bab ii 1199112 -...
TRANSCRIPT
15
BAB II
MUSIK DALAM PANDANGAN ISLAM
A. Musik, Islam Dan Dakwah
1. Musik
a. Pengertian Seni Musik
Banyak sekali pengertian seni yang ditulis oleh para pakar
dalam buku-bukunya sebagaimana fitroh manusia yang menyukai
segala sesuatu yang indah dan menyenangkan, maka seni adalah usaha
untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.1 Seni juga
merupakan manifestasi dari pada budaya. (Priksa, karsa, rasa, intuisi
dan karya) manusia yang memenuhi syarat estetik.2
Menurut Sidi Gazalba (1998) seni adalah bahasa latin yang
berasal dari kata ars berarti sesuai dengan etimologi, kata ars tersebut
yaitu membuat barang-barang atau mengerjakan sesuatu, maka seni
dalam pengertian yang paling dasar berarti kemahiran atau
kemampuan.3 Seni adalah fitroh manusia seperti juga makan dan
minum bergaul mencari pengetahuan mengarah kepada kebenaran
yang berhubungan dengan manusia.
Sedangkan menurut Quraisy Shihab (1996), seni adalah
keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya menusia yang
1 Sidi Gazalba, Islam dan Kesenian; Relevansi Islam dengan Seni Budaya Karya
Manusia, (Jakarta: Bulan Bintang 1988), hlm. 81 2 H. Endang Saifuddin Anshari, Kuliah al-Islam, (Jakarta: Rajawali, 1986), hlm. 152 3 Sidi Gazalba, Op.Cit., hlm. 82
16
mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam
manusia di dorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah,
apapun jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri
manusia ataupun fitroh yang di anugerahkan Allah kepada hamba-
hamba-Nya.4
Seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek
psikologi atas manusia lain yang melihatnya.
Jadi seni adalah penjelmaan keindahan yang terdapat dalam
jiwa manusia sebagai fitrohnya, yang merupakan manifestasi cipta,
rasa, karsa, intuisi dan karya manusia yang memenuhi syarat estetika
yang dapat menimbulkan efek psikologis bagi orang lain yang
merasakannya.
Sedangkan musik ialah cetusan ekspresi isi hati, yang
dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bahasa bunyi (lagu). Apabila
letusan isi hati tersebut dikeluarkan melalui mulut disebut vokal, dan
dikeluarkan dengan alat-alat musik, maka disebut instrumental.
Dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa seni
musik adalah seni menyusun nada suara yang dibunyikan sedemikian
rupa, sehingga mengandung irama, lagu dan memiliki nilai estetika
yang harmonis.
Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa musik adalah
ilmu dan seni mengkombinasikan irama dan nada, baik vokal maupun
4 M. Quraisy shihab, Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Maudhu’I atas perbagai persoalan
Umar, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 385
17
instrumental, yang didalamnya termasuk rangkaian nada (melodi) dan
paduan nada (harmoni) untuk mengungkapkan perasaan.
Sugeng Basuki (dalam bukunya Sidi Gazalba) mengemukakan
seni musik berasal dari bahasa Yunani “muse” yang berarti dewa. Oleh
bangsa Yunani kuno, apabila akan menggunakan nama-nama para
dewa seperti dewa Zeus, Apdo dan lainnya, maka mereka harus
mempersembahkan bunyi-bunyian kepada dewa Orsis. Karena
menurut mereka musik dalam arti sejarahnya adalah suara bentuk
kesenian yang dapat mengeluarkan bermacam-macam perasaan dan
jiwa dengan menggunakan nada sesuai dengan penyajiannya. Musik
ada tiga macam, yaitu:
1) Musik vokal
Vokal berasal dari perkataan vokal (Belanda), voca (Itali),
volx (Prancis), voice (Inggris) yang artinya suara. Yang di maksud
disini adalah semua suara manusia. Musik vokal itu hanya
mempergunakan suara manusia atau nyanyian saja, tanpa di iringi
alat musik. Hidangan musik vokal disebut vokalita. Mereka yang
mendendangkan musik vokal disebut vokalis.
2) Musik instrumental
Instrumental berasal dari perkataan instrumen (Itali) yang
berarti alat, yang dimaksud disini adalah alat musik seperti biola,
terompet dan lain-lain. Musik instrumental penyajiannya hanya
menggunakan alat-alat musik saja, tanpa ada nyanyian. Hidangan
18
musik instrumental disebut instrumentalia, sedangkan yang
menghidangkan disebut instrumentalis.
3) Musik campuran
Musik campuran adalah musik vokal dan musik
instrumental yang di sajikan bersama-sama. Tapi pada umumnya
yang dipentingkan adalah vokalnya, sedang instrumentalnya adalah
pengiring saja. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh
banyak orang.
Jadi seni musik adalah ekspresi perasaan dan jiwa manusia
sebagai fitrohnya terhadap keindahan yang di ungkapkan lewat
nada dan irama baik vokal maupun instrumen yang tersusun dalam
melodi dan harmoni dan dapat memberikan efek-efek secara
psikologis kepada yang melihat dan mendengarkannya.
Dalam menjelaskan unsur-unsur pokok dalam musik, para
ahli berbeda pendapat. Ikhwan al Shofa misalnya, adalah musik
adalah yang mengandung lagu (lahn), nada (naghm) dan lengkok
(iqa’at). Sementara Ikhwan al Shofa, al Farabi, musik adalah lagu
(al-Alhan), yaitu kumpulan ritme yang disusun dengan urutan dan
ketentuan tertentu.
Lain halnya dengan Joseph Macholis, menerangkan kalau
unsur-unsur penting dalam musik ada lima pokok, Musical line,
pergantian nada-nada yang ada dalam musik, Musical space,
(harmoni) yang menurut phythagoras, harmoni terletak pada nada-
nada yang serasi, Musical time, ritme yang merupakan ketentuan
19
perpindahan musik dalam waktu, yang mengontrol jarak antara
nada satu dengan nada berikutnya. Musical pace, yaitu tempo,
ketentuan kecepatan sebuah musik. Yang kelima Musical color,
yaitu (warna nada). Nada yang sama menghasilkan suara yang
berbeda ketika nada tersebut disuarakan melalui berbagai macam
alat. Perbedaan ini terlihat pada sifat warna nada atau timbre yang
dimiliki oleh setiap instrumen. Timbre ini berfungsi untuk
memfokuskan impesi musik yang kita dengar, warna nada ini
mengarahkan imajinasi gaya suara kepada karakter khusus yang
dimiliki oleh musik tersebut.5
Sementara aksi panggung dalam sebuah pertunjukan musik,
tidaklah harus dengan gerakan lincah ataupun super aktif. Karena
dalam penyampaian pesan dalam musik adalah melalui expresi nada
dan iramanya, bukan gerakannya. Karena gerakan yang berlebihan
akan menimbulkan efek kemadhorotan dan apabila kemadhorotan
itu ditiru banyak orang maka kita yang akan menanggung dosanya,
seperti hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah.
