bab ii - 33 -...
TRANSCRIPT
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 33
2.2. Aspek Kesejahteraan Rakyat
Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi
kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan
Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan Masyarakat, dan Fokus Seni
Budaya dan Olah Raga. Identifikasi terhadap ke tiga focus utama tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut :
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
2.2.1.1 Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selama kurun waktu 2009-2013
disajikan pada tabel 2.25 Pada tahun 2009 PDRB atas dasar harga berlaku
(ADHB) sebesar Rp. 686,85 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp.
778,57 triliun pada tahun 2010, Rp. 884,50 triliun pada tahun 2011, Rp.
1.001,72 triliun pada tahun 2012 dan Rp. 1.136,33 triliun pada tahun 2013.
Sementara itu, PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) Jawa Timur tahun
2009 meningkat dari Rp. 320,86 triliun menjadi Rp. 393,67 triliun pada
tahun 2012 dan pada tahun 2013 mencapai Rp. 419,43 triliun.
Berdasarkan tabel 2.25 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009
perekonomian Jawa Timur mampu tumbuh 5,01 persen, kemudian tahun
2010, tahun 2011 dan tahun 2012 masing-masing mengalami percepatan
sebesar 6,68 persen, 7,22 persen dan 7,27 persen, akan tetapi mengalami
perlambatan menjadi 6,55 persen pada tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi
Jawa Timur selama kurun waktu tersebut lebih cepat dari rata-rata
nasional.
Tabel 2.25
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
Keterangan 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. PDRB ADHB (Miliar Rupiah) 686.848 778.566 884.503 1.001.721 1.136.330
2. PDRB ADHK 2000 (Miliar Rupiah) 320.861 342.281 366.984 393.666 419.430
3. Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,01 6,68 7,22 7,27 6,55
4. Pertumbuhan Ekonomi Nasional (%) 4,55 6,10 6,50 6,23 5,78
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 34
Tabel 2.26 Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2009-2013 (persen)
Sektor 2009 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian 3,92 2,23 2,53 3,49 1,59 2. Pertambangan & Penggalian 6,92 9,18 6,08 2,10 3,30 3. Industri Pengolahan 2,80 4,32 6,06 6,34 5,59 4. Listrik,Gas & Air Bersih 2,72 6,43 6,25 6,21 4,74 5. Konstruksi 4,25 6,64 9,12 7,05 9,08 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,58 10,67 9,81 10,06 8,61 7. Pengangkutan & Komunikasi 12,98 10,07 11,44 9,64 10,43 8. Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan 5,30 7,27 8,18 8,01 7,68 9. Jasa-jasa 5,76 4,34 5,08 5,07 5,32
PDRB 5,01 6,68 7,22 7,27 6,55
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Dapat dilihat pada Tabel 2.26 diatas, secara sektoral, secara umum
pada tahun 2013 seluruh sektor mengalami perlambatan kecuali
konstruksi, pengangkutan dan komunikasi serta jasa-jasa. Sektor pertanian
mengalami perlambatan pada tahun 2010 dan mengalami percepatan
sampai dengan tahun 2012 dan kembali melambat pada tahun 2013.
Industri pengolahan yang memberikan kontribusi terbesar kedua dalam
struktur PDRB mengalami percepatan dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012, namun mengalami perlambatan pada tahun 2013. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang berkontribusi dominan mengalami
percepatan pada tahun 2009 dan 2010, namun mengalami perlambatan
pada tahun 2011 dan kembali mengalami percepatan 10,06 persen pada
tahun 2012 dan kembali melambat menjadi 8,61 persen pada tahun 2013.
Situasi perekonomian global yang masih mengalami krisis sangat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang tercermin dari
pertumbuhan sektoralnya.
Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur
secara umum memiliki pola yang sama dengan pertumbuhan ekonomi
provinsi. Pertumbuhan tertinggi tahun 2012 dicapai oleh Kota Batu dengan
pertumbuhan sebesar 8,26 persen, sedangkan terendah pada kabupaten
Bojonegoro yaitu sebesar 5.82 persen, yang secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 2.27.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 35
Tabel 2.27 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
Propinsi / Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012
Kabupaten 01. Pacitan 5.28 6.66 6.72 6.77
02. Ponorogo 5.01 5.89 6.41 6.67
03. Trenggalek 5.02 6.16 6.53 6.72
04. Tulungagung 5.25 6.65 6.88 6.99
05. Blitar 5.05 6.12 6.42 6.44
06. Kediri 4.28 6.07 6.28 6.99
07. Malang 5.02 6.57 7.35 7.56
08. Lumajang 5.04 5.94 6.35 6.47
09. Jember 5.02 6.16 7.21 7.27
10. Banyuwangi 5.06 6.26 7.14 7.29
11. Bondowoso 5.00 5.69 6.28 6.47
12. Situbondo 5.02 5.89 6.39 6.62
13. Probolinggo 5.12 6.25 6.33 6.67
14. Pasuruan 5.02 6.23 7.19 7.29
15. Sidoarjo 4.41 5.92 6.95 7.23
16. Mojokerto 5.03 6.87 7.23 7.29
17.Jombang 5.04 6.65 6.91 6.99
18. Nganjuk 5.18 6.32 6.47 6.72
19. Madiun 5.02 5.96 6.49 6.58
20. Magetan 5.02 5.81 6.18 6.51
21. Ngawi 5.05 6.19 6.20 6.67
22. Bojonegoro 6.55 10.97 9.20 5.82
23. Tuban 5.03 6.30 7.24 6.19
24. Lamongan 5.31 6.86 7.07 7.22
25. Gresik 5.96 6.89 7.39 7.43
26. Bangkalan 4.37 5.47 6.27 6.45
27. Sampang 4.27 5.40 6.14 6.19
28. Pamekasan 5.04 5.77 6.27 6.43
29. Sumenep 4.22 5.51 6.36 6.49
Kota 71. Kota Kediri 4.19 5.99 7.93 7.67
72. Kota Blitar 5.31 6.66 6.64 6.84
73. Kota Malang 5.20 6.60 7.22 7.71
74. Kota Probolinggo 5.02 6.41 6.67 6.96
75. Kota Pasuruan 5.02 5.99 6.35 6.59
76. Kota Mojokerto 5.03 6.66 6.77 7.19
77. Kota Madiun 5.22 6.97 7.29 7.88
78. Kota Surabaya 5.17 7.47 7.65 7.76
79. Kota Batu 5.90 7.16 8.17 8.26
35. Jawa Timur 5.01 6.68 7.22 7.27
Sumber : BPS, Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 36
2.2.1.2 Laju Inflasi Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
Unsur lain yang layak dipertimbangkan dalam perekonomian
wilayah adalah besarnya laju inflasi. Indikator ini pada prinsipnya
menggambarkan kenaikan indek harga konsumen di Jawa Timur. Pada
periode tahun 2009 - 2013, inflasi di Jawa Timur cenderung berfluktuasi
dari kisaran 3,62 persen di tahun 2009 hingga 7,59 persen di tahun 2013.
Nilai inflasi Jawa Timur dari tahun 2009 - 2012 lebih tinggi dibanding
dengan inflasi nasional, namun pada mulai bulan Mei tahun 2013 inflasi
Jawa Timur berada di bawah inflasi Nasional. Pada periode tersebut target
inflasi berkisar 4,5 - 5 + 1 persen.
Gambar 2.16
Laju Inflasi Jawa Timur dan nasional Tahun 2009 - 2013
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Tingginya inflasi pada tahun 2013 lebih disebabkan karena kebijakan
pemerintah (Administered Price) yang mengurangi subsidi bahan bakar
minyak (sejak tanggal 22 Juni 2013) atau menaikkan harga bahan bakar
minyak sebesar 40 persen. Hal ini menimbulkan dampak secara langsung
pada sektor transportasi. Selain itu juga menimbulkan efek domino
terhadap kenaikan harga kelompok bahan makanan dan sektor lainnya.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 37
Pada akhir tahun 2013, kebijakan pemerintah mengurangi kuota
daging impor menyebabkan spekulasi dan boikot para importir sapi, yang
menyebabkan stagnasi ketersediaan daging di pasar berkurang bahkan
sempat kosong daging sapi di pasar dan pengusaha menaikkan harga
daging sapi di pasar sampai menyentuh harga tertinggi berkisaran
Rp. 90.000 sampai dengan Rp.100.000. Inflasi juga didorong dengan
adanya pengaruh melemahnya nilai rupiah terhadap dolar yang menyentuh
Rp. 12.000 per 1 dolar, sehingga mempengaruhi harga terhadap barang
impor maupun harga barang produk yang menggunakan bahan baku
impor.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 38
Jika dilihat selama tujuh tahun terakhir, faktor penyebab inflasi dari
tujuh kelompok pengeluaran, kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa
Keuangan tahun 2013 mencapai rekor inflasi tertinggi sebesar 12,60
persen. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
mengalami inflasi tertinggi pada tahun 2008 sebesar 11,70 persen. Pada
tahun 2010 inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar
16,22 persen, sedangkan inflasi tertinggi pada kelompok perumahan terjadi
pada tahun 2008 sebesar 9,54 persen, inflasi tertinggi terjadi pada
kelompok sandang terjadi pada tahun 2008 sebesar 9,66 persen, inflasi
tertinggi pada kelompok kesehatan terjadi pada tahun 2008 sebesar 5,97
persen, dan inflasi tertinggi pada kelompok pendidikan terjadi pada tahun
2007 sebesar 7,96 persen.
Apabila dilihat dari lokasi dan besaran inflasi pada tingkatan yang
lebih kecil (Kabupaten/Kota) tahun 2009 - 2013, dapat terlihat seperti
pada tabel berikut :
Tabel 2.28
Inflasi 10 Kabupaten/Kota IHK Jawa Timur Tahun 2009 - 2013
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013
Jember 3.66 7.09 3.36 4.49 7.21
Sumenep 2.73 6.75 4.42 5.05 6.62
Kediri 3.60 6.80 4.18 4.63 8.05
Malang 3.39 6.70 3.41 4.60 7.92
Probolinggo 3.55 6.68 4.92 5.88 7.98
Madiun 3.40 6.54 3.00 3.51 7.52
Surabaya 3.39 7.33 3.44 4.39 7.52
Tulungagung 4.64 6.25 - - -
Banyuwangi 4.21 6.83 - - -
Tuban 4.24 5.98 - - -
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Pengukuran inflasi sejak tahun 2011 hanya dilakukan pada tujuh
kabupaten/kota. Sedangkan untuk tahun 2014 akan dilakukan pengukuran
di delapan kabupaten/kota; dari tujuh kabupaten/kota eksisting ditambah
Kabupaten Banyuwangi.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 39
2.2.1.3 PDRB Perkapita
Kondisi perekonomian Jawa Timur menunjukkan perkembangan
cukup menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi
Jawa Timur yang berada di atas rata-rata nasional. Pertumbuhan ekonomi
tersebut juga diikuti dengan peningkatan PDRB per kapita Jawa Timur
sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.29 PDRB per kapita penduduk Jawa
Timur setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 PDRB
perkapita Jawa Timur mencapai Rp. 18,42 juta, kemudian meningkat
menjadi Rp. 20,77 juta pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2011
PDRB per kapita Jawa Timur meningkat menjadi Rp. 23,46 juta dan pada
tahun 2012 mencapai Rp. 26,32 juta. Hal ini merupakan satu indikasi
membaiknya kondisi perekonomian Jawa Timur.
