bab ii 14 tahun 2005) adalah -...

16
8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kompetensi Pedagogik 2.1.1 Pengertian Kompetensi dan Kompetensi Pedagogik Pengertian Kompetensi menurut Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI 14 Tahun 2005) adalah “seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”. lebih lanjut, Rohadi (2008) dalam penelitiannya menyebutkan kompetensi adalah “kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya guru tunduk pada hukum yang berlaku”. Kedua pendapat diatas menunjukkan bahwa guru dalam hal ini mahasiswa sebagai calon pendidik perlu menumbuhkan kompetensi di dalam dirinya, karena sebagai tenaga profesional seorang guru harus melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan tunduk kepada hukum yang berlaku. Payong (2011:28) menyatakan bahwa pedagogik berasal dari kata Yunani “paedos”, yang berarti anak dan “agogos” artinya mengantar, membimbing, jadi pedagogik berarti membimbing anak. Tugas membimbing ini melekat dalam tugas seorang pendidik, baik guru maupun orang tua. Oleh sebab itu pedagogik berarti segala usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membimbing anak menjadi manusia yang dewasa dan matang. Pengertian kompetensi Pedagogik dalam Standar Nasional Pendidikan yang dikutip Mulyasa (2008:75) mengatakan bahwa Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksaan

Upload: phamnguyet

Post on 19-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kompetensi Pedagogik

2.1.1 Pengertian Kompetensi dan Kompetensi Pedagogik

Pengertian Kompetensi menurut Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI

14 Tahun 2005) adalah

“seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”.

lebih lanjut, Rohadi (2008) dalam penelitiannya menyebutkan kompetensi adalah

“kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya guru tunduk pada hukum yang berlaku”.

Kedua pendapat diatas menunjukkan bahwa guru dalam hal ini mahasiswa

sebagai calon pendidik perlu menumbuhkan kompetensi di dalam dirinya, karena

sebagai tenaga profesional seorang guru harus melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya dengan tunduk kepada hukum yang berlaku.

Payong (2011:28) menyatakan bahwa pedagogik berasal dari kata Yunani

“paedos”, yang berarti anak dan “agogos” artinya mengantar, membimbing, jadi

pedagogik berarti membimbing anak. Tugas membimbing ini melekat dalam tugas

seorang pendidik, baik guru maupun orang tua. Oleh sebab itu pedagogik berarti

segala usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membimbing anak menjadi

manusia yang dewasa dan matang. Pengertian kompetensi Pedagogik dalam

Standar Nasional Pendidikan yang dikutip Mulyasa (2008:75) mengatakan bahwa

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksaan

9

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilkinya.

Suprihatiningrum (2013:101) mengatakan bahwa

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman siswa dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

Kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap siswa, perancangan

dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kompetensi guru

menunjuk kepada penampilan dan tindakan yang mempunyai arah dan tujuan

untuk memenuhi spesifikasi tertentu didalam melaksanakan tugas-tugas

pendidikan.

Mengacu pada definisi kompetensi pedagogik menurut Depdiknas yang

dikutip Mulyasa (2008:75) tersebut, maka yang dimaksud kompetensi pedagogik

dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan yang dimiliki Mahasiswa

Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW dalam merencanakan program pelaksanaan

pembelajaran, kemampuan melaksanakan dan mengelola pembelajaran, dan

kemampuan menilai proses pembelajaran.

2.1.2 Komponen – Komponen Kompetensi Pedagogik

Mulyasa (2008:75) menyatakan ada beberapa komponen kompetensi pedagogik

yang merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sekurang-

kurangnya diantaranya adalah:

a. Pemahaman terhadap peserta didik

Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu komponen dari

kompetensi pedagogik. Ada empat hal yang harus dipahami oleh pendidik

yaitu kecerdasan, kreativitas, kondisi fisik, dan perkembangan kognitif.

10

1. Kecerdasan

Upaya untuk mengetahui tingkat kecerdasan telah dilakukan para ahli

psikologi, antara lain pada tahun 1890 oleh Catell dengan istilah

mental test. Usia mental mungkin lebih rendah atau lebih tinggi dari

usia kronologisnya. Anak cerdas memiliki usia mental lebih tinggi dari

usianya, dan mampu mengerjakan tugas-tugas untuk anak yang

usianya lebih tinggi.

