bab ii 2.1 tinjauan pustaka - digilib.uns.ac.id filebab ii . 2.1 tinjauan ... dari pemerintah pusat...

21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTETIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal Pengelolaan keuangan daerah yang di masa kini sangat lekat dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah mendekatkan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah serta dengan masyarakatnya. Desentralisasi sendiri merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. Osoro (2003) dalam Khusaini (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa tipe desentralisasi, yaitu desentralisasi politik, desentralisasi administratif, dan desentralisasi fiskal. Pemerintah Republik Indonesia juga telah mengeluarkan 3 paket Undang-Undang Keuangan Negara untuk mereformasi pengelolaan keuangan daerah serta untuk memperbaiki penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui prinsip pengelolaan, mekanisme penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, pengendalian dan pengawasan, serta pertanggungjawaban keuangan daerah (BPK, 2009). Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat 5 menyatakan bahwa, Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Upload: doanduong

Post on 30-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTETIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal

Pengelolaan keuangan daerah yang di masa kini sangat lekat

dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah mendekatkan

hubungan antara pemerintah pusat dan daerah serta dengan

masyarakatnya. Desentralisasi sendiri merupakan pelimpahan wewenang

dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya.

Osoro (2003) dalam Khusaini (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa

tipe desentralisasi, yaitu desentralisasi politik, desentralisasi administratif,

dan desentralisasi fiskal. Pemerintah Republik Indonesia juga telah

mengeluarkan 3 paket Undang-Undang Keuangan Negara untuk

mereformasi pengelolaan keuangan daerah serta untuk memperbaiki

penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui prinsip pengelolaan,

mekanisme penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, pengendalian

dan pengawasan, serta pertanggungjawaban keuangan daerah (BPK,

2009).

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah pasal 1 ayat 5 menyatakan bahwa,

“Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan”.

Page 2: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah pasal 1 ayat 7 juga menyatakan bahwa,

“Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan

oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia.”

Otonomi dan desentralisasi daerah dilaksanakan tidak dengan serta

merta tapi juga memperhatikan kondisi dan keuangan daerah, sehingga

disusunlah sebuah mekanisme yang disebut dengan perimbangan

keuangan dan daerah yang dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat

13 dinyatakan,

“Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan

yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan

bertanggung jawab dalam rangka pendanaan

penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan

potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran

pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas

pembantuan”

Otonomi daerah dan desentralisasi menimbulkan kebijakan

desentralisasi fiskal yang merupakan pelimpahan kewenangan dari

pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam bidang anggaran atau

keuangan, baik secara administrasi maupun pemanfaatannya. Aktivitas

keuangan daerah diharapkan berjalan lebih efektif dan efisien karena

pemerintah daerah lebih mengetahui mengenai kondisi ekonomi di

daerahnya sendiri daripada pemerintah pusat. Mardiasmo (2002)

menyatakan bahwa desentralisasi dan otonomi daerah akan merubah fokus

akuntabilitas pemerintah daerah dari bersifat akuntabilitas ke atas atau

pemerintah pusat menjadi akuntabilitas kepada masyarakat.

Page 3: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2.1.2 Pendapatan Asli Daerah

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 18 mengatur

bahwa penerimaan daerah yang pertama adalah Pendapatan Asli Daerah

(PAD) sebagai berikut, “Pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan peraturan daerah (Perda) sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.”

Penjelasan UU Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan bahwa

Pendapatan Asli Daerah yang sah diberikan untuk memberikan

kewenangan kepada pemerintah daerah dalam mendanai proses otonomi

daerahnya sesuai dengan potensi daerah masing-masing sebagai

perwujudan asas desentralisasi. Pendapatan Asli Daerah bersumber dari

Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang

dipisahkan, dan, lain-lain PAD yang sah.

Semakin besar PAD suatu daerah maka semakin baik tingkat

keberhasilan desentralisasinya yang menandakan daerah tersebut mampu

mandiri dalam membiayai operasionalisasi pelayanan publiknya. Akan

tetapi Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 6 ayat 7 mengatur

mengenai pengelolaan PAD yaitu, membuat peraturan daerah mengenai

pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan menetapkan

peraturan daerah yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang

dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor/ekspor.

