bab ii a. 1. konsep sistem informasi ii.pdfpengembangan sistem. umumnya, kelompok perancang atau tim...

20
7 BAB II Landasan Teori A. Sistem Informasi 1. Konsep Sistem Informasi Untuk memahami pengertiaan sistem informasi, harus dilihat keterkaitan antara data dan informasi sebagi entitas penting pembentuk sistem informasi . Davis(1995) dalam Al Fatta Hanif (2007 ; 9) mengemukakan bahwa, “Data merupakan nilai, keadaan, atau sifat yang berdiri sendiri lepas dari konteks apapun. Sementara informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang”. Mc Leod (1995) dalam Al Fatta Hanif (2007:9) mengemukakan bahwa, “Inforrmasi adalah data yang telah diproses, atau data yang memiliki arti 2. Metodologi Pengembangan Sistem Beberapa ahli membagi proses-proses pengembangan sistem kedalam sejumlah urutan yang berbeda-beda. Tetapi semuanya akan mengacu pada proses-proses standar (Al Fatta Hanif, 2007:25) yaitu: 1. Pengumpulan Informasi Langkah awal pada tahapan analisis adalah mengumpulkan informasi tentang bagaimana proses-proses bisnis yang ada pada sistem lama berjalan. Kemudian ditentukan pada titik-titik mana saja proses bisnis yang mengalami masalah yang bisa diselesaikan dengan sistem informasi.

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    Landasan Teori

    A. Sistem Informasi

    1. Konsep Sistem Informasi

    Untuk memahami pengertiaan sistem informasi, harus dilihat keterkaitan

    antara data dan informasi sebagi entitas penting pembentuk sistem informasi.

    Davis(1995) dalam Al Fatta Hanif (2007 ; 9) mengemukakan bahwa,

    “Data merupakan nilai, keadaan, atau sifat yang berdiri sendiri

    lepas dari konteks apapun. Sementara informasi adalah data

    yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi

    penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat

    ini atau mendatang”.

    Mc Leod (1995) dalam Al Fatta Hanif (2007:9) mengemukakan bahwa,

    “Inforrmasi adalah data yang telah diproses, atau data yang

    memiliki arti

    2. Metodologi Pengembangan Sistem

    Beberapa ahli membagi proses-proses pengembangan sistem kedalam

    sejumlah urutan yang berbeda-beda. Tetapi semuanya akan mengacu pada

    proses-proses standar (Al Fatta Hanif, 2007:25) yaitu:

    1. Pengumpulan Informasi

    Langkah awal pada tahapan analisis adalah mengumpulkan informasi

    tentang bagaimana proses-proses bisnis yang ada pada sistem lama berjalan.

    Kemudian ditentukan pada titik-titik mana saja proses bisnis yang mengalami

    masalah yang bisa diselesaikan dengan sistem informasi.

  • 8

    2. Mendefinisikan System Requirement

    Dari informasi kelemahan yang didapat, analisis sistem kemudian

    mendefinisikan apa saja sebenarnya yang dibutuhkan oleh sistem lama untuk

    mengatasi masalahnya. Inilah yang disebut sebagai system requirement

    (kebutuhan sistem). Sering kali kebutuhan ini akan mengubah total keseluruhan

    proses bisnis pada sistem lama, tetapi kadang-kadang hanya perubahan

    penambahan beberapa prosedur baru.

    3. Menyusun dan Mengevaluasi Alternatif

    Suatu hal yang tidak boleh dilupakan analis adalah rencana kedua. Setelah

    menyusun dan memprioritaskan kebutuhan, analis harus menyiapkan alternatif

    jika seandainya susunan kebutuhan nantinya akan ditolak oleh klien.

    4. Mengulas Kebutuhan dengan Pihak Manajemen

    Langkah terakhir adalah mengulas kebutuhan yang sudah ada dengan pihak

    klien, karena pihak klien lah yang paling tahu kebutuhan sistem mereka.

    Pada perkembangannya, proses-proses standar tadi dituangkan dalam

    suatu metode yang dikenal dengan nama System Development Life Cycle yang

    merupakan metodologi umum dalam pengembangtan sistem yang menandai

    kemajuan usaha.

    B. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi

    1. Konsep Sistem Informasi Akuntansi

    Akuntansi menjadi yang terdepan dengan berperan penting dalam

    menjalankan ekonomi dan sistem sosial kita. Keputusan-keputusan yang diambil

    oleh para individu, pemerintah, dan badan usaha sering kali digunakan oleh

    penggunanya berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki. Tujuan utama

    akuntansi adalah melahirkan informasi keuangan melalui proses pencatatan,

    pelaporan dan penginterpretasian data-data ekonomi yang digunakan sebagai

    pengambilan keputusan. Sedangkan sistem dapat diartikan sebagai suatu

    kesatuan yang kompleks dan dibentuk dari berbagai komponen yang saling

    berkaitan. Karakteristik sistem secara keseluruhan harus memiliki sasaran,

  • 9

    masukan-keluaran, dan lingkungan untuk mencapai target dasar yang telah

    ditetapkan (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:3).