Tugas guru bukan hanya meyampaikan informasi yang dia ketahui

kepada peserta didik, lebih dari itu guru harus memhamai bahwa

masing-masing siswa memiliki kecerdasan berbeda-beda, peserta didik

mungkin memiliki informasi lebih banyak dari pada guru yang

mengajar, untuk itu guru harus bisa terbuka dan menerima pendapat

dari peserta didik.

2. Kreativitas

Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang

memungkinkan setiap peserta didik yang dapat mengembangkan

kreatifitasnya, antara lain dengan teknik kerja kelompok kecil,

penugasan dan mensponsori pelaksanaan proyek. Anak yang kreatif

belum tentu pandai dan sebaliknya. Kondisi yang diciptakan oleh guru

juga tidak menjamin timbulnya prestasi belajar yang baik. Hal ini perlu

dipahami guru agar tidak terjadi kesalahan dalam menyikapi peserta

didik yang kreatif, demikian pula terhadap yang pandai.

3. Kondisi Fisik

Kondisi fisik antara lain berkaitan dengan penglihatan, pendengaran,

kemampuan bicara, pincang (kaki) dan lumpuh karena kerusakan otak.

Terhadap peserta didik yang memiliki kelainan fisik diperlukan sikap

dan layanan yang berbeda dalam rangka membantu perkembangan

pribadi mereka. Misalnya guru harus bersikap lebih sabar dan telaten

tetapi dilakukan secara wajar sehingga tidak menimbulkan kesan

negatif. Perbedaan layanan (jika bercampur dengan anak yang normal)

11

antara lain dalam bentuk jenis media pendidikan yang digunakan, serta

membantu dan mengatur posisi duduk.

4. Perkembangan Kognitif

Pertumbuhan dan perkembangan dapat diklasifikasikan atas kognitif,

psikologis dan fisik, pertumbuhan dan perkembangan berhubungan

dengan perubahan struktur dan fungsi karakteristik manusia,

perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam kemajuan yang mantap

dan merupakan suatu proses kematangan. Perubahan-perubahan ini

tidak bersifat umum, melainkan merupakan hasil interaksi antara

potensi bawaan dengan lingkungan. Baik peserta didik yang cepat

maupun lambat, memiliki kepribadian yang menyenangkan atau

menggelisahkan, tinggi ataupun rendah, sebagian besar tergantung

pada interaksi antara kecenderungan bawaan dan pengaruh lingkungan

(konvergensi, sebagaimana dikemukakan oleh William Stern).

Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia

yang dialami anak. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan

pemahaman terhadap latarbelakang pribadi anak, sehingga dapat

mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta

menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.

b. Kemampuan mengelola pembelajaran

Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga

fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.

1. Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi, serta

memperkirakan cara mencapainya. Perencanaan merupakan fungsi

sentral dari menejemen pembelajaran dan harus berorientasi ke masa

depan. Guru sebagai manajer pembelajaran harus mampu mengambil

keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai sumber, baik sumber

daya, sumber dana, maupun sumber belajar untuk membentuk

kompetensi dasar, dan mencapai tujuan pembelajaran.

2. Pelaksanaan atau sering disebut implementasi adalah proses yang

memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki

12

sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga

dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi dan pengendalian,

bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai rencana atau tujuan

yang telah ditetapkan. Dalam proses manajerial terakhir ini perlu

dibandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang telah ditetapkan.

c. Perancangan pembelajaran

Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu

identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan

program pembelajaran.

1. Identifikasi kebutuhan

Pada tahap ini, guru seharusnya melibatkan peserta didik untuk

mengenali, menyatakan, dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-

sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam

kegiatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar.

2. Identifikasi Kompetensi

Kompetensi yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula

terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media

pembelajaran, serta memberi petunjuk terhadap penilaian. Oleh karena

itu kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak.