Pengaruh pendapatan daerah terhadap belanja adalah saling

berkaitan secara sebab akibat, dimana besar kecilnya penerimaan

Page 4: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pendapatan daerah akan mempengaruhi proses penganggaran belanja oleh

pemerintah daerah. Penelitian sebelumnya pada 7 negara besar di dunia

atau G7 menunjukkan adanya hubungan yang bersifat kausalitas dua arah

di antara pendapatan negara (pajak) dengan belanja negara. Penelitian ini

juga menyatakan bahwa keputusan terkait anggaran mengenai pajak dan

belanja dibuat oleh otoritas fiskal secara bersamaan pada 5 dari 7 negara

maju, sedangkan di 2 negara yang penganggaran pajak dan belanjanya

tidak dibuat oleh otoritas fiskal secara bersamaan yaitu Jepang dan Italia

dinyatakan bahwa penganggaran belanja publik memang dipengaruhi oleh

penerimaan (pajak) namun tidak secara vice-versa (Owoye, 1995).

Penelitian lainnya yang serupa namun dilakukan di negara berkembang

yaitu Malaysia menghasilkan kesimpulan bahwa pengeluaran pemerintah

dipengaruhi langsung oleh penerimaan pajak langsung dan tak langsung

(Loganathan et al, 2011).

2.1.3 Dana Perimbangan

Penjelasan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengatur

mengenai dana perimbangan yang didefinisikan sebagai dana daerah yang

bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) dengan tujuan untuk membantu daerah dalam mendanai

kewenangannya dan juga untuk mengurangi ketimpangan sumber

pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah serta mengurangi

kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Dana Perimbangan ini

Page 5: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan

Dana Alokasi Khusus (DAK).

2.1.3.1 Dana Bagi Hasil

Penjelasan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjelaskan

bahwa Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka

persentase tertentu. Dana Bagi Hasil ini bersumber dari pajak dan sumber

daya alam. Sumber Pajak yang diambil menjadi DBH meliputi :

1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

2. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

3. Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 dan PPh Pasal 21

Sumber kekayaan alam yang menjadi sumber DBH antara lain meliputi :

1. Kehutanan

2. Pertambangan Umum

3. Perikanan

4. Pertambangan Minyak Bumi

5. Pertambangan Gas Bumi

6. Pertambangan Panas Bumi

Dana Bagi Hasil yang dibagi di antara pemerintah daerah provinsi,

pemerintah kabupaten/kota, dan Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang

telah diatur dalam undang-undang. Pemerintah pusat menentukan alokasi

Page 6: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dana bagi hasil yang berasal dari sumber daya alam sesuai dengan

penetapan dasar perhitungan dan daerah penghasil.

2.1.3.2 Dana Alokasi Umum

Penjelasan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjelaskan

bahwa Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan

keuangan antar-Daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan

kemampuan keuangan antar-Daerah melalui penerapan formula yang

mempertimbangkan kebutuhan dan potensi Daerah.

Dana Alokasi Umum yang diberikan dari pusat ke daerah minimal

26% dari total pendapatan dalam negeri netto pada APBN. Dana Alokasi

Umum untuk daerah diberikan berdasarkan celah fiskal dan alokasi dasar.

Celah fiskal diukur dari kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal

daerah, dimana kebutuhan fiskal merupakan kebutuhan pendanaan daerah

untuk memberikan fungsi layanan dasar umum yang diukur melalui

jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan kontruksi, Produk

domestik regional bruto, dan Indeks Pembangunan Manusia. Kapasitas

Fiskal Daerah adalah penerimaan daerah yang berasal dari PAD dan DBH.

Sedangkan alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah Pegawai Negeri

Sipil di daerah tersebut. Pemberian DAU dari pusat ke daerah baik

pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan

imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota dan penyaluran

Page 7: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

DAU dilakukan setiap bulan dengan besaran 1/12 jumlah DAU yang

ditetapkan melalui keppres pada waktu sebelum bulan bersangkutan.