    2. Pentingnya Sistem Informasi Akuntansi

    Sebagai suatu sistem informasi, akuntansi dapat dijelaskan pada paragraf-

    paragraf sebagai berikut :

    1. Akuntansi Adalah Sistem

    Manajemen, pengguna, dan personal sistem diperlukan dalam

    pengembangan sistem. Umumnya, kelompok perancang atau tim proyek

    pengembangan sistem meliputi para pemakai sistem, mengembangkan spesifikasi

    teknis dan mengimplementasikan sistem baru. Masalah-masalah teknis,

    organisasional dan manajemen proyek akan muncul pada saat implementasi

    sistem. Sistem informasi yang baru, dapat juga menimbulkan hubungan kerja

    yang baru diantara personel yang ada, perubahan pekerjaan bahkan mungkin

    perubahan struktur organisasi. Faktor-faktor teknis, perilaku, situasi dan personel

    yang berkaitan perlu dipertimbangkan sebelum proyek dilakukan. Kegagalan

    untuk melakukan hal tersebut menyebabkan output yang dihasilkan tidak berguna

    meskipun sistem yang dirancang merupakan sistem yang baik secara teknis.

    Keterlibatan personel perlu dilakukan secara terus menerus setelah sistem

    tersebut diimplementasikan (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:5).

    Chusing (1990) dalam Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B (2009:4),

    mengemukakan bahwa:

    “Keterlibatan pemakai perlu dipertimbangkan bahkan pada saat

    perencanaan sistem”

    Filosofi dari perancangan sistem yang berorientasi pada pemakai,

    membantu untuk membentuk prilaku dan pendekatan yang baik dalam

    pengembangan sistem dalam kontek organisasional. Disamping itu, dukungan

  • 10

    manajemen puncak merupakan suatu faktor penting yang menentukan efektifitas

    penerimaan sistem informasi dalam organisasi.

    Jacson (1986) dalam Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B (2009:4),

    mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan manajemen puncak dalam

    pengembangan sistem informasi merupakan hal yang penting, yaitu:

    1. Pengembangan sistem merupakan bagian yang terintekrasi dengan perencanaan perusahaan. Manajemen puncak

    mengetahui rencana perusahaan sehingga sistem yang akan

    dikembangkan seharusnya sesuai dengan rencana perusahaan

    sehingga sistem yang baru akan mendorong tercapainya

    tujuan perusahaan.

    2. Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek pengembangan sistem.

    3. Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan dari pada aspek teknisnya.

    4. Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada kermungkinan manfaat yang akan diperoleh, dan manajemen

    puncak mampu untuk menginterpretasikan hal tersebut.

    5. Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan pembuatan keputusan yang lebih baik dalam

    pengembangan sistem.

    Dukungan manajemen puncak sebenarnya ada pada semua tahap

    pengembangan sistem yaitu pada saat perencanaan sistem dan tahap

    implementasi. Keterlibatan dalam pengembangan sistem informasi adalah

    merupakan bagian integral dari kesuksesan sistem informasi. Keterlibatan

    pemakai ini seharusnya ada pada semua tahap yang dinamakan system

    development life cycle. Tahapan tersebut adalah perencanaan, implementasi dan

    setelah implementasi. Keterlibatan pemakai dalam semua tahap tersebut

    merupakan suatu komponen penting dalam menentukan keberhasilan suatu

    sistem informasi (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:5).

    Ives dan Olson, 1984, dalam Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B

    (2009:5) mengemukakan 6 tingkatan keterlibatan pemakai dalam pengembangan

    sistem informasi yaitu:

    1. Tidak ada keterlibatan (no-involevement) 2. Keterlibatan simbolis (symbolic involvement)

  • 11

    3. Keterlibatan atas saran orang lain (involvement by advice) 4. Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah (involvement

    by weak control)

    5. Keterlibatan dengan melakukan (involvement by doing) 6. Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat (involvement by

    strong control)

    Hasilnya menunjukan bahwa kerterlibatan dengan melakukan dan

    keterlibatan dengan mengendalikan yang kuat akan menghasilkan suatu sistem

    informasi yang lebih efektif. Efektifitas sistem informasi ini dinyatakan dengan

    kepuasan pemakai (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:5).

    2. Akuntansi Adalah Informasi

    Selain masalah sistem, akuntansi juga dapat dipandang sebagai suatu

    informasi. Suatu fenomena menjadi menarik dengan adanya suatu jargon yang

    menyatakan bahwa menguasai informasi, akan menguasai dunia dan siapa yang

    menguasai informasi akan memenangkan persaingan. Hal ini tidaklah

    mengherankan karena pada era sekarang ini, penguasaan informasi menjadi

    sangat dominan bahkan informasi telah diakui sebagai salah satu sumber daya.

