kebijakan fiskal nasional dan hubungan keuangan...
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN FISKAL NASIONAL
DAN
HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH
TAHUN 2012
Surabaya, 16 April 2012
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
2
POKOK BAHASAN
11 KEBIJAKAN FISKAL 2012
22 HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH SAAT INI
33 PENGELOLAAN KEUANGAN PEMDA PROV JAWA TIMUR
Outline
Kebijakan Fiskal Nasional
3
Hubungan Kebijakan Fiskal Nasional dan Daerah
4
Kebijakan
Moneter
Kebijakan
Neraca
Pembayaran
Kebijakan
Sektor Riil
Kebijakan
Fiskal
• Kebijakan fiskal daerah
harus sejalan dan
mendukung dengan
keempat kebijakan makro
nasional.
• Seluruh kebijakan makro,
terutama Kebijakan Fiskal
mempengaruhi Kebijakan
Transfer ke Daerah
Interrelasi Kebijakan Makro
Kebijakan Fiskal Nasional yang Sustainable
Kesehatan
APBN
Kesehatan
APBD
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
LKPP LKPP LKPP LKPP APBNP APBNP APBNP
Pendapatan 638 707,8 981,6 848,8 992,4 1.292,9 1.358,2
Belanja 667,1 757,6 985,7 937,4 1.126,1 1.418,5 1.548,3
Surplus/Defisit (29,1) (49,8) (4,1) (88,6) (133,7) (125,6) (190,1)
% thd PDB (0,9) (1,3) (0,1) (1,6) (2,1) (1,5) (2,23)
Pembiayaan 29,4 42,5 84,1 112,6 133,7 125,6 190,1
Kebijakan fiskal yang sustainable apabila dalam jangka panjang, defisit
terkendali
dalam triliun rupiah
5
Tantangan Kebijakan Fiskal Nasional
TA 2012 dan Ke Depan
6
Kebijakan MakroHarga
PanganInflasi
Harga
Minyak
Kebijakan Fiskal
Kebijakan
Transfer ke Daerah
Perkembangan Indikator Ekonomi Makro 2011
7
Pertumbuhan
Ekonomi 6,2% 6,5%
Inflasi 5,65% 3,79%
TargetTarget CapaianCapaian
Nilai Tukar Rp8.700/USD Rp8.779/USD*
Suku Bunga SPN
3 Bulan 5,6% 4,84%*
* Nilai rata-rata sepanjang tahun 2011
ICP 95 USD 111,55 USD*
Lifting Minyak 945 ribu barrel/hr 898,5 ribu barrel/hr
8
Asumsi Makro Ekonomi APBN-P 2012
Indikator2011
APBN-P
2012
APBN
2012
APBN-P
Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,5 6,7 6,5
Inflasi (yoy,%) 5,65 5,3 6,8
Nilai Tukar Rupiah (Rp/USD) 8.700 8.800 9.000
Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 5,6 6,0 5,0
Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP)
(USD/barrel)95 90 105
Lifting Minyak Indonesia (Ribu Barrel per
hari)945 950 930
9
Kebijakan Umum APBN-P 2012
Menjaga sustainabilitas fiskal dan meningkatkan daya
tahan fiskal ditengah ketidakpastian ekonomi global.
1
Memperbaiki efisiensi ekonomi2
Meningkatkan investasi untuk menstimulasi ekonomi3
Menjaga daya beli masyarakat4
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat5
10
PertumbuhanKontribusi
Pertumbuhan
2011 2012 2011 2012
PDB 6.5 6.5 6.5 6.5
Pengeluaran
Konsumsi RT 4.7 4.9 2.7 2.7
Konsumsi Pemerintah 3.2 6.8 0.3 0.6
Investasi 8.8 10.9 2.1 2.7
Ekspor 13.6 9.9 6.3 4.9
Impor (13.3) (11.4) (4.8) (4.4)
Net Ekspor 14.4 4.9 1.5 0.5
Sektoral
Pertanian 3 3.5 0.4 0.4
Pertambangan 1.4 2.0 0.1 0.2
Industri 6.2 6.1 1.6 1.6
Listrik, Gas, dan Air 4.8 6.2 0 0
Konstruksi 6.7 7.0 0.4 0.5
Perdagangan 9.2 8.9 1.6 1.6
Transp & Kom 10.7 11.2 1 1.1
Keuangan 6.8 6.3 0.7 0.6
Jasa-jasa 6.7 6.2 0.6 0.6
Pertumbuhan Ekonomi 2012
2012: • Kontribusi ekspor netto menurun akibat
perlambatan ekspor
• Kontribusi investasi meningkat:
� Perbaikan iklim investasi
� Program MP3EI
• Sektor industri pengolahan, perdagangan
dan transportasi masih menjadi kontributor
pertumbuhan terbesar
6.36
4.63
6.26.5 6.5
4
4.5
5
5.5
6
6.5
7
2007 2008 2009 2010 2011 APBNP
2012
Pertumbuhan Ekonomi
Inflasi 2012
11
• Rencana kebijakan penyesuaian harga BBM domestik diduga akan
mendorong inflasi sebesar 6,8%.