Alokasi DAU dengan dasar celah fiskal dan alokasi dasar

menunjukkan bahwa peruntukan DAU cenderung untuk kebutuhan belanja

yang sifatnya operasional. Adanya DAU dari pemerintah pusat

dimaksudkan untuk menggantikan Dana Inpres yang sudah tidak diberikan

lagi, dengan tujuan untuk membiayai keperluan infrastruktur, kesehatan,

dan pendidikan seperti yang dulu dilakukan dengan Dana Inpres (Silver et

al., 2001).

2.1.3.3 Dana Alokasi Khusus

Penjelasan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjelaskan

bahwa Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk membantu membiayai

kegiatan-kegiatan khusus di Daerah tertentu yang merupakan urusan

Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai

kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum

mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan

Daerah. Kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah tersebut sesuai

dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN. Kriteria DAK

ditetapkan oleh pemerintah pusat menjadi 3 jenis yaitu, Kriteria Umum,

Kriteria Khusus, dan Kriteria Teknis.

Ketentuan lainnya yang terkait dengan DAK adalah kewajiban

daerah untuk menyediakan dana pendamping DAK paling sedikit 10% dari

Page 8: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

alokasi DAK yang harus dianggarkan dalam APBD sedangkan untuk

daerah dengan kemampuan fiskal tertentu Dana Pendamping DAK tidak

diwajibkan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan di negara-negara

lain diketahui bahwa dana transfer baik conditional maupun unconditional

grants dari pemerintah pusat mempunyai pengaruh sangat besar dalam

menunjang pelaksanaan kegiatan operasional pemerintah lokal. Sebuah

penelitian yang dilakukan di negara-negara Afrika seperti Uganda

menyatakan bahwa urusan pendidikan dibiayai terutama oleh dana bantuan

dari pusat (Reinikka and Svensson, 2004).

Penelitian lain yang dilakukan di Eropa juga menghasilkan

kesimpulan yang serupa yakni kesimpulan bahwa transfer pemerintah

merupakan sebuah instrumen untuk mengatur prioritas belanja dan

mempengaruhi idealisme/ideologi serta kekuatan suatu daerah (Borge and

Rattso, 1997). Di Indonesia dana perimbangan sangat berperan dalam

mendorong pelaksanaan operasional dan melaksanakan pembangunan

infrastruktur, penelitian sebelumnya, dana perimbangan seperti DAU

sangat berpengaruh dalam pengalokasian belanja daerah.

2.1.4 Belanja Modal

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan Lampiran II.03 tentang Laporan Realisasi

Anggaran paragraf 37 menyatakan bahwa,

“Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk

perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat

Page 9: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal meliputi

antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan

bangunan, peralatan, dan aset tak berwujud.”

Buletin Teknis SAP Nomor 09 tentang Akuntansi Aset Tetap

menjelaskan bahwa suatu belanja pemerintah akan dianggap sebagai belanja

modal apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Pengeluaran mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya

yang menambah aset Pemerintah.

2. Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap

atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

3. Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual atau

diserahkan ke masyarakat atau pihak lainnya.

Buletin Teknis Nomor 04 tentang penyajian dan pengungkapan

Belanja Pemerintah mengklasifikasikan belanja modal menjadi lima jenis

yang terdiri dari belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung

dan bangunan, belanja jalan, irigasi, dan jaringan, dan belanja aset tetap

lainnya. Di samping belanja modal untuk perolehan aset tetap dan aset

lainnya, belanja untuk pengeluaran-pengeluaran sesudah perolehan aset

tetap atau aset lainnya dapat juga dimasukkan sebagai Belanja Modal.

Pengeluaran tersebut dapat dikategorikan sebagai Belanja Modal jika

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa manfaat

kapasitas, kualitas dan volume aset yang telah dimiliki.