    Oleh karena itu, perusahaan harus berupaya untuk mengoptimalkan peran

    informasi ini untuk mencapai tujuannya (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy

    I.B, 2009:6).

    3. Penerapan Sistem Informasi Akuntansi

    Informasi yang diperlukan oleh manajemen harus memiliki karakter

    seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi secara tepat, relevan, dan

    lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masing-

    masing unit bisnis unttuk mendapatkan posisi keunggulan bersaing. Lewat

    seperangkat prosedur dan teknik akuntansi, informasi menjadi lebih dapat

    diakses secara cepat, relevan dan lengkap (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy

    I.B, 2009:6). Terkait dengan informasi akuntansi tersebut, beberapa jenis sistem

    informasi yang telah berkembang saat ini adalah sebagai berikut:

    1. Pemerosesan Data Elektronik (Electronic Data Processing) 2. Pemerosesan Data (Data Processing) 3. Sistem Inforrmasi Management (Management Information

    System)

    4. Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System)

  • 12

    5. Sistem Ahli (Expert System)

    Sistem Informasi Eksekutif (Executif Information System) dan Sistem

    Informasi Akuntansi (Accounting Information System) merupakan bukti bahwa

    sistem informasi dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang semakin

    kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat bertahan dan tumbuh, saat ini perusahaan

    harus menggunakan sistem informasi sesuai dengan perkembangan lingkungan

    bisnisnya. Namun, agar proyek pengembangan sistem informasi tidak sia-sia,

    maka perlu dipahami tahapan-tahapan dalam pengembangan sistem yang terdiri

    dari (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:6):

    1. Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan evaluasi solusi-solusi masalah sistem, penekanannya pada

    tujuan keseluruhan sistem.

    2. Perancangan sistem yaitu proses menspesifikan rincian solusi yang dipilih oleh proses analisis sistem.

    3. Implementasi sistem yaitu proses menempatkan rancangan prosedur-prosedur dan metode baru atau revisi kedalam

    operasi.

    Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut sebagai bahasa

    bisnis yang dapat menyediakan atau memberikan informasi penting tentang

    kegiatan ekonomi. Dikatakan bahasa sebab akuntansi dapat berperan sebagai

    media komunikasi yang mengomunikasikan berbagai fenomena, gejala, dan

    pristiwa ekonomi yang terjadi di suatu organisasi bisnis kepada pihak-pihak yang

    berkepentingan dengan fenomena, gejala, dan pristiwa ekonomi tersebut.

    Akuntansi menyediakan kerangka konseptual untuk data ekonomi dan bahasa

    yang menjadi tolak ukur bagi berbagai macam penggunanya dalam penyusunan

    laporan keuangan (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:7).

    Bahasa, secara umum dapat diartikan sebagai suatu simbol yang disusun

    secara acak atau sembarangan. Simbol-simbol itu disusun dan ditata dengan

    menggunakan suatu mekanisme yang telah memiliki standar tersendiri dan telah

    baku. Sehingga, simbol-simbol tersebut memberi suatu persepsi, konsepsi, dan

    makna tertentu yang telah distandarkan. Simbol-simbol tersebut memberi suatu

  • 13

    persepsi makna dan pemahaman tertentu terhadap yang disimbolkan. Dengan

    demikian, sistem informasi akuntansi dibangun di sekitar aktifitas bisnis

    perusahaan dengan struktur tertentu dalam suatu organisasi. Desain sistem yang

    baik meliputi prosedur untuk mengukur, merekam, dan menyimpulkan peristiwa-

    pristiwa ekonomi dalam menyediakan pengawasan intern yang dirancang untuk

    mengamankan aktiva dan mempromosikan efisiensi operasional, serta

    mengijinkan perolehan kembali data yang relevan untuk pelaporan eksternal

    maupun internal (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:7).

    C. Sistem Informasi Manajemen

    1. Konsep Sistem informasi Manajemen

    Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sebuah sistem informasi pada

    level manajemen yang berfungsi untuk membantu perencanaan, pengendalian,

    dan pengambilan keputusan dengan menyediakan resum rutin dan laporan-

    laporan tertentu. Sistem informasi manajemen mengambil data mentah dari

    pemprosesan data elekronik dan mengubahnya menjadi kumpulan data yang

    lebih berarti yang dibutuhkan manajer untuk menjalankan tanggung jawabnya.

    Untuk mengembangkan suatu sistem informasi manajemen, diperlukan

    pemahaman yang lebih baik tentang informasi apa saja yang dibutuhkan manajer

    dan bagaimana mereka menggunakan informasi tersebut (Al Fatta Hanif,

    2007:12) (Al Fatta Hanif, 2007:12).

