bab i-vii
DESCRIPTION
this creative writingTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan di organisasi.Didalam manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC
(Planning, Organizing, Actuating, Controling) terhadap staff, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi.Dalam manajemen terdapat suatu proses yang mengubah
suatu input terjadi suatu output yang diharapkan. Input manajemen terdiri atas manusia,
uang, material, alat dan metode yang selanjutnya akan mengalami proses manajemen
sehingga tercapailah output. Output pada manajemen berupa efisiensi dalam pelayanan
dan staff yang kompeten dan ahli.
Pada hakikatnya manusia adalah pemimpin, karena dalam kehidupannya sehari-hari
setiap manusia selalu melakukan manajemen bagi dirinya sendiri ataupun keluarganya.
Pada era globalisasi dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan, maka perawat dituntut untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas
sehingga perlu adanya perubahan dalam tatanan pelayanan keperawatan.
Dalam rangka tujuan pemebelajaran manajemen keperawatan yaitu suatu agen
pembaharu untuk meningkaktkan kemampuan perawat dalam melaksanakan manajemen
asuhan keperawatan, maka kelompok mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta yang terdiri dari 6 orang melakukan praktik tersebut
di ruang Shafa An-Nisa selama 4 Minggu, terhitung mulai dari tanggal 25 Juni-20 Juli.
Dalam melakukan praktik, mahasiswa melakukan kegiatan dimulai dengan pengkajian
untuk mengidentifikasi masalah sampai mahasiswa memepersiapkan perencanaan dan
implementasi untuk meneyelesaikan masalah manajemen tersebut.
Dari hasil pengumpulan data melalaui wawancara, kuisioner dan observasi didapat
beberapa masalah diantaranya belum optimalnya penggunaan media album orientasi
pasien baru, belum optimalnya pelaksanaan metode tim, belum optimalnya penggunaan
hand rub karena fasilitas yang kurang memadai, dan belum optimalnya pemisahan
sampah medis, non medis dan benda tajam di troli karena fasilitas yang kurang memadai.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswa mampu
menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan dan menjadi “change agent”
pada unit pelayanan kesehatan serta nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan diruang rawat Shafa- An-Nisa RS Islam Jakarta Cempaka Putih.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktek profesi manajemen keperawatan mahasiswa mampu:
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait dengan
manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di tempat praktik.
b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama
kepala ruangan dan para perawat tempat praktek.
c. Menetapkan prioritas dan alternatif penyelesaian masalah yang disepakati bersama
kepala ruangan dan para perawat ruangan serta pembimbing.
d. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah berdasarkan kebutuhan masalah
yang disepakati kepala ruangan dan para perawat ruangan serta pembimbing.
e. Mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan mulai dari aspek masukan (input),
aspek proses sampai dengan proses hasil (output).
C. Manfaat penulisan
1. Bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen
secara nyata di lahan praktek maupun tempat bekerja nanti.
2. Bagi Rumah Sakit atau ruangan
Mahasiswa dapat membantu memecahkan masalah dengan ilmu yang dimiliki
selama menempuh di bangku kuliah dengan teknik pemecahan masalah pada konsep
manajemen sehingga meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit.
3. Bagi pendidikan
Dapat menjadi evaluasi untuk meningkatkan kualitas pengajaran tentang manajemen
keperawatan bagi mahasiswa yang akan menjalani praktik profesi pada program
berikutnya
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Definisi
Manajemen diartikan secara singkat sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan
melalui upaya orang lain, maka manajemen keperawatan sendiri diartikan secara
singkat sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien,
keluarga dan masyarakat ( Gillies, 1992 ). Manajemen merupakan suatu pendekatan
yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana
didalam manajemaen tersebut mencakup koordinasi dan suverfisi terhadap staf, sarana
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massely, 1999).
Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya
orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat
diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan pada perencanaan, karena
melalui perencanaan pimpinan dapat cepat menurunkan resiko pengambilan
keputusan, pemecahan masalah dan efek menurunkan yang terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif, manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun perencanaan
yang terprogram dengan baik. Dan melaksanaan kegiatan sesuai waktu yang
telah ditentukan sebelumnya. Keberhasilan seorang manajer keperawatan
tergantung pada penggunaan waktu yang efektif.
c. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan, berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan diberbagai tingkat manajerial.
d. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan ada 3 blok struktur
organisasi yaitu: unit, sub bidang dan bidang. Adapun prinsip
pengorganisasian:
1) Pembagian tugas
2) Koordinasi
3) Komando
4) Kewenangan
5) Hubungan staf dan lini
6) Pengawasan
Didalam keperawatan pengorganisasian pelayanan keperawatan dilaksanakan
dengan cara ( Burgess dan Gillies, 1988 ):
1) Fungsional atau penugasan yaitu pembagian tugas untuk perawat yang
dilakukan oleh kepala ruangan.
2) Alokasi pasien yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk
beberapa pasien atau satu pasien oleh satu perawat pada saat berjaga.
3) Perawatan group atau team nursing yaitu pelayanan keperawatan pada
sekelompok pasien yang dipimpin oleh perawat register nurse.
4) Pelayanan keperawatan utama ( primary nurse ) yaitu pengorganisasian
dengan pelayanan keperawatan sehingga satu orang ( register nurse )
bertanggung jawab dari klien masuk sampai klien keluar.
5) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendekatan, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan perencanaan yang diorganisasikan.
6) Bidang keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
7) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
8) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat pelaksana menempati posisi yang lebih tinggi atau
upaya manajer meningkatkan pengetahuan karyawan.
9) Pengendalian merupakan elemen manajer keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan yang telah dibuat.
3. Proses Manajemen Keperawatan
a. Pengkajian-pengumpulan data
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan
proses manajemen seperti proses keperawatan, mencakup pengumpulan data,
fakta-fakta, masalah-masalah diagnosa, perencanaan tindakan, pelaksanaan
rencana-rencana dan evaluasi hasil.
b. Perencanaan
Dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini
dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada
semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,
memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat
pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas staf serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai isi dan
misi institusi yang telah ditetapkan.
c. Pelaksanaan
Karena manajemen membutuhkan kerja sama dengan orang lain, pelaksanaan
langkah proses manajemen menyangkut pengarahan kelompok-kelompok
perawat untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang telah direncanakan.
Pengarahan karyawan mencakup pengarahan, komunikasi dan motivasi.
d. Evaluasi
Tahap akhir dari proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang
telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk menilai seberapa jauh
staf mampu melaksanaan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung dalam pelaksanaan.
B. KEPEMIMPINAN
1. Definisi
a. Stog dill
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok
terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan.
b. Gardner
Kepemimpinan adalah suatu proses persuasive dan memberikan contoh
sehingga individu atau pimpinan kelompok membujuk kelompoknya untuk
mengambil tindakan sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan kelompok.
c. Mc. Grebor
Kepemimpinan merupakan hubungan yang sangat kompleks yang selalu
berubah dengan waktu seperti yang terjadi pada menejemen, serikat sekerja,
atau kekuatan dari luar. 4 fariabel untuk memahami kepemimpinan:
1) Karakter pemimpin
2) Sikap, kebutuhan dan karakteristik lain dari bawahan
3) Karakteristik dari organisasi
4) Keadaan sosial ekonomi, politik, lingkungan
d. Talbott
Kepemimpinan adalah bumbu yang sangat vital yang mengubah sekelompok
orang menjadi suatu organisasi yang berfungsi dan berguna, dengan faktor –
faktor lingkungan yang ada, bagaimana mencapai tujuan yang dikehendaki.
2. Teori – teori Kepemimpinan
a. Teori sifat bawaan
Disini praduga yang harus digaris bawahi adalah pemimpin itu dilahirkan
tidak dibentuk. Sifat – sifat pribadi bawaan antara lain intelektual, emosi,
fisik.