Page 10: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2. Pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimal nilai kapitalisasi aset

tetap/aset lainnya

2.1.5 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Permendagri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015

menyatakan bahwa,

“Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya

disingkat APBD, adalah rencana keuangan tahunan

pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh

pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan

peraturan daerah.”

Penganggaran di Indonesia adalah memakai paradigma

penganggaran berbasis kinerja (performance budgeting) yang

mencerminkan beberapa hal yaitu maksud dan tujuan permintaan dana,

biaya dari program-program yang diusulkan untuk mencapai tujuan, dan

data kuantitatif yang dapat dipakai untuk mengukur pencapaian serta

pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap program. Penganggaran

berbasis kinerja berfokus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas.

Efisiensi adalah adalah perbandingan antara output dengan input. Suatu

aktivitas dikatakan efisien, ketika output yang dihasilkan lebih besar dengan

input yang sama, atau output yang dihasilkan sama tetapi dengan input yang

lebih sedikit. Anggaran berbasis kinerja ini tidak hanya didasarkan pada apa

yang dibelanjakan saja, namun juga didasarkan pada tujuan atau rencana

tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu

Page 11: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

anggaran biaya yang cukup dan penggunaan biaya tersebut harus efisien dan

efektif (http://www.anggaran.depkeu.go.id).

Proses penyusunan anggaran (APBD) diawali dari penyusunan

Rencana Keuangan Pemerintah Daerah (RKPD), kemudian penyusunan

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Penetapan Plafon Anggaran

Sementara (PPAS) oleh kepala daerah untuk kemudian diserahkan kepada

anggota DPRD. Setelah terjadi kesepakatan antara kepala daerah dan

anggota DPRD dikeluarkanlah surat edaran perihal penyusunan Rencana

Kerja Anggaran (RKA) baik untuk SKPD maupun PPKD. Setelah RKA

dibahas bersamaan dengan penyusunan rancangan peraturan daerah (Perda)

tentang APBD selesai kemudian diserahkan kepada DPRD untuk disetujui

bersama dengan kepala daerah. Setelah disetujui dan dievaluasi bersama

rancangan Perda kemudian ditetapkan menjadi Perda (Lampiran

Permendagri Nomor 37 Tahun 2014).

2.1.6 Tahun Anggaran

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan Lampiran I.01 tentang Kerangka Konseptual

Akuntansi Pemerintahan paragraf 51 menyatakan bahwa,

“Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas

pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan

sehingga kinerja enttitas dapat diukur dan posisi sumber daya

yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang

digunakan adalah tahunan. Namun periode bulanan,

triwulanan, dan semesteran juga dianjurkan.”

Page 12: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah biasanya disusun untuk

jangka waktu satu tahun anggaran. Dalam periode tahunan inilah terjadi

realisasi penerimaan dan belanja daerah yang kemudian dapat dipakai untuk

menilai dan mngevaluasi kinerja pemerintah daerah yang bersangkutan.

2.1.7 Teori Keagenan

Halim dan Abdullah (2006) menjelaskan bahwa teori keagenan

berasal dari teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi.

Teori tentang hubungan antara agen dan prinsipal ini menganalisis susunan

kontraktual yang terjadi di antara dua atau lebih individu, kelompok, atau

organisasi. Pihak prinsipal membuat kontrak dengan pihak agen secara

eksplisit dan implisit dengan tujuan agen akan melaksanakan tindakan atau

sesuatu sesuai dengan keinginan prinsipal. Menurut Lane (2003) dan Moe

(1984) dalam Halim dan Abdullah (2006) teori keagenan dapat diterapkan

dalam organisasi sektor publik dan untuk menganalisis kebijaka-kebijakan

publik. Hal ini membuat teori keagenan dapat diaplikasikan dalam

menganalisi kebijakan penganggaran daerah, baik untuk penganggaran

penerimaan daerah maupun belanja daerah.

Fozzard (2001) dalam Halim dan Abdullah (2006) menjelaskan

bahwa hubungan antara eksekutif dan legislatif dalam pemerintahan adalah

eksekutif berperan sebagai agen dan legislatif berperan sebagai prinsipal.