3. Penyusunan program pembelajaran

Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana

pelaksaan pembelajaran, sebagai produk program pembelajaran jangka

pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan

proses pelaksanaan program.

d. Pelaksaan Pembelajaran yang mendidik dan dialogis

Pelaksaan pembelajaran harus berangkat dari proses dilaogis antar sesama

subjek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran kritis dan

komunikasi. Tanpa komunikasi tidak akan ada pendidikan sejati.

13

e. Evaluasi hasil belajar

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan

pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan

penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan

dan sertifikasi, benchmarking, serta penilaian program.

Mengelola pembelajaran adalah hal wajib yang harus dilakukan oleh guru.

Mengelola pembelajaran tidak hanya berguna untuk menunjang kelancaran proses

pembelajaran, tetapi kegiatan ini sebagai bentuk tanggungjawab bagi seorang guru

yang bertugas mendidik anak menjadi manusia yang berpengetahuan dan

memiliki keterampilan bagi kehidupannya di masa depan. Kompetensi pedagogik

menuntut guru maupun mahasiswa sebagai calon pendidik untuk secara utuh

memahamai kewajibannya, mengidentifikasi kebutuhan peserta didik dalam

pembelajaran merupakan tugas awal untuk kompetensi pedagogik, merancang

pembelajaran dan media yang akan digunakan akan menentukan keberhasilan

tujuan pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran yang berhasil akan menciptakan

sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh sebab itu, para mahasiswa harus

mampu mengembangkan kompetensi pedagogiknya.

2.2 Motivasi Belajar

2.2.1 Pengertian Motivasi

Yamin (2007:157) mengatakan

“ motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam belajar, para ahli sukar mendefinisikannya, akan tetapi motivasi berhubungan dengan (1) arah perilaku, (2) kekuatan respon (yakni usaha) setelah belajar siswa memilih mengikuti tindakan tertentu, dan (3) ketahanan perilaku, atau beberapa lama seseorang itu terus menerus berperilaku menurut cara tertentu” .

14

Pendapat lain mengenai motivasi disampaikan oleh Winkel (2005:160) yang

mengatakan

“Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan”.

Menurut Hamalik (2004: 158), ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk

meninjau motivasi, yaitu: (1) Motivasi dipandang sebagai suatu proses.

Pengetahuan tentang proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang

akan kita amati dan untuk memperkirakan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang;

(2) kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk

dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk dapat dipercaya, dapat dilihat

kegunaannya dalam memperkirakan dan menjelaskan tingkah laku lainnya. Mc.

Donald dalam Hamalik (2004:158) menyebutkan

“motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”.

Di dalam perumusan ini kita dapat lihat, bahwa ada tiga unsur yang saling

berkaitan, yaitu sebagai berikut:

a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.

Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-

perubahan tertentu di dalam sistem neuropisiologis dalam organisme

manusia, misalnya karena terjadi perubahan dalam sistem pencernaan

maka timbul motif lapar.

b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-

mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana

emosi.

c. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi

yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah

15

suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan

yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya.

Dari uraian tersebut, motivasi ditandai dengan reaksi mencapai tujuan.

Motivasi menjadi daya dorong bagi mahasiswa untuk belajar melalui emosi

didalam dirinya untuk mencapai kompetensi guru. Motivasi belajar bagi

mahasiswa ditunjukan dengan tinggi rendahnya kesadaran membaca, adanya

perubahan energi, ditunjukkan oleh perasaan ingin tahu yang kuat sehingga

menimbulkan pertanyaan antara apa yang dilihat di lingkungan dengan apa yang

ia pelajari. Timbulnya affective arrousal misalnya mahasiswa memiliki gairah

bekerjasama dengan teman-teman untuk belajar, kemudian membentuk kelompok

belajar dan bekerjasama antar teman tanpa diminta dosen. Adanya reaksi

mencapai tujuan, misalnya mahasiswa memiliki semangat belajar dan kiat-kiat

khusus untuk mencapai pembelajaran yang berhasil.

