bab ia

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Kode Etik Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi(Kelly, 1987). Jika anggota profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut, maka pihak organisasi berhak memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak tersebut dari organisasi tersebut. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan sebagai penghubung antara perawat dengan tenaga medis, klien, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal. 1.2 Latar Belakang Lahirnya Pelanggaran Kode Etik Keperawatan Perawat professional tentu saja memahami kode etik atau aturan yang harus dilakukan, sehingga dalam melakukan suatu tindakan keperawatan mampu berpikir kritis untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai prosedur yang benar tanpa ada kelalaian. Namun mengapa masih banyak terjadi berbagai bentuk kelalaian tanpa tanggung jawab dan tanggung gugat? Hal ini dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan perawat dalam memahami kode etik itu sendiri. Sehingga tindakan yang dilakukan adakalanya akan berdampak pada keselamatan pasien. Oleh sebab itu, banyak perawat dimata masyarakat di anggap kurang berpotensi dalam melakukan asuhan keperawatan yang pada akhirnya berdampak pada persepsi masyarakat pada seluruh tenaga keperawatan. Oleh karena itu, sebagai calon perawat maupun para perawat harus mampu memahami dengan baik dan benar tentang kode etik dan salah satu kuncinya yaitu banyak membaca dan memahami pentingnya keselamatan pasien sehingga keinginan untuk mempelajari kode etik sebagai landasan tindakan bisa lebih bermanfaat.

Upload: budi-irawan

Post on 12-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Pengertian Kode Etik

Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi(Kelly, 1987). Jika anggota profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut, maka pihak organisasi berhak memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak tersebut dari organisasi tersebut. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan sebagai penghubung antara perawat dengan tenaga medis, klien, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal.

 

1.2  Latar Belakang Lahirnya Pelanggaran Kode Etik Keperawatan

Perawat professional tentu saja memahami kode etik atau aturan yang harus dilakukan, sehingga dalam melakukan suatu tindakan keperawatan mampu berpikir kritis untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai prosedur yang benar tanpa ada kelalaian. Namun mengapa masih banyak terjadi berbagai bentuk kelalaian tanpa tanggung jawab dan tanggung gugat? Hal ini dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan perawat dalam memahami kode etik itu sendiri. Sehingga tindakan yang dilakukan adakalanya akan berdampak pada keselamatan pasien. Oleh sebab itu, banyak perawat dimata masyarakat di anggap kurang berpotensi dalam melakukan asuhan keperawatan yang pada akhirnya berdampak pada persepsi masyarakat pada seluruh tenaga keperawatan. Oleh karena itu, sebagai calon perawat maupun para perawat harus mampu memahami dengan baik dan benar tentang kode etik dan salah satu kuncinya yaitu banyak membaca dan memahami pentingnya keselamatan pasien sehingga keinginan untuk mempelajari kode etik sebagai landasan tindakan bisa lebih bermanfaat.

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB IA

BAB II

PEMBAHASAN KODE ETIK DALAM KEPERAWATAN

 

2.1  Kode Etik dalam Keperawatan

Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan profesional. Standar tersebut adalah kode etik keperawatan. Dengan kode etik tersebut, perawat dapat bertindak sesuai hukum atau aspek legal perawat. Selain itu, kode etik juga dapat membantu perawat ketika mengalami masalah yang tidak adil. Karena kode etik  adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku yang menjadi kerangka kerja dalam  membuat keputusan. Kode Etik juga memberikan pemahaman kepada perawat untuk melakukan tindakan sesuai etika dan moral  serta akan menghindarkan dari tindakan kelalaian yang akan menyebabkan klien tidak nyaman atau bahkan menyebabkan nyawa klien terancam.