“Barang siapa menciptakan kebiasaan yang baik, lalu kebiasaan itu dikerjakan orang lain, maka ia mendapat pahala. Dan barang siapa menciptakan kebiasaan buruk, lalu kebiasaan itu dikerjakan orang lain, maka dia yang menanggung dosanya”.
5 Abdul Muhayya, Bersufi Melalui Musik : Sebuah Pembelaan Musik Oleh Ahmad
Al Ghozali, (Yogyakarta : Gramedia, 2003), hlm. 28.
20
Oleh karena itu ajaran Islam harus menyertai kita dimanapun
dan kapanpun kita berada. Sekalipun pada saat menyanyi,
menyempurnakan pesan dakwah lewat musik.6
b. Sejarah dan Pandangan Islam Terhadap Seni Musik sebagai Media
Komunikasi Dakwah.
Dalam sejarah agama Islam, seni musik bukan tergolong hal
yang baru. Pada masa Rosulullah dan para sahabat, secara teori, seni
musik belum dikenal masyarakat Islam, walaupun pada saat itu dalam
prakteknya seni sudah lebih dulu di kenal.
Hal ini terlihat dari betapa merdu dan indahnya suara adzan
yang dilantunkan oleh Bilal. Betapa Umar bin Khotob seorang
panglima perang yang gagah berani hatinya luluh ketika
mendengarkan kemerduan dan keindahan seni bacaan al-Qur’an. Jadi
secara tidak di sadari seni sudah ada dalam sejarah perkembangan
agama Islam.
Perkembangan Tamadun dalam pengertian perkembangan
terhadap kebudayaan yang tinggi berlangsung di zaman daulah atau
khalifah Abbasiyah. Terjadi peralihan dari kehidupan desa yang
sederhana kepada kehidupan kota yang mewah, dari masyarakat
tertutup kepada masyarakat terbuka, dari menjauhi dunia kepada
pendekatan dunia. Pantulan perubahan itu kelihatan pada seniman yang
6 Kathur Suhardi, Inul Lebih dari Segelas Arak, (Jakarta : Darul Falah, 2003), hlm. 47
21
menyertai masyarakat dalam perkembangan cita rasanya, menemukan
diri dalam perkembangan karya. Dunia seni mengalami revolusi.
Kekayaan kebendaan dan kemewahan melanda kehidupan,
sehingga sering terjadi kerusakan perimbangan antara dunia dan
akhirat, ketika aktivitas dunia dari kawalan agama. Dalam kesenian hal
ini menyatakan diri pada karya-karya yang tidak lagi memperpadukan
nilai estetika dan nilai etika Islam. Walaupun demikian dunia seni
umat Islam mengalami perkembangan luar biasa sejalan dengan
perkembangan luar biasa tamaddunnya.7
Satu abad lamanya tamaddun Islam menyalin kitab-kitab
Yunani, Persi dan India. Diantara kitab-kitab yang disalin itu adalah
kitab-kitab ilmu musik. Setelah mereka pelajari kitab musik Yunani
dan India, ahli-ahli Islam menciptakan kitab-kitab musik baru dengan
jalan memperbaharui, menambah dan menyempurnakan alat, sistem
dan teknik musik. Maka seni musik menjadi ilmu tersendiri dalam
tamaddun Islam.
Perhatian kepada pendidikan musik telah diberikan semenjak
akhir zaman Muawiyah. Dalam zaman Abasiyah perhatian yang amat
besar untuk perkembangan pendidikan musik di berikan oleh para
khalifah dan pembesar. Sekolah musik tingkat menengah dan tinggi di
didirikan di berbagai kota. Faktor yang menggalakan pendirian
7 Sidi Gazalba, Op.Cit., hlm. 168
22
sekolah-sekolah musik ialah keahlian bernyanyi dan bermusik
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan pekerjaan.8
Umat Islam yang merupakan pelopor yang mendirikan kilang
alat musik. Pembuatan alat-alat itu menjadi suatu cabang seni halus.
Pusat kilang pembuatan alat-alat musik yang amat terkenal ialah
Sevilla di Andalusia. Alat-alat yang di keluarkan oleh kilang ini ialah
mizbar (kecapi klasik), ad qodim (kecapi lama), ud kamil (kecapi
lengkap), syahrud (kecapi lengkung), marabba’ (semacam gitar), gitara
(gitar), kamanja’(semacam rebab), ghisyak (semacam rebab).9
Seni musik mempunyai kedudukan yang berbeda-beda dalam
pandangan ulama. Ada pendapat yang memperbolehkan seni musik,
ada juga yang melarang bahkan mengharamkannya. Diantara mereka
ada yang membuka lebar-lebar terhadap setiap macam lagu dan warna
musik, dengan alasan karena yang demikian itu halal, dan merupakan
salah satu aktivitas yang baik dalam kehidupan, yang dibolehkan Allah
bagi hamba-hamba-Nya. Ada yang mematikan radio atau menutup
mata dan telinganya ketika mendengar lagu apapun seraya
mengatakan, “Lagu adalah seruling setan, perkataan yang tak berguna
serta penghalang orang untuk berdzikir kepada Allah dan mengerjakan
shalat”. Terutama suara wanita yang menyanyi, menurut mereka, suara
wanita dengan tidak menyanyi pun adalah aurat, bagaimana pula jika
8 Ibid., hlm. 165 9 Ibid., hlm. 170
23
menyanyi ?. sebagian lagi ada yang menolak sama sekali segala
macam musik apapun musik ilustrasi pengantar siaran berita.
Kelompok ketiga bersikap ragu-ragu diantara dua kelompok
ini, kadang cenderung pada kelompok pertama, di saat yang lain ikut
pada kelompok yang kedua. Kelompok yang ketiga ini dan jawaban
yang memuaskan dari Ulama dalam masalah penting yang menyangkut
perasaan dan kehidupan manusia sehari-hari ini, terutama sesudah
masuknya berbagai media informasi yang dapat didengar dan dilihat,
yang telah memasuki rumah-rumah dan disertai dengan hal-hal yang
serius dan yang lucu-lucu dan menarik pendengaran orang dengan
lagu-lagu dan musiknya suka ataupun tidak suka.