Kepribadian :
1) Mudah menyesuaikan diri
2) Keyakinan diri
3) Kreatif
4) Bisa menyatukan diri
5) Kemampuan
6) Sangat sering seorang ditunjuk karena bakat/kemampuan
administrasi dan tekhnisnya, dia perlu mempunyai cukup
kepopuleran, wibawa, ketrampilan diri dan mempersatukan
anggota.
b. Teori Perilaku
Diantara teori – teori, teori X dan teori Y dari Douglass Mc Gregor
Teori X mempunyai ciri :
1) Umumnya anggota menolak dan tidak mau melaksanakan tugas
yang diberikan, kecendrungan menentang diri
2) Umumnya anggota agresif dan suka melanggar, disini mereka harus
dipimpin dan harus diarahkan serta di awasi secara ketat.
Teori Y mempunyai ciri :
1) Umumnya anggota senang hati dan mampu melaksanakan tugas bila
tujuan tercapai
2) Umumnya anggota punya sifat inisiatif satu sama lain saling
mengawasi dan mengendalikan diri
3) Disini mereka tidak perlu secara ketat dipimpin, di arahkan dan
diawasi.
3. Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki pemimpin:
1. Autokratik
a. Pemimpin membuat keputusan sendiri
b. Lebih memperlihatkan hasil dari pada terhadap karyawannya
c. Dapat menimbulkan permusuhan, agresifitas/sebaliknya menghilangkan
inisiatif dan apatis
2. Demokratis
a. Pengambilan keputusan melibatkan bawahan
b. Berorientasi kepada bawahan dan menitik beratkan hubungan antar
manusia dan kerja kelompok
c. Dapat menimbulkan/meningkatkan produktifitas, inisiatif dan kepuasan
kerja
3. Laissez faire
a. Memberikan banyak kepuasan
b. Pantang memberikan bimbingan
c. Bermaksud setiap orang bebas dan senang
d. Dapat menyebabkan: produktifitas rendah, karyawan frustasi, tidak ada
pegangan
4. Kecakapan kepempipinan
a. Kecakapan konvesional (konseptual skill)
1) Kemampuan mengetahui kebijaksanaan organisasi secara
keseluruhan
2) Hal ini penting pemimpin tingkat atas (top manger level)
b. Kecakapan kemanusiaan (human skill)
1) Kemampuan untuk bekerja di dalam kelompok atau dengan
kelompok
2) Untuk membangun suatu usaha koordinasi dalam suatu team
dimana ia sebagai pemimpin
c. Kecakapan teknis (technical skill)
1) Penting sebagai pimpinan tingkat middle menageman level dan
pimpinan tingkat bawah ( supervisor/lower mangemen level)
5. Aspek jalinan kepemimpinan
a. The leader (kepemimpinan)
1) Value
2) Skill : gaya kepemimpinan (pemahaman pola dasar perilaku saat
bertindak dan kemampuan untuk memimpin)
b. The followers
1) Pengikut disamping kepemimpinan
2) Hal yang penting mereka menerima kepemimpinannya
3) Jika pemimpin butuh kesadaran diri pengikut juga atau dalam
merefrensikan harapan
4) Hal yang penting untuk menerima kepemimpinan
5) Jika pemimpin butuh kesadaran diri pengikut juga tahu dalam
mereferensikan harapan
c. The situation
1) Situasi spesifik yang ada disekeliling akibat dari kepemimpinan
yang diberikan
2) Kebutuhan kerja dan system control
3) Angka struktur tugas
4) Tingkat interaksi
5) Waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan: organisasi
kultur dan etos kerja penting dalam pembuatan situasi
d. The communication proses
1) Komunikasi dengan semua group digunakan chanel bagaimana
harus berkomunikasi terbuka atau tertutup
2) Komunikasi dasar yang sangat bagus
3) Dengan komunikasi pemimpin dapatdisampaikan vision (cara
pandang) dan pesannya untuk diikuti
e. The goals ( tujuan)
Organisasi memilih tujuan individu berkerja organisasi juga punya tujuan,
tujuan bisa bersama atau tidak sejalan
C. Change Agent/ Pengelolaan Perubahan
1. Definisi perubahan
Menurut teori Lipitts (1973) perubahan adalah sesuatu yang direncanakan atau
tidak direncanakan tahap status quo dalam individu, situasi atau proses dan dalam
perencanaan perubahan yang diharapkan, di susun oleh individu, kelompok,
organisasi atau sistem sosial yang mempengaruhi secara langsung statusquo,
organisasi lain/situasi lain.
Menurut pendapat kelompok, perubahan adalah proses yang terjadi pada individu/
kelompok menjadi sesuatu yang diharapkan melalui perencanaan program-
program tertentu.
2. Tiga tahap dalam perubahan (lewin, 1951)
a. Pencarian
Motivasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan berubahnya
keseimbangan yang ada, merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk
berubah, memahami masalah yang dihadapi dan mengetahui langkah-langkah
nyata untuk berubah/melakukan perubahan
b. Bergerak
Bergerak menuju keadaan yang tingkat/tahap perkembangan baru, karena
memiliki cukup informasi, serta sikap dan kemampuan untuk berubah,
memahami masalah yang dihadapi dan mengetahu langkah-langkah nyata
untuk berubah dalam mencapai tingkat/tahap baru
c. Pembekuan
Telah mencapai tingkat/tahap baru, mencapai keseimbangan baru, tingkat
baru, yang dicapai harus dijaga untuk tidak mengalami kemunduran/ bergerak
kembali pada tingkat perkembangan semula
3. Dua faktor kekuatan untuk terjadinya perubahan
a. Kebutuhan dasar manusia
1) Kebutuhan dasar manusia
Kebutuhan yang belum terpenuhi akan motivasi perilaku sebagimana teori
kebutuhan dasar Maslow (1954)
2) Kebutuhan dasar interpersonal
Kebutuhan untuk berkumpul/bersama-sama, kebutuhan untuk
mengendalikan/melakukan kontrol, keutuhan untuk dikasihi, kedekatan
dan perasaan emosional
b. Faktor penghambat
Menurut Neu dan Courillard (1981) dalam Nursalam faktor penghambat
terjadinya perubahan disebabkan oleh beberapa hal: mengancam kepentingan
pribadi, persepsi yang kurang tepat, sebagai reaksi psikologis, toleransi untuk
berubah rendah
4. Alasan perubahan (Lewis, 1951)
Alasan perubahan harus dilakukan oleh manager dalam merencanakan suatu
perubahan:
a. Perubahan hanya boleh dilaksanakan untuk alasan yang baik
b. Perubahan harus secara bertahap
c. Semua perubahan harus direncanakan dan tidak secara drastis dan mendadak
d. Semua individu yang terkena perubahan harus dilibatkan dalam perencanaan
perubahan
Menurut pendapat kelompok, alasan perubahan harus dilakukan adalah agar
tercapainya tujuan yang diharapkan.
Menurut teori Lipitts (1973) ada 7 tahap dalam proses perubahan:
1) Menentukan masalah
Individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan
menghindari terhadap kesimpulan, sebelum semua fakta dapat
dikumpulkan
2) Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat tahap
proses perubahan tersebut
3) Mengkaji motivasi change agen dan sarana yang tersedia
Manager harus mampu menunjukan motivasi yang tinggi dan keseriusan
dalam pelaksanaan perubahan
4) Menseleksi tujuan perubahan
Harus disusun suatu kegiatan secara operasional, terorganisir dan
berururtan, kepada siapa perubahan akan berdampak dan kapan waktu
yang tepat untuk dilaksanakan
5) Memilik peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu
Perubahan akan berhasil apabila antara manager dan staf mempunyai
pemahaman yang sama dan memiliki kemampuan dalam perubahan
tersebut
6) Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
7) Mengakhiri bantuan
Selama proses mengakhiri perubahan, harus sesuai diikuti oleh
perencanaan yang berkelanjutan dari manager
5. Strategi Membuat Perubahan
Perubahan dalam organisasi mencakup 3 tingkatan yang berbeda yaitu: individu
yang bekerjadiorganisasi tersebut, perubahan struktur dan system, perubahan
hubungan interpersonal.