• Kebijakan pengurangan subsidi energi akan disertai dengan kebijakan
pengendalian (mis. Stabilisasi harga pangan).
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.8
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
2007 2008 2009 2010 2011 APBNP 2012
Nilai Tukar 2012
12
Sentimen Positif:
� Peningkatan credit rating Indonesia menjadi investment grade
� Arus modal masuk masih terjadi walau tidak sekuat di tahun 2011
Sentimen Negatif:
� Kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi global karena ketidakjelasan penanganan krisis ekonomi di
negara-negara EU dan ketegangan geopolitik Timur Tengah yang mendorong kenaikan harga komoditas
� Menipisnya surplus neraca transaksi berjalan Indonesia karena peningkatan laju impor; serta
� Potensi tekanan inflasi sebagai dampak kebijakan pemerintah di bidang harga.
APBN 2012 8800
91649140
9691
10408
9087
8799
APBN-P 2012
9000
7500
8000
8500
9000
9500
10000
10500
11000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Perkembangan Nilai Tukar
APBN XR Realisasi
HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH
(KEBIJAKAN UMUM DAN ISSUE SAAT INI)
13
Kebijakan Umum HKPD
• Perimbangan keuangan dilakukan melalui transfer/hibah dari Pusatkepada Daerah dan didukung dengan penyerahan sebagian kewenanganperpajakan kepada daerah.
• Mengingat bahwa kewenangan perpajakan di daerah masih sangat
terbatas, maka dukungan pendanaan daerah melalui transfer masih lebih
mendominasi (untuk saat ini).
• Sesuai esensi otonomi daerah, maka sebagian besar dukungan dana dari
APBN berbentuk block grants (bebas digunakan oleh daerah)
• Block grants juga didukung dengan specific grants, yg berfungsi untuk
mengawal prioritas nasional dan kesetaraan kualitas layanan publik antar
daerah.
• Selaras dengan peningkatan kebutuhan pendanaan daerah, Pemerintah
Pusat terus mendorong upaya kemandirian pendanaan melalui penguatan
local taxing power dan transfer diupayakan terus meningkat dari tahun ke
tahun.
• Untuk mendorong ekspansi pembangunan daerah guna mendorong
perekonomian, daerah dapat melakukan pinjaman.
14
Melalui
Angg K/L
Belanja
Pemerintah
Pusat
Transfer
Ke Daerah
DaerahPemerintah Pusat
Mendanai
kewenangan
di luar 6 Urusan
Mendanai
kewenangan 6
Urusan
PENDAPATAN
BELANJA
PEMBIAYAAN
APBN
Alur Belanja APBN ke Daerah
Dana Vertikal
di Daerah
Hibah
Pinjaman
• Dana Perimbangan
• Dana Otsus dan
Penyesuaian
Dana Dekonsentrasi
Dana Tgs Pembantuan
PNPM dan Jamkesmas
Subsidi dan Bantuan
Masuk APBD
15
Mendanai
kewenangan
Daerah
(Desentralisasi)
MONEY FOLLOWS FUNCTION AND CAPACITY
Melalui
Angg
Non K/L
15
Belanja Pusat di Pusat;
Rp.635.1 T ; 41.02%
Belanja Pusat di Daerah;
Rp.179.7; 11.61%
Transfer ke Daerah;
Rp.478.8 T ; 30.92%Hibah;
Rp.1.8 T ; 0.12%
Subsidi;
Rp.237.4 T ; 15.33%
Bantuan ke Masyarakat;
Rp.15.6 T ; 1.01%
Dana ke Daerah 913,25 (58,98%)
Total Belanja = 1.548,31Belanja APBN-P 2012(Triliun Rupiah)
Belanja APBN-P 2012(Triliun Rupiah)
Sumber : APBN-P -2012
Melalui Angg.K/L dan APP
(Program Nasional)Melalui APP (Subsidi) Hibah
Melalui Angg. Transfer ke Daerah
(Masuk APBD)Melalui Angg. K/L
•PNPM 9.6(0.62%) • BBM 137.4(8.87%) • Hibah 1.8(0.12%) •DBH 108.4(7.00%) • Dana Dekon 21.9(1.42%)
•Jamkes 5.9(0.38%) • Listrik 65(4.19%) •DAU 273.8(17.68%) • Dana TP 14.2(0.92%)
• Pangan 20.9(1.35%) •DAK 26.1(1.68%) • Dana Vertikal 143.6(9.28%)
• Pupuk 14(0.90%) •OTSUS 12(0.77%)