Tabel 2.29
PDRB Per Kapita Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-2012
Uraian 2009 2010 2011 2012*)
(1) (3) (4) (5) (6)
1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(Miliar Rupiah) 686.848 778.566 884.144 1.001.72
2. Jumlah Penduduk Pertengahan
Tahun (Ribu jiwa) 37.286 37.476 37.688 38.053
3. PDRB Per Kapita (Ribu Rupiah) 18.421 20.775 23.460 26.324
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Keterangan : * ) Angka Diperbaiki
Peningkatan PDRB per kapita tersebut disebabkan pertumbuhan
PDRB ADHB jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
penduduk. Dengan meningkatnya PDRB per kapita tersebut, maka secara
umum mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa
Timur semakin meningkat.
2.2.1.4 Indeks Gini Ratio Tahun 2009-2013
Koefisien gini merupakan suatu ukuran kemerataan yang dihitung
dengan membandingkan luas antara diagonal dan kurva lorenz (daerah A)
dibagi dengan luas segitiga di bawah diagonal, yang angkanya berkisar
antara nol hingga satu. Nol merupakan pemerataan sempurna sedangkan
satu merupakan ketimpangan sempurna.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 40
Tabel 2.30 Angka Gini Rasio menurut Status Wilayah di Jawa Timur
Tahun 2009-2013
Tahun Status Wilayah Gini Rasio
Jawa Timur Gini Rasio Nasional
2009
Kota 0.34 0,37 Desa 0.26
Kota+Desa 0.33
2010
Kota 0.36 0,38 Desa 0.26
Kota+Desa 0.34
2011
Kota 0.38 0,41 Desa 0.30
Kota+Desa 0.37
2012*)
Kota 0.37 0,41 Desa 0.30
Kota+Desa 0.36
2013**)
Kota - 0,413 Desa -
Kota+Desa 0.364 Sumber : BPS Prov. Jawa Timur Keterangan : *) Angka Diperbaiki
**) Angka Sementara (menunggu validasi BPS)
G < 0,3 = Ketimpangan Rendah 0,3 ≤ G ≤ 0,5 = Ketimpangan Sedang G>0,5 = Ketimpangan Tinggi
Bila mengacu pada nilai gini rasio, tingkat ketimpangan rata-rata
konsumsi per kapita di Jawa Timur 2009-2013 masih masuk dalam
kategori sedang (antara 0,3 – 0,5). Selama tahun 2009-2011 nilai gini
rasio di Jawa Timur menunjukkan tren kearah peningkatan, namun pada
tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 0.01 poin menjadi 0,36 dan tahun
2013 menjadi 0,364. Situasi tersebut, masih lebih baik bila dibandingkan
angka gini rasio nasional, sejak tahun 2009 hingga 2011 terus meningkat.
Gini rasio Indonesia selama tahun 2009-2013 berturut-turut adalah 0,37
(2009), 0,38 (2010), 0,41 (2011), 0,41 (2012) dan 0,413 (2013).
Secara umum gini rasio daerah perkotaan mulai tahun 2009-2012
lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Dalam kurun empat tahun
terakhir gini rasio wilayah perkotaan masuk dalam kategori sedang,
sedangkan gini rasio daerah perdesaan masuk dalam kategori rendah.
2.2.1.5 Pemerataan Pendapatan versi Bank Dunia
Bank Dunia mengukur pemerataan pendapatan dalam masyarakat
dengan pendekatan besar persentase distribusi pengeluaran penduduk
suatu wilayah berdasarkan kategori pendapatan 40 persen terbawah, 40
persen menengah dan 20 persen teratas.
Dari pengukuran pemerataan pendapatan berdasarkan versi Bank
Dunia seperti tersaji pada Tabel 2.31, menunjukkan bahwa kelompok yang
mempunyai pendapatan berkategori 20 persen teratas pada tahun 2009
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 41
Tabel 2.31
Persentase Distribusi Pengeluaran Penduduk Jawa Timur Tahun 2009-2012
Tahun 40 %
bawah
40 %
menengah
20 %
atas
(1) (2) (3) (4)
2009 19,86 37,59 42,55
2010 20,81 38,52 40,67
2011 21,09 38,57 40,34
2012 20,15 34,38 45,47
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (September 2012)
sebanyak 42,55 persen, dan selanjutnya mengecil masing-masing 40,67
persen (2010) ; 40,34 persen (2011) dan pada tahun 2012 menjadi 45,47
persen.
Hasil penghitungan di Jawa Timur menunjukkan bahwa penduduk
yang berpendapatan 40 persen terbawah pada tahun 2012 sekitar 20,15
persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang berpendapatan 40
persen terbawah menikmati hasil kegiatan ekonomi sebesar 20,15 persen,
berarti ketimpangan pendapatan yang terjadi di Jawa Timur pada tahun
2012 masuk kategori rendah.
2.2.1.6 Indeks Ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)
Salah satu indikator yang bisa membaca seberapa jauh tingkat
disparitas antar wilayah yaitu Indeks Williamson. Semakin besar angka
yang ditunjukkan oleh Indeks Williamson berarti semakin melebar
kesenjangan yang terjadi di wilayah tersebut. Sebaliknya, semakin kecil
indeks ini, semakin mengecil kesenjangan antar wilayahnya.
Pencapaian Indeks Williamson di Jawa Timur pada empat tahun
terakhir relatif berfluktuatif, tetapi ada kecenderungan semakin membaik
dalam kurun dua tahun terakhir. Pada tahun 2009 indeks ini tercatat
sebesar 114,46 selanjutnya melebar pada tahun 2010. Selanjutnya indeks
ini semakin mengecil pada tahun 2011 dan 2012 yang pencapaiannya
masing-masing 112,68 dan 112,60. Adanya jembatan Suramadu
meningkatkan arus perekonomian dan transfer sosial budaya kewilayah
Madura semakin cepat.
Selain itu Jalur Lintas Selatan sangat mendukung perekonomian pada
wilayah selatan yang dulunya masih terkendala. Demikian pula daerah-
daerah yang ekonominya transportasinya bergantung pada Tol Porong
yang semula terkendala dengan adanya luapan lumpur Sidoarjo, dengan
adanya jalur arteri Porong perekonomiannya kembali normal.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 42
Tabel 2.32 Indeks Williamson Jawa Timur
Tahun 2009-2012
Tahun Indeks
Williamson Perubahan
(1) (2) (3)
2009 114,46 0,46520
2010 115,14 0,59409
2011* 112,68 -2,13653
2012** 112,60 -0,07100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Keterangan: *) Angka diperbaiki
**) Angka Sementara
2.2.1.7 Presentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan di Jawa Timur
Angka kemiskinan di Jawa Timur dari tahun 2009-2013 berturut-
turut mengalami penurunan dari 16,68 persen; 15,26 persen; 13,85
persen; 13,08 persen dan 12,73 persen.
Gambar 2.19
Prosentase Penduduk Miskin dan Penduduk diatas GK Tahun 2009-2013
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
2.2.1.8 Angka Kriminalitas yang tertangani
Berdasarkan data dari Polres Kabupaten/Kota se Jawa Timur, angka
kriminalitas yang tertangani pada tahun 2012 adalah 2,42 atau dengan
kata lain dalam satu tahun 2 sampai 3 tindak kejahatan yang terjadi
diantara 10.000 penduduk dapat ditangani oleh aparat kepolisian. Apabila
diperhatikan selama 3 tahun terakhir tindak kejahatan yang tertangani
sudah di atas 50 persen. Hal ini sebagai bukti penanganan kriminalitas oleh
aparat keamanan sudah semakin baik.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 43
Tabel 2.33 Tindak Kejahatan di Jawa Timur Tahun 2009-2012
Tahun
Jumlah Tindak
Kejahatan
Tindak Kejahatan Yang
Tertangani
Persentase Tindak
Kejahatan Tertangani
Angka Kriminalitas Tertangani
2009 20.363 8.976 44,08 2,41
2010 2011 2012
16.879 14.991 15.270
9.892 7.503 9.216
58.61 50.05 60.35
2,64 1,99 2,42
Sumber : Polres Kab/Kota Se Jawa Timur (2009,2012), Polda Jatim (2010-2012)
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Rakyat
Untuk memberikan gambaran tentang keberhasilan pembangunan
kesejahteraan masyarakat antara lain dapat diketahui dari indikator sebagai
berikut :
2.2.2.1 Pendidikan 2.2.2.1.1. Angka Melek Huruf Umur 15 Tahun Keatas
Melek huruf merupakan indikator kunci dasar dan paling esensial
diantara indikator pembangunan manusia lainnya. Pentingnya indikator ini
untuk mengukur dimensi pengetahuan, maka dalam formulasi Pengukuran
Human Development Index (HDI), indikator melek huruf memiliki bobot yang
lebih besar yaitu sebesar 2/3 dibanding rata-rata lama sekolah yang sebesar
1/3.
Tabel 2.34
Perkembangan Angka Melek Huruf Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
NO Uraian 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah penduduk usia diatas
15 tahun yang bisa membaca dan menulis
24.492.836 24.984.639 25.077.871 25.773.409
2 Jumlah penduduk usia 15
tahun keatas
27.896.169 28.282.363 28.244.026 28.963.661
3 Angka melek huruf (Persen)
87,80 88,34 88,79 89,00
4 Angka buta Huruf (Persen)
12,20 11,66 11,21 11,00
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Sasaran pencapaian indikator melek huruf usia 15 tahun ke atas ini
juga menjadi sasaran global dan nasional. Berdasarkan tabel 2.34 Angka
melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas di Jawa Timur, selama kurun
waktu 2009-2012 terjadi peningkatan dari 87,80 di tahun 2009 dan menjadi
88,34 persen di tahun 2010 dan 88,79 persen di tahun 2011. Pada tahun
2012 angka melek huruf 89,00 persen.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 44
87,8 88,34 88,79 89,0
95,00
95,20 95,40 95,60 95,80
95,00
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Persentase Penduduk Usia 15 tahun Keatas Yang Melek Huruf Tahun
2009 - 2012
Capaian Jatim Sasaran RPJMN Kemdiknas Target PUS
Gambar 2.20
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Capaian indikator ini pada tahun 2012, hanya terpaut sebesar 6
persen di bawah target Pendidikan Untuk Semua (PUS) Tahun 2014.