    Kertahadi (1995) dalam Al Fatta Hanif (2007:9), mengemukakan bahwa

    Sistem Informasi Manajemen (SIM) dapat didefinisikan sebagai

    “Suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian

    rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya”

    Murdick dan Ross (1993) dalam Al Fatta Hanif (2007:9), mengemukakan

    bahwa tujuan dari Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah:

    “Untuk menyajikan informasi guna pengambilan keputusan pada

    perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian, pengendaliaan

  • 14

    kegiatan operasi subsistem suatu perusahaan, dan menyajikan

    sinergi organisasi pada proses”

    Dengan demikian, sistem informasi berdasarkan konsep (input,

    processing, output) dapat dilihat pada gambar berikut (Al Fatta Hanif, 2007:9):

    Gambar 2.1 Konsep Sistem Informasi

    2. Pentingnya Sisitem Informasi Manajemen

    Sejak lahirnya ilmu administrasi dalam manajemen, para ilmuan yang

    menekuninya telah dan berusaha melakukan berbagai penelitian dalam rangka

    akumulasi pengetahuan dan teori tentang proses manajemen, termasuk tentang

    unsur-unsur manajerial berbagai klasifikasi unsur-unsur manajerial. Aneka ragam

    klasifikasi itu harus dipandang sebagai hal yang positif dalam arti memperkaya

    pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang apa saja yang harus

    dilakukan oleh para manajer agar kemampuan organisasi mencapai tujuan dan

    berbagai sasaran semakin meningkat. Merupakan kenyataan bahwa cara dan gaya

    seseorang ilmuan membuat klasifikasi unsur-unsur manajerial dipengaruhi oleh

    berbagai faktor seperti:

    Filsafat hidup yang dianutnya

    Perkembangan pengetahuan yang telah dicapai

    Kondisi lingkungan

    Perkembangan teknologi dan pemanfaatannya

    Kondisi organisasi untuk fungsi-fungsi itu di selenggarakan

    Akan tetapi terlepas dari aneka ragam klasifikasi tersebut para ilmuan

    telah sepakat bahwa pada dasarnya keseluruhan unsur-unsur manajerial dapat

    digolongkan kepada dua jenis utama, yaitu fungsi organik dan fungsi penunjang,

    Input

    Data Pemprosesan

    Output

    Data

  • 15

    yang tergolong kepada jenis fungsi organik adalah keseluruhan unsur utama yang

    mutlak perlu dilakukan oleh manajer dalam rangka pencapaian tujuan dan

    berbagai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Fungsi-fungsi organik

    tersebut merupakan menjabarkan kebijaksanaan dasar atau strategi organisasi

    yangtelah ditetapkan dan harus digunakan sebagai dasar bertindak. Sedangkan

    yang dimaksud dengan fungsi penunjang adalah berbagai kegiatan yang

    diselenggarakan oleh orang-orang atau satuan-satuan kerja dalam organisasi dan

    dimaksudkan mendukung semua fungsi organik manajerial (Siagian, 2005:3-4) .

    Berdasarkan faktor-faktor di atas kebutuhan untuk berprestasi yang bisa

    diajarkan untuk melahirkan seorang manajer yang berkualitas yaitu berupa

    pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi kesempatan bisnis, dan analisis

    resiko (Masykur, 2001:9).

    1. Kesempatan-kesempatan

    Inovasi termasuk cara terbaru dan lebih baik dalam mengerjakan sesuatu dan

    hal terbaru dan lebih baik dalam mengerjakannya. Tetapi cara terbaru dan lebih

    baik didalam mengerjakan sesuatu secara tidak langsung berarti menyediakan

    barang dan jasa yang bermanfaat untuk memenuhi keinginannya dari masyarakat

    sebagai konsumen.

    2. Analisa Resiko

    Pribadi manajer memiliki risiko yang bisa diperhitungkan yang bersifat

    menengah dan bisa dikendalikan. Resiko yang bisa diperhitungkan dalam bisnis

    adalah keputusan mengenai pengeluaran uang dalam jangka pendek maupun

    jangka panjang.

    3. Penerapan Unsur-unsur Sistem Manajerial Dalam Usaha Kecil Dan

    Menengah

    Berdasarkan pada faktor-faktor manajerial diatas, para ahli menemukan

    bahwa pengambilan keputusan dan manajer mengidentifikasi biaya manajemen

    sebagai suatu input kunci terhadap pengambilan keputusan dan akurasi biaya

  • 16

    informasi sebagai prioritas puncak. Informasi yang tidak akurat memiliki dampak

    signifikan pada hasil keputusan yang mengakibatkan rendahnya

    pengimplementasian alat-alat manajemen dan sistem manajemen. Oleh karena itu

    untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka diperlukan unsur-unsur di dalam

    manajerial untuk membantu pemilik usaha untuk pengambilan keputusan. Unsur-

    unsur manajemen yang dimaksud adalah seperti sumber daya manusia, modal

    usaha, mesin, bahan baku, metode usaha, dan pasar (Ikhsan, Arfan dan

    Prianthara, Teddy I.B, 2009:178).