Strategi membuat perubahan dikelompokan menjadi 4 hal, yaitu:
a. Memiliki misi yang jelas
Misi harus disusun secara ringkas, jelas, mudah dipahami dan dapat
dilaksanakan oleh setiap orang
b. Menciptakan iklim/budaya organisasi yang kondusif
Menurut Potter dan O’Grady ( 1986 ) upaya yang harus ditanamkan dalam
menciptakan iklim yang kondusif adalah: kebebasan untuk berfungsi secara
efektif dukungan dari sejawat dan pimpinan, kejelasan harapan tentang
lingkungan kerja, sumber yang tepat untuk praktik secara efektif, iklim
organisasi yang terbuka.
c. Sistem komunikasi yang jelas, singkat dan berkesinambungan
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam perubahan. Setiap orang
perlu dijelaskan tentang perubahan untuk menghindari informasi yang salah.
d. Keterlibatan orang yang tepat
Perubahan perlu disusun oleh orang-orang yang kompeten, begitu rencana
sudah tersusun
6. Kunci sukses strategi untuk terjadinya perubahan yang baik.
a. Mulai dari diri sendiri
Perubahan dan pemenuhan terhadap diri sendiri, baik sebagai individu maupun
sebagai profesi merupakan titik sentral yang harus dimulai.
b. Mulai dari hal-hal yang kecil
Perubahan yang besar tidak akan berhasil, kalau tidak dimulai terhadap hal-hal
yang kecil.
c. Mulailah sekarang, jangan menunggu-nunggu
Memanfaatkan kesempatan yang ada karena kesempatan tidak datang dua kali
dengan kesempatan/tawaran yang sama.
7. Tahap pengelolaan perubahan
Tahap Penjelasan
Tahap I Mengidentifikasi tujuan perubahan, melakukan pengkajian pada
orang yang layak, menguji dokumen dan menulis bahan-bahan yang
sudah dikembangkan dan secara konsisten menatap keadaan sesuai
visi yang telah ditetapkan
Tahap II Meyakinkan tentang kesesuaian tujuan perubahan dengan strategi
organisasi
Tahap III Dimana tujuan akan dapat dilaksanakan dengan baik dan orang yang
terlibat didalamnya
Tahap IV Menentukan siapa yang akan memimpin perubahan, pemimpin harus
mengkomunikasikan visi secara efektif kepada setiap orang tatanan
jabatan organisasi dan sebagai pelatih, mentor, pendengar dan
mendukung kerja kelompok.
Tahap V Memfasilitasi komitmen semua pihak yang terlibat
Tahap VI Mengidentifikasi instrument tujuan yang spesifik yang dipergunakan
sebagai tolak ukur mempunyai perubahan
Tahap VII Membangun suatu sistem kerja yang solid. Tim kerja tersebut harus
mempunyai tanggungjawab yang jelas, mampu berkomunikasi
dengan yang lainnya, dan juga harus mampu negosiasi dan
penyelesaiaan masalah.
TahapVII Melibatkan semua tim kesehatan yang terlibat dalam praktik
keperawatan professional kepada pasien, dan tim tersebut harus
mendukung dan terlibat dalam perubahan yang diharapkan oleh
organisasi
D. Infeksi Nosokomial
1. Definisi
Infeksi adalah masuk dan berkembangbiaknya suatu organisme (agen infeksius)
dalam tubuh penjamu. Infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
(health care-associated infection / infeksi nosokomial) biasanya disebut infeksi
didapat dari pelayanan kesehatan atau nosokomial, yaitu infeksi yang dihasilkan
dari penyampaian pelayanan pada suatu sarana pelayanan kesehatan (Perry potter,
2009). Infeksi ini dapat terjadi sebagai hasil prosedur yang invasive, pemakaian
antibiotic adanya organisme yang resisten dengan berbagai obat, dan pelanggaran
dalam kegiatan pencegahan infeksi.
2. PenyebabAdanya organisme patogenik belum memastikan bahwa infeksi akan terjadi.
Infeksi terjadi dalam suatu siklus yang tergantung pada adanya elemen berikut:
Gambar: Rantai Infeksi (Perry Potter, 2005)
a. Agen infeksius
agen infeksius
reservoir
jalur keluar
jenis penularan
jalur masuk
tubuh penjamu
Mikroorganisme terdiri atas bakteri, virus, jamur, dan protozoa.
Mikroorgaisme pada kulit ada yang bersifat flora permanen atau transien.
Organisme permananen (flora normal) adalah yang tinggal menetap di kulit, di
mana mereka bertahan hidup dan berkembang biak tanpa menyebabkan
penyakit.
Mikroorganisme transien menempel pada kulit ketika individu kontak dengan
individu lain selama aktivitas normal. Contohnya seorang perawat menyentuh
pispot atau pakaian yang terkontaminasi, maka bakteri transien melekat pada
kulit perawat. Organisme melekat pada kulit melalui debu dan minyak atau di
bawah kuku. Organisme tersebut dapat dengan mudah berpindah kecuali
dihilangkan dengan mencuci tangan (Larson, 2005). Jika tangan terlihat kotor
dengan materi proteinasius, gunakanlah sabun dan air untuk
membersihkannya. Jika tangan tidak terlihat kotor, maka penggunaan alcohol
atau mencuci tangan dengan sabun dan air dapat digunakan sebagai
desinfektan bagi tangan tenaga keseahatan (CDC, 2002).
b. Reservoir
Reservoir adalah suatu tempat dimana pathogen dapat bertahan hidup, tetapi
atau tidak dapat berkembangbiak. Reservoir yang paling dikenal adalah tubuh
manusia. Berbagai mikroorganisme hidup dikulit dan berada dalam rongga,
cairan dan cairan yang keluar dari tubuh. Adanya mikroorganisme tidak selalu
menyebabkan individu menjadi sakit.carier adalah individu yang menunjukkan
tidak adanya gejala penyakit tetapi memiliki organisme pathogen pada atau
dalam tubuhnya yang dapat ditransfer keindividu lain.
c. Jalur keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang
biak, mereka harus menemukan jalur keluar jika mereka ingin masuk ke tubuh
pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Jalur keluar dapat berupa darah, kulit,
membran mukosa, traktus gastrointestinal, traktus genitourinarius, traktus
respiratorius, dan transplansenta (ibu ke janin).
d. Jenis penularan
Setiap penyakit memiliki jenis penularan tertentu. Jalur utama penularan
pathogen yang ditemukan dalam lingkungan pelayanan kesehatan adalah
tangan tenaga kesehatan yang tidak dicuci(CDC,2002 Cipriano,2007). Alat
yang digunakan di pelayanan kesehatan dapat menjadi sumber penularan
pathogen. Semua personel rumah sakit yang memberikan pelayanan langsung
dan individu yang menjalankan fasilitas pendukung dan diagnostic harus
mengikuti praktek pencegahan dan control infeksi untuk meminimalkan
penyebaran infeksi. Karena banyak factor yang menyebabkan penyebaran
infeksi pada klien, maka semua tenaga kesehatan harus rajin melaksanakan
praktek pencegahan dan control infeksi, seperti membershakan tangan dengan
dan meyakinkan bahwa peralatan yang dipakai telah dibersihkan, desinfeksi,
dan sterilisasi sebelum digunakan lagi.
e. Jalur masuk
Organisme masuk ke tubuh melalui jalur yang sama saat mereka keluar. Eagai
contoh, ketika jarum menusuk kulit klien organisme masuk ke tubuh jika
persiapan kulit yang benar tidak dilakukan.
f. Tubuh penjamu
3. Resiko Infeksi NosokomialResiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang di rawat di RS, dapat
juga terjadi pada para petugas RS tersebut.Berbagai prosedur penanganan pasien
memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal dari pasien.
4. Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial
Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang
diterintegrasi, monitoring dan program yang termasuk membatasi transmisi
organisme atau antar pasien dengan cara mencuci tangan, karena hygien tangan
merupakan komponen yang paling mendasar dalam pencegahan suatu infeksi
nosokomial di RS maka pada tahun 2002 CDC ( Central for Diseas Control) telah
menetapkan sebuah panduan untuk hygien tangan pada pelayanan kesehatan.
Kebersihan tangan
a. Definisi
Kebersihan tangan adalah suatu prosedur tibdakan membersihkan tangan
dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air bersih yang mengalir
(bila terkontaminasi darah dan cairan tubuh), hand rub berbasis alkohol
(bila tidak tampak kotor).
b. Tujuan
Tujuan kebersihan kontaminasi dari mikroba yang disebabkan karena
kontak dengan pasien, terinfeksi, kontak dengan lingkungan serta
menghilangkan bahan organik dari tangan.
c. Cara Tranmisi Mikroba Melalui Tangan
Mikroba berada di kulit, lingkungan pasien.
Transfer mikroba ke tangan petugas.
Mikroba bertahan hidup di tangan.
Mikroba bertahan sebagai transmisi, tidak efektif terhalau.
Tangan terkontaminasi menjadi transmisi mikroba.
d. Cara Terpenting Mencegah Kontaminasi Silang
Alkohol Hand rub
Pemakaian hand rub sangat praktis, cepat dan aman untuk menurunkan
flora kulit dapat menggantikan cuci tangan rutin dan setelah cuci tangan
bedah bila tangan tidak tampak kotor.
Kuku tidak panjang, tidak pakai cincin, gelang, jam tangan dan kuteks.
Sarung tangan dipakai untuk tugas-tugas tertentu.
Peningkatan kepatuhan dengan cara edukasi, supervisi, umpan balik,
audit teratur, antiseptik berbasis alkohol ditepi tempat tidur.
Kebersihan tangan merupakan komponen utama dari kemanan pasien
yaitu sebagai indikator berkualitas.
Kepatuhan terhadap kebersihan tangan merupakan pengahalang
pengendalian infeksi.
Tangan merupakan media transmisi patogen tersering di RS.
e. Meningkatkan Kepatuhan Kebersihan Tangan
a) Butuh dukungan seluruh petugas kesehatan
b) Hal-hal yang dapat meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan
Peraturan tertulis
Fasilitas yang mudah dicapai (cuci tangan/hand rub)
Promosi dan komunikasi
Informasi tentang kebersihan tangan
Umpan balik penampilan, monitoring teknik
Seleksi antiseptic yang tidak menimbulkan kerusakan kulit petugas
f. Rekomendasi Kebersihan Tangan
a) Bila tangan tidak tampak kotor, cuci tangan rutin dengan alkohol han rub
b) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, sebelum dan
sesudah makan, setelah dari toilet dan setiap tangan tampak kotor.
c) Jaga kuku selalu tampak pendek, bersih, dan tidak memakai perhiasan,
kuku palsu, kutek.
d) Jangan mencuci sarung tangan setelah kontak dengan pasien.
e) Tidak dianjurkan memakai handuk yang berulang dan tissue rol.
f) Pilih sabun antiseptik yang bersifat rendah iritatif
g) Tidak boleh menambahkan sabun cair/ antiseptik sebelum benar-benar
habis.
h) Untuk menghilangkan resiko terbakar (kulit terasa panas), tangan harus
benar-benar kering dari alkohol hand rub sebelum menyentuh pasien
atau lingkungan/peralatan pasien.
g. Strategi Meningkatkan Kepatuhan Kebersihan tangan
Sediakan hand rub dipintu masuk ruang rawat/ disisi tempat tidur pasien
Penyuluhan petugas secara teratur tentang pentingnya kebersihan tangan,
kapan dan cara melakukan dengan benar.
Pasang poster prosedur cara mencuci tangan dengan air atau dengan
alkohol hand rub.
Monitoring kepatuhan petugas dan beri umpan balik pada petugas yang
meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan.
Evaluasi kepatuhan kebersihan tangan.
h. Alternatif mencuci tangan
a) Hand rub berbasis alkohol 70%
1. Pada tempat dimana akses wastafel dan air bersih terbatas
2. Tidak mahal, mudah di dapat dan mudah di jangkau
3. Dapat dibuat sendiri (gliserin 2ml dengan 100 ml alkohol 70%)
4. Komposisi hand rub menurut WHO
- Etanol 96% 833,3 ml
- Hidrogen peroksida 3% 41,7 ml
- Gliserol 98% 14,5 ml
- Isopropil alkohol 99,8% 751,5 ml
- Hidrogen peroksida 3% 41,7 ml
- Gliserol 98% 14,5 ml
Tambahkan formula tersebut dengan air distilasi/rebusan/dingin
sampai mencapai 1000ml, campur hingga homogen.
5. Komposisi hand rub di RS Islam Jakarta Pusat Cempaka Putih
Dalam 20 liter hand rub terdapat:
- Alkohol 70% 20 liter
- Gliserin 200 ml
- Parfum 8 ml
b) Jika tangan terlihat kotor, mencuci tangan dengan air bersih mengalir
dan sabun harus dilakukan.
c) Hand rub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik,
sehingga jika tangan kotor harus mencuci tangan dengan dan air
mengalir.
i. Contoh agen antiseptik
a) Alkohol 60%-90% (etil dan isopropyl atau metil alkohol)
b) Klorheksidin glukonat 2%-4% (hibiscrub, hibitane, hibiclens)
c) Khloreksidin glukonat dan cetrimide (savlon)
d) Yodium 3%
e) Triclosan
f) Iodofor 7,5%-10% (betadine)
j. Cuci Tangan Wajib Dilakukan Oleh:
Setiap orang yang kontak langsung dengan pasien seperti dokter,
perawat dan petugas kesehatan lainnya (fisoterapi, teknisi).
Setiap orang yang ada kontak denga pasien, meskipun tidak langsung
seperti ahli gizi, farmasi, dan petugas laboratorium.
Setiap petugas yang berkontribusi dengan prosedur yang di lakukan
terhadap pasien.
Setiap orang yang bekerja di RS.
k. Waktu Untuk Mencuci Tangan
a) Segera setelah tiba di RS.
b) Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien.
c) Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien atau benda yang
terkontaminasi cairan tubuh pasien.
d) Di antara kontak pasien satu dengan yang lainnya.
e) Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien.
f) Sesudah dari toilet.
g) Sesudah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
h) Bila tangan kotor.
i) Sebelum meninggalkan RS.
j) Segera setelah melepaskan sarung tangun.
k) Sebelum dan sesudah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan.
l. Kapan Kita Pakai Hand Rub
a) Keadaan emergency dimana fasilitas cuci tangan sulit dijangkau.
b) Fasilitias cuci tangan in adekuat.
c) Saat ronde diruangan yang memerlukan desinfektan.
d) Diantara tindakan keperawatan.
e) Bukan pengganti cuci tangan.
f) Dipergunakan jika tangan tidak terkena noda taau cairan tubuh pasien.
m. Standar Operasional Prosedur Penggunaan Hand Rub
Dengan antiseptik hand rub/ antiseptk berbahan dasar alkohol
1. Berikan antiseptik Hand rub/Antiseptik berbahan dasar alkohol.
2. Semprotkan cairan hand rub ke telapak tangan.
3. Lakukan 7 langkah :
a. Menggosok telapak tangan dengan telapak tangan.
b. Menggosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan dan
sebaliknya.
c. Menggosok telapak tangan dengan telapak tangan dan jari saling
terkait.
d. Membersihkan jari-jari sisi dalam dengan meletakkan punggung jari
pada telapak tangan satunya dengan jari saling mengunci.
e. Membersihkan ibu jari tangan kanan di gosok memutar oleh telapak
tangan kiri dan sebaliknya.
f. Membersihkan ujung-ujung jari tangan kiri dengan cara menguncup,
gosok, memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak tangan dan
sebaliknya.
g. Membersihkan perelangan tangan kiri dengan cara pegang
pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan, gerakan memutar dan
sebaliknya.