Sebuah perdebatan yang cukup serius boleh tidaknya umat
Islam bermain musik ataupun menyanyikan sebuah lagu. Ulama yang
mengharamkan musik dan nyanyian mengemukakan antara lain,
bahwa musik dan nyanyian adalah jenis hiburan, permainan atau
kesenangan yang bisa membawa orang lalai / lengah dari melakukan
kewajiban-kewajibannya, baik terhadap agama, misalnya shalat
terhadap diri dan keluarganya, seperti lupa studinya atau malas
mencari nafkah, maupun terhadap masyarakat dan negara, seperti
mengabaikan tugas organisasinya atau tugas negara. Tampaknya dalil
syar’i yang dipakai ulama yang mengharamkan musik dan nyanyian itu
adalah yang disebut saddu al-dzari’ah, yang artinya menutup /
mencegah hal-hal yang dapat mengantarkan orang kedalam hal-hal
yang dilarang oleh agama. Misalnya melihat aurat wanita bukan
24
muhrim dan bukan istrinya adalah haram, karena perbuatan itu bisa
mendorong orang kepada perbuatan yang tercela (berbuat cabul, zina
dan sebagainya). Demikian pula wanita, dilarang memperlihatkan
bagian auratnya kecuali pada suaminya, anak-anaknya, dan orang-
orang yang tersebut dalam Surat al-Nuur ayat :3. Larangan ini juga
dimaksudkan untuk menjaga keselamatan dan kehormatan wanita itu
sendiri dan juga untuk tidak merangsang kaum pria.10
Banyak dalil yang digunakan ulama baik yang diambil dari al-
Qur’an maupun dari hadits Nabi Muhammad saw. Diantaranya dalil
tersebut adalah pertama mereka mengharamkan lagu berdasarkan
hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud dan Ibnu Abbas
serta sebagian tabi’in bahwa mereka mengharamkan nyanyian
berdasarkan firman Allah Swt.
����������������� ���� �� �� � ��� ��������� ��������� �������� ��� �����!"#���
�$!%�����&'��( "�����) *��+�,�-�./�0�1�
Artinya : “Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan”. (Q.S. Lukman : 6)
Dalil berikutnya adalah al-Qur’an surat al-Qashash ayat 55;
���2����3��������456�+�,�,�,�7 8/�0��1�
Artinya : “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat mereka berpaling daripadanya…” (Al Qashash : 55)
10 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqdyah, (Bandung : PT. Gunung Agung, 1997), hlm. 98.
25
Nyanyian bagi mereka termasuk al-laghwu (perkataan yang
tidak berguna) maka wajib berpaling dari padanya.11
Dalil yang ketiga adalah hadits Rasulullah saw. yang artinya :
“Setiap permainan yang dilakukan oleh seorang mukmin maka itu
suatu kebatilan, kecuali tiga permainan; permainan suami dengan
istrinya, pelatihan terhadap kudanya dan melempar anak panah dari
busurnya”. (H.R. Ashhabus Sunan Munhthorib).
Dalil yang keempat adalah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari yang merupakan hadits mu’allaq, dari Abi Malik atau
Amir Al Asy’ari, satu keraguan dari perawi dari Nabi saw, ia berkata:
“Benar-benar akan ada suatu kaum dari umatku yang menghalalkan kemaluan (zina), sutera, khomar (minuman keras) dan alat-alat musik”.12 (HR. Bukhari).
Adapun ulama yang membolekan orang Islam belajar musik
dan nyanyian, memainkan, dan mendegarkan mengemukakan alasan-
alasan, antara lain sebagai berikut:
���������������� �������������������������� �
Artinya : “Pada dasarnya segala sesuatu itu halal (boleh), sehingga ada dalil yang jelas menunjukkan keharamannya”. (Yusuf Qordhawi 38 : 1998)13.
Menikmati musik dan nyanyian itu sesuai dengan fitrah
manusia (human nuture) dan gharizah-nya (insting/naluri), yang
memang suka kepada hal-hal yang enak�/�lezat, indah, menyenangkan,
11 Yusuf Qordhawi, Seni dan Hiburan Dalam Islam, (Jakarta : Al-Kautsar, 1998), hlm.
39 12 Al Imam Zainuddaini Ahmadubnu Abdullatif Azzabaedi, Muhtashor Shohih Bukhori,
(Juz Awal : Darul Kitab Libanon), hlm. 451 13 Abdul Wahab Khalaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh), (Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 1994), Hlm. 140
26
mempesona, mengasyikan, dan memberi kedamaian dan ketenangan
dalam hati, seperti musik dan nyanyian.14 Sebagaimana yang
diingatkan oleh Allah swt dalam al Qur’an surat Ali Imran ayat 14 :
���������������� ��������������������������������� �������! �"#$���� ��% ��&���'(
�����) �*��� +�,-.��� ��" ��� �/��� �01���2����-3��� �"*�� 4�5�� 6 �78���9��
�: ;���� ��<3�=>�?�-�.��90��1
Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan manusia kemauan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.15 (Ali Imran : 14)
Tentang menyanyinya dua budak wanita di rumah Nabi saw, di
sisi Aisyah Ra. dan bentakan Abu Bakar terhadap kedua wanita itu
beserta perkataannya, “Seruling syetan di rumah Nabi”, ini
membuktikan bahwa kedua wanita itu bukan anak kecil sebagaimana
anggapan sebagian orang. Sebab kalau wanita itu bukan anak kecil,
pasti tidak akan memancing kemarahan Abu Bakar ra.
Yang menjadi penekanan disini adalah jawaban Nabi saw
kepada Abu Bakar dan alasan yang dikemukakan oleh Rasulullah saw,
bahwa beliau ingin mengajarkan kepada kaum Yahudi bahwa di dalam
agama kita itu ada keluwesan. Beliau diutus dengan membawa agama
yang bersih dan mudah.
14 Masjfuk Zuhdi, Op.Cit., hlm. 98 15 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Gema Risalah Press,
1989), Hlm. 167
27
Ibnu Majah juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata,
”Aisyah pernah menikahkan salah seorang wanita dari familinya
dengan laki-laki Anshar, maka Rasulullah Saw datang dan bertanya,
“Apakah kalian sudah memberi hadiah pada gadis itu?” Mereka berkata, “ya (sudah)”. Nabi berkata, “Belum”. Maka Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya sahabat Anshar itu kaum yang senang hiburan, kalau seandainya kamu kirimkan bersama gadis itu orang yang menyanyikan “kami datang kepadamu… kami datang kepadamu … selamat untukmu”.
Tidak ada dalam Islam sesuatu yang baik artinya dan yang
dianggap baik oleh jiwa yang bersih dan akal yang sehat kecuali telah
dihalalkan oleh Allah sebagai kasih sayang untuk semua16. Karena
risalah yang universal dan abadi, sebagaimana Allah swt berfirman:
���������! ������@A�������B�@C�����7���6 -"&D '>�?�:�;�<�0�1�
Artinya : “Mereka menanyakan kepadamu, “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” katakanlah, “Dihalalkan bagimu yang baik-baik”.17 (QS. Al Maidah : 4).