Sementara Untuk mencapai target yang terdapat dalam RPJMN 2010-2014
Kemdiknas, perlu upaya keras, mengingat capaian Jawa Timur pada tahun
2012 terpaut jauh yaitu sebesar 6,40 persen. Capaian melek huruf penduduk
usia 15 tahun ke atas menurut jenis kelamin, secara umum laki-laki lebih
tinggi dibandingkan perempuan. Kalau dilihat dari Gambar 2.21 bahwa
semakin tinggi kelompok umur antara laki-laki dan perempuan maka semakin
besar pula perbedaan capaian melek huruf nya.
Capaian melek huruf laki-laki mulai kelompok umur 15-19 tahun
hingga 45-49 tahun diatas 90 persen, sedangkan pada perempuan mulai
kelompok umur 15-19 tahun hingga 35-39 tahun diatas Kondisi ini
memberikan gambaran bahwa penduduk perempuan yang buta huruf lebih
banyak dibanding penduduk laki-laki. Oleh karenanya dalam pemberantasan
buta aksara di Jawa Timur maka kelompok sasaran utama mesti lebih
difokuskan pada kelompok usia 40 tahun ke atas yang capaiannya di bawah
95 persen.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 45
99.6799.02 98.86 98.58 97.81
93.2290.12
82.1478.52
73.63
54.43
40
50
60
70
80
90
100
15-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-64 65+
Gambar 7
Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Jawa Timur 2012. (Persen)
L P L+P
Kalau dilihat dari tabel 2.35, berdasarkan Kabupaten/Kota maka
angka melek huruf tahun 2012 di Jawa Timur yang tertinggi ada di Kota
Malang yaitu sebesar 98,3 persen dan terendah Kabupaten Sampang
sebesar 70,7 persen. Jika mengacu pada sasaran RPJMN 2012
sebagaimana pada Gambar 2.22 dapat dilihat bahwa sebaran capaian
melek huruf usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur di kabupaten yang
berwarna merah adalah prioritas pemberantasan buta huruf di Jawa Timur,
karena di wilayah tersebut masih dibawah target RPJMN 2012. Wilayah di
Jawa Timur yang telah mencapai sasaran melek huruf dalam RPJMN 2012
sebanyak 8 Kabupaten/Kota, yaitu wilayah dengan warna hijau.
Gambar 2.22
Sebaran Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan capaian terhadap Target RPJMN
Kemdiknas di Jawa Timur Tahun 2012 (Juni)
Gambar 2.21
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 46
Tabel 2.35
Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
NO Kabupaten/kota
Jumlah penduduk
usia diatas 15
tahun yang bisa membaca dan
menulis
Jumlah
penduduk
usia 15 tahun
keatas
Angka
melek huruf
1 Kab. Pacitan 373.358 426.801 87,5
2 Kab. Ponorogo 611.314 674.753 90,6
3 Kab. Trenggalek 489.933 529.61 92,5
4 Kab. Tulungagung 720.633 762.829 94,5
5 Kab. Blitar 785.109 858.81 91,4
6 Kab. Kediri 1.048.606 1.143.291 91,7
7 Kab. Malang 1.704.467 1.883.845 90,5
8 Kab. Lumajang 640.89 777.144 82,5
9 Kab. Jember 1.463.753 1.778.614 82,3
10 Kab. Banyuwangi 1.078.207 1.194.979 90,2
11 Kab. Bondowoso 463.374 577.866 80,2
12 Kab. Situbondo 394.822 512.577 77,0
13 Kab. Probolinggo 671.949 840.912 79,9
14 Kab. Pasuruan 1.058.708 1.164.719 90,9
15 Kab. Sidoarjo 1.485.632 1.522.964 97,5
16 Kab. Mojokerto 745.536 794.998 93,8
17 Kab. Jombang 855.477 912.817 93,7
18 Kab. Nganjuk 704.909 780.474 90,3
19 Kab. Madiun 452.852 517.736 87,5
20 Kab. Magetan 443.62 488.041 90,9
21 Kab. Ngawi 541.211 637.787 84,9
22 Kab. Bojonegoro 795.752 943.98 84,3
23 Kab. Tuban 726.246 873.128 83,2
24 Kab. Lamongan 810.204 918.933 88,2
25 Kab. Gresik 869.76 905.259 96,1
26 Kab. Bangkalan 531.208 665.031 79,9
27 Kab. Sampang 455.468 644.078 70,7
28 Kab. Pamekasan 510.66 609.762 83,7
29 Kab. Sumenep 641.745 824.473 77,8
30 Kota Kediri 202.103 208.873 96,8
31 Kota Blitar 98.357 101.662 96,7
32 Kota Malang 636.712 647.468 98,3
33 Kota Probolinggo 152.103 165.351 92,0
34 Kota Pasuruan 135.767 140.026 97,0
35 Kota Mojokerto 89.507 92.582 96,7
36 Kota Madiun 129.429 133.681 96,8
37 Kota Surabaya 2.112.947 2.160.062 97,8
38 Kota Batu 141.081 147.745 95,5
Provinsi 25.773.409 28.963.661 89,0
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 47
Tabel 2.36 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012
An
Kode Provinsi/Kab/Kota
Angka Melek Huruf
(tahun)
2009 2010 2011 2012
3500 JAWA TIMUR 87.8 88.34 88.52 89.00
3501 Pacitan 91.56 91.58 91.60 87.50
3502 Ponorogo 85.72 85.73 87.32 90.60
3503 Trenggalek 92.69 92.83 92.84 92.50
3504 Tulungagung 93.5 93.55 93.58 94.50
3505 Blitar 91.9 92 92.02 91.40
3506 Kediri 92.76 92.81 92.84 91.70
3507 Malang 89.54 89.55 89.59 90.50
3508 Lumajang 86.3 86.32 86.56 82.50
3509 Jember 83.08 83.48 83.60 82.30
3510 Banyuwangi 86.48 86.66 87.36 90.20
3511 Bondowoso 75.31 76.72 78.25 80.20
3512 Situbondo 78.2 78.24 78.27 77.00
3513 Probolinggo 77.86 78.91 80.44 79.90
3514 Pasuruan 88.93 89.99 90.03 90.90
3515 Sidoarjo 97.4 97.42 97.76 97.50
3516 Mojokerto 94.09 94.11 94.12 93.80
3517 Jombang 92.5 92.52 92.87 93.70
3518 Nganjuk 90.46 90.48 91.07 90.30
3519 Madiun 88.31 89.53 89.55 87.50
3520 Magetan 90.28 90.54 90.56 90.90
3521 Ngawi 85.12 85.14 85.54 84.90
3522 Bojonegoro 84.58 84.78 84.81 84.30
3523 Tuban 85.56 85.79 85.83 83.20
3524 Lamongan 86.97 87.15 88.71 88.20
3525 Gresik 94.36 94.47 94.56 96.10
3526 Bangkalan 82.82 82.84 82.87 79.90
3527 Sampang 64.81 66.03 67.56 70.70
3528 Pamekasan 80.21 80.84 81.82 83.70
3529 Sumenep 78.63 78.64 78.66 77.80
3571 Kota Kediri 97.41 97.53 97.56 96.80
3572 Kota Blitar 97.23 97.24 97.27 96.70
3573 Kota Malang 97.19 97.2 97.24 98.30
3574 Kota Probolinggo 92.33 92.49 92.51 92.00
3575 Kota Pasuruan 96.14 96.41 96.43 97.00
3576 Kota Mojokerto 97.11 97.12 97.13 96.70
3577 Kota Madiun 97.75 97.79 97.80 96.80
3578 Kota Surabaya 98 98.06 98.07 97.80
3579 Kota Batu 97.78 98.26 98.27 95.50
Sumber : BPS, Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 48
2.2.2.1.2. Rata-rata Lama Sekolah
Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang
dihabiskan oleh penduduk untuk menempuh semua jenis pendidikan
formal yang pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah (mean years
school/MYS) merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang
pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki. dan pendidikan
yang ditamatkan. MYS bersama dengan angka melek huruf, merupakan
salah satu variabel komposit indeks pembangunan manusia (IPM/HDI).
Gambar 2.23
Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Di Jawa Timur 2009-2012
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas
di Jawa Timur, selama 2009-2012 terjadi peningkatan kualitas penduduk
yaitu dari setara lulus tingkat sekolah dasar (6 tahun) ditahun 2009
meningkat menjadi setara kelas satu pada jenjang pendidikan SLTP
ditahun 2012. Walaupun terjadi kenaikan, namun kenaikan tersebut relatif
lambat, karena selama tahun 2009 - 2012 hanya terjadi peningkatan
sebesar 0,28 poin persen atau rata-rata hanya terjadi kenaikan 0,07 poin
persen per tahunnya.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 49
9.3110
9.549.13
8.65 8.34
7.38
6.425.8
5.47
4.33
9.34
10.08
9.38.7
7.96
7.15
5.99
4.874.17
3.65
1.97
9.3210.04 9.42
8.918.3
7.73
6.66
5.655.01
4.51
2.97
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+
Gambar 10 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Penduduk Berusia 15 Tahun
Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Jawa Timur 2012
L P L+P
k 4
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Kalau dilihat rata-rata lama sekolah menurut kelompok umur dari
sisi jenis kelamin secara umum rata-rata lama sekolah laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Rata-rata lama sekolah penduduk di Jawa Timur
tertinggi pada kelompok usia 20-24 tahun mencapai 10,08 tahun atau
setara dengan kelas 1 SLTA dan terus menurun hingga pada kelompok
umur 65 tahun keatas.
Pembangunan pendidikan di Jawa Timur selama ini, membawa
dampak peningkatan capaian pendidikan tertinggi penduduk di kelompok
usia 15-34 tahun yang memiliki rata-rata lama sekolah setara lulusan SLTP.
Karenanya, salah satu upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam
RPJMD 2009-2014 adalah dengan mengakselerasi situasi ini melalui
program Wajar Dikdas 12 tahun (setara SLTA).
Walaupun bobot dalam formulasi IPM rata-rata lama sekolah lebih
rendah dibandingkan melek huruf, namun dengan melakukan intervensi
pada peningkatan rata-rata lama sekolah, tentunya akan memberi
pengaruh pada pencapaian melek huruf. Bisa dipastikan wilayah dengan
rata-rata lama sekolah yang tinggi, akan memiliki tingkat melek huruf yang
tinggi pula.