2.1.1     Fungsi Kode Etik Perawat                   

           Kode etik perawat yang berlaku saat ini  berfungsi sebagai landasan  atau pedoman bagi status perawat  profesional yaitu dengan cara:

1. Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat

2. Menjadi pedoman bagi perawat dalam  berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal

3. Menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan

4. Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

Gambar 1.1.         PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA (PPNI) KAB.BANJAR

                INDONESIAN NATIONAL NURSING ASSOCIATION (INNA) BANJAR DISTRIC

2.1.2        Kode Etik Keperawatan Indonesia

Dalam profesi perawat, seorang perawat harus mampu memahami dan menerapkan berbagai kode etik yang menjadi dasar mereka bertindak khususnya dalam tindakan asuhan keperawtan. Beberapa kode etik yang ada di Indonesia yang harus di miliki oleh seorang perawat professional yaitu:

1.   Tanggungjawab Perawat terhadap Individu, Keluarga, dan Masyarakat

Page 3: BAB IA

1. Perawat berpedoman kepada tanggungjawab dari  kebutuhan akan keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.

2. Perawat memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga, dan masyarakat.

3. Perawat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.

4. Menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga, dan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan.

5. Tanggungjawab terhadap Tugas1. Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai

kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.

2. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.

4. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

5. Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.

1. Tanggungjawab terhadap Sesama Perawat dan Profesi Kesehatan Lainnya

6. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

7. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuannya.

8. Tanggungjawab terhadap Profesi Keperawatan9. Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara

mandiri dan bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.

10. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.

11. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan keperawatan.

12. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

1.  Tanggungjawab terhadap Pemerintah, Bangsa, dan Negara

Page 4: BAB IA

a.  Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.

b. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.

Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut(kozier, Erb. 1990):

a)            Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan anggota tenaga  kesehatan lainnya.

b)            Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang tertuduh  suatu permasalahan secara tidak adil.

c)            Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk mengorientasikan lulusan keperawatan  dalam memasuki jajaran praktik keperawatan profesional.

d)           Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional.

2.2      Standar Etik dan Legal dalam Keperawatan

Setiap saat bekerja dan berhubungan dengan klien, rekan kerja, dan seluruh komunitas tentu saja perawat selalu dihadapkan dengan pengambilan keputusan dalam setiap tindakan yang dilakukan berkaitan dengan etika dan moral. Terdapat dua aturan yang harus ditaati oleh perawat professional dalam mengambil tindakan yaitu:

1. Standar etik

Panduan perilaku moral yaitu seseorang yang memberikan layanan kesehatan harus bersedia secara sukarela dalam mengikuti standar etik.

1. Hukum legal

Panduan berperilaku sesuai hukum yang sah. Jika aturan tersebut tidak dipatuhi maka perawat wajib menerima  tanggung gugatnya.

 

 

 

         BAB III

PERILAKU ETIK DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PROFESSIONAL

 

Page 5: BAB IA

3.1. Perilaku Etik

Dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat profesional yaitu:

1. Etik yang Berorientasi pada Kewajiban

Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus wajib dilakukan dan kewajibannya dalam bertindak.

1. Etik yang Berorientasi pada Larangan

Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh dilakukan oleh perawat sesuai kewajiban dan kebajikan.

3.1.1  Asas Etik dalam Keperawatan

Terdapat enam asas etik dalam keperawatan yaitu:

1. Asas menghormati otonomy klien( autonomy)2. Asas manfaat( beneficence)3. Asas tidak merugikan (non –maleficence)4. Asas kejujuran( veracity)5. Asas kerahasiaan ( confidentiality)6. Asas keadilan( justice)7. Autonomy yaitu klien memiliki hak untuk memutuskan sesuatu dalam pengambilan

tindakan terhadapnya. Seorang perawat tidak boleh memaksakan suatu tindakan pengobatan kepada klien.

8. Beneficence yaitu semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi klien. Oleh karena itu, perlu kesadaran perawat dalam bertindak agar tindakannya dapat bermanfaat dalam menolong klien.

9. Non- maleficence yaitu setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip primum non nocere ( yang paling utama jangan merugikan). Resiko fisik, psikologis, dan sosial hendaknya diminimalisir semaksimal mungkin.

10. Veracity yaitu dokter maupun perawat hendaknya mengatakan sejujur-jujurnya tentang apa yang dialami klien serta akibat yang akan dirasakan oleh klien. Informasi yang diberikan hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan klien agar klien mudah memahaminya.