Imam Al Ghazali membantah orang yang berkata,
“Sesungguhnya nyanyian itu perbuatan sia-sia dan permainan”
dengan bantahannya “Dia memang demikian, tetapi dunia seluruhnya
perbuatan sia-sia dan permainan”. Dan, segala macam senda gurau
bersama wanita adalah perbuatan sia-sia, kecuali perkawinan yang
bertujuan memperoleh anak. Sedangkan bergurau/kelakar yang tidak
jorok hukumnya halal”. Demikian itu diriwayatkan dari Rasulullah saw
dan dari para sahabat. (Dikutip dari Yusuf Qordhawi)
16 Qordhawi, Op.Cit., hlm. 252 17 Departemen Agama RI, Op. Cit., Hlm. 158
28
Menurut Quraisy Shihab (1999) tidak ada larangan
menyanyikan lagu di dalam Islam. Bukankah Nabi saw pertama kali
tiba di Madinah, beliau disambut dengan nyanyian “Thala al-badru
‘alaina min Tsaniyaah al-wadaa”?. Ketika ada perkawinan, Nabi juga
merestui nyanyian yang menggambarkan kegembiraan. Yang terlarang
adalah yang mengandung makna-makna yang tidak sejalan dengan
ajaran Islam.
Imam Al Ghazali mengecam mereka yang mengharamkan
musik atau nyanyian, walaupun dia mengakui adanya larangan Nabi
saw, tetapi dia mengaitkan larangan mendengarkan musik atau
nyanyian itu dengan kondisi yang menyertainya, atau dampak negatif
yang dilahirkannya.
Al-Marhum Mahmud Syaltut, pemimpin tertinggi Al Azhar
Mesir, dalam buku Fatwa-fatwanya, seperti dikutip oleh Quraisy
Shihab, menegaskan bahwa para ahli hukum Islam telah sepakat
tentang bolehnya nyanyian guna membangkitkan kerinduan
melaksanakan haji, semangat bertempur, serta dalam peristiwa-
peristiwa gembira seperti lebaran, perkawinan, dan sebagainya.
Adapun selain itu, memang dipersilahkan, tetapi semua alasan untuk
melarangnya selama tidak menimbulkan dampak negatif tidak dapat
dibenarkan.18
18 Quraisy Shihab, Fatwa-fatwa Seputar Wawasan Agama, (Bandung : Mizan, 1999),
hlm. 8 - 14
29
Kalangan sufi Islam bertanggapan,bahwa ilham turun pada
manusia melalui gairat. Dalam kalangan sufi, musik adalah suatu yang
harus ada. Imam Ghazali pernah berkata, bahwa Gairat diperoleh
manusia dengan perantaraan mendengarkan musik, untuk itu, maka Al
Ghazali mengarang sebuah kitab musik yang bernama ”Musik dan
Gairat”, yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan Musik and
Ecstasy. Musik dan nyanyian penting benar, kata Ghazali, untuk
memperoleh Gairat Tuhan. Dengan musik dan nyanyian lebih lekas
diperoleh nikmat Tuhan.
Ahli-ahli sufi Islam berpendapat, bahwa musik dan nyanyian
dapat menyembuhkan penyakit jiwa dan penyakit badan, dan musik
bisa menjadi obat. Teori ini telah dipraktekkan oleh para sarjana barat
dewasa ini. Al-Kindi sendiri telah mempraktekkan musik sebagai jalan
untuk menyembuhkan seorang hartawan yang telah lama menderita
sakit. Pelajaran dari terapi musik (doctrinair of musical therapheutics),
sekarang telah diterima orang dalam lapangan ilmu pengetahuan.
Bahkan para sufi menempatkan musik sebagai sesuatu yang sangat
penting keberadaannya. Walaupun ada para ulama yang memiliki dalil-
dalil yang melarang musik, tetapi sejarah menjelaskan kepada kita
bahwa musik diperbolehkan hukumnya oleh Islam, apa lagi seni musik
Nasyid yang memang dijadikan sebagai alat atau media dakwah untuk
mencapai tujuan yang mulia.
Acuan normatife berupa dalil-dalil diatas, ada sejumlah hal
sangat elementer yang bisa diungkapkan dan dielaborasi. Pertama,
30
bahwa Islam sama sekali tidak pernah mempunyai ajaran untuk
melawan kecenderungan fitrah manusia yang senang kepada hal-hal
yang enak dan menyenangkan, seperti musik. Kedua, selama tidak
melalaikan orang dan mengingat Tuhan, musik adalah sesuatu yang
boleh. Maha Agung Tuhan yang telah mengkaruniai manusia
kecenderungan-kecenderungan alamiah untuk senang kepada hal-hal
yang bersifat hiburan, seperti musik. Ketiga, nyanyian harus
diperuntukkan buat sesuatu yang tidak bertentangan dengan etika
Islam. Kalau nyanyian itu penuh dengan syair-syair yang bertentangan
dengan etika Islam, maka menyanyikannya haram.19
Dari ungkapan diatas, bisa mengambil sebuah kesimpulan
bahwa seni musik diperbolehkan selagi orang yang menyanyi atau
yang mendengarkan lagu tidak terlena yang akhirnya meninggalkan
kewajibannya, baik kewajiban dengan Allah ataupun dengan sesama
manusia.
Jadi seni musik diperbolehkan selama ia tidak diikuti atau
dikaitkan dengan hal-hal yang menyimpang dari ajaran Islam. Bahkan
para sufi menempatkan musik sebagai sesuatu yang penting
keberadaannya. Walaupun ada para ulama yang memiliki dalil-dalil
yang melarang musik. Tapi sejarah telah menjelaskan kepada kita
bahwa musik diperbolehkan hukumnya oleh ulama Islam, apalagi
musik yang dimaksud di sini adalah sebagai alat atau media untuk
19 Yusuf Al- Qordhowi, Fiqh Musik dan Lagu, Penerjemah Tim LESPISI, H. Ahmad
Fulex Bisyri, H. Awan Sumarno Lc, H. Anwar Musthofa, Mujahid, (Bandung : LESPISI, 2002), hlm . 163.
31
mengkomukasikan pesan-pesan dakwah untuk mencapai tujuan yang
mulia.
2 . Islam
Pengertian Islam
Islam, secara etimologi asal kata dari Aslama, kata dasarnya
adalah salima, yang berarti sejahtera. Dari kata ini terjadi kata masdar
selamat. Ada juga yang menganggap Islam itu salam yang berarti
sejahtera, selamat, damai dan seimbang.