    1. Manajemen Sumber Daya Manusia

    Ungkapan sumber daya manusia yang tepat menunjukan pada individu-

    individu dalam organisasi usaha kecil dan menengah yang memberikan

    sumbangan yang berharga pada pencapaiaan tujuan sistem organisasi usaha kecil

    dan menengah. Tentu saja sumbangan ini adalah hasil dari produktivitas pada

    posisi yang mereka pegang. Dilain pihak, sumber daya yang tidak tepat

    menunjuk pada anggota organisasi usaha kecil dan menengah yang tidak

    memberikan sumbangan yang berarti bagi pencapaian tujuan sistem manajemen.

    Pada hakikatnya, individu-individu tersebut tidak efektif dalam jabatan mereka

    (Masykur, 2001:123)

    Tugas penyediaan sumber daya manusia yang semestinya adalah sangat

    penting bagi pengelola usaha kecil dan menengah. Produktivitas pada semua

    organisasi usaha kecil dan menengah ditentukan oleh bagaimana sumber daya

    manusia berinteraksi dan bergabung untuk menggunakan sumber daya sistem

    manajemen. Faktor-faktor seperti latar belakang, umur, pengalaman yang

    berhubungan dengan jabatan, dan tingkat pendidikan formal kesemuanya

    mempunyai peranan didalam menentukan tingkat ketepatan posisi individu-

    individu pada organisasi usaha kecil dan menengah (Masykur, 2001:124).

    2. Manajemen Keuangan

    Secara historis peranan seorang manajer keuangan mengalami

    perkembangan. Semula tugas manajer keuangan hanya terbatas pada proses

    pembuatan dan pemeliharaan catatan yang bersangkutan dengan transaksi

  • 17

    keuangan, penyusunan laporan-laporan keuangan secara periodik. Selanjutnya

    tugas berkembang pada proses mempertahankan likuiditas usaha maupun

    perusahaan, termasuk mencari atau mendapatkan dana serta menggunakan atau

    mengalokasikan dana. Kini peran seorang manajer keuangan telah menjadi luas

    dan kompleks, sehingga semakin turut serta mempengaruhi maju mundurnya

    sebuah perusahaan (Jhon, 1988:1).

    Situasi usaha saat ini telah mengharuskan seorang manajer keuangan aktif

    turut menentukan pengelolaan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan dalam

    arti luas. Manajer keuangan selain menentukan dana yang dibutuhkan dan cara

    memperoleh dana tersebut juga harus menentukan jumlah dana yang dibutuhkan

    dan cara memperoleh dana tersebut, juga harus menentukan pengalokasian pada

    berbagai jenis aktiva. Selanjutnya adalah mengawasi pelaksanaan kegiatan atau

    usaha pencarian (pembelanjaan pasif) dan pengalokasian dana (pembelanjaan

    aktif) sehingga diperoleh suatu kombinasi sumber serta penggunaan dana atau

    modal yang seimbang dan efisien (Jhon, 1988:1).

    Peran dan tugas menejer keuangan tersebut sebaiknya dipahami dan

    didukung oleh setiap dan antar bagian dalam perusahaan. Dalam kaitannya

    dengan pencapaian tujuan perusahaan maka setiap bagian memiliki tugas dan

    peranan sesuai dengan tujuan atau bidang masing masing (Jhon, 1988:2).

    3. Manajemen Persediaan

    Persediaan adalah barang-barang yang ditangani untuk dijual kembali.

    Sepertinya, ini akan secara khas di konversi ke dalam kas kurang dari satu tahun

    dan dengan demikian persediaan merupakaan aktiva lancar. Pada perusahaan

    manufaktur, biasanya persediaan barang dari bahan baku dan dalam proses

    ditambahkan terhadap persediaan barang jadi (Ikhsan, Arfan dan Prianthara,

    Teddy I.B, 2009:167).

    Masalah penentuan atau pengaturan macam dan besarnya persediaan

    barang dagang merupakan masalah yang urgen karena mempunyai pengaruh

    langsung pada besarnya keuntungan yang akan diterima perusahaan. Pengaturan

    tentang persediaan barang dengan ini ditunjukan untuk mengusahakan agar

  • 18

    barang yang ada dalam perusahaan tidak kurang dan tidak berlebihan. Kalau

    barang kurang, berarti ada sebagian permintaan langganan yang mungkin tidak

    dapat dipenuhi, ini akan berakibat kita akan kehilangan langganan, yang pada

    akhirnya akan menurunkan omzet. Sebaliknya bila barangnya terlalu banyak,

    disamping ongkos pemeliharaan atau pergudangannya harus kita tanggung, juga

    modal yang mati tidak berputar sejumlah kelebihan barang tersebut. Dengan

    demikian akan hal ini maka persediaan barang perusahaan baik itu bahan baku,

    barang setengah jadi ataupun juga barang jadi harus diatur agar cukup, sehingga

    keuntungan yang diharapkan dapat tercapai (Jhon, 1988:32).