• Benih 0.1(0.00%) • Penyesuaian 58.5(3.77%)
*) APP = Anggaran Pembiayaan
dan Perhitungan
Total 15.6(1.01%) Total 237.4(15.33%) Total 1.8(0.12%) Total 478.8(30.92%) Total 179.7(11.61%)
16
pemberian kewenangan
yang lebih besar
kepada daerah
dalam hal pajak daerah dan retribusi
daerah
peningkatan akuntabilitas daerah dalam penyediaan
layanan dan penyelenggaraan
pemerintahan
pemberian kepastian bagi dunia
usaha mengenai jenis-jenis pungutan
daerah
Local taxing
power melalui UU 28/2009
Kebijakan Pajak dan Retribusi Daerah
17
No. Tujuan Strategi Kebijakan
1. MEMPERBAIKI
KEWENANGAN
PEMUNGUTAN
MENETAPKAN JENIS
PUNGUTAN DAERAH
CLOSED LIST
Daerah hanya memungut jenis pajak dan retribusi yang tercantum dalam UU No. 28
Tahun 2009
2. PENGUATAN LOCAL
TAXING POWER
MEMPERLUAS BASIS
PUNGUTAN DAN DISKRESI
PENETAPAN TARIF
1. MEMPERLUAS OBJEK (Pajak Hotel, Pajak Restoran)
2. MENAMBAH JENIS (Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Rokok, BPHTB, PBB-
Perkotaan dan Perdesaan)
3. MENAIKKAN TARIF MAKSIMUM (Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak
parkir, Pajak Hiburan)
4. DISKRESI PENETAPAN TARIF (Daerah bebas menetapkan tarif dalam batas tarif
minimum dan maksimum yang ditetapkan dalam UU)
3. MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS
PENGAWASAN
MENGUBAH SISTEM
PENGAWASAN
1. PENGAWASAN PREVENTIF DAN KOREKTIF
a. Raperda terlebih dahulu dievaluasi
b. Perda disesuaikan dengan hasil evaluasi
c. Perda yang telah ditetapkan disampaikan ke Pemerintah
d. Perda yang bertentangan dengan UU dibatalkan
2. SANKSI
a. Administratif (Prosedur): Penundaan DAU dan/atau DBH PPh
b. Substansif : Pemotongan DAU dan/atau DBH PPh
4. MEMPERBAIKI
SISTEM
PENGELOLAAN
MENINGKATKAN
KUALITAS PENGGUNAAN
HASIL PAJAK DAERAH
1. MEMPERBAIKI BAGI HASIL PAJAK PROVINSI KE KAB/KOTA
a. PKB dan BBNKB: 30%
b. Pajak Rokok : 70%
c. PBBKB : 70%
d. Pajak Air Permukaan : 50%
2. MEMPERTEGAS EARMARKING
a. 10% PKB untuk perbaikan jalan
b. 50jalan% Pajak Rokok untuk pelayanan kesehatan
c. Sebagian PPJ untuk penerangan
3. MEMPERBAIKI SISTEM INSENTIF PEMUNGUTAN
Diberikan atas dasar pencapaian kinerja tertentu
Kebijakan Pajak dan Retribusi Daerah
18
KESIAPAN DAERAH MEMUNGUT BPHTB
DI PROVINSI JATIM
Posisi: 15 Desember 2011
Sumber: DJPK dan DJP
19
No. Kesiapan Daerah
Jumlah Persentase (%)
Daerah
Penerimaan
BPHTB (Rp) Jumlah
Daerah
Penerimaan
BPHTB (Rp)
2010 2010
1. Perda yang telah siap 38 762,482,532,693 100 100
2. Raperda (dalam proses)
3. Belum menyusun Raperda
Total 38 762,482,532,693 100 100
Per 9 April 2012
19
Posisi: 15 Desember 2011
Sumber: DJPK dan DJP
KESIAPAN DAERAH MEMUNGUT PBB-P2*
Di PROVINSI JATIM
20
No. Kesiapan Daerah
Jumlah Persentase (%)
DaerahPenerimaan
PBB-P2 2010 (Rp)
Jumlah
Daerah
Penerimaan
PBB-P2 2010
1. Perda yang telah siap 19 878,823,748,360 50.0 80.71
2. Raperda (dalam proses) 5 41,303,981,086 13.16 3.79
3. Belum menyusun Raperda 14 168,748,397,323 36.84 15.50
Total 38 1,088,876,126,769 100 100
Per 9 April 2012
20
Sumber: Perpres No.5/2010 ttg RPJMN 2010-2014
412,5
226,2
253,3
292,4 309,3
344,6
Triliun Rupiah
150,8
21
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
2005 2006 2007 2008 2009 APBN-P
2010
APBN-P
2011
RAPBN
2012
DBH DAU DAK Otsus dan Penyesuaian
478,8
Kebijakan Umum Transfer ke Daerah
•Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan
mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat
& daerah dan antar daerah.