Secara istilah, Islam adalah patuh dan berserah diri pada Allah.
Dengan patuh dan berserah diri pada Allah akan terwujud kehidupan
damai dunia akhirat. 20
Islam merupakan agama yang di wahyukan Allah kepada
Rasulnya untuk semua umat manusia. Ajaran agama Islam bukan
hanya mengenai satu segi, tapi mengenai berbagai segi dari kehidupan
manusia. Dan sumber dari ajaran-ajaran itu adalah Al- Qur’an dan
hadits.
Dalam kenyataan umat Islam, Al- Qur’an merupakan wahyu
yang di turunkan kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman hidup
umatnya. Seperti firman Allah SWT :
��� �� � ��� ����� �� ��� �� ����� �� � ���� ����
���� ��!: ��"��#�$��%&���' �( �� �)������ ��*��
20 Sidi Gazalba, Masyarakat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976, Hlm. 24
32
Artinnya : Sesungguhnya ini adalah wahyu Tuhan semesta alam. Oleh ruh setia hatimu agar engkau dapat memberi ingat, dalam bahasa arab yang jelas.
Atas dasar ayat di atas, Islam mempunyai keyakinan. Bahwa
apa yang terkandung Al- Qur’an adalah firman Tuhan. Teks bahasa
arab dalam kitab suci Al- Qur’an yang dari akal sebagai wahyu Allah.
Ajaran yang terpenting dalam Islam adalah ajaran tauhid.
Ajaran ini yang menjadi dasar dari segala dasar yaitu pengakuan
tentang adanya Tuhan yang Maha Esa. Ajaran yang di bawa Nabi
Muhammad wajib di percaya oleh umat Islam. Dan orang yang tidak
percaya pada ajarannya adalah orang-orang kafir dan musyrik.
Hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan
pencipta, akhir hidup manusia di surga ataupun neraka, semuanya
merupakan ajaran dari Islam. Di dalam Islam juga tersimpul nilai
ibadat seperti halnya shalat, puasa, zakat, dan haji serta mengenal
moral dan akhlak, yang kesemua itu merupakan aspek penting dalam
Islam.
Islam berpendapat bahwa hidup manusia di dunia tidak bisa
lepas dari hidup manusia di akhirat, bahkan corak hidup di dunia
menentukan corak hidup manusia di akhirat. Kebahagiaan di akhirat
bergantung pada hidup baik di dunia. Hidup yang baik menghendaki
33
masyarakat yang teratur. Oleh karena itu Islam mengandung peraturan
tentang kehidupan masyarakat.21
Prektek kehidupan umat Islam semenjak zaman Nabi hingga
kini, menuntun dan mengarahkan manusia pada perwujudan salam.
Dalam hal seni misalnya, kesenian dalam konsep Islam wajib
mengandung pelajaran moral, dan menyampaikan kesenangan yang
tidak merusak. Agama merupakan seni yang mengandung moral yang
dari kehendaki oleh Islam. 22
Jadi Islam, adalah agama yang mempunyai banyak aspek, baik
aspek teologi aspek ibadat, aspek moral, aspek misticisme, aspek
falsafat, aspek sejarah, aspek kebudayaan dan lain sebagainya.23
Kebudayaan Islam menganggap bahwa seni, sebagai nilai
tempat bergantungnya seluruh validitas Islam. Karena nilai seni
keindahan Al-Qur’an, merupakan Hujjah untuk kebenaran dari Illahi.24
Dalam konteks pemikiran dan kebudayaan, seni Islam telah diakui
sebagai bagian dari aktifitas religius.25 Contoh saja, bacaan Shalawat
Nabi, yang dilantunkan dengan berbagai macam lagu, dimana hal
tersebut sudah menjadi kebudayaan religius dalam masyarakat. Oleh
karena itu seni dianggap sebagai salah satu pokok dari kebudayaan,
yang merupakan salah satu aspek dari agama Islam.
21 Harun Nasution , Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta : Bulan Bintang,
1987), hlm. 30 22 Sidi Gozalba, Asas Kebudayaan Islam : Pembahasan Ilmu dan Filsafat Tentang
Ijtihadi Fiqh, Akhlaq, Bidang-bidang Kebudayaan Masyarat Negara, (Jakarta : Bulan Bintang, 1984), hlm. 306
23 Harun Nasution, Op. Cit, hlm. 35 24 Ismail Buah Faruqi, Islam Dan Kebudayaan, (Bandung : Mizan, 1984), hlm. 69 25 Hamdy Salad, Agama Seni, (Yogyakarta : Adipura, 2000), Hlm. 72
34
3. Dakwah
a. Dakwah Dalam Tinjauan Teoritis.
Dakwah diibaratkan sebagai lentera kehidupan, yang memberi
cahaya penerang bagi kehidupan manusia dari kegelapan. Disaat
kegersangan spiritual, rusaknya moral, dan maraknya kemungkaran
menimpa masyarakat, maka aktifitas dakwah diharapkan mampu
memberikan cahaya penerang. Munculnya krisis moral dan terkikisnya
nilai-nilai agama dalam diri manusia, menjadi bagian terpenting dalam
aktifitas dakwah. Dakwah merupakan suatu keharusan yang tidak bisa
di tawar lagi, karena hal tersebut merupakan salah satu fungsi manusia
muslim sebagai risalah penerus Rasulullah, untuk menyampaikan jalan
keselamatan di dunia maupun akhirat.
Namun dalam realitanya, dakwah yang hadir di tengah
masyarakat dengan retorikanya terkadang memberikan gambaran yang
kurang tepat tentang Islam. Yang menyebabkan kesalahpahaman
tentang makna dakwah itu sendiri.26 Oleh karena itu perlu adanya
penjelasan tentang dakwah Islam, supaya tujuan dakwah Islam benar-
benar membawa perubahan.
b. Pengertian Dakwah
Di tinjau dari segi etimologi, dakwah berasal dari kata da’a
yad’u yang artinnya memanggil, mengajak, maupun menyeru.
26 Hamdan Daulay, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik, (Yogyakarta :
Lesfi, 2001), hlm 3
35
Sedangkan dakwah menurut istilah di artikan oleh Drs.
Hamzah Yaqub, dalam bukunya “ Publisistik Islam”, adalah mengajak
umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk
Allah dan Rasulnya.27 Dakwah adalah mengarahkan kehidupan umat
manusia dengan nilai-nilai Iman, Islam dan taqwa, demi kebahagiaan
di dunia maupun akhirat.
Dakwah merupakan pekerjaan yang tidak akan pernah ada
akhirnya. Selama denyut Nabi dan kegiatan manusia, masih
berlangsung, maka selama itulah manusia berkewajiban
menyampaikan risalah Nabi. Yang pada dasarnya hakekat dari pesan
tersebut, merupakan tuntutan abadi nurani manusia sepanjang zaman.