    3. Manajemen Pemasaran

    Sistem pemasaran mengidentifikasi komponen yang saling berinteraksi, baik

    secara internal maupun eksternal bagi perusahaan, yang memungkinkan

    perusahaan menjual produk atau jasa ke pasar. Gambar di bawah ini menunjukan

    ringkasan komponen yang menyusun sistem pemasaran (Masykur, 2001:98).

    Lingkungan Eksternal

    Perekonomian

    Kebudayaan

    Teknologi

    Hukum

    Bahan Mentah

    Persaingan

    Lingkungan Internal

    Sumber daya finansial

    Pemasok

    Sasaran dan tujuan

    Manajemen

    Gambar 2.4. Sistem Pemasaran

    Seperti yang bisa dilihat dari gambar di atas, lingkungan (eksternal dan

    internal) memainkan peranan penting dalam pengembangan rencana pemasaran.

    Jadi analisa lingkungan akan memberikan pandangan awal terhadap pembuatan

    Wiraswastawan

    Keputusan Bauran Pasar

    Keputusan

    Perencanaan

    Pasar

    Strategi

    Pemasaran

    Diarahkan

    Kepada

    Pelanggan

    Keputusan

    Membeli dari

    Pelanggan

    Umpan Balik (Feedback)

  • 19

    rencana pemasaran. Rencana pemasaran hendaknya dipahami oleh manajemen

    sebagai pedoman penerapan pembuatan keputusan pemasaran.

    D. Perusahaan Kecil dan Menengah

    1. Konsep Perusahaan Kecil dan Menengah

    Adanya perbedaan pandangan pengkajian usaha kecil atau perbedaan

    pemakaian kriteria menyebabkan belum ada keseragaman definisi usaha kecil.

    Kriteria yang dipakai untuk membedakan kelompok usaha kecil ada bermacam-

    macam diantaranya jumlah modal yang digunakan, jumlah tenaga kerja, jumlah

    produksi, omzet penjualan, besarnya investasi dan metode administrasi. Kriteria

    yang umum digunakan adalah jumlah tenaga kerja, besarnya modal atau

    investasi, kapasitas produksi dan jumlah penjualan per periode. Undang-undang

    Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan

    Menengah dinyatakan bahwa kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

    (UMKM) adalah sebagai berikut:

    (http://www.depkop.go.id/phocadownload/regulasi/uu/uu%202008%2020%20um

    km.pdf)

    1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: - Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00

    (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

    bangunan tempat usaha; atau

    - Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

    2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: - Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00

    (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

    500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk

    tanah dan bangunan tempat usaha; atau

    - Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan

    paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus

    juta rupiah).

    3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: - Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00

    (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

    http://www.depkop.go.id/phocadownload/regulasi/uu/uu%202008%2020%20umkm.pdfhttp://www.depkop.go.id/phocadownload/regulasi/uu/uu%202008%2020%20umkm.pdfhttp://www.depkop.go.id/phocadownload/regulasi/uu/uu%202008%2020%20umkm.pdf

  • 20

    10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk

    tanah dan bangunan tempat usaha; atau

    - Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)

    sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima

    puluh milyar rupiah).

    Berdasarkan kriteria usaha mikro kecil dan menengah maka pelaku usaha

    mikro kecil dan menengah merupakan pemilik atau pendiri usaha baik secara

    perseorangan maupun berkelompok yang memenuhi kriteria usaha mikro kecil

    dan menengah sebagaimana diatur dalam undang-undang Republik Indonesia

    nomor 20 Tahun 2008.

    2. Tujuan Perusahaan

    Pada dasarnya tujuan prusahaan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu

    yang bersifat ideal dan tujuan yang kedua bersifat komersial. Tujuan yang bersifat

    ideal antara lain meningkatkan kesejahteraan karyawan, mengurangi tingkat

    pengangguran atau memberi kesempatan kerja, memberikan pelayanan atau

    memenuhi kebutuhan kepada mastyarakat, meningkatkan pendapatan pemerintah

    melalui pajak. Tujuan ini bersifat ideal dalam kaitannya dengan pertanggung

    jawaban perusahaan terhadap masyarakat ataupun kelompok. Tujuan yang bersifat

    komersial, antara lain memperoleh keuntungan maksimal dan dilanjutkan

    mengembangkan usaha.