BAB III
ANALISA SITUASI
ANALISA SITUASI RUANGAN
A. Keadaan ruangan
Ruangan Shafa An-nisa RSIJ Cempaka Putih merupakan bangunan yang kokoh yang
terdiri dari ruang persalinan dan rawat inap perawatan kelas I, II, III. Semua kasus
Maternitas dan kasus Obstetri Gynekology dirawat diruangan ini. Adapun kondisi
ruangan Shafa An-nisa terdiri dari :
1. Ruangan rawat inap
a. Dengan kapasitas tempat tidur perawatan kelas I terdiri dari (5 tempat tidur),
ruang perawatan kelas II terdiri dari (8 tempat tidur), kelas III terdiri dari (14
tempat tidur).
b. Nurse station, VK/kamar bersalin, nurse station post partum.
c. Ruang menyusui
d. Ruang kepala ruangan
e. Ruang ganti perawat
f. Kamar one day care
g. Kamar isolasi
h. Ruang cuci spoolhok
i. Ruang senam hamil
j. Ruang Pantry
k. Kamar mandi disetiap kamar pasien
2. Ruangan instrumental (semi steril)
a. Kamar persiapan
b. Kamar ganti
c. Kamar bersalin : 3 kamar
d. Kamar bersalin atau kamar isolasi
e. Kamar CTG
f. Kamar dokter
g. Kamar bayi observasi
h. Kamar bayi isolasi
3. Peralatan
a. CTG
b. Alat pertolongan persalinan normal, ekstraksi vacum, ekstrasi forcef.
c. Perforator
d. Hpp Set
e. O2 sentral
f. Resusitasi bayiinkubator
g. Transfer baby BOX
B. Analisa keadaan ruangan Shafa An-nisa
Ruangan shafa annisa merupakan ruangan yang merawat pasien dengan kasus
obstetric ginekologi, maternitas dan rooming in bayi sehat. Ruang shafa annisa
memilki ruangan yang memadai untuk perawatan post partum yang terbagi dalam
kelas I, II, III selain itu untuk menunjang pelayanan dalam tindakan bersalin ruang
Shafa Annisa juga memiliki fasilitas VK serta foto terapi untuk bayi dengan
hiperbilirubin. Ruang Shafa Annisa memiliki cukup sarana untuk membantu proses
persalinan, perawatan post partum, perawatan kasus obgyn. Selain itu ruang Shafa
Annisa juga memiliki ruang menyusui dalam upaya meningkatkan kesadaran ibu akan
pentingnya ASI ekslusif. Dalam denah ruang shafa annisa tampak ruang perawatan
kelas III cukup jauh dari station nurse, sehingga untuk pemantauan kurang optimal.
Belum maksimal penggunaan meja tim yang ada di kelas III.
C. Ketenagaan
Dari hasil pengamatan kondisi jumlah tenaga bidan/perawat di Shafa Annisa
terdiri dari 36 orang yang terdiri dari: D4 kebidanan/SST (Sarjana Saint Terapan); 2
orang, D3 Kebidanan; 23 orang, D1 Kebidanan; 4, S1 Keperawatan; 1, D3
Keperawatan; 6. Pegawai di ruang Shafa An-nisa merupakan pegawai tetap dan
PKWT, dimana pegawai PKWT ini setiap 3 bulan sekali dilakukan rotasi keruangan
lain. Selain tenaga kesehatan ruangan juga ditunjang oleh perkarya 6 orang,
administrasi 1 orang dan inventaris ruangan 1 orang. Total di ruangan Shafa An-nisa
44 orang.
D. Visi dan misi bidang keperawatan
1. Visi
RSIJ Cempaka Putih sebagai rumah sakit kepercayaan masyarakat dan pusat
perkaderan persyarikatan muhammadiyah bidang kesehatan di wilayah DKI
Jakarta dan sekitarnya.
2. Misi
a. pelayanan kesehatan yang islami, profesional dan bermutu dan tetap peduli
pada kaum duafa.
b. mampu memimpin pengembangan RS. Islam lainnya.
3. Falsafah
Bidan keperawatan dalam memberi askep, perawat harus bersikap professional,
dan islami, serta memegang teguh kode etik kprawatan dalam hubungan antara
perawat dengan klien, perawat dengan masyarakat, perawat dengan perawat juga
perawat dengan profesi dan profesi lain dan menjadikan sarana ibadah.
4. Motto
Bekerja sebagai ibadah, ikhsan dalam pelayanan.
5. Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi semua lapisan
masyarakat secara komprehensif baik bio-psiko-sosial-spiritual melalui pelayanan
keperawatan professional dengan pendekatan promotif, prefentif,kuratif dan
rehabilitative yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan peraturan per
UUD serta tuntutan ajaran islam dengan tidak memandang perbedaan agama,
golongan dan kedudukan.
6. Kebijakan dan prosedur organisasi
Tersedia SOP supervisi dan SOP orientasi pasien baru, peraturan dan tata tertib
untuk pasien.
7. Fungsi manajemen di ruang Shafa Annisa
a. Fungsi Perencanaan
Sudah terdapat visi dan misi, pelayanan kebidanan/keperawatan sudah
berdasarkan kebutuhan dan kondisi klien.
b. Fungsi Pengorganisasian
Diruangan shafa annisa sudah terdapat struktur organisaasi asuhan
kebidanan dan keperawatan serta bagan metode TIM, terdapat jadwal
dinas/shift, terdapat file materi pendidikan kesehatan.
c. Fungsi Pengarahan dan Pengawasan
Ketua TIM melakukan pengecekkan dokumentasi asuhan yang dilakukan
oleh anggotanya.
d. Fungsi Pengendalian
Bidan / perawat mengetahui SOP penerapan metode Tim serta asuhan
kebidanan/keperawatan.
8. Struktur Organisasi ruang Shafa An-Nisa
ANALISA SWOT
A. Strength (Kekuatan)
Memiliki visi, misi dan motto rumah sakit.
Memilki visi dan tujuan di ruangan Shafa An-Nisa.
Ruangan Shafa An-nisa dengan kapasitas 27 tempat tidur, jumlah perawat 35
orang dengan kualifikasi pendidikan perawat minimal DI Kebidanan 4 orang,
D3 Kebidanan 23 orang, D4 Kebidanan 2 orang, D3 Keperawatan 6 orang, S1
Keperawatan 1 orang, sehingga memudahkan untuk meningkatkan
pemahaman bidan/perawat terhadap pelayanan asuhan kebidanan/keperawatan
dirumah sakit.
Sudah adanya format pendokumentasian untuk bidan/perawat berupa
pengkajian, rencana kebidanan/keperawatan, penegakkan prioritas masalah,
dan catatan perkembangan semua teraplikasi dalam system SMART berupa
perangkat lunak di komputerisasi.
Terdapatnya standar operasional prosedur (SOP) diruangan yang sudah
terakreditasi ISO.
Tersedianya fasilitas ruang menyusui yang memadai.
Komunikasi antar Ka.ru, Ka.tim, perawat, bidan, pelaksana dengan petugas
lainnya sudah baik.
Bidan/perawat sudah melakukan penkes IMD, breast care pada ibu setelah
persalinan.
Bidan/perawat mengorientasikan pasien baru menggunakan media bantuan
album orientasi pasien baru sesuai dengan format yang ada.
Ka. Ru
Pelaksana
Ka.Tim VK
Pelaksana
Ka.Tim Bayi
Pelaksana Pelaksana
Ka.Tim Ruangan
B. Weakness (Kelemahan)
Belum tertibnya waktu kunjungan sehingga mengganggu waktu pelayanan ke
pasien.
Pemanfaatan ruang menyusui yang belum optimal.
Metode tim sudah berjalan di ruang Shafa Annisa, namun pelaksanaannya
belum optimal.
Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan
kebidanan/keperawatan.
Belum optimalnya penggunaan hand rub sebelum maupun sesudah
memberikan askep/askeb.