Berdasarkan uraian tersebut, definisi motivasi belajar dalam penelitian ini

mengacu pada definisi motivasi yang dikemukakan Hamalik (2004:158), maka

yang yang dimaksud dengan motivasi dalam penelitian ini adalah tingkat

perubahan energi dalam diri mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP UKSW yang

ditandai dengan timbulnya perasaan affective arrousal dan reaksi untuk mencapai

tujuan.

2.2.2 fungsi Motivasi

Berdasarkan Hamalik (2004: 161) motivasi mendorong timbulnya

kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi fungsi

motivasi itu meliputi berikut ini :

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa dimotivasi

maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke

pencapaian tujuan yang diinginkan.

16

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi

mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya

suatu pekerjaan.

Berdasarkan deskripsi fungsi tersebut, motivasi memiliki peranan penting

dalam kehidupan, terutama bagi mahasiswa yang sedang belajar. Memiliki

motivasi dapat mendorong mahasiswa untuk melakukan perubahan ke arah yang

lebih baik. Motivasi menjadi penggerak maksudnya adalah hasil dalam hal ini

penguasaan kompetensi pedagogik ditentukan oleh motivasi. Tidak semua

mahasiswa memiliki motivasi menjadi guru, jadi hasil belajar yang diperolehnya

pun tergantung dari motivasi yang dimiliki.

2.3 Manajemen Waktu

2.3.1 Pengertian Manajemen Waktu

Menurut Humes (Gea, 2014) manajemen waktu secara singkat diartikan

sebagai suatu seni mengatur, mengorganisasi, menjadwalkan, serta

menganggarkan waktu seseorang untuk menghasilkan kerja lebih efektif dan

produktif. Pengertian lain disampaikan Singh & Jain (Gea, 2014) bahwa

manajemen waktu adalah tindakan suatu proses perencanaan dan pelaksanaan

pantauan sadar atas sejumlah waktu yang digunakan untuk aktivitas khusus,

terutama untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas.

Penelitian Rohadi (2008) didalam tesisnya menyebutkan manajemen

sebagai perencaanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan

pengontrolan terhadap sumber daya manusia dan alam untuk tujuan yang telah

ditentukan. Sejalan dengan hal tersebut Sofyani (2012) dalam skripsinya

menyebutkan manajemen waktu sebagai pengelolaan waktu dimana individu

menetapkan terlebih dahulu kebutuhan dan keinginan kemudian menyusunnya

berdasarkan segi urutan kepentingan.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen

waktu merupakan proses pengelolaan waktu yang dimiliki mulai dari perencanaan

waktu, mengorganisasikan, melaksanakan penggunaan waktu, dan pengawasan

17

terhadap pengunaan waktu. Baiknya waktu yang ada dimanfaatkan semaksimal

mungkin, karena waktu tidak dapat terulang kembali.

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud manajemen waktu

dalam penelitian ini adalah penggunaan waktu belajar bagi mahasiswa pendidikan

ekonomi FKIP UKSW mulai dari perencanaan waktu, mengorganisasikan,

melaksanakan penggunaan waktu, dan pengawasan terhadap pengunaan waktu.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen waktu

Sofyani (2012) menjelaskan beberapa faktor yang menentukan tercapainya

proses menejemen waktu mahasiswa antara lain:

a. Faktor dalam diri yang melakukan kesalahan. Faktor ini menjadi

faktor utama karena setiap manusia belajar dari kesalahannya. Dengan

manajemen, manusia meminimalisir kesalahan dimasa lampau.

b. Faktor pandangan hidup. Faktor ini mampu memacu motivasi

mahasiswa seperti, untuk apa berkuliah, setelah lulus apa yang

dilakukan? Dengan pandangan hidup yang jelas, tergambar dalam

benak sebuah masa depan.

c. Faktor lingkungan kampus. Pada dasarnya lingkungan kampus

menjadi barometer kreativitas mahasiswa. Dengan fasilitas kampus

yang memadai, mahasiswa mampu menimba ilmu secara otodidak

yang kurang didapat dibangku kuliah. Hal ini mempersingkat waktu

proses belajar kognitif mahasiswa.

