bab i skripsi

5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Vaginosis bakterialis merupakan penyakit infeksi kelamin bawah yang paling sering ditemukan pada wanita terutama dalam usia reproduksi dan bertanggung jawab atas lebih dari 50% kasus dari semua kasus vulvovaginitis pada wanita hamil dan tidak hamil di dunia (Hansen et al., 2004; Larrson et al., 2007). Penyakit ini ditandai dengan terganggunya ekosistem vagina karena peningkatan pertumbuhan flora bakteri anaerob dan aerob yang berlebihan sehingga menyebabkan timbulnya duh tubuh berbau, iritasi, dan gatal pada vagina (Judanarso, 2006; Haggerty et al., 2009). Populasi Lactobacillus spp. yang merupakan flora normal sebagai penjaga ekosistem vagina akan menurun jumlahnya akibat peningkatan sejumlah bakteri patogen lainnya seperti Gardnerella vaginalis, Streptokokus Grup B, Atroprobium vaginae, Bacterioides spp., Mobiluncus spp., Mycoplasma hominis, Escherichia coli, Staphylococcus spp., dan Coliform spp. (Smayevsky et al., 2001; Demba et al., 2005). Streptokokus Grup B (SGB) merupakan salah satu bakteri anaerob yang banyak ditemukan pada pasien vaginosis bakterialis (Smayevsky et al., 2001; Demba et 1

Upload: dini-nanami

Post on 02-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Vaginosis bakterialis merupakan penyakit infeksi kelamin bawah yang

paling sering ditemukan pada wanita terutama dalam usia reproduksi dan

bertanggung jawab atas lebih dari 50% kasus dari semua kasus vulvovaginitis

pada wanita hamil dan tidak hamil di dunia (Hansen et al., 2004; Larrson et al.,

2007). Penyakit ini ditandai dengan terganggunya ekosistem vagina karena

peningkatan pertumbuhan flora bakteri anaerob dan aerob yang berlebihan

sehingga menyebabkan timbulnya duh tubuh berbau, iritasi, dan gatal pada vagina

(Judanarso, 2006; Haggerty et al., 2009). Populasi Lactobacillus spp. yang

merupakan flora normal sebagai penjaga ekosistem vagina akan menurun

jumlahnya akibat peningkatan sejumlah bakteri patogen lainnya seperti

Gardnerella vaginalis, Streptokokus Grup B, Atroprobium vaginae, Bacterioides

spp., Mobiluncus spp., Mycoplasma hominis, Escherichia coli, Staphylococcus

spp., dan Coliform spp. (Smayevsky et al., 2001; Demba et al., 2005).

Streptokokus Grup B (SGB) merupakan salah satu bakteri anaerob yang

banyak ditemukan pada pasien vaginosis bakterialis (Smayevsky et al., 2001;

Demba et al., 2005). Bakteri ini dapat menyebabkan rupturnya membran amnion,

kelahiran prematur, khorioamnionitis, serta infeksi pasca salin pada wanita

(Hansen et al., 2004). Perempuan dengan kolonisasi SGB pada vaginanya dapat

menularkan bakteri ini pada bayinya sehingga menyebabkan meningitis,

pneumonia, dan septikemia pada neonatus dengan angka kematian berkisar 9-47%

(Azargoon dan Darvishzadeh, 2006; Sendi et al., 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simoes et al. (2004) dilaporkan

bahwa SGB mulai resisten terhadap sejumlah antibiotik seperti klindamisin

(19%), eritromisin (25%), serta sefazolin (15%). Hingga saat ini SGB masih

sensitif terhadap penisilin dan ampisilin (Schrag et al., 2002; Simoes et al., 2004).

Namun, berdasarkan uji sensitivitas dalam suatu studi yang dilakukan oleh

1

Page 2: Bab i Skripsi

2

Fernandez et al. (1998) dilaporkan bahwa sejumlah isolat klinis SGB

menunjukkan sensitivitas yang intermediet terhadap penisilin, dengan kata lain

terjadi penurunan sensitivitas terhadap penisilin. Sensitivitas intermediet ini

tidaklah menunjukkan bahwa SGB telah resisten terhadap penisilin (Simoes et al.,

2004). Peningkatan resistensi SGB terhadap sejumlah antibiotik harus diimbangi

dengan penemuan obat baru yang lebih potensial, murah, mudah didapat serta

memiliki efek samping yang lebih kecil.

Bunga tahi kotok (Tagetes erecta Linn) merupakan salah satu tanaman yang

tumbuh di Indonesia dan sudah dipergunakan oleh nenek moyang sebagai obat

tradisional yang mampu mengobati berbagai macam penyakit seperti demam, flu,

bronkhitis serta penyakit liver (Dalimartha, 2008). Masyarakat Aceh

menyebutnya sebagai bunga serunee. Saidi et al. (2007) dan Nikkon et al. (2009a)

melaporkan bahwa bunga tahi kotok mengandung sejumlah senyawa metabolit

sekunder yang bersifat antibakteri seperti tiopenes, flavonoid, carotenoid,

triterpenoid, saponin, dan fenol. Nikkon et al. (2009b) melaporkan bahwa ekstrak

etanol bunga tahi kotok yang tumbuh di Bangladesh mempunyai sifat antibakteri

terhadap sejumlah bakteri. Selain itu, sejumlah spesies dari genus Tagetes sudah

banyak diteliti aktivitasnya sebagai antibakteri seperti minyak atsiri Tagetes

patula L. memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus,

Enterococcus faecalis, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, dan Pseudomonas

aeroginosa (Rondon et al., 2006). Berdasarkan fakta di atas serta dengan melihat

kedekatan taksonomi antara tumbuhan tahi kotok dengan sejumlah genus Tagetes

lainnya menunjukkan bahwa bunga tahi kotok mempunyai potensi yang besar

sebagai senyawa antibakteri. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai

pengaruh ekstrak etanol bunga tahi kotok dalam menghambat pertumbuhan

bakteri SGB isolat vaginosis bakterialis secara in vitro.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah SGB dapat diisolasi dan diidentifikasi dari pasien vaginosis

bakterialis?

Page 3: Bab i Skripsi

3

2. Apakah ekstrak etanol bunga tahi kotok memiliki aktivitas antibakteri terhadap

SGB isolat vaginosis bakterialis secara in vitro?

3. Berapa konsentrasi ekstrak etanol bunga tahi kotok yang mampu menghambat

pertumbuhan SGB isolat vaginosis bakterialis secara in vitro?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengisolasi dan mengidentifikasi SGB dari pasien vaginosis bakterialis.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol bunga tahi kotok

terhadap pertumbuhan SGB isolat vaginosis bakterialis secara in vitro.

3. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak etanol bunga tahi kotok yang mampu

menghambat pertumbuhan SGB isolat vaginosis bakterialis secara in vitro.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembuktian adanya aktivitas

antibakteri pada obat herbal khususnya aktivitas antibakteri bunga tahi kotok,

sehingga masyarakat dapat menggunakan obat-obatan herbal sebagai alternatif

pengobatannya dengan tepat guna.

1.5 Hipotesis

1. SGB dapat diisolasi dan diidentifikasi dari pasien vaginosis bakterialis.

2. Ekstrak etanol bunga tahi kotok mampu menghambat pertumbuhan SGB isolat

vaginosis bakterialis secara in vitro.

3. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol bunga tahi kotok yang diberikan,

semakin besar pula kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan SGB

isolat vaginosis bakterialis secara in vitro.