kreatif kepada anak-anak dan harus diajarkan sebagai salah satu cara untuk mengalami dan menyatakan kembali nilai estetik yang dialami dalam kehidupan. Dalam menentukan metode pengajarannya, guru dapat merumuskan

pokok-pokok pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Selain

itu, hal yang mesti diperhatikan adalah tujuan dan bahan pengajaran agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Sebagaimana pendapat Ali

(2004 : 33) sebagai berikut.

Metode pengajaran dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan bahan. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode terletak dalam keefektifan proses belajar mengajar. Mempertegas pendapat di atas, tugas guru dalam memilih dan menyajikan

materi ilmu tersebut disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan

kemampuan siswa. Sebelum dapat menyampaikan materi ilmu pengetahuan

tersebut secara sempurna, para pendidik terlebih dahulu harus mempelajarinya

dengan sungguh-sungguh. Tugas guru bukan hanya mengajarkan materi

pengetahuan, tetapi juga melatih keterampilan dan menanamkan nilai.

Untuk mendukung hal ini telah dibuat suatu model pembelajaran seni tari

dengan pendekatan persuasif. Maksud dan tujuan dibuatnya sebuah model

pembelajaran seni tari dengan pendekatan peresuasif ini diharapkan mampu

Page 27: BAB II A. Penelitian Terdahulua-research.upi.edu/operator/upload/s_c0951_0700924_chapter2(1).pdf · Menanamkan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru ... konsep psikologi

39

mengembangkan potensi siswa pada suatu pembelajaran seni tari, agar siswa

lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Pada hakikatnya pendekatan persuasif ini

dapat digunakan untuk setiap mata pelajaran yang berbeda, termasuk mata

pelajaran seni tari. Hanya saja tergantung pada peran seorang guru mampu

merangkum konsep pembelajaran persuasif di dalam mata pelajaran seni tari.

Karakterisasi dalam pembelajaran seni tari dengan menggunakan

pendekatan persuasif, akan lebih menjadikan siswa yang aktif, kreatif, dan

inovatif dalam menghadapi setiap permasalahan yang dihadapinya. Dalam

pendekatan persuasif ini guru akan mendekati siswanya dengan cara

berkomunikasi atau berdialog secara kekeluargaan dengan siswa. Guru disini

berperan sebagai motivator dengan mengetahui masalah dalam pembelajaran

yang terjadi pada diri siswa dan dapat memahami masalah tersebut, sehingga

dapat memberikan solusi yang terbaik. Dengan cara yang demikian

diharapkan siswa dapat merasa nyaman pada pembelajaran seni tari ini.

Dalam pendekatan persuasif ini kemampuan peserta didik benar-benar

diarahkan dan teramati oleh guru, sehingga materi pembelajaran yang

tersampaikan pun dapat diperoleh dengan baik.