Belum tersedianya fasilitas hand rub di setiap pintu masuk kamar pasien.
Belum optimalnya fasilitas untuk pemisahan sampah medis, nonmedis dan
benda tajam di setiap troli.
C. Opportunity (Peluang)
Ruang Shafa Annisa digunakan sebagai lahan praktik bagi mahasiswa S1
Keperawatan, DIII Kebidanan dan Kedokteran (coas) yang memungkinkan
adanya transfer ilmu pengetahuan baru, baik dalam dunia keperawatan dan
medis.
Adanya kerja sama antar mahasiswa dengan kepala ruangan dan staff ruang
Shafa Annisa.
Adanya sertifikasi ISO, akreditasi yang mempunyai dampak baik bagi
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit.
Adanya mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen keperawatan.
Adanya kerjasama antara institusi PSIK dengan rumah sakit.
D. Treat (Ancaman)
Persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat sehingga mengharuskan
perawat/bidanuntuk dapat memberikan pelayanan secara profesional danIslami
dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien.
Konsumen semakin kritis dan siap menggugat rumah sakit atas kelalaian yang
terjadi dalam melakukan tindakan.
Adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang berkualitas.
Dengan berlakunya undang-undang perlindungan konsumen, sehingga
perawat/bidanperlu mengembangkan diri untuk dapat memberikan pelayanan
keperawatan/kebidanan yang benar-benar professional.
BAB IV
PERENCANAAN
A. Identifikasi Masalah
Dari hasil observasi, wawancara, dan pembagian kuesioner yang dilakukan kelompok
terkait dengan hasil masalah di ruang rawat Shafa An-Nisa yang dilakukan mulai tanggal
25 Juni s/d 20Juli 2012 didapatkan :
No
.Analisa Data Masalah
1. Pelaksanaan orientasi pasien baru menggunakan media
album orientasi pasien baru
Wawancara
Karu mengatakan,
“sudah dilaksanakannya orientasi pasien baru
sesuai dengan format yang sudah ada dan
menggunakan media album orientasi pasien
baru.”
“pengorientasian pasien baru lebih efektif
dengan menggunakan album orientasi pasien
baru.”
“seluruh staff mendukung penggunaan album
orientasi pasien baru dalam mengorientasikan
pasien baru.”
Observasi
Media album orientasi pasien baru sudah tersedia
untuk memudahkan perawat/bidan dalam
mengorientasikan pasien baru.
Pelaksanaan penggunaan album orientasi baru
sudah berlangsung ± 70%.
Hampir semua perawat/bidan sudah menggunakan
media album orientasi pasien baru sesuai dengan
format yang ada dalam mengorientasikan pasien
baru
Kuesioner
Dari 25 responden didapatkan data 100,00%
perawat/bidan sudah mengorientasikan pasien
baru menggunakan media album orientasi pasien
Penggunaan media album
orientasi pasien baru sudah
baik, namun masih kurang
optimal.
baru.
2. Pelaksanaan metode tim
Wawancara
Karu mengatakan,
“pembagian tugas di ruang Shafa An-nisa sudah
menggunakan metode tim.”
“metode tim di ruang Shafa An-nisa sudah
berjalan+ 3 bulan.”
“materimetode tim sudah diberikan oleh mahasiswa
PSIK Profesi Program B ketika praktik manajemen
keperawatan + 3 bulan yang lalu.
Observasi
Metode tim di ruangan sudah berjalan, namun belum
seluruhnya tugas-tugas dalam metode tim
dilaksanakan oleh perawat/bidan.
Kuesioner
Dari 25 responden didapatkan data 96,00% sudah
melakukan metode tim secara optimal.
Belum optimalnya
pelaksanaan metode tim.
3 Tugas fungsi manajemen kepala ruangan
Wawancara
Karu mengatakan,
Karu telah melakukan tugas dan wewenang sesuai
dengan fungsi manajemen.
Observasi
Karu selalu mengikuti serah terima dinas pagi
Karu memberikan pengarahan dan umpan balik
pada kinerja tim.
Karu belum maksimal melakukan identifikasi
tingkat ketergantungan pasien sehingga dalam
penentuan kebutuhan tenaga pelaksana belum
sesuai kondisi pasien.
Dalam proses pemberian pengarahan karu belum
maksimal dalam memberikan reward dan
Tugas fungsi manajemen
karu sudah baik namun
dalam pelaksanaannya
belum dilaksanakan secara
optimal
punishmen
Kuesioner
24 responden didapatkan data 68,57% karu telah
melakukan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawabnya.
4 Jenjang karir
Wawancara
Katim mengatakan jenjang karir yang terdapat di
ruang Shafa An-nisa diadakan 5 tahun sekali, untuk
menaikkan golongannya.
Observasi
Adanya kebijakan kompetensi bagi bidan dan
perawat.
Belum adanya pendidikan berkelanjutan bagi
bidan/perawat.
Kuesioner
Dari 24 responden didapatkan data 67,7%
bidan/perawat belum mengikuti pelatihan dalam 6
bulan terakhir.
Dari 24 responden didapatkan data 16,7 %
pendidikan terakhir bidan adalah D1 Kebidanan
Belum optimalnya
pengembangan jenjang
karir bidan/perawat
5 Pendidikan kesehatan
Wawancara
Karu mengatakan sudah dilakukan penkes
seminggu 2x pada ibu setelah persalinan
Karu mengatakan ada petunjuk teknis (juknis)
tentang pemberian penkes
Karu mengatakan ada sarana dan prasarana untuk
memberikan penkes (CD,Flipchart)
Observasi
Sudah dilakukan penkes pada ibu setelah persalinan
Penkes diberikan dengan media flipchart
Pelaksanaan penkes dilakukan secara masal pada
Pendidikan kesehatan
berjalan dengan efektif
namun minimalnya dalam
penyediaan fasilitas
ibu setelah melahirkan
Tidak adanya penyediaan media LCD, Laptop
diruangan bila tidak ada mahasiswa yang praktek.
Kuesioner
-
6 Pendokumentasian
Wawancara
Katim mengatakan pendokumentasian sudah sesuai
SAK
Bidan/perawat pelaksana mengatakan asuhan
kebidanan/keperawatan yang dibuat hanya
berdasarkan materi yang diberikan saat kuliah.
Observasi
Kurangnya pemahaman bidan/perawat dalam
perencanaan SAK di ruangan.
SAK jarang tersosialisasikan antar Karu-Katim,
Katim-Pelaksana.
Kuesioner
-
Belum optimalnya
pelaksanaan
pendokumentasian asuhan
kebidanan/keperawatan
7 Hand hygiene dengan hand rub
Wawancara
Karu mengatakan,
“perawat/bidan sudah menggunakan hand rub,
namun kurang efektif karena fasilitasnya kurang
memadai, yaitu belum adanya fasilitas hand rub di
setiap pintu masuk kamar pasien.”
Observasi
Perawat/ bidan tidak selalu menggunakan hand rub
sebelum maupun sesudah memberikan askep/askeb
pada pasien.
Belum tersedianya hand rub di pintu masuk kamar
pasien.
Belum optimalnya
penggunaan hand rub
karena fasilitas yang
kurang memadai.
Kuesioner
Dari 25 responden didapatkan data 92,00%
sudahmenggunakan hand rub setiap sebelum dan
setelah kontak dengan pasien.
8 Pemisahan sampah pada troli
Wawancara
Karu mengatakan,
“perawat/bidan sudah memisahkan sampah medis,
nonmedis dan benda tajam pada tempatnya setelah
melakukan tindakan.”
“perawat/bidansudah mengetahui dampak dan
fungsi pemisahan sampah medis, nonmedis dan
benda tajam.”
Observasi
Kurang optimalnya pelaksanaan pemisahan sampah
medis, nonmedis dan benda tajam di troli.
Kurang memadainya fasilitas pemisahan sampah
medis, nonmedis dan benda tajam di troli.