    Kedua kelompok tujuaan itu harus saling mendukung, namun dalam

    situasi pertumbuhan ekonomi, sosial dan bidang-bidang lain seperti sekarang ini,

    tentunya tujuan-tujuan tersebut tidaklah mudah untuk mencapainya. Tujuan

    perusahaan sulit dicapai apabila perusahaan tersebut tidak bekerja atau beroperasi

    secara efisien, sehingga perusahaan tidak mampu baik langsung maupun tidak

    langsung bersaing dengtan perusahaan-perusahaan sejenis, oleh karen itu setiap

    bagian harus senantiasa berupaya memelihara serta mempertahankan efisiensi

    usaha secara optimal. Atau dengan kata lain tujuan perusahaan pada akhirnya

    adalah memaksimalkan nilai perusahaan bagi para pemiliknya (Jhon, 1988:7).

  • 21

    E. Sistem Informasi Akuntansi dan Manajemen di dalam Perusahaan

    Kecil dan Menengah

    1. Konsep Informasi Akuntansi dan Manajemen di dalam Perusahaan

    Kecil dan Menengah

    Sejak banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang pailit paska krisis

    moneter, perusahaan kecil dan menengah menjadi back bone sektor dagang pada

    saat ini dinegara kita sorotan terhadap bisnis tingkat menengah dan kecil ini

    menjadi perhatian luas bagi publik, hal ini disebabkan semakin banyaknya sektor

    dagang dilapisan ini. Oleh karena itu, tercipta suatu persaingan bisnis yang

    competitive ditengah-tengah masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan

    kompetitif tersebut, lingkungan perusahaan mensyaratkan adanya kemampuan

    baru yang harus dimiliki perusahaan-perusahaan (Ikhsan, Arfan dan Prianthara,

    Teddy I.B, 2009:179).

    Kaplan dan Norton (1996) dalam Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B

    (2009:179), mengatakan bahwa

    “kemampuan sebuah perusahaan untuk memobilisasi dan

    mengeksploitasi aktiva tak berwujud menjadi jauh lerbih

    menentukan dari pada melakukan investasi dan mengelola aktiva

    fisik yang berwujud”

    Alasan ini dikarenakan bahwa aktiva tak berwujud memungkinkan

    perusahaan untuk (Ikhsan, Arfan dan Prianthara, Teddy I.B, 2009:179):

    1. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan untuk mempertahankan loyalitas dan memungkinkan berbagai

    segmen pelanggan dan wilayah pasar.

    2. Memperkenalkan produk dan jasa inovatif yang diinginkan oleh segmen yang dituju.

    3. Memproduksi produk dan jasa bermutu tinggi sesuai dengan keinginan pelanggan dengan harga yang rendah dan dengan

    tenggang waktu (lead time) tyang pendek.

    4. Memobilisasi kemampuan dan motivasi pekerja bagi peningkatan kemampuan proses, mutu, dan waktu tanggap

    (response time) yang berkesinambungan.

    5. Mengembangkan teknologi informasi, data base, dan sistem.

  • 22

    Subsistem Ekspor

    Perusahan memerlukan suatu sistem yang benar-benar membantu dalam

    pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, untuk itu sistem

    akuntansi manajemen menawarkan sistem terbuka bagi perusahaan kecil dan

    menengah dalam upaya pencapaiaan tujuan agar dapat meningkatkan kinerja

    perusahaan kecil dan menengah dalam mengembangkan usahanya.

    2. Sistem Manajemen Terbuka dalam Usaha Kecil dan Menengah

    Sistem terbuka adalah suatu keseluruhan atau unit yang terdiri dari

    subsistem yang dinamis, saling bekerja sama, saling mempengaruhi secara

    langsung maupun tidak langsung untuk mencapai tujuan tertentu. Secara

    sederhana sebuah sistem terbuka paling tidak memiliki subsistem input,

    subsistem impor, subsistem transformasi, subsistem ekspor, subsistem output

    atau tujuan, seperti tampak dalam gambar berikut ini (Jhon, 1988:2-4):

    Gambar 2.2. Sistem Terbuka

    Perusahaan sebagai sebuah sistem terbuka, berarti merupakan unit atau

    kombinasi dari berbagai kombinasi dari berbagai sumber-sumber ekonomi yang

    langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses produksi dan distribusi

    barang atau jasa untuk mencapai tujuan tertentu antara lain keuntungan dan

    pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pada gambar berikut ini dapat dilihat

    Subsistem

    Input

    Subsistem

    Output/tujuan

    Subsistem

    Transformasi

    Subsistem

    Impor

  • 23

    berbagai sumber-sumber ekonomi dalam sistem perusahaan yang langsung

    maupun tidak langsung mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan.

