bab i therapeutic group
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses menua merupakan proses alami yang disertai dengan terjadinya penurunan fungsi
dan kondisi baik secara fisik, psikologis maupun sosial, yang saling berinteraksi satu sama lain.
Perubahan atau penurunan kondisi yang terjadi pada lansia cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa. Proses atau keadaan menjadi tua
merupakan fenomena perkembangan manusia yang alamiah, di mana secara berangsur-angsur
menjadi kemunduran dari kapasitas mental, berkurangnya minat sosial dan menurunnya aktifitas
fisik. Serupa dengan masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa menjadi tua adalah hal yang
normal yang disertai dengan problema yang khusus pula. Tekanan hidup yang beraneka ragam
yang terdapat dalam masyarakat ikut membentuk keadaan yang istimewa atau khusus ini pada
usia lanjut. Kehidupan manusia yang semakin kompleks khususnya lansia, disertai dengan
adanya polusi dalam segala bidang kehidupan, baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat
mental (stress, frustasi), menimbulkan berbagai macam problematika hidup yang menyebabkan
banyak manusia terutama lansia menjadi sakit. Stress merupakan pencetus yang memungkinkan
munculnya kecemasan. Kecemasan pada lansia yang berlangsung terus menerus tanpa adanya
suatu tindakan akan mengakibatkan peningkatan kecemasan ke level yang lebih parah dan dapat
memunculkan resiko terjadinya depresi. Salah satu upaya menurunkan tingkat kecemasan pada
lansia adalah dengan menerapkan pelatihan therapeutic group.
Terapi aktivitas kelompok bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,
bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader,
co-leader, dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain. Terapi kelompok
dapat lebih praktis dan diterima dibandingkan terapi individual bagi mereka yang mengalami
distress psikologis dan dengan keterbatasan pendapatan. Perasaan terasing dan tidak berguna
dengan saling berbagi masalah yang umum dihadapi. Terapi kelompok digunakan untuk
mengurangi kecemasan terkait stress, terapi jangka pendek penyakit tertentu, reaksi berduka, dan
resolusi konflik. Dengan dipandu oleh pemimpin kelompok (seorang professional kesehatan
jiwa), sekelompok individu yang mengalami masalah emosional yang serupa bertemu untuk
saling mendiskusikan masalah mereka. Terapi kelompok memberikan lansia kesempatan untuk
mendiskusikan bagaimana penyakit atau kematian pasangan memengaruhi hidup mereka dan
memberikan kesempatan pada mereka untuk saling membantu dengan berbagi pemecahan
masalah yang berhasil digunakan. Bentuk terapi kesehatan jiwa ini berbeda psikoterapi yaitu
kelompok yang terdiri atas teman sebaya atau anggota keluarga yang mempunyai pengalaman
yang sama dan professional kesehatan jiwa dapat terlibat didalam kelompok sebagai fasilitator
untuk memantau dan memfokuskan diskusi. Pertemuan kelompok biasanya dilakukan di tempat
ibadah, pusat lansia, rumah sakit, sekolah, dan tempat umum lainnya. Salah satu bentuk dari
terapi aktivitas kelompok lansia yang efektif dalam mengurangi tingkat depresi pada lansia ialah
Aerobic Dance Therapy yang juga dikenal sebagai terapi gerakan dansa. Terapi ini
memanfaatkan hubungan langsung antara gerakan tubuh dan pikiran. Aspek khusus terapi dansa,
seperti musik, irama, dan gerakan yang singkron, mengubah status alam perasaan, menyadarkan
kembali ingatan dan perasaan yang lalu dan mengurangi isolasi. Pada kelompok lansia lainnya,
tetapi dansa digunakan untuk mempertahankan fungsi fisik, meningkatkan nilai diri, membina
hubungan, dan membantu mereka meningkatkan ketakutan dan kesedihannya. Terapi dansa
dapat meningkatkan fleksibilitas, menguatkan otot, memperbaiki fungsi kardiovaskular, dan
meningkatkan fungsi paru. Selain itu, terapi dansa dapat mengurangi tingkat stress dengan
memberi sentuhan, rasa keterkaitan, sehingga terapi ini efektif untuk memperbaiki interaksi
sosial untuk para lansia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Aerobic Dance Therapy dapat memperbaiki kualitas fungsi psikososial lansia?
2. Bagaimana Evidence Based yang tepat untuk memperbaiki fungsi psikososial lansia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui intervensi yang tepat bagi lansia untuk memperbaiki kualitas fungsi
psikososial pada lansia.
2. Untuk mengetahui Evidence Based yang tepat dalam memperbaiki kualitas fungsi
psikososial pada lansia.
D. MANFAAT
1. Membantu perawat dalam menentukan intervensi yang tepat untuk memperbaiki fungsi
psikososial pada lansia.
2. Menambah pengetahuan terkait Evidence Based yang tepat dan sesuai dalam peningkatan
fungsi psikososial bagi lansia.