Gambar 2.24
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 50
Tabel 2.37
Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012
Kode Kabupaten/Kota (Tahun)
2009 2010 2011 2012
3500 JAWA TIMUR 7.20 7.24 7.34 7.45
3501 Pacitan 6.71 6.90 6.94 6.96
3502 Ponorogo 6.61 6.68 6.99 7.18
3503 Trenggalek 7.19 7.24 7.26 7.31
3504 Tulungagung 7.80 7.84 7.85 7.95
3505 Blitar 7.23 7.35 7.36 7.40
3506 Kediri 7.59 7.60 7.69 7.72
3507 Malang 6.80 6.80 7.02 7.08
3508 Lumajang 6.03 6.10 6.41 6.43
3509 Jember 6.45 6.53 6.73 6.79
3510 Banyuwangi 6.81 6.85 6.89 7.25
3511 Bondowoso 5.49 5.54 5.66 5.94
3512 Situbondo 5.99 6.18 6.19 6.22
3513 Probolinggo 5.08 5.57 5.80 5.92
3514 Pasuruan 6.33 6.34 6.54 6.83
3515 Sidoarjo 9.78 9.84 9.85 9.92
3516 Mojokerto 7.79 7.81 7.82 7.94
3517 Jombang 7.76 7.77 7.84 8.04
3518 Nganjuk 7.11 7.19 7.44 7.61
3519 Madiun 6.96 7.38 7.39 7.44
3520 Magetan 7.55 7.57 7.60 7.85
3521 Ngawi 6.34 6.36 6.99 7.02
3522 Bojonegoro 6.53 6.66 6.68 6.72
3523 Tuban 6.22 6.41 6.49 6.53
3524 Lamongan 7.03 7.19 7.46 7.59
3525 Gresik 8.49 8.53 8.84 8.98
3526 Bangkalan 5.13 5.16 5.30 5.74
3527 Sampang 3.93 3.95 4.20 4.22
3528 Pamekasan 5.73 6.11 6.32 6.32
3529 Sumenep 5.20 5.63 5.64 5.71
3571 Kota Kediri 10.00 10.20 10.21 10.24
3572 Kota Blitar 9.71 9.72 9.75 9.77
3573 Kota Malang 10.82 10.83 10.84 10.87
3574 Kota Probolinggo 8.35 8.52 8.53 8.67
3575 Kota Pasuruan 8.81 8.85 8.96 9.05
3576 Kota Mojokerto 9.67 9.97 9.98 10.11
3577 Kota Madiun 10.38 10.43 10.44 10.46
3578 Kota Surabaya 9.94 9.95 10.08 10.10
3579 Kota Batu 8.34 8.51 8.52 8.54
Sumber : BPS, Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 51
Wujud pemerataan dan perluasan akses pendidikan Jawa Timur
dilakukan dengan cara memperluas daya tampung satuan pendidikan,
memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari
berbagai golongan masyarakat yang berbeda secara sosial, ekonomi,
gender, geografis wilayah, dan tingkat kemampuan fisik serta intelektual.
Bertambahnya Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni
(APM) angka Tingkat Pendidikan Rata-rata dan Angka Melek Huruf
merupakan suatu indikator kunci keberhasilan pendidikan yang
berlangsung saat ini. Perkembangan pendidikan per jenjang pendidikan
pada tabel berikut:
Tabel 2.38
Capaian Kinerja Pendidikan per Jenjang Pendidikan di Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
INDIKATOR
KINERJA
CAPAIAN KINERJA PROGRAM
SAT 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah Siswa
a. SD/MI b. SMP/MTs
Org
3.932.929 1.740.034
4.057.910 1.729.283
4.222.205 1.833.471
4.289.957 1.853.100
4.492.919 1.844.834
Jumlah Siswa a. SMA
b. SMK
c. MA
Org
568.132
557.756
199.202
504.164
527.403
202.197
530.771
577.641
212.635
538.693
561.430
243.517
464.721
601.879
245.888
Jumlah Lembaga
a. SD/MI
b. SMP/MTs Unit
26.616
6.025
26.279
6.347
25.996
6.465
26.554
6.996
27.066
7.344
Jumlah Lembaga
a. SMA
b. SMK c. MA
Unit
1.261
1.029
1.099
1.269
1.108
1.159
1.263
1.202
1.185
1.285
1.349
1.294
1.324
1.457
1.320
Angka Partisipasi
Kasar (APK) a. SD/MI
b. SMP/MTs
c. SLTA
%
112,30
102,69
71,43
112,53
102,11
73,70
112,67
102,12
73,78
112,69
102,15
74,21
112,70
102,22
78,21
Sumber : Dinas Pendidikan Prov. Jatim
Berdasarkan data sebaran APK dan APM di Jawa Timur tahun 2009-
2012, menunjukkan bahwa terdapat kaitan yang erat antara capaian APK
pendidikan pada jenjang tertentu dengan jenjang di atasnya, atau dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan semakin berkurang
peserta didiknya. Untuk mencapai peningkatan APK pada jenjang yang
lebih tinggi, program Pemerintah Provinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 12 tahun.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 52
2009 2010 2011 2012 2013
113.3 112.3 112.67 112.69 112.7101.7 102.09 102.12 102.15 102.22
71.43 73.7 73.78 74.21 78.21
APK SD, SMP, SMA di Jawa Timur Tahun 2009-2013
SD SMP SMA
2.2.2.1.3. Angka Partisipasi Kasar
Angka partisipasi kasar (APK) merupakan salah satu indikator
kinerja utama dalam melihat keberhasilan program-program pendidikan
yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. APK untuk setiap
jenjang pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.25
Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan
SD/SLTP/SLTA sederajat dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga
18 tahun (7-12 untuk SD sederajat, 13-15 untuk SLTP sederajat dan 16-18
untuk SLTA sederajat, berapapun usianya yang sedang sekolah di tingkat
pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat
partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK
merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap
penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
Sasaran Nasional APK tahun 2012, terdapat dalam dokumen
Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014. Sasaran
APK SD (termasuk SDLB, MI, dan Paket A) sebesar 118,2 persen,
SLTP/MTs/Paket B sebesar 103,90 persen, dan SLTA/SMK/MA/Paket C
sebesar 79,0 persen.
Besaran APK SD di Jawa Timur tahun 2013 adalah 112,70 persen
meningkatn 0.01 poin bila dibandingkan dengan tahun 2012 adalah 112,69
persen. Bila APK SD dalam Renstra Kemdiknas 2010-2014 digunakan
sebagai dasar rujukan, maka capaian APK SD Jawa Timur tahun 2013
belum mencapai sasaran dan terpaut sebesar 5,50 persen poin. Begitu
halnya dengan APK SLTP, karena besarnya capaian APK SLTP Jawa Timur
tahun 2013 sebesar 102,21 persen, masih terpaut 1,68 persen dengan
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 53
target Renstra Kemdiknas 2010-2014. Sementara untuk APK SLTA di Jawa
Timur tahun 2013 sebesar 78,21 persen, terpaut 0,79 persen di bawah
sasaran APK SLTA tahun 2012 dalam Renstra Kemendiknas 2010-2014.
Tabel 2.39
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Di Jawa Timur 2009-2013
NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013
1 SD sederajat
1.1. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang
pendidikan SD/MI
4.451.717 4.426.538 4.569.814 4.488.775 4.592.919
3.1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
3.929.141 3.941.708 4.055.928 3.983.295 3.918.582
1.3. APK SD/MI 113,3 112,3 112,67 112,69 112,70
2 SMP sederajat
2.1.
Jumlah siswa yang
bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs
1.852.005 1.899.146 1.888.485 1.785.512 1.844.834
2.2.
Jumlah penduduk
kelompok usia 13-15 tahun
1.821.047 1.860.266 1.849.280 1.747.931 2.037.568
2.3. APK SMP/MTs 101,7 102,09 102,12 102,15 102.21
3 SLTA sederajat
3.1.
Jumlah siswa yang
bersekolah di jenjang
pendidikan SMA/MA/SMK
1.191.452 1.231.707 1.285.830 1.343.928 1.212.488
3.2.
Jumlah penduduk
kelompok usia 16-18 tahun
1.667.999 1.671.244 1.742.789 1.810.980 1.021.858
3.3. APK SMA/MA/SMK 71,43 73,7 73,78 74,21 78,21
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan data sebaran APK kabupaten/kota di Jawa Timur tahun
2013, menunjukkan bahwa terdapat kaitan yang erat antara capaian APK
pendidikan pada jenjang tertentu dengan jenjang di atasnya. Dari hasil
analisis ini dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai peningkatan APK
pada jenjang yang lebih tinggi, mesti dimulai dengan program lebih nyata
untuk peningkatan APK pada jenjang di bawahnya terlebih dahulu. Salah
satu agenda program Pemerintah Provinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah
Wajar Dikdas 12 tahun, maka diperlukan upaya peningkatan capaian APK
SLTP, terutama untuk kabupaten yang masih rendah capaiannya.
Pada tahun 2013 ini seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur APK SD
di atas 100 persen. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa banyak anak
yang sekolah di SD umurnya diluar 7-12 tahun, dan diduga masih kurang
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 54
dari 7 tahun. Begitu pula APK SLTP juga diatas 100 persen. Karena
banyak kita jumpai anak anak yang usianya belum genap 7 tahun sudah
sekolah SD dan imbasnya saat masuk SMP usianya kurang dari 13 tahun
kondisi demikian yang menyebabkan APK SD dan SMP diatas 100 persen.
Sementara APK SLTA cenderung lebih rendah, hal ini diduga banyak anak
tamatan SLTP yang tidak melanjutkan kejenjang SLTA.
Capaian APK di Jawa Timur sekolah setingkat SD tahun 2013
tertinggi adalah Kota Blitar sebesar 141,66 persen dan yang terendah
adalah Kabupaten Sidoarjo sebesar 105,04 persen. Untuk APK SMP
tertinggi adalah Kota Blitar sebesar 137,31 persen dan terendah adalah
Kabupaten Probolinggo sebesar 94,03 persen. Sedangkan APK sekolah
setingkat SMA yang tertinggi adalah Kota Blitar sebesar 117,52 persen dan
terendah Kabupaten Sampang sebesar 48,38 persen.
Tabel 2.40
Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Tahun 2011-2013
No. Kabupaten/Kota APK SD APK SLTP APK SLTA
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
1. Kab. Pacitan 108,24 108,25 108,43 95,75 96,32 96,49 63,53 63,62 68,06
2. Kab. Ponorogo 112,59 112,60 112,71 109,75 109,76 109,67 76,06 76,19 79,61
3. Kab. Trenggalek 120,47 120,48 120,34 103,42 103,43 103,43 69,86 69,89 74,13
4. Kab. Tulungagung 107,68 107,69 107,96 105,40 105,41 105,41 69,19 69,21 71,32
5. Kab. Blitar 104,94 104,96 105,05 99,96 99,97 99,98 62,32 62,40 66,60
6. Kab. Kediri 105,06 105,30 105,47 103,81 103,82 103,82 59,50 59,64 61,63
7. Kab. Malang 108,23 109,67 109,79 94,27 94,64 96,19 61,58 61,62 64,25
8. Kab. Lumajang 108,80 108,81 108,91 98,34 98,70 98,80 56,30 56,41 63,51
9. Kab. Jember 107,92 107,93 107,95 98,04 98,05 98,10 62,29 62,40 65,29
10. Kab. Banyuwangi 107,79 109,72 109,90 99,56 99,57 99,73 66,86 67,06 79,77
11. Kab. Bondowoso 114,21 114,21 114,24 97,97 97,99 98,01 76,79 76,81 77,97
12. Kab. Situbondo 115,29 115,29 114,70 99,11 99,12 99,12 62,76 62,79 66,72
13. Kab. Probolinggo 129,76 129,76 128,82 93,96 93,97 94,03 58,81 58,84 59,83
14. Kab. Pasuruan 111,39 112,21 112,29 97,48 98,20 98,27 80,30 80,39 84,76
15. Kab. Sidoarjo 104,63 104,64 105,04 99,38 99,39 99,40 83,91 83,97 86,77
16. Kab. Mojokerto 115,24 115,25 115,05 113,05 113,06 112,66 71,32 72,89 75,41
17. Kab. Jombang 105,57 105,59 105,78 107,85 107,86 105,04 89,38 89,53 92,50
18. Kab. Nganjuk 114,12 115,43 115,54 109,13 109,14 108,95 71,36 71,39 73,92
19. Kab. Madiun 111,65 111,66 111,79 98,08 98,39 98,43 65,66 65,86 67,57
20. Kab. Magetan 105,47 105,68 105,90 110,96 110,97 110,35 86,98 87,13 88,72
21. Kab. Ngawi 118,08 118,10 118,20 95,62 96,05 96,46 81,21 81,40 84,17
22. Kab. Bojonegoro 118,22 118,23 117,97 107,62 107,63 107,35 83,70 83,74 84,67
23. Kab. Tuban 108,85 108,86 109,02 104,65 104,66 102,52 61,36 61,44 66,44
24. Kab. Lamongan 112,30 112,37 112,66 103,05 103,06 103,64 83,72 84,53 87,45
25. Kab. Gresik 105,56 105,60 106,01 96,86 97,03 97,27 73,68 75,00 81,22
26. Kab. Bangkalan 128,71 128,72 128,28 95,46 95,50 95,57 50,33 51,14 58,34
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 55
9,0615,03
29,2720,13
20,565,95
Tdk/Belum Sekolah Tidak Tamat SDTamat SD Sederajat Tamat SLTP Sederajat
No. Kabupaten/Kota APK SD APK SLTP APK SLTA
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
27. Kab. Sampang 107,38 107,38 107,34 94,05 94,06 94,11 44,61 44,81 48,38
28. Kab. Pamekasan 124,02 124,03 122,99 98,81 98,82 98,85 61,76 62,07 66,87
29. Kab. Sumenep 127,14 127,14 126,18 94,09 94,10 94,17 69,87 70,09 71,62
30. Kota Kediri 148,85 148,86 141,17 137,19 137,20 137,20 109,92 109,95 115,20
31. Kota Blitar 159,65 159,66 141,66 137,11 137,13 137,13 116,42 116,43 117,52
32. Kota Malang 109,51 109,59 110,41 117,54 117,55 117,55 98,26 101,19 105,78
33. Kota Probolinggo 112,73 112,74 113,01 116,41 116,42 116,42 96,13 97,72 103,83
34. Kota Pasuruan 114,29 114,67 115,16 125,67 125,68 125,68 101,44 101,47 103,68
35. Kota Mojokerto 152,84 152,85 115,05 126,47 126,49 112,66 102,45 102,46 75,41
36. Kota Madiun 142,91 142,92 134,09 121,78 121,79 121,79 101,35 101,39 106,57
37. Kota Surabaya 109,51 109,52 109,56 110,01 110,02 110,03 93,71 100,03 104,08
38. Kota Batu 132,89 132,90 127,44 117,30 117,32 117,32 85,70 85,77 87,07
Provinsi 112,67 112,69 112,70 102,12 102,15 102,22 73,78 74,21 78,21
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
2.2.2.1.4. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan
Angka pendidikan yang ditamatkan (APT) bermanfaat untuk
menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah, juga
berguna untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama
untuk melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah. APT
merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah
ataupun tidak sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah
ditamatkan.
Gambar 2.26
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Usia 15 Tahun Keatas di Jawa Timur, Tahun 2012
Sumber : BPS Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 56
Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur tahun 2012 sebagian
besar tamatan SD yaitu sebesar 29.27 persen dan yang menamatkan
perguruan tinggi sebesar 5.95 persen. Yang menjadi perhatian disini
adalah yang tidak punya ijazah sebesar 24.09 persen (Tidak/belum sekolah
dan tidak tamat SD), jadi hampir sekitar seperempat penduduk usia 15
tahun keatas tidak memiliki ijazah. Tentunya hal ini menjadi perhatian
yang serius untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada.
Jika dilihat perkembangan pertahun penduduk usia 15 tahun keatas
yang sudah menyelesaikan pendidikan SLTP keatas terus mengalami
peningkatan, pada tahun 2008 yang menamatkan pendidikan SLTP keatas
sebesar 31,97 persen menjadi 46,64 persen pada tahun 2012. Kondisi
yang cukup baik ini diiringi pula oleh menurunnya persentase penduduk
yang tidak punya ijazah terus menurun, yaitu pada tahun 2008 penduduk
yang tidak punya ijazah sebesar 26,07 persen menjadi 24,09 persen pada
tahun 2012.
Tabel 2.41
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Umur 15 Tahun Ke atas di Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
Uraian 2009 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5)
Laki-laki
Tidak/belumsekolah 5,49 6,11 5,59 4,91
TidaktamatSD 15,92 13,49 14,80 14,66
SD 27,27 31,81 30,50 29,81
SLTP 19,80 20,86 20,95 20,67
SLTA 24,76 22,01 22,40 23,51
PT 6,76 5,72 5,76 6,43
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00
N(000jiwa) 13.460,438 13.748,067 13.701,56 14.094.534
Perempuan
Tidak/belumsekolah 14,28 15,44 13,78 13,00
TidaktamatSD 17,08 14,39 16,12 15,37
SD 26,07 30,15 28,59 28,75
SLTP 18,45 18,45 19,32 19,62
SLTA 17,97 16,54 16,86 17,76
PT 6,15 5,02 5,34 5,50
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00
N(000jiwa) 14478,659 14.534,031 14.542,47 14.869.127
Laki-laki+ Perempuan
Tidak/belumsekolah 10,05 10,91 9,80 9,06
TidaktamatSD 16,52 13,95 15,48 15,03
SD 26,65 30,96 29,51 29,27
SLTP 19,10 19,62 20,11 20,13
SLTA 21,24 19,20 19,55 20,56
PT 6,44 5,36 5,55 5,95
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00
N(000jiwa) 27.939.097 28.282.098 28.244.026 28.963.661
Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 57
Bila dilihat per Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Kota Malang
merupakan daerah yang mempunyai persentase tertinggi penduduk yang
berijazah perguruan tinggi (17,86 persen) dibandingkan kabupaten/kota
lainnya. Sedangkan Kabupaten Sampang merupakan daerah yang
mempunyai persentase tertinggi penduduk yang belum sekolah/ tidak
tamat SD (30,81 persen). Tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk
akan sangat berpengaruh terhadap angka IPM, karena akan
mempengaruhi rata-rata lama sekolah yang merupakan unsur pembentuk
IPM.
Tabel 2.42
Persentase Penduduk Usia 15 tahun Keatas Berdasar Ijazah Yang Dimiliki
Menurut Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Tahun 2012
NO Kabupaten/kota Tidak/belum
sekolah Tidaktamat
SD SD SLTP SLTA PT Jumlah
Jumlah Penduduk
1. Kab. Pacitan 10,49 13,39 40,15 21,2 10,7 4,08 100,00 426.801
2. Kab. Ponorogo 6,6 20,58 29,49 21,07 17,24 5,01 100,00 674.753
3. Kab. Trenggalek 4,28 15,25 39,02 23,09 13,8 4,56 100,00 529.610
4. Kab. Tulungagung 4,43 12,41 32,74 24,88 20,41 5,13 100,00 762.829
5. Kab. Blitar 6,91 16,31 34,41 22,79 15,4 4,19 100,00 858.810
6. Kab. Kediri 5,54 16,45 29,47 22,84 21,55 4,14 100,00 1.143.291
7. Kab. Malang 7,39 18,95 32,32 20,16 16,84 4,34 100,00 1.883.845
8. Kab. Lumajang 12,82 18,02 38,82 15,77 11,25 3,31 100,00 777.144
9. Kab. Jember 14,66 20,37 31,41 15,56 13,56 4,43 100,00 1.778.614
10. Kab. Banyuwangi 7,39 20,17 28,42 20,63 17,97 5,43 100,00 1.194.979
11. Kab. Bondowoso 12,76 27,65 30,39 12,88 11,32 5,01 100,00 577.866
12. Kab. Situbondo 18,86 22,71 26,72 14,81 12,64 4,26 100,00 512.577
13. Kab. Probolinggo 12,03 27,21 31,65 14,31 11,23 3,57 100,00 840.912
14. Kab. Pasuruan 7,62 20,18 33,77 18,21 17,67 2,56 100,00 1.164.719
15. Kab. Sidoarjo 2,02 6,46 17,8 24,73 38,13 10,87 100,00 1.522.964
16. Kab. Mojokerto 5,11 15,46 25,58 26,29 23,39 4,18 100,00 794.998
17. Kab. Jombang 5,88 12,44 27,96 25,51 23,75 4,45 100,00 912.817
18. Kab. Nganjuk 7,15 14,62 31,98 20,8 19,49 5,95 100,00 780.474
19. Kab. Madiun 9,17 16,47 28,34 20,81 20,97 4,24 100,00 517.736
20. Kab. Magetan 6,66 13,67 30,77 19,09 23,66 6,15 100,00 488.041
21. Kab. Ngawi 14,37 14,9 29,21 23,11 14,22 4,19 100,00 637.787
22. Kab. Bojonegoro 11,84 14,57 34,14 22,36 14,39 2,7 100,00 943.980
23. Kab. Tuban 13,93 14,08 34,52 20,22 14,21 3,04 100,00 873.128
24. Kab. Lamongan 8,94 15,78 26,42 23,17 19,33 6,35 100,00 918.933
25. Kab. Gresik 4,27 9,9 21,55 24,66 31,97 7,65 100,00 905.259
26. Kab. Bangkalan 21,85 13,09 39,38 12,26 9,94 3,47 100,00 665.031
27. Kab. Sampang 30,81 25,75 26,62 9,09 6,1 1,62 100,00 644.078
28. Kab. Pamekasan 15,68 17,55 33,61 15,81 13,69 3,66 100,00 609.762
29. Kab. Sumenep 25,47 17,65 31,12 12,78 10,23 2,74 100,00 824.473
30. Kota Kediri 2,31 8,76 17,83 21,46 37,37 12,27 100,00 208.873
31. Kota Blitar 2,21 10,36 20,13 23,56 33,06 10,68 100,00 101.662
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 58
NO Kabupaten/kota Tidak/belum
sekolah Tidaktamat
SD SD SLTP SLTA PT Jumlah
Jumlah Penduduk
32. Kota Malang 2,35 5,89 16,45 18,64 38,8 17,86 100,00 647.468
33. Kota Probolinggo 5,59 11,66 23,65 19,37 30,55 9,18 100,00 165.351
34. Kota Pasuruan 3,17 12,04 23,19 21,31 30,02 10,27 100,00 140.026
35. Kota Mojokerto 2,48 7,3 14,77 21,74 39,28 14,42 100,00 92.582
36. Kota Madiun 2,23 5,79 16,16 22,02 39,95 13,85 100,00 133.681
37. Kota Surabaya 2,91 6,44 19,83 20,67 36,37 13,77 100,00 2.160.062
38. Kota Batu 3,53 14,14 28,3 20,34 26,6 7,09 100,00 147.745
Provinsi 9,25 15,58 29,01 19,97 20,30 5,88 100,00 28.963.661
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
2.2.2.1.5. Angka Partisipasi Murni (APM)
APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah
siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah
penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut.
Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia
sekolah di setiap jenjang pendidikan. Seperti halnya APK, APM juga
merupakan salah satu indikator tonggak kunci keberhasilan (Key
Development Milestones) terhadap pemerataan serta perluasan akses
pendidikan (Renstra Kemdiknas 2010-2014). Sasaran APM untuk SD
ditetapkan sebesar 95,70 persen, SLTP sebesar 75,40 persen.
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia
yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di
usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia
sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM di suatu jenjang pendidikan
didapat dengan membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang
sedang bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan
dengan jenjang sekolah tersebut. Seperti APK, APM juga merupakan
indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan.
Seperti halnya APK, APM juga merupakan salah satu indikator tonggak
kunci keberhasilan (Key Development Milestones) terhadap pemerataan
serta perluasan akses pendidikan (Renstra Kemdiknas 2010-2014).
Sasaran APM di untuk SD ditetapkan sebesar 95,70 persen, SLTP sebesar
75,40 persen.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 59
Tabel 2.43
APM SD, SLTP, dan SLTA Jawa Timur 2009-2013 dan sasaran APM dalm Renstra Depdiknas
Tahun SD SLTP SLTA
(1) (2) (3) (4)
2009 97,71 85,44 51,96 2010 97,08 85,94 53,97 2011 97,16 85,96 54,97 2012 97,23 86,07 55,94 2013 97,83 86,36 59,78
Sumber : Dinas Pendidikan Jawa Timur
Secara umum dalam empat tahun terakhir 2009-2013, terjadi
peningkatan APM di Jawa Timur untuk semua jenjang pendidikan. Pada
jenjang pendidikan SD, angka APM berfluktuasi pada tahun 2009 hingga
2010 mengalami penurunan, namun sejak tahun 2010 hingga tahun 2013
menunjukkan peningkatan. Sementara APM SLTP Jawa Timur 2009-2013
terus mengalami peningkatan mulai 85,44 persen pada tahun 2009
meningkat menjadi 86,36 persen pada tahun 2013, setiap tahunnya rata-
rata naik sebesar 0,23 persen poin. Demikian halnya untuk jenjang
pendidikan SLTA, capaian APM Jawa Timur tahun 2013 sebesar 59,78
persen, meningkat 7,82 persen poin, bila dibandingkan APM tahun 2009
yaitu 51,96 persen.
Capaian APM Jawa Timur jika diukur dengan sasaran Renstra
Kemdiknas untuk SD telah melampui 1,53 persen poin sedangkan untuk
SLTP melampui sebesar 10,67 persen.
Tabel 2.44
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/PAKET A, SMP/MTs/PAKET B dan SMA/SMK/PAKET C Per Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Tahun 2011-2013
No Kabupaten/Kota APM SD/Mi Paket A APM SMP/Mts/ Paket B APM SMA/SMK/Paket C
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
1. Kab. Pacitan 99,46 99,47 99,49 88,87 88,88 88,91 56,72 56,79 56,92
2. Kab. Ponorogo 99,17 99,18 99,20 98,90 98,90 98,93 60,16 60,20 60,64
3. Kab. Trenggalek 97,02 97,03 97,50 85,55 85,56 85,61 54,18 54,28 56,27
4. Kab. Tulungagung 98,32 98,33 98,52 90,20 90,21 90,29 53,62 53,69 53,81
5. Kab. Blitar 94,58 94,78 94,94 83,52 83,53 83,57 44,84 45,40 50,51
6. Kab. Kediri 94,84 94,93 95,15 84,14 84,15 84,25 42,88 43,28 48,36
7. Kab. Malang 94,59 94,89 95,12 75,25 75,26 75,37 44,49 44,64 49,42
8. Kab. Lumajang 99,48 99,49 99,67 98,17 98,17 98,18 53,63 53,84 55,36
9. Kab. Jember 95,87 95,88 96,05 78,44 78,27 78,33 47,38 47,69 48,66
10. Kab. Banyuwangi 96,05 96,25 96,79 83,71 83,72 83,80 49,08 49,25 53,08
11. Kab. Bondowoso 99,02 99,03 99,04 87,76 86,60 86,63 57,64 57,66 57,72
12. Kab. Situbondo 92,98 93,00 93,40 98,65 90,84 90,85 48,08 48,44 50,96
13. Kab. Probolinggo 96,87 96,88 97,04 73,21 72,50 72,54 38,11 38,30 40,00
14. Kab. Pasuruan 94,35 94,90 95,03 91,80 91,81 91,85 55,56 55,66 61,86
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 60
No Kabupaten/Kota APM SD/Mi Paket A APM SMP/Mts/ Paket B APM SMA/SMK/Paket C
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
15. Kab. Sidoarjo 94,07 94,26 94,59 80,86 80,87 80,90 62,54 62,57 63,30
16. Kab. Mojokerto 99,45 99,46 99,47 94,69 94,70 94,74 56,20 56,23 60,01
17. Kab. Jombang 94,25 94,35 95,26 89,36 89,37 89,42 66,24 66,25 69,60
18. Kab. Nganjuk 98,57 98,58 98,80 88,92 88,93 88,97 53,38 53,41 58,28
19. Kab. Madiun 79,12 87,72 79,12 79,13 47,35 47,39
20. Kab. Magetan 94,38 95,23 95,28 91,37 91,38 91,43 62,05 62,11 62,28
21. Kab. Ngawi 98,67 98,96 99,01 90,77 90,78 90,83 64,04 64,09 64,18
22. Kab. Bojonegoro 99,02 99,04 99,37 93,85 93,86 93,88 69,18 69,21 74,55
23. Kab. Tuban 97,57 97,59 97,77 85,93 85,94 85,99 44,60 44,83 49,50
24. Kab. Lamongan 98,46 98,92 99,35 82,32 82,33 82,83 59,49 59,50 62,59
25. Kab. Gresik 92,56 93,53 93,95 86,13 86,14 86,18 57,26 57,30 63,87
26. Kab. Bangkalan 97,21 97,22 85,25 83,68 42,76 43,29
27. Kab. Sampang 93,15 93,16 93,33 73,88 73,72 73,75 21,66 21,99 31,10
28. Kab. Pamekasan 97,97 97,98 98,01 83,98 82,02 82,06 57,59 58,74 58,87
29. Kab. Sumenep 93,42 93,44 93,84 72,48 72,32 72,39 50,88 50,91 51,03
30. Kota Kediri 116,15 116,16 112,55 115,43 115,43 115,44 66,70 77,20 89,96
31. Kota Blitar 146,06 146,06 128,07 114,17 114,17 114,19 88,57 88,63 94,25
32. Kota Malang 108,30 108,31 107,92 94,38 94,39 94,51 69,31 74,70 75,74
33. Kota Probolinggo 103,11 103,12 102,71 95,04 95,05 95,09 70,49 70,52 75,04
34. Kota Pasuruan 106,99 107,00 107,77 101,18 101,18 101,20 93,57 93,58 93,58
35. Kota Mojokerto 121,30 121,31 113,63 103,32 103,32 103,34 79,24 79,26 84,90
36. Kota Madiun 130,06 130,07 126,21 103,37 103,37 103,39 74,24 75,71 77,31
37. Kota Surabaya 98,79 98,80 98,90 94,23 94,24 94,36 67,65 73,28 87,11
38. Kota Batu 103,92 103,93 103,08 94,98 94,99 95,04 64,52 64,65 66,41
Provinsi 97,16 97,23 97,83 85,96 86,07 86,36 54,9
7 55,94 59,78
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 61
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Gambar 2.27
APM SD sederajat menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 62
Capaian APM anak sekolah SD sederajat per kabupaten/kota di Jawa
Timur pada tahun 2013 menunjukkan angka yang bervariasi. Dari 38
Kabupaten/Kota di Jawa Timur, terdapat 13 wilayah yang APM SD nya
dibawah capaian provinsi dan 25 wilayah yang capaiannya di atas APM SD
provinsi.
APM SD tertinggi adalah di Kota Blitar sebesar 128,07 persen dan
yang terendah di Kabupaten Sampang sebesar 93,33 persen. Tingginya
APM SD di Kota Blitar kemungkinan karena banyaknya anak usia 7-12
tahun dari Kabupaten Blitar yang bersekolah pada sekolah-sekolah di Kota
Blitar, dan hal ini juga yang menyebabkan Kabupaten Blitar APM SD nya
lebih rendah dari Kota Blitar. Hal yang sama juga terjadi pada enam
wilayah kota lainnya yaitu Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Blitar, Kota
Malang, Kota Probolinggo, Kota Madiun, Kota Batu dan Kota Kediri.
Keenam kota ini APM SD nya di atas 100 persen.
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/Mts/Paket B Per kabupaten/Kota Tahun 2012
Dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur, terdapat 12 wilayah yang
APM SLTP nya di bawah capaian provinsi dan 26 wilayah yang capaiannya
di atas APM SLTP provinsi.
APM SLTP tertinggi adalah di Kota Kediri sebesar 115,44 persen dan
yang terendah di Kabupaten Sumenep sebesar 72,39 persen. Ada lima
wilayah di Jawa Timur yang APM SLTPnya diatas 100 persen, yaitu Kota
Kediri, Kota Blitar, Kota Madiun, Kota Mojokerto dan Kota Pasuruan.
Tingginya APM SLTP di lima wilayah tersebut diduga karena adanya anak-
anak sekolah dari wilayah kabupaten setempat.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 63
Gambar 2.28
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 64
Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C Menurut Kabupaten/Kota
Pada tahun 2013 APM SMA Jawa Timur sebesar 59,78 persen
capaian ini tentunya masih jauh dari yang diharapkan. Besaran APM SMA
Jawa Timur ini memberikan gambaran sekitar lima puluh persen penduduk
Jawa Timur yang berusia 16-18 tahun tidak sedang sekolah di bangku
SMA.
Dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur 17 wilayah capaian APM
SMA nya dibawah capaian Jawa Timur dan 21 wilayah capaian APM
SMAnya diatas capaian Jawa Timur. APM SMA tertinggi adalah Kota Blitar
Gambar 2.29
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 65
sebesar 94,25 persen dan yang terendah adalah Kabupaten Sampang
sebesar 31,10 persen. Besarnya selisih capaian APM SMA ini
mengindikasikan adanya ketimpangan pendidikan antar Kabupaten/Kota di
Jawa Timur.