Kuesioner
Dari 25 responden didapatkan data80,00 % sudah
melakukan pemisahan sampah medis, non medis dan
benda tajam di troli setelah melakukan tindakan.
Belum optimalnya
pemisahan sampah medis,
non medis dan benda
tajam di troli karena
fasilitas yang kurang
memadai.
B. Hasil Observasi
1. Belum optimalnya pelaksanaan metode tim.
2. Tugas fungsi manajemen karu sudah baik namun dalam pelaksanaan belum
dilaksanakan secara maksimal
3. Belum optimalnya pengembangan jenjang karir bidan/perawat
4. Pendidikan kesehatan berjalan dengan efektif namun minimalnya dalam penyediaan
fasilitas
5. Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan kebidanan/keperawatan
6. Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai.
7. Belum optimalnya pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di
trolikarena fasilitas yang kurang memadai.
C. Prioritas Masalah
No. Masalah Mg Sv Mn Nc Af Nilai Prioritas
1Belum optimalnya pelaksanaan metode tim.
5 4 4 4 5 1600 II
2Tugas fungsi manajemen karu sudah baik namun dalam pelaksanaannya belum dilaksanakan secara optimal
4 4 4 4 3 768 VII
3Belum optimalnya pengembangan jenjang karir bidan/perawat
4 4 5 3 5 1200 IV
4Pendidikan kesehatan berjalan dengan efektif namun minimalnya dalam penyediaan fasilitas
5 5 4 3 3 900 VI
5Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan kebidanan/keperawatan
4 4 4 5 4 1280 III
6Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai.
4 4 5 5 5 2000 I
7Belum optimalnya pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di troli karena fasilitas yang kurang memadai.
4 4 4 4 4 1024 V
Keterangan
1. Mg :Kecenderungan besar dan sering terjadi masalah
2. Sv :Besar kemungkinan yang ditimbulkan
3. Mn :Bila dipecahkan
4. Nc :Berfokus pada keperawatan
5. Af :Ketersediaan sumber daya
Rentang Nilai
1. Tidak sangat penting 4. Penting
2. Kurang penting 5. Sangat penting
3. Cukup Penting
Dalam penilaian setiap nilai dari masing-masing aspek dikalikan sehingga akan mendapatkan
nilai akhir seperti yang tertera diatas. Identifikasi prioritas masalah ini dilakukan atau
didiskusikan bersama-sama kepala ruangan Shafa-An-Nisa, dimana pera mahasiswa sebatas
mengarahkan.
Belum optimalnya penggunaan media album orientasi pasien baru.
Belum optimalnya pelaksanaan metode tim.
Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai.
Belum optimalnya pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di troli karena fasilitas yang kurang memadai
Belum adanya pendidikan berkelanjutan bagi bidan/perawat.
Belum ada kebijakan jenjang karir
Dari 24 responden didapatkan data 67,7% bidan/perawat belum mengikuti pelatihan dalam 6 bulan terakhir.
INPUT OUTPUT
Dari 25 responden didapatkan data 92,00% sudahmenggunakan hand rub setiap sebelum dan setelah kontak dengan pasien.
Belum tersedianya hand rub di pintu masuk kamar pasien.
Perawat/bidan tidak selalu menggunakan hand rub sebelum maupun sesudah memberikan askep/askeb pada pasien.
Dari 25 responden didapatkan data 80,00 % sudah melakukan pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di troli setelah melakukan tindakan.
Kurang memadainya fasilitas pemisahan sampah medis, nonmedis dan benda tajam di troli.
Kurang optimalnya pelaksanaan pemisahan sampah medis, nonmedis dan benda tajam di troli.
Belum optimalnya pelaksanaan metode tim.
Tugas fungsi manajemen karu sudah baik namun dalam pelaksanaannya belum dilaksanakan secara optimal
Belum optimalnya pengembangan jenjang karir bidan/perawat
Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan kebidanan/keperawatan
Pendidikan kesehatan berjalan dengan efektif namun minimalnya dalam penyediaan fasilitas
Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai.
Belum optimalnya pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di troli karena fasilitas yang kurang memadai.
Metode tim di ruangan sudah berjalan.
Belum seluruhnya tugas-tugas dalam metode tim dilaksanakan oleh perawat/bidan.
Dari 25 responden didapatkan data 96,00% sudah melakukan metode tim secara optimal.
Dalam penentuan kebutuhan tenaga pelaksana belum sesuai kondisi pasien.
Karu belum maksimal melakukan identifikasi tingkat ketergantungan pasien
Dalam proses pemberian pengarahan karu belum maksimal dalam memberikan reward dan punishment
PROSESINPUT OUTPUT
FISH BONE
SAK jarang tersosialisasikan antar Karu-Katim, Katim-Pelaksana.
Kurangnya pemahaman bidan/perawat
dalam perencanaan SAK di ruangan.
Pendokumentasian askep kurang maksimal
Tidak adanya penyediaan media untuk memberikan penkes
Penkes diberikan dengan media flipchart
Pemberian penkes belum maksimal
D. Alternatif Penyelesaian Masalah
No
.
MASALAH ALTERNATIF PENYELESAIAN
1. Belum optimalnya penggunaan hand rub
karena fasilitas yang kurang memadai.
1. Memberikan informasi dan sosialisasi SOP/
juknis mengenai cuci tangan dan penggunaan
hand rub.
2. Diseminasi dan simulasi tentang penggunaan
hand rub sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien.
3. Memfasilitasi botol hand rub untuk dipasang di
depan pintu kamar pasien.
4. Reward dan punishment untuk perawat/bidan
pada aplikasi penggunaan hand rub.
2. Belum optimalnya pelaksanaan metode
tim.
1. Evaluasi pelaksanaan metode penugasan tim.
2. Reward dan punishment pada perawat/bidan
pada aplikasi pelaksanaan metode tim.
3 Belum optimalnya pelaksanaan
pendokumentasian asuhan
kebidanan/keperawatan
1. Diseminasi pendokumentasian asuhan
kebidanan/keperawatan
2. Monitoring pendokumentasian sesuai format
yang ada.
3. Evaluasi hasil monitoring
4 Belum optimalnya pengembangan
jenjang karir bidan/perawat
1. Bersama tim membuat struktur tenaga
keperawatan
2. Mengusulkan untuk pengembangan jenjang
karir bidan/perawat.
5 Belum optimalnya pemisahan sampah
medis, non medis dan benda tajam di
trolikarena fasilitas yang kurang
memadai.
1. Mengoptimalkan pelaksnaan SOP/Juknis
tentang pemisahan sampah medis non medis
dan benda tajam.
2. Memberikan masukan penyediaan fasilitas
pemisahan sampah medis non medis dan
benda tajam di troli.
3. Reward dan punishment pada perawat/bidan
dalam aplikasi pemisahan sampah medis, non
medis dan benda tajam di troli.
6 Pendidikan kesehatan berjalan dengan
efektif namun minimalnya dalam
penyediaan fasilitas
1. Media pendidikan kesehatan.
2. Mengidentifikasi masalah di ruangan
7 Tugas fungsi manajemen karu sudah baik
namun dalam pelaksanaannya belum
dilaksanakan secara optimal
1. Mereview tugas fungsi manajemen karu.
2. Identifikasi fungsi manajemen Karu dalam
pelaksanaan metode tim.
3. Evaluasi tugas fungsi manajemen Karu
Kondisi di Ruangan Shafa An-Nisa dan waktu yang ada. Teknik yang digunakan dalam
memprioritaskan masalah adalah pembobotan dengan memperhatikan aspek-aspek
kecendrungan besar dan seringnya kejadian masalah (magnitude), besarnya kerugian yang
akan ditimbulkan (severity), dapat diselesaikan/dikelola (manageability), berfokus pada
kebidanan/keperwatan (nursing concern), ketersediaan sumber daya (affordability) (Pedoman
Residensi FIKI-UI,2007).