Dalam Al- Qur’an, ucapan yang terbaik adalah ucapan orang
yang menyeru kepada Allah, beramal saleh, dan memproklamasikan
dirinya sebagai salah satu dari komunitas muslim, yang menegakkan
moral iman, Islam taqwa secara utuh dan benar.28
c. Hukum Dakwah
Islam adalah agama dakwah, sehinggga agama tidak akan
tersiar dan memasyarkat apabila tidak di siarkan keberlangsungan
dakwah sangat penting bagi masyarakat. Karena berlakunya suatu
27 Asmuni Sukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al- Ikhlas, 1998), hlm.
17-19 28 Ahmad Syafi Maarif, Membumikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1974), hlm.
101
36
ajaran dalam masyarakat tidak akan terwujud apabla tidak yang
menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam kepada orang lain.29
Aturan dasar dalam syariat Islam bersifat universal. Islam turun
sebagai rahmat seluruh alam, hidayat bagi umat manusia, dan jalan
kehidupan cara umum. Menurut Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan
bahwa Islam bukanlah undang-undang untuk manusia tertentu, selagi
ia di sebut sebagai manusia, baik berbeda warna kulit, bahasa dan
bangsa, semua manusia adalah sama, tidak ada perbedaan antara
seseorang dengan lainnya kecuali taqwa.30
Dalam firmannya Allah menyuruh kepada setiap manusia
untuk menyeru pada jalan Allah dengan cara bijaksana, dengan nasehat
yang baik dan tanpa paksaaan. Seperti dalam surat an- Nahl ayat 125.
��%+�,-��&� ./�� 0&1� 2�%+�� 23��4��� 2�*+�&� ��� � �% �� 50�
(�6�:��7����-����.�����8����%� ����-����&��/�0 �(9����+�
Artinnya : Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan dengan mauidhoh yang baik dan bantahlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya TuhanMu ialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunnjuk.31
Dalam dimensi lain kewajiban berdakwah menurut Al-Qur’an
adalah bahwa manusia di ciptakan oleh Allah sebagai khalifatullah
29 Abdul Rasyad Saleh, Manejemen Dakah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), hlm. 1 30 Abdullah Nashiih Ulvian, Sikap Islam Terhadap Non Muslim, (Jakarta : Pustaka Al
Kautsar, 1995), hlm. 15 31 Departemen Agama RI. Op. Cit, hlm. 421
37
fil al Ardhi.Artinnya makhluk yang berusaha mengelola kehidupan
dunia dan memakmurkannya, maka sudah seharusnya manusia untuk
menjaga dan melangsungkan agama Allah dengan dakwah ila
sabilillah. Hal tersebut sebagaimana tersurat dalam Al- Qur’an surat
Ali Imran 104 .32
����/� � :�����&� ���; � � <���� ���0 24� .*�� =*���
(�>�: ��������$��?��-.���4@�+��( ��*����
Artinnya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolonan umat yang menyuruh kepada kebajikan. Menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.33
Mengacu pada nash di atas dapat ditarik sebuah pengertian
bahwa kegiatan berdakwah untuk mengajak manusia kepada situasi
yang lebih baik merupakan kewajiban sebagai muslim selama tidak
ada dalil yang memalingkan dari kewajiban tersebut. Hal ini
mendapatkan legitimasi dari pada ulama, dimana para ulama (jumhur)
terdapat kesepakatan bahwa itu hukumnya wajib, dengan mengacu
pada surat Al Imran : 104, dimana dalam kalimat ( �*��� ) terdapat
lam amar yang menunjukkan kewajiban dakwah.
Dengan demikian jika dilihat dari segi pentingnya berdakwah
yang menyangkut beberapa yang segi kehidupan, maka dakwah
menjadi tanggung jawab seluruh umat manusia muslim, baik individu
32 Dzikron Abdullah, Metodologi Dakwah, (Semarang : Fak Da IAIN WS, 1987), hlm. 3 33 Departemen Agama RI, Op. Cit, hlm. 93
38
maupun kelompok, dimana dalam realisasinya disesuaikan dengan
tingkat kemampuan dan kekuatan masing-masing, baik secara lisan
maupun tulisan.
d. Tujuan Dakwah
Aktifitas dakwah begitu dekat dengan kehidupan manusia,
sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat terlibat di dalamnya.
Oleh karena itu dalam berdakwah haruslah mengetahui tujuan yang
jelas dalam berdakwah itu sendiri. Karena tujuan dakwah sangat
menentukan dan berpengaruh terhadap hasil yang akan di capai
oleh penyelenggara dakwah. Untuk memahami tujuan dakwah,
maka tujuan dakwah di idensifikasikan menjadi dua bagian.
1) Tujuan Umum
Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia baik
mukmin maupun non mukmin kepada jalan yang benar yang
diridhoi Allah Swt. Untuk mencapai kebahagian dunia maupun
akhirat. Karena kebahagian di dunia maupun akhirat merupakan
titik puncak tujuan hidup manusia.34 Tujuan dakwah sama
dengan firman Allah dalam Al- Qur’an
.7&�����A� &�� 2�%B C�D��E� 2�%+ & �0��E &��� &���
(�>� : ����C)
34 Asmuni Sukir, Op. Cit, hlm. 51
39
Artinnya : “ Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia maupun kebaikan di akhirat serta jauh kanlah kami dari siksa api neraka35.
Dasar dari tujuan dakwah, hakekatnya sama dengan tujuan hidup
manusia dan ajaran dalam Al- Qur’an, bahagia dan sejahtera dunia
ahirat.
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan penjabaran atau realisasi dari
tujuan umum, sehingga sudah di klasifikasikan dengan
berbagai tekanan pembahasan spesifik. Tujuan ini mengisi
setiap segi kehidupan dan memberikan bimbingan serta
pimpinan bagi seluruh golongan masyarakat menurut
kebutuhan dan persoalan, masing-masing sesuai segi dan
bidangnya. Kebahagiaan dan kesejahteraan dalam bidang
pendidikan misalnya, adalah suatu nilai yang ditandai dengan
adanya sistem pendidikan yang baik. Sedang kebahagiaan dan
kesejahteraan dalam bidang social ekonomi, adalah suatu nilai
yang ditandai dengan tegaknya keadilan ditengah-tengah
kehidupan masyarakat, tersedianya lapangan kerja yang cukup,
timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup, tolong
menolong atas dasar taqwa.