Supaya waktu yang dimiliki dapat dimanfaatkan dengan baik, maka

mahasiswa perlu membuat perencanaan waktu dengan menyusun prioritas

kebutuhan, perencanaan sesuai uraian di atas berfungsi untuk

meminimalisir kesalahan. Dengan perencanaan ini, jadwal belajar

mahasiswa akan tersusun dengan jelas.

2.3.3 Aspek-Aspek Manajemen Waktu

Sofyani (2012) menyebutkan ada tiga aspek manajemen waktu yang

dipakai dalam pengembangan pengukuran tugas atas manajemen waktu

yaitu:

18

a. Menetapkan tujuan dan prioritas, yaitu apa yang menjadi kebutuhan

dan keinginan seseorang untuk diselesaikan dan bagaimana individu

dapat menempatkan kebutuhan sesuai prioritas tugas yang diperlukan

untuk mencapai sasaran.

b. Teknik atau mekanika manajemen waktu, yaitu cara-cara yang

digunakan dalam mengelola waktu seperti membuat daftar, jadwal, dan

rencana kerja.

c. Kontrol terhadap waktu, yaitu berhubungan dengan perasaan dapat

mengatur waktu dan pengontrolan terhadap hal-hal yang dapat

mempengaruhi penggunaan waktu.

d. mempengaruhi penggunaan waktu.

2. 4 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian

ini adalah :

1. Rohadi (2008) dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh Manajemen

Waktu dan Motivasi Mengajar Terhadap Kompetensi Profesional Guru di

Sekolah Menengah Atas (SMA) Kota Pekalongan tahun 2008”. Masalah

yang dibahas dalam penelitian ini adalah adanya realita di lapangan bahwa

sebagian guru di SMA Kota Pekalongan belum sepenuhnya kompetensi

profesional seperti yang diharapkan. Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif. Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai R square sebesar

0,241 menunujukkan bahwa ada pengaruh secara simultan manajemen

waktu dan motivasi mengajar terhadap kompetensi profesional guru di

SMA Kota Pekalongan sebesar 24,1% , selebihnya dari faktor lain di luar

variabel yang diteliti. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama

meninjau kompetensi guru dilihat dari motivasi dan manajemen waktu.

Perbedaannya adalah dalam penelitian yang menjadi subjek penelitian

adalah mahasiswa dan objek yang diteliti hanya kompetensi pedagogik.

19

2.5 Kerangka Berpikir

Menurut Sugiyono (2015: 388)

“ kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”.

Kerangka berpikir disini akan menguraikan model Hipotetis, definisi

operasional, dan skala pengukuran.

2.5.1 Model Hipotetis

Model hipotetis merupakan gambaran dari variabel-variabel penelitian,

didalam penelitian ini akan dijelaskan variabel dependen dan independen.

Penelitian ini terdiri dari 2 variabel independen yang diberi notasi X dan satu

variabel dependen yang diberi notasi Y. Berikut adalah model hipotetis dari

kerangka berpikir dimana kompetensi pedagogik sebagai variabel dependen

(Y), motivasi belajar sebagai variabel independen (X1), dan manajemen waktu

sebagai variabel independen (X2) :

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir Pengaruh Motivasi Belajar dan Manajemen Waktu Terhadap

Kompetensi pedagogik Mahasiswa Pendidikan Ekonomi

Keterangan:

X1 = Motivasi belajar

X2 = Manajemen Waktu

Y = Kompetensi Pedagogik

= Pengaruh Fungsional

X1

X2

Y

20

2.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk menjelaskan variabel dalam

penelitian tentang pengaruh motivasi belajar dan manajemen waktu terhadap

kompetensi pedagogik di kalangan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi. Variabel

yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi Pedagogik

Tingkat kemampuan yang dimiliki mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP

UKSW dalam merencanakan program pelaksanaan pembelajaran,

kemampuan melaksanakan dan mengelola pembelajaran, dan kemampuan

menilai proses pembelajaran. Tingkatan kompetensi pedagogik

dikategorikan menjadi 5 yaitu :

Tinggi : jika semua indikator kompetensi pedagogik sesuai dengan diri

mahasiswa, maka diberi skor 5.