Agar masalah lebih bias diselesaikan maka dilakukan pembobotan alternative penyelesaian
masalah, dengan memperhatikan aspek:
1. Capability (C) : kemampuan melaksanakan alternative
2. Acessbility (A): kemudahan melaksanakan alternative
3. Readiness (R) : kesiapan dalam melaksanakan alternative
4. Leverage (L) : daya ungkit alternative dalam penyelesaian masalah
Rentang nilai yang digunakan adalah 1 sampai 5, dengan kriteria sebagai berikut:
1 = sangat kurang penting 4 = penting
2 = kurang penting 5 = sangat penting
3 = cukup penting
E. Pembobotan Alternatif Penyelesaian Masalah
Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai.
No.
Alternatif Penyelesaian Masalah C A R L Nilai
1. Memberikan informasi dan sosialisasi SOP/ juknis mengenai penggunaan hand rub.
5 5 4 4 400
2. Memfasilitasi botol hand rub untuk dipasang di depan pintu kamar pasien.
5 4 4 3 240
3. Diseminasi dan simulasi tentang penggunaan hand rub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
4 4 4 5 320
4. Reward dan punishment pada perawat/bidan dalam aplikasi penggunaan hand rub.
4 4 4 4 256
Keterangan:
Dalam penilaian setiap nilai dari masing-masing aspek dikalikan sehingga akan mendapatkan
nilai akhir seperti yang tertera diatas. Identifikasi prioritas masalah ini dilakukan atau
didiskusikan bersama-sama kepala ruangan Shafa An-Nisa, dimana peran mahasiswa sebatas
mengarahkan.
BAB V
IMPLEMENTASI
Tahap implementasi merupakan tahap kegiatan penyelesaian masalah, dalam hal ini kita
sebagai mahasiswa dituntut untuk menjadi change agent bagi kelompok yang berada di lahan
praktek khususnya di ruang Shafa An-Nisa. Teori berubah yang kita gunakan adalah teori
Lipitt ( 1973 ) yang mengatakan hal-hal yang terjadi pada proses berubah itu ada 7 tahap:
1. Menentukan masalah
Individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan menghindari terhadap
kesimpulan, sebelum semua fakta dapat dikumpulkan.
2. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat tahap proses perubahan
tersebut.
3. Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
Manajer harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam
pelaksanaan perubahan.
4. Menseleksi tujuan perubahan
Harus disusun suatu kegiatan secara operasional dan terorganisasi secara berurutan,
kepada siapa perubahan akan berdampak dan kapan waktu yang tepat untuk dilaksanakan.
5. Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh change agent
Perubahan akan berhasil apabila antara manajer dan staf mempunyai pemahaman yang
sama dan memiliki kemampuan dalam perubahan tersebut.
6. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai.
7. Mengakhiri bantuan
Selama proses mengakhiri perubahan, harus selalu diikuti perencanaan yang berkelanjutan
dari seorang manajer.
Sesuai dengan perencanaan untuk mencapai proses perubahan yang baik kami
memberikan pembaharuan dalam pelaksanaan dan media orientasi pasien baru. Kegiatan
ini diaplikasikan dalam dua tahap dengan seorang manajer dalam hal ini kepala ruangan,
ketua tim, perawat pelaksana bisa mengikuti kegiatan tersebut. Adapun kegiatan yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama
Dilaksanakan pada hari kamis tanggal 12 Juli 2012 dilaksanakan dalam satu sesi
pertemuan dimulai pada jam 13.00 sampai 14.00 WIB. Pertemuan dilakukan di Ruang
Senam Hamil Shafa An-Nisa yang dihadiri oleh 16 orang perwakilan terdiri dari
pembimbing, petugas dinas pagi dan dinas sore (kepala ruangan, katim, perawat
pelaksana dan pekarya). Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan refresing,
materi tentang hand rub, sosialisasi tentang petunjuk teknis mengenai penggunaan
hand rub dan mendemonstrasikan tentang penggunaan hand rub.
2. Tahap kedua
Dilaksanakan pada hari senin tanggal 16 Juli 2012 dilaksanakan dalam satu sesi
pertemuan dimulai pada jam 07.30 sampai 08.30 WIB. Pertemuan dilakukan di ruang
Shafa An-Nisa yang dihadiri oleh 6 orang terdiri dari petugas dinas malam dan dinas
pagi (kepala ruangan, katim, perawat pelaksana dan pekarya). Kegiatan yang
dilakukan adalah memberikan role play tentang penggunaan hand rub, sosialisasi
tentang petunjuk teknis penggunaan hand rub dan pemasangan hand rub di pintu
masuk kamar pasien.
BAB VI
EVALUASI
A. Evaluasi Kegiatan Refreshing
1. Kelengkapan alat dapat disiapkan sesuai rencana
2. Proses refreshing dapat berjalan dengan lancar.
3. Materi dapat disampaikan sesuai rencana dan seluruh peserta memperoleh handout.
4. Kehadiran peserta keseluruhan dengan jumlah 80% melebihi target dengan jumlah
peserta yang direncanakan yaitu 75%.
5. Dalam proses Refreshing 50% peserta aktif bertanya atau mengemukakan pendapat
atau diskusi.
B. Evaluasi Aspek Kognitif
Evalusi kognitif dilakukan dengan pre tes dan post tes, menggunakan soal pilihan ganda
sederhana dan variasi sebanyak 8 item, mewakili seluruh materi yang diberikan. Secara
garis besarnya dapat dilihat pada tabel berikut :
No Hasil Terendah Tertinggi Rata-rata
1 Pre tes 30 90 63,5
2 Post tes 70 100 88,5
Dari tabel di atas nampak bahwa nilai pre tes terendah 30, tertinggi 90, nilai rata-rata
63,5. Hasil Post tes terendah 70, tertinggi 100, nilai rata-rata 88,5. Peningkatan rata-rata
nilai 25%.
C. Evaluasi Aspek sikap
Setelah dilakukan diseminasi tentang hand rub yang dihadiri oleh Kepala Ruangan,
Pembimbing, Katim dan perawat pelaksana ruang Shafa An-Nisa sebanyak 16 orang
petugas, didapatkan 80% katim dan perawat pelaksana dapat tersosialisasi. Evaluasi
untuk aspek sikap dilakukan selama 2 hari dengan mengobservasi pelaksanaan
penggunaan handrub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien sesuai dengan SOP.
Evaluasi dilakukan 2 kali dalam satu shift pagi dan sore dimana belum ada perubahan
sikap yang bermakna dari pelaksanaan penggunaan hand rub sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dengan SOP.
D. Aspek Psikomotor
Sebelum diseminasi tentang penggunaan handrub sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien pre observasi penerapan penggunaan handrub sesuai SOP belum optimal. Setelah
diseminasi penggunaan handrub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien sudah
terjadi perubahan dalam melakukan cuci tangan dengan hand rub di ruang An-Nisa
namun belum begitu bermakna.
E. Evaluasi terhadap pemberian informasi tentang penggunaan hand rub sebelum dan
susudah kontak dengan pasien
Kelompok melakukan evaluasi selain melalui observasi juga dengan wawancara terhadap
petugas yang ada di Ruang Shafa An-Nisa. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
Manfaat pemberian informasi tentang penggunaan hand rub, menurut petugas Ruang
Shafa An-Nisa sangat bermanfaat, baik bagi petugas kesehatan maupun pengunjung
rumah sakit. Selain itu juga dapat memberikan motivasi kepada petugas khususnya di
Ruang Shafa An-Nisa untuk menerapkan pelaksanaan penggunaan hand rub sebelum dan
setelah kontak dengan pasien sesuai SOP secara optimal.
BAB VII
PENUTUP
Pada bab ini akan dipaparkan tentang kesimpulan dan saran dari proses pelaksanaan program
change agent kelompok di ruang Shafa An-Nisa yang dilakukan mulai 25 Juni 2012 – 20 Juli
2012.
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Manajemen Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
2. Teman Sejawat/ Bidan/Perawat Ruangan
3. Mahasiswa Praktek Manajemen