Demikian untuk mencapai tujuan dakwah tersebut, maka
langkah-langkah dan tindakan dakwah itu disusun secara
35 Departemen Agama RI, Op. Cit, hlm. 27
40
bertahap. Dimana pada setiap tahapan ditetapkan dan ditarget
sasaran tertentu. Atas dasar target atau sasaran inilah disusun
program dakwah setiap tahapan yang ditentukan. Dengan
demikian tujuan dakwah dapat diusahakan pencapaiannya secara
teratur dan tertib.36
e. Media Dakwah
Dalam proses dakwah media memiliki peran yang sangat
penting. Tanpa ada media, dakwah tidak akan berkembang, tanpa
adanya media sulit bersosialisasi dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada pada masyarakat media dakwah merupakan
alat bantu untuk berdakwah.37
Menurut Asmuni Syukir media dakwah di bagi menjadi 6
bagian :
1. Lembaga pendidikan formal, yaitu pendidikan yang
mempunyai kurikulum siswa sejajar kemampuanya, pertemuan
rutin dan lain sebagainya. Melalui lembaga seperti inilah dapat
diberikan pengajaran agama Islam pada para siwa
2. Lingkungan Keluarga
Di dalam lingkungan keluarga pada umumnya terdapat
kesamaan agama. Kesempatan ini bagi para keluarga dapat
dijadikan media dakwah seperti jama’ah shalat, puasa dan
sebagainya.
36 Asmuni Sakir, Op. Cit, hlm. 51-56 37 Ibid., hlm. 163
41
3. Organisasi Islam
Dalam organisasi yang berazaskan Islam secara langsung bisa
dijadikan sebagai media dakwah.
4. Hari-hari Besar Islam
Dalam memperingati hari besar Islam, seorang da’i mempunyai
kesempatan yang baik dalam menyampaikan misi dakwahnya.
5. Media Masa
Media masa tepat sekali di gunakan sebagai media dakwah.
Baik media cetak maupun siaran seperti, Koran, majalah, puisi,
sandiwara ataupun lagu-lagu. Semua bisa jadi media untuk
berdakwah.
6. Seni Budaya
Biasanya setiap masyarakat memiliki seni dan budaya sendiri-
sendiri, dan mereka lebih tertarik terhadap seni budaya yang
ada, baik seni musik, drama, wayang kulit dan lain-lain. Maka
seni dan budaya sangat tepat sebagai media dakwah karena
selain sebagai tontonan dapat di jadikan sebagai tuntunan. 38
Sekian banyak media dakwah di atas merupakan salah
satu unsur untuk kesuksesan aktifitas dakwah itu sendiri.
Dengan berbagai macam media dakwah, maka dakwah bisa
diterima oleh berbagai macam kalangan umat sesuai dengan
lingkungan, kepercayaan dan budaya mereka.
38 Ibid., hlm. 173.
42
B. Nasyid
1. Pengertian Nasyid
Banyak sekali ragam lagu-lagu popular sebagai hiburan atau
kesenangan yang digandrungi di seluruh dunia. Pria wanita, tua muda
sampai anak-anak. Namun ada jenis lagu yang khas dengan latar belakang
serta tujuan khusus yang berbeda dengan lagu popular yaitu nyanyian
religius atau yang lebih kita kenal sekarang ini adalah Nasyid.
Di tanah air, perjalanan Nasyid di awal sekitar era 80-an, ketika
Mahasiswa-mahasiswa muslim menyanyikan syair berbahasa Arab sebagai
wujud solidaritas saudara-saudara mereka di Palestina. Pada akhir tahunn
90-an grup-group Nasyid di tanah air tumbuh bak cendawan di musim
hujan. Hal ini paling tidak menandakan kerinduan masyarakat kita
terhadap apa yang kerap disebut sebagai seni Islam.39
Secara etimologi seni Nasyid adalah seni suara, lagu dan musik.
Kata Nasyid diambil dari bahasa Arab yaitu (0 " &��) yang berarti nyanyian
atau syair.
Adapun secara terminologi seni Nasyid adalah lagu-lagu dan
irama-irama dengan tema-tema religius. Nasyid juga merupakan
komposisi-komposisi yang panjangnya sudah ada aturan yang biasanya
dimarakkan oleh kelompok laki-laki atau perempuan yang bernyanyi
bersama, dengan baris melodi tanggal yang disuarakan bersama-sama oleh
semua kelompok iringan instrumen bisa ada bisa juga tidak ada lirik-
39 Sri Yulianti, Nasyid Menyeruk Pasar, (Jakarta : Syiar, 2002), hlm. 40
43
liriknya sering dalam bahasa Arab, tetapi bahasa setempat dapat dipakai.
Dalam beberapa hal, isi kata-katanya adalah campuran bahasa arab dan
bahasa pribumi.40
Menurut Yusuf Al- Qordawi ( 1988 ) Nasyid atau nyanyian religius
adalah nyanyian yang dihubungakan dengan nuansa keagamaan. Agama
merupakan tujuan dan isi dari nyanyian tersebut. Oleh karena itu nyanyian
religius ini syair-syairnya hanya menceritakan kecintaan kepada Allah,
Rasulullah, orang-orang saleh dari hamba Allah, kehidupan akhirat dan
kenikmatan syurga juga menceritakan makna ketuhanan dan keimanan
yang dibawa oleh Rasulullah.
Seni Nasyid adalah seni suara atau seni musik yang tidak hanya
menyentuh tetapi juga meresap dan merasuk jiwa dan hati pendengarnya
sebab dalam hal itu terdapat pesan-pesan atau syair-syair yang bermuatan
Islami serta mempunyai pengaruh terhadap realisasi penyempurnaan
kehidupan spiritual manusia.
Seni Nasyid adalah seni musik Islami ( handasah al- shawat) yang
mendendangkan syair-syair Qur’an dan irama-irama yang syahdu seni
Nasyid yang berisikan ajaran-ajaran dan penuh ajaran Islam yang banyak
mengandung muatan dakwah dan bimbingan melalui seni musik atau seni
suara yang indah. Seni Nasyid dapat berbentuk doa-doa agama yang
40 Yusuf al- Qordhowi, Op. Cit., hlm. 170
44
dinyanyikan dengan lagu paling enak dan suara paling lembut sehingga
menggembirakan hati dan menggoyangkan perasaan.41
Dari berbagai Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Nasyid
adalah seni suara seni musik yang membawakan syair-syair Islami untuk
umat manusia agar dapat memahami akan eksistensinya di muka bumi.
Dengan demikian pendakwah melalui seni musik Nasyid dapat menyentuh
perasaan dan hati sanubari manusia khususnya umat Islam.
2. Jenis-Jenis Nasyid
Menurut Yusuf Qordawi ( 1988 ) ada dua jenis Nasyid yaitu :
a. Nasyid Islami, yaitu lagu yang dibolehkan oleh syariat yang syair-
syairnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam : Aqidah, syariah dan
akhlak seperti puji-pujian kepada Allah, Rasulullah, kisah-kisah dan
lain-lain.