    Gambar 2.3. Perusahaan Sebagai Sistem Terbuka

    Perusahaan dalam operasi sehari-hari menjalankan berbagai fungsi atau

    kegiatan. Agar kegiatan itu dapat berjalan dengan lancar antara lain dibutuhkan

    berbagai sumber-sumber ekonomi atau faktor produksi. Secara terperinci

    sumber-sumber ekonomi tersebut antara lain bisa disebut dengan istilah “6M”,

    (Jhon, 1988:4) yaitu:

    1. Man (SDM) Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling

    menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula

    yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada

    LINGKUNGAN UMUM

    LINGKUNGAN

    KHUSUS

    LINGKUNGAN

    KHUSUS

    LINGKUNGAN

    KHUSUS

    Sumber-sumber

    Ekonomi:

    - Manusia/SDM

    - Modal/dana

    - Material/bahan

    baku

    - Mesin

    - Metode

    - Market/pasar

    Kegiatan

    Perusahaan

    Bidang:

    - Produksi

    - Keuangan

    - Pemasaran

    - Personalia

    Tujuan antara lain:

    - Keuntungan

    - Ekspansi

    - Kesejahteraan

    karyawan

    - Pemenuhan

    kebutuhan

    masyarakat

    - Mengurangi

    pengangguran

    LINGKUNGAN

    KHUSUS

    LINGKUNGAN

    KHUSUS

    LINGKUNGAN

    KHUSUS

    LINGKUNGAN UMUM

  • 24

    manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia

    adalah makhluk kerja.

    2. Money (uang) Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.

    Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-

    kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang

    beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan

    alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala

    sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan

    berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan

    untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan

    dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari

    suatu organisasi.

    3. Materials (bahan) Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan

    bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang

    lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga

    harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah

    satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat

    dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang

    dikehendaki.

    4. Machines (mesin) Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan.

    Penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau

    menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan

    efesiensi kerja.

    5. Methods (metode) Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja.

    Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya

    pekerjaan. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan

    cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan

    berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran,

    fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta

    uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik,

    sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau

    tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan

    memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam

    manajemen tetap manusianya sendiri.

    6. Market (pasar) Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab

    bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi

    barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan

    berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti

    menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan

    dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas

  • 25

    dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan

    daya beli (kemampuan) konsumen.

    Sebagai sebuah sistem terbuka maka perusahaan secara dinamis melalui

    subsistemnya memproses faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang atau

    jasa. Subsistem tersebut antara lain kegiatan bidang produksi, bidang keuangan,

    bidang pemasaran, bidang personalia dan bidang-bidang lain sesuai dengan besar

    kecilnya perusahaan. Hasil barang atau jasa akan didistribusikan kepada

    lingkungan, khususnya pada konsumen. Melalui penjualan barang dan jasa maka

    disamping perusahaan memperoleh keuntungan dan mampu berkembang

    (ekspansi), juga meningkatkan kesejahteraan karyawan dan memuaskan

    konsumen atau masyarakat.

    3. Sistem Informasi Akuntansi dalam Usaha Kecil dan Menengah

    Sistem informasi dalam usaha kecil dan menengah dapat berguna bagi

    pihak dalam maupun luar usaha, yang dihasilkan dari sistem informasi yang

    terdiri dari sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, sistem

    pendukung keputusan, sistem informasi eksekutif, dan sistem pakar. Sistem

    informasi akuntansi dalam suatu usaha kecil dan menengah berdasarkan

    fungsinya yaitu terdiri dari sistem akuntansi keuangan dan sistem akuntansi

    manajemen. Inti dari akuntansi adalah memberikan informasi ekonomi, oleh

    karena itu perusahaan perlu menciptakan suatu metode pencatatan,

    pengklasifikasian dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan,

    kemudian melaporkan hasilnya dalam laporan keuangan (Mamik, 2008:15).

    Informasi akuntansi dapat digunakan sebagai dasar dalam pembuatan

    keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu :

    Pemilik Usaha

    Pemilik dari suatu usaha perlu mengetahui bagaimana keadaan keuangan

    usaha yang dimilikinya serta prospeknya dimasa datang.

    Kreditur Pihak

    Kreditur perlu mengetahui keadaan keuangan suatu usaha sebelum

    memberikan pinjaman. Kreditur harus cermat dalam menilai kemampuan

  • 26

    suatu usaha dalam hal pengembalian pinjaman dan sebagai pertimbangan

    apakah akan diberikan pinjaman lagi.

    Pemerintah

    Pihak pemerintah membutuhkan informasi akuntansi untuk tujuan-tujuan

    perpajakan dan peraturan-peraturan lainnya.

    Pihak-pihak lain

    Pegawai dan serikat pekerja perlu mengetahui mengenai stabilitas dan

    profitabilitas tempat mereka bekerja.