Cukup Tinggi : jika indikator kompetensi pedagogik sebagian besar sesuai

dengan diri mahasiswa, maka diberi skor 4.

Sedang : jika indikator kompetensi pedagogik cukup sesuai dengan diri

mahasiswa, maka diberi skor 3.

Cukup Rendah : jika indikator kompetensi pedagogik sebagian kecil sesuai

dengan diri mahasiswa, maka diberi skor 2.

Rendah : jika indikator kompetensi pedagogik tidak sesuai dengan diri

mahasiswa, maka diberi skor 1.

2. Motivasi Belajar

Tingkat perubahan energi dalam diri mahasiswa pendidikan ekonomi

FKIP UKSW yang ditandai dengan timbulnya perasaan affective arrousal

dan reaksi untuk mencapai tujuan. Tingkatan motivasi belajar

dikategorikan menjadi 5 yaitu:

Tinggi : jika semua indikator motivasi belajar sesuai dengan diri

mahasiswa, maka diberi skor 5.

Cukup Tinggi : jika indikator motivasi belajar sebagian besar sesuai

dengan diri mahasiswa, maka diberi skor 4.

21

Sedang : jika indikator motivasi belajar cukup sesuai dengan diri

mahasiswa, maka diberi skor 3.

Cukup Rendah : jika indikator motivasi belajar sebagian kecil sesuai

dengan diri mahasiswa, maka diberi skor 2.

Rendah : jika indikator motivasi belajar tidak sesuai dengan diri

mahasiswa, maka diberi skor 1.

3. Manajemen Waktu

Penggunaan waktu belajar bagi mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP

UKSW mulai dari perencanaan waktu, mengorganisasikan, melaksanakan

penggunaan waktu, dan pengawasan terhadap penggunaan waktu.

Tingkatan manajemen waktu dikategorikan menjadi 5 yaitu:

Tinggi : jika semua indikator manajemen waktu sesuai dengan diri

mahasiswa, maka diberi skor 5.

Cukup Tinggi : jika indikator manajemen waktu sebagian besar sesuai

dengan diri mahasiswa, maka diberi skor 4.

Sedang : jika indikator manajemen waktu cukup sesuai dengan diri

mahasiswa, maka diberi skor 3.

Cukup Rendah : jika indikator manajemen waktu sebagian kecil sesuai

dengan diri mahasiswa, maka diberi skor 2.

Rendah : jika indikator manajemen waktu tidak sesuai dengan diri

mahasiswa, maka diberi skor 1.

Berdasarkan keterangan tersebut diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Tinggi =5 + 5

10�100% = 100%

cukupTinggi =4 + 4

10�100% = 80%

Sedang =3 + 3

10�100% = 60%

CukupRendah =2 + 2

10�100% = 40%

Rendah =1 + 1

10�100% = 20%

22

2.5.3 Skala Pengukuran

Sugiyono ( 2015:133) Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang

digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang

ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam

pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.

Tabel 2.1

Daftar Skala Pengukuran

No Variabel Notasi Skala Pengukuran

Nominal Ordinal Interval Ratio

1 Kompetensi

Pedagogik Y v

2 Motivasi Belajar X1 v

3 Manajemen Waktu X2 v

2.6 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2015: 96) “Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian”. Berdasarkan pada perumusan masalah,

maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hipotesis Penelitian:

1. Hipotesis kerja :

Terdapat pengaruh positif motivasi terhadap penguasaan kompetensi

pedagogik

Hipotesis statistik :

Ho : Y = b (X1) = 0

H1 : Y = b (X1) ≠ 0

2. Hipotesis kerja:

Terdapat pengaruh positif manajemen waktu terhadap penguasaan

kompetensi pedagogik

23

Hipotesis statistik:

Ho : Y = b (X2) = 0

H1 : Y = b (X2) ≠ 0

3. Hipotesis kerja :

Terdapat pengaruh positif motivasi dan manajemen waktu terhadap

penguasaan kompetensi pedagogik.

Hipotesis statistik:

Ho : Y = b (X1.X2) = 0

H1 : Y = b (X1.X2) ≠ 0