2.2.2.2 Kesehatan
Beberapa indikator yang digunakan untuk mengambarkan kondisi
kesejahteraan sosial masyarakat antara lain angka kelangsungan hidup
bayi (AKHB), usia harapan hidup, dan jumlah balita yang mengalami kasus
gizi buruk.
2.2.2.2.1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi
Angka kelangsungan hidup bayi merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan suatu daerah, terutama di sektor kesehatan.
Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) merupakan cermin ukuran dari
angka kematian bayi yang dihitung berdasarkan perbandingan antara
jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 1 tahun dengan jumlah
kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu. Secara matematis AKHB = (1-
angka kematian bayi). Angka kematian bayi merupakan jumlah kematian
bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun yang sama.
Angka kelangsungan hidup bayi dilihat dari data kematian Per 1000
kelahiran hidup sekitar 974 pada tahun 2012. Data tersebut memberikan
makna bahwa dari 1000 kelahiran hidup terdapat 974 bayi yang mencapai
usia 1 tahun. Sementara angka kematian bayi tahun 2012 diproyeksikan
menurun menjadi 25,95 Per 1000 kelahiran hidup. Dengan demikian angka
kelangsungan hidup bayi berbanding terbalik dengan angka kematian bayi.
Semakin rendah angka kematian bayi, maka semakin besar peluang
kelangsungan hidup bayi. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran terus
menurun. Angka harapan hidup makin meningkat, dan persentase balita
dengan kasus gizi buruk terus menyusut.
Angka kematian bayi perlu terus ditekan, karena merupakan
indikator penting di bidang kesehatan, hal ini menentukan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Angka kematian bayi di Jawa Timur terus
menurun, yaitu hingga 28,31 per 1.000 kelahiran.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 66
Tabel 2.45
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Di Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
No. Indikator 2009 2010 2011 2012*)
1. Angka Kematian Bayi (AKB) 31,41 29,29 29,24 25,95
2. Angka Kelangsungan Hidup
Bayi (AKHB) 968,59 970,71 970,76 974,05
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Keterangan : *) Angka Sementara
2.2.2.2.2. Angka Usia Harapan Hidup
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial
ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup
penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui
Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses
terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan
kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga
memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada
gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
memperpanjang usia harapan hidupnya
Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka
Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya
diperoleh dari catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga
dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi karena sistem registrasi
penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk
menghitung Angka Harapan Hidup digunakan cara tidak langsung dengan
program Mortpak Lite.
Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh BPS RI dengan metode
tidak langsung, rata-rata AHH di Jawa Timur selama empat tahun terakhir
(2009 – 2012) menunjukkan trend meningkat yaitu dari 69,15 (2009)
menjadi 70,09 (2012).
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 67
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Pada umumnya kabupaten-kabupaten di wilayah “tapal kuda”
seperti Kabupaten Sampang, Probolinggo, Bondowoso, Jember, Sumenep,
Bangkalan, Pamekasan, Situbondo, dan Pasuruan memiliki usia harapan
hidup yang terendah dibandingkan dengan daerah “kulonan” (Jawa
Timur bagian barat). AHH pada wilayah “Tapal Kuda” berkisar pada angka
64 hingga 66 tahun untuk perempuan dan 60 hingga 63 tahun untuk laki-
laki. Wilayah yang memiliki usia harapan hidup yang cukup tinggi adalah
Kabupaten Tulungagung, Kota Mojokerto, Kabupaten Pacitan, Kota Blitar
dengan 74 - 75 tahun untuk perempuan dan 71,56 tahun untuk laki-laki.
Tabel 2.46
Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
Kode Kabupaten/Kota (Tahun)
2009 2010 2011 2012
3501 Pacitan 71.04 71.26 71.48 71.69
3502 Ponorogo 69.62 69.93 70.24 70.55
3503 Trenggalek 71.36 71.62 71.87 72.13
3504 Tulungagung 71.23 71.48 71.72 71.95
3505 Blitar 70.66 70.88 71.09 71.30
3506 Kediri 69.42 69.66 69.90 70.15
3507 Malang 68.70 68.96 69.23 69.50
3508 Lumajang 66.87 67.17 67.46 67.75
71.271.64 71.84
72.09
67.267.66 67.88
68.19
69.1569.6
69.8170.09
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
2009 2010 2011 2012
Gambar 2.30Angka Harapan Hidup Penduduk Jawa Timur
Tahun 2009-2012
Perempuan Laki Lk + Pr
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 68
Kode Kabupaten/Kota (Tahun)
2009 2010 2011 2012
3509 Jember 62.66 62.84 63.03 63.21
3510 Banyuwangi 67.18 67.58 67.98 68.38
3511 Bondowoso 62.92 63.23 63.54 63.85
3512 Situbondo 63.02 63.19 63.36 63.52
3513 Probolinggo 60.85 61.13 61.42 61.70
3514 Pasuruan 63.70 64.01 64.31 64.61
3515 Sidoarjo 70.31 70.55 70.79 71.03
3516 Mojokerto 69.97 70.19 70.42 70.64
3517 Jombang 69.99 70.09 70.18 70.28
3518 Nganjuk 68.67 68.89 69.11 69.33
3519 Madiun 68.72 68.90 69.07 69.25
3520 Magetan 70.93 71.17 71.41 71.66
3521 Ngawi 69.58 69.91 70.24 70.57
3522 Bojonegoro 67.01 67.15 67.28 67.42
3523 Tuban 67.56 67.78 68.00 68.21
3524 Lamongan 68.02 68.20 68.37 68.55
3525 Gresik 70.73 70.98 71.22 71.47
3526 Bangkalan 63.16 63.32 63.48 63.65
3527 Sampang 62.34 63.00 63.49 63.98
3528 Pamekasan 63.59 63.99 64.39 64.79
3529 Sumenep 64.53 64.71 64.89 65.07
3571 Kota Kediri 70.18 70.41 70.64 70.86
3572 Kota Blitar 71.95 72.23 72.51 72.80
3573 Kota Malang 69.96 70.32 70.68 70.97
3574 Kota Probolinggo 69.83 70.17 70.52 70.86
3575 Kota Pasuruan 66.33 66.37 66.41 66.46
3576 Kota Mojokerto 71.35 71.56 71.78 72.00
3577 Kota Madiun 70.81 71.01 71.22 71.42
3578 Kota Surabaya 70.71 71.01 71.27 71.53
3579 Kota Batu 69.16 69.44 69.72 70.00
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
2.2.2.2.3. Persentase Balita Gizi Buruk
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat
diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur
maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah
ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar,
anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang.
Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 69
Sumber : Survei Prevalensi Gizi 2010-2012
Persentase balita gizi buruk di Jawa Timur terus mengalami
penurunan, dari 4,80 persen tahun 2007 (Riskesdas, 2007) kemudian
berdasarkan hasil survei gizi balita di Jawa Timur tahun 2010
persentasenya menjadi 4,06 persen dan pada tahun 2011 menjadi 3,88
persen. Kemudian dari hasil survei gizi balita di Jawa Timur tahun 2012,
persentase balita bergizi buruk menjadi 2,30 persen. Hal ini dimungkinkan
karena adanya pencanangan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-
PG) tahun 2011-2015 oleh Pemprov Jawa Timur yang sesuai dengan
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan
yang berkeadilan yang terfokus pada penurunan kemiskinan dan
kelaparan.
Gambar 2.31
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 70
No. Kabupaten/Kota Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Jumlah
01 Kab. Paci tan 5.06 87.34 7.59 100.00
02 Kab. Ponorogo 1.18 7.06 88.23 3.53 100.00
03 Kab. Trenggalek 1.25 7.5 88.75 2.5 100.00
04 Kab. Tulungagung 1.27 11.39 84.81 2.53 100.00
05 Kab. Bl i tar 3.33 11.11 76.67 8.89 100.00
06 Kab. Kediri 7.29 16.67 73.96 2.08 100.00
07 Kab. Malang 0.85 10.26 84.62 4.27 100.00
08 Kab. Lumajang 3.61 19.28 69.88 7.23 100.00
09 Kab. Jember 3.54 17.7 71.68 7.08 100.00
10 Kab. Banyuwangi 5.1 20.41 73.47 1.02 100.00
11 Kab. Bondowoso 6.25 25 65.00 3.75 100.00
12 Kab. Si tubondo 7.79 24.68 62.34 5.19 100.00
13 Kab. Probol inggo 11.49 25.29 63.22 100.00
14 Kab. Pasuruan 8.79 25.27 60.45 5.49 100.00
15 Kab. Sidoarjo 2.97 9.9 80.20 6.93 100.00
16 Kab. Mojokerto 2.35 7.06 85.88 4.71 100.00
17 Kab. Jombang 2.17 18.48 76.09 3.26 100.00
18 Kab. Nganjuk 4.76 13.1 80.95 1.19 100.00
19 Kab. Madiun 1.32 18.42 76.31 3.95 100.00
20 Kab. Magetan 2.35 14.12 74.12 9.41 100.00
21 Kab. Ngawi 4.6 11.49 77.01 6.9 100.00
22 Kab. Bojonegoro 4.6 17.24 78.20 1.15 100.00
23 Kab. Tuban 3.41 19.32 73.74 3.41 100.00
24 Kab. Lamongan 3.53 20 76.43 2.35 100.00
25 Kab. Gres ik 1.22 12.2 75.65 8.54 100.00
26 Kab. Bangkalan 3.61 27.71 67.47 4.82 100.00
27 Kab. Sampang 25.32 72.15 2.53 100.00
28 Kab. Pamekasan 15 76.36 100.00
29 Kab. Sumenep 8.64 23.46 68.67 3.7 100.00
71 Kota Kediri 4.17 11.11 75.19 6.94 100.00
72 Kota Bl i tar 6.76 5.41 87.93 5.41 100.00
73 Kota Malang 1.25 10 79.40 3.75 100.00
74 Kota Probol inggo 6.85 13.7 79.56 2.74 100.00
75 Kota Pasuruan 4 16 81.33 2.67 100.00
76 Kota Mojokerto 10.14 84.06 5.8 100.00
77 Kota Madiun 7.04 82.88 8.45 100.00
78 Kota Surabaya 1.63 15.45 69.84 11.38 100.00
79 Kota Batu 3.33 14.44 79.78 2.22 100.00
35 Jawa Timur 3.56 15.41 76.39 4.64 100.00
Tabel 2.47
Persentase balita Menurut Status Gizi Tahun 2012
Sumber : Survey Prevalensi Gizi Balita Tahun 2012
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 71
2.2.2.3 Ketenagakerjaan 2.2.2.3.1. Rasio Penduduk Yang Bekerja
Gambaran situasi ketenagakerjaan secara Nasional dapat diperoleh
dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilaksanakan
secara triwulanan sejak tahun 2011. Data ketenagakerjaan per triwulanan
pada umumnya dapat menjelaskan kondisi ketenagakerjaan yang bersifat
musiman. Hal ini dikarenakan sebagian besar tenaga kerja di Jawa Timur
khususnya dan Indonesia pada umumnya masih bertumpu pada sektor
Pertanian yang banyak dipengaruhi oleh perubahan iklim.