• Menyelaraskan kebutuhan pendanaan di
daerah sesuai dengan pembagian urusan
pemerintahan.
•Meningkatkan kualitas pelayanan publik di
daerah & mengurangi kesenjangan pelayanan
publik antar daerah.
•Meningkatkan kemampuan daerah dalam
mendorong perekonomian daerah.
•Mendukung kesinambungan fiskal nasional.
•Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber
daya nasional.
•Meningkatkan sinkronisasi antara rencana
pembangunan nasional dengan rencana pembangunan daerah. APBNP
2012
TREN TRANSFER KE DAERAH TAHUN 2008 - 2012dalammiliarrupiah
dalam miliar rupiah
Komponen Transfer 2008 2009 2010 2011 2012
DAU 179.507,14 186.414,10 203,571,5 225.533,71 273.814,40
DAK 20.787,30 24.707,40 20.956,30 24.803,51 26.115,90
DBH 78.420,20 76.129,90 92.183,50 96.910,87 108.421,70
Dana Otonomi Khusus 7.510,29 9.526,60 9.099,61 10.421,31 11.952,60
Dana Penyesuaian 6.208,50 11.807,20 18.916,70 53.709,02 58.471,40
Total 292.433,43 308.585,20 344.727,42 411.378,42 478.775,90
Keterangan: Tahun 2008 – 2010 data diambil berdasarkan LKPPTahun 2011 data realisasi unauditedTahun 2012 data pagu APBNP
22
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
2008 2009 2010 2011 2012
DAU
DAK
DBH
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
TREN TRANSFER KE DAERAH
SE-PROVINSI JATIM TAHUN 2008 - 2012
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
R 2008 R 2009 R 2010 R 2011 APBN 2012
da
lam
Mil
iar
Ru
pia
h
DAU
DAK
DBH
Dana Penyesuaian
Komponen 2008 2009 2010 2011 2012
DAU 5.351,55 5.489,44 5.593,76 6.332,75 7.353,90
DAK 1.269,27 691,26 453,64 584,01 515,37
DBH 930,50 952,39 1.125,71 1.153,30 1.078,64
D. Penyesuaian 0 373,99 559,42 706,66 610,70
Total 7.551,32 7.507,08 7.732,53 8.776,72 9.558,60
dalam miliar rupiah
23
PENGELOAAN KEUANGAN PEMDA
DI JAWA TIMUR
2424
NASIONAL SELURUH PEMDA DI JAWA TIMUR
PORSI BELANJA APBD TA 2012
• Data per 31 maret 2012 (510 Daerah).
PORSI BELANJA APBD TA 2012
� Porsi belanja pegawai JATIM DI TA 2012 mencapai 48,2% lebih besar dibanding
nasional yang hanya 42,2%.
� Porsi Belanja modal JATIM lebih rendah dari Nasional.
42.20%
22.21%
19.85%
15.74%
Belanja Pegawai Belanja Modal Belanja Barang Belanja Lainnya
48.2%
17.5%
19.3%
14.9%
Belanja Pegawai Belanja Modal Belanja Barang Belanja Lainnya
25
Perbandingan Belanja Pegawai terhadap total
Belanja
� Belanja pegawai adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kompensasi
dalam bentuk uang atau barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah
daerah, pensiunan dan pejabat daerah, kecuali pekerjaan yang berkaitan
dengan pembentukan modal.
� Baik secara Nasional ataupun JATIM, proporsi belanja pegawai mengalami
peningkatan, namun proporsi JATIM lebih baik dimana lebih rendah dibanding
Nasional.