Nasyid Islami disyaratkan syair tidak bertentangan dengan syariat,
gaya menyanyikan lagu tidak mengandung maksiat, nyanyian tidak
dibarengi dengan sesuatu yang diharamkan dan tidak berlebihan dalam
mendengarkannya.
b. Nasyid Jahili, yaitu lagu yang diharamkan oleh syariat karena syairnya
bertentangan dengan syariat Islam. Seperti lagu yang pernah
dilantumkan oleh Abu Nawas.
Tinggalkan celaanmu padaku, sebab celaan itu adalah pujian obatilah aku dengan si cantik sang penawar.
41 Yusuf al- Qordhowi, Waktu dalam Kehidupan Muslim, (Jakarta : Firdaus, 1998), hlm.
117
45
Atau sajak Syauqi
Ramadhan telah datang menyambut peminum Yang selalu menanti setiap saat.
Dalam syair ini orang mempropagandakan meminum khamr,
padahal ia induknya kejahatan dalam Islam. Hati-hati juga pada sajak
Ilia Abu Madi dalam syairnya Ath-Thalasim.
Aku tidak tahu dari mana datang, tapi aku telah datang Telapak kakiku telah melihat satu jalan, maka akupun berjalan Aku akan terus berjalan kalau aku mau atau aku berhenti Bagaimana kau datang Bagaimana kau berjalan?aku tidak tahu Dan kenapa aku tidak tahu ? Aku juga tidak tahu.
Syair ini tidak boleh menurut syariat karena mengandung unsur
keraguan terhadap dasar-dasar keimanan penciptaan hari kiamat dan
nubuwah. Maka Nasyid ini hukumnya haram.
Sedangkan tema-tema Nasyid adalah sebagai berikut :
a. Syair yang bersenandung shalawat nabi, ini banyak didendangkan
oleh setiap kalangan, baik itu orang dewasa maupun anak-anak.
b. Syair yang bersenandung ketauhidan
c. Syair yang bersenandung dengan tema Ilahi, akhlaq aqidah dan
moral
d. Syair-syair yang bercerita tentang kehidupan manusia, baik itu
kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.
46
3. Fungsi Nasyid
Musik berfungsi untuk menentramkan pikiran dari beban
kemanusian (basyariyyah) dan memperbaiki tabiat manusia. Ia
merupakan stimulan untuk melihat rahasia ketuhanan ( asrar rabbani)
bagi sementara orang musik merupakan godaan karena
ketidaksempurnaan mereka.42
Musik spiritual (Nasyid) adalah kunci pembuka kazanah
kebenaran Ilahi para ahli tasawaf musik spiritual salah satunya Nasyid
berfungsi untuk lebih mendekatkan kepada Ilahi.
Seni Nasyid juga berfungsi sebagai alat manifestasi atau
penyemangat dalam meningkatkan moralitas dan spiritualitas dalam
kehidupanm ini. Disamping itu Nasyid dapat berfungsi sebagai sarana
atau alat untuk berdzikir, sebagai manifestasi dari wujud syukur
kepada Allah Swt atas nikmat yang telah dia berikan kepada hamba-
hambanya.
Rasa syukur kepada Allah akan selalu terdorong di hati nurani,
bilamana ada suatu pendorong yang mampu untuk mengingatkanya.
Maka Nasyid adalah salah satu jalan keluarnya, sebab di dalam Nasyid
terdapat berbagai macam-macam pujian dan tasbih kepada Allah SWT.
4. Nasyid Sebagai Media Dakwah
Trend Nasyid, sekalipun masih satu dasawarsa, agaknya telah
menunjukkan gairah yang luar biasa. Sambutan antusias tersebut
beriring dengan munculnya kesadaran berIslam di kalangan sebagian
42 Sayyid Hussein Nashr , Spiritualitas dan Seni Islam, (Bandung : Mizan, 1993), hlm. 38
47
remaja-remaja dan pemuda-pemuda Islam. Sehingga merekapun
mencri penyaluran gairah seni suaranya kepada jenis suara yang ber
ruh Islam yaitu Nasyid.
Menurut Din Syamsuddin, kesenian Nasyid ini bisa menjadi
momentum syair Islam dan penyelamatan generasi muda dari musibah
atau kemaksiyatan seperti narkoba, perkelahian pelajar atau tawuran,
perjudian, mabuk, dan lain-lain agar mereka menjadi umat Islam yang
produktif dan professional.
Semarak Nasyid sebagai media dakwah dapat dilihat dari
berbagai kegiatan yang banyak menggelar pertunjukan Nasyid. Hal ini
menandakan bahwa Nasyid dapat diterima oleh masyarakat dan
sebagai sarana media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah,
seperti pertunjukkan yang pernah digelar dengan tema “
Menyelamatkan Generasi Muda, membangun Bangsa “ hal tersebut
sangat istimewa karena acara tersebut disisipi dengan acara
penyerahan David Club Cup (diambil dari nama Nabi Daud as yang
konon memiliki suara yang merdu), sebuah penghargaan bagi pelantun
Nasyid terbaik di Indonesia yang dilakukan oleh seketaris Umum
Mejelis Ulama Indonesia ( MUI ) yaitu Dr. Din Syansuddin, kepada
grup Nasyid SNADA.
Mungkin tidak ada salahnya jika program-program
penganugerahan musik mengakomodasi trend suara aternatif tersebut.
Karena hal itu sejalan dengan misi pembangunan manusia seutuhnya.
Khususnya terkait dengan pembangunan aspek ketaqwaan. Satu aspek
48
yang memang harus ditumbuh kembangkan apalagi melihat
sinyaleman kerusakan moral dan penyalahgunaan obat di sebagian
kalangan remaja Islam. 43
Dengan demikian Nasyid adalah salah satu media yang efektif
untuk berdakwah. Dengan Nasyid persoalan dakwah tidak di jelaskan
secara gamblang, namun melalui nyanyian dan musik, sehingga orang
yang baru pertama mengenal Islam bisa faham lewat Nasyid tersebut.
Dengan menggunakan Nasyid sebagai media dakwah, maka
dakwah yang disampaikan tidak akan menjemukan bagi mad’u.
Karena dakwah dengan menggunakan media Nasyid, pertama mad’u
akan tertarik dengan musik yang ditawarkan oleh munsyid ( pembawa
Nasyid ) setelah mereka menyukai warna musiknya. Maka kemudian
mereka memperhatikan isi Nasyid tersebut yang tiada lain adalah
pesan-pesan dakwah yang mengajak manusia untuk selalu
melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar.
43 Sri Yulianti, Op. Cit., hlm. 41