Pada triwulan ketiga 2012, situasi ketenagakerjaan di Jawa Timur
masih relatif membaik meskipun hubungan industrial antara pengusaha
dan buruh belum harmonis, terutama dengan adanya tuntutan buruh yang
terkait dengan penentuan upah minimum kabupaten/kota (UMK), upah
minimum sektoral (UMS) dan penghapusan sistem outsourching. Jumlah
pekerja di Jawa Timur pada Agustus 2012 tercatat sebanyak 19,081 juta
orang atau meningkat 141.655 orang dibandingkan Agustus 2011.
Sementara jumlah angkatan kerja di Jawa Timur mengalami peningkatan
139.672 orang yaitu dari 19,761 juta orang tahun 2011 menjadi 19,901
juta orang pada tahun 2012. Sedangkan kondisi tahun 2013 (Februari),
jumlah angkatan kerja mencapai 20.095 juta orang dengan jumlah pekerja
sebanyak 19.291. Dengan demikian peningkatan jumlah pekerja menjadi
tidak signifikan jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan
kerja. Hal ini dapat menggambarkan bahwa kompetisi diantara angkatan
kerja semakin ketat.
Gambar 2.32
Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan dan Pekerja di Jawa Timur Tahun 2009 – 2013 (Jutaan Orang)
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 72
Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja
dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan
kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan
kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan
angkatan kerja. Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang
atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan
sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses
produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian,
keterampilan dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja (demand
for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan/ketersediaan
pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan
demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas
tenaga kerja. Rasio penduduk yang bekerja pada tahun 2012 sebesar
95,88 persen yang berarti bahwa dari 100 orang jumlah angkatan kerja,
terdapat 96 orang diantaranya terserap dalam lapangan pekerjaan yang
tersedia. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 0,04 persen poin
dibandingkan tahun 2011.
Tabel 2.48
Rasio Penduduk Yang Bekerja Menurut kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5)
Kabupaten
01 Pacitan 97.09 106.51 118.85 84.02
02 Ponorogo 90.29 106.96 100.42 91.25
03 Trenggalek 94.90 101.45 104.04 86.64
04 Tulungagung 95.53 104.34 101.28 91.50
05 Blitar 93.51 100.12 98.20 90.66
06 Kediri 89.08 96.05 92.85 95.40
07 Malang 97.16 94.96 92.61 94.65
08 Lumajang 94.25 105.56 88.84 99.32
09 Jember 94.95 102.50 93.54 102.87
10 Banyuwangi 95.53 98.73 97.07 90.41
11 Bondowoso 91.95 96.29 101.37 94.85
12 Situbondo 95.55 100.23 98.72 95.61
13 Probolinggo 93.74 97.57 103.77 88.43
14 Pasuruan 93.94 95.50 95.84 94.37
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 73
Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5)
15 Sidoarjo 88.90 82.19 90.05 99.56
16 Mojokerto 92.29 94.85 95.54 95.15
17 Jombang 92.57 106.45 93.31 98.68
18 Nganjuk 91.81 107.34 89.27 98.94
19 Madiun 94.18 95.05 91.28 96.32
20 Magetan 92.07 97.44 111.75 91.65
21 Ngawi 85.86 105.34 94.88 103.13
22 Bojonegoro 94.52 103.23 91.81 97.69
23 Tuban 92.54 96.19 96.11 101.03
24 Lamongan 94.51 103.82 90.51 98.28
25 Gresik 92.38 93.98 88.51 104.98
26 Bangkalan 87.83 104.16 93.89 91.54
27 Sampang 93.71 105.68 103.75 84.73
28 Pamekasan 94.04 104.79 105.77 84.57
29 Sumenep 96.61 99.46 102.97 87.69
Kota
71 Kediri 92.16 92.01 89.01 95.90
72 Blitar 90.18 96.57 90.92 99.48
73 Malang 86.59 95.37 83.90 97.84
74 Probolinggo 88.07 126.81 74.17 87.02
75 Pasuruan 84.14 102.11 81.38 95.37
76 Mojokerto 87.00 91.01 90.13 91.48
77 Madiun 86.63 87.85 87.78 102.31
78 Surabaya 91.13 93.79 84.44 98.56
79 Batu 86.23 97.89 93.13 92.94
Jawa Timur 92.84 98.86 94.62 95.16
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Sakernas dan Susenas Tahun 2008-2012
2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olah Raga
Pembangunan seni dan Budaya pada dasarnya ditujukan untuk
melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya daerah serta
mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah tengah-tengah
semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negative budaya global.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 74
Pembangunan seni dan budaya ditujukan untuk memperkuat jati diri
masyarakat seperti solidaritas social, rasa kekeluargaan, semangat gotong
royong, penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa daerah. Melalui
pengembangan seni dan budaya daerah diharapkan dapat mempertahankan
serta mengembangkan potensi kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat.
Urusan seni, budaya dan olahraga tidak menujukkan gejala yang
mengkhawatirkan. Semua masih berjalan dalam koridor yang tepat. Hanya
perlu dijaga tren positif dan pengoptimalan segala potensi yang dipunyai
Jawa Timur dalam konteks seni-budaya maupun olahraga, sehingga
Pemerintah Jawa Timur perlu terus meningkatkan penyediaan ruang bagi
tumbuh berkembangnya bidang seni dan Olah Raga, antara lain fasilitas
olahraga, dan sanggar-sanggar seni bangi masyarakat.
2.2.3.1 Kebudayaan 2.2.3.1.1. Jumlah Grup Kesenian
Seni merupakan suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan
kecakapan yang luar biasa sehingga merupakan sesuatu yang elok atau
indah. Kebutuhan akan seni budaya merupakan kebutuhan manusia yang
lebih tinggi diantara urutan kebutuhan lainnya. Seni budaya berkaitan
langsung dengan kesejahteraan, keindahan, kebijaksanaan, ketentraman, dan
pada puncaknya merupakan proses evolusi manusia untuk makin dekat
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, seni budaya akan
berkembang apabila masyarakat makmur dan sejahtera.
Pengembangan kebudayaan di Jawa Timur pada dasarnya merupakan
upaya dalam rangka mewujudkan jati diri dan karakter bangsa yang tangguh,
berbudi luhur, toleran dan beraklaq mulia. Upaya ini dilakukan melalui
peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai dan
keragaman budaya, revitalisasi dan pelestarian seni budaya. Berdasarkan data
dari dinas/instansi terkait bahwa jumlah kelompok/group kesenian pada tahun
2011 sebanyak 3.733 group dan meningkat menjadi 3.795 group pada tahun
2012.
2.2.3.1.2. Jumlah Gedung
Gedung budaya dan seni adalah sebuah tempat atau bangunan
yang mempunyai fungsi sebagai arena atau ajang pertunjukan kebolehan,
bakat dalam bidang seni dan budaya bangsa. Contoh budaya bangsa
seperti tari remo, lukisan atau seni–seni yang lainnya. Berdasarkan data
dari dinas terkait jumlah gedung/ sarana penyelenggara kesenian di Jawa
Timur berjumlah 1260 gedung pada tahun 2011 dan tidak mengalami
perubahan pada tahun 2012.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 75
2.2.3.2 Pemuda dan Olah Raga
2.2.3.2.1. Jumlah klub olah raga
Pengertian klub olah raga adalah perkumpulan yang
menyelenggarakan kegiatan di bidang olahraga bagi para anggotanya
guna peningkatan prestasi maupun dengan tujuan lain yaitu menjaga
kesehatan. Seiring dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya berolahraga baik untuk prestasi maupun menjaga kesehatan,
maka klub-klub olahraga pun semakin diminati, terutama di daerah
perkotaan. Selain itu, keberadaan klub-klub olahraga memberikan
kontribusi peningkatan prestasi olah raga regional dan nasional baik yang
bersifat amatir maupun profesional. Oleh karena itu jika prestasi olahraga
semakin baik maka semakin harum dan terpandang suatu daerah/negara,
hal ini juga menjadi salah satu indikator keberhasilan pimpinan
daerah/Negara tersebut. Beberapa klub olahraga yang kini banyak diminati
antara lain klub sepak bola, bulu tangkis, bola volley, bola basket,
bersepeda, futsal, dan lain-lain.
Berdasarkan data dari Dinas Kepemudaan dan Olah Raga
Kabupaten/Kota Se Jawa Timur terdapat 7.171 klub olahraga di tahun
2011 yang terdiri dari klub sepak bola, bulu tangkis, bola volley, bola
basket dan lainnya. Pada tahun 2012 jumlah klub olah raga meningkat
menjadi 7.864 klub. Jumlah klub terbanyak baik tahun 2011 dan 2012
adalah klub bola volley. Sedangkan yang mengalami kenaikan terbesar
adalah cabang olah raga sepak bola naik 260 klub.
2.2.3.2.2. Jumlah gedung olah raga
Sekarang ini, kegiatan olahraga bukan saja untuk menjaga
kesehatan dan kebugaran tubuh, tetapi juga merupakan salah satu hiburan
bagi para peminat olahraga sekaligus mempererat hubungan sosialisasi
masyarakat dengan lingkungan sekitarnya. Dengan berkembangnya dunia
olahraga, maka semakin banyak peminat olahraga dan muncul klub-klub
olahraga, sehingga memacu diadakannya kompetisi olahraga.
Untuk memenuhi kebutuhan akan sarana latihan dan pertandingan
olahraga maka perlu adanya sarana gedung yang dapat dipergunakan
untuk berbagai macam jenis olahraga. Walaupun banyak juga olahraga
yang bisa dilakukan di luar gedung, akan tetapi keberadaan gedung
olahraga jelas-jelas sangat dibutuhkan untuk mendukung berlangsungnya
kegiatan olahraga. Gedung olahraga terutama diperuntukkan bagi olahraga
yang sudah sangat umum dan digemari oleh masyarakat, seperti
badminton, bola basket, bola voli, tenis meja, dan futsal yang saat ini
sedang meningkat penggemarnya.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB II - 76
Berdasarkan data yang dihimpun dari dinas/instansi terkait
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota pada tahun 2011 jumlah gedung olah
raga sebanyak 179, kolam renang 118, stadion 41 dan lapangan sepak
bola sebanyak 1.283, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 192 gedung
olah raga, kolam renang 135, stadion 41 dan lapangan sepak bola
sebanyak 1.598. Dari data diatas dari tahun 2011 ke tahun 2012 yang
mengalami kenaikan signifikan adalah lapangan sepak bola naik 315,
kenaikan ini sudah biasa karena cabang olah raga sepak bola merupakan
ikon masyarakat baik di daerah perdesaan maupun perkotaan, bahkan olah
raga terpopuler di dunia.