11. Confidentiality yaitu perawat maupun dokter harus mampu menjaga privasi klien meskipun klien telah meninggal dunia.

12. Justice yaitu seorang perawat profesional maupun dokter harus mampu berlaku adil terhadap klien meskipun dari segi status sosial, fisik, budaya, dan lain sebagainya.

3.2 Tindakan Perawat  Profesional

Tindakan praktik keperawatan profesional adalah suatu  proses ketika perawat berkaitan langsung dengan klien dan dalam tindakan ini masalah klien dapat di identifikasi dan di atasi.

3.2.1 Karakteristik  Perawat Profesional

Page 6: BAB IA

1. Otoriter yaitu memiliki kewenangan sesuai keahliannya yang akan mempengaruhi proses asuhan melalui peran profesional.

2. Accountability yaitu tanggung gugat terhadap apa yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab terhadap klien, diri sendiri, dan profesi serta mengambil keputusan sesuai dengan asuhan. Jika perawat profesional dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan tidak sesuai etik, maka kita dapat menyelesaikannya dengan:

a)      D= Define the problem

b)      E= Ethical review

c)      C= Consider the option

d)      I= Investigate outcome

e)      D= Decide on action

f)        E= Evaluate result

Contoh Kasus “Kasus Jari Bayi Tergunting” 

Seorang perawat tidak sengaja menggunting jari bayi. Dan konyolnya, perawat itu tidak meminta pertolongan dokter tetapi membuang jari tersebut ke bak sampah. Kejadian tersebut mungkin tidak akan segera diketahui jika tidak ada seorang staf RS  anak di Inggris salford yang melihat tangan bayi tersebut berdarah. Bayi tersebut baru berusia tiga minggu. Pencarian masih tetap dilakukan dan beruntung jari bayi tersebut masih ditemukan di bak sampah.  (Keterangan juru bicara rumah sakit Inggris Salford )

Cara penyelesaian:

a)      Define the problem/ memperjelas masalah yaitu mengkaji prosedur keperawatan yang seharusnya dilakukan, dokumentasi keperawatan, serta rekam medis.

b)      Ethical review/ identifikasi komponen etik perawat harus mampu menggambarkan komponen-komponen etik  yang terlibat. Komponen etik dan hukum dalam masalah ini berkaitan dengan kelalaian dan malpraktik

c)      Identifikasi orang yang terlibat karena yang menjadi korban adalah bayi maka yang berhak memberikan sanksi adalah orang tua bayi. Sedangkan yang terlibat adalah perawat, staf rumah sakit dan dokter yang melihat tangan bayi tersebut berdarah.

d)     Identifikasi alternatif yang terlibat yaitu:

1.                                                         i.            Menjelaskan dengan jalan damai dan kekeluargaan

2.                                                       ii.            Jika perawat tidak mau bertanggung jawab maka jalan terakhir adalah pengadilan hukum.

e)      Terapkan prinsip-prinsip etik yaitu nonmaleficence, beneficence, dan justice.

Page 7: BAB IA

f)       Memutuskan tindakan yaitu pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip etik.

 

 

 

 

 

 

BAB IV

MASALAH LEGAL DALAM ETIK KEPERAWATAN

 

Hukum dikeluarkan oleh badan  pemerintah dan harus dipatuhi oleh setiap warganya. Jika tidak mematuhi hukum  maka setiap orang akan terikat denda atau bahkan hukuman penjara. Namun secara hukum, kita tidak perlu takut akan terikat denda atau hukuman penjara jika :

1. Hanya melakukan hal-hal yang diajarkan dan hanya ada pada cakupan pelatihan anda.2. Selalu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang terbaru.3. Menempatkan keselamatan dan kesejahteraan pasien sebagai hal yang terpenting.

4.1           Bentuk  Kelalaian  Perawat dalam Melakukan Tindakan Asuhan Keperawatan

Pada dasarnya, bentuk kelalaian yang dilakukan perawat tersebut dapat diketahui dari hasil kerjanya. Untuk lebih jelasnya, 2 bentuk kelalaian tersebut adalah:

1. Tidak melakukan pekerjaan maupun tindakan sesuai yang diharapkan, misalnya: pasien terbakar karena cairan enema yang disiapkan terlalu panas.