38.4
40.141.5
45.744.5
42.3
45.3 45.946.5
50.9
49.148.2
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
55.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
%
Nasional Jatim
* TA 2011 dan 2012 menggunkan data anggaran
26
Perbandingan Belanja Modal
terhadap total BelanjaPerbandingan Belanja Barang & Jasa
terhadap total Belanja
• Belanja Modal adalah pengeluaranyang dilakukan dalam rangkapengadaan aset yang mempunyaimasa manfaat lebih dari 12 bulan.
• Proporsi belanja modal JATIM danNasional mempunyai trend turun, namun Proporsi JATIM masih lebihbesar dibanding Nasional.
• Belanja Barang & Jasa adalah belanjauntuk pembelian barang dan jasa yang habis pakai guna memproduksi barang danjasa.
• Tahun 2008 & 2009 B. Barang&Jasa JATIM lebih tinggi dibanding dengan Nasional, namun ditahun 2010 kembali lebih kecildari Nasional seperti tahun 2007.
Perbandingan Belanja Modal dan Belanja Barang &
Jasa terhadap total Belanja
18.218.0
18.618.4
20.319.8
18.1
16.016.3
16.8
19.3 19.3
14
15
16
17
18
19
20
21
2007 2008 2009 2010 2011 2012
%
Nasional Jatim
28.9
26.3 25.3
21.4 22.1 22.3
20.519.4 20.0 13.5
15.917.5
10
20
30
40
2007 2008 2009 2010 2011 2012
%
Nasional Jatim
* TA 2011 dan 2012 menggunkan data anggaran * TA 2011 dan 2012 menggunkan data anggaran
27
% 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Nasional 76.4 77.8 76.8 75.9 76.0 74.8
JATIM 73.75 72.56 70.37 68.15 67.9 66.6
� Transfer Ke Daerah terdiri dari
transfer dana perimbangan,
dana otsus dan dana
penyesuaian
� Transfer daerah yang rendah
menunjukkan tingkat
kemandirian daerah, semakin
rendah maka daerah semakin
mandiri dan semakin tinggi
semakin tergantung teradap
pusat.
� Berdasarkan grafik disamping
terlihat bahwa tingkat
kemandirian pengelolaan
keuangan Jatim semakin
membaik.
Perbandingan Transfer ke Daerah terhadap Total
Pendapatan
60
65
70
75
80
2007 2008 2009 2010 2011 2012%
Nasional Jatim
28
• SiLPA tahun berkenaan
adalah selisih lebih realisasi
penerimaan dan
pengeluaran anggaran
selama satu periode
anggaran.
• Rasio SiLPA yang besar
menggambarkan besaran
dana yang belum
tergunakan untuk
pelayanan dasar ke
masyarakat.
• SiLPA tahun berkenaan
JATIM turun drastis di tahun
2008 dan mendekati
proporsi secara Nasional di
tahun 2010.
% 2007 2008 2009 2010
Nasional 21,99 16,87 12,78 12,87
JATIM 30,06 14,47 11,29 12,66
Perbandingan SiLPA tahun Berkenaan Terhadap
Total Belanja
22.0
16.9
12.8 12.9
30.1
14.5
11.312.7
0
5
10
15
20
25
30
35
2007 2008 2009 2010
%
Nasional Kalteng
29
�Tingkat kemiskinan JATIM lebih tinggi
jika dibanding secara nasional.
�Trend kemiskinan JATIM mempunyai
trend yang sama dengan tren nasional
yaitu menurun dari tahun 2007-2010.
Tingkat Pengangguran
Pertumbuhan EkonomiTingkat Kemiskinan
�Tingkat pengangguran JATIM lebih
rendah dibanding Nasional
�Tingat pengangguran JATIM sudah
lebih rendah dibanding dengan target
Pengangguran 2012 (6,4-6,6%)
�Pertumbuhan Ekonomi JATIM mulai
tahun 2009 lebih tinggi dari Nasional
9.1
8.47.9
7.16.66.8
6.4
5.1
4.3 4.2
3
4
5
6
7
8
9
10
2007 2008 2009 2010 2011
%
Nasional Jatim
16.6
15.214.2
13.312.4
20.0
18.2
16.215.3
13.9
10
12
14
16
18
20
22
2007 2008 2009 2010 2011
%
Nasional Jatim
6.3 6.0
4.5
6.16.5
6.0 5.94.9
6.86.6
3
4
5
6
7
8
2007 2008 2009 2010 2011%
Nasional Jatim
30
DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGANKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
GEDUNG RADIUS PRAWIROJALAN DR WAHIDIN NO. 1JAKARTA PUSAT 10710TELP. 021 3509442FAX. 021 3509443www.djpk.depkeu.go.id
Terima Kasih