Hubungan di antara eksekutif dan legislatif juga mengalami permasalahan

keagenan. Dalam konteks kebijakan publik, Johnson (1994) dalam Halim

dan Abdullah (2006) menyebut hubungan eksekutif dan legislatif sebagai

Page 13: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

self interest model. Terdapat tiga pihak dengan masing-masing

kepentingannya, eksekutif ingin memaksimalkan anggarannya, legislatif

ingin terpilih kembali, dan publik menginginkan kepercayaan bahwa mereka

mendapat benefit yang maksimal tanpa harus membayar penuh. Von Hagen

(2003) dalam Halim dan Abdullah (2006) menjelaskan bahwa hubungan

keagenan yang lain terjadi antara legislatif dan publik dimana karena publik

memilih legislatif dan membayar pajak, ketika legislatif terlibat dalam

pembuatan keputusan atas pengalokasian belanja dalam anggaran daerah,

anggota legislatif diharapkan akan memperhatikan kepentingan atau

keinginan dari masyarakat yang memilih mereka.

Permasalahan yang mungkin timbul dalam masalah penganggaran

belanja karena hubungan keagenan antara lain:

1. Mengusulkan kegiatan yang tidak prioritas.

2. Mengalokasikan komponen belanja yang tidak penting dalam suatu

kegiatan.

3. Mengusulkan jumlah belanja yang terlalu besar untuk komponen belanja

dan anggaran setiap kegiatan (Abdullah dan Halim, 2006)

Apabila permasalahan seperti di atas terjadi maka belanja daerah

yang langsung berpengaruh kepada masyarakat seperti belanja modal

pelayanan publik akan dikesampingkan dan mendapatakan porsi yang

kurang memadai.

Page 14: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

2.2 Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis merupakan keyakinan tentang bagaimana fenomena

(variabel atau konsep) tertentu terkait satu sama lain (model) dan penjelasan

tentang bagaimana variabel-variabel ini berhubungan satu sama lain (teori).

Model dan teori secara logis berasal dari dokumentasi penelitian sebelumnya

dalam wilayah permasalahan tersebut (Sekaran dan Bougie, 2013).

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran tentang

pengaruh PAD dan Dana Perimbangan terhadap alokasi belanja modal pada

kabupaten/kota di Jawa Tengah berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan

penelitian terdahulu. Komponen dasar yang diuraikan dalam penelitian ini

antara lain:

1. Identifikasi variabel yang dianggap relevan untuk diteliti secara

jelas dan pemberian label.

2. Penjelasan tentang bagaimana hubungan antar variabel.

3. Penjelasan sifat hubungan antar variabel tersebut, apakah dengan

arah positif atau negatif.

4. Penyertaan diagram skematik sebagai evaluasi.

Penggunaan dan pengalokasian penerimaan daerah dari sumber PAD

dan Dana Perimbangan perlu untuk diteliti dalam rangka mengetahui arah dan

kebijakan pembangunan daerah melalui anggaran yang disusun. Belanja

modal untuk kepentingan publik seharusnya mendapatkan porsi yang cukup

agar dapat membantu berjalannya perekonomian daerah dan pelayanan publik

yang baik.

Page 15: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Penerimaan daerah bersumber dari PAD dan Dana Perimbangan.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang

sah, yang merupakan hasil usaha dari daerah itu sendiri dan sangat

mempengaruhi kemandirian dan keberhasilan pembangunan melalui otonomi.

Pendapatan daerah yang tidak berasal dari PAD disebut juga dengan dana

perimbangan. Dana Perimbangan yang bersumber dari transfer pemerintah

pusat antara lain Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Bagi Hasil (DBH) dan

Dana Alokasi Khusus (DAK). Masing-masing dana perimbangan diberikan

dengan tujuan yang berbeda. Dana Alokasi Umum diberikan untuk

menyamakan keuangan antar daerah agar tidak terjadi ketimpangan, DBH

diberikan sesuai dengan persentase tertentu kepada daerah penghasil

peneriman dari sektor pajak dan sumber daya alam, DAK diberikan kepada

daerah dalam rangka membantu mendanai kegiatan khusus yang sesuai

dengan prioritas nasional. Penerimaan daerah baik dari sumber PAD dan

Dana Perimbangan diharapkan digunakan oleh pemerintah daerah dengan

tujuan yang produktif, seperti mebiayai belanja modal untuk pelayanan

publik.

Selain faktor-faktor keuangan sebagaimana dijelaskan di atas,

terdapat juga faktor non-keuangan yang dapat dipertimbangkan dalam

menilai kinerja pemerintah daerah menggunakan penerimaanya. Salah

satunya adalah variabel Tahun Anggaran. Tahun anggaran yang berbeda

dalam penganggaran daerah dapat memiliki kebijakan ekonomi dan program-

Page 16: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

program prioritas yang berbeda yang akan mempengaruhi realisasi belanja

daerah bersangkutan. Variabel tahun anggaran dipakai sebagai variabel

kontrol dummy untuk membedakan pengaruh dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen dalam periode yang berbeda.

Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat diagram skematik untuk kerangka

teoritis sebagaimana disajikan dalam Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1

Kerangka Teoritis

H1

H2

H3

H4

Variabel Independen

Variabel Kontrol

2.3 Pengembangan Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pendapatan Asli Daerah

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja adalah saling

berkaitan secara sebab akibat, dimana penerimaan pendapatan daerah akan

PAD (+)

DBH (+)

DAU (+)

DAK (+)

Alokasi

Belanja Modal

Tahun

Anggaran

Page 17: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

mempengaruhi proses penganggaran belanja oleh pemerintah daerah.

Penelitian sebelumnya pada 7 negara besar di dunia atau G7 menunjukkan

adanya hubungan yang bersifat kausalitas dua arah antara pendapatan

(pajak) dengan belanja, serta keputusan anggaran mengenai pajak dan

belanja dibuat oleh otoritas fiskal secara bersamaan pada 5 dari 7 negara

maju. Sedangkan pada 2 negara yaitu Jepang dan Italia penganggaran

belanja publik di pengaruhi oleh penerimaan (pajak) dan tidak secara vice-

versa (Owoye, 1995). Penelitian lainnya yang Loganathan et al, (2011)

dilakukan di negara berkembang seperti Malaysia menunjukkan bahwa

direct tax dan indirect tax berpengaruh secara tidak langsung terhadap

government spending. Penelitian lain di Timur Tengah seperti di Yordania

yang akan dilakukan Bataineh (2008) menghasilkan kesimpulan bahwa

tidak setiap kenaikan penerimaan pemerintah akan menambah belanja

pemerintah, yang berarti penerimaan pemerintah tidak serta merta akan

mempengaruhi belanja.

Studi tentang pengaruh pendapatan daerah (local own resources

revenue) terhadap pengeluaran daerah sudah banyak dilakukan, sebagai

contoh penelitian yang pernah dilakukan oleh Abdullah & Halim (2004)

menyatakan pendapatan (terutama pajak) akan mempengaruhi Anggaran

Belanja Pemerintah Daerah dikenal dengan memakai tax spend hyphotesis.

Dalam hal ini pengeluaran Pemerintah Daerah akan disesuaikan dengan

perubahan dalam penerimaan Pemerintah Daerah atau perubahan

pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran.

Page 18: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Pendapatan Asli Daerah memiliki peran yang cukup signifikan

dalam menentukan kemampuan daerah untuk melakukan aktivitas

pemerintah dan program-program pembangunan. Pemerintah mempunyai

kewajiban untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat serta menjaga

dan memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. Berdasarkan

uraian di atas maka kami menyimpulkan maka kami merumuskan

hipotesis sebagai berikut.

H1 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja modal.

2.3.2 Dana Bagi Hasil

Dana Bagi Hasil pemerintah daerah berasal dari sumber perpajakan

maupun sumber non pajak yang peruntukannya digunakan oleh pemerintah

daerah untuk membiayai kegiatan operasional dan pembangunan. Salah

satu penggunaan Dana Bagi Hasil adalah alokasi untuk pembangunan

infrastruktur atau alokasi belanja modal. Penelitian oleh Iskandar (2012)

menyatakan bahwa unconditional grants seperti Dana Bagi Hasil dan

Dana Alokasi Umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja

daerah. Sedangkan secara simultan, DBH bersama sama dengan DAK dan

PAD independen berpengaruh positif terhadap belanja langsung.

Penelitian Auten (1974) di New York menyatakan bahwa dana bagi hasil

berkorelasi positif dengan estimasi kebutuhan belanja namun tidak

berkorelasi dengan gaps antara kebutuhan belanja publik dengan sumber

daya, hal ini disebabkan karena formula alokasi dana bagi hasil tidak

memasukkan pengukuran kapasitas fiskal regional. Berdasarkan uraian di

Page 19: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

atas maka kami menyimpulkan maka kami merumuskan hipotesis sebagai

berikut.

H2: Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap alokasi Belanja Modal.

2.3.3 Dana Alokasi Umum

Dalam beberapa tahun berjalan, proporsi Dana Alokasi Umum

terhadap peneriman daerah masih yang tertinggi dibanding dengan

penerimaan daerah yang lain, termasuk PAD. Hal ini menjelaskan bahwa

pemerintah daerah masih bergantung pada transfer yang diberikan oleh

pemerintah pusat dalam mengelola keuangannya. Penelitian yang

dilakukan oleh Harianto dan Adi (2007) dan Darwanto dan Yustikasari

(2007) menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum sangat berpengaruh

terhadap Belanja Modal. Hal ini disebabkan karena dengan adanya transfer

DAU dari Pemerintah pusat maka Pemerintah daerah bisa mengalokasikan

pendapatannya untuk membiayai Belanja Modal. (Moisio, 2002 dalam

Abdullah dan Halim, 2006) menyatakan bahwa orang akan lebih berhemat

dalam membelanjakan pendapatan yang merupakan hasil effort-nya sendiri

dibanding pendapatan yang diberikan pihak lain (seperti grant atau

transfer). Penelitian yang lain oleh (Maimunah, 2006) juga membuktikan

adanya flypaper effect atas dana alokasi umum (DAU) dan pendapatan

asli daerah (PAD) terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kota di pulau

Sumatera.

Pemberian DAU dari pemerintah pusat dimaksudkan untuk

menggantikan Dana Inpres yang sudah tidak dikeluarkan lagi di masa

Page 20: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

sekarang, dan ditujukan juga untuk membiayai keperluan infrastruktur,

kesehatan, dan pendidikan seperti Dana Inpres (Silver et al., 2001).

Berdasarkan uraian di atas maka kami menyimpulkan maka kami

merumuskan hipotesis sebagai berikut.

H3 : Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Alokasi Belanja

modal.

2.3.4 Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu

memdanai kegiatan khusus yang merupakan kegiatan daerah dan sesuai

dengan prioritas nasional. Karena bersifat untuk membiayai kegiatan

khusus, Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap anggaran

belanja modal. Penelitian yang dilakukan oleh Situngkir (2009)

menyatakan bahwa secara parsial dana bagi hasil (DBH), dana alokasi

khusus (DAK) dan pendapatan asli daerah (PAD), masing-masing

berpengaruh signifikan positif terhadap belanja langsung. Sedangkan

secara simultan, ketiga variabel independen berpengaruh positif terhadap

belanja langsung. Penelitian lainnya juga menyatakan bahwa DAK selalu

menyediakan biaya bagi berbagai sektor yang berkaitan dengan

infrastruktur seperti irigasi, jalan, sanitasi, dan juga penyediaan air

(Cassells et al, 2010). Berdasarkan uraian di atas maka kami

menyimpulkan maka kami merumuskan hipotesis sebagai berikut.

Page 21: BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka - digilib.uns.ac.id fileBAB II . 2.1 Tinjauan ... dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintahan yang ada di bawahnya. ... mengeluarkan 3 paket Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

H4 : Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap alokasi Belanja

modal.