2. Tidak melakukan tugas dengan hati-hati, misalnya: pasien terjatuh dan cedera karena perawat tidak memperhatikan penghalang tempat tidur klien.

 

4.2     Contoh Pelanggaran Kode Ktik Perawat

Berbagai macam pelanggaran kode etik perawat yaitu:

1. Tindakan Aborsi adalah menggugurkan kandungan 2. Euthanasia adalah keinginan pasien untuk mati dengan bantuan tenaga medis, karena

nyawa pasien tersebut akan mati beberapa waktu kemudian.3. Diskriminasi pasien HIV yaitu membedakan pasien terkena HIV

Page 8: BAB IA

1. Diskriminasi SARA yaitu membedakan pasien dari segi status, budaya,ras dan agama.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

 FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN MEDIK PERAWAT

 

5.1     Karakteristik Perawat

1. Tingkat Pengetahuan

Menurut hasil penelitian Sudiro (2005), banyaknya kasus tindakan medik yang dilakukan oleh perawat khususnya perawat yang berada di daerah pedesaan, disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan perawat terhadap fungsi dan peranannya.

1. Tingkat Pendapatan

Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Sebagai gambaran, gaji perawat pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000,- -  Rp1.000.000,-  per bulan tergantung golongan, sementara perawat di Filipina tak kurang dari Rp 3.500.000,-. Wajar jika para perawat melakukan tindakan medik mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Kompas, 2007).

1.  2. Lama kerja

Page 9: BAB IA

Lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap kemungkinan berbagai tindakan keperawatan lainnya. Semakin lama seorang perawat menjalankan tugasnya, maka semakin banyak juga tindakan medik yang mampu untuk dilakukan.

 

 

5.2     karakteristik pasien

Menurut Dever (1984) yang dikutip Ulina (2004) dalam “Determinants of Health Service Utilization”, faktor karakteristik pasien atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan disamping faktor-faktor lain. Lebih jelas Dever menjelaskan faktor-faktor tersebut adalah:

1. Faktor Sosio Kultural

Ada 2 macam yaitu:

a)            Norma dan Nilai

Seorang wanita hamil cenderung akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ditangani oleh seorang wanita. Hal ini menyebabkan banyak wanita tidak nyaman untuk bersalin pada fasilitas kesehatan yang ditangani oleh dokter atau perawat  laki-laki.

b)            Teknologi

Kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai contoh dengan ditemukannya berbagai macam vaksin pencegahan penyakit menular yang dapat mengurangi angka penyakit.

1. Faktor Organisasional

a)      Ketersediaan sumber daya yaitu suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.

b)      Keterjangkauan lokasi yaitu peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh, maupun biaya tempuh yang mengakibatkan peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

c)      Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik provider terhadap konsumen seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras, dan hubungan keagamaan.

d)     Karakteristik struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagai macam bentuk praktik pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan kesehatan mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda-beda.

1. Faktor Interaksi Konsumen dan Provider (penyedia pelayanan)

a)      Faktor yang berhubungan dengan konsumen, dipengaruhi oleh:

Page 10: BAB IA

1. faktor sosio demografi, meliputi: umur, seks, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan).

ii.faktor sosio psikologi, meliputi: persepsi sakit, gejala sakit, dan keyakinan terhadap perawatan medis/dokter, dan

1. faktor epidemiologis, meliputi mortalitas, morbilitas, disability, dan faktor resiko.

b)      Faktor yang berhubungan dengan provider, dipengaruhi oleh:

1. Faktor ekonomi, yaitu adanya keterbatasan konsumen untuk mengakses pelayanan kesehatan.

2. Faktor karakteristik provider, meliputi tiga tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian petugas, dan fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan tersebut.

5.3           Landasan Teori

1. Tindakan medik adalah tindakan pemberian suatu substansi yang digunakan untuk mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan, atau mencegah penyakit (Priharjo, 2005).

2. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/Menkes/Sk/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan, pasal 15 (d) dinyatakan bahwa perawat tidak dapat melakukan tindakan medik. Tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari dokter. Dalam hal ini perawat bekerja secara kolaboratif dengan dokter. Namun dalam kenyataanya, banyak ditemukan kasus tindakan medik yang dilakukan oleh perawat tanpa kolaboratif (Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2008).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 11: BAB IA

 

6.1 Kesimpulan

Dari makalah ilmiah yang telah dijelaskan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:

1. Tindakan kelalaian dapat di minimalisir dengan pengetahuan serta pemahaman penuh tentang kode etik perawat yang akan menjadikan pedoman perawat profesional dalam melakukan tindakan praktik keperawatan secara professional sehingga keselamatan dan kenyamanan pasien selalu menjadi prioritas utama.

2. Bentuk-bentuk kelalaian dapat berupa aborsi, euthanasia, diskriminasi terhadap klien, dan lain sebagainya.

3. Pelanggaran berkaitan kode etik tersebut banyak di pengaruhi oleh karakteristik perawat, pasien, dan kurangnya pemahaman tentang landasan teori berkaitan kode etik perawat.

6.2 Saran

           Penulis menyarankan agar semua perawat dan tenaga medis lainnya bekerja sesuai etik serta bekerja secara kolaborasi dengan menjadikan keamanan dan keselamatan pasien sebagai prioritas utama sehingga berbagai bentuk kelalaian dapat di hindari atau di minimalisir.

 

              DAFTAR PUSTAKA

Hegner, Barbara R.2003. Nursing Assistant: a Nursing Proses Approach. Jakarta: EGC.

Efendy, Ferry dan Makhfudli.2009.Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Manurung, Jasmen. 2008, 2009. Hubungan Karakteristik Perawat dan Pasien Dengan Tindakan Medik Perawat di Kota Medan. Tesis fakultas Sumatra Utara

http://ppnikabupatenbanjar.wordpress.com/2011/03/30/kode-etik-dalam-keperawatan-indonesia_/20/12/2011_09.01 

 

 Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Etika dalam Etika----------------------• Pengaruh keluargaKeluarga merupakan tempat tumbuhnya seorang individu,karena itu keluarga mempunyai pengaruh penting dalam pembentukan etika seorang individu.individu akan berprilaku mencontoh orang tuanya atau keluarga dekat,akan berprilaku separti yang disuruh orang tuanya.keluarga yang berprilaku etis akan mendorong individu melakukan tindakan yang etis, sampai pada masa besarnya.

Page 12: BAB IA

• Pengaruh faktor situasional Situasi akan menentukan etika individu.sebagai contoh,jika seseorang mencuri barangkali mempunyai karena ia membutuhkan uang tersebut karena anaknya sakit.meskipun nampaknya jalan yang diambil merupakan jalan pintas,tetapi situasi semacam itu membantu memahami kenapa seseorang dapat melakukan tindakan yang tidak etis.

• Nilai,moral dan agama Seseorang yang memprioritaskan sukses pribadi dan penyampaian tujuan keuangan tentunya mempunyai prilaku yang lain dibandingkan mereka yang memprioritaskan untuk menolong orang lain.keputusan dan prilaku manajer seringkali dipengaruhi oleh kepercayaan.sebagai contoh manajer yang percaya pada nilai kebersamaan tidak akan memberhentikan karyawan meskipun perusahaan sedang mengalami kesulitan.

• Pengalaman hidupSelama hidupnya,manusia mengalami banyak pengalaman yang baik,yang buruk,maupun yang jelek.pengalaman tersebut merupakan proses yang normal dalam kehidupan seseorang.sebagain contoh,seseorang yang mencuri kemudian tidak tertangkap barang kali akan mendorong mencuri kembali dimasa mendatang.sebaliknya jika ia tertangkap dan dihukum,dapat membuatnya jera untuk melakukan pencurian.

• Pengaruh temanTeman sebaya terutma akan berpengaruh terhadap pembentukan etika seseorang.contoh yang paling baik adalah masa kanak-kanak.bila seseorang anak berteman dengan anak yang nakal,maka ada kecenderungan anak tersebut tertular nakal.demikian juga dengan teman permainan pada waktu seseorang individu menginjak dewasa.jika lingkungan mempunyai standar etika yang tinggi,seseorang individu akan cenderung mempunyai etika yang tinggi juga

: